Analisis Perilaku Konsumen

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Account Management
Modul Standar untuk
digunakan dalam Perkuliahan
di Universitas Mercu Buana
Fakultas
Program Studi
Tatap Muka
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Advertising dan
Marketing
Communication
04
Kode MK
Disusun Oleh
MK
Berliani Ardha, SE, M.Si
Abstract
Kompetensi
Konsep Mind Mappinguntuk analisis
Setelah mempelajari modul ini,
seperti: analisis lingkungan Pemasaran,
diharapkan mahasiswa mampu
SWOT dan PEST, Analisis Competitive
memahami konsep Mind Mapping dan
pemasaran dan Analisis Perilaku
menerapkannya dalam anilis
Konsumen merupakan hal penting yang
pemasaran.
harus di ketahui oleh seorang account
manager dalam menentukan strategi
komunikasi pemasaran.
ISI
Konsep Mind Maping Dalam Penerapan Analisis Pemasaran
ANALISIS DAN IDENTIFIKASI MASALAH
Analisis adalah langkah pertama dari proses perencanaan. Setelah riset, tahap
berikutnya adalah analisis dan ini dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahaan yang
akan menjadi dasar dari program marketing communication. Tanpa memahami inti
permasalahaan anda tidak dapat menyusun suatu program yang meyakinkan atau efektif,
atau yang berhasil menyampaikan tujuan-tujuan komunikasi.
ANALISIS PEST
Teknik yang biasa digunakan dan sangat berguna untuk menganalisis lingkungan eksternal
adalah analisis PEST, PEST membagi lingkungan dalam empat area dan membahas
hamper segala hal yang dapat mempengaruhi organisasi. Empat area tersebut adalah:
Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi.
Pertanyaan- Pertanyaan dasar yang diungkapkan ketika melaksanakan analisis PEST
adalah:

Apa factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi organisasi?

Mana dari factor-faktor tersebut yang paling penting saat ini?

Mana yang akan menjadi factor yang paling penting empat tahun kemudian?
Versi terbaru dan lebih lengkap adalah EPISTLE yaitu, selain empat unsure yg ada di PEST,
pertimbangan yang lain juga diberikan untuk informasi, aspek legal (yang berkaitan dengan
peraturan yanhg berlaku) dan fisik lingkungan (environment) itu sendiri. Informasi adalah
kekuatan. Oleh karena itu , akses terhadap informasi dan ketersediaan informasi menjadi
factor penting bagi organisasi. Kehadiran dan kekuatan dari internet mengakibatkan unsure
ini menjadi sangat kuat.
MENEMUKAN PERMASALAHAN
Analisis PEST dilakukan pada suatu saat tertentu , dimana hal ini seringkali
dilupakan. Analisisnini seharusnyab dilaksanakan untuk situasi saat ini dan untuk situasi
berbeda yang mungkin terjadi di masa mendatang. Maka dalm perencanaanskenario, factor
penggerak yang paling utama diberikan bobot yang berbada dan alternative kemungkinankemungkinan di masa dating disususn bersama dengan rencana tindakan yang akan
dilakukan.
Dengan melaksanakan analisis PEST yang menyeluruh, yang tidak hanya melihat
perkembangan yang terjadi sekrang namun juga dimasa dating organisasi dapat
mengidentifikasi permasalahan yag berpotendi untuk mempengaruhi organisasi dan dapat
melacak permaslahaan tersebut.
Manajemen Permasalahan bekerja dalam dua cara:
1. Mengidentifikasi permaslahaan yang tidak dapat
dikontrol oleh organisasi dan
kemana arah opini public akan bergerak. Oleh karena itu, tidaklah tepat apabila
perusahaan mempertahankan atau mengambil posisi yang menjauh dari pandangan
yang ada saat ini. Adalah aneh apabila suatu organisasi di Negara barat
menyebarkan
pandangan
bahwa
keluarga
besar
harus
didukung
padahal
kekhawatiran utama yang ada saat ini adalah kelebihan penduduk.
2. Mendeteksi permaslahaan yang dapat dijadikan sebagai input dalam debat sehingga
dapat membentuk hasil yang etis dan bermanfaat.
Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merusmuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths)
dan peluang
(opportunities),
namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).1
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis
(strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan
analisis situasi. Model yang paling popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT.
Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal.
Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT.2 Setiap perusahaan
harus mempunyai analisa SWOT yang kuat dan mendalam sehingga bisa mengetahui apa
yang menjadi kenadala atau masalah di dalam dan diluar perusahaan dan segera
memperbaikinya sehingga mampu mencapai target yang ditetapkan dan mampu bersaing
dengan kompetitor. Kekuatan (strength) yang dimiliki harus ditingkatkan, kekurangan
(weakness) harus diminimalisir, peluang (opportunity) harus mampu dijajaki sehingga akan
terus memperluas pasar dan yang terakhir ancaman (threat) dari kompetitor harus bisa
diatasi. Apabila analisa SWOT sudah dikuasai dengan baik, maka dapat memudahkan
1
Rangkuti, Freddy. Analisis Swot, Teknik Membedah Kasus Bisnis. Pt Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009.
Hal. 19
2
Ibid
perusahaan untuk membuat strategi yang tepat sasaran dalam menghadapi persaingan.
Dengan kata lain, dapat di katakan sebagai berikut :
1. S : Strength, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
organisasi atau program saat ini.
2. W : Weakness, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari
organisasi atau program saat ini.
3. O : Opportunity, adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang di luar
organissasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa
depan.
4. T : Threat, adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang
dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi di masa depan.
Setelah melakukan analisis SWOT selanjutnya adalah mamilih satu atau lebih pasar
sasaran dengan cara identifikasi pasar tentang kebutuhan yang belum terpuaskan,
menentukan segmentasi
pasar
(Segmentation),
menyeleksi
pasar
(targeting)
dan
pemosisian perusahaan melalui strategi pemasaran (positioning).
Konsep Strategi
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya konsep
mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan
konsep mengenai strategi selama 30 tahun terakhir, untuk jelasnya dapat dilihat pada
perkembangannya berikut ini (Rangkuti, 2005:3-4).
Menurut Chalder (1962),strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan
dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi
sumber daya. Sementara itu Learned, Christensen, Andrews, dan Guth (1965) menyatakan
bahwa strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian
salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak
ada.
Pada perkembangan selanjutnya Porter (1985) menjelaskan tentang strategi, yaitu
alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing, dan 10 tahun kemudian
Hamel dan Prahalad (1995) juga menyatakan bahwa strategi merupakan tindakan yang
bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan berdasarkan
sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan
demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi”, bukan di
mulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola
konsumen memerlukan kompetisi inti.
Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang
berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut
adalah sebagai berikut (Rangkuti, 2005:5-6):
A. Distinctive competence:
Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih
baik dibandingkan pesaingnya. Suatu perusahaan yang memiliki kekuatan yang tidak
mudah ditiru oleh perusahaan pesaing dipandang sebagai perusahaan yang memiliki
“distinctive competence”. Distinctive competence menjelaskan kemampuan spesifik
suatu organisasi. Day dan Wensley (1988) mengemukakan ada dua identifikasi
distinctive competence dalam suatu organisasi, yaitu:
a. Keahlian tenaga kerja
b. Kemampuan sumber daya
Dua faktor tersebut menyebabkan perusahaan ini dapat lebih unggul dibandingkan
dengan pesaingnya. Keahlian sumber daya manusia yang tinggi muncul dari
kemampuan membentuk fungsi khusus yang lebih efektif dibanding dengan pesaing.
B. Competitive advantage:
Kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul
dibandingkan dengan pesaingnya. Keunggulan bersaing disebabkan oleh pilihan
strategi yang dilakukan perusahaan untuk merebut peluang pasar. Ada tiga strategi
yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggukan bersaing yang
dinyatakan oleh Porter (1992), yaitu:
1) Cost leadership
2) Diferensiasi
3) Fokus
Perusahaan dapat memperoleh keunggulan bersaing yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pesaingnya jika dia dapat memberikan harga jual yang lebih
murah dari pada harga yang diberikan oleh pesaingnya dengan nilai/kualitas produk
yang sama. Perusahaan juga dapat melakukan strategi diferensiasi dengan
menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu pada konsumennya, misalnya persepsi
terhadap keunggulan kinerja produk, pelayanan yang lebih
baik. Selain itu strategi fokus juga dapat diterapkan untuk memperoleh keunggulan
bersaing sesuai dengan segmentasi dan pasar sasaran yang diharapkan.
Analisis Perilaku Konsumen
Perilaku Konsumen merupakan suatu tindakan yang tunjukkan oleh konsumen
dalam hal mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang
mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Dalam arti lain perilaku ditunjukkan,
yakni bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas seperti
uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan/ menukarkan dengan barang atau jasa yang
diinginkannya.
Analisis tentang berbagai faktor yang berdampak pada perilaku konsumen menjadi
dasar dalam pengembangan strategi komunikasi pemasaran. Untuk itu komunikasi
pemasaran wajib memahami konsumen, seperti apa yang dibutuhkan, apa seleranya, dan
bagaimana konsumen mengambil keputusan
Menurut Mowen (2002) bahwa, “perilaku
konsumen (consumer behaviour) didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying
units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan
barang, jasa, pengalaman serta ide-ide”.
Sedangkan menurut Kotler (2007) bahwa, “perilaku konsumen merupakan studi
tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan
memposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan mereka”.
The American Marketing Association dalam Setiadi (2003) menyatakan bahwa
perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi & kognisi, perilaku, dan
lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.
Dari definisi tersebut terdapat 3 (tiga) ide penting perilaku konsumen, yaitu :
1. Perilaku konsumen bersifat dinamis. Itu berarti bahwa perilaku seorang konsumen,
grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang
waktu.
2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara afeksi (perasaan) dan kognisi
(pemikiran), perilaku dan kejadian di sekitar.
3. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, karena itu peran pemasaran adalah
untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan
strategi pemasaran.
Peter dan Olson (1999) dalam Simamora (2003) menyatakan bahwa perilaku konsumen
adalah soal keputusan. Lebih jauh lagi, keputusan adalah soal pilihan. Untuk lebih jelasnya
mereka menyatakan bahwa keputusan meliputi suatu pilihan “antara dua atau lebih alternatif
tindakan atau perilaku”.
Solomon (2003) menyatakan bahwa, “consumer behavior is the process involved
when individuals or groups selest, purchase, use, and dispose of goods, services, ideas, or
experiences to satisfy their needs and desires”. Yang dapat diartikan bahwa perilaku
konsumen merupakan suatu proses yang melibatkan seseorang ataupun suatu kelompok
untuk memilih, membeli, menggunakan dan memanfaatkan barang-barang, pelayanan, ide,
ataupun pengalan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Kotler (2007) mengatakan bahwa, “perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis”.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut
1. Faktor Budaya. Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku
pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar.
Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan
identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup
kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. Pada dasarnya, semua
masyarakat manusia memiliki stratifikasi sosial. Stratifikasi lebih sering ditemukan
dalam bentuk kelas sosial, pembagian masyarakat yang relatif homogen dan
permanen, yang tersusun secara hirarkis dan yang para anggotanya menganut nilai,
minat, dan perilaku serupa. Kelas sosial memiliki beberapa ciri. Pertama, orangorang didalam kelas sosial yang sama cenderung berperilaku lebih seragam
daripada orang-orang dari dua kelas sosial yang berbeda. Kedua, orang merasa
dirinya menempati posisi inferior atau superior dikelas sosial mereka. Ketiga, kelas
sosial
ditandai
oleh
sekumpulan
variabel-seperti
pekerjaan,
penghasilan,
kesejahteraan, pendidikan, dan orientasi nilai-bukannya satu variabel. Keempat,
individu dapat pindah dari satu tangga ke tangga lain pada kelas sosialnya selama
masa hidup mereka.
Besarnya mobilitas itu berbeda-beda, tergantung pada seberapa kaku stratifikasi
sosial dalam masyarakat tertentu.
2. Faktor sosial. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti
kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan membuat
seseorang menjalani perilaku dan gaya hidup baru dan memengaruhi perilaku serta
konsep pribadi seseorang, kelompok acuan menuntut orang untuk mengikuti
kebiasaan kelompok sehingga dapat mempengaruhi pilihan seseorang akan produk
dan merek aktual. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung
seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik, dan
ekonomi serta ambisi, pribadi, harga diri dan cinta. Kedudukan orang itu dimasingmasing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi
kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran
menghasilkan status.
3. Faktor pribadi. Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.
Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan,
keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta nilai dan gaya hidup pembeli.
4. Faktor psikologi. Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik
konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian.
Empat proses psikologis penting-motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memorisecara fundamental mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap berbagai
rangsangan pemasaran.
Menurut Wilkie (1986) menyatakan bahwa perilaku konsumen itu dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Yang disebut internal antara lain: usia, pekerjaan, gaya hidup,
kepribadian, motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan sikap. Sedangkan faktor eksternal
antara lain: budaya, keluarga, kelompok acuan, kondisi lingkungan, kegiatan pemasaran
perusahaan dan situasi.
Tipe Perilaku Keputusan Konsumen
Menurut Assael dalam Simamora (2003) bahwa ada 4 (empat) tipe perilaku
pembelian konsumen berdasarkan pada tingkat keterlibatan pembeli dan perbedaan
diantara merek sebagai berikut:
1. Perilaku Membeli yang rumit (Complex Buying Behavior).
Perilaku membeli yang rumit akan menimbulkan keterlibatan yang tinggi dalam
pembelian dan menyadari adanya perbedaan yang jelas diantara merek-merek yang
ada. Perilaku membeli ini terjadi pada waktu membeli produk-produk yang mahal,
tidak sering dibeli, beresiko dan dapat mencerminkan diri pembelinya, seperti mobil,
televisi, pakaian, jam tangan, komputer pribadi dan lainnya. Biasanya konsumen
tidak tahu banyak tentang kategori produk dan harus belajar untuk mengetahuinya.
2. Perilaku Membeli untuk mengurangi keragu-raguan (Dissonace Reducing
Buying Behavior).
Perilaku membeli ini terjadi untuk pembelian produk itu mahal, tidak sering dilakukan,
beresiko, dan membeli secara relatif cepat karena perbedaan merek tidak terlihat.
Contohnya karpet, keramik, pipa PVC dan lain-lain. Pembeli biasanya mempunyai
respons terhadap harga atau kenyamanan.
3. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan (Habitual Buying Behavior).
Konsumen membeli produk secara berulang bukan karena merek produk, tetapi
karena mereka sudah mengenal produk tersebut. Setelah membeli, mereka tidak
mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk tersebut karena mereka
tidak terlibat dengan produk. Perilaku ini biasanya terjadi pada produk-produk seperti
gula, garam, air mineral dalam kemasan, deterjen dan lain-lain.
4. Perilaku pembeli yang mencari keragaman (Variety Seeking Buying Behavior).
Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan. Jadi
merek dalam perilaku ini bukan merupakan sesuatu yang mutlak. Perilaku demikian
biasanya terjadi pada produk-produk yang sering dibeli, harga murah dan konsumen
sering mencoba merek-merek baru.
Tahapan-tahapan dalam Proses Keputusan Pembelian
Kotler (2007) mengatakan bahwa, “para konsumen melewati lima tahap :
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku
pasca pembelian. Jelaslah bahwa proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual
dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu”.
Kotler (2007), penjelasan secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengenalan masalah. Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah
atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau
eksternal.
Pencarian Informasi. Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong
untuk mencari informasi yang lebih banyak. Situasi pencarian informasi yang lebih
ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level ini, orang hanya sekedar lebih
peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin mulai
aktif mencari informasi: mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi
toko untuk mempelajari produk tertentu. Melalui pengumpulan informasi, konsumen
tersebut mempelajari merek-merek yang bersaing beserta fitur-fitur merek tersebut.
2. Evaluasi alternatif. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model
terbaru yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang
berorientasi kognitif. Model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian
atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar akan
membantu kita memahami proses evaluasi konsumen.
a. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan.
b. Kedua, konsumen mencari manfaat terntentu dari solusi produk.
c. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan
atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat
yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.
3. Keputusan Pembelian. Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi
terhadap merek-merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen juga
membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai.
4. Perilaku sesudah pembelian. Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami
ketidaksesuaian karena memperhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau
mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga
terhadap informasi yang mendukung keputusannya.
Menurut
Kotler (2007)
bahwa,
“Para konsumen membetuk harapan mereka
berdasarkan pesan yang diterima dari para penjual, teman dan sumber-sumber informasi
lain. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja, semakin besar ketidakpuasan
konsumen. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pelanggan akan kecewa, jika
ternyata sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas, jika melebihi harapan, pembeli akan
sangat puas”.
Daftar Pustaka
Agustrijanto. Copywriting : Seni Mengasah Kreativitas dan Memahami
Bahasa Iklan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001
Belch, George E. & Michael A. Belch, Advertising & Promotion ; An Integrated
Marketing Communication Perspectives, Fifth Edition, Irwin/Graw Hill, New
York, 2001
Duncan, Tom.(2005) Advertising & IMC, 2nd Ed., McGraw-Hill
Kasali, Rhenaldi, Manajemen Periklanan ; Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia, Jakarta : PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007
Kasali, Rhenaldi, Membidik Pasar Indonesia ; Segmentasi, Targeting dan
Positioning, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001
Lee, Monle & Carla Johnson, Prinsip – Prinsip Pokok Periklanan Dalam
Perspektif Global, Jakarta : Kencana, 2011
M. Suyanto, Aplikasi Desain Grafis Untuk Periklanan, Yogyakarta : ANDI,
2004
Morissan, Periklanan ; Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, 2012
Rangkuti, Freddy, Strategi Promosi Yang Kreatif & Analisis Kasus IMC, PT
Gramedia Pustaka Utama, 2009
Richarrd J. Semenik (2002), Promotion and Integrated Marketing
Communications, South-Western,5101 Madison Road, Ohio
Rohim, Syaiful, Teori Komunikasi ; Perspektif, Ragam & Aplikasi, Jakarta :
Rineka Cipta, 2009
Shimp, a Terennce (2003) , Advertising and promotion & supplemental
aspects of integrated communications, sixth edition, thomson southwestern.Ohio
Shimp, Terence A, Periklanan & Promosi Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Terpadu, Jilid II Edisi ke 5, University of South Carolina,
Erlangga, 2000
Sunyoto, Danang. Dasar – Dasar Manajemen Pemasaran : Konsep, Strategi
dan Kasus, Yogyakarta : CAPS, 2013
Tjiptono, Fandy, Strategi Pemasaran Edisi III, Yogyakarta : ANDI, 2008
Download