BAB II KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
KAJIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR Y.B MANGUNWIJAYA
2.1. Sosok Y.B Mangunwijaya sebagai Arsitek
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau yang sering dipanggil Romo Mangun adalah
seorang rohaniawan , sastrawan, arsitek, bahkan tokoh multi intelegence yang berhasil
meleburkan sisi spiritual, religiusitas dan humanisme ke dalam tiap karya dan
pekerjaannya terutama bidang arsitektur. Selalu terdapat korelasi dari potensi lingkungan
dengan tradisi/budaya Nusantara dalam desain beliau. Konsep kemanusiaannya dalam
berarsitektur memperlihatkan bahwa Romo Mangun selalu berusaha membangun
serendah-rendahnya dengan bahan bangunan seringan-ringannya.
2.2. Misi Y.B Mangunwijaya di Bidang Arsitektur
Latar belakang pendidikan dan aktivitas Romo Mangun sebagai seorang tentara
KNIL yang berjuang pada masa sebelum kemerdekaan, seorang rohaniawan yang belajar
di Seminari Tinggi Kentungan, lalu sebagai seorang arsitek yang belajar di Jerman
membuat Romo Mangun memiliki cara pandang kehidupan yang begitu dalam dan
jernih. Menurut Eko Prawoto, karya Romo Mangun baik melalui arsitektur, sastra atau
aktivitas sosial hanyalah sebagai media dari dua misi Romo Mangun yaitu
memperjuangkan kemanusiaan dan Indonesia baru.
Memperjuangkan kemanusiaan adalah misi utama Romo Mangun sehingga sangat
kental dengan karya yang berpihak pada kaum miskin,lemah dan tersingkir. Usaha
membuka lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup masyarakat diwujudnyatakan
Romo Mangun dengan memasang upah tukang lebih tinggi dari harga bahan. Ruangruang terbuka yang bisa digunakan masyarakat menjadi dominasi karya Romo Mangun
untuk meningkatkan taraf hidup warga.
Misi Indonesia baru juga diusung Romo Mangun dalam setiap karya arsitektural.
Cita-cita Romo agar Bangsa Indonesia terbebas dari belenggu globalisasi dan industri
muncul dalam pengolahan material-material tradisional dengan teknologi baru, mengolah
ulang barang-barang pabrik sehingga seringkali terlihat Romo memecah atau
menghancurkan keramik, mencetak dan membuat sendiri tegel, pintu, jendela dan
commit to user
II - 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
banyak material lain. Sentuhan mendetail Romo dalam tiap karyanya memperlihatkan
kerja konsisten dan berbudaya dari seorang master builder Indonesia.
2.3 Tinjauan Teori Tektonika Arsitektur Y.B Mangunwijaya
2.3.1. Tinjauan Umum Teori Tektonika Arsitektur
“Needless to say, the role of the tekton leads eventually to the emergence of the
master builder or architekton.” (Frampton,1995,4)
Pengertian tektonika menurut Frampton (1995:4) tektonika berasal dari kata
tekton dan sering ditulis sebagai kata tektonamai dalam bahasa Yunani yang secara
harafiah berarti pertukangan kayu atau pembangun. Dalam bahasa Sansekerta dapat
disamakan dengan kata taksan yang juga berarti seni pertukangan kayu yang
menggunakan kapak. Istilah yang sama juga ditemukan dalam puisi Vedic yang juga
berarti pertukangan kayu. Kemudian dalam Homer istilah ini diartikan sebagai seni
dari konstruksi secara umum.
Istilah tektonika kemudian mengarah pada
estetika dibanding teknologi,
komentar Adolf Heinrich Borbein dalam studi psikologi tahun 1982 (Frampton,
1995:4), bahwa tektonika menjadi seni dari pertemuan atau sambungan; seni dalam
ini ditekankan pada tekne, sehingga tektonika ternyata bukan hanya bagian dari
bangunan tetapi juga obyek atau sebagai karya seni pada arti yang lebih sempit.
Dengan perjalanan waktu, pengertian kata tektonik pada konstruksi cenderung
membuat karya seni, tergantung pada benar atau tidaknya penerapan tingkatan
kegunaan nilai seninya.
Penggunaan istilah tektonika secara arsitektural dipakai di Jerman dan muncul
di buku pegangan karya Karl Otfried Muller berjudul “Handbuch der Archeologie
der Kunst (Handbook of the Archeology of Art) 1830 (Frampton, 1995:4) , bahwa
tektonika adalah pengaplikasian pada sebentuk karya seni, seperti peralatan, bejana
bunga, pemukiman dan tempat pertemuan, yang dibentuk dan dikembangkan di satu
sisi pada penerapannya dan di sisi lain untuk menguatkan ekspresi perasaan dan
pengertian atau buah pikiran seni. Kita menyebutnya rangkaian dari percampuran
tektonika, di mana puncaknya adalah arsitektur sebagai pemenuh kebutuhan dan
menjadi cerminan perasaan terdalam yang kuat.
Mengikuti pemikiran Gottfried Semper (Mahatmanto,1999:15) bahwa kita
to user
menggunakan istilah tektonika commit
(tectonics)
ini untuk merujuk pada ketrampilan
menyusun atau membuat yang menggunakan bahan ringan sebagai lawan dari
II - 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penggunaan bahan berat (batu,lempung) yang oleh Semper digolongkan sebagai
stereotomic. Dengan menyusun dan membuat di sini memasukkan juga kegiatan
seperti menjalin, merajut, menganyam dari bahan-bahan ringan semacam rumput,
alang-alang,rotan,dll. Menganyam suatu bahan, masih mengikuti Semper, perlu
diberi catatan lebih lanjut karena batu bata, koral, kerikil, dan bahan-bahan lain –
sekalipun berat bobotnya- tapi bila di susun, ditebar, atau dirangkai menjadi struktur
yang lebih besar, pun dapat digolongkan sebagai karya tektonika.
Menurut Eko Prawoto (1999:4) tektonika merupakan aspek arsitektur yang
berkaitan dengan bagaimana mengolah dan mempertemukan bahan bangunan serta
mengartikulasikan penyelesaian sambungan dalam kaitan dengan gaya konstruksi.
Persoalan tektonika lebih dari sekedar penyelesaian teknis statika bangunan.
Sekalipun wujud akhirnya mungkin sama yaitu bangunan tidak ambruk namun
artikulasi tentang mekanisme yang sebenarnya terjadi dalam penyaluran dan
pengalihan beban dan gaya, serta pengolahan bahan akan menentukan kualitas
arsitekturnya secara keseluruhan.
Tektonika dalam studi tugas akhir Fabianus Sebastian (2006:III-14) adalah
bagaimana memahami sambungan (joint) atau ketrampilan dalam penangangan
pertemuan bahan (detail
sambungan), serta
mampu memunculkan moda
representasional (structure symbolic) dalam berbagai macam cara atau artikulasi
pengolahan.
Memahami tektonika seperti merangkum pemikiran yang lengkap dan utuh
tentang arsitektur sehingga penyelesaian struktur dan konstruksi yang benar (stabil)
menjadi sumber keindahan suatu ruang yang diciptakan. Pekerjaan teknis dalam
suatu bangunan tak lagi diselesaikan secara terpisah dengan citra ruang yang biasa
tampil melalui aspek estetika. Hingga kehadiran tektonika yang utuh bisa
menciptakan karya arsitektural yang dalam, kaya akan makna, berpuisi.
Pemahaman tektonika mencakup penyelesaian logika struktur suatu ruang,
penanganan sambungan konstruksi, kepandaian pengolahan dan pertemuan bahan
material sehingga mampu memunculkan ekspresi bangunan. Tahap perancangan
dengan menggunakan konsep tektonika arsitektur yaitu :
 Peka menentukan citra ruang dari fungsi dan aktivitas yang akan diwadahi
 Tepat menggunakan metoda konstruksi untuk mencapai kestabilan dan
commit to user
kekuatan
II - 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
 Peka melihat dan mengolah karakter material yang dipilih
 Harmonis meleburkan citra ruang, penyelesaian konstruksi, pengolahan
material dengan benar, jujur dan wajar sehingga memunculkan keindahan
2.3.2. Tinjauan Khusus Teori Tektonika Y.B Mangunwijaya
Tektonika adalah salah satu segi terkuat dari karya Mangunwijaya. Hampir
seluruh karyanya dibentuk dari sikap hormatnya pada bahan dan bagaimana
memperlakukannya. Ia berperan sebagai manusia pembangun sebaik-baiknya:
tukang. (Mahatmanto,1999:18). Konsep tektonika arsitektur yang begitu logis
namun berpuisi. Di titik inilah Romo Mangun tak tergantikan.
Tektonika dituliskan Y.B Mangunwijaya (1988:262) yang beliau bangun dari
hikmah pemikiran Yunani. Segala bangunan berhakikat dua prinsip : (1) ada unsur
yang dipikul atau ditopang dan (2) unsur lain yang memikul atau menopang. Bila
antara yang dipikul dan memikulnya ada keseimbangan, artinya serba stabil, maka
hakikat bangunan sudah tertemulah dan justru itulah yang harus diespresikan, yakni
tektoon. Tektoon menunjuk pada segala yang stabil, yang tidak roboh, yang dapat
diandalkannya.
Pengertian tektoon tidak terbatas sempit pada - yang berhubungan dengan
kekokohan statika bangunan. Esensinya ialah pengejawantahan logika yang tajam
menganalisa unur-unsur bagian dalam hubungannya dengan yang lain, sehingga
bangunan berdiri secara benar sesuai dengan hukum alam dan begitu memperoleh
paa kehidupannya. Buah arsitektur yang berkualitas selalu punya daya citra yang
khas, memiliki kekuatan terhadap persepsi maupun cita rasa psikologis orang yang
menghadapinya. (Mangunwijaya, 1988:284)
Menurut Demokritos (Mangunwijaya, 1988:290), keserasian atau segala
keteraturan terdiri dari gugusan unsur-unsur atom-atom yang mempunyai susunan,
yang memiliki struktur. Jadi bukan hanya sebentuk onggokan asal jadi saja. Dan
struktur itulah yang menjadi sumber keselarasan. Mereka tidak menutupi konstruksi,
bahkan sebaliknya mereka memamerkan dengan bangga, bentuk dan struktur
konstruksi apa yang mereka pilih dalam bangunan. Untuk menunjukkan betapa
benar konstruksi pilihan mereka dan karenanya betapa indah.
Y.B Mangunwijaya terkenal dengan cara membangunnya yang begitu humanis
commit to user
baik dari cara memperlakukan tukang, mengolah bahan lokal, juga menghidupkan
II - 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
budaya masyarakat sehingga bangunan tersebut mampu menjadi rumah yang
dimiliki bersama oleh masyarakatnya. Dijelaskan oleh Sutrisno (1999:8) bahwa visi
utama sosok arsitek humanis ini terangkum dalam buku Wastu Citra. Wastu adalah
jiwa, roh kreatif penghidup kreasi manusia untuk mencari dan memperjuangkan
yang benar („verum‟); yang indah asri („pulchrum‟) serta peziarah pelaku kebaikan
(„bonum‟). Semua ini harus terungkap dalam ekspresi karya yang menjadi gambar
langsung (=citra) dari kebaikan; kebenaran dan keindahan.
Tektonika arsitektur membawa Y.B Mangunwijaya menjadi seorang manusia
pembangun,
yang
dituliskan
Mahatmanto
(1999:14)
berarti
tukang
dan
ketukangannya, craft dan craftsmanship yang merupakan batu penjuru dari proses
membangun, suatu peran penting dalam kebudayaan yang sering dikecilkan oleh
praktik dan pengajaran arsitektur masa kini. Ditambahkan pula tektonika arsitektur
Y.B Mangunwijaya menurut Prawoto (1999:4) memberikan sedikit upaya
„pencerahan‟ bagi arsitek maupun calon arsitek menanggapi banyaknya keluhan
tentang lemahnya perhatian atau pengetahuan tentang penanganan detail. Pemikiran
arsitektur seringkali lebih banyak dicurahkan pada masalah „besar‟ seperti konsep,
filosofi tanpa didukung pengetahuan yang memadai pada level mikro yaitu tentang
tektonikanya, pada keduanya seharusnya satu.
Semoga kita selalu bekerja karena kita tahu sendi-sendi pemikirannya, paham
akan seluk beluk di dalamnya, tahu bahasa benda, bahan dan konstruksinya
(Mangunwijaya, 1980:2). Oleh karena itu, bila kita berarsitektur, artinya berbahasa
dengan ruang dan gatra, dengan garis dan bidang, dengan bahan material dan
suasana tempat, sudah sewajarnyalah kita berarsitektur secara budayawan; dengan
nurani dan tanggung jawab penggunaan bahasa arsitektural yang baik. Bahkan kalau
mungkin, walaupun tentu saja tidak setiap orang mampu: dengan puisi.
(Mangunwijaya,1988:20)
commit to user
II - 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.4. Tinjauan Lapangan dari Bangunan Karya Y.B Mangunwijaya
2.4.1. Rumah Arief Budiman, Salatiga
Arief Budiman adalah seorang intelektual terkemuka
Indonesia yang aktif dalam kancah politik Indonesia, karena ia
ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan pada tahun 1963
yang menentang aktivitas LEKRA yang dianggap memasung
kreativitas kaum seniman. Arief sempat belajar di Universitas
Harvard dan meraih gelar Ph.D, kemudian Arief mengajar di
UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) di Salatiga. Ketika
UKSW
dilanda
kemelut
yang
berkepanjangan
karena
pemilihan 6atrio yang dianggap tidak adil, Arief melakukan mogok mengajar, dipecat
dan akhirnya hengkang ke Australia serta menerima tawaran menjadi 6atriotic di
Universitas Melbourne. Meskipun demikian, ia tidak menjadi warga 6atrio Australia.
Ia berstatus permanent resident. Menjelang 6atriot tahun 2008, Arief tetap berharap
pulang ke Salatiga dan tinggal di rumah karya arsitek Romo YB Mangunwijaya
(almarhum) itu. “Saya bukan patriotik terhadap Indonesia, tetapi rasanya capek kan
kalau mimpi dalam bahasa Inggris terus,” ujarnya.
Rumah Arief Budiman ini terletak di Jalan Kemiri Candi Kota Salatiga yang
secara fisik merupakan daerah dataran tinggi dengan dominasi cuaca sejuk. Daerah
sekitar berupa tanah dengan kontur yang cukup dinamis sehingga pemukiman sekitar
mengadopsi gugus massa kecil dan terpisah-pisah.
Gambar 2.1. Suasana rumah Arief Budiman yang harmonis dengan kontur lahan dan
vegetasi yang tumbuh.
commit to user
II - 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.2. Tampak depan rumah
terlihat 3 dari 4 gugus rumah dengan
konsep panggung (atas) juga ekspos
konstruksi atap tanpa plafond (kiri) dan
talang pertemuan 2 atap (kanan).
Struktur dan konstruksi bangunan di ekspos dengan jujur dari struktur atap,
kolom, balok, dinding juga perkerasan. Kejujuran ini memperlihatkan kebenaran
struktur yang dibangun sehingga mampu memunculkan moda representasi yaitu
keindahan.
Bangunan terdiri dari 4 gugus rumah panggung dengan atap pelana kampung.
Struktur atap memperlihatkan genteng yang bagian bawah di cat putih tulang, usuk
yang di cat coklat dan reng yang di cat hitam seperti anyaman, harmoni dengan
dinding anyaman bambu dibawahnya. Kuda-kuda, balok atap dan penutup bubungan
atap juga di tampilkan apa adanya.
Talang air di pertemuan dua atap ditampilkan berupa lapisan bilah kayu dan
seng yang dikerjakan dengan rapih. Penyelesaian talang juga memperlihatkan
sambungan usuk 2 atap yang ditumpukan pada balok atap di atas kamar mandi.
Gambar 2.3. Sketsa potongan talang ekspos
yang langsung terkait dengan usuk, reng dan
balok tumpu atap. Talang dilapisi kayu agar
terlihat bagus.
Konsep rumah panggung dengan
commitperkuatan
to user kolom beton di bagian bawah dan
konstruksi kayu dan bambu di bagian atas mencitrakan sistem konstruksi ringan yang
II - 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
selalu Y.B.M pilih juga sebagai tanggapan akan site berupa kontur. Tanah berkontur
diatasi dengan konsep rumah panggung sehingga terdapat perbedaan ketinggian di
tiap gugus bangunan. Kebutuhan aksesibilitas diselesaikan dengan jembatan kayu
menggantung dengan konstruksi besi sebagai batang tarik. Dinding batu bata yang
disusun seperti anyaman bambu bersama kolom beton dengan gurat bambu menjadi
struktur penopang bawah. Bangunan atas didominasi penggunaan dinding dari
anyaman bambu, jendela kayu dan konstruksi lantai dari papan kayu sehingga kesan
ringan tercapai.
Gambar 2.4. Bangunan rumah panggung dengan kolom beton sebagai konstruksi
utama dan rumah bagian atas dengan dinding anyaman bambu.
Penyelesaian struktur balok lantai juga menggunakan sistem konstruksi ringan
berupa papan kayu ukuran 3/15 yang diletakkan berdiri. Sistem ini membuat kayu
bisa bernafas karena memiliki rongga dan mengesankan rumah yang ringan. Kayu
sendiri memiliki kualitas yang baik, tahan lama dan membawa unsur hangat.
Perubahan material dari kolom beton menuju konstruksi lantai kayu dipresentasikan
dengan sambungan kolom yang di cat merah.
Gambar 2.5. Konstruksi kolom beton dengan balok kayu dan pertemuan sendinya
memberikan kesan yang ringan dan indah.
commit to user
II - 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bangunan selalu mendasar pada keadaan sekitar menyangkut potensi, sumber
daya alam dan manusia, juga ketersediaan bahan lokal sehingga mempengaruhi
keputusan penggunaan bahan dalam penyelesaian struktur dan konstruksi.
Modul pintu dan jendela khas yang dikombinasikan antara kayu, kaca bening
dan nako, yang kemudian di cat merah seperti warna lisplang dan sambungan.
Ornamentasi pintu jendela dengan bentuk silang juga muncul di jembatan kayu
penghubung rumah depan. Beton cetak sebagai konstruksi tangga yang seperti daun
pinus yang berpilin juga cetakan rooster seperti ranting daun.
Gambar 2.6. Ornamentasi
bangunan yang diambil dari
bentuk-bentuk alam muncul
harmoni dengan material yang
digunakan. Anyaman bambu
juga diterapkan pada susunan
batu bata sehingga harmoni
antara bangunan atas dan bawah.
Juga bentung daun dan ranting
yang menginspirasi tangga putar
dan rooster.
2.4.2. Wisma Kuwera, Yogyakarta
Wisma Kuwera adalah rumah tinggal Y.B Mangunwijaya (Romo Mangun)
yang terletak di Gang Kuwera, Gejayan Yogyakarta. Rumah berada dalam kawasan
perkampungan yang dominan bangunan kampong walaupun banyak bangunan tinggi
pertokoan di pinggir jalan Gejayan. Jalan depan rumah saja hanya bisa dilewati satu
mobil. Wisma Kuwera adalah rumah yang ditempati Romo Mangun sampai akhir
beliau wafat di tahun 1999. Selain sebagai rumah juga merupakan kantor yayasan
pendidikan yang didirikan Romo Mangun yaitu Dinamika Edukasi Dasar (DED).
DED fokus pada pendidikan dasar kaum kecil, lemah, miskin dan tersingkir (KLMT)
hingga sekarang mengasuh SD Mangunan dan Wisma Arita di Kalasan Yogyakarta.
commit to user
II - 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2. 7. Tampak Wisma Kuwera
dari jalan depan. Tampak 2 gugus
bangunan beratap segitiga majemuk.
Konsep rumah panggung dan dominasi pemakaian material kayu, papan, asbes
semen, dan bambu berpegang dari sistem konstruksi ringan. Di mana pemakaian
dinding batu bata dan perkuatan beton dilakukan di rumah bagian bawah, sedang
bagian atas didominasi kolom kayu dan dinding papan.
Konstruksi atap menggunakan atap segitiga majemuk sebagai aplikasi atap
dingin, sehingga ruang dibawah atap bisa digunakan sebagai ruangan dan panas
diselesaikan dengan lapisan sabut dan plafond bambu tutul di bawahnya. Agar panas
cepat keluar, di bawah atap selalu diberi bukaan berupa jendela sebesar-besarnya.
Bukaan tersebut mengikuti bentuk kuda-kuda. Atap dari bahan asbes semen yang
dicetak dan dipotong persegi ukuran 30x30cm. atap ringan ini menggunakan sistem
jepit dengan seng yang dipakukan langsung pada reng.
Gambar 2.8. Kuda-kuda atap
segitiga majemuk yang langsung
berhubungan
dengan
ruang
dibawahnya. Atap diselimuti asbes
semen di luarnya dan plafong
bambu tutul di dalamnya.
Asbes semen dipasang dengan
sistem jepit seng.
Kejujuran ekspos struktur commit
konstruksi
dan sambungan sangat diperlihatkan
to user
sebagai penguat kebenaran struktur bangunan. Konstruksi ringan hadir melalui
II - 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
struktur kolom dan balok kayu yang terkomposisi harmoni antara kolom utuh dengan
balok dari papan kayu jepit. Susunan melintang dan membujur balok papan jepit ini
memunculkan ruang-ruang sesuai kebenaran struktur.
Gambar 2.9. Pertemuan struktur kolom,balok dan kuda-kuda yang diselesaikan
dengan indah saling bertumpang tetap mengesankan konstruksi ringan.
Material struktur didominasi kayu kecuali ruangan yang membutuhkan batas
dan perkuatan lebih menggunakan kolom semen dan dinding batu bata. Olahan
material kayu didominasi bentuk geometris kaku dan tegas. Sisa kayu juga diguakan
untuk meja altar kapel, sesuatu yang remeh/sisa dipakaikan untuk sesuatu yang agung,
belajar tentang kesetaraan bahan.
Gambar 2.10. Material kayu dominan digunakan dan hadir di banyak fungsi. Kayu
sisa sebagai meja altar, kayu bangkirai sebagai balok, kayu glugu dipotong pipih sebagai
material lantai, lemari kayu, jendela putar as tengah kombinasi kayu dan kaca nako, juga sisa
kayu sebagai isian jendela nako (gambar searah jarum jam,atas ke bawah)
commit to user
II - 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bangunan didominasi dinding terbuka berupa pintu, jendela putar/geser, pintu
jendela juga dinding berupa rak kaca yang transparan sehingga cahaya dan udara bisa
leluasa masuk sepanjang hari. Oleh sebab itu bangunan juga terdiri dari gugus-gugus
terpisah yang berbeda ketinggian sehingga aspek fisika bangunan bisa optimal.
Gambar 2.11. Dominasi pintu dan jendela kayu tinggi sebagai dinding bangunan sehingga
udara dan cahaya bisa masuk leluasa ke dalam ruangan.
Dinding semen cetak dengan guratan bambu yang dijadikan bekisting sebagai
olahan material lokal. Cetakan memiliki ukuran tertentu yang kemudian
dikomposisikan di dinding. Dinding dan atap dilapisi bambu tutul geprek yang
dipakukan pada kayu topang sehingga memiliki tekstur dinding yang khas dan
mampu mendinginkan panas. Pintu, jendela dan bukaan semua dibuat sendiri
menyesuaikan kebutuhan ruang. Material berupa kayu glugu, kaca bening, dan nako.
terdapat juga jendela nako yang diisi papan kayu sisa. Kebanyakan bukaan
menggunakan as putar di tengah bukan di samping agar penghawaan lebih banyak
masuk. Olahan material yang dipadupadankan dengan harmoni, dari kayu menuju
bambu, kayu menuju kaca/nako, kayu glugu dengan kayu bangkirai, juga kayu dengan
besi. Konsep kesetaraan material membuat kepekaan akan karakter material muncul
dalam penggunaan.
Gambar 2.12. Dinding cetakan bambu dengan sketsa potongan bambu sebagai cetakan cor
semen (kiri) juga plafond bambu tutul
yangto
digeprek
commit
user dan dipakukan di kayu penyangga
sebagai konstruksi plafond (kanan).
II - 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.4.3. Wisma Salam, Magelang
Wisma Salam merupakan kompleks bangunan retret atau rekreasi rohani yang
biasa digunakan umat kristiani. Terdiri dari banyak gugus bangunan berupa Gereja St.
Theresia Salam, Pastoran Salam, beberapa tempat istirahat, tempat berkumpul, kapel
doa, perpustakaan, taman, komunal dan ruang administrasi juga ruang servis. Wisma
Salam berada di Jalan Magelang-Jogja tepatnya di belakang Polsek Salam di mana
wisma juga bersebelahan langsung dengan Sungai Krasak.
Gambar 2.13. Potret dari Google Maps lokasi kompleks Wisma Salam yang berada di tepian
Sungai Krasak Magelang (kiri) juga denah lokasi kompleks (kanan).
Bersebelahan dengan Sungai Krasak dan juga melihat bahwa Magelang
merupakan jalur lahar Gunung Merapi yang kaya akan pasir dan batu, maka pilihan
penggunaan batu kali sebagai material dominan bangunan merupakan konsep
lokalitas yang tepat. Konsep lokal itu pula yang menjadi inspirasi bentuk utama
bangunan dengan massa, garis bangun dan ornamentasi geometris yang tegas.
Material batu menjadi unsur pembentuk bangunan dengan struktur konstruksi bearing
wall. Struktur tersebut yang membuat bangunan diberi perlubangan geometris yang
statis namun masih terasa dinamis dengan bentuk lingkaran dan segitiga.
commit to user
II - 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.14. Bangunan utama wisma dengan atap segitiga majemuk dengan asbes semen
(kiri) dan pemakaian material dominan batu sebagai bearing wall dengan bentuk geometris
(kanan)
Konsep konstruksi ringan masih dipakai Y.B Mangunwijaya walau material
utama berupa batu. Batu, kayu, bambu dan besi dikombinasikan dengan harmoni
sehingga kesan ringan masih tetap terasa. Balok dan kolom kayu hadir di beberapa
bagian bangunan, masih dengan konsep papan jepit dengan kayu 3/20. Kayu dominan
digunakan sebagai konstruksi atap yaitu kuda-kuda, usuk, dan reng.
Gambar 2.15. Pemakaian kayu sebagai kolom dan balok muncul di banyak ruang sebagai
penjawab kebutuhan struktur konstruksi sebuah ruang.
Konstruksi atap beberapa diperlihatkan tanpa plafond dan sebagian lain dengan
plafond bambu tutul. Material atap dengan konsep atap dingin dan ringan yaitu dengan
lapisan asbes semen yang disusun seperti sisik ikan dan material plafond bambu tutul. Atap
dengan asbes semen dan lapisan plafond bambu tutul sangat efisien untuk bentuk bangunan
yang dinamis, missal bentuk kapel dome yang melingkar. Asbes semen yang ditata seperti
sisik bahkan menjadi dinding luar bangunan, juga lapisan bambu tutul menjadi lapisan
dinding dalam kapel. Modul 15x15 asbes dan bambu tutul memudahkan pemasangan dari
bangun yang berbentuk dinamis.
commit to user
II - 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.16. Konstruksi
atap asbes semen dengan
sistem jepit seng juga
digunakan sebagai pelapis
dinding luar bangunan.
Gambar 2.17. Plafond bambu tutul geprek menjadi material plafond dominan yang
menciptakan suasana sejuk dan mampu memantulkan cahaya dengan lembut.
Terdapat ornamentasi dengan sistem cetak yang khas di Wisma Salam yaitu
dinding dengan ornamentasi flora fauna. Ornamentasi ini menurut tafsiran saya dibuat
saat plesteran dinding belum kering sempurna dan direkatkan cetakan dengan bentuk
flora fauna dan dikeringkan. Ornamentasi menjadi guratan yang indah dengan
permainan warna cat. Ornamentasi ini dominan digunakan di Gereja St. Theresia yang
terletak di daerah depan kompleks wisma.
commit to user
Gambar 2.18. Guratan dinding berupa ornamentasi flora dan fauna menjadi artikulasi ruang
yang penuh makna.
II - 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.5. Hasil Kajian Tektonika Arsitektur Y.B Mangunwijaya
Hasil penelitian tektonika arsitektur dari studi bangunan Y.B. Mangunwijaya
diambil dari 3 sampel bangunan yang paling mendekati fungsi bangunan rumah tinggal
yaitu Wisma Kuwera di Jogja, Rumah Arief Budiman di Salatiga, dan Wisma Salam di
Magelang. Dari pengamatan secara fisik terhadap struktur konstruksi, penyelesaian
sambungan, unsur pembentuk ruang, pengolahan material dan lingkungan sekitar
bangunan didapat kesimpulan tentang tektonika arsitektur yang muncul dari bangunan
Y.B Mangunwijaya adalah:
2.5.1. Kejujuran Struktur Konstruksi
Kejujuran berarti apa adanya, berlaku benar sehingga segala hal ditunjukkan
dengan terbuka. Kejujuran dalam sistem struktur konstruksi berarti membangun
dengan struktur yang benar dan memperlihatkan dengan terbuka bagaimana
bangunan itu berdiri. Keterbukaan ini menuntut kerja struktur yang benar dan
penyelesaian yang rapih juga bercitra sehingga struktur dapat dinikmati sebagai
keindahan bangunan. Struktur konstruksi bangunan diperlihatkan dengan jujur dari
konstruksi atap tanpa plafond, ekspos genteng, usuk, reng, kuda-kuda dan talang,
lalu konstruksi badan berupa ekspos kolom, balok, dan penyelesaian sambungan,
juga beberapa bagian mengekspos pondasi.
Struktur konstruksi bangunan yang diperlihatkan tersebut membuat penghuni
tahu benar tentang bangunan yang melingkupinya sehingga dalam pertumbuhan atau
renovasi bangunan nantinya, penghuni dapat melakukannya secara mandiri. Hal ini
menumbuhkan pula hubungan yang erat antara manusia dan yang melingkupinya.
Struktur dengan logika sederhana yang diadopsi dari kebenaran-kebenaran alam
menjadi pilihan tepat juga kegiatan mengekspos tekstur material sesuai dengan
fitrahnya semakin mempererat kesatuan manusia dengan alam.
2.5.2. Sistem Konstruksi Ringan
Sistem konstruksi ringan adalah bagaimana mengatasi kebutuhan ruang
dengan keadaan site, material dan potensi sekitar dengan konstruksi yang wajar,
benar, efisien, hemat energi sehingga menjadi ringan. Bangunan menggunakan
commit to
user rumah panggung dengan konstruksi
sistem struktur konstruksi ringan melalui
konsep
atas berupa material ringan seperti kayu, bambu,papan yang dilanjutkan perkuatan
II - 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
massif bagian bawah (kolom beton,bearingwall,pondasi umpak). Sistem konstruksi
ringan dengan bagian bawah bangunan yang lebih berat daripada atas membuat
bangunan lebih stabil dan tahan gempa.
Konstruksi atap menggunakan atap ringan seperti bentuk atap limasan
kampong dan atap segitiga majemuk. Penutup atap berupa genteng tanah liat dan
asbes semen. Atap sbes semen dengan sistem jepit seng menjadi sistem atap ringan
yang menjawab bentuk atap segitiga majemuk. Atap asbes semen sedikit panas
sehingga membutuhkan perlubangan dinding yang lebar di bawah bubungan atap.
Penggunaan konstruksi kayu menggunakan papan kayu ukuran 3/20 yang
ramping sehingga pada aplikasinya membawa kesan ringan dan ekologis karena
menciptakan ruang bernafas bagi balok lantai kayu. Material yang dipakai diolah dan
disusun sesuai dengan fitrahnya dan digunakan sesuai dengan fungsi sehingga efisien.
Dinding bangunan didominasi papan/ board dari kayu lapis, anyaman bambu dan
perlubangan dinding sekaligus ruang pencahayaan dan penghawaan alami.
Ringan juga berarti hemat energi, tahan lama dan berasal dari material yang
dekat dengan lingkungan sehingga cara mendapat dan proses olahan dapat lebih
hemat. Energi dari transportasi material dan bahan dapat ditekan.
2.5.3. Aspek Fisika Bangunan melalui Gugus Bangunan Kecil
Aspek fisika bangunan yang mencakup penghawaan, pencahayaan, struktur
konstruksi, ekologis, struktur tahan gempa adalah langkah mengatasi keadaan alam.
Aspek ini dibutuhkan agar bangunan selaras dengan alam dan segala energinya baik
cahaya matahari, suhu, gerak angin, curah hujan, gerakan tanah juga kelembapan
udara. Eksplorasi alam sekitar site atau lingkungan sangat diperlukan untuk
mengetahui bangunan seperti apa yang selaras dibangun ditempat tersebut.
Bangunan dengan konsep rumah panggung dan terdiri dari beberapa
gugus/massa kecil menjadi pilihan tepat untuk tanah berkontur karena tidak perlu cut
and fill begitu luas. Gugus kecil dan terpisah mengakomodasi gerakan angin dan
cahaya lebih banyak, juga menjadi solusi bagi gempa bumi karena bangunan gugus
kecil yang saling terpisah secara struktur lebih stabil jika terjadi goncangan. Gugus
bangunan kecil efektif untuk tanah dengan eksisting pepohonan atau vegetasi yang
banyak sehingga bangunan dapat tumbuh bersama vegetasi tanpa perlu banyak
commit to user
II - 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memangkas pohon. Mengoptimalkan pepohonan eksisting baik untuk barier panas
dan debu pada bangunan.
2.5.4. Prinsip Lokalitas terhadap Lingkungan Binaan
Bangunan selalu mendasar pada kondisi lingkungan sekitar menyangkut
sumber daya alam, manusia, potensi dan budaya. Sehingga muncul pada keputusan
penggunaan konstruksi beserta materialnya, pemberdayaan tukang dari warga
sekitar, pemilihan bentuk dan citra bangunan. Bangunan mendasarkan diri dengan
budaya dan kebijakan sekitar sehingga bangunan melebur dan harmonis dengan
lingkungan.
Material diambil dari potensi lingkungan sehingga tukang atau ahli yang
mengolah juga warga sekitar, lokalitas ini mampu meningkatkan kinerja warga dan
menumbuhkan keakraban antar manusia. Bangunan juga memiliki ruang bersama
yang mampu mengakomodasi aktivitas bersama warga sekitar, hal ini justru
membuat bangunan terus berdiri dalam waktu yang lama karena warga merasa
saling memiliki.
2.6.
Kriteria Perencanaan dan Perancangan
Hasil kajian teori dan lapangan tentang tektonika arsitektur Y.B Mangunwijaya
menghasilkan empat karakter utama yang akan digunakan dalam perancangan objek
nantinya. Empat karakter tersebut adalah kejujuran struktur, struktur konstruksi ringan, aspek
fisika bangunan dan lokalitas menghasilkan pula kriteria perencanaan dan perancangan
sebagai berikut :
2.6.1
Kriteria Site dan Lingkungan
 Ukuran site yang cukup luas agar memungkinkan bangunan terdiri dari
gugus massa terpisah
 Lahan yang cukup untuk memungkinkan pertumbuhan dan pengembangan
bangunan
 Lahan asri dengan eksisting vegetasi yang beragam dan banyak jumlahnya
commit to user
II - 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.6.2 Kriteria Struktur & Konstruksi
 Struktur konstruksi sebagai pembentuk bangunan, pencipta ruang, citra juga
suasana dan identitas ruang
 Struktur konstruksi menyelesaikan permasalahan site, ruang dan material
 Struktur bekerja dengan benar, efisien dan diperlihatkan dengan jujur
 Penyelesaian sambungan struktur benar dan diperlihatkan dengan jujur
 Struktur menanggapi keadaan sekitar baik kontur, jenis tanah, iklim lokal
dan gempa bumi
 Struktur konstruksi dengan sistem,kesan dan material ringan
 Struktur dapat dikembangkan untuk kemungkinan pertumbuhan penghuni
 Struktur sederhana sehingga dapat dengan mudah dimengerti penghuni jika
terjadi pembenahan dan penambahan
2.6.3 Kriteria Peruangan dan Fungsi
 Bentuk, fungsi dan orientasi peruangan mengikuti analisis lingkungan
 Ruangan ditentukan berdasarkan suasana yang tercipta terhadap lingkungan
sekitar
 Terdapat ruang sosial yang digunakan untuk mewadahi budaya dan
aktivitas bersama masyarakat
2.6.4 Kriteria Pemilihan dan Pengolahan Material
 Material dipilih berdasarkan potensi daerah dan lingkungan, renewable dan
tahan lama
 Semua material diolah sesuai dengan fitrah dan tekstur aslinya
 Mengadopsi budaya atau kebiasaan warga dalam mengolah dan
memberdayakan material sebagai unsur di bangunan
commit to user
II - 19
Download