Uploaded by User7262

108107 LAPORAN AMDAL PLTS

advertisement
LAPORAN
KAJIAN ANDAL & RKL DOKUMEN AMDAL PROYEK PLTS
(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA) DI OELPUAH,
KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR
Disusun oleh :
Lucia Mira Arthanita
14/367399/TK/42498
Fajril Mardiansah
14/367400/TK/42499
Habibi Bahari Al Fattah
14/367533/TK/42538
Tita Cholifah Rahayu
14/367539/TK/42540
Siti Musyafaah
14/367499/TK/42531
PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA
DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
A. LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN PLTS DI OELPUAH
Energi Listrik telah menjadi salah satu kebutuhan penting bagi masyarakat,
sejalan dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan kegiatan
pembangunan di segala bidang. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2007 Tentang Energi, bahwa peranan energi sangat penting artinya bagi
peningkatan kegiatan ekonomi dan ketahanan nasional, sehingga pengelolaan energi
yang meliputi penyediaan, pemanfaatan, dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara
berkeadilan, berkelanjutan, rasional, optimal dan terpadu. Untuk memenuhi kebutuhan
listrik yang semakin meningkat tersebut, maka pemerintah terus meningkatkan program
pembangunan prasarana dan sarana tenaga listrik untuk menjangkau wilayah yang lebih
luas. Akan tetapi, dengan kondisi geografis wilayah yang penyebaran penduduknya tidak
merata merupakan kendala utama untuk menambah jaringan distribusi listrik PLN ke
setiap pelosok daerah. Selain faktor geografis, kendala lainnya adalah investasi jaringan
listrik yang mahal, daya beli masyarakat yang rendah dan kapasitas sistem kelistrikan
yang terbatas. Oleh karena itu, masih banyak dijumpai masyarakat di pedesaan,
khususnya yang tinggal di daerah terpencil belum dapat terlayani listrik.
Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan energi listrik yang dapat menjangkau
wilayah yang luas dan terpencil. Mengingat potensi energi terbarukan yang begitu besar
di Indonesia, berikut adalah potensi listrik yang dapat dihasilkan dari energi terbarukan
di Indonesia dalam MegaWatt (MW) dan Giga Watt (GW):
Tabel 1 Potensi Listrik dan Energi Terbarukan di Indonesia
Sumber : Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
Kapasitas terpasang pembangkit listrik nasional, baik yang berbahan bakar fosil maupun
yang sudah menggunakan energi terbarukan, sampai dengan pertengahan tahun 2015
adalah 51.620 MW. Angka ini baru mencapai 33,52% dari total potensi listrik yang dapat
dihasilkan oleh energi terbarukan dari tenaga air, panas bumi, dan biomassa (sebesar
153.974 MW). Adapun untuk tenaga surya sendiri, berpotensi dapat menghasilkan listrik
hingga sebesar 112.000 GWp atau setara 89.600.000 MW. Dengan potensi sebesar itu,
jika 10% saja dari potensi tenaga surya di Indonesia dapat dimanfaatkan menjadi
kapasitas terpasang PLTS, maka potensi pendapatan yang mungkin diperoleh per jam
operasi PLTS dapat mencapai USD1.164.800.000 hingga USD2.240.000.000.
Berdasarkan letak wilayah Indonesia yang dilewati oleh garis khatulistiwa, maka
Indonesia memiliki sebaran potensi energi surya yang luas, sebagaimana terlihat pada
Gambar 1.
Gambar 1 Persebaran Potensi Energi Surya di Indonesia
Pada Gambar 1 terlihat bahwa sebagian besar wilayah Indonesia memiliki rata-rata
jangka panjang intensitas cahaya matahari yang potensial untuk menghasilkan listrik
setara lebih dari 1.600 kWh per meter persegi. Hal ini menunjukkan bahwa potensi
pengembangan energi surya di Indonesia memang sedemikian besar, terutama di daerah
Nusa Tenggara dan Jawa Timur. Khusus untuk daerah Nusa Tenggara, pembangunan
PLTS dapat menjadi alternatif prioritas untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik di
daerah tersebut.
Oleh karena itu, dibangunlah PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di Oelpuah,
Kupang, Nusa Tenggara Timur yang merupakan PLTS terbesar di Indonesia. Dengan
kapasitas sebesar 5 MW, pembangkit milik PT Lembaga Elektronik Nasional (LEN)
tersebut membantu PLN mengatasi defisit di sistem Timor, di mana pemadaman bergilir
selama siang hari bisa diatasi sejak akhir Desember 2016 lalu, awal beroperasinya PLTS
ini. Tampak ribuan modul surya membentang di atas lahan seluas 7,5 ha, dengan satu
modul menghasilkan listrik sekitar 230 watt. Energi ini kemudian dijual ke PLN dengan
harga US$ 25 sen per kWh dengan masa kontrak 20 tahun, yang akan didistribusikan ke
konsumen sesuai kebutuhan.
B. SKOPING DESKRIPSI PROYEK PLTS DI OELPUAH
Sesuai dengan hasil telaahan kaitan komponen kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak dan jenis-jenis dampak potensial yang ditimbulkannya, maka
berikut ini adalah komponen lingkungan yang relevan untuk ditelaah dalam studi
AMDAL.
a. Komponen geo-fisik-kimia yang meliputi rata-rata temperatur, kelembaban, lama
peninaran matahari.
b. Komponen sosial meliputi kependudukan, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya.
1. GEOFISIKA KIMIA
1.1. Rata-Rata Temperatur, Kelembaban, dan Lama Penyinaran Matahari
Wilayah studi merupakan daerah pesisir sehingga kelembaban udara
cenderung tinggi. Kelembaban rata-rata sepanjang tahun 2013 adalah 75%. Pada
bulan Oktober yang bertepatan dengan musim kemarau, kelembaban udara
berkisar antara 67%. Pada bulan Juni dan Juli yang bertepatan dengan masim
hujan, kelembaban udara berkisar antara 75%.
Suhu udara rata-rata sepanjang tahun adalah 27,5°C. Suhu tertinggi
adalah pada bulan November, sebesar 29,2°C. Suhu terendah pada bulan Juli,
sebesar 26,2°C.
Lama penyinaran matahari pada wilayah studi sepanjang tahun rata-rata
sebesar 66%. Lama penyinaran maksimum berada pada bulan Agustus yaitu
sebesar 84%. Lama penyinaran minimum berada pada bulan Januari yaitu
sebesar 34%.
Rata-rata
Bulan
Temperatur
(Deg. C)
Januari/January
27,3
Lama
Kelembaban Penyinaran
Matahari
(%)
87
(%)
34
Februari/February
27,5
86
52
Maret/March
27,1
87
54
April/April
27,8
75
77
Mei/May
27,6
75
65
Juni/June
27,0
75
62
Juli/July
26,2
68
73
Agustus/August
26,3
62
84
September/September
27,2
66
82
Oktober/October
29,0
67
83
November/November
29,2
71
73
Desember/December
28,2
80
50
Rata-rata Setahun
27,5
75
66
Tabel 1. Rata-rata Temperatur, Kelembaban dan Penyinaran Matahari Menurut Bulan di
Kabupaten Kupang, 2013
Sumber : Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang
1.2. Rata-Rata Curah Hujan, Kecepatan Angin, Tekanan Udara dan Arah Angin
Terbanyak
Rata-rata curah hujan tahunan di Kabupaten Kupang adalah sebesar 9,3
mm. Curah hujan pada bulan Oktober-Maret rata-rata 15,2 mm dan tertinggi ada
bulan Januari yaitu sebesar 25 mm dan terendah pada bulan Desember yaitu
9,2mm. Curah hujan pada bulan April-September rata-rata 3,3 mm dan tertinggi
pada bulan April sebesar 9mm dan terendah pada bulan Juli-September dimana
tidak tercatat curah hujan sama sekali.
Kecepatan angin rata-rata sepanjang tahun adalah sebesar 7,2 knot
dengan kecepatan tertinggi pada bulan Juli yaitu sebesar 12 knot dan terendah
pada bulan Desember yaitu sebesar 4 knot. Kecepatan angin besar berkisar pada
bulan April-September saat curah hujan rendah.
Tekanan udara rata-rata sepanjang tahun adalah sebesar 1009,3 mBar
dengan rata-rata tekanan udara tinggi berkisar pada bulan April-September yaitu
sebesar 1010,5 mBar dengan tekanan udara tertinggi pada bulan Agustus dan
terendah ada bulan Maret dan Juni. Rata-rata tekanan udara rendah ada pada
kisaran bulan Oktober-Maret yaitu sebesar 8,2 mBar dengan tekanan udara
tertinggi pada bulan Oktober sebesar 1010,6 mBar dan terendah pada bulan
Januari yaitu sebesar 1007,1 mBar.
Tabel 2. Rata-rata Curah Hujan, Kecepatan Angin, Tekanan Udara dan Arah Angin
Terbanyak Menurut Bulan di Kabupaten Kupang, 2013
Sumber : Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang
Arah angin terbanyak adalah menuju timur pada bulan April hingga
Oktober menuju daerah-daerah bagian timur Kabupaten Kupang, Nusa
Tenggara Barat.
Wilayah Studi
Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Kupang
2. SOSIAL
2.1. Kependudukan
Wilayah studi merupakan Desa Oelpuah, Kecamatan Kupang Tengah,
Kabupaten Kupang. Pada data yang didapatkan dari Badan Statistik Kabupaten
Kupang, jumlah penduduk kecamatan Kupang Tengah adalah 41607 jiwa
dengan luas wilayah 88,64 km2, sehingga kepadatan penduduk adalah 469
jiwa/km2. Desa Oelpuah memiliki penduduk sebanyak 143 jiwa dan berasal dari
314 KK.
Kecamatan
Penduduk
Luas Wilayah
(km2)
Kepadatan
Penduduk per
km2
01. Semau
6 933
143,42
48
02. Semau Selatan
4 989
153,00
33
03. Kupang Barat
16 870
149,72
113
04. Nekemese
9 265
128,40
72
05. Kupang Tengah
41 607
88,64
469
06. Taebenu
16 571
106,42
156
07. Amarasi
15 857
154,90
102
08. Amarasi Barat
14 676
246,47
60
09. Amarasi Selatan
10 609
172,71
61
10. Amarasi Timur
7 441
162,92
46
11. Kupang Timur
49 985
338,60
148
12. Amabi Oefeto Timur
13 370
236,72
56
13. Amabi Oefeto
8 323
123,90
67
14. Sulamu
14 985
141,18
106
15. Fatuleu
24 749
351,52
70
16. Fatuleu Barat
8 887
496,47
18
17. Fatuleu Tengah
5 254
107,85
49
18. Takari
20 912
508,13
41
19. Amfoang Selatan
8 866
305,09
29
20. Amfoang Barat Daya
4 440
167,61
26
21. Amfoang Utara
7 149
278,42
26
22. Amfoang Barat Laut
8 934
428,59
21
23. Amfoang Timur
7 891
133,24
59
24. Amfoang Tengah
5 626
174,21
32
334 189
5 298,13
63
Kabupaten Kupang
Tabel 3. Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di
Kabupaten Kupang, 2014
Sumber : Proyeksi Penduduk 2014
2.2. Sosial-Ekonomi
Sektor ekonomi terbesar dari wilayah provinsi NTT adalah pertanian,
kehutanan, dan perikanan. Pada derah Desa Oelpuah masyarakat mengolah
pertanian dan kain tenun. Masyarakat desa Oelpuah memiliki aktivitas sebagai
petani sebanyak 87% pada data hasil penelitian tahun 2010.
Tabel 4. PDRB Provinsi NTT Berdasar Sektor Ekonomi Triwulan IV pada 2015
Tabel 5. Persebaran Mata Pencarian Masyarakat Oelpuah
2.3. Sosial-Budaya
Tingkat pendidikan masyarakat Oelpuah tergolong rendah, sesuai
penelitian yang dlakukan pada 2010, sebanyak 50% masyarakat Oelpuah belum
sekolah atau tidak sekolah, tingkat sekolah dasar sebanyak 33%, dan tingkat
sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 10%, tingkat sekolah menengah
atas sebanyak 5%, dan perguruan tinggi sebanyak 2%.
Tabel 6. Persebaran Tingkat Pendidikan Masyarakat Oelpuah
C. PENDUGAAN DAMPAK
Pendugaan dampak merupakan suatu proses untuk memperkirakan respon atau
perubahan suatu parameter lingkungan tertentu akibat adanya kegiatan tertentu, pada
perspektif ruang dan waktu tertentu. Prakiraan juga didasarkan pada seberapa besar
dampak yang terjadi memengaruhi lingkungan tersebut. Dalam hal ini, pendugaan
dampak PLTS berarti ditujukan untuk memperoleh potensi dampak lingkungan yang
ditimbulkan oleh pembangunan PLTS berdasarkan data dan informasi tentang rencana
pembangunan PLTS, serta kondisi awal sebelum PLTS dibangun.
Proses pendugaan dampak dilakukan dengan metode flowchart, checklist, dan
scoring matriks untuk mengidentifikasi kemungkinan perubahan komponen lingkungan
di sekitar PLTS selama masa pra-konstruksi, konstruksi, dan operasi PLTS. Sedangkan
aspek yang diidentifikasi dalam proses pendugaan dampak antara lain adalah aspek
sumber geohidrologi, aspek iklim dan greenhouse, aspek tata ruang dan transportasi,
aspek hayati, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek fisik-kimia.
Adapun rencana kegiatan pembangunan PLTS yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Pra-Konstruksi
a. Sosialisasi rencana pembangunan PLTS di Oelpuah kepada masyarakat,
dimaksudkan agar masyarakat mengetahui tentang pembangunan PLTS di daerah
mereka, serta dampak yang mungkin ditimbulkan dari pembangunan PLTS
tersebut.
b. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dari tahap persiapan masyarakat,
pengorganisasian, pelatihan, pendampingan, serta monitoring dan evaluasi,
tujuannya agar masyarakat di sekitar PLTS berdaya dalam aspek sosialekonominya. Program pemberdayaan masyarakat diwujudkan dengan kerjasama
dengan pemerintah dan LSM. Pemberdayaan masyarakat meliputi perekrutan
tenaga kerja untuk PLTS dan pelatihan SDM lainnya untuk keberlangsungan dan
kemajuan ekonomi di sekitar PLTS. Khusus untuk tenaga kerja yang akan
direkrut PLTS, diharapkan dapat mengelola sendiri PLTS di daerahnya, atau
minimal mengerti cara mengontrol dan memelihara sistem PLTS yang ada.
2. Konstruksi
a. Persiapan dan pesanan material. Jadwal untuk mobilisasi peralatan dan tenaga
kerja, serta administrasi lapangan sudah harus dipersiapkan secara terperinci.
Penempatan bahan/material dan lalu lintas juga harus sudah dipersiapkan
sebelumnya.
b. Pengepakan dan angkutan material ke lokasi. Hal-hal seperti penanganan
material, suhu, cuaca, dan jarak pengangkutan material harus benar-benar
diperhatikan. Selain itu dokumen identitas material juga harus dipersiapkan.
c. Persiapan pemasangan material. Sebelumnya harus dilakukan pembersihan
lapangan/lokasi pembangunan dari hal-hal yang menghalangi pelaksanaan
pembangunan.
d. Pemasangan tiang dan panel surya. Pemasangan tiang dilakukan di halaman
rumah dengan tiang kayu/bambu sesuai dengan ukuran yang diharapkan,
pemasangan juga dapat dilakukan menempel pada konstruksi rumah dengan
melubangi seng atau atap nirah sehingga tiang menembus atap bagian luar rumah.
Sedangkan untuk panel surya, pemasangan di luar rumah dengan arah yang
langsung menghadap matahari dengan menyesuakan keadaan/tempat/situasi yang
ada.
e. Pemasangan instalasi, lampu, Battery Charge Regulator, dan Acc. Dilakukan
dengan persiapan material seperti paku, palu, kabel, voltmeter, dan lain-lain.
Kemudian dilakukan pemasangan instalasi kabel dengan rapi dan aman dari
jangkauan anak-anak.
f. Pemeriksaan dan pengujian material sesuai dengan spesifikasi yang ada.
g. Pengerjaan konstruksi sipil antara lain pembangunan main power building, sarana
dan prasarana pendukung, serta gedung kontrol dan perlengkapannya.
3. Operasional
a. Demobilisasi peralatan yang telah dipakai dalam pembangunan PLTS.
Demobilisasi ini memungkinkan terjadinya kemacetan dikarenakan padatnya arus
kendaraan.
b. Identifikasi dan Pemeriksaan Komponen PLTS. Komponen ini berupa solar
module, AC Module, dan Controller. Pada tahap ini juga dilakukan pemeriksaan
instalasi listrik.
c. Pembangkitan tenaga listrik oleh komponen dan fasilitas pembangkit yang telah
tersedia. Operator harus terus memantau dan mengontrol setiap saat peralatan
operasi, seperti Start Up, Stopping, dan Emergency.
Adapun aspek lingkungan sekitar yang mungkin menerima perubahan dampak
lingkungan dengan adanya PLTS, antara lain:
1. Aspek Sumber Geohidrologi
 Erosi tanah, peningkatan beban sedimen , penurunan filtrasi polutan dari udara
dan air hujan, berkurangnya resapan air tanah, meningkatnya kemungkinan banjir.
 Berubahnya tingkat tingkat
infiltrasi tanah, bertambahnya run off ratio, dan
perubahan evapotranspirasi
2. Aspek Iklim dan Greenhouse

Kebutuhan lahan yang besar mengakibatkan berkurangnya lahan hijau.
Berkurangnya lahan hijau mengakibatkan berkurangnya penyerapan CO2 oleh
pohon-pohon dan tanaman.

Perubahan cuaca/iklim dikarenakan selama operasi PLT meningkatkan suhu di
sekitar.
3. Aspek Tata Ruang dan Transportasi

Menggunakan lahan yang sangat luas untuk menghasilkan energy per kWh
(Membutukan sekitar 7 Ha untuk menghasilkan energy 5 MW).

Gangguan lalu lintas saat pengangkutan material.
4. Aspek Hayati

Habitat asli hewan dan tumbuhan yang diubah menjadi PLTS akan mengurangi
lahan yang biasa mereka huni. Hal tersebut menyebabkan gerakan hewan terbatas,
kemudian terjadi perubahan perilaku konsumsi oleh hewan. Sedangkan pada
tumbuhan akan mengubah vegetasi yang telah ada.

Pembangunan dianjurkan di daerah kering yang tidak banyak vegetasi dan hewan,
dengan demikian manfaat yang diberikan oleh PLTS menjadi lebih optimal.
Selain itu tidak diperlukan pemulihan lahan seperti bila dilakukan pembangunan
di daerah produktif tanah.
5. Aspek Sosial-Ekonomi-Budaya

Meningkatnya kriminalitas di sekitar lingkungan PLTS.

Masyarakat mendapat pencahayaan domestik di daerahnya dan kebutuhan listrik
dasar sehingga dapat mengakses computer, radio, telepon, dan lain-lain.

Adanya pemisahan kelas di masyarakat serta perubahan kebudayaan dan gaya
hidup masyarakat sekitar PLTS.

Meningkatnya produktivitas masyrakat di malam hari karena sudah mengalirnya
listrik di desa tersebut.

Terciptanya rasa aman dan nyaman saat malam hari.

Mengurangi angka migrasi.
6. Aspek Fisik-Kimia

Akan ada sedikit kebisingan selama operasi peralatan listrik dan selama masa
konstruksi PLT.

Akan ada polusi udara, air, dan tanah selama masa konstruksi PLT.
Berikut adalah metode yang dipakai dalam pendugaan dampak:
-
Metode Flowchart
-
Metode Checklist
TAHAPAN KEGIATAN
Pra-Konstruksi
Sosialisas
KOMPONEN
i
Pem-
Konstruksi
Operasi
Persiapa
Angkuta
Pembersiha
Pemasanga
Pengerjaa
Demobilisas
n
n
n
n
n
i
LINGKUNGAN
Identifikasi
Operasi
Pemeriksaa
Rencana
Berdayaan
Pesanan
Material
Lokasi
Masyaraka
Kegiatan
t
Panel Surya
Konstruksi
Peralatan
n
dan
Material
Instalasi
PemBangki
Sipil
Komponen
t
Aspek Sumber Geohidrologi
Erosi Tanah
X
X
X
X
V
X
V
X
X
X
X
X
X
X
V
X
V
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
V
X
X
X
X
V
X
V
X
X
V
X
X
X
X
V
X
V
X
X
X
X
V
X
X
V
Peningkatan
Sedimen
Penurunan
Filtrasi Polutan
Berkurangnya
Resapan Air
Bertambahnya
Run Off Ratio
Aspek Iklim dan Greenhouse
Berkurangnya
X
X
X
X
V
Resapan CO2
Perubahan
Cuaca/Iklim
X
X
X
X
X
X
X
X
X
V
Aspek Tata Ruang dan Transportasi
Penggunaan
Lahan yang Luas
X
X
X
X
V
V
V
X
X
X
X
X
X
V
X
X
X
V
X
X
Gangguan Lalu
Lintas
Aspek Hayati
Terganggunya
Habitat Biotik
X
X
X
X
V
X
V
X
X
V
X
X
X
X
V
X
V
X
X
V
Berkurangnya
Produktivitas
Tanah
Aspek Sosial-Ekonomi-Budaya
Meningkatnya
Kriminalitas
V
V
X
X
X
X
X
X
X
X
Listrik
X
X
X
X
X
X
X
X
X
V
Pemisahan Kelas
X
V
X
X
X
X
X
X
X
X
Masyarakat
dapat Akses
di Masyarakat
Rasa Aman di
Malam Hari
X
X
X
X
X
X
X
X
X
V
X
V
X
X
X
X
X
X
X
V
Mengurangi
Angka Migrasi
Aspek Fisik-Kimia
Kebisingan
X
X
X
V
V
X
V
V
X
V
Polusi
X
X
X
V
V
X
V
V
X
V
X
: Tidak Ada Potensi Dampak
V
: Ada Potensi Dampak Kecil
-
Metode Matriks Skoring
TAHAPAN KEGIATAN
Pra-Konstruksi
Sosialisas
KOMPONEN
i
Pem-
Konstruksi
Operasi
Persiapa
Angkuta
Pembersiha
Pemasanga
Pengerjaa
Demobilisas
n
n
n
n
n
i
LINGKUNGAN
Identifikasi
Operasi
Pemeriksaa
Rencana
Berdayaan
Pesanan
Material
Lokasi
Masyaraka
Kegiatan
t
Panel Surya
Konstruksi
Peralatan
n
dan
Material
Instalasi
PemBangki
Sipil
Komponen
t
Aspek Sumber Geohidrologi
Erosi Tanah
0
0
0
0
(-)2s
0
(-)2s
0
0
0
0
0
0
0
(-)2s
0
(-)2s
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(-)2p
0
0
0
0
(-)2s
0
(-)2s
0
0
(-)2p
0
0
0
0
(-)3s
0
(-)3s
0
0
0
0
(-)2s
0
0
(-)2p
Peningkatan
Sedimen
Penurunan
Filtrasi Polutan
Berkurangnya
Resapan Air
Bertambahnya
Run Off Ratio
Aspek Iklim dan Greenhouse
Berkurangnya
0
0
0
0
(-)2s
Pohon Resapan
CO2
Perubahan
Cuaca/Iklim
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(-)3s
Aspek Tata Ruang dan Transportasi
Penggunaan
Lahan yang Luas
0
0
0
0
(-)3p
(-)1s
(-)2s
0
0
0
0
0
0
(-)3s
0
0
0
(-)3s
0
0
Gangguan Lalu
Lintas
Aspek Hayati
Terganggunya
Habitat Biotik
0
0
0
0
(-)3s
0
(-)3s
0
0
(-)2p
0
0
0
0
(-)3s
0
(-)3s
0
0
(-)2p
Berkurangnya
Produktivitas
Tanah
Aspek Sosial-Ekonomi-Budaya
Meningkatnya
Kriminalitas
(-)2s
(-)1s
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(+)4p
Masyarakat
dapat Akses
Listrik
Pemisahan Kelas
Sosial di
Masyarakat
0
(-)2p
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(+)4p
0
(+)3s
0
0
0
0
0
0
0
(+3)p
Rasa Aman di
Malam Hari
Mengurangi
Angka Migrasi
Aspek Fisik-Kimia
Kebisingan
0
0
0
(-)3s
(-)3s
0
(-)3s
(-)3s
0
(-)2p
Polusi
0
0
0
(-)2s
(-)2s
0
(-)2s
(-)2s
0
(-)2p
Keterangan:
(+) = Dampak Positif
s = Sementara
Skala dampak:
(-) = Dampak Negatif
p = Permanen
1 = sangat kecil;
2 = kecil ;
3 = sedang;
4=besar;
5= sangat besar.
D. DAMPAK PEMBANGUNAN PLTS DAN KUANTISASINYA
Berikut adalah dampak-dampak pembangunan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga
Surya):
1. Kebutuhan lahan
Kebutuhan lahan yang diperlukan untuk membangun PLTS Oelpuah, Kupang,
NTT, adalah 7 ha, hal ini berarti diperlukannya pembebasan lahan untuk
pembangunan PLTS Oelpuah berdaya 5 MW dengan total biaya USD 11,2 juta.
Selama pengoperasiannya daya yang dihasilkan oleh PLTS hanya mampu mencapai
puncak pada daya 4MW, disaat iklim tidak mendukung, seperti saat musim hujan,
PLTS hanya mensuplai daya 27% dari kapasitas. Pembebasan lahan yang dilakukan
sebelumnya merupakan lahan kosong, yang terdiri atas pepohonan, dampak yang
ditimbulkan oleh pembangunan PLTS ini jelas pada habitat hewan dan tumbuhan
yang ada disekitar Pembangkit. Terganggunya habitat hewan dan tumbuhan bisa
menyebabkan terputusnya rantai makanan yang ada pada kawasan tersebut, akibatnya,
terjadi ketidakseimbangan komposisi tumbuhan dan hewan yang ada disana. Upaya
yang dilakukan adalah dengan memindahkan habitat hewan ke tempat lain, agar
terjadi kesetimbangan, dan berita yang beredar di Kupang, NTT juga tidak pernah
memberitakan kesetimbangan habitat hewan dan tumbuhan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembangunan PLTS tidak terlalu berdampak besar terhadap
lingkungan.
Alih fungsi lahan ini merupakan dampak lingkungan terbesar dari pemasangan
PLTS. PLTS Oelpuah dipasang di atas tanah dengan lahan yang mencapai 7,5
hektare. Lahan yang digunakan merupakan lahan milik warga setempat dan
kesepakatan antara pemrakarsa proyek yakni PT LEN dengan warga juga telah
tersepakati.
Tanah seluas 7,5 hektare yang dapat dimanfaatkan untuk menanam padi dan
memenuhi kebutuhan warga setempat secara percuma dialihfungsikan sebagai lahan
tidak produktif. Jika lahan tersebut digunakan untuk menanam padi, ilustrasi kerugian
dapat ditunjukkan sebagai berikut.
Asumsi padi yang digunakan berjenis IR64 yang memiliki hasil panen per
hektare nya 5 ton gabah basah per musim (sekitar 4 bulan). Ketika dijualkan ke pasar,
tiap kilogram gabah basah dihargai Rp 3900.
Total produksi gabah basah:
Harga pasaran gabah basah:
Nominal kerugian yang diakibatkan sampai jutaan rupiah per 4 bulan.
Penghasilan masyarakat sekitar yang bisa memanfaatkan lahan tersebut untuk
menanam padi dan menjadikan masukan keluarga harus diganti dengan lapangan sel
surya.
2. Polusi visual
Di sisi lain, dampak yang ditimbulkan juga dari polusi visual. Polusi visual
yang dimaksudkan adalah gangguan penglihatan terhadap lanskap. Gangguan yang
ditimbulkan adalah silau atau glare. Kesilauan tergantung pada arah pandang manusia
dengan sudut datang pancaran sinar matahari.
Gambar 1 Pemantulan cahaya pada bidang reflektor datar.
Sumber: http://www.areabaca.com/2014/12/pemantulan-cahaya-pada-cermin-datar.html
Pantulan yang ditimbulkan akan mempengaruhi pandangan mata manusia
yang berada di sekitar lokasi PLTS. Terlebih lagi, tidak hanya satu PLTS, tetapi juga
ratusan modul array PV yang berada di atas lahan kurang dari 7,5 hektare. Namun,
efek dari jenis PLTS ini tidak sebesar efek yang ditimbulkan oleh PLTS jenis
Concentrated Solar Power (CSP) dan heliostat yang keduanya memanfaatkan panas
matahari menggunakan 100% cermin. Hal ini bisa menyebabkan berukurangnya
produktivitas warga yang berada di sekitar PLTS. Solusi yang ditawarkan adalah
warga harus memakai kacamata antiradiasi agar warga bekerja seperti semula.
3. Pembangunan SUTET
SUTET adalah singkatan dari Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi dengan
kekuatan 500 kV yang ditujukan untuk menyalurkan energi listrik dari pusat-pusat
pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga energi listrik bisa
disalurkan dengan efisien. Kehadiran medan listrik dan medan magnet di sekitar
kehidupan manusia tidak dapat dirasakan oleh indera manusia, kecuali jika
intensitasnya cukup besar dan terasa hanya bagi orang yang hipersensitif saja. Medan
listrik dan medan magnet termasuk kelompok radiasi non-pengion. Radiasi ini relatif
tidak berbahaya, berbeda sama sekali dengan radiasi jenis pengion seperti radiasi
nuklir atau radiasi sinar rontgen. Namun, medan Listrik di bawah jaringan dapat
menimbulkan beberapa hal, antara lain :

menimbulkan suara/bunyi mendesis akibat ionisasi pada permukaan penghantar
(konduktor) yang kadang disertai cahaya keunguan,

bulu/rambut berdiri pada bagian badan yang terpajan akibat gaya tarik medan
listrik yang kecil,

lampu neon dan tes-pen dapat menyala tetapi redup, akibat mudahnya gas neon di
dalam tabung lampu dan tes-pen terionisasi,

kejutan lemah pada sentuhan pertama terhadap benda-benda yang mudah
menghantar listrik (seperti atap seng, pagar besi, kawat jemuran dan badan
mobil).
Pemerintah telah mengeluarkan aturan tentang pendirian sutet yaitu SNI 04-
6918-2002 tentang ”Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada SUTET”. SNI
mempunyai pendapat yang berbeda dengan kepmen ESDM di atas mengenai jarak
runag aman, yang dapat kita lihat dibawah ini :
1. Jarak bebas umum Vertikal dari konduktor dengan bangunan, yaitu 9 meter untuk
SUTET.
2. Jarak bebas minimum horizontal dari sumbu menara, yaitu :

22 meter untuk SUTET 500 KV sirkit tunggal.

17 meter untuk SUTET 500 KV sirkit ganda.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Proyek pembangunan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di Oelpuah,
Kupang, Nusa Tenggara Timur bukanlah proyek yang sempurna. Terdapat sejumlah
dampak penting yang ditimbulkan ke lingkungan yang perlu menjadi pertimbangan dan
perhatian khusus sebelum dimulainya pelaksanaan proyek ini. Namun, dengan langkah
analisis kuantitatif dan rencana mitigasi yang pemrakarsa tawarkan, seluruh dampak
penting yang dikaji telah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak lagi mengganggu
lingkungan. Di antaranya ialah dampak alih fungsi lahan yang nyatanya tidak melebihi
baku mutu, serta dampak polusi visual yang telah termitigasi. Dengan demikian,
pemrakarsa yakin bahwa proyek ini layak mendapat izin dan dilaksanakan, mengingat
tingginya desakan akan kebutuhan energi listrik, besarnya keuntungan yang ditawarkan,
dan minimnya dampak negatif yang ditimbulkan.
F. REFERENSI
Bank Indonesia. 2015. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Nusa Tenggara
Tengah.
Faot, Nusin dkk. 2010. Kajian Faktor Predisposisi Mengkonsumsi Minuman Keras Pada
Masyarakat Oelpuah Kabupaten Kupang Pada Tahun 2010. Undana.
Badan Statistik Kabupaten Kupang, https://kupangkab.bps.go.id
Khasanah.Imrotul., Sulistiyoati., dkk, “Makalah Prakiraan Dampak”, FMIPA, UNDIPSemarang, 2013
Gekas.V., Frantzeskaki., dkk,”Environmental Impact Assesment of Solar Energy
Systems Result from a Life Cycle Analysis”, Technical University of Crete,
Chania, 2002.
Turney.Damon., dan Fthenakis.Vasilis., “Environmental impacts from the installation
and operation of large-scale solar power plants”, Brookhaven National
Laboratory, New York, 2011.
eddiedandel.blogspot.co.id/2011/09/metode-pelaksanaan-pekerjaanpengadaan.html?m=1 diakses pada 4 April 2017
Sudharsana. Ratna., “Dampak Penggunaan Energi Listrik Tenaga Surya terhadap Gaya
Hidup Masyarakat di Desa Pusu NTT”, Semiar Renewable Energy & Sustainable
Development in Indonesia Past Experience, Jakarta, 2009
Sukendar.Tatang., dan Thamrin.Husni., Modul Pengoperasian PLTS, PPPPTK, Bandung,
2008.
http://www.gerbangpertanian.com/2015/10/cara-menghitung-produksi-padi.html, diakses
20.35 4 April 2017
http://www.len.co.id/jokowi-resmikan-sistem-plts-terbesar-indonesia/, diakses 20.45 4
April 2017
http://id.beritasatu.com/energy/instalasi-plts-oelpuah-terbesar-di-indonesia/136197,
diakses 21.00 4 April 2017
NN. 2010. Draft Solar PEIS: 5 Impacts of Solar Energy Development and Potential
Mitigation Measures.
http://m.detik.com/finance/read/2015/12/27/181336/3105036/1034/jokowi-resmikanpembangkit-listrik-tenaga-surya-terbesar-diindonesia?_ga=1.120324299.2145474980.1487056150
Suci Pertiwi, http://www.klikdokter.com/tanya-dokter/read/2754273/jarak-aman-rumahdan-sutet
Download