BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Antibiotik
1. Pengertian
Antimikroba atau antibiotik adalah obat atau zat yang dihasilkan
oleh suatu mikroba, terutama fungiyang dapat menghambat/membasmi
mikroba lain (jasad renik/bakteri), khususnya mikroba yang merugikan
manusia (penyebab infeksi pada manusia) (Tripathi, 2003)
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik
yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia
di dalam organisme, khusunya dalam proses bakteri oleh bakteri (Depkes,
2011).
2. Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan pada Penggunaan Antibiotik
a.
Resistensi Mikroorganisme Terhadap Antibiotik
Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan
melemahkan daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan
beberapa cara, yaitu
1) Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi.
2) Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik.
3) Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri.
4) Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan
sifat dinding sel bakteri.
5) Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan
dari dalam sel melalui mekanisme transport aktif ke luar sel
(Depkes, 2011).
3. Resistensi antibiotik
Resistensi didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan
bakteridengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal
yangseharusnya atau kadar hambat minimalnya. Sedangkan multiple drugs
resistance didefinisikan sebagai resistensi terhadap dau atau lebih obat
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
maupun klasifikasi obat. Sedangkan cross resistance adalah resistensi
suatu obat yang diikuti dengan obat lain yang belum pernah dipaparkan
(Tripathi, 2003).
Resistensi terjadi ketika bakteri berubah dalam satu atau lain hal
yang menyebabkan turun atau hilangnya efektivitas obat, senyawa kimia
atau bahan lainnya yang digunakan untuk mencegah atau mengobati
infeksi. Bakteri yang mampu bertahan hidup dan berkembang biak,
menimbulkan lebih banyak bahaya. Kepekaan bakteri terhadap kuman
ditentukan oleh kadar hambat minimal yang dapat menghentikan
perkembangan bakteri (Bari,2008). Timbulnya resistensi terhadap suatu
antibiotika terjadi berdasarkan salah satu atau lebih mekanisme berikut :
a. Bakteri mensintesis suatu enzim inaktivator atau penghancur
antibiotika. Misalnya Staphylococus sp, resisten terhadap penisilin G
menghasilkan beta-laktamase, yang merusak obat tersebut. Betalaktamase lain dihasilkan oleh bakteri batang Gram-negatif.
b. Bakteri
mengubah
permeabilitasnya
terhadap
obat.
Misalnya
tetrasiklin, tertimbun dalam bakteri yang rentan tetapi tidak pada
bakteri yang resisten.
c. Bakteri mengembangkan suatu perubahan struktur sasaran bagi obat.
Misalnya resistensi kromosom terhadap aminoglikosida berhubungan
dengan hilangnya (atau perubahan) protein spesifik pada subunit 30s
ribosom bakteri yang bertindak sebagai reseptor pada organisme yang
rentan.
d. Bakteri mengembangkan perubahan jalur metabolik yang langsung
dihambat oleh obat. Misalnya beberapa bakteri yang resisten terhadap
sulfonamid tidak
membutuhkan PABA (P-aminobenzoic acid)
ekstraseluler, tetapi seperti sel mamalia dapat menggunakan asam folat
yang telah dibentuk. Bakteri mengembangkan perubahan enzim yang
tetap dapat melakukan fungsi metabolismenya tetapi lebih sedikit
dipengaruhi oleh obat dari pada enzim pada kuman yang rentan.
Misalnya beberapa bakteri yang rentan terhadap sulfonamid,
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
dihidropteroat sintetase, mempunyai afinitas yang jauh lebih tinggi
terhadap sulfonamid dari pada PABA (Jawetz, 1997).
Penyebab utama resistensi antibiotika adalah penggunaannya yang
meluas dan irasional.Lebih dari separuh pasien dalam perawatan rumah
sakit menerima antibiotik sebagai pengobatan ataupun profilaksis.Sekitar
80% konsumsi antibiotik dipakai untuk kepentingan manusia dan
sedikitnya 40% berdasar indikasi yang kurang tepat, misalnya infeksi
virus.
Terdapat
beberapa
factor
yang
mendukung
terjadinya
resistensi,antara lain:
a. Penggunaannya yang kurang tepat (irrasional) : terlau singkat, dalam
dosis yang terlalu rendah, diagnose awal yang salah, dalam potensi
yang tidak adekuat.
b. Faktor yang berhubungan dengan pasien . Pasien dengan pengetahuan
yang salah akan cenderung menganggap wajib diberikan antibiotik
dalam penanganan penyakit meskipun disebabkan oleh virus, misalnya
flu, batuk-pilek, demam yang banyak dijumpai di masyarakat. Pasien
dengan kemampuan financial yang baik akan meminta diberikan terapi
antibiotik yang paling baru dan mahal meskipun tidak diperlukan.
Bahkan pasien membeli antibiotika sendiri tanpa peresepan dari dokter
(self medication). Sedangkan pasien dengan kemampuan financial
yang rendah seringkali tidak mampu untuk menuntaskan regimen
terapi.
c. Peresepan : dalam jumlah besar, meningkatkan pengeluaran perawatan
kesehatan yang tidak perlu dan seleksi resistensi terhadap obat-obatan
baru. Peresepan meningkat ketika diagnose awal belum pasti. Klinisi
sering kesulitan dalam menentukan antibiotik yang tepat karena
kurangnya pelatihan dalam hal penyakit infeksi dan tatalaksana
antibiotiknya.
d. Penggunaan monoterapi : dibandingkan dengan penggunaan terapi
kombinasi, penggunaan monoterapi lebih mudah menimbulkan
resistensi.
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
e. Penggunaan di rumah sakit : adanya infeksi endemik atau epidemik
memicu penggunaan antibiotika yang lebih massif pada bangsalbangsal rawat inap terutama diruang ICU (intensive care unit).
Kombinasi antara pemakaian antibiotik yang lebih intensif dan lebih
lama dengan adanya pasien yang sangat peka terhadap infeksi,
memudahkan terjadinya infeksi nosokomial.
f. Penelitian : kurangnya penelitian yang dilakukan para ahli untuk
menemukan antibiotika baru.
g. Pengawasan : lemahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah
dalam distribusi dan pemakaian antibiotika. Misalnya, pasien dapat
dengan mudah mendapatkan antibiotika meskipun tanpa peresepan
dari dokter. Selain itu juga kurangnya komitmen dari instansi terkait
baik untuk meningkatkan mutu obat
maupun mengendalikan
penyebaran infeksi (Depkes, 2011).
4. Konsekuensi akibat resistensi antibiotik
Resistensi antibiotik terhadap mikroba menimbulkan beberapa
konsekuensi yang fatal.Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang
gagal berespon terhadap pengobatan mengakibatkan perpanjangan
penyakit (prolonged illness), meningkatnya resiko kematian (greater risk
of death) dan semakin lamanya masa rawat inap di rumah sakit (length of
stay).Ketika respon terhadap pengobatan menjadi lambat bahkan gagal,
pasien menjadi infeksius untuk beberapa waktu yang lama (carrier). Hal
ini memberikan peluang yang lebih besar bagi galur resisten untuk
menyebar kepada orang lain. Kemudahan transportasi dan globalisasi
sangat memudahkan penyebaran bakteri resisten antar daerah, negara,
bahkan lintas benua. Semua hal tersebut pada akhirnya meningkatkan
jumlah orang yang terinfeksi dalam komunitas (Deshpande et al, 2011)
Penyebab utama meningkatnya bakteri yang resisten adalah
penggunaan
antibiotik
secara
berulang
dan
tidak
sesuai
aturannya.Pemberian antibiotik merupakan suatu pengobatan yang
ditentukan oleh pengetahuan dan kepatuhan dalam menjalankan terapi
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
pengobatan. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat
meliputi usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi yang rendah, tingkat
keparahan penyakit, golongan obat yang diresepkan, jumlah obat yang
diminum, efek samping obat, dan pengetahuan mengenai pentingnya
pengobatan (Sudiarto, 2012).
B. Infeksi Saluran Pencernaan
1. Definisi
a. Demam Tifoid
Demam tifoid (enteric fever)adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih
dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.
Penyakit infeksi dari Salmonella (Salmonellosis) ialah segolongan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah besar spesies yang
tergolong dalam genus Salmonella, biasanya mengenai saluran
pencernaan (Sodikin, 2011)
1) Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah jenis Salmonella typhosa,
kuman ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Basil gram negatif yang bergerak bergerak dengan bulu getar
dan tidak berspora.
b) Memiliki paling sedikit 3 macam antigen, yaitu antigen O
(Somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida),
antigen H (flagella), dan antigen Vi. Berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium pasien, biasanya terdapat zat anti
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut (Sodikin,
2011)
2) Patofisiologi
Mekanisme masuknya kuman diawali dengan infeksi yang
terjadi pada saluran pencernaan, basil diserap oleh usus melalui
pembuluh limfe lalu masuk ke dalam peredaran darah sampai di
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
organ-organ lain, terutama hati dan limpa. Basil yang tidak
dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga
organ-organ tersebut akan membesar disertai dengan rasa nyeri
pada perabaan, kemudian basil masuk kembali ke dalam darah
(bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam
kelenjar limfoid usus halus, sehingga
menimbulkan tukak
berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak Peyeri, tukak tersebut
dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam
disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus (Sodikin, 2011)
3) Pemeriksaan Diagnosis
a) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,
limfositosis relatif, dan aneosinofilia pada permukaan sakit.
b) Kultur darah (biakan, empedu) dan widal.
c) Biakan empedu basil Salmonella typhosadapat ditemukan
dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya,
lebih sering ditemukan dalam urine dan feses.
d) Pemeriksaan widal, pemeriksaan yang diperlukan adalah titer
zat anti terhadap antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau
lebih merupakan kenaikan yang progresif (Sodikin, 2011)
4) Penatalaksaan
Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan, ialah:
a) Kloramfenikol dosis (50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosis peroral atau intravena) selama 10-14 hari, tetapi untuk
bayi muda perlu dipertimbangkan secara lebih spesifik.
b) Apabila tidak diberikan kloramfenikol, dipakai amoksisilin
Dosis 100 mg/kgBB/hari per oral atau ampisilin intravena
selama 10 hari, atau kotrimoksazol 48 mg/kgBB/hari (dibagi 2
dosis) per oral selama 10 hari
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
c) Apabila kondisi klinis tidak ada perbaikan, gunakan generasi
ketiga sefalosporin seperti sefriakson (80 mg/kgBB/hari dibagi
2 dosis selama 10 hari) (Sodikin, 2011)
b. Diare Akut Karena Infeksi
Gangguan pada saluran pencernaan pada bayi dan anak dapat
disebabkan oleh trauma atau adanya infeksi baik pada saluran
pencernaan atau di luar saluran cerna. Gangguan akibat infeksi dapat
disebabkan oleh jamur (Candida albicans); basil coli (Escherichia
coli); virus ; basil : Salmonella sp, Shigella sp, Vibrio cholerae dan
parasit (Ngastiyah. 2005).
Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari
dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja, terjadi secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat (Mansjoer,2000).
Saluran cerna berperan dalam serangkaian proses yakni ingesti
makanan, proses digesti makanan yang dibantu oleh getah pencernaan
yang dihasilkan oleh kelenjar ludah, hati dan pancreas. Hasil digesti
berupa zat gizi akan diserap (absorpsi) ke dalam tubuh. Proses ini
berlangsung mulai dari mulut sampai ke rectum. Massa yang berupa
bolus hasil campuran makanan dan getah pencernaan di dorong /
digerakan ke arah anus, sisa dari masa yang tidak diserap akan
dikeluarkan dari anus (defekasi) berupa tinja (Suandi, 2008).
Menurut perjalanan penyakit jenis diare antara lain :
1) Akut
: jika < 1 minggu
2) Berkepanjangan
: antara 7 – 14 hari
3) Kronis
: > 14 hari, disebabkan oleh non infeksi
4) Persisten
: > 14 hari, disebabkan oleh infeksi
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
2. Etiologi
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak meliputi :
a) Infeksi bakteri:Vibriocholerae, Esherichia Coli, Salmonella sp,
Shigella sp, Compylobacter yersinia, Aeromonas hydrophila,
dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Eterovirus (Echovirus, Coxsackie A virus,
poliomyelitis), Adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain.
c) Infeksi parasite:Cacing(Ascaris lumbricoides,
Thrichiuris,
Oxyuris, Strongyloides sp, protozoa (Entamoeba hystolytica,
Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida
albicans)(Ngastiyah, 2005)
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun
(Ngastiyah, 2005).
3) Faktor Malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan
tersering ialah intoleransi laktosa.
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsorbsi protein
4) Faktor makanan : Makanan basi, beracun, elergi terhadap
makanan(Ngastiyah, 2005)
3. Patofisiologi
Proses
terjadinya
diare
dapat
disebabkan
oleh
berbagai
kemungkinan faktor diantaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat
diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
perncernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel
mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya
terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan
fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan
adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus
sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi merupakan
kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan
osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga
usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
Ketiga, faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak
mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus
yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang
kemudian
menyebabkan diare.
Keempat,
faktor psikologis dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan
diare(Alimul, 2006).
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
3) Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan
menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan analisa gas darah menurut Astrup (bila memungkinkan).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan
fosfor dalam serum (terutama pada penderita yang disertai kejang).
e. Pemeriksaan intubasi secara kualitas dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik (Alimul, 2006)
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
5. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare antara lain :
a. Pengobatan dietetik
ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan
asam lemak. Beri makanan tinggi kalium ; misalnya jeruk, pisang, air
kelapa
b. Obat – obatan
1) Obat anti sekresi
2) Klorpormazin ; dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari
3) Antibiotik ; umumnya tidak diberikan jika tdk ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg /
kg BB/ hari (Alimul, 2006)
c. Pemberian cairan
1) Belum terjadi dehidrasi
Cairan rumah tangga (seperti air tajin, air teh manis, dsb)
sepuasnya dengan perkiraan 40 ml/kg BB/ setiap kali BAB
2) Dehidrasi Ringan
Beri cairan oralit 30 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya
10 ml / kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB
3) Dehidrasi Sedang
Beri cairan oralit 100 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya
10 ml / kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB(Alimul, 2006)
4) Dehidrasi Berat
0 – 2 th : RL 70 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila dehidrasi
beri cairan oralit 40 ml / kg BB, seterusnya 10 ml / kg BB setiap
BAB. Usia > 2 th : RL 110 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila
syok guyurkan sampai nadi teraba. Bila masih dehidrasi beri cairan
oralit 200 – 300 ml / kg BB tiap jam. Seterusnya cairan oralit 10 ml
/ kg BB (Alimul, 2006)
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
c. UlkusPeptikum
Infeksi Helicobacter pylori
1. Etiologi
Infeksi ini merupakan penyebab tersering ulkus peptikum
dan penyeban utama adenokarsinoma gaster nonkardia.
Basil Gram negatif berbentuk spiral hidup di bawah lapisan
mukosa lambung dan duodenum (Mandal, 2008)
2. Patogenesis
Infeksi merusak lapisan mukosa pelindung dalam beberapa
minggu atau bulan dan menyebabkan gastritis superfisial kronik
atau duodenetis. Pajanan asam dalam waktu lama dapat
menyebabkan pembentukan ulkus atau atrof, metaplasia (Mandal,
2008)
3.
Diagnosis
a. Evaluasi pasien yang kemungkinan mengalami ulkus dilakukan
dengan endoskopi sehingga ulkus maupun infeksi dapat
dikonfirmasi, namun pasien awalnya dapat diskrining melalui
pemeriksaan antibodi.
b. Saat endoskopi, spesimen biopsi diperiksa untuk H.pylori
melalui tes urease dan histologi serta kultur (Mandal, 2008).
4. Penatalaksanaan
a. Amoksisilin dan klaritromisin merupakan kombinasi terpilih
untuk pengobatan awal
b. Gunakan amoksisilin dan metronidazol untuk kegagalan
pengobatan. (Mandal, 2008).
d. Disentri Basilar
Disentri basilar atau Infeksi Shigellasp(shigelosis, disentri
basiler) adalah peradangan pada intestinal, terutama usus besar yang
disebabkan oleh berbagai agen infeksi yang menginvasi intestinal,
infeksi Shigella memiliki empat subgrup : S.dysenteriae, S.flexneri,
S.boydii, dan S.sonnei(Mutaqqin, 2011)
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
1. Etiologi dan Patofisiologi
Penyebab Shigella Disentri basiler sering disebut dengan
shigellosis disebabkan S. Dysenteriae, S. Sonnei, S. Boydii, dan S.
Flexneri.
Mekanisme disentri ini terjadi setelah agen basiler masuk
kedalam saluran pencernaan melalui oral dan menuju kolon yang
kemudian menyekresi enterotoksin. Agen kemudian melakukan
kolonisasi diileum terminalis/kolon, terutama kolon invasi ke sel
epitel mukosa usus dan melakukan multiplikasi, serta melakukan
penyebaran intrasel dan intersel. Kondisi ini akan memberikan
respons peningkatan c-AMP dengan manifestasi hipersekresi usus
(diare cair, diare sekresi). Respons lanjut agen akan memproduksi
eksotoksin
(Shiga
toxin)
yang
bersifat
sitotoksik
dan
menginfiltrasi sel radang sehingga terjadi nekrosis sel epitel
mukosa dengan manifestasi terbentuknya ulkus-ulkus kecil.
Dengan adanya ulkus ini memberikan kemudahan pada eritrosit
dan plasma keluar ke lumen usus sehingga memberikan
manifestasi feses bercampur darah (Muttaqin, 2011)
2. Diagnosis
Kultur tinja dibutuhkan bila penyebab diare inflamasi perlu
dibedakan. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit karena
diare, kehilangan cairan pada gastrointestinal, gangguan absorpsi
usus besar, pengeluaran elektrolit dari muntah (Muttaqin, 2011)
3. Penatalaksanaan
Infeksi berat membutuhkan antibiotik:
a. Antibiotik,
diberikan
antibiotik
jenis
trimethoprim-
sulfamethoxazole, nalidixic acid, atau ciprofloxacin (Muttaqin,
2011)
b. Siprofloksasin untuk orang dewasa dan trimetoprin untuk anakanak seringkali cukup (Mandal, 2008)
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
C. Kepatuhan
a. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto,2007), patuh
adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan
adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Kepatuhan (ketaatan)
sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku
yang disarankan oleh dokter atau orang lain (Slamet, 2007). Kepatuhan
juga dapat didefinisikan sebagai perilaku positif penderita dalam mencapai
tujuan terapi (Degresi, 2005).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Menurut Smet (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
adalah:
1) Faktor komunikasi
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dengan dokter
mempengaruhi tingkat ketidaktaatan, misalnya informasi pengawasan
yang kurang, ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional
dengan dokter dan ketidakpuasan terhadap obat yang diberikan.
2) Pengetahuan
Ketepatan dalam memberikan informasi secara jelas dan
eksplisit terutama sekali penting dalam pemberian antibiotik. Karena
seringkali pasien menghentikan obat tersebut setelah gejala yang
dirasakan hilang bukan saat obat itu habis.
3) Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dimana dalam
memberikan penyuluhan terhadap penderita diharapkan penderita
menerima penjelasan dari tenaga kesehatan yang meliputi : jumlah
tenaga kesehatan, gedung serba guna untuk penyuluhan dan lain-lain.
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
D. Pengetahuan
1) Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan didapat setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinganya. Pengetahuan atau kognitif
merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
2003).
Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu
rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni :
1) Tahu (know)
Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek
yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus
mampu
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi yang benar.
4) Analisis (analysis)
Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam
komponen-komponen, serta masuk ke dalam struktur organisasi
tersebut.
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
5) Sinthesis (synthesis)
Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bntuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat
(Notoatmodjo, 2003).
b) Indikator Pengetahuan
Ada beberapa indikator untuk mengetahui tingkat pengetahuan
seseorang,yaitu sebagai berikut :
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab
penyakit, gejala dan tanda penyakit, cara pengobatan dan kemana
mencari pengobatan, cara penularan dan cara pencegahan penyakit.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
meliputi jenis makanan-makanan bergizi, manfaat makanan bergizi
bagi kesehatan, pentingnya olah-raga bagi kesehatan, bahaya merokok,
minuman keras, narkoba, pentingnya istirahat yang cukup, relaksasi
dsb.
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih,
cara
pembuangan
limbah
yang
sehat,
manfaat
pencahayaan,
penerangan rumah yang sehat, dan akibat yang ditimbulkan polusi bagi
kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
c) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang, yaitu :
a. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan berpengaruh terhadap proses belajar, makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
b. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Kemajuan teknologi akan menyediakan munculnya bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayan orang.
c. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional
serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari
keterpaduan penalaran secara ilmiah dan etik yang bertolak dari
masalah nyata dalam bidang kerjanya.
d. Pekerjaan adalah tugas rutin yang harus dilakukan untuk menunjang
kehidupan
individu
kesenangan,
tetapi
dan
keluarga.
merupakan
cara
Pekerjaan
mencari
bukan
sumber
nafkah
yang
membosankan, berulang, dan banyak tantangan yang pada umunya
merupakan kegiatan yang menyita waktu.
e. Ekonomi
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status
ekonomi
ini
akan
mempengaruhi
pengetahuan
seseorang
(Notoatmodjo, 2003).
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
E. Kerangka Konsep
variabel
Variabelbebas
bebas
Variabel terikat
Pengetahuan orang tua
Kepatuhan orang tua
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu
Ha :
Terdapat hubungan pengetahuan dengan kepatuhan orang tua dalam
pemberian antibiotik pada anak penderita infeksi saluran pencernaan di
RSUD
Ho :
Tidak terdapat hubungan pengetahuan dengan kepatuhan orang tua
dalam pemberian antibiotik pada anak penderita infeksi saluran
pencernaan di RSUD Majenang Majenang.
EVALUASI PENGETAHUAN DAN,FIANA AMALIA AZIZAH, F. FARMASI, UMP 2014.
Download