dian novita purnamasari - E

advertisement
BAB. I
STUDI KELAYAKAN PROYEK
A. PENDAHULUAN
Proyek .merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan
yang di
dalamnya menggunakan masukan ( input ) , untuk mendapatkan manfaat ( benefit ) atau
hasil ( return ) di masa yang akan datang.
Sebelum melaksanakan proyek, tentunya perlu dilakukan evaluasi atau analisis. Analisis
atau evaluasi adalah ini dapat digunakan sebagai alat perencanaan dalam pengambilan
keputusan , apakah proyek tersebut dapat dilaksanakan atau tidak, baik untuk kepentingan
pemilik proyek maupun
pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek misalnya
bank yang memberi bantuan kredit dan lain-lain.
Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai sesuatu tujuan
( objective ) dan mempunyai titik tolak ( starting point ) dan titik akkhir (ending point ) , baik
biaya maupun hasil yang diperoleh biasanya dapat diukur.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan proyek adalah suatu keseluruhan
kegiatan bahwa proyek yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat
( benefit ) ; dapat pula dikatakan suatu kegiatan dengan pengeluaran biaya dan dengan
harapan untuk memperoleh hasil pada waktu yang akan datang, dan yang dapat
direncanakan, dibiayai , dan dilaksanakan sebagai satu unit.
B. TUJUAN ANALISIS PROYEK
Tujuan Analisis proyek yang dimaksudkan untuk memperbaiki penilaian investasi.
Hal ini disebabkan
sumber-sumber yang tersedia terbatas, sehingga perlu diadakan
pemilihan dari berbagai alternative yang ada.
Kesalahan dalam pemilihan tersebut mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu, sebelum
proyek dilaksanakan perlu diperhitungkan biaya dan manfaat ( benefit ) yang dapat
diharapkan dari proyek tersebut.
Evaluasi proyek identik dengan Study Kelayakan atau Feasibility Study yang
sudah banyak dikenal masyarakat.
Istilah Studi kelayakan tersebut sering dimuat dalam berbagai media maupun pembicaraan
sehari-hari bahkan dilingkungan Perguruan Tinggi, dijadikan sebagai mata kuliah . Timbul
pertanyaan apa yang disebut Studi Kelayakan dan Mengapa sampai diajarkan di beberapa
Perguruan Tinggi ?
Studi kelayakan pada hakekatnya adalah Metode penjajagan dari suatu gagasan usaha
tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan.
Seorang pengusaha atau pemilik modal yang akan mendirikan usaha tanpa
melakukan Studi kelayakan akan mengalami kegagalan dengan kerugian yang sangat
besar. Hal ini dikarenakan banyak hal yang komplek dalam pendirian suatu usaha yang
perlu diperhitungkan sehingga perlu dilakukan penjajagan usaha.
Mungkin akan timbul pertanyaan apakah pendirian suatu perusahaan yang
didahului oleh suatu studi kelayakan dapat dijamin keberhasilannya ?
Apabila Studi kelayakan atau evaluasi proyek dan perencanaan usaha ( analisis
perencanaan bisnis )
yang digunakan sebagai landasan pendirian tersebut dapat
dipertanggung jawabkan, maka kemungkinan keberhasilan dapat terjamin meskipun tidak
mutlak. Akan tetapi, perusahaan tersebut dapat mengalami kegagalan karena kesalahan
manajemen, perubahan peraturan pemerintah dan hal-hal lain yang tidak dapat diramalkan
secara tepat.
C. STUDI TEKNIS DAN STUDI KELAYAKAN ( ENGINEERING AND FEASIBILITY STUDIES
)
Studi Kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu proyek akan
dilaksanakan atau tidak ; artinya : pengeluaran untuk Studi Kelayakan diadakan sebelum
ada keputusan ( decision making ) tentang pelaksanaan proyek.
Sehubungan dengan itu, maka bagi pyoyek biaya itu dianggap sebagai “ Sunk Cost “
karena
yang dianggap sebagai proyek adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sesudah
pengambilan keputusan.
Studi Teknis ( Engineering Studies ) meliputi hal-hal berikut :
1. Desain Pendahuluan ( plemiminary design )
Desain pendahuluan dibuat pada waktu pengadaan studi kelayakan, dan karenanya
tidak dimasukkan dalam biaya investasi proyek.
2. Desain Akhir ( Final design )
Sebaliknya, desain akhir dibuat sesudah ada keputusan bahwa proyek akan
dilaksanakan karenanya biaya untuk membuat desain akhir dimasukkan dalam biaya
investasi proyek ( kecuali kalau desain akhir ini dibiayai dengan kredit terikat, maka
berlaku peraturan tersendiri ) .
Disamping biaya-biaya tersebut diatas ada biaya-biaya lain yang termasuk dalam
biaya ekonomik. Diantaranya ada yang termasuk biaya finansial, ada yang tidak. Sebagai
contoh, jika sebidang tanah milik Pemerintah dipakai dalam suatu proyek, maka untuk
penggunaan tanah itu biasanya tidak
ada biaya secara finansial, namun harus
diperhitungkan suatu “ Oppurtunity Cost “ sebagai biaya ekonomik , karena dengan
digunakannya tanah itu dalam proyek, perekonomian / masyarakat kehilangan kesempatan
untuk menggunakan proyek lain, artinya ada manfaat yang hilang ( benefit foregone ) atau
ada “ Opportunity Cost “nya
Tanah :
Yang dihitung sebagai biaya tanah adalah produksi yang dikorbankan ( production foregone
) karena tanah dipakai dalam proyek ; artinya , apabila tanah yang dipakai dalam proyek itu
sebelumnya sudah menghasilkan, maka yang dihitung sebagai biaya tanah adalah nilai
sekarang netto ( the net present value ) bagi produksi yang dikorbankan itu berdasarkan
harga pasar, yang merupakan “ the opportunity cost “ bagi tanah “ The opportunity Cost “ bagi
tanah dapat berupa :
a. Nilai netto produksi yang hilang ( the net of production foregone ), dipakai jika tanah
yang digunakan dalam proyek itu adalah tanah yang sebelumnya sudah menghasilkan.
b. Nilai sewa tanah ( the rental value of the land )
Di beberapa Negara tanah jarang dijual , tetapi ada pasaran yang luas
untuk penyewaan tanah.
Dalam hal ini mungkin sewa tanah dapat dianggap sebagai ukuran
yang baik bagi nilai netto produksi tanah, dan dengan demikian juga
bagi “ the Opportunity Cost “ jika penggunaan tanah berubah.
Nilai sewa ini dapat di “ Capitalized “ dengan jalan membagi sewa (
finansial ) dengan “
The Economic rate of return “ atau “ the
Opportunity cost of capital “ ( OCC ). Jika “ the opportunity cost of
capital “ = 15 % , dan sewa tanah yang berlaku adalah
Rp.
525.000 per hektar per tahun , maka nilai ” Capital satu
hektar tanah adalah :
c.
Rp. 525.000 / 0.15 = Rp. 350.000 ,-
Estimasi langsung tentang kemampuan tanah untuk berproduksi ( the
productive capability of the land ) , ada kalanya baik harga pembelian
( the purchase price ) maupun nilai sewa tidak merupakan perkiraan /
estimasi yang baik. Dalam hal ini harus dibuat suatu estimasi
langsung tentang kemampuan tanah untuk berproduksi
( the productive capability of the land ) . Estimasi langsung semacam
itu tidak sukar jika seumpamanya ada tanah kosong akan dipakai
untuk proyek pemukiman ( a settlemen
proyect ). Tanpa adanya
proyek tersebut tanah itu sama sekali tidak akan
menghasilkan
output yang mempunyai nilai ekonomik., sehingga nilai netto
( the net value of production goregone ) adalah nol ( 0 ) ,
produksi
dan dengan demikian dalam perhitungan ekonomik tidak
dimasukkan atau diperhitungkan nilai bagi tanah.
Tenaga Kerja
Dalam menentukan biaya tenaga kerja ini perlu dibedakan tenaga kerja yang terdidik/
terlatih ( skilled labour ) dan tenaga kerja yang tidak terdidik ( unskilled labour ) ,
sebab yang biasa dinilai dengan tingkat upah bayangan ( shadow wage rate ) adalah
tenaga kerja yang tidak terlatih.
Cara penilaian tenaga kerja yang tidak terlatih adalah
persaingan bebas yang sempurna ( perfect competion ) ,
sebagai berikut : jika terdapat
maka harga / upah buruh
ditentukan oleh nilai produk marginal atau produktivitas
marginal tenaga kerja, ialah
nilai produk tambahan yang dihasilkan dengan
bertambahnya satu orang tenaga
kerja, ialah nilai produk tambahan yang dihasilkan
dengan bertambahnya satu orang
tenaga kerja. Cara ini dapat dipakai jika tenaga
kerja termasuk faktor produksi yang
langka.
yang terlalu padat penduduknya adalah bahwa
Persoalan dalam kebanyakan Negara
pertambahan satu orang tenaga kerja
sering tidak menyebabkan pertambahan produk, artinya buruh tambahan itu mempunyai
nilai produk marginal sebesar nol.
Karena nilai produk marginal itu juga merupakan ” the
Opportunity Cost ” bagi tenaga buruh dalam keadaan equilibrium , maka dapat dikatakan
bahwa jika tenaga buruh itu
produk marginal = 0 dan
tidak menghasilkan apa-apa disektor pertanian, artinya nilai
ia dipindahkan ke pekerjaan lain, dan ditempat yang baru itu ia
memberikan tambahan hasil, maka untuk mempekerjakanyang baru itu tidak ada produk
lain yang harus
dikorbankan; artinya ” the oppurtunity cost ” bagi tenaga buruh itu adalah
nol ( = pengorbanan dilihat dari sudut perekonomian sebagai keseuruhan = 0 ).
Tingkat
upah dibanyak Negara yang sedang membangun tidak tepat mencerminkan
opportunity
cost
”
bagi
pekerjaannya dengan proyek.
pergeseran
tenaga
dari
pekerjaan
tanpa
proyek
”the
ke
Dalam pasar yang kompetitif sempurna, harga tenaga
buruh ditentukan oleh nilai produk marginalnya ( the marginal value product ) , artinya
upahnya akan sama dengan nilai tambahan produk yang dihasilkan oleh satu tambahan
buruh. Seorang
petani akan sanggup membayar satu tambahan buruh, misalnya
untuk panen, selama buruh tambah tersebut dapat menaikkan output total dengan nilai
yang lebih besar dari pada upah yang harus dibayarkan kepada buruh tersebut.
Dalam masyarakat dengan kelebihan tenaga kerja ada musim-musim sibuk (
peakseason ) pada musim tanam dan musim panen; pada waktu itu bagian terbesar dari
buruh di pedesaan dapat memperoleh pekerjaan. Dalam musim-musim semacam
upah yang berlaku di pasar bagi buruh pedesaan dianggap sebagai estimasi yang
itu
baik
bagi ” the opportunity cost ” dan nilai marginal produk bagi tenaga kerja.
Yang menjadi persoalan ialah : bahwa kecuali dalam musim-musim sibuk tersebut di
banyak negara dengan penduduk yang sangat padat, penambahan satu buruh
mendatangkan penambahan yang sangat sedikit pada produk total dalam keadaan
ekstrim
yang
bahkan sama sekali tidak mendatangkan tambahan produk, artinya jika
ada
surplus buruh tani, maka boleh dikatakan sedikit sekali, atau sama sekali tidak ada,
kesempatan untuk menyalurkan energi mereka secara produktive dalam musim-
musim
sepi ( off season ) .
Dapat dikatakan bahwa nilai produk marginal ( the marginal value product ) buruhburuh tersebut, artinya : jumlah yang ditambahkan oleh buruh pada pendapatan nasional,
mendekati nol.
Setelah mengetahui definisi Studi kelayakan , maka akan timbul pertanyaan ,
misalnya seberapa penting
Studi kelayakan ? Adapun keberadaan manfaat Studi
kelayakan bagi pengusaha atau pihak-pihak yang terkait adalah sebagai berikut :
1. Pengusaha
Dengan adanya Studi kelayakan pengusaha akan mengetahui
apakah gagasan
usahanya layak atau tidak dilaksanakan ditinjau
dari sudut pandang perusahaan.
2. Kreditor
Studi kelayakan dapat digunakan untuk meyakinkan pihak kreditor,
khususnya perbankan untuk ikut memberikat kredit pada gagasan
tersebut.
3.
Penanam Modal
Sama halnya dengan kreditor, penanam modal pun mempunyai
kepentingan atas Studi kelayakan. Mereka akan dapat menentukan
apakah menanam modalnya atau tidak pada perusahaan tersebut.
Dengan kata lain, calon penanam modal ini perlu jaminan
keselamatan atas modal yang akan ditanamkannya.
4. Masyarakat / Pemerintah
Kepentingan masyarakat / pemerintah terhadap Studi kelayakan
terkait dengan eksternal yaitu akibat sampingan baik positif maupun
negatif sebagai akibat didirikannya proyek. Dengan demikian,
apabila berdasarkan Studi kelayakan bahwa suatu proyek
mempunyai social costs lebih kecil daripada social benefit, maka
dengan sendirinya proyek-proyek tersebut akan dapat dukungan dari
masyarakat / pemerintah.
Dalam suatu Negara selalu dibutuhkan kegiatan seperti proyek. Proyek dalam hal
ini merupakan unit operasional pembangunan yang paling kecil. Investasi dalam proyek
tersebut diharapkan dapat mengurangi perbedaan ( disparitas ) pendapatan masyarakat.
Investasi bisa dilihat sebagai berikut :
a. Autonomuos investasi, yaitu investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
atau I = 1.
Contohnya, adalah investasi pada rehabilitasi prasarana jalan, irigasi sebaginya. Investasiinvestasi tersebut dilaksanakan bertujuan untuk mempertahankan perekonomian itu
sendiri.
b. Induce invesment, yaitu investasi yang mempunyai kaitan dengan tingkat pendapatan
atau in = f [r].
Misalnya, peningkatan pendapatan pada masyarakat di suatu perusahaan akan
menyebabkan peningkatan permintaan barang, sehingga mendorong untuk melakukan
investasi.
c. Investasi sifatnya dipengaruhi oleh adanya tingkat bunga uang atau modal yang beredar
di masyarakat atau I = f [r] .
Contohnya, ialah investasi pada suatu badan usaha perusahaan dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang dapat menguntungkan, akan dilakukan bila tingkat bunga yang berlaku pada
saat itu lebih rendah jika dibandingkan dengan keuntungan ( returns/benefit ) investasi.
Autonomuos investasi akan lebih banyak dilakukan oleh sektor pemerintah, karena
akan terkait dengan aspek sosial budaya yang ada di masyarakat. Adapun induce
invesment dan investasi yang dipengaruhi oleh tingkat bunga akan lebih banyak melibatkan
semua swasta, walaupun banyak juga badan usaha pemerintah yang ikut campur di dalam
investasi kelompok lain.
Analisis keputusan investasi yang melandasi keputusan berkaitan dengan tingkat
bunga karena tingkat bunga ( I ) akan mempengaruhi pendapatan proyek yang akan
diperoleh.
Secara sederhana fungsi tersebut, yaitu tingkat bunga naik ( pada r ) , maka investasi
akan berkurang atau menurun sebesar ( I
) yang semula adalah ( I
) . Begitu pula
sebaliknya jika pada r . Sebagai pertimbangan untuk situasi tersebut adalah keuntungan
dan laba proyek.
Penjelasan dari hal tersebut digambarkan dalam demand investment function sebagai
berikut.
Gambar.1.1 Demand Invesment Function
Untuk mengambil keputusan apakah investasi akan diterima atau ditolak didasarkan
pada besarnya keuntungan dan biaya yang dikeluarkan. Keuntungan harus lebih besar dari
pada biaya, meskipun keuntungan dan biaya harus disesuaikan dengan nilai pada saat ini (
present worth )
BAB. II
ASPEK-ASPEK DALAM PERENCAAN PROYEK
Perusahaan bertugas mengelolah sumber-sumber ekonomi atau sering juga
disebut faktor-faktor produksi.
Sumber-sumber ekonomi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam :
-
Manusia ( Men ) : berperan sebagai tenaga kerja di perusahaan , namun berperan
juga sebagai konsumen dari produk perusahaan.
-
Modal ( Money ) : sejumlah uang atau barang yang dibeli dengan uang tersebut untuk
membuat produk yang lain. Barang modal di sini adalah : mesin, peralatan pabrik , alatalat transportasi dan lain-lain.
-
Material ( Materials ) : faktor pendukung utama dalam proses produksi. Termasuk
disini adalah bahan baku, bahan pembantu, tanah untuk proses produksi serta bahan
lain sebagai penunjang proses produksi.
-
Metode ( Method ) : suatu pelaksanaan kerja produktif , misalkan pengambilan
keputusan, pembwerian ide serta inisiatif dan pemikiran yang ditujukan pada
perusahaan.
A. Ada beberapa aspek: dalam analisis proyek, yaitu sebagai berikut :
1. Aspek teknis
2. Aspek manajerial dan administrasi
3. Aspek organisasi
4. Aspek komersial
5. Aspek ekonomi
6. Aspek finansial
1. Aspek Teknis : meliputi analisis input dan ouput barang atau jasa yang akan
diperlukan dan dihasilkan oleh proyek. Dalam hal ini perlu diperhatikan ; pentingnya
Letak / Lokasi Perusahaan.
Letak perusahaan sering disebut pula Tempat kediaman perusahaan, yaitu tempat
dimana perusahaan melakukan kegiatan sehari-hari.
Jenis letak perusahaan ada 4 ( empat ) :
A. Letak perusahaan yang terikat pada alam-- sangat ditentukan sumber-sumber
alam, jadi tidak dapat ditentukan oleh manusia; misalkan usaha Pertanian,
Pertambangan.
B.Letak perusahaan berdasarkan Sejarah --- dapat dijelaskan dengan adanya
sejarah di lokasi itu; misalkan kerajinan batik di daerah Surakarta dan yogjakarta,
karena seni batik dari para wanita kraton dua daerah tsb.
C.Letak Perusahaan yang ditentukan pemerintah -- pemerintah yang menentukan
dimana perusahaan harus dijalankan aktivitasnya; misalnya Pabrik senjata/ amunisi ,
peternakan babi dan pabrik obat-obatan.
D.Letak perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi --- perusahaan ini
bersifat industri, misalkan @ dekat dengan bahan baku( Pabrik gula, pabrik semen )
@ dekat dengan pasar/ konsumen ( Pabrik roti/Bakery,
rumah makan / Bank & assuransi )
@ dekat dengan pemasok tenaga kerja ( pabrik rokok )
@ dekat dengan penyedia sumber tenaga / energi ( pabrik
peleburan biji besi, allumuniaum dan baja. ) .
@ Iklim ( Pabrik teh, pemintalan kapas dan industri jamur )
@ Ongkos tranport ( pabrik mobil )
@ Besarnya suplai modal
2. Aspek Manajerial dan administrasi : menyangkut kemampuan staf proyek untuk
menjalankan administrasi kegiatan dalam ukuran besar ( large scale activities ) .
Keahlian manajemen hanya dapat di evaluasi secara subyektif , namun kalau hal ini
tidak mendapatkan perhatian khusus, maka banyak kemungkinan terjadi pengambilan
keputusan yang kurang baik dalam proyek yang akan direncanakan.
Manajemen merupakan suatu proses yang khas, yang terdiri atas kegiatan-kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengendalian
yang
dilakukan
untuk
menentukan
serta
mencapai
sasaran-sasaran
melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain.
Di samping itu manajemen juga menggunakan Metode Ilmiah dan seni dalam setiap
pendekatanatau penyelesaian masalah . Metode ilmiah ini pada hakekatnya meliputi
kegiatan sebagai berikut :
a. mengetahui adanya persoalan
b. Mendifinisikan persoalan
c.
Mengumpulkan fakta, data dan informasi
d. Menyusun alternatif penyelesaian
e. Mengambil keputusan dengan
memilih salah satu alternatif
penyelesaian
f.
Melaksanakan keputusan serta tindak lanjut.
3. Aspek Organisasi : terutama ditujukan pada hubungan antara administrasi proyek dan
bagian administrasi pemerintah lainnya untuk melihat apakah hubungan antara
masing-masing wewenang ( outhority ) dan tanggung jawab ( responbility ) dapat
diketahui dengan jelas.
Berikut ini kita gambarkan hubungan antar komponen organisasi di mana tujuan
merupakan titik tolak untuk melaksanakan fungsi-fungsi organisasi dan antar tujuan,
fungsi, tanggung jawab, wewenang dan pertanggung jawaban mempunyai hubungan
yang sangat erat.
Pada hakekatnya antara organisasi dengan Manajemen tidak dapat dipisahkan.
Organisasi merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan.
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan orang untuk mencapai suatu
tujuan bersama.
Jadi dalam organisasi terdapat 3 ( tiga ) faktor :
a. adanya sekelompok orang
b. adanya hubungan dan pembagian kerja di antara orang-orang itu
c.
adanya tujuan yang ingin dicapai
Bentuk- bentuk organisasi :
1. Organisasi garis ( Line organization ) : Kekuasan dan tanggung jawab dari
atas sampai bawah satu pimpinan.
2. Organisasi Garis dan Staf ( Line – Staff Organization ) : Atasan memiliki
bawahan tertentu dan bawahan hanya menerima perintah dari seorang
atasan saja dan kepada atasan tersebut bawahan harus bertanggung jawab
atas pelaksanaan pekerjaannya.
3. Organisasi Fungsional : Bentu organisasi yang susunannya berdasarkan
atas fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi tersebut, misalkan fungsi
produksi, keuangan, administrasi dan lain-lain.
4.
` Aspek komersial : menganalisis penawaran input ( barang atau jasa )
yang diperlukan
proyek , baik pada waktu membangun proyek maupun pada waktu proyek sudah
berproduksi, dan menganalisis pasaran output yang akan dihasilkan proyek.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya , untuk berkembang dan
memperoleh keuntungan, perusahaan harus melakukan salah satu fungsi pokoknya
yaitu : Pemasaran
Pemasaran dalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan
jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli
potensial. Kegiatan pemasaran di dalam suatu perusahaan harus diorganisasikan dan
dikelola dengan baik, artinya pimpinan harus merencanakan pemasaran secara
menyeluruh. Di sini diperlukan suatu pelaksanaan manajemen pemasaran, yang
secara hakekatnya merupakan tindakan dari Konsep Pemasaran.
@ Konsep pemasaran ( The Marketing concept ) : Kepuasan konsumen akan dapat
menimbulkan loyalitas dan kesan baik dari pembeli.
@ Konsep Penjualan ( The Selling concept ) : Perusahaan harus mencapai volume
penjualan setinggi-tingginya.
5.
Aspek ekonomi : menyelidiki apakah proyek itu akan memberi sumbangan atau
mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi seluruhnya dan
apakah peranan cukup besar untuk membenarkan ( to justify ) penggunaan sumbersumber yang langka.
Agar dana dalam perusahaan dapat dipenuhi secara cukup, maka sisi lain dituntut
adanya pengelolaan dan penentuan secara tepat terhadap sumber-sumber dana.
6.Aspek finansial : menyelidiki terutama perbandingan antara pengeluaran dan ” revenue
earnings ” proyek, apakah proyek itu akan menjamin dana yang diperlukan, apakah proyek
akan mampu membayar kembali dana tersebut, apakah proyek akan berkembang
sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.
Disamping aspek-aspek tadi ada aspek tambahan yang tidak pernah ditinjau , yaitu :
1. Aspek sosial
2. Aspek lingkungan
Yang mana kedua aspek penting untuk diperhatikan .
B. Analisis Finansial dan Analisis Ekonomi
Dalam evaluasi proyek biasanya diadakan 2 ( dua ) macam analisis, ialah analisis
finansial dan analisis ekonomi.
1. Analisis Finansial
Dalam analisis finansial , proyek dilihat dari sudut orang yang menanamkan modal
dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Dalam analisis ini yang
diperhatikan adalah hasil untuk moda saham ( equity capital ) yang ditanam dalam proyek.
Hasil finansial sering disebut ” private returns ” . Analisis finansial ini penting artinya dalam
memperhitungkan rangsangan ( incentive ) bagi mereka yang turut dalam mensukseskan
pelaksanaan
proyek.
Sebab
tidak
ada
gunanya
melaksanakan
proyek
yang
menguntungkan dilihat dari sudut perekonomian sebagai keseluruhan, jika mereka yang
menjalankan kegiatan produksi tidak bertambah baik keadaannya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis finansial adalah waktu didapatkannya
hasil ( returns ). Negara dapat mengadakan investasi dalam suatu proyek yang
menguntungkan jika dilihat dalam jangka waktu dua puluh tahun, tetapi dalam waktu lima
tahun yang pertama belum memberikan hasil sama sekali. Akan tetapi, dari seorang
pengusaha swasta tidak dapat diharapkan untuk mengadakan investasi dalam proyekproyek semacam itu, karena dalam jangka waktu lima tahun pertama ia sudah akan
kehabisan modal.
2. Analisis Ekonomi
Dalam
analisis ekonomi, proyek dilihat dari sudut perekonomian sebagai suatu
keseluruhan. Dalam analisis ini yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau
keuntungan yang diperoleh dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk
masyarakat atau perekonomian, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber
tersebut dan siapa yang menerima hasilnya. Hasil ini disebut ” the social return ” atau ” the
economic return ” bagi proyek.
Bagi orang-orang yang menentukan kebijakan ( policy makers ), yang terpenting adalah
mengarahkan penggunaan sumber-sumber yang langka kepada proyek-proyek yang dapat
memberikan hasil yang paling banyak bagi perekonomian sebagai keseluruhan; artinya,
menghasilkan “ Social returns “ atau “Economic returns “ yang paling tinggi.
1. Siklus proyek
Siklus suatu proyek dimulai dengan adanya suatu gagasan pengusulan yang umum
bersumber dari hal-hal berikut :
1. Para pemimpin masyarakat setempat
2. Para tenaga teknis
3. Para perintis pembangunan, seperti Bank Pembangunan
4. Usulan program-program yang ada
Motivasi gagasan pengusulan suatu proyek biasanya terdiri atas dua kelompok, yaitu
(a) untuk mendapatkan keuntungan dan investasi dan (b ) untuk memberi manfaat bagi
masyarakat banyak seperti tersedianya lapangan kerja, perbaikan kesehatan dan
peningkatan kecerdasan.
Ada 6 ( enam ) tahapan atau siklus proyek, sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.1.
1. Tahap Identifikasi
2. Tahap Formulasi
3. Tahap Analisis
4. Tahap Implementasi
5. Tahap Operasi
6. Tahap Evaluasi
1. Tahap Identifikasi : Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi, yaitu
menentukan calon-calon proyek yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan.
Pertimbangan yang dilakukan mengacu pada beberapa pertanyaan
berikut ini.

Apakah proyek tersebut merupakan sektor yang diprioritaskan ?
Apakah proyek secara garis besar akan menguntungkan ?

Adakah bantuan dari pemerintah bagi jenis proyek tersebut ?
2. Tahap Formulasi : Formulasi yaitu penyusunan atau persiapan dengan melakukan prastudi
kelayakan dengan meneliti sejauh mana calon-calon proyek tersebut dapat
dilaksanakan
menurut aspek-aspek teknis, administratif atau manajerial, Organisasi, komersial, finansial
dan ekonomi. Setelah mempertimbangkan aspek-aspek tersebut,
barulah disusun studi kelayakan proyek.
Studi kelayakan proyek yang ideal akan berisi :
a. Ringkasan proyek
b. Studi teknis
c.
Studi pemasaran
d. Studi manajerial/organisasi
e. Studi finansial
f.
Studi sosial ekonomi
3. Tahap Analisis : Tahap ketiga adalah analisis, yaitu mengadakan penilaian atau evaluasi
(approisal) terhadap laporan studi kelayakan yang ada. Studi kelayakan proyek tersebut
dianalisis untuk memilih yang terbaik di anatara berbagai alternatif, proyek yang ada,
berdasarkan ukuran tertentu.
4. Tahap Implementasi : Tahap selanjutnya adalah Implementasi artinya tahap
pelaksanaan proyek. Dalam tahap ini tanggung jawab utama dari para
perencana serta penilai proyek adalah mengadakan pengawasan terhadap
pelaksanaan pembangunan fisik proyek agar sesuai dengan final designya
( sketsa akhir ).
5. Tahap Operasi : Tahap kelima adalah operasi proyek. Dalam tahap ini dipertimbangkan
penggunaan metode-metode pembuatan laporan atas pelaksanaan operasinya. Laporan
tersebut diperlukan untuk tahap selanjutnya.
6. Tahap Evaluasi hasil : Tahap keenam adalah evaluasi hasil-hasil pelaksanaan proyek
berdasarkan laporan- laporan yang masuk pada tahap-tahap sebelumnya. Dalam tahap ini
membandingkan antara yang direncanakan dengan hasil yang dicapai. Hasil penilaian ini
selanjutnya
digunakan untuk perbaikan bagi proyek-proyek berikutnya dan
mengembangkan gagasan baru dalam memilih proyek-proyek baru.
D. Unsur-Unsur Kritis dalam Formulasi Proyek
Berbagai aspek yang dianalisis antara lain aspek teknis, aspek manajerial, aspek
sosial, aspek finansial serta aspek ekonomis. Dalam pembahasan ini yang akan ditinjau adalah
aspek ekonomis.
1. Aspek teknis meliputi analisis tentang input dan ouput yang diperlukan dan dihasilkan oleh
proyek
2. Aspek manajerial dan Administratif meliputi kemampuan staf untuk menjalankan administrasi
kegiatan dalam ukuran besar. Keahlian manajemen bertugas untuk membuat keputusan,
tetapi tugas ini merupakan aspek kritis dari tugas manajerial yang menurut kemampuan
pengelolaan untuk mengintegrasikan dan mengembangkan berbagai elemen yang relevan
kedalam situasi total. Dalam menjalankan tugasnya menyangkut waktu yang panjang,
menghadapi resiko yang besar dan kemungkinan membahayakan perusahaan ( proyek ) dan
keputusan tersebut mampu dikomunikasikan pada manajemen pelaksana.
3. Aspek Organisasi dikhususkan pada hubungan antara administrasi proyek dengan
administrasi di luar proyek ( misalnya : Pemerintah ). Hal ini untuk memperjelas hubungan
antara wewenang ( authority ) dan tanggung jawab ( responsibility ).
4. Aspek komersial menganalisis penawaran input ( barang dan jasa ) yang dibutuhkan proyek,
baik awal membangun proyek , maupun proyek sedang berproduksi, dan menganalisis hasil (
output ) dari proyek tersebut.
5. Aspek Finansial: menghitung rasio antara pengeluaran dan penerimaan proyek ( cost dan
revenue earnings ). Dalam hal ini akan diketahui apakah proyek tersebut nantinya mampu
berkembang dan berdiri sendiri.
6. Aspek Ekonomi:
menilai
apakah proyek tersebut memberi sumbangan atau mempunyai
peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi seluruhnya dan bagaimana
peranannya untuk membenarkan penggunaan sumber – sumber yang langka.
E. Manfaat Proyek
Pelaksanaan proyek bertujuan
untuk memperoleh manfaat atau hasil. Manfaat
proyek dapat dibedakan menjadi :
1. Manfaat langsung
2. Manfaat tidak langsung, dan
3. Manfaat yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas
1. Manfaat Langsung adalah adanya kenaikan dalam nilai keluaran fisik
dari kegiatan yang ditangani proyek. Kenaikan nilai dari keluaran (output
) dikarenakan adanya perbaikan kualitas, penurunan biaya yang
disebabkan adanya mekanisasi, penurunan biaya pengangkutan, dan
lain sebagainya. Manfaat langsung dapat berupa : a. Kenaikan dalam
nilai hasil/output dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
i.
Kenaikan dalam produk fisik : dalam hal ini
diadakan
asumsi bahwa permintaan adalah elastis , artinya dengan
turunnya harga hasil produksi, jumlah yang diminta naik sedemikian
rupa, sehingga hasil penerimaan total naik. Kalau proyek tidak terlalu
besar untuk dapat mempengaruhi harga pasar, maka harga produk akan
tetap, tetapi kalau proyek relatif besar dibandingkan dengan pasar yang
dihadapi, atau jumlah produk yang ditawarkan itu bertambah dengan
pesat, maka ada kemungkinan harga produk akan turun. Dalam
menghitung manfaat tidak boleh dilupakan produk yang dikonsumsi
sendiri ( home consumed
product ), terutama pada produk bahan
makanan.
ii.
Perbaikan mutu produk ( quality improvement ) : Dalam hal
ini jumlah produk dapat tetap, tetapi kualitasnya lebih bagus, sehingga
nilainya ( harga rata-rata ) naik, dan dengan demikian jumlah
penerimaan total juga naik.
iii.
Perubahan dalam
lokasi dan waktu penjualan : Proyek
pemasaran atau pengangkutan ( marketing or transport projects ) dapat
mengadakan perbaikan pemasaran hasil produksi dengan jalan
mengubah lokasi dan waktu penjualan produk.
iv.
Perubahan dalam bentuk ( granding and processing ) :
Proyek-proyek seperti penggilingan padi, pengalengan sayur-sayuran
dan buah-buahan, penggergajian kayu, dapat mengubah bentuk produk
dan dengan demikian menaikkan nilai produk dan mempermudah
pengangkutan dan penyimpanan.
b. Penurunan biaya dapat berupa :
i. Keuntungan dari mekanisme :
seperti penggunaan pompa listrik
untuk mengairi sawah sebagai pengganti sumur timba; penggilingan padi
untuk mengganti proses penumbukan padi dengan tangan; penggunaan
traktor untuk mengganti tenaga kerbau, semuanya dapat menyebabkan
turunyabiaya unit produk.
ii.
Penurunan
biaya
pengangkutan
:
Karena
adanya
alat
pengangkutan yang lebih baik untuk mengangkut produk dari daerah
produksi ke daerah pasar.
iii. Penurunan atau penghindaran kerugian : Seperti proyek
pengawetan tanah untuk menghndari erosi tanah; proyek penyimpanan /
pergudangan ( storage project ) untuk menghindari kerusakan barang.
2. Manfaat tak langsung adalah manfaat yang secara tak langsung
ditimbulkan dengan adanya proyek tersebut yang dirasakan oleh orang
di luar proyek, antara lain adanya
effect multiple dari skala ekonomi
yang lebih besar dan manfaat yang ditimbulkan dari pengaruh sekunder
seperti perubahan produktivitas tenaga kerja. Manfaat tak langsung sulit
dinilai dengan uang tetapi secara tak langsung dapat dinikmati oleh
masyarakat.
Ada tiga macam manfaat tidak langsung /sekunder,
ialah
sebagai berikut : a. Manfaat yang disebabkan
( induced)
: ” efek
oleh adanya proyek yang biasanya disebut
multipler ”dari proyek.
b. Manfaat yang disebabkan
oleh adanya keunggulan skala besar ( economies of
scale )
c. Manfaat yang ditimbulkan
oleh adanya pengaruh sekunder dinamik ( dynamic
secondary effects ), misalnya berupa perubahan dalam
produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh
perbaikan kesehatan ,dan pendidikan ( health and
education )
3. Manfaat yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas ( intangible benefits )
atau manfaat yang sulit dinilai dengan uang.
Contohnya : a. Perbaikan lingkungan hidup
b. Perbaikan pemandangan
c. Perbaikan distribusi pendapatan
d. Integrasi nasional
e.Pertahanan nasional dan lain sebagainya.
F. Biaya Proyek dan Benefit
Biaya yang dihitung atau dikeluarkan sebagai biaya proyek adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada
masa yang akan datang untuk memperoleh penghasilan-penghasilan yang akan datang. Yang dimaksud
dengan biaya proyek antara lain : biaya angsuran hutang dan bunga depresi, biaya konstruksi dan peralatan,
biaya tanah, biaya modal kerja , biaya bunga masa konstruksi, biaya operasi dan pemeliharaan dan berbagai
biaya lainnya.
Biaya proyek meliputi hal-hal berikut ini.
a. Biaya Angsuran Hutang dan Bunga
Biaya proyek atau biaya investasi dapat dihitung pada waktu :
-
investasi dikeluarkan : artinya cara perhitungan yang akan timbul pada proyek-proyek
menguntungkan masyarakat.
-
Pinjaman untuk investasi dilunasi beserta bunganya : artinya cara perhitungan yang akan
timbul jika suatu proyek dibiayai dengan pinjaman atau kredit tersebut diberikan jika proyek
tersebut dilaksanakan. Didalam hal ini social cost yang diperhitungkan tetapi bukan jumlah
investasi. Jumlah angsuran mulai dilakukan dan bunga mulai dibayar.
b. Depresiasi ( penyusutan )
Penyusutan merupakan pengalokasian biaya investasi suatu proyek pada setiap tahun
sepanjang umur ekonomis proyek tersebut dan untuk menjamin agar angka biaya operasi
yang dimaksudkan dalam neraca rugi laba tahunan dapat mencerminkan adanya biaya
modal yang dipergunakan.
Biaya penyusutan dapat di hitung dengan 4 ( empat ) metode yaitu ( 1.) Straight line,
(2) Double declining balance , (3) soyd , (4) kombinasi straight line ( SL ), dan double declining
balance ( DDB )
Penyusutan straight line yang akan dibicarakan disini Straight line.
Metode perhitungan penyusutan yang paling sederhana yaitu dengan memperhitungkan harga
awal pembelian barang dan penentuan harga akhir di bagi dengan umur ekonomis dari barang
tersebut :
Penyusutan / thn = X - X
n
Contoh : Harga mesin pencampuran pakan pada awal investasi sebesar Rp. 50 juta .
Diperkirakan umur ekonomis 10 tahun dan harga ( nilai ) akhir di anggap nol maka :
Penyusutan = 50 juta - 0 = Rp. 5 juta / tahun.
10
Tahun
Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Akhir Tahun
1
5 juta
5 juta
2
5 juta
10 juta
3
5 juta
15 juta
4
5 juta
20 juta
5
5 juta
25 juta
Penyusutan atau depresiasi sesungguhnya hanya merupakan pengalokasian biaya
investasi setiap tahun sepanjang umur ekonomik proyek untuk menjamin bahwa biaya modal itu
diperhitungkan dalam laporan/neraca rugi-laba tahunan ( profit and loss statement ). Akan tetapi,
sesungguhnya penyusutan itu tidak merupakan pengeluaran biaya riil, sebab yang betul-betul
merupakan pengeluaran biaya adalah investasi semula, atau kalau investasi proyek itu dibiayai
dengan pinjaman terikat, maka yang dianggap sebagai biaya adalah arus pelunasan
kredit
( angsuran ) beserta bunganya pada waktu kedua arus itu betul-betul dilaksanakan.
C. Biaya Konstruksi dan Peralatan
Dalam hal ini dihindari Double Accounting artinya jika biaya telah dibebankan pada
saat di keluarkan investasi, maka waktu pelunasannya nanti tidak boleh dimasukkan sebagai
biaya lagi. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :

Peralatan termasuk peralatan yang dipergunakan dalam mengerjakan proyek.
Jika barang atau nilai peralatan terdapat barang yang harus di impor, maka perlu
diperhatikan untuk menerapkan atau tidak menerapkannya Shadow price
daripada devisa.

Bahan-bahan adalah segala bahan yang diperlukan di dalam kegiatan proyek
harga yang digunakan adalah harga yang berlaku dalam mencari bahan
tersebut. Akan tetapi, untuk barang-barang yang sifatnya
tradable, maka
penilaian bahan-bahan tersebut yang dianggap relevant adalah memakai ” order
price ”
Untuk bahan-bahan impor di pakai harga C.I.F ( Cost Insurance and
Freight ). , sedangkan untuk harga export di pakai F.O.B ( Free On Board ).
D. Biaya Tanah / Lahan
Biaya tanah yang dihitung adalah tanah yang memberikan hasil seperti tanah sawah,
perkebunan, tambak, dan lain sebagainya.
Perhitungannya meliputi pengorbanan produksi pada nilai sekarang bersih ( net present value ) .
Sedangkan output nya dinilai dengan harga pasar.
Terutama dibidang pertanian, perkebunan, budi daya perikanan, tanah merupakan bagian
terpenting dari biaya proyek. Misalnya suatu proyek P, mempunyai umur ekonomi n tahun
menggunakan sebidang tanah yang luasnya A hektor, selama dipergunakan untuk menanam
padi. Dalam waktu n tahun, nilai bersih ( netto ) , padi hasil dari tanah termaksud adalah
penjualan padi dikurangi biaya-biaya lainnya, diumpamakan Y rupiah. Maka oppurtunity cost
tanah yang digunakan. Dalam proyek P adalah Y rupiah per hektar per tahun jika kita membeli
atau menyewa tanah, maka harga pembelian dianggap pertahun sebagai biaya sewa per tahun
untuk dikeluarkan.
E. Biaya Modal Kerja
Modal kerja adalah modal yang dipergunakan dan terikat dalam suatu proyek.
Didalam perhitungannya modal ini dimasukkan biaya tahunan awal ( pertama ) proyek tersebut
berjalan.
F. Biaya Bunga Masa Konstruksi
Pembayaran bunga yang harus dibayar selama masa konstruksi
harus
memperhatikan 2 ( dua ) hal dibawah ini .
4. Jika terdapat social opportunity cost dari pada investasi pada saat investasi di keluarkan maka
bunga tidak diperhitungkan dalam biaya ekonomi.
5. Akan tetapi , jika social opportunity cost daripada investasi dianggap terdiri dari arus
pelunasan hutang beserta bunganya untuk waktu yang akan datang, maka pembayaran
bunga selama masa konstruksi
perlu diperhitungkan dalam biaya ekonomi. Dengan
demikian sama halnya dengan pada umumnya, maka kalau biaya investasi dibebankan pada
waktu diadakan investasi, bunga selama masa konstruksi tidak dihitung sebagai biaya
ekonomik ( bunga modal itu termasuk dalam ” discount rate ” yang dipakai untuk men ”
discount ” semua biaya dan manfaat sehingga menjadi nilai sekarang = the present value )
.
Akan tetapi, kalau biaya investasi diperhitungkan pada waktu pelunasan pinjaman dan
bunganya, maka pembayaran bunga selama konstruksi perlu diperhitungkan dalam biaya
ekonomik.
G. Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Biaya ini merupakan biaya yang harus dikeluarkan secara rutin dalam setiap tahunnya
selama proyek mempunyai umur ekonomi.
Contohnya : raw material ( peternakan dan perikanan ), bahan bakar, air minum, listrik, gaji/upah,
jasa konsultasi dan lain-lain.
H. Biaya Pembaharuan atau Pengganti
Biaya ini merupakan tambahan biaya berjalan. Misalnya, dalam waktu 30 tahun pada
setiap 10 tahun sekali perlu pembaharuan terhadap peralatan tertentu. Banyak proyek
memerlukan investasi dengan panjang umur yang berbeda-beda.
Misalnya , investasi pertama ( initial invesment ) yang besar diperkirakan akan tahan sampai 40
tahun, tetapi ada bagian-bagian yang perlu diganti ( replaced ) tiap sepuluh tahun sekali. Misalnya
investasi semula memerlukan waktu dua tahun sebesar Rp. 400 juta dan Rp.600 juta berturutturut, dan sesudah itu tiap sepuluh tahun sekali harus diadakan penggantian (replacement )
sebesar Rp. 150 juta . Biaya operasi dan pemeliharaan adalah sebesar Rp.100 juta setahun,
dan pada tahun terakhir umur ekonomik proyek itu mendatangkan hasil/pendapatan sebesar Rp.
50 juta. Kalau proyek itu mendatangkan hasil/pendapatan total ( total revenue ) sebesar Rp. 350
juta per tahun, dan umur ekonomik proyek mulai berproduksi adalah 40 tahun , maka
perhitungannya adalah sebagai berikut :
Tahun
Biaya
(1)
Rp/juta
Investasi
(2 )
Biaya O & P Rp/juta
(3 )
Hasil Total Rp/juta
(4 )
1
400
-
-
2
600
-
-
3-11
-
100
350
12
150
100
350
-
100
350
150
100
350
-
100
350
150
100
350
-
100
350
-
100
350
13 – 21
22
23 – 31
32
33 – 41
42
Umur Proyek
Terdapat beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek antara lain : sebagai
ukuran umum adalah suatu periode yang kira-kira sama dengan umur ekonomi dari pada proyek. Untuk
proyek yang mempunyai modal investasi yang besar lebih mudah menggunakan umur teknis dari
unsur-unsur pokok investasi.
F. Analisis Finansial ( Privat ) dan Analisis Ekonomi atau Sosial
Perhitungan benefits dan biaya pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua pendekatan, tergantung pada
pihak yang berkepentingan langsung dalam proyek. Dalam analisis proyek dilihat dari sudut badan atau
orang yang menanam modalnya dalam proyek atau suatu perhitungan dikatakan privat atau finansial, bila
yang berkepentingan langsung dalam ” benefits returns ” . Analisis finansial ini penting artinya dalam
memperhitungkan rangsangan ( incentive ) bagi mereka ang turut serta dalam menyukseskan
pelaksanaan proyek. Sebaliknya suatu perhitungan dikatakan perhitungan ekonomi, bila yang
berkepentingan langsung dalam benefits dan biaya proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara
keseluruhan. Dalam hal ini, yang dihitung adalah seluruh benefit yang terjadi dalam masyarakat sebagai
hasil dari proyek dan semua biaya yang terpakai terlepas dari siapa saja yang menikmati benefit dan
siapa yang mengorbankan sumber-sumber tersebut. Hasil ini disebut ” Social returns ” atau ” economic
returns”
1. Perbedaan penekanan dalam analisis
Perbedaan penekanan dalam analisis terlihat pada hal-hal berikut ini :
a. Apabila investasi proyek tersebut dibiayai dari dana Pemerintah dalam rangka peningkatan
taraf hdup masyarakat, maka titik berat analisis/evaluasi adalah pada aspek sosial
profitabilitas ( social profitability ) yang menekankan sampai seberapa jauh manfaat proyek
tersebut kepada perekonomian secara keseluruhan. Ini berarti, seandainya suatu rencana
investasi pemerintah, ditinjau dari segi finansialnya menunjukkan hasil analisis didasarkan
pada perbandingan benefit dan cost nya adalah lebih kecil dari satu ( B/C< 1 ) , tetapi ditinjau
dari
manfaat
sosialnya
akan memberikan
pengaruh
positif
terhadap
peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat maupun kehidupan perekonomian secara keseluruhan ,
proyek tersebut akan dilaksanakan . Misalnya dengan adanya proyek tersebut berarti akan
tersedianya lapangan kerja
baru bagi masyarakat
setempat, menambah pendapatan
masyarakat setempat, dapat menghidupkan kegiatan ekonomi daerah, masuknya teknologi
baru di daerah tersebut dan sebagainya. Oleh karena itu , dengan pertimbangan –
pertimbangan inilah walaupun hasil analisis menunjukkan B/C<1, pemerintah akan
memutuskan untuk melaksanakan investasi proyek tersebut. Jadi titik berat terletak pada
hasil analisis ekonomisnya.
b. Bagi proyek-proyek yang dibiayai oleh dana swasta ( private investor ) , maka analisis /
evaluasinya dititik beratkan pada hasil analisis. Disini rencana investasi dilihat/ ditinjau dari
segi cash-flow; yaitu perbandingan antara hasil penjualan kotor ( gross-sales ) dengan jumlah
biaya-biaya ( total cost ); bila menunjukkan net benefit positif ( profit ) , maka
rencana
investasi tersebut dilanjutkan , atau dinyatakan ” go ” . Bila sebaliknya, yaitu menunjukkan
benefit yang negatif ( rugi ), maka rencana investasi tersebut dibatalkan.
2. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam kedua analisis tersebut, sebagai berikut :
Sehubungan dengan adanya perbedaan penekanan pada analisis ekonomis dan analisis
finansial sebagaimana tersebut di atas, maka ada faktor/ unsur-unsur yang harus
diperhatikan dalam kedua analisis tersebut, sebagai berikut :
Keterangan
Analisis
Finansial
1.
Hasil
usaha
/
Analisis Ekonomis
Revenues
:
Semua
hasil/income:
Gross-
sales,
hasil
sewa/
salvage-value dsb.
2.
Invesment
Cost:
Operating-Costs;
pembelian
1.
al:
bahan
mentah/bahan baku
1. Harga
Apabila kita berpegang pada teori Keynes , bahwa harga terjadi pada keseimbangan antara
permintaan dan penawaran di pasar. Kenyataannya adalah bahwa tidak ada pasar yang sempurna dan
situasi perekonomian yang tidak bias tetap berada dalam keseimbangan, jadi harga pasar yang
sebenarnya tidak mencerminkan nilai-nilai yang sempurna.
Walaupun adanya kenyataan ini, pada umumnya cara terbaik untuk mencari “ nilai sebenarnya “ (true
value ) dari pada barang dan jasa adalah harga pasarnya ( market prices ).
Dalam istilah yang praktis,
harga pasar untuk suatu barang merupakan harga terbaik untuk digunakan menilai biaya ataupun
manfaat.
Didalam analisis financial di mana penekanan analisis adalah pada “ private returns “ , maka
selalu dipakai harga pasar untuk mencari “ nilai sebenarnya “ dari barang dan jasa. Sedangkan dalam
analisis ekonomis, penekanan adalah pada “ the social returns “ atau “ the economic returns “ di mana
dilihat sampai berapa jauh sumbangan proyek terhadap perkembangan ekonomi secara keseluruhan (
the project’s social profitability ).
Sehubungan
dengan penekanan-penekanan ini, maka di dalam analisis ekonomis, tidak
dipakai harga pasar, tetapi selalu dipakai “ harga bayangan “ ( shadow prices ) atau disebut pula sebagai “
harga akutansi “ ( Accounting prices )
.
2. Bunga ( Interest )
.
Didalam analisis financial, bunga merupakan biaya proyek ( project cost ), oleh karena itu harus
dihitung. Demikian pula angsuran hutang bila mendapat pinjaman/kredit dari bank ataupun pinjaman
perorangan.
Di dalam analisis ekonomi, bunga tidak diperhitungkan sebagai biaya ( project cost ) karena bunga yang
diterima pemerintah, akan dimanfaatkan kembali untuk membiayai kegiatan-kegiatan lain dalam
masyarakat.
Demikian pula bila proyek mendapat pembiayaan dari kredit luar negeri dalam rangka kerja sama
ekonomi antara Pemerintah republik Indonesia dengan luar negeri, maka di dalam analisis ekonomis,
bunga serta pembayaran angsuran hutang tidak diperhitungkan, karena bantuan luar negeri apapun
sifatnya ( loan maupun grant ) merupakan bagian dari penerimaan negara (penerimaan pembangunan
dalam APBN ), kecuali bila ada ketentuan lain di dalam hal pembayaran bunga serta angsuran hutang
pokok.
3. Pajak ( Tax )
Di dalam analisis finansial, pajak merupakan biaya proyek ( project cost ), jadi harus dihitung.
Di dalam analisis ekonomis, pajak tidak dihitung, karena pajak merupakan bagian dari pendapatan
negara ( goverment revenue ) dan pajak yang diterima dari masyarakat , akan dikeluarkan
kembali/dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan lain dalam masyarakat, merupakan ” transfer
of payment ” . Oleh karena itu, tidak diperhitungkan dalam analisis ekonomis.
4. Subsidi
Di dalam
analisis finansial, subsidi (dapat merupakan pengurangan pajak, pembebasan
pajak impor terhadap bahan baku, dapat pula terbentuk sarana-sarana lainnya yang dapat dimanfaatkan
proyek yang bersangkutan ) akan mengurangi biaya proyek, berarti akan menambah keuntungan ( profit
). Oleh karena itu harus dihitung dalam analisis finansial.
Di dalam nalisis ekonomis, subsidi tidak dihitung sebagai salah satu penyebab bertambahnya
keuntungan sebagaimana halnya dalam analisis finansial. Oleh karena itu tidak dihitung.
Selain faktor-faktor tersebut, terdapat pula faktor/unsur-unsur
lain yang di dalam analisis ekonomis
maupun analisis finansial , tidak diperhitungkan sebagai faktor biaya, sebagai lazimnya diperhitungkan di
dalam neraca rugi/laba.
1. Sunk Cost
A.
Adalah biaya –biaya yang telah dikeluarkan jauh sebelum rencana investasi tersebut
diputuskan. Yang diperhitungan didalam analisis proyek adalah, hanya pengeluaranpengeluaran yang akan datang dan pendaptan yang akan datang saja.
2. Depresiasi / penyusutan
Karena
depresiasi ini bukan pengeluaran secara riil. Pengeluaran secara riil atau
dianggap sebagi biaya suatu proyek adalah investasi semula atau dalam syarat-syarat
tertentu pelunasan hutang/pinjaman beserta bunganya.
Demikian unsur/faktor-faktor yang harus diperhatikan di dalam analisis ekonomis dan
analisis finansial.
1. Harga : Dalam analisis finansial, biasanya digunakan harga pasar baik untuk unsurunsur biaya maupun hasil. Harga pasar adalah harga yang berlaku dan tidak
memperhatikan penyimpangan-penyimpangan atau perubahan-perubahan yang cepat
dalam perekonomian, digunakan Shadow prices atau accounting prices
yaitu social
opportunity costs yang merupakan nilai tertinggi suatu produk atau faktor produksi dalam
penggunaan alternatif yang terbaik. Dengan kata lain, dalam analisis ekonomi selalu
dipakai harga bayangan ( shadow prices atau accounting prices ) ,
ialah harga yang
menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi yang sesungguhnya bagi unsur-unsur
biaya maupun hasil, sedang dalam analisis finansial selalu dipakai harga pasar.
ASPEK- ASPEK STUDI KELAYAKAN PROYEK INDUSTRI
A. Aspek Pasar
B. Aspek teknis
C. Aspek Finansial
D. Aspek Sosial Ekonomi
E. Aspek manajemen dan Organisasi
F. Penandaan Proyek
G. AMDAL dan Dampak Lingkungan Proyek Industri
A. Aspek pasar : berfungsi menghubungkan manajemen suatu organisasi dengan pasar
B.
bersangkutan melalui Informasi.
C.
Informasi digunakan untuk mengidentifikasi kesempatan serta permasalahan yang
D.
berkaitan dengan pasar dan pemasaran. Pengkajian dalam aspek pasar , seperti : penilaian
E.
situasi, penyusunan strategi, pengumpulan data & informasi serta analisis serta peramalan.
F.
Sistematik Pengkajian Aspek Pasar :
1. Menilai Situasi : Identifikasi hambatan
G.
Memahami enviroment pasar
H.
Identifikasi peluang
I.
J.
2. Program Pengkajian :
Menentukan lingkup usaha
K.
Merencanakan pangsa pasar
L.
Posisi menghadapi persaingan
M.
N.
3. Mengumpulkan data & Informasi : Data Primer
O.
Data sekunder
Sumber Internal
Survei Pasar
4. Analisis & Peramalan :
Metode Analisis & Peramalan
Proyeksi kecenderungan
B.
Aspek teknis
:
Untuk memberikan batasan atas garis besar parameter-parameter
teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek. Kaitan tersebut dengan aspek finansial ,
aspek ekonomi dan aspek pasar.
. Tujuan Pengkajian Aspek teknis :
a. Pada tahap awal
bertujuan merumuskan gagasan yang timbul kedalam
batasan yang konkret dari segi teknis.
b. Selanjutnya, hasil pengkajian aspek teknis ( yang makin mendalam) dipakai
sebagai masukan dalam pengkajian aspek-aspek lainnya , seperti aspek
finansial , ekonomi, AMDAL , perkiraan biaya, dan jadwal.
c.
Akhirnya lingkup aspek teknis sampai pada kegiatan desain-engineering
terinci, yaitu menghasilkan cetak biru ( blue print ) proyek yang akan dibangun.
Pengkajian Aspek-aspek teknis mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Menentukan letak geografis lokasi ( identifikasi daerah : bahan baku, tenaga kerja,
pemasaran, iklim )
b. Mencari dan memilih teknologi produksi : Proses Continue ( menghasilkan output
yang besar ) , Proses Batch ( menangani bermacam-macam proses yang berbeda ).
c. Menentukan kapasitas produksi ( batas atas beban produksi / mementukan besarnya
kapasitas ).
d. Menyusun denah atau letak instalansi ( Penampung dan penyimpan produk, ruang
peralatan untuk proses produksi, ruang untuk penanganan material ).
e.
Membuat bangunan instalansi ( plant building ). (Bangunan lantai satu / bertingkat,
penerangan, Gedung Administrasi, dan kebisingan ).
c. Aspek Finansial
: tujuannya yaitu meningkatkan kekayaan perusahaan yang diukur
dengan naiknya nilai saham.
ASPEK EKONOMI : mengkaji manfaat & biaya bagi masyarakat secara menyeluruh , baik
untuk negara / publik.
Kajian Aspek Finansial adalah : menganalisis perkiraan arus kas keluar dan masuk selama umur
proyek / investasi ( menguji dengan memakai kriteria seleksi Arus Kas : Biaya awal, Modal
kerja, Biaya operasi, Biaya produksi & pendapatan ).
SISTEMATIKA INVESTASI DARI ASPEK FINANSIAL:
1. Menentukan parameter dasar sebagai landasan membuat perkiraan biaya
investasi
2. Memperkirakan biaya investasi ( biaya pertama, modal kerja, & biaya
produksi )
3. Proyeksi pendapatan unit usaha hasil proyek
4. Menentukan arus kas selama umur proyek / investasi sebagai modal
analisis.
5. Menyusun kriteria penilaian ( FIGURE OF MERIT )
6. Melakukan penilaian , accept, reject, & rangking
7. Analisis resiko
8. Keterkaitan keputusan investasi dengan keputusan pendanaan.
D. Aspek Sosial – Ekonomi : Melihat biaya dan manfaat proyek dari sudut kepentingan sosial
dan masyarakat secara menyeluruh.
Dimana tujuannya adalah : kepentingan sosial atau masyarakat yang dapat
diassosiasikan dengan kepentingan nasional suatu Negara.
ASE digunakan untuk mengkaji kelayakan proyek-proyek publik ( public project ) yang
umumnya disponsori Pemerintah ( seperti : pembuatan bendungan, saluran irigasi,
jembatan, pelabuhan, perbaikan lingkungan hidup dll ).
ASE : Menyusun arus kas dalam rangka mengkaji kelayakan proyek, meliputi : BENEFIT ,
DISBENEFIT , DAN BIAYA / COST
BENEFIT : adalah segala bentuk keuntungan atau manfaat yang diterima oleh masyarakat.(
jembatan yang bisa menghubungkan dua desa ).
DISBENEFIT : adalah kerugian yang ditanggung oleh masyarakat akibat adanya suatu proyek.
( pencemaran udara akibat asap yang dikeluarkan oleh instalansi proyek industri tsb ).
BIAYA
: adalah pengeluaran untuk pelaksaan proyek, operasi , serta pemeliharaan instalasi
hasil proyek. ( Biaya untuk pengoperasian dan pemeliharaan ).
BAB. III
KRITERIA INVESTASI
Keputusan GO / NO – GO Dan Pengurutan Proyek
Pada
hakekatnya, melalui penilaian proyek, kita dapat menarik dua jenis
kesimpulan. Pertama , melalui evaluasi proyek kita dapat mengetahui benefit netto suatu peluang
investasi marjinal. Jika suatu proyek menghasilkan benefit netto yang lebih besar daripada benefit
netto
mrjinal, pelaksanaannya dapat disetujui sebaliknya jika lebih kecil, pelaksanaannya
seharusnya ditolak. Jenis kesimpulan ini mendasari keputusan go / no-go.
Kedua, melalui evaluasi proyek kita dapat menentukan urutan berbagai proyek dalam
serangkaian peluang investasi yang lebih baik daripada proyek marginalsedemikian rupa
sehingga proyek yang akan menghasilkan benefit yang lebih besar terletak pada urutan paling
atasam susunan proyek.
Selanjutnya, kelompok proyek yang termasuk dalam jenis kedua ini dapat dibagi
menjadi 2 ( dua ) golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Proyek-proyek yang mutually exclusive alternatives
2. Proyek-proyek yang bukan mutually exclusive alternatives
Dua atau lebih proyek merupakan mutually exclusive alternatives, apabila
pelaksanaan salah satu di antaranya meniadakan kemunngkinan pelaksaan proyek lainnya.
Adanya mutually exclusive alternatives disebabkan :
1. Dana yang tersedia tidak cukup untuk membiayai lebih dari satu peluang investasi yang
bersangkutan.
2. Proyek-proyek tersebut pada hakikatnta merupakan proyek-proyek yang menghasilkan
jenis-jenis barang atau mencapai sasaran tertentu yang sama. Misalnya tempat-tempat
alternative untuk sebuah pabrik, bendungan, jalan dan lain sebagainya. Penggunaan
alternative untuk sebidang tanah persawahan, perkebunan, dan lain-lain. Pendekatanpendekatan alternatif berhubungan dengan penyelenggaraan jasa-jasa kesehatan di
pedesaan, dan lain sebagainya.
Proyek-proyek dikatakan bukan mutually exclusive alternatives apabila suatu proyek
tidak merupakan alternatif terhadap proyek yang lain, baik dalam hal penggunaan sumbersumber maupun pencapaian sasaran yang diharapkan. Proyek-proyek ini dapat mempunyai
sasaran yang jenisnya berbeda seperti proyek pabrik semen, pabrik pupuk, proyek transmigrasi,
dan proyek perluasan Sekolah dasar.
Proyek-proyek yang bukan mutually exclusive alternatives dapat juga merupakan
proyek-proyek yang saling melengkapi, misalnya proyek pabrik pupuk, proyek ekstensifikasi
penanaman padi, dan proyek pergudangan beras. ( Dalam hal ini sumber-sumber yang tersedia
begitu terbatas, semua proyek dalam contoh diatas bersifat mutually exclusive alternatives )
Secara ideal tidak mungkin terdapat proyek yang secara strategis lebih bermanfaat
bagi masyarakat daripada proyek marginal tetapi tidal dapat dilaksanakan karena kekurangan
dana. Sebab proyek marginal adalah proyek yang paling menguntungkan namun, dikecualikan (
atau paling tidak di tunda ) pelaksanaannya karena terbentur pada masalah pembiayaan . Akan
tetapi, dalam praktek, sebagaian besar negara berkembang mempunyai daftar proyek yang
menunggu pembiayaan, yang diramalkan akan memberikan rate of return lebih tinggi daripada
discount rate sosial yang akan ditentukan oleh rentabilitas proyek marginal. Jadi, pihak yang
berwenang di bidang penyusunan anggaran selalu dihadapkan pada perlunya mengurutkan
berbagai proyek demi memilih yang paling menguntungkan dari sudut pandang masyarakat.
Usaha evaluasi proyek mendasari 2 ( dua ) jenis keputusan di bidang kebijaksanaan
investasi sektor Pemerintah; baik tidaknya suatu proyek dibandingkan dengan suatu patokan
umum ( ” go / no-go ” ) , serta pengurutan serangkaian proyek atau alternatif suatu proyek
tertentu menurut tingkat keuntungan nettonya masing-masing.
Terdapat berbagai macam kriteria investasi berupa indeks keuntungan proyek yang
mendasari keputusan-keputusan tersebut. Tiga kriteria yang penggunaannya lebih umum dan
dapat dipertanggung jawabkan adalah sebagai berikut .
1. Net present value ( NPV ) yang merupakan selisih present value dari arus benefit dan biaya
dihitung berdasarkan discount rate sosial.
2. Internet rate of return ( IRR ) yang merupakan tingkat discount rate yang menjadikan NPV
suatu proyek sama dengan nol.
3. Net benefit-cost ratio ( net B/C ) yang merupakan angka perbandingan present value dari
arus benefit netto yang positif terhadap present value dari arus benefit netto yang negarif (
sama dengan biaya netto )
Dua kriteria lain, gross benefit-cost ratio ( Gross B/C ) dan profitability ratio ( PV/K )
didasarkan atas salah pengertian tentang inti ekonomis benefit dan biaya sehingga tidak
dianjurkan untuk dipergunakan di Indonesia.
Pengukuran benefit dan biaya berdasarkan nilai nominal, nilai riil, atau harga konstan
dapat mempengaruhi perhitungan criteria investasi sedemikian rupa sehingga dapat membawa
kesalahan dalam pemilihan proyek. Demikian juga, perlu diingat supaya arus
penyusutan
( depresiasi ) tidak dimasukkan sebagai unsure biaya dalam perhitungan kriteria.
Konsep Ekivalensi
Konsep ekivalensi nilai uang terhadap waktu pada dasarnya menunjukkan suatu
logika yang dapat digunakan untuk menyatakan tingkat suku bunga tertentu atau suatu nilai
serial ( uniform ) tertentu.
Berangkat dari konsep ini diturunkan beberapa metode perbandingan yang
digunakan untuk mengevaluasi beberapa investasi yang kemudian membandingkan nilai daya
tarik ( attractivines ) relative dari masing-masing rencana investasi tersebut, sehingga dapat
dipilih rencana investasi yang selanjutnya dapat dipilih rencana investasi terbaik diantara
alternative yang tersedia.
Metode-metode perbandingan tersebut adalah sebagai berikut :
1 .Analisis nilai saat ini ( present worth analysis )
2. Analisis aliran dana tahunan ( annual cash flow analysis )
3. Analisis laju pengembalian ( rate of return analysis )
4. Analisis rasio manfaat-biaya ( benefit – cash ratio analysis )
5.Analisis periode pengembalian ( payback period analysis )
6.Analisis index profitabilitas ( profitability index analysis )
Perlu dicatat di sini, bahwa meskipun metode periode pengembalian ( payback periode )
tidak didasarkan kepada konsep ekivalensi, tetapi sering digunakan karena mudah dihitung dan
dimengerti, terutama oleh pihak yang tidak akrab dengan konsep ekivalensi.
Berikut ini adalah uraian rinci mengenai kelima metode perbandingan tersebut :
A. Analisis nilai saat ini ( present worth analysis )
Analisis ini digunakan untuk menemukan nilai ekivalensi pada saat ini dari aliran dana
Cashflow pendapatan dan pengeluaran di masa datang dari suatu rencana investasi atau
asset tertentu. Oleh karena itu, apabila cashflow di masa akan datang dapat diperkirakan
dengan pasti dengan tingkat suku bunga yang dipilih dan dapat dihitung nilai saat ini dari
rencana investasi tersebut. Untuk suatu aktivitas ( asset ) tertentu apabila cashflow nya
diketahui pula, maka dapat dihitung harga aktiva tersebut ingin dijual pada saat ini.
Berkenaan dengan periode penelaahan ini, dapat dikemukakan bahwa terdapat tiga
kemungkinan situasi yang berbeda ;
1. Masing-masing rencana investasi yang akan diperbandingkan memiliki periode penelaah
yang sama.
2. Masing-masing rencana investasi yang akan diperbandingkan memiliki periode penelaah
yang berbeda.
3. Rencana investasi memiliki periode penelaah yang terbatas ( n = 8 )
B. Analisis aliran Dana tahunan ( annual cash flow analysis )
Secara
umum dapat dikatakan bahwa permasalahan analisis ekonomis dari suatu
rencana investasi dapat dipecahkan baik oleh metode analisis saat ini, maupun oleh metode
yang lain. Permasalahannya ada;lah pada penentuan criteria pemilih alternative, yaitu harus
menggunakan criteria yang konsisten. Pada analisis nilai saat ini, sebuah rencana investasi
dapat diterima apabila rencana investasi tersebut mempunyai nilai sekarang bersih ( NSB )
yang positif, NSB > 0. Apabila evaluasi investasi dilakukan terhadap beberapa alternative
yang bersifat saling terpisah ( mutually exclusive ) maka criteria pemilihannya adalah
maksimum NSB dari rencana investasi yang diperbandingkan.
NSB ini merupakan selisih antara nilai sekarang penerimaan dengan nilai sekarang ongkos
atau :
NSB
NSB= =NS
NSpenerimaan
penerimaan– NS
- NSongkos
ongkos
Periode Pemakaian sama
Contoh 1. :
Sebuah perusahaan pembibitan ( breeding ) harus memutuskan memilih satu di antara dua
alternatif , mesin Hatching X dan Y, kedua alternatif tersebut mempunyai karakteristik sebagai
berikut ( satuan uang adalah dalam ribuan rupiah )
Hatchery
Harga
Penghematan pertahun
Umur berguna(tahun)
Nilai sisa
Mesin X
2000
450
6
100
Mesin Y
3000
600
6
700
Apabila tingkat suku bunga adalah 8 % per tahun, maka alternatif mana yang harus dipilih ?
Penyelesaian :
Mesin X
NSB = 450 ( P/A, 8%, 6 ) + 100 ( P/F , 8%, 6 ) – 2000
= 450 x 4,623 + 100 x 0,6302 – 2000
= 143
Mesin Y
NSB = 600 (P/A, 8%, 6 ) + 700 (P/F, 8 %, 6 ) – 3000
= 450 x 4,623 + 700 x 0,6302 – 3000
= 215
Periode Pemakaian berbeda
Pada uraian di atas telah dikemukakan bahwa masalah periode penelaah pada analisis
nilai saat ini perlu diperhatikan karena berpengaruh pada hasil analisis. Pada contoh pertama
diatas , umur pakai dari masing-masing alternatif adalah sama. Pada praktik mungkin umur
analisis dari alternatif yang dievaluasi berbeda. Apabila terjadi perbedaan dalam umur pakai,
maka saat ini harus dilaksanakan pada kondisi periode analisis yang sama. Oleh karena itu,
analisis nilai saat ini perlu didahului oleh langkah penyamaan periode analisisnya.
Contoh 2 :
Andai kata umur alternatif dari mesin X pada contoh sebelum ini adalah 8 tahun bukan 6 tahun,
maka alternatif mana yang harus dipilih.
Penyelesaian :
Untuk memecahkan persoalan ini, maka langkah awal adalah menyamakan periode
penelaahnya. Pada kondisi seperti ini, maka analisis dilakukan periode 24 tahun , yaitu sebagai
kelipatan terkecil dari periode penalaahnya. Pada setiap akhir umur pakai diasumsikan, mesin
yang bersangkutan dibeli lagi dan karakteristiknya sama dengan semula. Dengan demikian
kondisi masalah ini menjadi.
Mesin X :
NSB = 450 (P/A, 8 %, 24 ) + 100 (P/F, 8 %, 8 ) + 100(P/F, 8%,16)+100(P/F, 8%, 24 ) – 2000 –
2000 ( P/F , 8%, 16 )
= 172
Mesin Y
NSB = 600 (P/A, 8%, 24 )+ 700( P/F, 8%, 6 ) + 700 (P/F, 8%,12 ) + 700(P/F,8%,18 ) +
700 (P/F, 8%, 24 ) -3000-3000 (P/F, 8%, 6 ) – 3000 (P/F, 8%, 12 ) – 3000(P/F,8%,18)
= 489
Dengan demikian, apabila umur pakai mesin X adalah 8 tahun, sedangkan mesin Y tetap
seperti semuula yaitu 6 tahun, dan karakteristik lainya tidak berubah, maka mesin X lebih
menguntungkan dibandingkan dengan mesin Y. Oleh karena itu dipilih mesin X.
Contoh 3 :
Seorang investor membayar Rp. 8 juta kepada konsultan untuk menganalisis pemanfaatan
sebidang tanah yang dibelinya dengan harga Rp. 30 juta. Konsultan mengajukan beberapa
alternative berikut ini ( satuan uang dalam ribuan ruoiah ) periode analisis andalan 20 tahun.
Alternatif A
Alternatif B
Alternatif C
Alternatif D
Total Investasi
0
50.000
95.000
150.000
Penerimaan
0
5.100
10.5 00
15.000
Tahunan
0
30.000
30.000
40.000
Apabila diasumsikan bahwa tingkat suku bunga i = 10 % , maka alternative mana yang
sebaliknya dipilih ?
Penyelesaian :
Alternatif A : NSB = 0
Alternatif B : NSB = - 50.000 + 5.100 (P/A, 10 %, 20 + 30.000 ( P/F, 10 %, 20 )
= - 50.000 + 5.100 x 8,514 + 30.000 x 0, 1486
= - 2.120
Aternatif C : NSB = - 95.000 + 10.500 ( P/A, 10%, 20 ) + 30.000 ( P/F, 10 %, 20 )
= - 95.000 + 10.500 x 8,514 + 30.000 x 0,1486
= - 1.140
Alternatif D : NSB = - 150.000 + 15.000 ( P/A, 10 %, 20 ) + 40.000 ( P/F, 10 %, 20 )
= - 150.000 + 15.000 x 8,514 + 40.000 x 0,1486
= - 16.350
C. Analisis laju pengembalian ( rate of return Analysis )
Tingkat pengembalian atau internal rate of return ( IRR ) , dari suatu investasi atau suatu
penggunaan dan dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan menyebabkan nilai
ekivalen biaya / investasi sama dengan nilai ekivalen penerimaan. Dengan demikian, maka
nilai perumusan nilai sekarang ( present value ) merupakan dasar bagi perhitungan IRR.
Menghitung IRR
pada dasarnya
berikut berlaku :
NSB = 0
NS penerimaan – NS ongkos = 0
adalah menentukan sedemikian sehingga persamaan
NS penerimaan
____________
= 1
NS Biaya
NTB = 0
NT penerimaan - NT ongkos = 0
NT penerimaan
____________ = 1
NT biaya
Contoh 4 :
Sebuah proyek dengan investasi sebesar Rp. 8.200.000 - akan memberikan penerimaan sebesar
Rp.2.000.000 ,- per tahun selama 5 tahun. Berapa IRR dari proyek tersebut ?
Penyelesaian :
NS penerimaan
_____________ = 1
NS biaya
2.000.000 ( P/A, i %,5 )
____________ _______
=1
________________
( P/A, i %, 5 ) = 4100
8.200.000
Dari Tabel
I
P/A, i %, 5
6%
4.212
7%
4.100
8%
3.993
Dari tabel diatas diperoleh bahwa investasi tersebut mempunyai IRR = 7 %
D. Analisis Rasio Manfaat – Biaya ( RMB )
RMB merupakan perbandingan antara ekivalen manfaat dengan ekivalen biaya atau
dirumuskan sebagai berikut :
NS Manfaat
RMB = _ __________
NS Biaya
NT Manfaat
atau RMB
= ____________
N T Biaya
Kriteria untuk penerimaan atau penolakan sebuah alternatif adalah, diterima jika RMB > 1
dan ditolak jika RMB < 1.
Jika alternatif yang dievaluasi lebih dari sebuah, maka dilakukan analisis kenaikan
dari RMB, seperti halnya pada analisis kenaikan IRR, dengan kriteria :
Download