Uploaded by Menik Ayhu

DKA

advertisement
REFLEKSI KASUS
“
APRIL 2019
Dermatitis Kontak Alergi ”
Disusun Oleh:
Menik Ayu Nurhayati
N 111 17 146
Pembimbing :
dr. Seniwaty Ismail, Sp. KK, FINSDV
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU
I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
: Tn. J
Umur
: 65 Tahun
Alamat
: Jl. RE Martadinata No. 16
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
:-
Tanggal pemeriksaan
: 16 April 2019
Tempat pemeriksaan
: Poli Kulit dan Kelamin RSUD Undata Palu
II. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Bercak hitam dan gatal pada kedua punggung kaki.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien laki-laki usia 65 tahun datang ke poli Kulit dan Kelamin RSUD
Undata dengan keluhan terdapat bercak berwarna hitam pada kedua punggung
kaki, terkadang dirasakan sangat gatal hingga terasa perih. Keluhan ini
dirasakan sudah sekitar ± 1 bulan yang lalu. Awalnya berupa kulit yang
memerah saja pada bagian punggung kaki yang berkontak dengan sandal karet.
Kemerahan pada kulit tidak langsung muncul melainkan setelah berkontak
ulang dengan sandal jepit karet. Kemudian kulit yang memerah tersebut mulai
terasa gatal dan mulai menjadi bercak kehitaman pada punggung kaki yang
berkontak dengan sandal karet. Bercak kehitaman mulai menyebar ke ibu jari
dan jari telunjuk kedua kaki ± 1-3 minggu kemudian. Tidak tersa nyeri, tidak
terasa terbakar dan tidak panas. Tidak terdapat bercak kehitaman dibagian tubuh
yang lain. Selama ini pasien sudah berobat ke puskesmas dan mendapatkan obat
diminum dan obat salep (nama obat dan salep lupa). Setelah minum obat
tersebut pasien mengaku gatal hilang pada punggung kaki, ibu jari dan jari
telunjuk berkurang. Bercak kehitaman masih ada.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat alergi (-).
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalisata
1) Keadaan umum
: Sakit Ringan
2) Status Gizi
: Baik
3) Kesadaran
: Composmentis
b. Tanda-tanda Vital
TD
: 120/90 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5 ͦ C
c. Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit:
1. Kepala
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
2. Wajah
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
3. Leher
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
4. Dada
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK).
5. Punggung
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
6. Perut
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
7. Genitalia
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8. Bokong
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
9. Ekstremitas atas
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
10. Ekstremitas bawah
: Terdapat plak hiperpigmentasi dengan skuama
kasar diatasnya dan terdapat likenifikasi terlokalisir dan simetris berbatas
tegas regio kedua punggung kaki, kedua ibu jari dan kedua jari telunjuk.
IV. DOKUMENTASI KASUS
Gambar 1. Terdapat plak hiperpigmentasi dengan skuama kasar diatasnya dan
terdapat likenifikasi terlokalisir dan simetris berbatas tegas regio punggung kaki
kanan.
Gambar 2. Terdapat plak hiperpigmentasi dengan skuama kasar diatasnya dan
terdapat likenifikasi terlokalisir dan simetris berbatas tegas regio punggung kaki
kiri.
Gambar 3. Terdapat plak hiperpigmentasi dengan skuama kasar diatasnya
dan terdapat likenifikasi terlokalisir dan simetris berbatas tegas regio
punggung kaki kanan dan kiri.
V. RESUME
Pasien laki-laki usia 65 tahun datang ke poli Kulit dan Kelamin RSUD
Undata dengan keluhan terdapat bercak berwarna hitam pada kedua punggung
kaki, terkadang dirasakan sangat gatal hingga terasa perih. Keluhan ini dirasakan
sudah sekitar ± 1 bulan yang lalu. Awalnya berupa kulit yang memerah saja pada
bagian punggung kaki yang berkontak dengan sandal karet. Kemerahan pada kulit
tidak langsung muncul melainkan setelah berkontak ulang dengan sandal jepit
karet. Kemudian kulit yang memerah tersebut mulai terasa gatal dan mulai
menjadi bercak kehitaman pada punggung kaki yang berkontak dengan sandal
karet. Bercak kehitaman mulai menyebar ke ibu jari dan jari telunjuk kedua kaki ±
1-3 minggu kemudian. Tidak tersa nyeri, tidak terasa terbakar dan tidak panas.
Tidak terdapat bercak kehitaman dibagian tubuh yang lain. Selama ini pasien
sudah berobat ke puskesmas dan mendapatkan obat diminum dan obat salep
(nama obat dan salep lupa). Setelah minum obat tersebut pasien mengaku gatal
hilang pada punggung kaki, ibu jari dan jari telunjuk berkurang. Bercak kehitaman
masih ada. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah: 120/90 mmHg, nadi:
80 x/menit, pernapasa: 20 x/menit, suhu: 36,5oC. Status dermatologis didapatkan:
Terdapat plak hiperpigmentasi dengan skuama kasar diatasnya dan terdapat
likenifikasi terlokalisir dan simetris berbatas tegas regio kedua punggung kaki,
kedua ibu jari dan kedua jari telunjuk.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Kontak Alergi e.c sandal jepit karet
VII. DIAGNOSIS BANDING
 Dermatitis Kontak iritan
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Uji temple (tidak dilakukan)
IX. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
 Hentikan pemaikaian sandal karet.
 Jaga kebersihan kaki.
 Jaga kaki untuk tetap kering.
 Kompres larutan garam faal pada bagian kelainan kulitnya.
b. Medikamentosa
 Terapi topical : Krim pelembab : Urea 10% 40g
Desoximetasone 0,25% : 2,5 g
 Terapi sistemik : gol. Antihistamin : Loratadin 10 mg
X. PROGNOSIS
1.
2.
3.
4.
Qua ad vitam
Qua ad fungsionam
Qua ad sanationam
Qua ad cosmeticam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
: dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah dermatitis yang terjadi karena
pajanan ulang pada kulit secara langsung dengan substansi alergenik, dan
mekanisme
yang
mendasari
proses
terjadinya
DKA
termasuk
reaksi
hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV).
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, linefikasi)
dan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin
hanya beberapa (oligomorfik). dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.
Sinonim dermatitis adalah eksem. Ada yang membedakan antara dermatitis dan
eksem, tetapi pada umumnya menganggap sama. Penyebab dermatitis dapat
berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia, fisik (contoh: sinar),
mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik. Sebagian lain tidak diketahui pasti. Banyak macam dermatitis
yang belum diketahui patogenesisnya, terutama yang penyebabnya fakktor
endogen. Yang telah banyak dipelajari adalah tentang dermatitis kontak, baik
yang tipe alergik maupun iritan primer. Pada umumnya penderita dermatitis
mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batasnya dapat
tegas dapat pula tidak tegas, penyebarannya dapat setempat, generalisata, bahkan
universalis. Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel
atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah (medidans). Stadium
subakut, eritema berkurang, eksudat mongering menjadi krusta. Sedang
pada stadium kronis tampak lesi kronis, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi,
dan papul, mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan. 1
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu
dermatitis memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
Demikian pula jenis efloresensinya tidak selalu harus polimorfi, mungkin hanya
oligomorfi. Hingga kini belum ada kesepakatan internasional mengenai tata nama
dan klasifikasi dermatitis, tidak hanya karena penyebabnya yang multi faktor,
tetapi juga karena seseorang dapat menderita lebih dari satu jenis dermatitis pada
waktu yang bersamaan atau bergantian.
Ada yang memberi nama berdasarkan

Etiologi
(contoh
: dermatitis
kontak,
radiodermatitis,
dermatitis
medikamentosa)

Morfologi (contoh : dermatitis papulosa, dermatitis vesikulosa,dermatitis
medidasns, dermatitis eksfoliativa)

Bentuk (contoh : dermatitis numularis)

Lokalisasi (contoh : dermatitis interdigitalis, dermatitis intertriginosa,
dermatitis manus, dermatitis generalisata), dan ada pula yang berdasarkan

Lama atau stadium penyakit (contoh : dermatitis akut, dermatitis
subakut, dermatitis kronis) > Perubahan histopatologi dermatitis terjadi
pada epidermis dan dermis, bergantung pada stadiumnya.
Stadium akut kelainan di epidermis berupa vesikel atau bula, spongiosis, edema
intrasel,dan eksositosis, terutama sel mononuklear. Dermis sembab, pembuluh
darah melebar, ditemukan sebukan terutama sel mononuklear; eosinofil kadang
ditemukan, bergantung pada penyebab dermatitis.
Kelainan pada Stadium subakut hampir seperti stadium akut, jumlah vesikel di
epidermis berkurang, spongiosis masih jelas, epidermis tertutup krusta, dan
parakeratosis; edema di dermis berkurang, vasodilatasi masih tampak jelas,
demikian pula sebukan sel radang.
Epidermis pada Stadium kronis, hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, rete ridges
memanjang, kadang ditemukan spongiosis ringan; vesikel tidak ada lagi. Papila
dermis memanjang (papilamatosis), dinding pembuluh darah menebal, dermis
terutama di bagian atas bersebukan selradang mononuklear, jumlah fibroblas dan
kolagen bertambah.2,3
Pengobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu menyingkirkan
penyebabnya. Tetapi, seperti diketahui penyebab dermatitis multi faktor, kadang
juga tidak diketahui pasti, maka pengobatan bersifat simtomatis, yaitu dengan
menghilangkan/mengurangi keluhan dan menekan peradangan. Pada kasus ringan
dapat diberikan antihistamin, atau antihistamin dikombinasi dengan antiserotonin,
antibradikinin, anti-SRA, dan sebagainya. Pada kasus akut dan berat dapat
diberikortikosteroid.
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini:
1. Dermatitis akut/basah (medidans) harus diobati secara basah (kompres
terbuka). Bila subakut,diberi losio (bedak kocok), krim, pasta, atau
linimentum (pasta pendingin). Krim diberikan padadaerah yang berambut,
sedang pasta pada daerah yang tidak berambut. Bila kronik, diberi salap.
2. Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah persentase obat spesifik.
DERMATITIS KONTAK ALERGIK
EPIDEMIOLOGI
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita
dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang
kulitnya sangat peka (hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi mengenai
prevalensi dermatitis ini di masyarakat.
ETIOLOGI
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa
bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut
bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi
sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.
PATOGENESIS
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah
mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune
respons)atau reaksi tipe IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit timbulnya lambat
(delayed hypersensitivit ), umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan
alergen. Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik,
terlebih dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya.
Perubahan ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang
disebut hapten yang akan terikat dengan protein, membentuk antigen lengkap.
Antigen ini ditangkap dan diproses leh makrofag dan sel Langerhans, selanjutnya
dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak dengan yang telah diproses ini, sel T
menujuke kelenjar getah bening regional untuk berdeferensiasi dan berproliferasi
membentuk sel Tefektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Sel-sel
ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid,
sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.
Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitive disebut fase
induksi atau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada
umumnya reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat
sensitisasi alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat
mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya sensitizer lembah seperti bahanbahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada umumnya kelainan kulit
pertama muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut, bisa bulanan atau
tahunan. Sedangkan periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang
sama atau serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi, umumnya
berlangsung antara 24-48 jam. 4,5
GEJALA KLINIS
Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada
keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas
jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula
dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat
kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak
jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis;
mungkin penyebabnya juga campuran. Berbagai lokalisasi terjadinya dermatitis
kontak :

Tangan.
Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling
sering di tangan, misalnya pada ibu rumah tangga. Demikian pula
kebanyakan dermatitis kontak akibat kerja ditemukan ditangan. Sebagian
besar memang oleh karena bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya
deterjen, antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen, dan pestisida.

Lengan.
Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam
tangan (nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di aksila
umumnya oleh bahan pengharum.

Wajah.
Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan
kosmetik, obat topikal, alergen yang di udara, nekel (tangkai kaca mata).
Bila di bibir atau sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta gigi,
getah buah-buahan. Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat
kuku, cat rambut, eyeshadows, dan obat mata.

Telinga.
Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis
kontak pada cuping telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai
kaca mata, cat rambut, hearing-aids.

Leher.
Penyebanya kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung
jari), parfum, alergen diudara, zat warna pakaian.

Badan.
Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat
warna, kancing logam, karet (elastis, busa), plastik, dan detergen.

Genitalia.
Penyebabnya dapat anti septik, obat topikal, nilon, kondom,
pembalut wanita, dan alergen yang ada di tangan.

Paha dan tungkai bawah.
Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh pakaian, dompet,
kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya anestesi
lokal, neomisin, etilendiamin), semen dan sepatu.
DIAGNOSIS
Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan
klinis yang teliti. Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan
kelainan kulit yang ditemukan. Misalnya, ada kelainan kulit berupa lesi numular
di sekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi,
maka perlu ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat
pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari anamnesis juga
meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat
sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui menimbulkan alergi, penyakit
kulit yang pernah dialami, serta penyakit kulit pada keluarganya (misalnya
dermatitis atopik, psoriasis). Pemeriksaan fisis sangat penting, karena dengan
melihat lokalisasi dan pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan
penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan oleh jam
tangan, dan di kedua kaki oleh sepatu. Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada
seluruh permukaan kulit, untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena
sebab-sebab endogen.3
DIAGNOSIS BANDING
Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan
gambaran morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis
numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis. Diagnosis banding yang terutama
ialah dengan dermatitis kontak iritan. Dalam keadaan ini pemeriksaan uji tempel
perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah dermatitis tersebut karena
kontak alergi.
PENGOBATAN
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah
upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan
menekan kelainan kulit yang timbul. Kortikosteoroid dapat diberikan dalam
jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada dermatitis kontak alergi akut
yang ditandai dengan eritema, edema, bula atau vesikel, serta eksufatif
(madidans), misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan
mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan
garam faal. Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang
telah mereda (setelah mendapat pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup
diberikan kortikosteroid topikal.5
PROGNOSIS
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontak
tannya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila
bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis
numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan bahan iritan yang tidak mungkin
dihindari.5
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko RP. Penyakit Virus.2014. In: Djuanda A, editor.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI: hal. 110-118.
2. Androphy EJ, Lowy DR.2014. Warts.In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
GilchrestBA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. EdisiKetujuh. New York: McGraw-Hill.
3. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. 2015. Viral Infection of Skin and
Mucosa. In:WolffK,Johnson RA, Suurmond D, editors. Fitzpatrick’s
Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. Edisi Keenam. New
York: McGraw-Hill.
4. Daily, Emmy SS dkk. 2005. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia:
Sebuah Panduan Bergambar. Jakarta Pusat: PT Medical Mulimedia
Indonesia.
5. Mariastutik, Dwi dkk.2009. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 2.
Surabaya: PusatPenerbitan dan Percetakan Unair.
Download