dampak pelemahan rupiah atas dollar amerika dan - E

advertisement
DAMPAK PELEMAHAN RUPIAH ATAS DOLLAR AMERIKA
DAN DEVALUASI YUAN TIONGKOK TERHADAP IHSG DAN
BEBERAPA INDEKS SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA
Mochamad Taufiq1 dan Sam’ani2
STIE Dharmaputra
Jl. Pamularsih Raya No. 16 Semarang 50148 Telp. 024-7601410
Email: [email protected]
Email: [email protected]
Sutopo3
STIE Dharmaputra
Jl Pamularsih 16 Semarang
Email: [email protected]
Abstrak
Nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika terus melemah cukup tajam bahkan
sampai dengan 15 Sept 2015 telah menembus angka Rp 14,371 per 1 Dollar
Amerika. Semestinya kondisi ini dapat meningkatkan ekspor, namun yang terjadi
nilai ekspor juga menurun dan defisit perdagangan semakin meningkat, hal ini
mengindikasikan kondisi perekonomian yang tidak sehat,dan kondisi ini akan
direfleksikan dalam pasar modal sebagai pergerakan indeks harga saham yang tidak
menguntungkan. Penelitian ini menganalisis pengaruh pelemahan rupiah dan
devaluasi yuan terhadap indeks harga saham di BEI. Sampel penelitian meliputi data
kurs Dollar Amerika, kurs Yuan Tiongkok, IHSG, indeks harga saham manufaktur ,
perbankan dan LQ-45 dari tanggal 1 Juli hingga 15 September 2015. Analisis
menggunakan metoda regresi berganda dengan hasil: 1) Kurs Dollar Amerika
berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG, deks harga saham manufaktur ,
perbankan dan LQ-45 2) Kurs Yuan Tiongkok tidak berpengaruh signifikan terhadap
IHSG, indeks harga saham manufaktur , perbankan dan LQ-45. Besarnya dampak
pelemahan Rupiah terhadap indeks harga saham secara peringkat adalah pertama
dampak pelemahan Rupiah terhadap IHSG (b = -0,336), kedua terhadap indeks
manufaktur (b= -0,097), ketiga terhadap indeks LQ-45 (b= -0,062), dan keempat
terhadap indeks perbankan (b= -0,034)
Kata kunci : Kurs Dollar Amerika, kurs Yuan Tiongkok, IHSG, indeks harga saham
manufaktur , perbankan dan LQ-45
.
Abstract
Rupiah exchange rate against the US dollar continues to weaken quite sharply even up to
15 Sept 2015 has already exceeded Rp14,371 per 1 US dollar. This condition should be
able to increase exports, but that happens the value of exports also declined and the trade
deficit is increasing, this indicates an unhealthy condition of the economy, and this will be
reflected in the capital market as the movement of the stock price index unprofitable. This
study analyzed the effect of the weakening rupiah and the devaluation of the yuan against
the stock price index at IDX. The research sample includes a data rate of the US dollar,
the Chinese Yuan exchange rate, composite stock price index, stock price index of
manufacturing, banking and LQ-45 from 1 July to 15 September 2015. The analysis uses
multiple regression method with the results: 1) Exchange rate US Dollar significant
negative effect on composite stock price index, the stock price index of manufacturing,
banking and LQ-45 2) Exchange rate Chinese Yuan no significant effect on composite
stock price index, stock price index of manufacturing, banking and LQ-45. The magnitude
of the impact of the weakening of the rupiah against the composite stock price index is
ranked first (b= -0.336), second of the manufacturing index (b= -0.097), third of the
LQ-45 index (b= -0.062), and fourth of the banking index (b= -0.034)
Keyword: Exchange rate of the US dollar, the Chinese Yuan exchange rate, composite
stock price index, stock price index of manufacturing, banking and LQ-45
kemudian diikuti
1. Latar Belakang Masalah
Globalisasi dunia berdampak luas
tidak
hanya
pada
hubungan
kawasan
disebabkan
negara-negara di
Asia Tenggara. Hal ini
eratnya akibat hubungan
perdagangan antar negara tetapi juga
perdagangan antar negara di kawasan
pada kondisi perekonomian negara
-
tersebut. Krisis ini memberi tekanan
seluruh
dunia.Adanya
pada nilai mata uang Thailand ( Bath )
perubahan di suatu
negara bisa
negara
di
yang
kemudian
juga
diikuti
oleh
berdampak pada negara lain. Sejarah
melemahnya mata uang regional yang
mencatat terjadinya krisis ekonomi di
lain seperti Ringgit Malaysia , Dollar
Indonesia
Singapura, Peso Filipina, dan Rupiah.
dan
negara-negara
di
kawasan Asia Tenggara lainnya. Pada
Masa
awal
krisis
melanda
awalnya krisis ekonomi dialami oleh
Indonesia, nilai mata uang Rupiah yang
Thailand pada pertengahan tahun 1997,
sebelumnya berkisar Rp. 2.000 per US $
1 melemah hingga mencapai nilai di atas
ini disebabkan adanya pelemahan mata
Rp 10.000 per US $ 1, dan nilai Rupiah
uang Rupiah atas Dollar Amerika.
ini terus berfluktuasi
Pelemahan mata uang
dari bulan ke
Rupiah terjadi
bulan. Keadaan ini memberikan tekanan
akibat tak langsung adanya kebijakan
yang sangat kuat bagi perekonomian
devaluasi Yuan oleh pemerintah Tiongkok
Indonesia. Dampak yang sangat besar
pada 11 Agustus 2015. Sebelum devaluasi
dirasakan oleh para pelaku bisnis yang
1 Dollar Amerika senilai 6,229 namun
selama ini sangat tergantung pada mata
setelah devaluasi
uang asing. Hal ini dapat dilihat dari
senilai 6,450 Yuan. Penurunan nilai yuan
menurunnya
atas Dollar Amerika juga menyeret nilai
Indeks
Harga
Gabungan (IHSG) secra
Saham
tajam
dari
1 Dollar Amerika
mata uang negara Asia lainnya, seperti
bulan ke bulan yaitu dari angka tertinggi
ringgit
785 pada pertengahan tahun 1997
menyentuh titik terendah sejak 17 tahun
menurun
lalu
menjadi
339
pada
15
Malaysia
(CNN
dan
rupiah
Indonesia,
yang
13/08/2015).
Desember 1997 dan terus menurun
Dampak terparah atas devaluasi Yuan
menjadi 275 pada 25 September 1998
adalah negara Kazakhstan dan 10
(Prabowo, 2008). Kondisi ini terus
negara lain bekas Uni Soviet di Asia
berlanjut
menyebabkan
Tengah . Sebab, negara – negara
terjadinya kerugian yang besar hingga
tersebut tak hanya kena efek devaluasi
kebangkrutan
juga
sehingga
banyak
perusahaan.
harus
menghadapi
pelemahan
Bahkan secara tak langsung krisis
Rubel Rusia (Tribunnews. Com,
ekonomi ini mengakibatkan jatuhnya
/2015 ).
pemerintahan presiden Suharto pada
pertengahan tahun 1998.
Pada
tahun
2015
ini pemerintahan Presiden
menyatakan
20/08
Adanya pelemahan mata uang
Rupiah atas Dollar Amerika.tersebut
sekarang
membuat para pelaku bisnis sangat
Jokowi
mempertimbangkan risiko nilai tukar.
bahwa pertumbuhan
ekonomi mengalami perlambatan. Hal
Risiko
ini
timbul
akibat
adanya
ketidakpastian akan besarnya nilai tukar
mata uang asing
sehingga dengan
analisis
regresi
tersebut dirancang
berfluktuasinya nilai tukar tersebut
untuk
maka akan dapat mempengaruhi kinerja
nilai tukar secara individual memiliki
perusahaan (Kuncoro, 2001). Telah
pengaruh terhadap perubahan harga
banyak ditemukan metode peramalan
saham perusahaan.
nilai tukar akan tetapi besar pula
Banyak
kemungkinannya
prediksi
menentukan apakah perubahan
penelitian
mengenai
didapatkan
hasil
pengaruh fluktuasi nilai tukar / kurs
tidak
tepat.
terhadap
yang
harga saham telah dilakukan
Ketidaktepatan hasil prediksi ini terjadi
dengan
karena
Penelitian yang dilakukan oleh Abdalla
banyaknya
faktor
yang
mempengaruhi nilai tukar itu sendiri
&
sehingga
tidak
hasil
Murinde
yang
(1997)
berbeda-beda..
menunjukkan
mudah
bagi
adanya pengaruh negatif dan signifikan
metode-metode
peramalan
untuk
fluktuasi nilai tukar terhadap harga
memasukkannya
dalam
perhitungan
saham perusahaan – perusahaan di India
mengingat tidak semua faktor dapat
, Pakistan, Korea
dikuantifikasikan.
Kemudian
Salah satu cara yang dapat
dilakukan
perusahaan
Wu
dan
Filipina.
(2001)
dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa kurs
dalam
berpengaruh negatif dan signifikan
mengantisipasi risiko akibat adanya
terhadap harga saham di Singapura.
ketidakpastian adalah dengan mengukur
Demikian juga penelitian Chan et al
seberapa besar perusahaan trepengaruh
(2002)
oleh kondisi ketidakpastian tersebut
berpengaruh negatif dan signifikan
melalui pengukuran yang menggunakan
terhadap harga saham industri farmasi
metode analisis
regresi. Analisis
di Amerika. Sebaliknya hasil penelitian
regresi ini akan mengukur seberapa
Thobarry (2009) menunjukkan bahwa
besar perubahan nilai tukar terhadap
variabel nilai tukar memiliki pengaruh
perubahan harga saham perusahaan.
positif dan signifikan
(Kuncoro, 2001). Jadi, dalam hal ini
harga saham sektor property di Bursa
menunjukkan
bahwa
kurs
terhadap indeks
Efek Indonesia ( BEI). Hasil penelitian
Menurut Basri (2002) ,
Hua (2010) juga menunjukkan bahwa
satu
adanya korelasi atau hubungan yang
menghadang gerak maju perekonomian
kuat dan signifikan antara kurs harga
Indonesia
saham perusahaan di China.
kepercayaan (trust) merintah terhadap
Hasil
penelitian yang berbeda
akar masalahan
salah
utama yang
adalah
merosotnya
pemerintah. Variabel yang
paling
ditemukan oleh Jorion (1990) yang
sensitif terhadap hal ini adalah nilai
mengindikasikan
tukar
kurs
tidak
rupiah dan IHSG. Maka tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga
mengherankan jika hingga saat
saham perusahaan multinasional di
variabel tersebut menjadi pusat perhatian.
Amerika. Demikian juga penelitian
Berikut
Nasir
perkembangan nilai kurs, IHSG, Indeks
&
menemukan
Mirza
(2013)
bahwa
yang
kurs tidak
berpengaruh signifikan terhadap return
Harga
ini
ditampilkan
Saham
Sektoral
(
ini
data
industri
manufaktur dan perbankan), serta LQ 45.
saham industri perbankan di BEI.
Tabel 1 : Perkembangan Kurs Dan Indeks Harga Saham Di BEI (Juli-September 2015)
Bulan
Kurs
Kurs
IHSG
Manufaktur Perbankan
LQ 45
Dollar
Yuan
13.481
2.204 4.802,53 1.212,83
676,85
813,09
Juli
Agustus
14.027
2.195
4.509,61
1.124,47
673,34
757,07
September
(tanggal 15)
14.371
2.257
4.347,16
1.114,72
632,24
732,62
Sumber : IDX dan bi go.id, 2015
Tabel di atas menununjukkan adanya
manufaktur
kenaikan kurs (Rupiah terhadap Dollar
indeks harga saham unggulan LQ 45.
Amerika
kurun
dan Yuan Tiongkok ) dalam
waktu
1
Juli
hingga
15
dan perbankan
serta
Mengacu pada uraian di atas
maka
perlu
dilakukan
penelitian
September 2015 berdampak terhadap
mengenai kurs (Rupiah terhadap Dollar
penurunan IHSG, indeks harga saham
dan Yuan ) dan dampaknya terhadap
IHSG, indeks harga saham manufaktur
umum
dan perbankan) serta saham unggulan
eksposur ekonomi adalah:
LQ 45 dan judul penelitian yang
a. Penjualan lokal (dibanding produk
diambil adalah :” Dampak Pelemahan
Rupiah Atas Dollar Amerika
Devaluasi
Dan
Yuan Tiongkok Terhadap
IHSG Dan Beberapa Indeks Saham Di
Bursa Efek Indonesia “
yang
merupakan
subyek
luar negeri dalam pasar lokal)
b. Ekspor perusahaan yang didominasi
dalam valuta lokal
c. Ekspor perusahaan yang didominasi
dalam valuta asing
d. Suku bunga yang diterima dari
investasi asing
e. Bahan baku impor perusahaan yang
2. Landasan Teori
didominasi dalam valuta lokal
2.1. Eksposur Ekonomi
Menurut Madura (1989) dalam
Kuncoro (2001) menyatakan bahwa
dalam present value dari arus kas masa
depan
sebuah
perusahaan
yang
f. Bahan baku impor perusahaan yang
didominasi dalam valuta asing
g. Suku bunga yang terhutang dari dana
luar negeri yang dipinjam
dipengaruhi oleh fluktuasi nilal tukar
yang
disebut
dengan eksposur
Shapiro ( 1992) dalam Kuncoro
(2001)
menyimpulkan
bahwa
ekonomi (economic exposure) terhadap
determinan utama dari risiko nilai tukar
nilai
sebuah perusahaan multinasional adalah
tukar.
Sebagaimana
telah
disinggung di atas, eksposur ekonomi
proporsi
penjualan
mengukur seberapa jauh nilai sekarang
intensitas
kompetisi
dari aliran kas di masa mendatang
tingkat substitusi faktor-faktor produksi
dipengaruhi oleh fluktuasi valuta asing
dalam
(valas ). Akan tetapi pengaruh fluktuasi
perusahaan
nilai
sebuah
memiliki penjualan di luar negeri atau
perusahaan tidak selalu disebabkan oleh
bahkan investasi langsung di luar negeri
tukar atas arus
kas
transaksi valuta. Beberapa variabel
dan
luar
luar
negeri,
domestik,
dan
negeri.
Sebuah
multinasional
yang
oleh karenanya akan sangat terekspos
didefinisikan
oleh risiko nilai tukar ini.
persamaan regresi yang menhubungkan
Eksposur ekonomi ini tidak
hanya
mempengaruhi
sebagai
lereng
dari
perubahan dalam nilai mata uang
perusahaan
domestik riil dan asset, kewajiban atau
Perusahaan
pendapatan operasi terhadap perubahan
domestik murni juga dapat dipengaruhi
kurs yang tak terantisipasi. Hal ini
oleh eksposur ini. Hal ini bisa terjadi
menunjukkan pengukuran eksposur bisa
jika perusahaan-perusahaan asing ikut
dilakukan dengan analisis regresi.
multinasional
saja.
beroperasi dalam pasar domestik karena
perusahaan
lokal
harus
bersaiang
2.2. Nilai Tukar (Kurs)
dengan perusahaan asing tersebut dalam
Nilai tukar (kurs) adalah harga
merebut pasar. Jika mata uang asing
dalam negeri dari uang luar negeri
mengalami depresiasi maka perusahaan
(asing). Suatu kenaikan kurs tukar
asing dapat menjual produknya dengan
disebut depresiasi atau pengurangan
harga yang lebih rendah dari pada
nilai mata uang dalam negeri dalam
perusahaan
itulah
hubungannya dengan mata uang asing,
perusahaan domestik dalam kasus ini
sedangkan penurunan kurs tukar disebut
secara
apresiasi atau kenaikan nilai mata uang
tidak
lokal.
Karena
langsung
menghadapi
eksposur ekonomi.
dalam
negeri
dalam
hubungannya
a. Pengukuran Eksposur Ekonomi
dengan mata uang asing. (Siamat,
Pengukuran eksposur ekonomi
1999). Kebijakan nilai tukar mata uang
menurut Kuncoro (2001 ) secara umum
besar pengaruhnya terhadap kegiatan
dapat dilakukan dengan dua metode,
transaksi
yaitu (1) sensitivitas penerimaan dan
perusahaan yang
biaya terhadap pergerakan kurs, (2)
impor dan yang berorientasi pada pasar
analisis regresi terhadap data aliran kas
luar negeri . Hal ini dapat terjadi karena
dari kurs. Levi (2000) mengemukakan
besarnya
bahwa eksposur valuta asing dapat
mempengaruhi
perusahaan.
terutama
tergantung pada
nilai
harga
tukar
barang
akan
yang
diperdagangkan, sekaligus berpengaruh
dengan mata uang negara lain adalah
terhadap besarnya investasi.
tingkat infllasi.
Ada
beberapa faktor
yang
c. Tingkat Bunga
dapat menentukan besarnya nilai tukar
Faktor
ketiga
yang
berpengaruh
yaitu transaksi ekspor dan impor,
terhadap nilai tukar adalah tingkat
tingkat inflasi, tingkat bunga dan
bunga . Tingkat bunga deposito secara
harapan pasar . Berikut ini akan
teoritis
dijelaskan keempat faktor penentu nilai
keuntungan riil ditambah dengan
tukar.
tingkat keuntungan premi resiko.
a. Transaksi Ekspor dan Impor
Yang dimaksud dengan hal premi
mencerminkan
Faktor pertama adalah transaksi ekspor
risiko
dan impor antar negara. Seperti halnya
untuk menutup resiko seperti halnya
komoditi lainnya, mata uang pada
risiko inflasi, risiko likuiditas dan
dasarnya
dapat
dianggap
resiko – resiko lainya.
komoditi
selain
alat
sebagai
adalah
tingkat
tingkat
keuntungan
pembayaran.
Dengan demikian harga atau daya beli
atau nilai tukar satu mata uang terhadap
d. Harapan Pasar
mata uang negara lain ditentukan oleh
Faktor keempat adalah pengharapan
hukum
kekuatan
pasar atau market expectation atau
permintaan dan penawaran. Oleh sebab
kondisi pasar di masa datang .
itu perlu untuk memahami faktor apa
Apabila pasar berpengharapan inflasi
yang mempengaruhi permintaan dan
akan tinggi di masa datang, maka
penawaran
pemilik
pasar
melalui
satu
mata
uang.
modal
akan
segera
(Sartono,2001).
membelanjakan uangnya baik untuk
b. Tingkat Inflasi
barang – barang yang diperkirakan
Faktor kedua yang mempengarui
akan mengalami kenaikan harga
nilai tukar mata uang suatu negara
ataupun
untuk
dibelanjakan
/
ditukarkan dalam bentuk mata uang
tetap yang dibayarkan setiap kuartal dan
lain yang nilainya stabil.
dinyatakan dalam bentuk rupiah atau
prosentase
2.3. Saham Dan Indeks Saham
saham (stocks) adaah surat bukti atau
tanda kepemilikan bagi modal pada
suatu perusahaan terbatas. Saham dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan
atau pemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas. Wujud saham adalah, selembar
yang
menerangkan
bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat
berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan
oleh
seberapa
penyertaan
yang
ditanamkan
besar
di
perusahaan tersebut (Darmajdi , 2001)
Jenis saham dibedakan menjadi
dua yaitu saham biasa dan saham
preferen. Saham biasa (common stocks),
didefinisikan sebagai tanda penyertaan
atau
badan
pemilihan
dalam
seseorang
suatu
nilai
nominal
saham ( Sunariyah , 2004).
Menurut Sunariyah ( 2004),
kertas
terhadap
atau
perusahaan.
Saham preferen (preferred stocks),
didefinisikan saham yang memberikan
pendapatan tetap dalam bentuk deviden
a. Indek Harga Saham Gabungan
Bila
saham
perusahaan
telah
dicatatkan di bursa efek, maka saham
tersebut
dengan
sendirinya
akan
menjadi perhatian bagi para pelaku
pasar modal, terjadinya transaksi jual
beli dan naik turunnya harga akan
menyemarakkan kegiatan pasar modal.
Berbagai media akan melaksanakan
pemantauan terhadap saham tersebut
dan juga memuat berita tentang indeks
harga yang terjadi. Selain harga saham
suatu perusahaan tertentu, salah satu hal
lain yang menjadi perhatian pelaku
pasar modal adalah Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
IHSG
menggambarkan
suatu
rangkain informasi historis mengenai
pergerakan harga saham gabungan,
sampai pada tanggal tertentu. Biasanya
pergerakan
harga
saham
tersebut
disajikan setiap hari berdasarkan harga
penutupan di bursa efek pada hari
tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk
periode tertentu . IHSG mencerminkan
Selain IHSG
di Bursa Efek
suatu nilai yang berfungsi sebagai
Jakarta ( BEJ) terdapat 4 jenis indeks
pengukuran
lainnya yaitu ( Darmadji, 2001 ) :
kinerja
suatu
saham
gabungan di bursa efek. Maksud dari
1) Indeks
Harga
Saham
Individual
gabungan itu sendiri adalah kinerja
(IHSI), menggunakan indeks harga
saham
masing-masing
yang
dimasukkan
dalan
saham
terhadap
perhitungan lebih dari satu, bahkan
harga dasarnya. Perhitungan Indeks
seluruh saham yang tercatat di bursa
ini
efek tersebut ( Sunariyah , 2004). Indeks
sama dengan IHSG, yaitu Harga
Harga Saham Gabungan atau IHSG
Pasar/Harga
(Composite
Index),
BEJ memberi angka dasar IHSI 100
menggunakan semua saham yang tercatat
ketika saham diluncurkan pada pasar
sebagai komponen penghitungan indeks.
perdana dan berubah sesuai dengan
Tanggal 10 Agustus 1982 ditetapkan
perubahan pasar.
Stock
Price
sebagai hari dasar (nilai Indeks = 100).
Indeks harga saham setiap hari
menggunakan
2) Indeks
prinsip
Dasar
Harga
yang
x
Saham
100.
Sektoral,
menggunakan semua saham yang
dihitung menggunakan harga saham
termasuk
terakhir yang terjadi di bursa. Dua
sektor yang meliputi:
macam indeks yang digunakan di Bursa
a) Sektor-sektor primer (ekstraktif)
Efek Jakarta adalah Indeks Harga
:
dalam
masing-masing
Pertanian dan Pertambangan
Saham Individual yang menerminkan
b) Sektor-sektor sekunder (industri
perkembangan harga suatu saham dan
manufaktur) : Industri Dasar dan
Indeks Harga Saham Gabungan yang
Kimia,
mencerminkan
Industri Barang Konsumsi
perkembangan
pasar
secara keseluruhan. Harga saham yang
digunakan dalam perhitungan indeks
Aneka
Industri
dan
c) Sektor-sektor Tersier (jasa) :
Properti
dan
Real
Estate,
Transportasi dan Infranstruktur ,
b. Indeks Harga Saham Lainnya
Keuangan
serta
Perdagangan,
Jasa dan Investasi
a) Usaha perjudian dan permainan
yang
3) Indeks LQ 45, menggunakan 45
saham yang terpilih berdasarkan
tergolong
judi
atau
perdagangan yang dilarang.
b) Usaha
lembaga
keuangan
likuiditas perdagangan saham dan
konvensional (ribawi) termasuk
disesuaikan
perbankan
setiap
enam
bulan
(setiap awal bulan Februari dan
Agustus). Dengan demikian saham
dan
asuransi
konvensional.
c) Usaha
yang
memproduksi,
yang terdapat dalam indeks tersebut
mendistribusi
akan selalu berubah.
memperdagangkan makanan dan
4) Indeks Syariah atau JII (Jakarta
Islamic Index). JII merupakan indeks
serta
minuman yang tergolong haram.
1) Usaha
yang
memproduksi,
terakhir yang dikembangkan oleh
mendistribusi
dan/atau
BEJ bekerja sama dengan Danareksa
menyediakan
barang-barang
Investment Management. Indeks ini
ataupun
merupakan
indeks
moral dan bersifat mudarat.
mengakomodasi
syariat
dalam
Islam
atau
yang
investasi
indeks
yang
jasa
yang
merusak
c. Faktor Penentu Harga Saham
Ada
beberapa
variabel
kata
mempengaruhi harga saham antara lain
dimasukkan
dalam
indeks
saham-saham
ini
yang
yang
atau
berdasarkan syariah Islam. Dengan
lain,
ekonomi
faktor
dapat
(Sunariyah, 2004) :
memenuhi kriteria investasi dalam
syariat Islam. Saham-saham yang
masuk dalam indeks syariah adalah
1) Pertumbuhan GDP
emiten yang kegiatan usahanya tidak
Meningkatnya GDP atau PDB akan
bertentangan dengan syariah seperti :
berengaruh
positif
terhadap
pendapatan konsumen karena dapat
meningkatkan permintaan terhadap
produk perusahaan, hal ini akan
(ceteris paribus) maka profitabilitas
memberikan optimisme yang tinggi
perusahaan akan menurun. Tingkat
dan juga memacu sentimen pasar
bunga yang tinggi adalah signal
sehingga mempunyai pengaruh yang
negatif bagi harga saham.
positif terhadap pasar saham /ekuitas
2) Pertumbuhan Produksi Industri
5) Nilai Tukar
Menurunya kurs dapat meningkatkan
Naiknya indeks produksi yang terus
biaya
menerus, menunjukkan suatu
tanda
meningkatkan suku bunga walaupun
kekuatan,
sehingga
akan
dapat meningkatkan nilai ekspor.
memberikan
pengaruh
positif
Menurunnya kurs rupiah terhadap
terhadap pasar
bahan
baku
dan
mata uang asing memiliki pengaruh
3) Inflasi
Inflasi
impor
negatif terhadap ekonomi dan pasar
yang tinggi
menyebabkan
modal
menurunnya
profitabilitas
suatu
perusahaan
sehingga
akan
Meningkatnya pengangguran berarti
menurunkan pembagian deviden dan
bisnis mulai melemah, berarti dunia
daya beli masyarakat juga akan
usaha menjadi kurang menarik bagi
menurun. Sehingga inflasi yang tinggi
investor, sehingga berdampak negatif
mempunyai hubungan negatif dengan
terhadap harga saham.
pasar ekuitas.
6) Pengangguran
7) Anggaran defisit
4) Tingkat Bunga
Anggaran
defisit
mendorong
Meningkatnya tingkat bunga akan
konsumsi dan investasi pemerintah
meningkatkan harga kapital sehingga
sehingga
memperbesar
perusahaah,
permintaan
perpindahan
perusahaan.
sehingga
biaya
terjadi
investasi dari saham ke deposito atau
fixed
investasi
lainnya.
Apabila
faktor-faktor lainnya dianggap tetap
dapat
meningkatkan
terhadap
produk
Selain indikator-indikator di atas
ada hal lain yang perlu diperhatikan
yaitu
bursa-bursa
internasional
utamanya adalah Amerika Serikat yang
mempunyai
industri
pasar
modal
Penelitian
mengenai
pengaruh
nilai tukar / kurs terhadap harga saham
terbesar di dunia, sehingga dijadikan
telah
dilakukan
oleh
peneliti
sebagai indikator perkembangan bursa
sebelumnya baik dari luar
maupun
negara – negara lain.
dalam
2.4. Penelitian Terdahulu
menunjukkan peneliti terdahulu.
negeri.
Tabel
berikut
ini
Tabel 2. Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti dan
Tahun
Jorion (1990)
Abdalla &
Murinde (1997)
Wu (2001)
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
On Jump Processes in the Foreign
Exchange and Stock Markets.
Kurs
tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham
perusahaan multinasional di
Amerika
Nilai tukar berpengaruh negatif
terhadap
harga
saham
perusahaan di India , Pakistan,
Korea dan Filipina
Kurs berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga saham
di Singapura
Kurs berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga saham
industri farmasi di Amerika
Nilai tukar memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap
indeks harga saham sektor
property
di
Bursa
Efek
Indonesia
Adanya korelasi atau hubungan
yang kuat dan signifikan antara
kurs harga saham perusahaan
di China
Kurs
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
return
saham industri perbankan di
BEI
Exchange Rate and Stock Price
Interactions In Emerging Financial
Markets: Evidence on India, Korea,
Pakistan and the Philippines.
Exchange rates, stock prices, and money
markets: Evidence from Singapore
Chan et al (2002)
Foreign exchange risk and firm value: an
analysis of US pharmaceutical firms
Thobarry (2009)
Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku
Bunga, Laju Inflasi Dan Pertumbuhan
GDP Terhadap Indeks Harga Saham
Sektor Properti (Kajian Empiris Pada
Periode Pengamatan Tahun 2000-2008)
Dynamic relationship between exchange
rate and stock price: Evidence from
China.
Hua (2010)
Nasir
(2013)
& Mirza
Perdagangan Saham terhadap Return
Saham pada Perusahaan Perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2.5. Kerangka Pikir
Kerangka
pikir
dipahami
kerangka pikir dilengkapi
dalam suatu penelitian karena berguna
dengan
gambar
untuk
Adapun
Kerangka
menjelaskan
pembahasan
penelitian
diperlukan
arah
dari
yang akan
penelitian
dilaksanakan. Agar lebih mudah
Kurs Rupiah
Terhadap Dollar
Amerika (X1)
ini
(secara
grafis).
pikir
dalam
dapat
dilihat
pada
gambar berikut ini.
H1 (a-d)
Indeks Harga Saham
Di BEI (Ya-d)
Kurs Rupiah
Terhadap Yuan
Tiongkok (X2)
H2 (a-d)
Gambar 1. Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika dan Yuan
Tiongkok Terhadap Indeks Harga Saham Di BEI
H1a: Kurs Dollar Amerika berpengaruh
2.6.Hipotesis
Berdasarkan landasan teori ysng
telah
diuraikan
sebelumnya,
maka
hipotesis yang deiajukan dalam penelitian
ini adalah :
terhadap IHSG
H2a: Kurs Yuan Tiongkok berpengaruh
terhadap IHSG
H1b: Kurs Dollar Amerika berpengaruh
2) Devaluasi Yuan Tiongkok yang
terhadap indeks harga saham
diproksikn
manufaktur
terhadap Yuan Tiongkok (X2)
H2b: Kurs Yuan Tiongkok berpengaruh
terhadap indeks
harga
saham
manufaktur
dengan kurs Rupiah
b. Variabel terikat meliputi :
1) IHSG (Ya)
2) Indeks saham manufaktur (Yb)
H1c: Kurs Dollar Amerika berpengaruh
terhadap indeks harga saham
3) Indeks saham perbankan (Yc)
4) Indeks saham LQ 45 (Yd)
perbankan
H2c: Kurs Yuan Tiongkok berpengaruh
terhadap indeks
harga
saham
perbankan
penelitian ini adalah data sekunder yang
H1d: Kurs Dollar Amerika berpengaruh
terhadap indeks harga saham
LQ 45
harga
saham
LQ 45
3. Metode Penelitian
3.1. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas :
1) Pelemahan rupiah yang diproksikn
dengan kurs Rupiah terhadap Dollar
Amerika (X1)
berupa data kurs Rupiah terhadap Dollar
Amerika,
kurs Rupiah terhadap Yuan
Tiongkok Amerika, Indeks Harga Saham
H2d: Kurs Yuan Tiongkok berpengaruh
terhadap indeks
3.2. Sumber Data dan Metode
Pengumpulan Data
Data
yang digunakan dalam
Gabungan (IHSG) , Indeks Harga Saham
Sektoral (IHSS) yaitu industri manufaktur
dan perbankan serta indeks harga saham
LQ 45 dari
September
tanggal 1 Juli hingga 15
2015 . Data tersebut
diperoleh dari
yang
Jakarta Stock Exchange
( JSX Daily ). Data sekunder lainnya
adalah data harian atau kurs
tengah
Rupiah terhadap Dollar Amerika dan
Rupiah terhadap Yuan Tiongkok
diperoleh dari
(www.bi.go.id).
data
yang
laporan Bank Indonesia
Metode
pengumpulan
dilakukan dengan metode studi
pustaka
/ dokumentasi
pengumpulan data
kepustakaan
yaitu
cara
yang berasal dari
/ buku ataupun dokumen
a. Uji Asumsi Klasik
Asumsi-asumsi
yang
dalam uji asumsi klasik
( Marzuki,2002).
Ghozali (2011) meliputi :
3.3.Populasi Dan Sampel
1) Uji Normalitas
Populasi
penelitian
yang
ini
diamati
adalah
dalam
seluruh
data
digunakan
menurut
Uji normalitas bertujuan menguji
apakah
dalam
model
regresi
sekunder yang berupa data kurs Rupiah
variabel pengganggu atau residual
terhadap Dollar Amerika,
berdistribusi
kurs Rupiah
normal.
Cara
terhadap Yuan Tiongkok Amerika, Indeks
mendeteksi yaitu dengan melihat
Harga Saham Gabungan (IHSG) , Indeks
penyebaran titik-titik disekitar garis
Harga Saham industri manufaktur dan
lurus diagonal pada grafik Normal
perbankan serta indeks harga saham LQ
P-P Plot. Agar lebih meyakinkan
45. Sedangkan sampelnya adalah sebagian
maka
dari populasi yaitu data harian dari
normalitas
tanggal 1 Juli hingga 15 September 2015
lainnya yaitu uji
( 50 data amatan). Jumlah sampel tersebut
Smirnov. Jika angka signifikansi
dianggap
Kolmogorov-Smirnov lebih besar
Bailey
memadai sesuai pendapat
bahwa
menggunakan
penelitian
analisis
data
yang
statistik,
dianjurkan melengkapi uji
dengan
uji
statistik
Kolmogorov-
dari  = 0,05 maka distribusi
residual
berdistribusi
normal,
ukuran sampel yang digunakan minimal
sebaliknya bila
adalah 30 ( Iqbal , 2002 ).
sama dengan  = 0,05 maka
3.4. Metode Analisis Data
distribusi residual berdistribusi tidak
Metode
analisis
data
yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi
2) Uji Multikolonieritas
Uji
uji
untuk menguji
sebagai berikut :
analisis
regresi
ganda
atau
normal.
uji asumsi klasik, uji kelayakan model,
hipotesis,
lebih kecil
multikolonieritas
bertujuan
apakah model
regeresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independent).
Uji
Model regersi yag baik seharusnya
menguji
apakah
dalam
tidak terjadi korelasi antar variabel
regresi
terjadi
ketidaksamaan
bebas. Pengujian multikoleniaritas
variance
dalam penelitian ini akan dilihat dari
pengamatan ke pengamatan yang
nilai VIF dan tolerance, bila nilai
lain. Cara yang digunakan dalam
VIF kurang dari 10 dan nilai
penelitian ini untuk melihat ada
tolerance lebih dari 0,10
maka
tidaknya heterokedastisitas adalah
dari
dengan melihat grafik Scatterplot.
model
regresi
bebas
multikoleniaritas.
heterokedastisitas
Dasar
dari
analisis
bertujuan
residual
yang
model
suatu
digunakan
adalah jika titik – titik menyebar
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji
secara acak di atas dan di bawah
apakah dalam model regeresi linier
angka 0 sumbu Y maka
ada
disimpulkan bahwa
korelasi
antara
kesalahan
pengganggu pada suatu periode (t)
heterokedastisitas
dengan periode sebelumnya
regresi.
(t-1).
Jika ada korelasi maka terdapat
dapat
tidak terjadi
pada
model
b. Uji Kelayakan Model
problem autokorelasi. Cara menguji
Uji kelayakan model diginakan untuk
asumsi autokorelasi yaitu dengan uji
mengukur ketepatan fungsi regresi dalam
Durbin-Watson (DW),
menaksir nilai aktual. Goodness of fit
jika angka
DW lebih rendah dari pada batas
test menurut Ghozali (2011) meliputi :
bawah atau lowerbound (dl), maka
1) Koefisien Determinasi
koefisien autokorelasi lebih besar dari
Koefisien Determinasi (R2) pada
pada nol, berarti ada autokorelasi
intinuya mengukur seberapa jauh
positif. Sedangkan jika DU < DW <
kemampuan
4 - DU maka tidak terjadi masalah
menerangkan
autokorelasi antar residual.
dependen. Agar diperoleh hasil yang
4) Uji Heterokedastisitas
model
variasi
dalam
variabel
baik banyak peneliti menganjurkan
Kurs tidak berpengaruh terhadap
menggunakan adjusted R2.
indeks harga saham di BEI
- Ha : β  0 :
2) Uji F (F Test)
Uji F digunakan untuk mengetahui
Kurs berpengaruh terhadap indeks
apakah variabel bebas berpengaruh
harga saham di BEI
secara simultan atau bersama-sama
Kriteria yang digunakan :
terhadap variabel terikat.
a) Kalau + t hitung > + t tabel Ho
Kriteria
yang digunakan :
ditolak dan kalau + t hitung < + t
a) Jika nilai F hitung > F tabel ,
tabel maka Ho diterima
maka signifikan. dan jika nilai F
hitung <
b) Kalau - t hitung < - t tabel Ho
F tabel, maka tidak
ditolak dan kalau - t hitung > - t
signifikan.
tabel maka Ho diterima
b) Jika angka signifikansi <  =
c) Jika angka signifikansi <  =
0,05, maka signifikan. dan jika
0,05, maka Ho ditolak dan jika
angka signifikansi > 0,05, maka
angka signifikansi > 0,05, maka
tidak signifikan.
Ho diterima
3) Uji Hipotesis Individual (t Test)
4) Analisis Regresi Ganda
Uji hipotesis individual yaitu untuk
Analisis
menguji hipotesis pengaruh secara
mengenai ketergantungan variabel
individual
terikat
variabel
bebas
yang
regresi
adalah
studi
dengan satu atau lebih
terdapat dalam persamaan regresi
variabel
terhadap nilai variabel
terikat.
untuk mengestimasi dan / atau
Adapun hipotesis dalam penelitian
mempredilsi rata-rata populasi atau
ini yaitu :
nilai
bebas
rata-rata
dengan
variabel
tujuan
terikat
berdasarkan nilai variabel bebas
yang diketahui
- Ho : β = 0 :
(Ghozali, 2011).
Dalam penelitian ini digunakan
analisis regresi ganda :
Y (a-d) = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan:
Data yang dikaji dalam penelitian
ini meliputi data kurs Rupiah terhadap
Ya= Indeks Harga Saham
Gabungan
Yb= Indeks harga saham industri
manufaktur
Yc= Indeks harga saham industri
perbankan
Yd= Indeks harga saham LQ 45
X1= Kurs Rupiah terhadap Dollar
Amerika
X2= Kurs Rupiah terhadap Yuan
Tiongkok
b = Koefisien Regresi
e = error
Dollar Amerika,
kurs Rupiah terhadap
Yuan Tiongkok Amerika, Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) , Indeks Harga
Saham
industri
manufaktur
dan
perbankan serta indeks harga saham LQ
45. Berikut ini disajikan deskripsi data
tersebut.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Hasil Penelitian
a. Data Deskriptif
Tabel 3. Data Deskriptif
N
Kurs Dollar (X1)
Kurs Yuan (X2)
IHSG (Ya)
Saham Manu (Yb)
Saham Bank (c)
LQ 45 (Yd)
Valid N (listwise)
Minimum
50
50
50
50
50
50
50
13304.00
2148.00
4163.57
1023.81
599.56
692.20
Maximum
14371.00
2257.00
4982.91
1257.47
713.59
857.04
Mean
Std. Deviation
13728.86
2197.84
4623.32
1157.36
668.88
784.58
361.28
26.17
239.75
63.97
29.26
45.56
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015
Tabel di atas menunjukkan bahwa :
1) Kurs Dollar terendah
Rp 13.304
tertinggi Rp 14.371 dan rata-rata
Rp 13.728,86 dengan standar deviasi
Rp 361,28
2) Kurs Yuan terendah Rp 2.148 tertinggi
Rp 2.257 dan rata-rata
Rp 2.197,84
dengan standar deviasi Rp 25,17
3) IHSG terendah 4.163,57 tertinggi 4982.91
dan rata-rata
b. Analisis Statistik
4623.32 dengan standar
d
ini meliputi uji asumsi klasik, uji
e
Model
VIF
Kesimpulan
Regresi 1
Toler
ance
0,705
v
1,418
i
Regresi 2
0,705
1,418
a
Regresi 3
0,705
1,418
s
Regresi 4
0,705
1,418
Tidak terjadi
multikolonieritas
Tidak
terjadi
multikolonieritas
Tidak
terjadi
multikolonieritas
Tidak
terjadi
multikolonieritas
i
239.75
4) Harga saham manufaktur
terendah
1.157,36 dengan standar deviasi 63.97
5) Harga saham perbankan
kelayakan model, uji hipotesis dan
analisis regresi berganda.
1)
Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan
dengan Uji Kolmogorov-Smirnov
(K-S) dengan hasil sebagai berikut:
1023,81 tertinggi 1257.47dan rata-rata
terendah
599,56 tertinggi 713,59 dan rata-rata
668,88 dengan standar deviasi 29,26
6) Harga saham LQ 45 terendah 692,20
tertinggi 857,04 dan rata-rata Rp
784,58 dengan standar deviasi 45,56
b)
Analisis statistik dalam penelitian
Uji Multikolonieritas
Hasil pengujian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Multikolonieritas
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas
Model
Prob
Kesimpulan
K-S
Regresi 1 0,251 Berdisribusi Normal
Regresi 2 0,632 Berdisribusi Normal
Regresi 3 0,590 Berdisribusi Normal
Regresi 4 0,439 Berdisribusi Normal
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015
Tabel di atas menunjukkan bahwa
model regresi dalam penelitian ini
berdisribusi normal.
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015
Tabel di atas menunjukkan bahwa
model regresi dalam penelitian ini
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015
tidak terjadi multikolonieritas atau
Tabel di atas menunjukkan bahwa
tidak ditemukan adanya korelasi
model regresi dalam penelitian ini
antar variabel bebas
terjadi autokorelai positif
d) Uji Heteroskedastisitas
c) Uji Autokorelasi
Hasil pengujian ini adalah sebagai
Hasil olah data (print
berikut:
menunjukkan bahwa semua grafik
Model
Regresi 1
T
Nilai D-W
0,840
aRegresi 2
0,905
bRegresi 3
0,659
eRegresi 4
0,835
Scatterplot
Kesimpulan
Autokorelai
positif
Autokorelai
positif
Autokorelai
positif
Autokorelai
positif
l
out) SPSS
memperlihatkan
adanya
titik – titik yang menyebar secara acak
di atas dan di bawah angka 0 sumbu Y
sehingga dapat disimpulkan bahwa
dalam penelitian ini tidak terjadi
heterokedastisitas pada model regresi.
2) Uji Kelayakan Model
6. Hasil Uji Autokorelasi
Hasil pengujian ini berdasarkan pada
Model
Regresi
1
Regresi
2
Regresi
3
Regresi
4
Ajusted
R2
0,428
F
hitung
19,339
Sig.
0,000
0,373
15,560
0,000
0,302
11,603
0,000
0,406
17,652
0,000
Kesimpulan
Model
layak
Model
layak
Model
layak
Model
layak
tabel berikut ini:
Tabel 7. Hasil Uji Kelayakan
Model
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015
Tabel di atas menunjukkan bahwa :
a) Nilai Ajusted R2 pada model
regresi
variabel
1
menunjukkan
terikat
IHSG
bahwa
dapat
dijelaskan oleh variabel kurs Dollar
Amerika dan Yuan (terhadap Rupiah)
sebesar 42,8 % sedangkan yang 57,2
% dijelaskan faktor di luar model.
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015
b) Nilai Ajusted R2 pada model regresi 2
menunjukkan bahwa variabel terikat
indeks harga saham manufaktur dapat
dijelaskan oleh variabel kurs Dollar
Amerika dan Yuan (terhadap Rupiah)
sebesar 37,3 % sedangkan yang 66,7
% dijelaskan faktor di luar model.
c) Nilai Ajusted R2 pada model regresi 3
menunjukkan bahwa variabel terikat
indeks harga saham perbankan dapat
dijelaskan oleh variabel kurs Dollar
Amerika dan Yuan (terhadap Rupiah)
sebesar 30,2 % sedangkan yang 69,8
% dijelaskan faktor di luar model.
d) Nilai Ajusted R2 pada model regresi 4
menunjukkan bahwa variabel terikat
Tabel di atas menunjukkan bahwa :
a) Nilai t hitung variabel X1 dari
model regresi 1 sampai dengan 4
lebih kecil dari t tabel = -2,021 dan
angka probabilita (sig.) < α =0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa :
i. H1a bahwa kurs Dollar Amerika
berpengaruh
terhadap
IHSG
diterima
ii. H1b bahwa kurs Dollar Amerika
berpengaruh
terhadap
indeks
harga saham manufaktur diterima
iii. H1c bahwa kurs Dollar Amerika
berpengaruh
terhadap
indeks
indeks harga saham LQ 45 dapat
dijelaskan oleh variabel kurs Dollar
harga saham perbankan diterima
Amerika dan Yuan (terhadap Rupiah)
iv.H1d bahwa kurs Dollar Amerika
sebesar 40,6 % sedangkan yang 59,4
berpengaruh
terhadap
indeks
% dijelaskan faktor di luar model.
harga saham LQ 45 diterima
a) Uji Hipotesis
Hasil pengujian ini berdasarkan pada b) Nilai t hitung variabel X2 dari model
regresi 1 sampai dengan 4 lebih besar
tabel berikut ini:
dari t tabel = -2,021 dan angka
Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis
Model
Regresi 1
Regresi 2
Regresi 3
Regresi 4
Var.
Bebas
X1
X2
X1
X2
X1
X2
X1
X2
t
hitung
-4,846
-0,645
-5,001
0,639
-3,635
-0,682
-4,646
-0,589
Sig.
Keterangan
0,000
0,522
0,000
0,526
0,001
0,499
0,000
0,559
Signifikan
Tak signifikan
Signifikan
Tak signifikan
Signifikan
Tak signifikan
Signifikan
Tak signifikan
probabilita (sig.) >
α =0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa :
i. H2a bahwa kurs Yuan Tiongkok
berpengaruh terhadap IHSG tidak
diterima
ii. H2b bahwa kurs Yuan Tiongkok
berpengaruh terhadap indeks
harga
signifikan
maka
tidak
dapat
dilakukan interpretasi.
saham manufaktur tidak diterima
iii. H2c bahwa kurs Yuan Tiongkok
berpengaruh terhadap indeks
harga
saham perbankan tidak diterima
i. Koefisien regresi b1=-0,097, dapat
iv. H2d bahwa kurs Yuan Tiongkok
berpengaruh terhadap indeks
harga
saham LQ 45 tidak diterima
diinterpretasikan
bahwa
kenaikan
Rp
kurs
1,-
setiap
akan
menurunkan IHSG sebesar 0,097
4) Analisis Regresi
ii. Koefisien regresi
b2 = 0,210
Hasil analisis regresi berdasarkan pada
(tidak signifikan), karena tidak
tabel berikut ini:
signifikan
Tabel 9. Koefisien Regresi
Model
b)Model Regresi 2 :
Koef
Regresi
Regresi 1 10.915,564 b1= -0,336
b2= -0,760
Regresi 2
2.028,503 b1= -0,097
b2= 0,210
Regresi 3
1.374,567 b1= -0,034
b2= -0,108
Regresi 4
1.939,703 b1= -0,062
b2= -0,135
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015
tabel
Keterangan
Signifikan
Tak signifikan
Signifikan
Tak signifikan
Signifikan
Tak signifikan
Signifikan
Tak signifikan
di
atas
dapat
dilakukan interpretasi sebagai berikut :
dapat
c) Model Regresi 3 :
i. Koefisien regresi b1=-0,034, dapat
diinterpretasikan
bahwa
kenaikan
Rp
kurs
1,-
setiap
akan
menurunkan IHSG sebesar 0,034
ii. Koefisien regresi
b2 = -0,108
(tidak signifikan), karena tidak
signifikan
maka
tidak
dapat
dilakukan interpretasi.
a) Model Regresi 1 :
i. Koefisien regresi b1=-0,336, dapat
diinterpretasikan
bahwa
kenaikan
Rp
kurs
tidak
dilakukan interpretasi.
Konstanta
Berdasarkan
maka
1,-
setiap
akan
menurunkan IHSG sebesar 0,336
ii. Koefisien regresi
b2 = -0,760
(tidak signifikan), karena tidak
d)Model Regresi 4 :
i. Koefisien regresi b1= -0,062,
dapat
diinterpretasikan
bahwa
setiap kenaikan kurs Rp 1,- akan
menurunkan IHSG sebesar 0,336
ii. Koefisien regresi
b2 = -0,135
berdampak negatif terhadap harga sahan
(tidak signifikan), karena tidak
keempat indeks tersebut.
signifikan
sejalan dengan peneltian
maka
tidak
dapat
dilakukan interpretasi.
Penelitian ini
Abdalla &
Murinde (1997) bahwa fluktuasi nilai
tukar berpengaruh negatih terhadap harga
Berdasarkan tabel di atas juga dapat
diketahui
bahwa
besarnya
dampak
saham perusahaan – perusahaan di India ,
dan Filipina.
Juga
pelemahan Rupiah (naiknya kurs Rupiah
sejalan dengan penelitian Wu
(2001)
atas Dollar Amerika) terhadap
bahwa kurs berpengaruh negatif dan
indeks
Pakistan, Korea
harga saham berdasarkan peringkat adalah
signifikan
pertama
Rupiah
Singapura. Juga sejaln dengan penelitian
terhadap IHSG (b = -0,336), kedua
Chan et al (2002) menunjukkan bahwa
terhadap indeks harga saham manufaktur
kurs berpengaruh negatif dan signifikan
(b= -0,097), ketiga terhadap indeks harga
terhadap harga saham industri farmasi di
saham LQ 45 (b= -0,062), dan keempat
Amerika. Namun hasil penelitin ini tidak
terhadap indeks harga saham perbankan
sejalan
(b= -0,034),
(2009)
dampak
pelemahan
terhadap
dengan
harga
penelitian
saham
di
Thobarry
menunjukkan bahwa variabel
nilai tukar memiliki pengaruh positif dan
4.2. Pembahasan
Hasil
penelitian
signifikan
menunjukkan
bahwa kurs Dollar Amerika ( terhadap
sektor property di Bursa Efek Indonesia (
BEI).
Rupiah) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap IHSG, indeks harga saham
manufaktur, perbankan
dan LQ 45,
sehingga hipotesis H1a, H1b, H1c dan
H1d diterima. Dengan demikian dapat
diinterpretasikan bahwa kenaikan kurs
Dollar Amerika (pelemahan Rupiah) akan
terhadap indeks harga saham
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa kurs Yuan Tiongkok ( atas Rupiah)
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
IHSG, indeks harga saham manufaktur,
perbankan dan LQ 45, sehingga hipotesis
H2a, H2b, H2c dan H2d tidak diterima.
Dengan
demikian
perubahan
Yuan
Tiongkok tidak berdampak terhadap harga
sehingga H1b bahwa kurs Dollar
sahan keempat indeks tersebut. Penelitian
Amerika berpengaruh
ini sejalan dengan peneltian Jorion (1990)
indeks harga saham manufaktur
yang
diterima
mengindikasikan
berpengaruh
saham
kurs
tidak
signifikan terhadap harga
perusahaan
tidak berpengaruh
di
signifikan terhadap indeks harga
Amerika. Demikian juga penelitian Nasir
saham manufaktur sehingga H2b
& Mirza (2013) yang menemukan bahwa
bahwa
kurs
berpengaruh
tidak
multinasional
4) Kurs Yuan
terhadap
berpengaruh
signifikan
kurs Yuan
terhadap return saham industri perbankan
harga
di BEI.
diterima
Tiongkok
terhadap
indeks
saham manufaktur tidak
5) Kurs Dollar Amerika berpengaruh
5. Simpulan
Berdasarkan analisis
sebelumnya
negatif dan signifikan terhadap
dapat disimpulkan bahwa :
indeks
a. Hasil pengujian hipotesis diketahui
sehingga H1c bahwa kurs Dollar
bahwa :
harga
Amerika berpengaruh
1) Kurs Dollar Amerika berpengaruh
indeks
harga
negatif dan signifikan terhadap
diterima
IHSG sehingga H1a bahwa kurs
6) Kurs Yuan
Dollar
Amerika
berpengaruh
terhadap IHSG diterima
2) Kurs Yuan
signifikan
bahwa
saham perbankan
tidak berpengaruh
IHSG sehingga H2a
kurs Yuan
berpengaruh
IHSG tidak diterima
terhadap
saham perbankan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap indeks harga
saham perbankan sehingga H2c
bahwa
kurs Yuan
berpengaruh
harga
saham
Tiongkok
terhadap
perbankan
indeks
tidak
diterima
3) Kurs Dollar Amerika berpengaruh
7) Kurs Dollar Amerika berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
negatif dan signifikan terhadap
indeks harga saham manufaktur
indeks
LQ 45 sehingga
H1d
bahwa
kurs Dollar Amerika
berpengaruh
terhadap
indeks
tidak berpengaruh
signifikan terhadap indeks harga
saham LQ 45 sehingga
bahwa
H2d
kurs Yuan Tiongkok
berpengaruh
terhadap
impor dan sebanyak
mungkin menggunakan bahan baku
lokal / dalam negeri
harga saham LQ 45 diterima
8) Kurs Yuan
bahan baku
indeks
harga saham LQ 45
c. Dampak pelemahan Rupiah oleh Dollar
Amerika
dapat dikurangi dengan
penerapan konsep hedging diantaranya
dengan money market hedge yaitu
menukarkan mata uang Rupiah dengan
Dollar Amerika dan menginvestasikan
dalam sekuritas / saham yang memiliki
b. Besarnya dampak pelemahan Rupiah
jatuh tempo pada akhir tahun..
(naiknya kurs Rupiah atas Dollar
Amerika) terhadap indeks harga saham
DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan peringkat adalah pertama
dampak pelemahan Rupiah terhadap
IHSG (b = -0,336), kedua terhadap
indeks
harga
saham
manufaktur
(b= -0,097), ketiga terhadap indeks
harga saham LQ 45 (b= -0,062), dan
keempat terhadap indeks harga saham
perbankan (b= -0,034),
6.Saran
Saran atau rekomendasi yang dapat
diberikan berdasarkan hasil penelitian
adalah :
a. Perlu adanya kebijakan pemerintah
untuk menggunakan mata uang Rupiah
pada semua transaksi di dalam negeri
b. Industri manufaktur perlu mengurangi
intensitas penggunaan komponen /
Abdalla, Issam, S. A., and V. Murinde.
1997. “Exchange Rate and Stock
Price Interaction in Emerging
Financial Markets : Evidence on
India, Korea, Pakistan and the
Phillipines “. Applied Financial
Economics 7, 25-35.
Basri,
Faisal
.2002.
Perekonomian
Indonesia-Tantangan Dan Harapan
Bagi Kebangkitan Indonesia. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Darmajdi. 2001. Pasar Modal Di
Indonesia – Pendekatan Tanya
Jawab. Jakarta : Salemba Empat
Ghozali, Imam. 2011..Analisis Multivariat
SPSS,.Edisi Ketiga. Semarang :
BP – UNDIP
Hua, Zhao. 2010. Dynamic relationship
between exchange rate and stock
price:
Evidence
from
China. Research in International
Business and Finance, 24 (2), 103112.
Deposito
dan
Volume
Perdagangan Saham terhadap
Return Saham pada Perusahaan
Perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia. Jurnal
Ekonomi, 19(04).
Iqbal Hasan M. 2002. Pokok – Pokok
Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta : Ghalia
Indonesia
Prabowo, Hari. Pojok Bursa.Harian Bisnis
(Jakarta), 3 Maret 2008
Jorion,
Philippe.
1990.
"The
Exchange-Rate Exposure of U.S.
Multinationals".
Journal
of
Business. Vol. 63. No. 3: 331-345
Chan C.Kam , Gim S. Seow, Kinsun Tam,
.2002. "Foreign exchange risk and
firm value: an analysis of US
pharmaceutical firms", Managerial
Finance, Vol. 28 Iss: 3, pp.57 – 72
Kuncoro, Mudrajad. 2001. Manajemen
Keuangan
Internasional
:
Pengantar Ekonomi dan Bisnis
Global. Edisi Ketiga. Yogyakarta :
PT. BPFE
Levi, Maurice D. 2001. International
Finance.
Terjemahan.
Edisi
Pertama. Yogyakarta : Penerbit
ANDI
Marzuki. 2002. Metode Riset. Yogyakarta
: BPFE-UII
Nasir, A., & Mirza, A. 2013. Pengaruh
Nilai Kurs, Inflasi, Suku bunga
Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen
Keuangan Internasional. Edisi
Pertama. Yogyakarta : PT BPFE
Siamat, Dahlan.1999. Manajemen Lembaga
Keuangan Edisi Kedua Jakarta :
Lembaga Penerbit FE-UI
Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan
Pasar Modal. Edisi Keempat.
Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Thobarry, A. A. 2009. Analisis Pengaruh
Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju
Inflasi Dan Pertumbuhan GDP
Terhadap Indeks Harga Saham
Sektor Properti (Kajian Empiris
Pada Bursa Efek Indonesia Periode
Pengamatan
Tahun
20002008).Doctoral
Dissertation.
Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro).
Wu, Y. 2001. Exchange rates, stock
prices, and money markets:
evidencefrom Singapore. Journal
of Asian Economics, 12(3), 445458.
_____CNN Indonesia, 13/08/2015
_____Tribunnews. Com, 20/08 /2015 ).
Download