Kemiskinan Keluarga Digeneralisasi Sebagai Kemiskinan

advertisement
NEWS COVERAGE
Timorexpress | Oelamasi | Daerah | Saturday, 10 September 2016 | 08:29 WITA
Kemiskinan Keluarga Digeneralisasi
Sebagai Kemiskinan Perempuan
Penandatanganan MoU Antara Pemkab Kupang dengan Insitut Kapal Perempuan dan Yayasan Alfa Omega
OELAMASI, TIMEX – Kemiskinan banyak wajahnya. Karena itu, banyak pula ukurannya.
“Seorang disebut miskin kalau aspek-aspek fundamental yang menyokong hidupnya tidak terpenuhi.
Miskin itu bukan cuma rumah tidak ada lantai, bukan cuma rumah tidak berdinding yang layak, bukan
juga masalah tidak ada makan atau ada makanan tapi tidak bergizi, atau tidak higienis karena tidak
cukup air untuk hidup bersih. Kemiskinan itu lebih dari itu yang menyangkut semua hal. Lebih lagi
menyangkut skill, menyangkut jaringan informasi dan pengetahuan,” kata Direktur Yayasan Alfa Omega
Kupang, Pdt David AN Fina dalam sambutannya saat acara penandatanganan MoU antara Pemerintah
Kabupaten Kupang dengan Institut Kapal Perempuan dan Yayasan Alfa Omega dan dialog publik
‘Gerakan Gender Watch untuk Penghapusan Kemiskinan’ yang diselenggarakan di Yayasan Alfa
Omega, Kamis (8/9) petang.
Pdt David menjelaskan, dalam masyarakat yang jaring sosial budayanya masih kuat terpelihara dengan
ikatan kekerabatan yang kuat, hampir dapat dipastikan semua keluarga dan anggota keluarga miskin
terpelihara selama mereka tahu kemana mereka harus pergi. Dikatakan, keadaan miskin itu
sesungguhnya tidak dapat membatasi atau menghambat keluarga-keluarga yang miskin untuk berdaya
kalau mereka memiliki informasi, pengetahuan dan skill, terutama mereka mengerti kemana mereka
harus pergi.
“Dalam struktur budaya Timor Barat khususnya suku bangsa meto, atoin meto dan suku lainnya di
kepulauan Nusa Tenggara sama halnya dalam Perjanjian Lama, keluarga miskin yang ada dalam
kelompok kekerabatan tertentu juga terpelihata selama mereka tahu siapa kerabat pelindung dan
pemimpin mereka. Siapa atoin amaf, siapa yang mempunyai kewajiban dalam struktur budaya itu untuk
memelihara mereka,” ungkapnya.
Dikatakan, dalam struktur sosial budaya masing-masing ada nilai kesetaraan gender. Hanya saja oleh
karena waktu banyak hal telah berubah. Dahulu, sistem belis (mas kawin) fungsinya sebenarnya untuk
melindungi perempuan. Sekarang sistem kekerabatan dan sistem pernikahan itu telah menjadi wadah
di mana terjadi ketidakadilan gender. “Dahulu, perempuan dan laki-laki mempunyai sistem pembagian
kerja yang setara. Laki-laki membersihkan kebun, perempuan menanam. Laki-laki memanen,
perempuan menyimpan hasil panenan. Perempuan juga yang memastikan bahwa sistem ekonomi dan
sistem hidup yang subsistem itu mencukupi untuk satu tahun. Orang Timor kalau naik ke atas lumbung
itu, dong bilang banci. Karena itu perempuan pung kerja,” tegasnya.
Menurutnya, perempuan merupakan tonggak keberlangsungan hidup keluarga. Sebuah keluarga
miskin, seluruh beban keluarga secara tidak langsung menjadi bagian dan tanggung jawab perempuan.
Dengan demikian, kemiskinan keluarga dapat digeneralisasi sebagai kemiskinan perempuan.
“Dengan kata lain kita ingin memberi peran yang proporsional pada semua anggota keluarga agar
semua bantuan keuangan dan bantuan kesehatan dan pinjaman lunak yang tersedia di luar sana ketika
diakses dapat membantu keluarga keluar dari kemiskinan. Karena perempuan cakap mengurus hal-hal
itu, maka fokus dan kekuatan semua fasilitas akses diberikan kepada perempuan, niscaya sebuah
keluarga akan keluar dari kemiskinan,” ungkapnya.
Sementara, Ketua Pelaksana Harian Institut Kapal Perempuan, Misiyah dalam sambutannya
mengatakan, gender watch didukung oleh program Mampu sejalan dengan program pemerintah dalam
mengatasi kemiskinan. Untuk menurunkan kemiskinan di NTT yang mencapai 22,19 persen dari data
BPS tahun 2016. “Sudah saatnya kerja bersama, kerja kolaborasi antara pemerintah dengan
masyarakat sipil di perkuat. Terutama dengan melibatkan peran aktif penerima manfaat program yang
hasilnya diproses sampai tingkat nasional,” katanya.
Harapan dari Pemerintah Kabupaten Kupang kata Misiyah, dukungan dengan memberikan pengakuan
kepada komite pemantau, forum multipihak dan melembagakan hasil-hasil melanjutkan kerja sama
dalam program kerja sama gender watch. Pada akhirnya memberikan kebijakan dan penganggaran
daerah yang sensitif responsif gender yang menjamin hak-hak perempuan yang akhirnya akan
berdampak pada pengurangan tingkat kemiskinan di Kabupaten Kupang.
Bupati Kupang, Ayub Titu Eki dalam sambutannya mengaku yakin, Institusi Kapal Perempuan
memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat. Institusi Kapal Perempuan akan memberikan
kemampuan pelatihan dan dari Pemkab Kupang akan memberikan pelatihan. (ays)
Source:
http://timorexpress.fajar.co.id/2016/09/10/kemiskinan-keluarga-digeneralisasi-sebagaikemiskinan-perempuan/
Download