penerapan metode bermain berbantuan media flashcard untuk

advertisement
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
PENERAPAN METODE BERMAIN BERBANTUAN MEDIA FLASHCARD
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG
PERMULAAN PADA ANAK
Pande Komang Ariesta Dewi1, A.A Gede Agung2, Luh Ayu Tirtayani3
1&3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
2
Jurusan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected]., [email protected].,
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya kemampuan berhitung permulaan pada anak
kelompok B semester II TK Widya Bakti Nongan. Berdasarkan hasil observasi diperoleh
data dari 17 anak, 13 anak mulai berkembang dan empat anak masih belum
berkembang, dan rata-rata M% pada observasi awal yang diperoleh sebesar 42,24%.
Jika dikonversikan ke dalam PAP skala lima kemampuan berhitung permulaan berada
pada kriteria rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berhitung permulaan pada anak kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 di
TK Widya Bakti Nongan. Penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam dua siklus. Metode yang digunakan adalah metode observasi
dengan instrumen berupa lembar observasi. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan metode bermain berbantuan media flashcard dapat
meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak pada siklus I sebesar 65,43%
yang berada pada kategori sedang dan siklus II meningkat menjadi sebesar 84.18%
berada pada kategori tinggi. Setelah skor yang diperoleh pada siklus I ke siklus II maka
diperoleh nilai gains skor sebesar 0,5 berada pada kategori sedang. Kesimpulan dari
penelitian ini bahwa penerapan metode bermain berbantuan media flashcard dapat
meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B TK Widya Bakti
Nongan.
Kata kunci: berhitung permulaan, flashcard , metode bermain
Abstract
This research is motivated on lock of numeracy skill for beginner on child group B,
semester II Kindegarten Widya Bakti Nongan. Based on result of observation, it is
obtained the data from 17 child, 13 children have been depeloved and 4 children are not
still develoved yet and average m% on first observation that is obtained aroynd 42,24%.
If it is conversion into pap scale five the numerancy skill beginning is placed on criteria
low. This research has purpose to know the increase beginning numecary skills in
children group B semester II in 2014/2015 at kindegaten widya bakti nongan. This
research is a class act which method of observation with instruments such as observation
sheets. The data obtained will be analyzed with statistic description and qualitative
description. The result of research show that the application of the method to play with
flashcard can increase numeracy skill for beginung children on cycle I about 65,43% that
placed on medium chategory and cycle II increase inti 84,18% placed in high category.
After score about 0,5 on medium cathegory. The conclude that is obtained from this
research is the application game method with flashcard can increase numerancy skill fot
beginning children group B kindegarten widya bakti nongan.
Keywords: begining numerancy, flashard, game method
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
PENDAHULUAN
Taman
kanak-kanak
didirikan
sebagai usaha mengembangkan seluruh
kepribadian
anak
dalam
rangka
menjembatani pendidikan dalam keluarga
dan pendidikan di sekolah. Usia 4-6 tahun
merupakan masa peka bagi anak, dimana
anak mulai sensitip untuk menerima
berbagai upaya perkembangan seluruh
potensi anak.
Masa depan seorang anak tidak
terlepas
dari
perkembnangan
dan
pertumbuhan anak sejak lahir, dimana
perkembangan dan pertumbuhan anak
akan menjadi optimal jika mendapat
rangsangan atau stimulus dan lingkungan
sekitar anak, baik stimulus yang eksternal
maupumn internal anak itu sendiri.
Pendidikan
anak
usia
dini
harus
berlandaskan pada kebutuhan anak “Sehat,
cerdas, ceria, dan berakhlak mulia adalah
sebait ungkapan yang sarat makna dan
merupakan semboyan dalam pengasuhan,
pendidikan dan pengembangan anak usia
dini di Indonesia”.
Menurut
Munandar,
(dalam
Susanto, 2011:97), “bahwa kemampuan
merupakan daya untuk melakukan suatu
tindakan sebagai hasil dari pembawaan
dan latihan”. Seseorang dapat melakukan
sesuatu karena adanya kemampuan yang
dimiliki anak. Kemampuan berhitung
perlmulaan merupakan kemampuan yang
dimiliki setiap anak untuk mengembangkan
kemampuan, karakteristik perkembangan
dimulai dari lingkungan yang terdekat
dengan
dirinya,
sejalan
dengan
perkembangan kemampuannya anak dapat
meningkat ketahap pengertian mengenai
jumlah, yaitu berhubungan dengan jumlah
dan pengurangan. Kemampuan berhitung
perlmulaan merupakan kemampuan yang
dimiliki setiap anak untuk mengembangkan
kemampuan, karakteristik perkembangan
dimulai dari lingkungan yang terdekat
dengan dirinya
Kemampuan berhitung permulaan
akan terus berkembang sesuai dengan
tahap perkembangan anak. Guru harus
mampu memilih metode pembelajaran yang
akan digunakan harus menyesuaikan
dengan keadaan dan kondisi anak. Melalui
metode dan media pembelajaran yang
sesuai dengan perkembangan anak agar
mampu mengembangkan semua aspek
perkembangan salah satunya yaitu aspek
perkembangan kognitif, terutama pada
kemampuan berhitung permulaan anak.
Metode
berasal
dari
kata
“methodos”. Secara etimologi “methodos”
berasal dari akar kata: metha dan hodos.
Metha artinya: “dilalui” dan “hodos” berarti
“jalan”. Menurut Sudjana (dalam Martiana
2014:40), metode ialah “cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran pembelajaran
untuk menciptakan proses mengajar dan
belajar, sehingga terciptalah interaksiinteraksi edukatif”.
Menurut Piaget, (dalam Sujiono
2009:144) bahwa “bermain adalah suatu
kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
dan
menimbulkan
kesenangan
atau
kepuasan bagi diri seseorang”.
Dworetzky (dalam Moeslichatoen,
2004:34) juga mengatakan bahwa “fungsi
bermain dan interaksi dalam permainan
mempunyai
peran
penting
bagi
perkembangan kognitif dan social anak”.
Fungsi bermain tidak hanya dapat
meningkatkan perkembangan kognitif dan
social, tapi juga perkembangan bahasa,
disiplin, perkembangan moral, kreativitas
dan perkembangan fisik anak. Fungsi
bermain tidak hanya dapat meningkatkan
perkembangan kognitif dan social, tapi juga
perkembangan
bahasa,
disiplin,
perkembangan moral, kreativitas dan
perkembangan fisik anak.
Menurut Bruner (dalam Yuliani
2012:32) “bermain memotivasi anak
melakukan kegiatan dalam memecahkan
masalah melalui penemuannya sendiri”.
Vygotsky
(dalam
Mutiah,
2010:103)
berpendapat bahwa “bermain mempunyai
peran langsung terhadap perkembangan
kognisi seorang anak”. Metode bermain
adalah cara atau sarana untuk berlatih,
mengeksploitasi dan merekayasa yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan
menggunakan atau tanpa menggunakan
alat
untuk
memperoleh
informasi,
kesenangan dan mengembangkan daya
imajinasi dan kegiatan yang menyenangkan
dan dapat mengembangkan kemampuan
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
dirinya. Metode bermain ini sangat cocok
digunakan dalam proses belajar mengajar
pada Anak Usia Dini. Karena sudah tidak
dapat dihindari dan dipungkiri lagi bahwa
setiap anak kecil pastinya sangat menyukai
sebuah permainan, baik permainan yang
sederhana
sampai
permainan
yang
mengandung sebuah tantangan.
Fungsi bermain bagi anak TK,
menurut Hartley, Frank dan Goldenson
(dalam Moeslichatoen, 2004:33-34) ada 8
fungsi bermain bagi anak, menirukan apa
yang dilakukan oleh orang dewasa. Contoh,
meniru ibu masak di dapur, dokter
mengobati orang sakit, untuk melakukan
berbagai peran yang ada di dalam
kehidupan nyata seperti guru mengajar di
kelas, sopir mengendarai bus, petani
menggarap sawah, dan sebagainya, untuk
mencerminkan hubungan dalam keluarga
dan pengalaman hidup yang nyata. Contoh:
ibu memandikan adik, ayah membaca
Koran, kakak mengerjakan tugas sekolah,
untuk menyalurkan perasaan yang kuat
seperti memukul-mukul kaleng, menepuknepuk air, untuk melepaskan dorongandorongan yang tidak dapat diterima seperti
berperan sebagai pencuri, menjadi anak
nakal, untuk kilas balik peran-peran yang
bias yang biasa dilakukan seperti gosok
gigi, sarapan pagi, naik angkutan kota,
mencerminkan
pertumbuhan
seperti
pertumbuhan misalnya semakin bertambah
tinggi tubuhnya, semakin gemuk badannya,
untuk memecahkan masalah dan mencoba
berbagai penyelesaian masalah seperti
menghiasi ruangan, menyiapkan jamuan
makan dan pesta ulang tahun.
Langkah-langkah metode bermain.
Tahap persiapan, dalam tahap persiapan,
guru merumuskan tujuan yang hendak
dicapai, guru menjelaskan manfaat dari
permainan yang akan dilakukan. Tahap
pelaksanaan, dalam tahap ini ada tiga
langkah yang harus dilakukan yaitu, tahap
pembukaan.
Pada
tahap
ini
guru
memberikan arahan kepada murid apa
yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukannya. Tahap pelaksanaan, pada
tahap ini para murid memainkan permainan
yang sudah ditentukan dengan mengikuti
rambu-rambu yang telah ditentukan pula.
Tahap Penutupan. Pada tahap ini guru
memberikan reward kepada murid-murid
yang telah melakukan permainan dengan
baik dan benar. Selain memberi reward,
guru memberikan arahan kepada anak
yang belum baik dan benar dalam bermain
dan menyuruh mengulangi lagi sampai bisa
melakukan dengan baik dan benar. Metode
bermain ini sangat cocok digunakan dalam
proses belajar mengajar pada Anak Usia
Dini. Karena sudah tidak dapat dihindari
dan dipungkiri lagi bahwa setiap anak kecil
pastinya
sangat
menyukai
sebuah
permainan,
baik
permainan
yang
sederhana
sampai
permainan
yang
mengandung sebuah tantangan. Jika
metode bermain ini selalu diterapkan maka
selain akan disukai anak-anak kecil, pada
dasarnya metode ini akan banyak
membawa manfaat bagi perkembangan
anak.
Susilana
dan
Rudi
(2007)
mengatakan bahwa “Flashcard adalah
media pembelajaran dalam bentuk kartu
bergambar yang berukuran 25x30 cm”.
Gambar-gambar
dibuat
menggunakan
tangan atau foto atau memanfaatkan
gambar/foto yang sudah ada yang
ditempelkan
pada
lembaran-lembaran
flashcard.
Menurut Ratnawati (dalam Susanto,
2011:108), “permainan flashcard dapat
merangsang
anak
agar
lebih
cepatmengenal angka, membuat minat
anak semakin kuat menguasai konsep
bilangan serta merangsang kecerdasan
dan ingatan anak”. Basuki Wibawa dan
Farida Mukti (dalam Nurjanah, 2014:292),
mengemukakan bahwa flashcard biasanya
berisi
kata-kata,
gambar
atau
kombinasinya, dan dapat digunakan untuk
mengembangkan perbendaharaan kata
dalam mata pelajaran bahasa pada
umumnya dan bahasa asing pada
khususnya.
Gambar
pada
flashcard
bertujuan untuk memudahkan siswa
mengetahui penjelasan pada gambar.
Manfaat flashcard menurut Rahman
(dalam
Susanto
2011:108),
mengungkapkan
bahwan
manfaat
penggunaan
flashcard
terdapat
kemampuan
berhitng
permulaan,
diantaranya anak mampu mengembangkan
kemampuan kognitifnya dengan baik, anak
memiliki konsep berhitung dengan baik dan
anak dapat mengembangkan segenap
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
potensi yang dimiliki sesuai dengan
kemampuannya.
Menurut Susilana (2007) beberapa
kelebihan
media
flashcard
dapat
dipaparkan,
mudah
dibawa,
praktis,
gampang
diingat,
menyenangkan.
Kelemahan media flashcard menurut Astro
(dalam Nurjanah, 2014:293), kelemahan
media flashcard adalah “anak hanya dapat
mengetahui dan memahami kata dan
gambar hanya sebatas kata dan gambar
yang ada pada media flashcard”. Susilana
(2007), mengatakan persiapan penggunaan
media
flashcard
ada
empat
yaitu,
mempersiapkan
diri,
mempersiapkan
flashcard, mempersiapkan tempat, dan
mempersiapkan anak. Langkah-langkah
pelaksanaan media flashcard siapkan
kertas, gambar, gunting, lem, potongpotong kertas lalu ditempel. Guru harus
menguasai bahan pembelajaran dengan
baik,
mempersiapkan
flashcard,
mempersiapkan tempat, mempersiapkan
anak. Kartu yang sudah disusun di pegang
menghadap anak, kartu dicabut satu
persatu. Berikan anak untuk bergiliran
untuk mengamati.
Munandar,
(dalam
Susanto,
2011:97), mengatakan bahwa, kemampuan
merupakan daya untuk melakukan suatu
tindakan sebagai hasil dari pembawaan
dan latihan. Dalam pandangan Munandar,
kemampuan ini ialah potensi seseorang
yang merupakan bawaan sejak lahir serta
dipermatang dengan adanya pembiasaan
dan latihan, sehingga ia mampu melakukan
sesuatu.
Menurut
Susanto,
(2011)
mengatakan
“kemampuan
berhitung
permulaan ialah kemampuan yang dimiliki
setiap
anak
untuk
mengembangkan
kemampuannya,
karakteristik
perkembangannya dimulai dari lingkungan
terdekat dengan dirinya”.
Beberapa tahapan kemampuan
berhitung permulaan Depdiknas, (dalam
Susanto, 2011:100), “tahapan penguasaan
konsep, tahap transisi, tahap pengenalan
lambang. tahapan kemampuan berhitung
permulaan yaitu pemahaman secara
konkret dengan menggunakan benda dan
mengenalkan konsep tentangsesuatu yang
menggunakan benda. Anak akan mampu
memahami secara abstrak, maka anak
dapat dikenalkan terhadap penguasaan
konsep, untuk meningkatkan kemampuan
berhitung permulaan pada anak dengan
berbantuan media flashcard.
Mudjito, 2007:1, prinsip-prinsip
dalam
berhitung
permulaan
untuk
mengembangkan kemampuan berhitung
anak, dimulai dari menghitung benda,
berhitung dari yang lebih mudah ke yang
lebih sulit, anak berpartisipasi aktif dan
adanya rangsangan untuk menyelesaikan
masalahnya
sendiri,
suasana
yang
menyenangkan, bahasa yang sederhana
dan menggunakan contoh-contoh, anak
dikelompokkan sesuai dengan tahapan
berhitungnya, evaluasi dari mulai awal
sampai akhir bagian.
Berdasarkan permasalahan di atas,
maka peneliti mengadakan penelitian yang
berjudul Penerapan Metode Bermain
Berbantuan
Media
Flashcard
untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Berhitung
Permulaan Pada Anak Kelompok B
Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 Tk
Widya Bakti Nongan Kecamatan Rendang
Kabupaten Karangasem.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (PTK), yang bertujuan untuk
meningkatkan
kemampuan
berhitung
permulaan pada anak melalui flashcard.
Menurut Syukri, 2009 (dalam Agung,
2014:23) penelitian pada hakikatnya
merupakan
“suatu
usaha
untuk
menemukan,
mengembangkan,
dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan
dengan menggunakan metode-metode
ilmiah”.
Menurut
Agung,
(2012:24)
penelitian tindakan kelas (PTK) atau
Classroom
Action
Research
(CAR)
merupakan
“penelitian
yang
bersifat
aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan
hasilnya
untuk
memperbaiki
dan
menyempurnakan program pembelajaran
yang sedang berjalan”. Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan dalam siklus. Di
dalam siklus terdiri dari empat tahapan
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
dan refleksi. Adapun rancangan dari
penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
Siklus II
?
1
2
4
3
1
4
Siklus I
2
3
Gambar 01. Rancangan Penelitian
Tindakan Kelas (Agung, 2014:141)
Tempat pelaksanaan penelitian
yaitu di TK Widya Bakti Nongan kecamatan
Rendang kabupaten Karangasem. Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek
penelitian adalah anak kelompok B TK
Widya Bakti Nongan yang berjumlah 17
anak, dengan 7 anak laki-laki dan 10 anak
perempuan.
Objek
yang
ditangani
dalam
penelitian
ini
adalah
meningkatakan
kemampuan berhitung permulaan pada
anak kelompok B semester II Tahun
Pelajaran 2014/2015 di TK Widya Bakti
Nongan.
Penelitian
ini
direncanakan
sebanyak dua siklus, tetapi tidak menutup
kemungkinan
dilanjutkan
ke
siklus
berikutnya apabila belum memenuhi target
penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan
evaluasi begitupun dengan siklus II dan
siklus selanjutnya bila belum memenuhi
target penelitian.
Pengumpulkan
data
dalam
penelitian
ini
menggunakan
metode
observasi. Menurut Agung, (2012:61)
metode observasi ialah “suatu cara
memperoleh
data
dengan
jalan
mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis tentang sesuatu objek
tertentu”.
Metode observasi ialah suatu cara
memperoleh
data
dengan
jalan
mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis tentang sesuatu objek
tertentu.
Dalam
penelitian
ini,
metode
observasi digunakan untuk mengumpulkan
data tentang media flashcard dalam
meningkatkan
kemampuan
berhitung
permulaan
anak
digunakan
metode
observasi
terhadap
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
anak
pada
proses
pembelajaran berlangsung.
Berikut ini merupakan kisi-kisi
Instrumen
kemampuan
berhitung
permulaan
untuk
meningkatkan
kemampuan berhitung permulaan pada
anak yang disajikan dalam tabel berikut ini.
Instrument yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar observasi.
Observasi merupakan pengamatan yang
dilakukan secara langsung dan alamiah
untuk
mengetahui
sejauh
mana
peningkatan yang terjadi pada kemampuan
berhitung permulaan anak.
Setiap
kegiatan
yang
diobservasikan dikategorikan ke dalam
kualitas yang sesuai yaitu anak belum
berkembang dengan tanda bintang satu (*),
anak mulai berkembang dengan bintang
dua (**), anak berkembang sesuai harapan
dengan tanda bintang tiga (***), anak
berkembang sangat baik dengan tanda
bintang empat (****).
Setelah data diperoleh dalam
penelitian ini terkumpul maka selanjutnya
akan dilakukan analisis data. Dalam
menganalisis data ini dapat menggunakan
metode analisis statistik deskriptif dan
metode
analisis
statistik
deskriptif
kuantitatif.
Agung (2012:68), menyatakan
metode
analisis
statstik
deskripti
merupakan “suatu cara pengelolaan data
yang dilakukan dengan jalan menerapkan
rumus-rumus statistik deskriptif seperti:
distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata,
median, modus, mean dan standar deviasi
untuk menggambarkan suatu objek/variabel
tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan
umum.
Penerapan metode analisis statistik
deskripif data yang diperoleh dari hasil
penelitian disajikan ke dalam tabel distribusi
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
frekuensi, menghitung angka rata-rata atau
mean (M), menghitung modus (Mo),
menghitung median (Me), dan menyajikan
ke dalam grafik polygon.
Menurut Agung, (2012:67) metode
analisis deskriptif kuanttatif adalah “suatu
cara pengolahan data yang dilakukan
dengan jalan menyusun secara sistematis
dalam bentuk angka-angka dan atau
presentase mengenai suatu objek yang
diteliti sehingga diperoleh kesimpulan
umum”. Metode analisis deskriptif kuantitatif
ini digunakan untuk menentukan tingkatan
tinggi rendahnya kemampuan berhitung
permulaan
pada
anak
yang
dikonversasikan ke dalam penilaian acuan
patokan (PAP) skala lima.
Tingkat
kemampuan
berhitung
permulaan dapat ditentukan dengan
membandingkan M% atau rata-rata persen
ke dalam kriteria penilaian acuan patokan
(PAP) skala lima criteria sebagai berikut.
Tabel 01. Pedoman (PAP) Skala Lima
Kreteria Kemampuan
Persentase
Berhitung Permulaan
pada Anak
90-100
Sangat tinggi
80-89
Tinggi
65-79
Sedang
55-64
Rendah
0-54
Sangat rendah
(Agung, 2014:118)
Peningkatan kemampuan berhitung
permulaan
ditentukan
dengan
membandingkan skor yang diperoleh pada
pra-siklus, siklus I dan siklus II. Untuk
menentukan
keberhasilan
tindakan
meningkatkan
kemampuan
berhitung
permulaan digunakan kriteria berikut.
Tabel 02. Kriteria Peningkatan Berhitung
Permulaan
Kriteria
Penigkatan Gains
Predikat
Skor
≥07
Tinggi
0,3 sd < 0,7
Sedang
<0,3
Rendah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
tindakan
kelas
ini
dilaksanakan pada bulan april sampai mei
2015 di kelompok B TK Widya Bakti
Nongan Tahun pelajaran 2014/2015
dengan jumlah subjek sebanyak 17 anak.
Tema yang digunakan pada saat
penelitian adalah tanah airku dan alam
semesta. Siklus I terdiri dari 16 kali
pertemuan,
12
kali
pertemuan
pembelajaran
dan
empat
kali
melaksanakan
evaluasi
penilaian
kemampuan berhitung permulaan pada
anak. Siklus II terdiri dari 12 kali pertemuan,
delapan kali pertemuan untuk pembelajaran
dan empat kali untuk evaluasi akhir.
Data yang dikumpulkan adalah
penerapan metode bermain berbantuan
media flashcard untuk meningkatkan
kemampuan berhitung permulaan pada
anak. Data yang diperoleh tersebut
dianalisis dengan menggunakan metode
yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil
analisisnya dipaparkan sebagai berikut.
7
6
5
4
3
2
1
0
peningkatan kemampuan berhitung permulaan
8
9
10
11
12
13
14
Gambar 02. Grafik Kemampuan Berhitung
Permulaan Pada Anak Siklus I
Berdasarkan perhitungsn dan grafik
polygon di atas terlihat Mo < Md < M
(8<10<10,47), yang menunjukkan bahwa
data-data kemampuan berhitung permulaan
pada siklus I merupakan kurva juling positif.
Berdasarkan grafik polygon pada
gambar 03, terlihat Me<M<Mo dimana
13<13,23<14 yang menunjukkan kurve
juling negatif sehingga dapat disimpulkan
bahwa sebaran skor kemampua motorik
halus pada siklus II cenderung tinggi.
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
Gambar 03. Grafik Kemampuan Berhitung
Permulaan pada Anak Siklus II
Adapun
kendala-kendala
dan
kekurangan penerapan metode bermain
berbantuan media flashcard, anak kurang
aktif dalam mengikuti kegiatan, hanya
beberapa anak yang terlihat aktif, ada juga
anak yang bermain-main dalam kelompok
yang dapat mengganggu anak lain, anak
belum terbiasa dengan pembelajaran
menggunakan media flashcard. Anak
belum memahami tentang media yang akan
digunakan oleh guru, karena cara
menjelaskannya kurang menarik minat
anak.
Dalam rangka mengatasi kendalakendala tersebut, maka usaha yang dapat
dilakukan setelah berkonsultasi dengan
Kepala TK Widya Bakti Nongan, guru
mengadakan pendekatan terhadap anak
dan
menjelaskan
pentingnya
media
flashcar dalam pembelajaran. Belajar
dengan menggunakan media flashcard
atau kartu bergambar lebih menarik minat
anak. Membimbing dan mendampingi anak
dalam kegiatan belajar serta memberikan
motivasi siswa agar anak bisa berfokus
pada kegiatan dengan memberikan nilai.
Nilai yang diberikan disesuaikan dengan
kemampuan anak di dalam melaksanakan
kegiatan.
Adapun
temuan-temuan
yang
diperoleh selama pelaksanaan tindakan
siklus II, secara umum pembelajaran anak
telah dapat berjalan sesuai denan rencana
kegiatan harian (RKH) yang dibuat.
Pembelajaran menjadi lebih kondusif. Anak
menunjukkan antusiasme untuk melakukan
kegiatan
bermain
flashcard
dalam
kelompok. Setiap anggota kelompok sudah
mampu memposisikan diri bukan hanya
sebagai pelengkap kelompok. Kondisi ini
sesuai dengan tujuan dari pembelajaran
kooperatif bahwa setiap anggota tidak
hanya bertanggung jawab pada diri sendiri
tetapi juga pada kelompok. Pemeliti dalam
hal ini berperan sebagai guru yang
memberikan arahan pada anak apabila ada
hal yang belum mereka pahami mengenai
kegiatan flashcard yang sedang dipelajari.
Secara umum proses pembelajaran
denngan penerapan metode bermain
berbantuan media flashcard sudah berjalan
dengan baik, ini terlihat dari adanya
peningkatan
kemampuan
berhitung
permulaan pada anak dari siklus I ke siklus
II, sehingga peneliti memandang penelitian
ini cukup pada siklus II dan tidak berlanjut
ke siklus berikutnya.
Pembahasan
Analisis
data
hasil
penelitian
memberikan gambaran bahwa dengan
penerapan metode bermain berbantuan
flashcard bisa meningkatkan kemampuan
anak khususnya kemampuan berhitung
permulaan, dikarenakan melalui kegiatan
bermain
anak
dapat
melaksanakan
pembelajaran secara lebih antusias dan
menyenangkan. Hal ini dapat dilihat dari
kemampuan berhitung permulaan anak
dapat diuraikan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil analisis statistik
deskriptif
dan
deskriptif
kuantitatif
menunjukkan rata-rata skor presentase
kemampuan berhitung permulaan anak
pada observasi awal yaitu sebesar 42,24%
berada pada kriteria rendah. Hasil
penelitian yang telah dilaksanakan di TK
Widya Bakti Nongan pada anak kelompok
B semester II tahun ajaran 2014/2015
selama dua siklus menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan kemampuan berhitung
permulaan pada anak setelah penerapan
metode bermain dengan berbantuan media
flashcard, pada siklus I diperoleh nilai
modus (Mo) yaitu 8, media (Me) yaitu 10,
dan mean (M) yaitu 10,47. Berdasarkan
perhitungan tersebut terlihat Mo < Md < M
(8<10<10,47). yang menunjukkan bahwa
data-data kemampuan berhitung permulaan
pada siklus I merupakan kurva juling positif.
Rata-rata skor presentase kemampuan
berhitung permulaan sebesar 65,43%
berada pada tingkat penguasaan 65-79%
pada kriteria sedang.
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
Adapun
kendala-kendala
yang
ditemukan pada siklus I, anak kurang aktif
dalam mengikuti kegiatan, anak hanya
terfokus terhadap media flashcard sehingga
konsentrasi anak belum terfokus pada
pembelajaran. Cara mengatasi kendala
yang ditemukan pada siklus I, guru
mengadakan pendekatan terhadap anak
dan menjelaskan media flashcard dalam
pembelajaran. Membimbing anak dalam
kegiatan belajar serta memberikan motivasi
agar anak bisa terfokus pada kegiatan.
Hasil analisis penelitian tindakan
kelas pada siklus II memperoleh nilai
modus (Mo) 15, median (Me) yaitu 14,
mean yaitu 13,47. Nilai rata-rata skor pada
siklus II meningkat menjadi 84,18% berada
pada tingkat penguasaan 80-89% pada
kriteria tinggi. Jadi, terjadi peningkatan
kemampuan berhitung permulaan dengan
metode
bermain
berbantuan
media
flashcard sebesar 18,75%. Setelah skor
yang diperoleh pada pra siklus, siklus I dan
siklus II maka diperoleh nilai gains skor
sebesar 0,54 berada pada kategori sedang.
Pada siklus II ditemukan bahwa secara
umum pembelajaran anak telah dapat
berjalan sesuai dengan rencana kegiatan
harian
(RKH),
anak
menunjukkan
antusiasme untuk melakukan kegiatan
bermain flashcard.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, bahwa dengan penerapan
metode
bermain
berbantuan
media
flashcard dapat meningkatkan kemampuan
berhitung permulaan anak. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa
penerapan
metode
bermain
berbantuan
media
flashcard
dapat
meningkatkan
kemampuan
berhitung
permulaan pada anak B di TK Widya Bakti
Nongan Semester II Tahun pelajaran
2014/2015.
Sudjana (dalam Martiana 2014:40),
mengatakan metode adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan anak pada saat
berlangsungnya pengajaran pembelajaran
untuk menciptakan proses mengajar dan
belajar, sehingga terciptalah interaksiinteraksi edukatif. Bermain merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan secara
berulang-ulang
dan
menimbulkan
kesenangan atau kepuasan bagi diri
seseorang. Metode bermain merupakan
salah satu metode pembelajaran dalam
pendidikan
anak
usia
dini
yang
menggunakan konsep bermain bagi anak,
sehingga pertumbuhan dan perkembangan
anak optimal. Selama ini taman kanakkanak didefinisikan sebagai tempat untuk
mempersiapkan
anak-anak
memasuki
masa sekolah yang dimulai di jenjang
sekolah dasar.
Flashcard
merupakan
media
pembelajaran
dalam
bentuk
kartu
bergambar yang ukurannya 25 x 30 cm,
Susilana dan Rudi (2007). Media flashcard
dapat merangsang anak agar lebih cepat
mengenal angka, membuat minat anak
semakin kuat menguasai konsep bilangan
serta merangsang kecerdasan dan ingatan
anak. Gambar-gambar pada flashcard
dikelompokkan antara lain seri binatang,
buah-buahan, pakaian, warna, bentukbentuk angka, dan sebagainya flashcard
tersebut
dimainkan
dengan
cara
diperlihatkan kepada anak. Tujuan dari
flashcard adalah melatih kemampuan otak
kanan untuk mengingat gambar dan angka
sehingga kemampuan berhitung anak bisa
dilatih dan ditingkatkan sejak usia dini.
Metode bermain dengan berbantuan
flashcard merupakan sebuah metode yang
mampu melatih anak dan memberikan
pembelajaran untuk berlatih berhitung.
Bermain menggunakan flashcard dapat
melatih perkembangan anak khususnya
perkembangan kognitif
anak. Kognitif
mengacu pada aktivitas mental tentang
bagaimana informasi masuk kedalam
pikiran, disimpan, dan ditransformasi serta
dipanggil kembali dan di gunakan dalam
aktivitas kompleks seperti berpikir. Menurut
Vigotsky (dalam Megawangi 2005:12),
perkembangan intelektual anak mencakup
bagaimana mengaitkan bahasa dan pikiran.
Pada awal perkembangan anak, antara
bahasa dan pikiran tidak ada keterkaitan.
Misalnya seorang anak kecil yang
menghafalkan lagu atau doa tanpa
memikirkan apa artinya. Perkembangan
kognitif menggambarkan bagaimana pikiran
anak berkembang dan berfungsi sehingga
dapat berpikir. Proses kognitif berhubungan
dengan tingkat kecerdasan (intelegensi)
yang
mencirikan
seseorang
dengan
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
berbagai minat,terutama di tujukan kepada
ide-ide dan belajar.
Kemampuan berhitung permulaan
merupakan suatu kemampuan yang telah
dimiliki setiap anak secara alami, untuk
mengembangkan
kemampuannya,
karakteristik perkembangannya dimulai dari
lingkungan
terdekat dengan anak.
Lingkungan memiliki pengaruh yang sangat
besar dalam mengembangkan kemampuan
yang dimiliki anak, karena anak belajar dari
lingkungan yang paling dekat dengannya.
Dalam
penelitian
ini,
untuk
mengembangkan kemampuan berhitung
permulaan anak maka digunakan metode
bermain berbantuan media flashcard.
Penerapan
metode
bermain
berbantuan media flashcard menurut
Susanto (2011), mengatakan bahwa
kemampuan berhitung permulaan adalah
“kemampuan yang dimiliki setiap anak
untuk mengembangkan kemampuannya,
karakteristik perkembangannya dimulai dari
lingkungan terdekat dengan dirinya”. Dalam
meningkatkan
kemampuan
berhitung
permulaan
harus
dilakukan
secara
bervariasi dan menarik minat anak,
sehingga dalam kegiatan berhitung, anak
tidak merasa cepat bosan dan apa yang
diterima anak dapat diingat lebih lama.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusi
Dwi Martiana (2014) yang berjudul Upaya
Meningkatkan
Kemampuan
Berhitung
Melalui Metode Bermain Dengan Media
Ular Tangga Pada Anak, penelitian yang
dilakukan
menunjukkan
peningkatan
kemampuan berhitung melalui metode
bermain, dikategorikan baik sekali sebesar
95%.
Berdasarkan hasil penelitian dan
uraian di atas menunjukkan bahwa
penerapan metode bermain berbantuan
media flashcard berlangsung secara efektif,
sehingga kemampuan berhitung permulaan
pada anak kelompok B Semester II Tahun
Pelajaran 2014/2015 di TK Widya Bakti
Nongan dapat meningkat.
peningkatan
kemampuan
berhitung
permulaan pada anak kelompok B TK
Widya Bakti Nongan Tahun Pelajaran
2014/2015 setelah diterapkan metode
bermain berbantuan media flashcard
sebesar
18,75%.
Ini
terlihat
dari
peningkatan
rata-rata
presentase
kemampuan berhitung permulaan anak
pada siklus I 65,43% yang berada pada
kategori sedang menjadi sebesar 84.18%
pada siklus II yang berada pada kategori
tinggi. Peningkatan rata-rata siklus I ke
siklus II terkategori sedang terlihat pada
nilai gains skor sebesar 0,54.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data
sebagaimana disajikan dalam bab IV, dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
terdapat
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A Gede 2012. Metodologi
Penelitian
Pendidikan.
Singaraja: FIP Undiksha.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dalam penelitian ini, dapat
dikemukakan beberapa saran yaitu, kepada
Kepala TK, disarankan agar mampu
memberikan informasi tentang metode
pembelajaran dan media be;ajar pada
proses pembelajaran yang nanti mampu
meningkatkan
kemampuan
berhitung
permulaan pada anak. Kepada Guru, guru
diharpkan mampu berinovasi dan berkreasi
dalam
menyajikan
pembelajaran
berbantuan media flashcard yang lebih
menarik, agar anak menjadi tertarik untuk
belajar sehingga kemampuan berhitung
permulaan
anak
dapat
ditingkatkan.
Kepada
peneliti
lain
yang
ingin
melaksanakan penelitian lebih lanjut
mengenai metode bermain berbantuan
media flashcard dalam lingkup yang lebih
luas, dengan menggunakan variasi media
flashcard yang lebih menarik, dan
disarankan kepada peneliti lain untuk
mengembangkan media flashcard tidak
hanya untuk meningkatkan kemampuan
berhitung permulaan anak, namun dapat
meningkatkan
kemampuan
aspek
perkembangan lain. Semoga penelitian ini
dapat dijadikan acuan dan pertimbangan
untuk perbaikan dan penyempurnaan
terhadap
penelitian
yang
akan
dilaksanakan.
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
-------.
A. A Gede 2014. Buku Ajar
Metodologi Penelitian Pendidikan.
Singaraja: Aditya Media Publishing.
Martiana, Lusi Dwi. 2014. “Upaya
Meningkatkan
Kemampuan
Berhitung Melalui Metode Bermain
Dengan Media Ular Tangga Pada
Anak”. Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP
Veteran Semarang. volume 2, no 2
(halaman 40).
Megawangi, Ratna, dkk. 2005. Pendidikan
Yang Patut dan Menyenangkan
(DAP). Jakarta: Indonesia Heritage
Fondation.
Moeslichatoen.
R.
2004.
Metode
Pengajaran di Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Mudjito. 2007. Pedoman Pembelajaran
Permainan Berhitung Permulaan
Taman
Kanak-kanak.
Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain
Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Nurjanah. 2014. Peningkatan Kemampuan
Penguasaan Kosakata Melalui
Kartu Huruf Bergambar Siswa
Kelas Ii Sdn 5 Soni. Jurnal Kreatif
Tadulako Online. Vol 4, no 8
(halaman 293).
Sujiono, Nurani Yuliani. 2009. Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT Indeks.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan
Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Susilana, Rudi. 2007. Media Pembelajaran.
Bandung: CV Wacana Prima.
Yuliani, Dwi. 2012. Bermain Sambil Belajar
Sains di Taman Kanak-kanak.
Jakarta: PT Indeks.
Download