pentingnya plasenta

advertisement
PENTINGNYA PLASENTA (ARI-ARI)
Plasenta merupakan organ yang luar biasa. Plasenta berasal dari lapisan trofoblas pada ovum yang
dibuahi, lalu terhubung dengan sirkulasi ibu untuk melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan
oleh janin itu sendiri selama kehidupan intra uterin. Keberhasilan janin untuk hidup tergantung atas
keutuhan dan efisiensi plasenta.
Plasenta terbentuk pada kira-kira minggu ke-8 kehamilan berasal dari bagian konseptus yang menempel
pada endometrium uteri dan tetap terikat kuat pada endometrium sampai janin lahir. Fungsi plasenta
sendiri sangat banyak, yaitu sebagai tempat pertukaran zat dan pengambilan bahan nutrisi untuk
tumbuh kembangnya janin, sebagai alat respirasi, sebagai alat sekresi hasil metabolisme, sebagai
barrier, sebagai sumber hormonal kehamilan. Plasenta juga bekerja sebagai penghalang guna
menghindarkan mikroorganisme penyakit mencapai fetus. Kebanyakan obat-obatan juga dapat
menembus plasenta seperti morfin, barbiturat dan anestesi umum yang diberikan kepada seorang ibu
sewaktu melahirkan, dapat menekan pernafasan bayi yang baru lahir.
Struktur Placenta
Plasenta merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran
zat antara ibu dan anak dan sebaliknya, berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20
cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram.
Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri.
Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas sehingga lebih banyak
tempat untuk melakukan implantasi. Permukaan fetal ialah yang menghadap ke janin, warnanya
keputih-putihan dan licin karena tertutup oleh amnion, di bawah nampak pembuluh-pembuluh darah.
Permukaan maternal yang menghadap dinding rahim, berwarna merah dan terbagi-bagi oleh celahcelah/sekat-sekat yang berasal dari jaringan ibu. Oleh sekat ini, plasenta dibagi menjadi 16-20 kotiledon.
Pada penampang sebuah plasenta,yang masih melekat pada dinding rahim nampak bahwa plasenta
terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang dibentuk oleh jaringan anak dan bagian yang dibentuk oleh
jaringan ibu.
Bagian yang terdiri dari jaringan anak disebut piring penutup (membrana chorii), yang dibentuk oleh
amnion, pembuluh-pembuluh darah janin, chorion dan villi. Bagian yang terbentuk dari jaringan ibu
disebut piring desidua atau piring basal yang terdiri dari desidua compacta dan sebagian dari desidua
spongiosa, yang kelak ikut lepas dengan plasenta.
a. Ultrastruktur trofoblas dipermukaan sinsitium tampak jelas mikrofilus, setara dengan bushborder
yang terlihat pada mikroskop cahaya. Keberadaan vesikel dan fakuol pinositotik berkaitan dengan fungsi
absorbsi dan sekretorik placenta. Lapisan dalam vilus-sitrotofoblas, menetap sampai kehamilan aterm,
walaupun sering tertekan ke lamina basalis trofoblas dan mempertahankan ultrastrukturnya.
b. Vilikorionik.
Vilus pertama kali dapat dikenali dengan mudah pada placenta manusia dapat dikenali setelah hari ke 12
setelah fertilisasi. Saat korda mesenkim yang berasal dari sitotrofoblas menginfasi kolom trofoblas padat
terbentuk vilus sekunder. Setelah terjadi angiogenesis dari inti mesenkim insitu, vilus yang terbentuk
disebut vilus terseir. Sinus-sinus vena ibu telah terbuka pada awal proses inplantasi tetapi sampai hari ke
14 – 15 setelah fertilisasi darah arteri ibu belum masuk ke ruang antar vilus. Pada sekitar hari ke 17
pembuluh darah janin sudah berfungsi dan telah terbentuk sirkulasi placenta. Sirkulasi janin placenta
terbentuk sempurna saat pembuluh darah janin sudah berfungsi, dan telah terbentuk sirkulasi placenta.
Sirkulasi janin placenta terbentuk sempurna saat pembuluh darah mudigah bertemu dengan pembuluh
darah korion. Pada awal kehamilan vilus tersebar diseluruh perifer membran korion. Vilus yang
berkontak dengan desidua basalis berproliferasi untuk membentuk korion frondosum yang merupakan
komponen janin placenta. Vilus yang berkontak dengan desidua kapsularis akan berhenti tumbuh dan
mengalami degenerasi menjadi korion leave. Sampai menjelang akhir bulan ke 3 korion leave akan
dipisahkan oleh rongga eksosoelum. Setelah itu korion dan amnion akan berkontak secara erat.
c. Kotiledon Placenta
Beberapa vili di korion frondosum meluas dari lempeng korionik ke desidua dan berfungsi sebagai vilus
penambat. namun sebagian besar vilus membentuk percabangan dan berakhir secara bebas di ruang
antar vilus tanpa mencapai desidua. ketika placenta matang, vilus muda yang pendek dan tebal
mengalami percabangan yang ekstensif, membentuk subdifisi-subdifisi yang semakin banyak. Setiap
kotiledon placenta diperdarahi oleh cabang arteri korionik dan untuk setiap kotiledon terdapat sebuah
vena, yang membentuk rasio arteri terhadap vena terhadap kotiledon yaitu sebesar 1 : 1 : 1.
d. Ukuran Dan Berat Placenta
Jumlah total kotiledon tidak bertambah sepanjang gestasi. masing-masing kotiledon terus tumbuh
walaupun tidak terlalu aktif pada minggu-minggu terakhir. Berat placenta cukup bervariasi bergantung
pada bagaimana placenta dipersiapkan. Menurut Boed dan Hamilton (2) placenta pada kehamilan aterm
memiliki ukuran rata-rata bergaris tengah 185 mm dan ketebalan 23 mm dengan volume 497 ml dan
berat 508 gr tetapi ukuran-ukuran sangat bervariasi.
Fungsi Plasenta
Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Salah satu fungsi plasenta adalah untuk
perfusi dan transfer nutrisi, yaitu sebagai tempat pertukaran zat dan pengambilan bahan nutrisi untuk
tumbuh dan berkembangnya janin di dalam rahim, berupa penyaluran zat asam, asam amino, vitamin
dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan karbondioksida dan sampah metabolisme janin ke
peredaran darah ibu.
Fungsi lain dari plasenta adalah :
1. Nutrisi : memberikan bahan makanan pada janin
2. Ekskresi : mengalirkan keluar sisa metabolisme janin
3. Respirasi : memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin
4. Endokrin : menghasilkan hormon-hormon : hCG, HPL, estrogen,progesteron, dan sebagainya.
5. Imunologi : menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin
6. Farmakologi : menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin, yang diberikan melalui ibu.
7. Proteksi : barrier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat toksik (tetapi akhir2 ini diragukan, karena
pada kenyataannya janin sangat mudah terpapar infeksi / intoksikasi yang dialami ibunya).
Sirkulasi Darah Pada Placenta
a. Sirkulasi Fetal
Darah janin yang terdeoksigenasi, atau darah yang menyerupai darah ibu mengalir ke placenta melalui 2
arteri umbilikalis. Pada taut antara tali pusat dan placenta, pembuluh-pembuluh umbilikus bercabang
berkali-kali dibawah amnion dan bercabang kembali didalam vilus yang terpecah-pecah, dan akhirnya
membentuk jaringan kapiler pada percabangan terakhir. Darah dengan kandungan oksigen yang jelas
lebih tinggi kembali dari placenta ke janin melalui sbuah vena umbilikalis. Cabang-cabang pembuluh
umbilikalis yang berjalan disepanjang permukaan fetal placenta disebut sebagai pembuluh permukaan
placenta atau pembuluh korion. Kedua arteri umbilikalis berpisah di lepeng korion untuk mendarahi
cabang-cabang kotiledon. Terdapat dua pola percabangan arteri korion yang berlainan. satu menyebar :
pada tipe ini adalah pola jaringan pembuluh halus yang berjalan dari tempat insersi tali pusat ke
berbagai kotiledon. Tipe magistral ditandai oleh arteri-arteri yang berjalan ke tepi placenta tanpa banyak
mengalami penyusutan diameter. Arteri-arteri ini merupakan end-arteri dan mendarahi satu kotiledon
sewaktu percabangan membelok ke bawah untuk menembus lempeng korion. Pada minggu ke 10 pasca
konsepsi, pola kecepatan aliran darah, tali pusat yang berbentuk gelombang mendadak berubah.
Sebelum waktu ini tidak dijumpai frekuensi akhir diastol. Pada masa gestasi yang lebih lanjut akan
dianggap abnormal.
b. Sirkulasi Maternal
Homeostatis janin tergantung pada sirkulasi ibu placenta yang efisien oleh karena itu para peneliti
mencoba mendefinisikan faktor-faktor yang mengendalikan aliran darah ke dan dari ruang antar vilus.
Detil-detil fisiologis yang terdapat pada sirkulasi placenta ibu adalah sebagai berikut : darah ibu masuk
melalui lempeng basal dan terdorong keatas lempeng korion oleh puncak tekanan arteri ibu sebelum
terjadi dispersi ke lateral. Setelah membasahi permukaan mikrovilus eksterna vilus korion, darah ibu
mengalir kembali melalui lubang-lubang vena dilempeng basal dan masuk ke vena-vena uterus. Dengan
demikian, darah ibu melintasi placenta secara acak tampa melalui saluran-saluran yang sudah ada.
Secara umum arteri spiralis berjalan tegak lurus, tetapi vena berjalan sejajar terhadap dinding uterus
membentuk suatu tatan yang mempermudah vena menutup saat uterus berkontraksi dan mencegah
terperasnya darah ibu ke ruang antar vilus.
Ramsay dan Donner menyajikan sebuah ringkaran tentang studi anatomis pembuluh darah
uteroplacenta. lemen-elemen sitotropoblastik mula-mula terbatas dibagian terminal arteri utero
placenta. Pada minggu ke 16 sitotropoblas ditemukan pada banyak arteri dilapisan dalam miometrium.
Pada beberapa pembuluh, penumpukan tropoblas dapat menyebabkan berhentinya sirkulasi. Jumlah
saluran arteri ke ruang antar vilus secara bertahap dikurangi oleh sitotropoblas dan oleh penetrasi
dalam tropoblas terhadap dinding arteri bagian proksimal. Setelah minggu ke 30 terbentuk fleksus vena
prominen yang memisahkan desidua basalis dari miometrium yang ikut membentuk bidang
pembelahan.
Perfusi Dan Transport Placenta
Beberapa teori yang berhubungan dengan perfusi placenta dan transportnya, dan dalam beberapa
penelitian klinik menunjukkan hasil yang signifikan dan dapat dijadikan pedoman. Salah satu penelitian
klinik berupa observasi pada kehamilan lanjut, dimana uterus mengalami over dilatasi. Hal ini
mengakibatkan otot-otot uterus tidak dapat menjepit pembuluh darah yang terbuka secara tiba-tiba.
Dari penelitian itu dikatakan bahwa ibu yang mengalami hipotensi merupakan penyebab utama
terjadinya penurunan aliran darah ke uterus dan placenta. Pada karakteristik yang lain pembuluh uterus
tidak dapat melakukan respon untuk pertukaran O2 dan CO2 maka dari itu terapi dengan memberikan
oksigen pada ibu dengan risiko janin hipoksia yang disebabkan oleh vasodilatasi dari otot-otot uterus
merupakan tindakan yang perlu dipertimbangkan. Hubungan antara oksigenisasi janin dan ibu sangat
kompleks karena beberapa faktor ikut menentukan apakah tekanan O2 dalam vena tali pusat janin
normal atau tidak.
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhinya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Asupan oksigen ke placenta.
Peredaran darah uterus dan tali pusat.
Permeabilitas placenta.
Pola perfusi placenta.
Tekanan O2 dalam arteri ibu dan konsentrasi hemoglobin.
Bentuk kurva oksigen ibu dan janin.
Pada manusia, tekanan O2 pada vena umbilikus cenderung seimbang dengan vena uterus, tidak
pada tekanan O2 arteri. tekanan O2 pada umbilikal menstimulasi pertukaran O2. Dengan
adanya teknik penambilan sampel darah pada vena umbilikus melalui abdomen, sekarang data
yang dibutuhkan tentang O2 pada vena umbilikus dapat diketahui pada pertengahan kehamilan.
Tekanan O2 pada vena umbilikus pada janin manusia meningkat pada pertengahan kehamilan
dan menurun pada akhir kehamilan. Perubahan PO2 pada kehamilan lanjut tidak meningkatkan
hipoksia janin sebab hal ini berhubungan dengan peningkatan konsentrasi hemoglobin pada
perkembangan kehamilan. Hal ini mempertahankan kandungan oksigen dalam vena umbilikal
disepanjang kehamilan.
Peningkatan aliran darah uterus meningkat dengan pesat selama kehamilan lanjut.
Bagaimanapun peningkatan aliran darah dalam uterus tidak ada hubungan dengan peningkatan
asupan oksigen dalam uterus, yang mana kadar O2 dalam vena uterus menurun seiring dengan
penambahan usia kehamilan. Dalam kehamilan penurunan kadar O2 dalam vena uterus dapat
menurunkan transport O2 kedalam vena umbilikalis. Dalam penerapan di klinis salah satu
kontribusi yang penting dari fisiologi janin telah digambarkan dalam penelitian bahwa tidak ada
hubungan yang linier antara peredaran uterus dengan transport O2 dan nutrisi pada placenta
janin.
Penelitian sekarang gencar dilakukan di beberapa bagian, yang difokuskan untuk mencari mode
spesifik tentang vasokonstriksi dan vasodilatasi pada kehamilan normal dan kehamilan patologi,
terutama pada kehamilan dengan hipertensi. Bagaiamanapun satu alur umum utuk kontraksi
vasomotor diikuti dengan produksi nitrit oksida dari uterus dan endotelium placenta.
Metabolisme dalam placenta sangat aktif membutuhkan oksigen dan glukosa yang serupa
dengan jaringan otak. Salah satu ciri metabolisma placenta adalah memproduksi laktat dan
amonia sebagai produk akhir yang dihantarkan kedalam sirkulasi uterus dan tali pusat. Karena
produksi laktat dan amonia oleh uterus wanita hamil merupakan karakteristik umum antara
spesies dengan tipe placenta yang sangat berbeda. Tampaknya layak untuk dijadikan hipotesis
bahwa ini mencerminkan aktifitas metabolik dari trofoblas sebagai lapisan epitel yang ada pada
semua tipe placenta. Sebagai tambahan, ada kemungkinan peningkatan transport glukosa di
plasenta. Pada janin dengan IUGR kadar glukosa ibu dan janin meningkat dan tampak
berkorelasi dengan peningkatan kebutuhan secara nyata. Pada kehamilan kembar kebutuhan
glukosa akan semakin meningkat pula.
Tranfer nutrisi dari ibu ke janin melalui metode transfer aktif memerlukan enzim dalam prosesnya.
Nutrisi yang komplek dipecah menjadi lebih sederhana sebelum ditransfer dan disusun kembali didalam
vili korionik janin. Glukosa merupakan partikel penting sebagai sumber energi untuk pertumbuhan
Transfer glukosa meningkat setelah umur kehamilan 30 minggu. Setelah umur kehamilan mendekati
aterm kebutuhan glukosa menjadi 10 gram per berat badan perhari janin. Kebutuhan glukosa janin lebih
dari 90% (10% didapat dari asam amino), jika terjadi kelebihan suplai glikosa dari ibu kejanin maka
glukosa yang lebih akan dikonversi menjadi lemak dan glikogen. Glikogen disimpan didalam hati dan
lemak dan disimpan disekitar jantung dan dibawah skapula. Pada trimester ketiga kehamilan 2 gram dari
lemak disintesa setiap harinya dan setelah umur kehamilan 40 minggu 15% dari berat badan janin
adalah lemak. Namun lemak seperti asam lemak bebas sedikit sekali yang ditransfer kejanin. Dan
sebelum ditransfer disintesa dahulu menjadi posfor dan lemak lain. Lemak ini akan disimpan sampai
umur kehamilan 30 minggu. Setelah lebih dari 30 minggu dan hati telah mampu untuk mensintesis
lemak maka hati akan mengambil alih sintesa tersebut.
Salah satu fungsi plasenta adalah untuk perfusi dan transfer nutrisi, yaitu sebagai tempat pertukaran zat
dan pengambilan bahan nutrisi untuk tumbuh dan berkembangnya janin di dalam rahim. Untuk dapat
terjadinya pertukaran gas CO2 dan O2 dalam plasenta, diperlukan aktivitas khusus plasenta selain
adanya perbedaan tekanan kedua gas. Dengan kemampuan pertukaran gas ini, seolah-olah plasenta
dapat ikut serta dalam keseimbangan asam-basa antara darah ibu dan fetal sehingga pH-nya tetap
terkendali.
Lebih lanjut, aktivitas terbatas placenta ini dapat mempertahankan keseimbangan tekanan gas pada
ruang intervillous sehingga pertukaran gas ini berlangsung mantap. Dikemukakan bahwa terdapat
perbedaan PO2 sekitar 10 mmHg antara vena umbilikalis dan vena uterine dan besar perbedaan yang
sama antara vena umbilikalis dengan ruang intervillous. Sekalipun diketahui bahwa CO2 larut dalam
darah dan jaringan tetapi perbedaan tekanan PCO2 antara vena umbilikalis dan vena uterine hanya 3
mmHg. Kecilnya perbedaan PO2 dan PCO2 antara artei dan vena umbilikalis, dapat disebabkan tingginya
metabolisme yang terdapat pada plasenta. Selain itu, terjadi ketidakmerataan pertukaran gas di semua
bagian plasenta.
Karbondioksida dalam darah dapat berbentuk larutan CO2 atau sebagai bikarbonat yang berfungsi
sebagai keseimbangan asam basa atau buffer. Oleh karena itu, aliran karbondioksida dari janin ke ibu
terjadi dalam bentuk molekul yang berlangsung secara difusi.Disamping itu, terdapat perbedaan afinitas
eritrosit janin yang lebih tinggi terhadap O2 sehingga dengan mudah dapat melepaskan CO2 ke dalam
darah ibu. Sedangkan afinitas eritrosit dewasa terjadi sebaliknya, yaitu dengan mudah melepaskan O2
dan mudah menarik CO2. Sejumlah konsep tentang hubungan perfusi dan transport plasenta
menunjukkan hasil yang sangat signifikan, serta mempunyai hubungan yang baik. Salah satunya adalah
tidak adanya autoregulasi dalam pembuluh darah uterus. Ini ditunjukkan pada penelitian terhadap
binatang dimana tidak ada reaksi hiperemi setelah terjadinya oklusi arteri uteri. 4)Implikasi klinis dari
penelitian tersebut adalah uterin bed pada kehamilan lanjut mungkin dilihat sebagai dilated bed yang
hamper lengkap. Dengan demikian, itu tidak mudah mengganti kerugian pada saat terjadi penurunan
vasodilatasi yang tiba-tiba. Dari perspektif klinis, hipotensi pada ibu harus dilihat sebagai factor
penyebab langsung dalam pengurangan produksi aliran darah uterus dan plasenta. Hipotensi ibu
seharusnya dihindari, khususnya pada kehamilan lanjut.
Karakteristik lain pada pembuluh darah uterus adalah tidak adanya respon dari ruang pembuluh darah
uterus dalam pergantian PO2 atau PCO2. Lagi, ini memperlihatkan signifikansi klinik yang besar, karena
itu berarti terapi oksigen untuk ibu mendukung resiko peningkatan hipoksia janin dengan adanya
vasokonstriksi pada uterus. Pada penelitian lainnya, dengan percobaan pada binatang dimana
pemberian oksigen pada ibu meningkatkan oksigenasi janin. Penelitian ini didukung oleh pendekatan
klinik yang menggunakan terapi oksigen pada ibu pada saat terdapat tanda fetal distress selama kala I
dan kala II. Beberapa penelitian pada binatang mendukung penggunaan terapi oksigen pada ibu pada
hipoksia janin.
Dampak dari pemberian oksigen ketika aliran darah umbilicus dan uterus dan oksigenasi janin bahwa
tidak ada efek peningkatan PO2 ibu ketika darah uterus dan umbilicus mengalir, dan hal itu berarti
harapan bahwa PO2 vena umbilical mewakili darah yang teroksigenasi pada janin,meningkat secara
signifikan. Secara klinis, penelitian pertama memperlihatkan efek ketika oksigenasi janin dengan
pemberian oksigen ibu menjadi dasar perubahan PO2 kulit kepala janin dan dengan mengambil sample
kulit kepala janin selama persalinan. Baru-baru ini, pemberian oksigen pada ibu digunakan pada
komplikasi kehamilan dengan IUGR. Efek menguntungkannya adalah keduanya ditetapkan dengan
adanya perubaan PO2 darah janin dan saturasi darah yang didapatkan dari cordosintesis dan dengan
kemajuan percepatan yang berbentuk gelombang pengukuran pada aorta asenden janin dianjurkan
untuk mengurangi impedansi plasenta selama terapi oksigen pada ibu. Pada manusia, PO2 vena
umbilicus cenderung sama dengan vena uterus, bukan arteri. PO2 vena umbilikal pertengahan
kehamilan manusia lebih tinggi pada pertengahan kehamilan dan menurun pada kehamilan lanjut. PO2
vena umbilical pada masa post natal sangat rendah. Afinitas Hb yang lebih rendah menjamin curah Hb
akan teroksigenasi bahkan pada PO2 darah vena umbilical janin yang rendah. Perubahan PO2 janin pada
kehamilan lanjut tidak berimplikasi menyebabkan peningkatan hipoksia janin, karena asosiasi kemajuan
kehamilan. Perubahan yang lambat ini mempertahankan isi oksigen dari darah vena umbilical dalam
kehamilan. Pengukuran kandungan O2 janin khususnya sangat berguna karena mereka berkaitan
dengan umur kehamilan. Penelitian pada pertengahan kehamilan anak domba menunjukkan PO2 yang
lebih tinggi dan saturasi O2 pada janin daripada kehamilan lanjut.
Aliran Vena Uterus
Aliran placenta tidak didistribusikan secara merata ke aliran vena dua sisi uterus. Pada salah satu
penelitian menggambarkan bahwa ketika pembuluh darah arteri diambil sebagai sampel secara
menyilang pada uterus selama SC disana menunjukkan adanya variabilitas yang cukup besar didalam
saturasi oksigen dan ini tidak tergantung pada posisi placenta. Hal ini mungkin karena ada suatu
distribusi pengaliran placenta yang berbeda bagi salah satu pembuluh darah uterus yang lain. Yang
menjadi pertanyaan adalah apakah penekanan pada pembuluh darah uterus merupakan efek dari posisi
ibu yang mempengaruhi kesejahteraan janin, hal ini penting untuk investigasi. Pada prinsipnya posisi
dapat membebaskan vena cava inferior dari tekanan uterus dan meningkatkan arus balik vena menuju
jantung. Dengan posisi ibu miring ke kiri dapat menurunkan fetal distress.
Aliran darah uterus meningkat selama kehamilan lanjut. Walaupun demikian, peningkatan aliran darah
uterus tidak sesuai dengan peningkatan kandungan O2 uterus. PO2 vena uterus cenderung menurun
dengan meningkatnya umur kehamilan. Pada kehamilan manusia, hal itu menunjukkan penurunan PO2
vena uterus menuju ke PO2 vena umbilical yang lebih rendah. Secara klinis, salah satu kontribusi penting
untuk fisiologi terjadinya janin, hubungan nonlinear antara aliran darah uterus dan transport oksigen
dan nutrisi dari plasenta ke janin, dimana aliran darah uterus dapat menurun lebih luas tanpa banyak
efek transport oksigen.
Transfer Nutrisi
Pengambilan nutrisi ke dalam sirkulasi umbilicus dari plasenta adalah point referensi untuk mengerti
tentang metabolisme janin. Alasannya adalah adanya pengambilan cadangan nutrisi umbilicus ke janin.
Walaupun kemungkinan janin dapat mensintesis nutrisi seperti glukosa atau asam amino esensial
dengan jaringan janin seperti campuran tidak aman untuk oksigenasi janin, cadangan nitrogen untuk
pertumbuhan dan oksidasi. Nutrisi penting yang diterima bayi termasuk glukosa, laktat dan asam amino.
Glukosa dan asam amino esensial diperoleh dari sirkulasi darah ibu. Asam amino esensial issuenya jauh
lebih rumit. Beberapa asam amino diproduksi dengan plasenta pada area yang luas dengan komponen
yang relative kecil dan datang dari transport langsung transplasenta. Perbedaan glutamate vena-arteri
dengan sirkulasi darah umbilical janin manusia pada saat SC menunjukkan glutamat yang diperoleh dari
sirkulasi janin dan plasenta yang kemungkinan digunakan sebagai bahan baker metabolisme pada
plasenta manusia saat pembentukan plasenta.
Kandungan glukosa dan laktat menunjukkan oksidasi dengan kecepatan tinggi setelah janin hidup. Jika
transportnya meningkat, kontribusinya ke oksidasi juga meningkat, kegunaan asam amino sebagai
bahan bakar metabolisme. Sebaliknya, selama ibu puasa, transport glukosa dalam plasenta menurun
dan oksidasi asam amino meningkat. Sebagai tambahan untuk bahan bakar metabolisme janin, asam
amino digunakan untuk sintesa protein. Pada beberapa kasus dalam percobaan untuk memperkirakan
kadar sintesis protein yang ditakar pergram akan meningkat pada awal kehamilan dan menurun jika
kehamilan mendekati aterm, hal ini berkaitan dengan tingkat metabolisme. Kadar sintesa protein
melebihi batas minimal protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, hal ini mencerminkan tingginya
perputaran protein selama pertumbuhan janin yang normal.
Baru-baru ini teknologi ultrasonografi terus ditingkatkan untuk mendapatkan data tentang percepatan
peredaran yang dapat dijadikan alat investigasi untuk menilai volume aliran secara akurat.
Bagaimanapun dopler velosimetri telah banyak digunakan dalam menilai dan menangani janin dengan
IUGR dan ini diperoleh dari peredaran darah. Penelitian pada tahun 1999 menunjukan bahwa
pengukuran peredaran darah vena umbilikalis (mL/Min) dapat diperoleh pada janin dengan akurasi dan
ketepatan dan penilaian bisa lebih kompleks rata-rata kurang dari 5 menit. Teknik ini melibatkan
kombinasi dari USG. Color Dopler dan Pulsed-wave Doopler Velocimetry untuk menghitung aliran vena
umbilikalis dengan rumus : Aliran vena umbilikal (mL/min) luas potongan melintang pembuluh darah
(Πr2) x Kecepatan rata-rata (cm s) x 60 s
Informasi secara kuantitatif tentang transport asam amino dan nitrogen ke janin manusia tidak dibentuk
dengan kuat karena sulit untuk memperoleh data yang reliabel untuk membedakan asam amino arterivena umbilical oada saat persalinan.
Untuk dapat melaksanakan fungsi transfer nutrisi, plasenta dapat melakukannya dengan jalan :
Pertukaran zat pasif
a. Secara filtrasi
1.1. Plasenta bertindak sebagai membrane semi permiabel
1.2. Perbedaan tekanan hidrostatik dapat menimbulkan filtrasi zat yang larut dalam air, mengalir ke
tempat dengan tekanan yang lebih rendah.
b. Difusi
1.1. Molekul kecil yang dapat melalui sifat membrane semi permeable plasenta.
1.2. Arah aliran zat yang larut dalam air, tergantung dari konsentrasinya.
1.3. Difusi ini akan lebih cepat aktif karena terdapat molekul pengangkut atau system saluran disebut
“system karier”.
c. Dengan diapedesis khususnya untuk eritrosit
Melalui transport aktif
1. Diatur oleh system enzim
a. Dijumpai bahwa terdapat aliran kontinu beberapa zat yang sangat diperlukan janin untuk tumbuhkembangnya walaupun konsentrasinya sudah cukup tinggi.
b. Cara kerja enzim untuk tetap mengalirkan keperluannya dapat dipecah dulu pada vili korealis dan
selanjutnya disintesis kembali setelah dimasukkan ke dalam darahnya.
c. Untuk dapat melaksanakan tugas transportasi aktif ini diperlukan metabolisme tinggi dalam plasenta.
d. Bahan yang ditransportasi aktif dan dipecah dulu adalah:
- Protein menjadi asam amino
- Lemak menjadi asam lemak bebas
- Polisakarida menjadi monosakarida
2. System pinositosis
• Pengambilan zat secara khusus dengan metode ameboid.
• Zat yang masuk melalui pinositosis adalah protein dan antibodi.
Terjadinya pertukaran gas CO2 dan O2 dalam plasenta, diperlukan aktivitas khusus plasenta selain
adanya perbedaan tekanan kedua gas. Dengan kemampuan pertukaran gas ini, seolah-olah plasenta
dapat ikut serta dalam keseimbangan asam-basa antara darah ibu dan fetal sehingga pH-nya tetap
terkendali. Aktivitas terbatas plasenta ini dapat mempertahankan keseimbangan tekanan gas pada
ruang intervillous sehingga pertukaran gas ini berlangsung mantap. Dikemukakan bahwa terdapat
perbedaan PO2 sekitar 10 mmHg antara vena umbilikalis dan vena uterine dan besar perbedaan yang
sama antara vena umbilikalis dengan ruang intervillous.
Adapun untuk transfer nutrisi dari ibu ke janin dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya
pertukaran zat pasif maupun melalui fungsi transport aktif yang melibatkan enzim. Tranfer nutrisi dari
ibu ke janin melalui metode transfer aktif memerlukan enzim dalam prosesnya. Nutrisi yang komplek
dipecah menjadi lebih sederhana sebelum ditransfer dan disusun kembali didalam vili korionik janin.
Download