PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN

advertisement
PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN
CAKALANG ( Katsuwonus pelamis L) Dan Implikasinya Dalam Pakan Terhadap
Kualitas Internal Telur Ayam Kampung
(Utilization of Skipjack Fish (Katsuwonus Pelamis L) Processing Industrial Waste
and Implications in Feed to the Internal Quality of Eggs Native Hen)
Jein Rinny Leke, Marie Najoan, Jaqluein Laihad, Sherly Sarajar
Faculty of Animal Husbandry, Sam Ratulangi University, Manado, North Sulawesi. Email :
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Universitas Sam Ratulangi pada bulan juni
2011 sampai February 2012. Penelitian kualitas internal telur ayam kampung meliputi
(Berat kuning telur, warna kuning telur, shape index, dan haugh unit). Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap pola tersarang
perlakuan terbagi atas level ( 0 %, 5 %, 10 %, 15 % dan 20 %) dan tiga jenis limbah
industri ikan cakalang KIP (Kepala dan isi perut), Fillet ( sisa- sisa fillet), Arachon ( sisa
sortiran), tersarang pada level dengan menggunakan analisis varian dengan tiga
perlakuan dan tiga ulangan. Masing – masing unit perlakuan diisi oleh 4 ekor ayam
kampung, sehingga jumlah ayam kampung petelur 180 ekor. Pengaruh antar
perlakuan menggunakan uji jarak berganda Duncan’s. Hasil penelitian menunjukkan
jenis limbah industri ikan cakalang KIP, Fillet, arachon memberikan pengaruh yang
tidak nyata (P>0,05) terhadap berat kuning telur, warna kuning telur, Haugh Unit ,
shape index). Level tersarang pada jenis KIP, Fillet, Arachon memberikan pengaruh
yang tidak nyata (P> 0,05) terhadap berat kuning telur, warna kuning telur, Haugh
Unit, Shape index. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan limbah industri pengolahan
ikan cakalang dan implikasi nya dalam pakan terhadap kualitas internal telur (berat
kuning telur,warna kuning telur, shape index , haugh unit ) dapat digunakan jenis KIP,
Bones, Arachon.
Kata Kunci : Kualitas internal , telur ayam kampung.
PENDAHULUAN
Ayam kampung adalah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat Indonesia dan hampir setiap rumah tangga memiliki ayam
pelihara berupa ayam kampung. Ayam petelur modern mampu memproduksi telur
sebanyak 240 – 300 butir dengan bobot telur sekitar 58 gram. Ayam lokal hanya
mampu bertelur sebanyak 50 – 60 butir dengan bobot telur hanya 40 gram( Adedeji et
al.,2008).
Dewasa ini permintaan unggas lokal terus meningkat baik telur maupun daging,
sehingga peternakan unggas lokal mengalami perkembangan, terutama disekitar kota
besar. Perkembangan ini nampak dari berkembangnya peternakan pembibitan rakyat
unggas lokal, pabrik pakan mini dan budidaya yang menuju kearah pemeliharaan
73
yang semakin intensif dan mengadopsi teknologi peternakan ayam ras. Dengan
demikian peternakan unggas lokal menunjukkan perkembangan kearah industri
peternakan berbasis peternakan rakyat. Hal ini merupakan perkembangan yang positif
dalam rangka menyediakan bahan pangan sumber hewani bagi masyarakat dan dalam
rangka meningkatkan program ketahanan pangan.
Penggunaan pakan konvensional walaupun lokal sering menghadapi kendala
terutama karena keterbatasan pasokan. Hal ini mengakibatkan harga menjadi lebih
mahal, Penggunaan pakan komersial ayam ras selain harganya mahal juga kurang
tepat digunakan untuk unggas lokal karena tidak sesuai dengan kebutuhannya.
Indonesia sebagai Negara agraris selain mampu menghasilkan produk pertanian
memiliki limbah agroindustri yang melimpah sepanjang tahun.
Provinsi Sulawesi Utara merupakan potensi sumber ikan dimana jenis ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis L) atau skipjack tuna adalah salah satu jenis produksi
perikanan yang mempunyai nilai ekonomi penting. Data produksi ikan cakalang Dinas
Perikanan Sulawesi Utara tahun 2010 sebesar 60,168 ton maka 18.050.430 kg terbuang
sebagai limbah industri yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah
industri pengolahan ikan cakalang terdiri dari : limbah ikan cakalang sisa sortiran (
Arachon), limbah ikan cakalang (kepala dan isi perut) dan limbah ikan cakalang sisa
filleting (tulang) digunakan sebagai pakan ternak. Penggunaan limbah industri
pengolahan limbah ikan cakalang merupakan pengembangan bahan pakan lokal,
sehingga dapat mengurangi impor tepung ikan.
Peningkatan jumlah produksi telur ayam kampung menunjukkan penggunaan
dan konsumsi telur ayam kampung oleh masyarakat maupun industri makanan
(termasuk industri farmasi dan jamu) mengalami peningkatan. Produksi dan kualitas
telur ayam kampung sangat dipengaruhi oleh pemberian pakan berkualitas.
Permintaan telur ayam kampung semakin meningkat dan konsumen sudah
memperhatikan kualitas telur yang dikonsumsi, oleh karena itu perlu dilakukan uji
kualitas telur : Berat kuning telur, Warna kuning telur, shape index, Haugh Unit.
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan limbah indusrti
pengolahan ikan cakalang dan implikasinya dalam pakan terhadap kualitas internal
telur ayam kampung.
MATERI METODE
Materi penetian menggunakan ayam kampung sebanyak 180 ekor yang berumur
5-6 bulan awal produksi telur. Pakan dan air minum diberikan 2 kali sehari pada pukul
07.00 dan 16.00 WIB secara ad libitum yaitu kurang lebih 10 % diatas konsumsi ratarata harian. Susunan pakan pada penelitian tahap tida yaitu 15 macam pakan sebagai
perlakuan adalah 5 level limbah industri pengolahan ikan cakalang (0 %, 5 %,15 % dan
20 %) dengan 3 jenis limbah industri pengolahan ikan cakalang (KIP, sisa Fillet, dan
Arachon) yaitu :
P1L1
P1L2
P1L3
P1L4
P1L5
74
=
=
=
=
=
Pakan Kontrol 100%
Pakan Kontrol 95 %
Pakan Kontrol 90 %
Pakan Kontrol 85 %
Pakan Kontrol 80 %
+
+
+
+
+
KIP 0 %
KIP 5 %
KIP10 %
KIP 15 %
KIP 20 %
P2L1
P2L2
P2L3
P2L4
P2L5
P3L1
P3L2
P3L3
P3L4
P3 L5
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
Pakan Kontrol 100 %
Pakan Kontrol 95 %
Pakan Kontrol 90 %
Pakan Kontrol 85 %
Pakan Kontrol 80 %
Pakan Kontrol 100 %
Pakan Kontrol 95 %
Pakan Kontrol 90 %
Pakan Kontrol 85 %
Pakan kontrol 80 %
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Fillet 0 %
Fillet 5 %
Fillet 10 %
Fillet 15 %
Fillet 20 %
Arachon 0 %
Arachon 5 %
Arachon 10 %
Arachon 15 %
Arachon 20 %
Sebelum pakan perlakuan diberikan, ayam kampung mengalami masa ad
libitum selama 2 minggu. Ayam kampung yang digunakan pada penelitian yaitu pada
umur 20 – 24 minggu. Pemberian pakan perlakuan selama 8 minggu pada umur 27 34 minggu. Ayam buras diberi pakan perlakuan dan air minum setiap hari. Pada
minggu ke 2,3,4,5,6,7 dan 8 diambil 2 butir telur dari masing masing unit percobaan
untuk analisis kualitas internal telur ayam kampung.
Variabel yang diamati adalah berat kuning telur, warna kuning telur, shape index,
Haugh unit. Berat kuning telur diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pada
kuning telur. Warna kuning telur diukur menggunakan Roche yolk colour fan (
Stadelman dan cotterill, 1994). Haugh unit (HU) diukur dengan mengukur tinggi
albumen kental (thick albumen) menggunakan micrometer yang terpasang pada tripod.
HU dihitung berdasarkan rumus Rodrigues et al., (2002) sebagai berikut : HU = 100 log
H, dimana H = h + 7,685 – 1,7 x W 0,37 . H = tinggi albumen telur diukur menggunakan
micrometer (mm), w = berat telur (g). Shape index berdasarkan hasil bagi antara lebar
telur dengan panjang telur ( Austic dan Nesheim, 1990, Tservani – Gousi dan
Yannakopulos, 1995).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan
dengan Rancangan Acak Lengkap pola tersarang(Montgomery,2000). Percobaan terdiri
dari 2 faktor yaitu : Faktor A = jenis limbah industri ikan cakalang diberi simbol
(KIP,Fillet, Arachon) dan Faktor B = Level limbah industri ikan cakalang. Faktor B
(level) tersarang pada faktor A (Jenis limbah industri ikan cakalang) dan tiap
perlakuan diulang tiga kali. Faktor A : Jenis limbah ikan cakalang (KIP, Fillet,
Arachon), Faktor B : (level 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%). Data dianalisis mengunakan
Rancangan Acak lengkap (RAL) pola tersarang dengan berdasarkan analisis varian 3
perlakuan, 5 level dan 3 ulangan dan masing – masing perlakuan ditempatkan 4 ekor
ayam buras. Perbedaan antar perlakuan dilakukan uji jarak berganda Duncan’s (Steel
dan Torrie, 1992).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian (Tabel 1) menunjukkan jenis KIP,fillet dan Arachonterhadap
Berat Kuning Telur memberikan pengaruh tidak nyata (P > 0,05), karena dipengaruhi
75
oleh Kualitas Pakan strain, umur ayam kampung yang sama. Berat kuning telur yang
tidak berbeda nyata dipengaruhi oleh perkembangan ovarium, berat badan ayam,
umur saat mencapai dewasa kelamin, kualitas dan kuantitas pakan, penyakit, dan
lingkungan dan konsumsi pakan (Leeson dan Summer, 1991).
Hasil penelitian ( Tabel 1) menunjukkan bahwa warna kuning telur memberikan
pengaruh tidak nyata (P > 0,05), disebabkan pakan yang diberikan sama berasal dari
jagung kuning. Warna kuning telur adalah pigmen yang terkandung dalam bahan
pakan penyusunnya. Beberapa bahan pakan yang telah diketahui mengandung
pigmen yang dapat dipengaruhi warna kuning telur adalah jagung kuning. Jagung
kuning mengandung pro vitamin A (karoten) yang cukup tinggi.
Hasil penelitian (Tabel 1) menunjukkan bahwa Haugh Unit memberikan
pengaruh tidak nyata (P > 0,05). Haugh Unit (HU) adalah ukuran kesegaran telur. Nilai
HU berkaitan erat dengan lama simpan telur itu diukur dari waktu oviposition (proses
pengeluaran). Semakin cepat telur diukur semakin tinggi nilai Haugh Unit telur,
artinya semakin baik atau semakin segar telur tersebut, begitu pula sebaliknya.
Kualitas telur ayam kampung dari pakan yang mengandung jenis limbah industri ikan
cakalang menunjukkan kualitas telur AA karena nilai rataan HU lebih dari 82. Hal
tersebut sesuai menurut United State Departement of Agriculture (USDA.1964) yaitu
kualitas telur AA nilai HU lebih dari 72, kualitas telur A nilai HU antara 60 sampai 72,
kualitas telur B nilai HU antara 31 sampai 60, dan kualitas telur C nilai HU kurang dari
31. North dan Bell (1992) yang menyatakan bahwa nilai HU dipengaruhi, diantaranya
oleh kandungan protein pakan, protein yang lebih tinggi akan menghasilkan putih
telur yang lebih kental.
Tabel 1. Rataan Berat Kuning Telur, Warna kuning Telur, Haugh Unit, Shape index
Berbagai Jenis KIP, Fillet dan Arachon Selama 8 minggu Penelitian.
Variabel
Jenis
KIP
Sisa Fillet
Arachon
Berat kuning telur (g)
11,62 ± 0,65
12.19 ± 0,59
11,93 ± 0,49
Warna kuning telur
11,47 ± 0,30
11,11 ± 0,59
11,51 ± 0,42
Haugh Unit (%)
82,72 + 1,79
82,29 + 1,74
82,39 + 1,48
Shape index (%)
0,77 + 0,02
0,76 + 0,02
0,76 + 0,01
Keterangan : Nilai pada baris yang sama diikuti dengan huruf sama menunjukkan
berpengaruh tidak nyata (P > 0,05).
Hasil penelitian (Tabel 1) menunjukkan bahwa Shape Index memberikan
pengaruh tidak nyata (P > 0,05). Shape index memberikan hasil yang sama disebabkan
umur induk, genetik dan pakan yang sama. Penelitian ini menggunakan ayam
kampung sama dan jumlah dan mutu pakan yang relatif sama. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hal tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap shape index.
Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan level tersarang pada jenis limbah ikan
cakalang KIP, Filleting dan arachon pada perlakuan berat kuning telur, memberikan
pengaruh tidak nyata (P > 0,05). Kuning telur terbentuk selama 10 -12 hari sebelum
ayam bertelur. Berat kuning telur antara 30 – 33 % dari total berat telur (Stadellman
dan Cotteril, 1995). Pada penelitian ini berat kuning telur yang sama pada level 0 – 20
% pada jenis limbah ikan cakalang KIP, Filleting dan Arachon. Jeliman (2009)
76
menyatakan bahwa ovarium pada unggas akan masak pada 9 sampai 10 hari sebelum
ovulasi, Proses pembentukan ovum dinamakan vitelogeni (vitelogenesis), yang
merupakan sintesis asam lemak dihati yang dikontrol oleh hormone estrogen,
kemudian oleh darah diakumulasikan diovarium sebagai folikel atau ovum yang
dinamakan yolk (kuning telur). Dalam proses pembentukan kuning telur menghasilkan
berat kuning telur yang berbeda – beda tergantung kemampuan genetik dari masing –
masing individu unggas.
Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan level tersarang pada jenis KIP, Fillet
dan Arachon terhadap Warna kuning telur memberikan pengaruh tidak nyata (P >
0,05 ). Hasil penelitian menunjukkan warna kuning telur pada level 0 – 20 % pada jenis
KIP,Fillet dan Arachon adalah sama, disebabkan pigmen yang terkandung daloam
bahan pakan penyusunnya adalah jagung kuning. Nuraini et al., (2008), melaporkan
bahwa pada ayam petelur yang diberi pakan dengan kandungan karotena yang sama
menghasilkan skor warna kuning telur yang sama pula. Semakin tinggi persentase
karotena dalam pakan, semakin tinggi skor warna kuning telur.
Tabel 2. Rataan Berbagai Level Tersarang Pada Jenis KIP, Fillet , Arachon Terhadap
Berat Kuning Telur, Warna Kuning Telur, Haugh Unit dan Shape index
Selama 8 Minggu penelitian.
Variabel Yang diukur
Level
(%)
Berat kuning
Warna
telur
kuning telur
(g)
0
10,99 + 0,45 11,50 + 0,25
5
11,46 + 0,52 11,34 + 0,31
KIP
10
12,48 + 0,78 11,38 + 0,05
15
11,53 + 0,03 11,46 + 0,31
20
11,66 + 0,28 11,67 + 0,19
0
11,78 + 0,36 11,42 + 0,31
5
12,41 + 0,67 11,25 + 0,43
Fillet
10
12,70 + 0,73 10,88 + 0,45
15
11,99 + 0,50 10,88 + 1,02
20
12,05 + 0,56 11,13 + 0,77
0
12,02 + 0,24 11,79 + 0,26
5
12,02 + 0,91 11,25 + 0,25
Arachon
10
12,20 + 0,02 11,42 + 0,25
15
11,38 + 0,45 11,25 + 0,66
20
12,02 + 0,09 11,84 + 0,35
Keterangan : Huruf superskrip pada kolom yang
tidak nyata (P > 0,05)
Jenis
Haugh Unit (%)
Shape index (%)
82,05 + 1,66
0,76 + 0,02
82,52 + 1,79
0,78 + 0,03
82,46 + 2,33
0,75 + 0,01
82,66 + 2,26
0,77 + 0,01
83,91 + 1,74
0,77 + 0,04
83,07 + 1,56
0,77 + 0,01
83,24 + 2,28
0,76 + 0,01
80,96 + 2,75
0,75 + 0,01
82,02 + 0,82
0,75 + 0,02
82,18 + 0,61
0,77 + 0,04
83,30 + 0,80
0,75 + 0,02
80,70 + 1,68
0,76 + 0,02
82,20 + 0,16
0,75 + 0,02
82,19 + 1,18
0,76 + 0,02
83,56 + 1,65
0,76 + 0,00
sama menunjukkan berpengaruh
Hasil penelitian pada (Tabel 2 ) menunjukkan bahwa level tersarang pada jenis
KIP, Fillet dan Arachon terhadap Haugh Unit memberikan pengaruh yang tidak nyata
( P > 0,05). Haugh Unit yang dihasilkan sama karena genetik ayam kampung , umur
ayam kampung 5 – 6 bulan dan cara penanganan telur ayam kampung yang sama.
North dan Bell ( 1992) menyatakan menyatakan yang mempengaruhi nilai Haugh Unit
adalah genetik, umur telur, perubahaan suhu dan cara penanganan telur. Caner ( 2005)
77
menyatakan Haugh Unit ( HU) adalah kualitas putih telur (albumen) yang diukur
berdasarkan tinggi dan putih telur dan berat telur. Haugh Unit merupakan suatu
metode pengukuran yang dapat menggambarkan kualitas telur secara utuh ( Buckle et
al.,1985.
Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan pengaruh level tersarang pada jenis KIP,
Fillet dan Arachon terhadap Shape index memberikan pengaruh yang tidak nyata ( P
> 0,05). Hal ini berarti pemberian ransum yang mengandung limbah ikan cakalang
jenis KIP, Fillet dan Arachon pada level 0 – 20 % tidak menimbulkan efek yang
berbeda terhadap Shape index. Shape index lebih banyak dipengaruhi oleh induk,
genetik dan pakan. Shape index semakin rendah dengan meningkatnya berat telur. Hal
ini tiada lain adalah karena semakin meningkat berat telur maka besar telur meningkat
pula, sehingga bentuk telur akan menjadi semakin lonjong, karena keterbatasan
saluran telur untuk kerabang (Tservani-Gousi dan Yannakopulus, 1995).
KESIMPULAN DAN SARAN
Penggunaan limbah industri pengolahan ikan cakalang dan implikasinya dalam
pakan terhadap kualitas internal telur ( berat kuning telur,warna kuning telur, shape
index , haugh unit ) dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk meningkatkan
kualitas telur. Industri peternakan ayam kampung dapat menggunakan limbah
industri pengolahan ikan cakalang jenis KIP, Sisa Fillet dan Arachon .
DAFTAR PUSTAKA
Adedeji O. S., G. O. Farinu, T. B. Olayeni and S. A. Ameen, G. M. Babatunde. 2008. Performance
and egg Quality Parameters of Laying Hens Fed Different Dietary Inclusion Levels Of
Bitter Kola. Res. J. Poult .Sci., 2(4);7577
Austic,R.E., M.C. Nesheim and L.E. Card. 1990. Poultry Production. 13 th Ed.Lea and
Febiger.Philadelphia.London.
Buckle, K.A., R.A. Edwards,G.H.Fleet dan M.Wooton diterjemahkan oleh H.Purnomo dan
Adiono. 1985. Ilmu Pangan.Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 78 – 79.
Caner, C. 2005. The effect of edible eggshell coating on egg quality and consumer
perception.Journal of The Science of Food and Agriculture. 85:1897 – 1902.
Dinas Kelauatan dan Perikanan . 2010. Buku Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Sulawesi
Utara. Manado.Provinsi Sulawesi Utara.
Grobas S. Mendes J. Lazaro R, De Blas C, Mateos GG. 2001. Influence of Source and percentage
of fat added to diet on performance and fatty acid composition of egg yolks of two strains
of laying Hens. Poult. Sci., 80:1171-1179.
Jeliman Y.2009. Sistem Reproduksi Ayam Betina. http://judij.blogspot.com/systemreproduksi-ayam-betina.html. diakses pada 10 september 2014
78
Leeson,S. dan J.D. Summer. 1991. Commercial Poultry Nutritional Univercity Book.
Guelph.Ontario.
Canada.www.books.google.coid/
books/about/commercial/
poutry/nutrition.html?id=PHAFAAAACAAj$redir-ESC=y. Tanggal akses 17 November
2012.
Montgomery.2000. Experiment Design.Johnwiley and Sons.New York.
Nuraini, Sabrina dan S.A. Latif. 2008. Potensi Neurospora crassa dalam meningkatkan kualitas
limbah Agro Industri Menjadi Pakan Kaya beta karoten untuk memproduksi telur
rendah kolesterol.Laporan penelitian. Fakultas Peternakan.Universitas Andalas. Padang
North,M.O dan D.D.Bell. 1992. Comercial Chicken Production Manual. The Van Nostrand
Reinhold Publising. New York.
Tservani-Gousi, A.S and Yannakopoulos,A.L. 1995. Effect of age at sexual maturity on egg
shape in pullets during the early laying period. Poult. Sci., 74 : 279 – 284.
Scott, M. L., J. Ascrolli, and G. Olson, 1968. Studies of egg yolk pigmentation. Poult. Sci., 47:863872.
Stadelman and Cotteriil. 1994. Egg Science and Technology. Fourth edition. Food Products
Press. United State America.
Steel dan Torrie.1992. Prinsip dan Procedures of Statistika. Mc Graw-Hill.Inc.New York.
USDA.1964. Egg Grading Manual Agriculture.Handbook No.75.
79
Download