kpk_praktikum4_2

advertisement
M.K Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga
Selasa, 2 Oktober 2012
TUGAS PRAKTIKUM KE-4
PENCIRI KETAHANAN KELUARGA DALAM IMPLEMENTASI FUNGSI DAN
TUGAS POKOK KELUARGA PADA KELUARGA BARU MENIKAH
Disusun oleh :
Kelompok 9
Febrika Setiyawan
Asilah
Fadhilah Mukhlishoh
Nanda Fira Pratiwi
I24090049
I24090052
I24090053
I24090054
Dosen :
Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PENCIRI KETAHANAN KELUARGA DALAM IMPLEMENTASI FUNGSI DAN
TUGAS POKOK KELUARGA PADA KELUARGA BARU MENIKAH
1. Perkembangan Keluarga Baru Menikah
Mempelajari keluarga sebagai ilmu merupakan suatu kegiatan yang dapat
menambah wawasan yang luas dan memberikan gambaran luas terkait
kehidupan keluarga. Keluarga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat
menjadi tumpuan dasar bagi masyarakat dalam membentuk masyarakat yang
berkualitas, jika keluarga berkualitas maka masyarakat yang terbentuk akan
berkualitas pula. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1992 terkait keluarga
menyebutkan definisi keluarga yakni unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari dua atau lebih orang yang memiliki hubungan darah, hubungan perkawinan
maupun adopsi.
Keluarga sebagai institusi terkecil di masyarakat memiliki peran penting
dalam membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas. Selain sebuah
institusi, keluarga juga merupakan sebuah sistem yang dinamis. Dinamis pada
keluarga didefinisikan bahwa keluarga selalu berubah seiring perkembangan
siklus kehidupan. Perkembangan keluarga sebagai proses panjang yang dilalui
dalam kehidupan keluarga dimana terdapat beberapa tahapan yang dilalui
keluarga. Pendekatan perkembangan keluarga berkaitan dengan adanya
perhatian terhadap lompatan anatar generasi pada siklus kehidupan, adanya
tugas perkembangan manusia, perubahan sosial dan kelas sosial, pengaruh
budaya yang membentuk maupun yang dibentuk keluarga, adanya interaksi dan
proses
pembelajaran,
serta
dalam
perkembangan
keluarga
membahas
hubungan perkembangan dan keluarga dalam bidang ekonomi. Menurut Evelyn
Duvall (1857) tahapan perkembangan keluarga diklasifikasikan ke dalam delapan
tahapan, yakni (1) keluarga baru menikah, (2) keluarga dengan kehamilan
pertama/anak baru lahir, (3) keluarga dengan anak usia pra sekolah, (4) keluarga
dengan anak usia sekolah, (5) keluarga dengan anak remaja, (6) keluarga mulai
melepas anak sebagai dewasa (launching center), (7) keluarga usia pertengahan
(middle age family), dan (8) keluarga usia tua (aging family).
Tugas perkembangan merupakan tugas yang muncul pada saat atau
sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan
menimbulkan kebahagiaan dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan
tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, jika tugas perkembangan mengalami
kesulitan atau gagal pada tahap tertentu, maka akan menimbulkan rasa tidak
bahagia serta mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugas pada
tahapan berikutnya. Pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai fungsi dan
tugas pokok keluarga baru menikah.
Pada tahapan keluarga baru menikah, tahap ini disebut juga fase
pemantapan. Tahap ini dimulai saat perkawinan hingga menyadari bahwa istri
hamil, adapun durasi atau waktunya bervariasi dari beberapa minggu, bulan,
hingga tahun. Keluarga baru menikah ini terdiri dari dua anggota keluarga yaitu
suami dan istri dimana masing-masing memiliki tugas perkembangan sebagai
orang dewasa. Pada keluarga baru menikah, tugas dasar yang harus dipenuhi
meliputi tugas untuk beradaptasi atau penyesuaian dengan keluarga baru, tugas
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga (terkait ekonomi), tugas dalam
pembagian peran dan tanggungjawab, serta tugas dalam membiha hubungan
sosial dengan orang lain (yang dekat dengan pasangan/istri/suami). Pada tugas
perkembangan keluarga baru menikah, pada tahap ini terjadi penyesuaian untuk
hidup bersama menjadi pasangan suami-istri, memantapkan tempat tinggal,
memantapkan sistem mendapatkan dan membelanjakan uang, memantapkan
pembagian peran dan tanggungjawab, memantapkan kepuasan hubungan
seksual, memantapkan sistem komunikasi secara intelektual dan emosional,
memantapkan hubungan dengan keluarga besar, menghadapi kemungkinan
kehadiran anak dan perencanaannya, serta memantapkan filosofi hidup sebagai
pasangan suami istri dan berusaha mewujudkan impian dengan menggabungkan
aspirasi dan nilai-nilai yang dianut suami-istri.
Sedangkan pada keluarga baru menikah masa krisis yang dihadapi
merupakan masa sulit dalam kehidupan perkawinan. Keluarga baru menikah
masih banyak mengalami kesulitan dalam pemantapan dan penyesuaian apalagi
pada bulan-bulan awal hingga tahun pertama perkawinan, masa krisis tahap ini
terjadi juga pada saat pasangan suami-istri harus berpisah karena pekerjaan
maupun sekolah, dan ketika keduanya membawa budaya yang berbeda akan
lebih sulit lagi dalam menyatukan nilai-nilai yang dianut. Persiapan untuk dapat
mengurangi dan menghadapi krisis pada tahap keluarga baru menikah adalah
dengan adanya konsultasi untuk pasangan sebelum dan baru akan menikah dan
pendidikan mengenai perilaku pasangan muda untuk hidup bersama-sama untuk
mencapai tujuan bersama dengan adanya kesiapan pada kedua pihak (calon
suami-istri).
2. a. Tiga komponen laten ketahanan keluarga
- Ketahanan Fisik
Ketahanan fisik keluarga adalah kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh
keluarga yaitu komponen anggota keluarga
dalam memperoleh sumberdaya
ekonomi dari luar sistem untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan,
sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan. Adapun komponen laten ketahanan
fisik yaitu masalah keluarga fisik, penanggulangan masalah fisik, kesejahteraan
fisik, kesejahteraan sosial fisik, dan sumberdaya fisik. Ketahanan fisik keluarga
dapat dilihat dengan pencapaian indikator yaitu minimal satu anggota keluarga
bekerja dan memenuhi kebutuhan fisik keluarga, keluarga juga memiliki aset
kebutuhan pokok dan tabungan yang mencukupi minimal untuk tiga bulan.
Pencapaian indikator ini didukung oleh pemenuhan prasyarat dalam keluarga
dimana anggota keluarga memiliki kualitas sumberdaya manusia yang baik serta
tanggap terhadap peluang kerja.
- Ketahanan Psikologis
Ketahanan psikologis keluarga adalah kemampuan anggota keluarga
dalam mengelola emosi, sehingga menghasilkan konsep diri yang positif.
Adapun komponen laten ketahanan psikologis yaitu kesejahteraan psikologis dan
masalah keluarga non fisik. Ketahanan psikologis keluarga dapat dilihat dengan
pencapaian indikator berupa setiap anggota keluarga memiliki konsep diri dan
pengenalan emosi yang baik, serta pasangan suami dan istri memiliki dan
menjalankan nilai religious yang baik. Pencapaian indikator ini didukung oleh
pemenuhan prasyarat dalam keluarga dimana anggota keluarga menjalankan
perannya masing-masing secara optimal dan membangun kepribadian yang
matang.
- Ketahanan Sosial
Ketahanan
sosial
keluarga
adalah
ketahanan
keluarga
dalam
menerapkan nilai agama, memelihara mekanisme penanggulangan krisis yang
baik pula. Adapun komponen laten ketahanan social meliputi sumberdaya non
fisik, penanggulangan masalah non fisik, dan kesejahteraan sosial non fisik.
Ketahanan sosial keluarga dapat dilihat dengan pencapaian indikator yang
berorientasi pada nilai agama, efektivitas komunikasi, komitmen yang tinggi,
membina hubungan sosial, dan memiliki mekanisme coping yang baik.
Pencapaian indikator ini didukung oleh pemenuhan prasyarat dalam keluarga
dimana anggota keluarga menjalankan perannya masing-masing secara optimal
dan membangun kepribadian yang matang.
b. Tiga tugas pokok utama (tugas dasar, tugas perkembangan, dan
tugas krisis) dan dua fungsi utama keluarga (instrumental dan ekspresif)
Adapun tabel berikut ini menyajikan tugas dasar, tugas perkembangan, dan
tugas krisis pada tahap keluarga baru menikah.
Tabel 1 Tugas dasar, tugas perkembangan, dan tugas krisis keluarga baru
menikah
No.
Tugas Dasar
1
Pemantapan dan
penyesuaian
membentuk
keluarga
2
Finansial
(keuangan)
3
Pemenuhan
kebutuhan biologis
4
Hubungan sosial
Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan pada keluarga yang baru
menikah menurut Duvall :
a. Membangun perkawinan yang saling
memuaskan.
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan
secara harmonis.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain:
teman dan kelompok sosial.
d. Merencanakan penambahan anggota baru
(mempersiapkan menjadi orangtua),
mendiskusikan rencana punya anak.
Suami
Istri
Memantapkan
Mengelola rumah
pekerjaan
tangga
- Mengikuti training
- Tempat tinggal yang
spesialisasi
menetap
- Tambahan
- Rutinitas rumah
penghasilan
tangga
- Memperhatikan
- Belajar keterampilan
aspek keamanan
rumah tangga
dan kelahlian
dalam pekerjaan
- Pemantapan
tempat tinggal
Mencari uang dan
Bekerja membantu
merencanakan
suami, uang yang
anggaran keluarga
didapatkan dari suami
bukan sebagai sumber
penghasilan utama bagi
keluarga
- Memahami
- Memahami peran
perilaku istri
sebagai istri
- Mengembangkan
- Merespon secara
kompetensi
efektif keinginan
sebagai suami
suami
- Membina
- Membina hubungan
hubungan dengan
dengan keluarga
kaluarga besar
besar suami dan
istri
penyesuaian dengan
- Penyesuaian di
keluarga baru
lingkungan baru
- Belajar berpisah dari
- Membina
orangtua dan tidak
hubungan dengan
selalu bergantung
keluarga lain di
pada orangtua
lingkungan sekitar - Membina hubungan
dengan keluarga lain
di lingkungan sekitar
Tugas Krisis
- Pembagian peran dan
tanggungjawab
- Suami semakin lama
bekerja di luar rumah
- Istri asyik dengan aktivitas
rumah tangganya di rumah
- Menentukan tempat tingga
Ketika keluarga harus
berpisah karena pekerjaan
- suami jauh dari rumah
- Istri harus menjaga
kesatuan dan integritas
keluarga
- Keakraban komunikasi
antara suami dan istri
- Menetapkan kehadiran
anak dan
perencanaannya
- Cara berkomunikasi
dengan keluarga besar ,
teman, dan keluarga lain
- Perbedaan buadaya
suami-istri
Parson dan Bales membagi dengan jelas fungsi keluarga menjadi dua
yaitu fungsi instrumental dan fungsi ekspresif. Fungsi instrumental yang
diperankan oleh ayah dan fungsi ekspresif yang diperankan oleh ibu. Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994 tidak membagi dengan jelas masingmasing fungsi keluarga kedalam peran ayah dan ibu, sehingga untuk
menjalankan semua fungsi tersebut dilakukan bersama-sama. Fungsi ekspresif
keluarga berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan emosi dan perkembangan,
termasuk moral, loyalitas, dan sosialisasi anak. Sedangkan fungsi instrumental
berkaitan dengan manajemen sumberdaya untuk mencapai berbagai tujuan
keluarga
c. Tiga tugas penentu FPMFF (Family Proses Model of Family
Functioning) pada tahapan keluarga yang baru menikah
Keluarga sebagai sebuah sistem mempunyai tugas dan fungsi dalam hal
menjalankan tugas-tugas, pencapaian tujuan, integrasi dan solidaritas, serta pola
kesinambungan atau pemeliharaan keluarga. Menurut Friedman (1998) fungsi
keluarga meliputi fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, perawatan atau fisik, dan
ekonomi. Selain itu, fungsi keluarga menurut BKKBN terdiri dari delapan fungsi
yaitu; fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi,
sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan.
Menurut Sunarti (2001) terdapat tiga prasyarat minimal bagi calon
pasangan yang akan berkomitmen membangun sebuah keluarga, dimana ketiga
prasyarat tersebut merupakan pengembangan dari model hubungan antar
konsep-konsep keluarga. Prasyarat minimal tersebut dapat dikatakan sebagai
aspek kesiapan menikah yang harus dipersiapkan oleh individu sebelum
memasuki gerbang pernikahan. Ketiga prasyarat tersebut yaitu; (1) Mampu
memperoleh sumberdaya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun
kebutuhan perkembangan anggota keluarga; (2) Memiliki kualitas SDM yang
memadai untuk mengelola keluarga sebagai ekosistem; dan (3) Memiliki
kematangan kepribadian untuk menjalankan fungsi, peran dan tugas keluarga
Fungsi keluarga McMaster (MMFF = McMaster Family Functioning) yang
diacu dalam Sunarti (2001) membagi tiga area fungsi keluarga. Ketiga area
tersebut adalah: (1) Area tugas dasar (penyediaan pangan, uang, transportasi,
dan perlindungan); (2) Area tugas perkembangan (berkaitan dengan urutan
tahapan perkembangan keluarga); dan (3) Area tugas penuh resiko (berkaitan
dengan cara keluarga menangani krisis seperti kecelakaan, sakit dan
kehilangan). Namun demikian fungsi utama keluarga adalah menyediakan
lingkungan bagi pemeliharaan dan perkembangan dari aspek biologis, sosial dan
psikologis anggota keluarganya (Sunarti 2001).
Tugas dasar keluarga
Pemantapan dan
penyesuaian
membentuk
keluarga
Mempersiapkan
finansial
(keuangan)
Pemenuhan
kebutuhan
biologis
Hubungan sosial
Tugas perkembangan keluarga
suami :
• Memantapkan pekerjaan
• Mencari uang dan merencanakan
anggaran keluarga
• Memahami perilaku istri
• Mengembangkan kompetensi sebagai
suami
• Membina hubungan dengan kaluarga
besar istri
• Penyesuaian di lingkungan baru
• Membina hubungan dengan keluarga
lain di lingkungan sekitar
istri :
• Mengelola rumah tangga
• Bekerja membantu suami
• Memahami peran sebagai istri
• Merespon secara efektif keinginan suami
• Membina hubungan dengan keluarga
besar suami dan penyesuaian dengan
keluarga baru
• Belajar berpisah dari orangtua dan tidak
selalu bergantung pada orangtua
• Membina hubungan dengan keluarga lain
di lingkungan sekitar
Tugas krisis keluarga
• Pembagian peran dan tanggungjawab
• Suami semakin lama bekerja di luar rumah
• Istri asyik dengan aktivitas rumah tangganya di rumah
• Menentukan tempat tinggal
• Ketika keluarga harus berpisah karena pekerjaan
• Keakraban komunikasi antara suami dan istri
• Menetapkan kehadiran anak dan perencanaannya
• Cara berkomunikasi dengan keluarga besar , teman, dan keluarga lain
• Perbedaan budaya suami-istri
Gambar 1.Fungsi keluarga dari berbagai sumber
Fungsi reproduksi, fungsi cinta kasih, penyediaan
pangan (Pemenuhan akan kebutuhan pangan,
sandang, papan dan kesehatan untuk perkembangan
fisik dan sosial), fungsi ekonomi (uang, transportasi),
dan fungsi perlindungan (dilihat dari bagaimana
keluarga melindungi antar anggota keluarga dan
menciptakan rasa aman), fungsi pengukuhan ikatan
suami istri(united nation,1993)
Berkaitan dengan urutan tahapan perkembangan
keluarga, fungsi perasaan dilihat dari bagaimana
keluarga secara instuitif merasakan perasaan
anggota yang lain dalam berkomunikasi dan
berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam
menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
Fungsi pemeliharaan moral keluarga dan motivasi
untuk berperan di dalam dan di luar keluarga
(mattesich & hill dalam zeitin et al,1995)
Berkaitan dengan cara keluarga menangani krisis
seperti kecelakaan, sakit dan kehilangan, fungsi
rekreasi dan penguatan emosi (united nation,1993)
3. Analisis faktor yang menentukan keberfungsian dan implementasi
keluarga
a. Analisis gunakan komponen/indikator/prasyarat ketahanan keluarga
Komponen ketahanan keluarga terdiri dari tiga komponen yaitu ketahanan
fisik, sosial, dan psikologis. Ketiga komponen ketahanan tersebut memiliki
kedudukan yang saling mengisi dan menunjang satu sama lain. Sebagai contoh,
sebuah keluarga memiliki ketahanan fisik yang baik dengan ditunjukan oleh
adanya
asset
keluarga,
adanya
anggota keluarga
yang
bekerja,
dan
tercukupinya kebutuhan sandang, pangan, dan papan keluarga. Namun,
keluarga tersebut belum dapat dikatakan sejahtera ketika ketahanan sosial dan
psikologis keluarga belum optimal. Jika keluarga yang memiliki kecukupan materi
tadi tidak membangun komunikasi yang baik antar anggota keluarga karena
tingginya tingkat kesibukan anggota keluarga dalam bekerja mencari nafkah dan
tidak mampunya anggota keluarga dalam mengenal dan mengendalikan emosi
masing-masing, keluarga ini belum dapat dikategorikan sebagai keluarga yang
tahan. Maka dari itu, satu komponen ketahanan keluarga dengan komponen
ketahanan keluarga yang lain memiliki tingkat urgensi untuk dibutuhkan dalam
porsi yang sama. Tetapi, akan lebih baik jika keluarga mendahulukan ketahanan
psikologis daripada ketahanan yang lain. Karena dengan kapabilitas anggota
keluarga dalam mengenal konsep diri, mengendalikan emosi dan mendekatkan
diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, anggota keluarga dapat membangun
komponen ketahanan yang lain karena akan muncul kematangan pada masingmasing anggota keluarga terutama yang sudah menginjak usia dewasa dan
keluarga juga dapat menjalankan fungsinya dengan optimal dengan harapan
semua masalah yang ada dapat diselesaikan dengan pemikiran yang tenang
tanpa ada pengaruh emosi negatif.
b. Indikator ketahanan keluarga yang paling sensitif dan dapat menjadi
penciri bertahan atau tidaknya sebuah keluarga adalah ketahanan fisik. Karena
bertahannya keluarga secara fisik dapat dilihat secara sekilas dan langsung
melalui asset yang dimiliki keluarga seperti rumah dan perabot yang ada didalam
rumah, pendapatan/kapita/bulan, adanya tabungan yang bisa mencukupi
kebutuhan hidup minimal tiga bulan dan terpenuhinya kebutuhan sandang dan
pangan keluarga.
c. Indikator ketahanan keluarga yang lebih dibutuhkan di awal dan
mempengaruhi pencapaian indikator ketahanan lainnya adalah mekanisme
coping yang baik yang dimiliki keluarga. keluarga tanpa strategi coping yang baik
akan rentan terkena konflik, baik konflik yang berhubungan dengan finansial
keluarga maupun konflik yang berkaitan dengan
personal anggota keluarga
seperti meninggal dunia atau caacat permanen. Melalui mekanisme coping yang
baik keluarga dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perolehan
dan pengelolaan sumberdaya, masalah perkawinan, masalah kesehatan, dan
masalah tumbuh kembang anak dan anggota keluarga yang lain.
d. Upaya yang harus dilakukan untuk menjamin keluarga memperoleh
pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak adalah bagi seluruh
anggotanya adalah memberikan keluarga akses menuju sumberdaya yang dapat
diolah oleh anggota keluarga seperti pembukaan lapangan pekerjaan, pemberian
bantuan uang dan pinjaman modal
usaha. Setelah akses untuk keluarga
terbuka, beri keluarga suatu pemberdayaan yang dapat membuat keluarga
mampu melihat
dan
memanfaatkan
akses
tersebut
sehingga keluarga
memperoleh sumberdaya yang bisa dibawa kedalam sistem internal keluarga
tersebut dan diolah untuk memenuhi kebutuhan hidup layak anggota keluarga.
Download