abstrak - Pascasarjana Universitas Negeri Malang

advertisement
Kumpulan Abstrak Tesis
Semester Genap 2008/2009
Pendidikan Bahasa Inggris (ING)
228 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Menggunakan Film untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas 8 MTs Negeri Planjan
Kesugihan Cilacap dalam Menulis Paragraf Narasi
Akhmad Fauzan
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada permasalahan yang dialami oleh peneliti sebagai guru
Bahasa Inggris di MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap. Berdasarkan hasil stui pendahuluan siswa kelas
VIII MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap, menunjukkan bahwa kemampuan menulis teks narrative siswa
kelas VIII E masih kurang memuaskan dan siswa mempunyai motivasi yang rendah dalam proses belajar dan
mengajar. untuk mengatasi masalah tersebut peneliti menggunakan film teknik. Teknik ini dipilih karena
dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan menulis sehingga kemampuan menulis mereka
dapat meningkat. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana film bisa meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis siswa MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap dalam menulis paragraph
narrative?”.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas secara kolaborasi. Dalam penelitian ini,
peneliti dan kolaborator bekerja sama dalam menyusun rencana pelajaran, mengimplementasikan tindakan,
mengamati tindakan, dan melakukan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII E pada MTs
Negeri Planjan Kesugihan Cilacap tahun ajaran 2008-2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus
dengan mengikuti prosedur penelitian tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Prosedur penerapan media film dalam pembelajaran menulis pada penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1) mengawali pelajaran dengan ice breaking,(2) mengelompokan anak-anak dengan cara memberi
daftar kata kunci.(3) menyuruh anak-anak duduk berkelompok, terdiri dari empat sampai lima orang setiap
kelompoknya,(4) menyuruh anak-anak untuk membaca daftar kata dipandu oleh , (5). menampilkan gambar
sesuai dengan tema , (6) menapilkan model teks, (6) menayangkan narrative film pendek secara lambat atau
bahkan berhenti pada bebarapa kejadian dan mengisi narrative chart berkelompok, (8) Siswa menjawab
pertanyaan bersama anggota kelompoknya, (9) Siswa mengembangkan draft berdasarkan jawaban-jawaban
pada pertanyaan, (10) Siswa diminta untuk merevisi dan mengedit draft yang telah mereka buat, (11) Siswa
diberi kesempatan untuk menampilkan karya tulisnya,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis paragraf narrative. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai tes rerata siswa pada siklus 1,dan
siklus 2.Nilai rerata siswa pada sikulus 1 adalah 61dan pada siklus 2 menjadi 72. Selain itu film juga mampu
meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa selama pembelajaran menulis. Hal ini dapat dilihat dari
prosentase keterlibatan siswa pada siklus1 yaitu 63% dan 70% pada siklus 2. Berkaitan dengan response
siswa, 86% menyatakn termotivasi pada siklus 1 dan 87% pada siklus 2.
Berdasarkan temuan di atas, beberapa saran dikemukakan.Bagi guru bahasa inggris, untuk
menerapkan media film dalam mengajar menulis. Kepada pihak sekolah untuk menyediakan media
pembelajaran seperti halnya computer dan LCD proyektor Ketiga, bagi peneliti mendatang, disarankan
melakukan studi semacam ini dengan ketrampilan dan type teks yang berbeda.
Kata kunci: films, kemampuan menulis, paragraph narrative
Penggunaan Blog untuk Memperbaiki Keterampilan Menulis Mahasiswa dalam
Mengembangkan Esai Percontohan (Example Essay) di Program Studi Pendidikan Bahasa
Inggris, Universitas Palangka Raya
Akhmad Fauzan
Abstrak
Ada empat masalah utama dalam pengajaran menulis di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Masalah tersebut berhubungan dengan keterbatasan sumber
materi cetak, kegiatan yang terpusat pada guru, pembaca tulisan mahasiswa, dan timbal balik terhadap tulisan
mahasiswa. Keempat masalah ini kemudian mempengaruhi mahasiswa dalam menulis Bahasa Inggris,
khususnya menulis esai akademik. Oleh sebab itu, penelitian ini mencoba memecahkan masalah dalam
pengajaran menulis. Penggunaan blog dimaksudkan untuk membantu mahasiswa memperbaiki keterampilan
menulis mereka dalam mengembangkan esai percontohan. Blog digunakan sebagai strategi dalam penelitian
227
Program Studi S2 ING 229
ini karena blog adalah sumber potensial untuk pembelajaran bahasa, blog cocok untuk mahasiswa, blog
adalah pembelajaran otentik, dan blog praktis digunakan.
Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa Menulis 3 di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Palangka Raya. Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini
memiliki 2 siklus. Pada siklus pertama, perbaikan keterampilan menulis mahasiswa tidak menunjukkan
kemajuan berarti. Hanya ada 3 mahasiswa yang memiliki skor 2 atau 3 poin untuk semua sub-kriteria dalam
rubrik penilaian. Jadi, siklus pertama tidak memenuhi kriteria keberhasilan. Kegagalan strategi dalam
memperbaiki kemampuan menulis mahasiswa pada siklus pertama terdapat pada kekurangan waktu,
kesulitan dalam mengungkapkan ide, dan keraguan dalam menggunakan kosa kata yang sesuai dan tata
bahasa Inggris yang tepat. Setelah strategi diperbaiki berdasarkan temuan-temuan selama pelaksanaan siklus
pertama, mahasiswa pun menunjukkan perbaikan dalam mengembangkan esai percontohan. Ada 16
mahasiswa yang memiliki skor 2 atau 3 poin untuk semua sub-kriteria di rubrik penilaian. Angka ini
menunjukkan 80% dari jumlah keseluruhan mahasiswa, dan ini berarti kriteria keberhasilan telah dicapai.
Berdasarkan temuan-temuan pada kedua siklus, peneliti mengambil kesimpulan untuk keefektifan
penerapan strategi blog. Pertama, dosen dan mahasiswa harus mendaftar di blog untuk dapat berpartisipasi
dalam kegiatan blog. Kedua, mahasiswa harus menggunakan mesin pencari untuk menemukan situs jejaring
atau blog yang berkenaan dengan topik tulisan mereka. Ketiga, mahasiswa juga harus memeriksa situs
jejaring tata bahasa dan kamus Bahasa Inggris selama proses menulis untuk meyakinkan struktur kalimat dan
pilihan kata. Keempat, dosen dan mahasiswa harus memberikan komentar, pembenaran, dan saran kepada
blog mahasiswa.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengilhami guru Bahasa Inggris dalam memanfaatkan
teknologi di dalam ruang kelas, mahasiswa yang berlatih keterampilan berbahasa melalui aplikasi internet,
dan peneliti lain untuk melakukan penelitian serupa yang bertujuan meningkatkan keterampilan mahasiswa
tidak hanya dalam menulis, tetapi juga dalam menyimak dan membaca.
Kata kunci: blog, keterampilan menulis, esai percontohan
Keefektifan Jurnal Dialog dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Naratif Siswa
Kelas 12 MAN 3 Malang
Ali Mukti
Abstrak
Jurnal dialog adalah sesuatu yang baru dan keefektifannya pada siswa MAN 3 Malang belum
terbukti. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan teknik jurnal dialog dalam meningkatkan
keterampilan menulis siswa dalam menulis teks naratif. Masalah penelitian umum yang harus dijawab
adalah, “Apakah para siswa yang diajar dengan menggunakan teknik jurnal dialog menunjukkan hasil yang
lebih baik dalam menulis teks naratif dari pada mereka yang tidak diajarkan dengan menggunakan teknik
jurnal dialog?” Jawaban sementara untuk pertanyaan tersebut kemudian di formulasikan dalam sebuah
hipotesa kerja yang berbunyi “Nilai rerata kelompok yang diajar dengan menggunakan jurnal dialog lebih
tinggi secara signifikan dari pada nilai rerata kelompok yang tidak diajar menggunakan teknik jurnal dialog.“
Desain penelitian ini adalah semi-eksperimen dengan tes awal-tes akhir kelompok control yang
tidak diacak. Sampel penelitian ini diambil dari populasi kelas 12 MAN 3 Malang tahun pelajaran
2008/2009; yaitu kelas 12 IPA 3 sebagai kelompok kontrol, dan kelas 12 IPA 2 sebagai kelompok
eksperimen. Kedua kelas ini masing-masing diisi oleh 36 siswi. Dalam pengumpulan data, dua soal tes
menulis digunakan sebagai instrumen; satu soal digunakan dalam tes awal, dan satu soal lain dalam tes akhir.
Dalam tes tersebut, siswa diminta untuk menulis teks naratif. Kemudian, pekerjaan mereka dinilai dengan
menggunakan rubrik penskoran analitik. Disamping itu, kuesioner digunakan sebagai instrumen sekunder.
Kuesioner ini diberikan hanya pada kelompok eksperimen guna mengevaluasi pelaksanaan jurnal dialog.
Berdasarkan karakteristik deskriptif, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rerata dari kelima aspek
menulis kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol. Dengan demikian, teknik jurnal dialog
yang diterapkan di kelompok eksperimen membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks
naratif. Disamping itu, dengan menggunakan analisa covarian (ANCOVA) dengan tingkat signifikan 0,05,
hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek kosa kata dan tata bahasa menghasilkan perbedaan yang
signifikan. Hal ini karena F hitung untuk kosa kata adalah 4,595 dan 27,548 untuk tata bahasa sementara F
tabelnya adalah 3,988. Untuk tiga aspek yang lain, yaitu isi, organisasi, dan mekanis, menunjukkan
perbedaan yang tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung ketiga aspek ini lebih kecil dari
230 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
pada F tabelnya. Secara berurutan nial F hitung untuk masing-masing adalah 0,071, 0,669, and 3,755. Secara
umum, akan tetapi, hasil yang dihitung dari keseluruhan aspek menunjukkan bahwa nilai F hitung dari
seluruh aspek menulis (8,580) lebih besar dari pada F tabel (3,988). Maka, terdapat cukup bukti untuk
menolak hipotesa nol. Dengan kata lain, hipotesa kerja dapat diterima.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik jurnal dialog yang diberikan
kepada kelompok eksperimen terbukti efektif meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis teks naratif.
Oleh karena itu, disarankan bahwa guru bahasa Inggris menerapkan teknik jurnal dialog ini dalam pengajaran
menulis. Disamping itu, guru juga perlu memberikan perhatian lebih terhadap kemampuan menulis siswa
berkaitan dengan tata bahasa dan mekanik selain ketiga aspek yang lain. Hal ini dikarenakan kedua aspek
yang disebut pertama berada pada criteria rendah hingga sedang. Saran juga ditujukan kepada peneliti yang
akan datang bahwa percobaan penelitian dapat dilakukan lebih dari 10 kali pertemuan dan pada siswa kelas
10 atau 11 sebagai subjeknya.Disamping itu, peneilitian dapat dilakukan pada kelas atau program yang
memiliki perkembangan kognitif rendah dan atau masalah afektif. Peneliti, agar lebih netral, tidak perlu
terlibat langsung dalam pengajaran di kelas tetapi dapat menugaskan seorang atau dua orang guru lain untuk
mengajar di kedua kelompok.
Kata kunci: keefektifan, jurnal dialog, keterampilan menulis, teks naratif
Menerapkan Strategy DRTA untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Membaca
Siswa Kelas Sebelas MAN Kandangan Kediri
Ani Mutadayyinah
Abstrak
Membaca sebagai salah satu ketrampilan dasar bahasa yang harus dikuasai dipembelajaran bahasa.
Biasanya diajarkan bersama dengan tiga ketrampilan bahasa lain. Sebagai salah satu ketrampilan bahasa,
membaca mendapat perhatian lebih dari keterampilan bahasa lainnya. Ada prioritas utama. Bagaimanapun,
banyak siswa tidak mempunyai cukup ketrampilan dalam membaca dan prestasi membaca mereka rendah.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dan bertujuan meningkatkan kemampuan
pemahaman membaca siswa kelas sebelas pada teks narasi di MAN Kandangan melalui DRTA (Directed
Reading Thinking Activity). Strategi ini dipilih karena membantu mengembangkan kemampuan membaca
kritis and mendorong membaca aktif. Selain itu, strategi ini telah terbukti, melalui banyak penelitian, telah
mampu meningkatkan prestasi pemahaman membaca dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Subjek penelitian ini adalah tiga puluh siswa kelas tiga MAN Kandangan pada tahun akademik
2008/2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan mengacu pada prosedur penelitian tindakan
yaitu, planning, implementing, observing, dan reflecting. Masing-masing siklus dalam penelitian terdiri dari
dua pertemuan untuk penerapan strategi dan satu pertemuan untuk tes. Data penelitian ini dikumpulkan
melalui beberapa instrument berikut; lembar observasi, lembar catatan, kuestioner, dan tes membaca
pemahaman.
Hasil penelitian ini menunjukkan model yang tepat dari DRTA strategi dalam pengajaran membaca
di MAN Kandangan terdiri dari langkah langkah berikut: ditahap membaca awal; (1) mengelompokkan
siswa, (2) menjelaskan tujuan pelajaran, (3) mengiring siswa pada topic dengan memberi beberapa
pertanyaan dan menunjukkan gambar, (4) meminta siswa memprediksi topic bacaan dari gambar dan judul
yang diberikan, (5) mengenalkan kosakata baru. Ditahap membaca diam terpadu; (1) memberikan
pertanyaan, (2) meminta siswa memprediksi bacaan kemudian menulisnya dalam lembaran, (3) meminta
siswa berbagi dengan kelompok. Dalam hal ini, beberapa prediksi siswa ditulis di papan tulis, (4)
menugaskan salah satu siswa untuk membaca keras diikuti oleh semua siswa membaca secara diam, (5)
meminta untuk mencatat informasi, (6) meminta siswa berdiskusi dengan kelompok. Di tahap membaca
akhir; (1) menugaskan untuk memeriksa dan membuktikan prediksi mereka, (2) meminta menemukan bukti
untuk mendukung prediksi, (3) berdiskusi prediksi murid, (4) meminta siswa mengerjakan tugas, (5)
mendiskusikan jawaban siswa.
Lebih lanjut, hasil penelitian ini menjelaskan bahwa strategi DRTA meningkatkan pemahaman
membaca siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari bertambahnya skor pemahaman membaca siswa yang
dapat mencapai nilai target (75 pada rentang 0 sampai 100), yaitu pada tes awal, hanya ada 8 siswa atau 24%
dari 33 siswa yang dapat mencapai nilai target. Pada siklus pertama, ada 17 siswa atau 48% dari 33 siswa
yang dapat mencapai nilai target. Pada siklus kedua, ada 22 siswa atau 67% out of 33 siswa yang dapat
Program Studi S2 ING 231
mencapai nilai target. Selain itu, penemuan ini menjelaskan bahwa strategi DRTA sukses meningkatkan
murid aktif terlibat dikelas.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa strategi DRTA tidak hanya sukses dalam
meningkatkan pemahaman membaca siswa tetapi juga dapat meningkatkan keterlibatan siswa pada proses
pembelajara. Oleh sebab itu, beberapa saran dibuat. Pertama, guru-guru bahasa Inggris dapat menerapkan
strategi DRTA dalam pembelajaran membaca. Mereka harus mengunakan teks bacaan yang belum dibaca
oleh siswa dan mereka juga harus positif, suportif, and memberi semangat. Kedua, peneliti-peneliti
selanjutnya disarankan mereka melakukan penelitian yang sama mengunakan strategi DRTA pada
ketrampilan bahasa lainnya dan pada jenis teks yang lain seperti expository, report, dan recount.
Kata kunci: strategy directed reading thinking activity, pemahaman membaca
Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Recount Dengan Menggunakan Teknik
Pertanyaan Berakhir Terbuka Bagi Siswa MTsN Godean Kelas Delapan
B.M. Hartono
Abstrak
Studi awal menunjukkan bahwa pengajaran menulis di MTsN Godeanbelum membantu siswa
terampil menulis. Tulisan siswa terdapat kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu peneliti benar-benar perlu
mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan teknik pertanyaan berakhir terbuka dalam mengajarkan
menulis. Teknik ini merupakan gabungan dari proses menulis yang terdiri dari menggali gagasan,
mengembangkan gagasan, menambah atau mengurangi gagasan, dan membenarkan kekeliruan-kekeliruan
serta jenis teks ,khususnya recount, yang mengaitkan antara tujuan dan bentuk.
Masalah penelitian yang diajukan adalah bagaimana teknik pertanyaan berakhir terbuka dapat
meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam teks recount? Berbasis pada masalah penelitian itu,
penelitian menekankan pada penggunaan pertanyaan berakhir terbuka untuk meningkatkan kemampuan
kemampuan menulis teks recount bagi siswa MTsN Godean kelas delapan.
Rancangan penelitian yang diterapkan adala penelitian tindakan kelas. Pada penelitian ini peneliti
dibantu oleh seorang teman sejawat. Penelitian dilakukan pada sebuah kelas yang terdiri 41 siswa yang
diambil sebagai subyek penelitian. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, penerapan, pengamatan, dan
penilaian.
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa instrumen seperti daftar pengamatan,
catatan-catatan lapangan, angket, dan porto folio atau tulisan-tulisan siswa.
Penarapan open-ended questioning technique diawali dengan menanyakan kegiatan siswa yang telah
mereka lakukan sebagai persiapan menulis. Berdasarkan jawaban siswa, guru mendisain gambaran situasi
(prompt) dengan mempertimbangkan bahwa prompt tersebut menarik, dialami oleh seluruh siswa, dan
disesuaikan dengan tingkat kemampuan bahasa siswa. Kemudian secara berkelompok siswa mengubah
prompt menjadi pembuka cerita pengalamannya yang akan ditulisnya. Kemudian untuk mengembangkan
tulisan tentang pengalamannya guru memberikan pertanyaan terbuka. Untuk memperbaiki tulisannya, guru
meminta siswa menambah keterangan yang diperlukan atau menghilangkan keterangan yang tidak
diperlukan. Sebagai penutup tulisan siswa guru menanyakan kesan yang telah dirasakan dari apa yang telah
ditulisan. Terakhir, siswa diminta membenahi hal-hal yang terkait dengan teknik penulisan.
Penemuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan teknik pertanyaan berakhir terbuka
meningkatkan kemampuan menulis siswa. Peningkatan skor rata-rata tulisan siswa dapat dilihat dari tiap-tiap
siklus. Sebelum teknik ini diterapkan skor rata-rata tulisan siswa 45.585. Setelah teknik ini diterapkan pada
siklus pertama skor rata-rata tulisan siswa 57.870. Dan skor rata-rata tulisan siswa pada siklus kedua 76.121.
Berdasarkan hasil dari penerapan teknik pertanyaan berakhir terbuka untuk pengajaran menulis,
guru-guru bahasa Inggris dianjurkan menerapkan teknik tersebut terutama dalam mengajar menulis teks
recount. Dan bagi peneliti selanjutnya, khususnya bagi mereka yang tertarik untuk menerapkan teknik ini,
dianjurkan untuk menerapkan teknik ini dalam menulis jenis-jenis teks yang lain seperti deskripsi, narasi,
prosedur, dan laporan.
Kata kunci: kemampuan menulis, teknik pertanyaan berakhir terbujka, recount
232 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP
Universitas Tadulako dalam Menulis Paragraf melalui Pendekatan Berbasis Proses
Budi
Abstrak
Berdasarkan pengalaman peneliti dalam mengajar mata kuliah menulis paragraf dan hasil evaluasi
diri program studi pendidikan bahasa Inggris, kemampuan mahasiswa menulis paragraf masih rendah.
Sehubungan dengan data tersebut, beberapa masalah utama dalam paragraf yang berkaitan dengan isi,
organisasi, pemilihan kata, dan struktur kalimat termasuk tata bahasa dan mekanik (ejaan, tanda baca, dan
huruf besar) dihadapi oleh mahasiswa di program studi tersebut. Oleh karena itu, salah satu cara yang cocok
untuk mengatasi masalah itu adalah menerapkan pendekatan berbasis proses. Penelitian ini dilakukan dalam
rangka meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis paragraf deskriptif melalui pendekatan berbasis
proses. Pendekatan ini dipilih karena dapat meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam proses menulis.
Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana kemampuan mahasiswa dalam menulis paragraf dapat
ditingkatkan melalui pendekatan berbasis proses?”
Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif. Peneliti dan
collaborator bekerja sama untuk membuat rencana satuan pelajaran, menerapkan, mengamati, dan
merefleksikannya. Subyek penelitian ini melibatkan 29 mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
semester dua tahun pelajaran 2008/2009, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako,
Palu. Selama melaksanakan penelitian, dua orang tidak hadir karena sakit. Penelitian ini dilaksanakan dalam
dua siklus dengan mengikuti prosedur: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setiap siklus dalam
penelitian ini terdiri dari 3 pertemuan. Pertemuan pertama difokuskan pada kegiatan pramenulis dan menulis
draf awal, pertemuan kedua digunakan untuk kegiatan merevisi dan mengedit, dan pertemuan ketiga
dilakukan untuk kegiatan menulis draf akhir. Data yang diambil melalui lembar pengamatan, catatan
lapangan, questionnaire, dan hasil pekerjaan mahasiswa.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi pendekatan berbasis proses berhasil
meningkatkan kemampuan mahasiswa menulis paragraf. Peningkatan itu dapat diketahui dari hasil skor ratarata 19,04 (63,46) pada siklus pertama bertambah menjadi 25,37 (84,57) pada siklus kedua. Selanjutnya,
peningkatan juga diketahui dari partisipasi aktif mahasiswa dalam proses menulis dari 56,82% pada siklus
pertama bertambah menjadi 84,09% pada siklus kedua.
Hasil tersebut diperoleh dari implementasi pendekatan ini yang dilakukan melalui lima tahap dalam
menulis. Tahap pramenulis dilaksanakan untuk mengeluarkan dan mengorganisasikan gagasan dengan cara
mengklasifikasi ide (gagasan) dan membuat kerangka atau outline dari sebuah paragraf. Tahap menulis draf
awal digunakan untuk mengembangkan gagasan dari kerangka tersebut dengan cara menulis kalimat dalam
draf dan mengorganisasikan kalimat itu menjadi tiga bagian yakni kalimat topik, pendukung, dan simpulan.
Kalimat-kalimat itu disusun secara berhubungan dan beraturan dengan menggunakan tanda pengatur atau
penghubung. Tahap merevisi dilakukan untuk mengidentifikasi dan memberbaiki isi dan organisasi sebuah
paragraf dengan menggunakan strategi merevisi sendiri dan teman pasangan. Tahap mengedit dilaksanakan
untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan pada struktur kalimat, pemilihan kata, tata bahasa, dan
mekanik seperti penulisan ejaan, tanda baca, dan huruf besar, dengan cara mengedit sendiri dan teman
pasangan. Tahap menulis draf akhir dilakukan untuk menulis kembali draf yang telah direvisi dan diedit ke
dalam draf akhir dengan menggunakan tulisan tangan dan pengetikan di komputer.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran. Saran pertama ditujukan
kepada para dosen untuk mengimplementasikan prosedur dari strategi pada pendekatan ini dalam mengajar
menulis paragraf dengan cara mengetahui dulu permasalahan mahasiswa jika mereka menemukan
permasalahan yang hampir sama dalam penelitian ini. Saran kedua ditujukan kepada pimpinan program studi
pendidikan bahasa Inggris pada fakultas ini agar membuat suatu kebijakan untuk peningkatan kualitas
pendidikan dengan mengadakan deseminasi dari prosedur pendekatan ini kepada para dosen mata kuliah
Writing II (menulis paragraf) and meminta kepada mereka agar menggunakannya untuk mengajar mata
kuliah tersebut. Selain itu, para peneliti disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan
prosedur pendekatan ini untuk memecahkan permasalahan yang hampir sama dalam penelitian ini pada
penulisan bentuk paragraf yang lain seperti narasi, eksposisi, persuasi, ataupun bentuk argumentasi.
Kata kunci: pendekatan berbasis proses, paragraf, paragraf deskriptif, koherensi, kesatuan, kemampuan
menulis
Program Studi S2 ING 233
Menerapkan Metode Pengajaran Timbal-Balik untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Membaca Siswa Kelas Sebelas MAN Muara Teweh, Kalimantan Tengah
Budi Suryanto
Abstrak
Membaca merupakan salah satu dari keterampilan berhahasa yang harus diajarkan kepada muridmurid Sekolah Menengah Atas dalam pelajaran Bahasa Inggris. Melalui proses belajar mengajar membaca,
para siswa diharapkan mampu memahami teks bacaan yang mereka baca. Akan tetapi berdasarkan study
pendahuluan ditemukan bahwa siswa siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Muara Teweh masih mengalami
kesulitan dalam menemukan gambaran umum dari suatu bacaan, menemukan informasi tertentu, menemukan
pokok pikiran serta menemukan informasi yang tersurat dan tersirat. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa
faktor seperti; rendahnya motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris, terbatasnya jumlah kosakata bahasa
Inggris yang mereka kuasai, kurangnya kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan membaca, serta
teknik mengajar yang kurang variatif. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa,
penerapan sebuah metode atau strategi yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar membaca sangatlah
diperlukan. Dalam hal ini Reciprocal Teaching (RT) Method atau Metode Pengajaran Timbal Balik dengan
empat strateginya; predicting (memprediksi), clarifying (mengklarifikasi), questioning (bertanya), dan
summarizing (menyimpulkan) diterapkan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kemampuan
memahami bacaan.
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keampuan pemahaman membaca siswa dalam bahasa
Inggris melalui penerapan Metode Pengajaran Timbal-Balik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa. Dalam kegiatan Metode Pengajaran Timbal-Balik,
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang siswa. Siswa belajar bagaimana
memprediksi isi materi berikutnya; menjelaskan kata-kata, frase, atau kalimat yang dianggap sulit kepada
rekannya; dan menyimpulkan isi dari apa yang mereka telah baca. Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian tindakan kelas yang mana peneliti dan guru bekerja sama dalam menyiapkan prosedur Metode
Pengajaran Timbal-Balik yang sesuai, merancang rencana pembelajaran, menentukan criteria keberhasilan,
melaksanakan kegiatan, mengamati, dan melakukan refleksi. Subyek penelitian ini berjumlah 40 orang siswa
kelas XI IPS 2 MAN Muara Teweh-Kalimantan Tengah pada tahun akademik 2008/2009. Penelitian ini
dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari tiga kali pertemuan.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil (1) lembar observasi, untuk memperoleh informasi
tentang kegiatan dan penampilan guru dan siswa selama pelaksanaan Metode Pengajaran Timbal-Balik, (2)
catatan lapangan, digunakan untuk mencatat data yang tidak tercakup pada lembar observasi, (3) kuis,
digunakan untuk mengidentifikasikan apakah siswa sudah memperoleh kemajuan dalam pemahaman
membaca, dan (4) kuesener digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa apakah strategi yang
diterapkan dapat memotivasi siswa terlibat selama proses pengajaran dan pembelajaran. Prosedur penerapan
Metode Pengajaran Timbal-Balik dalam pengajaran dan pembelajaran pemahaman membaca dibagi menjadi
tiga tahap. Tahap pertama adalah kegiatan awal. Tahap kedua adalah kegiatan inti yang terdiri dari empat
strategi; memprediksi, menjelaskan, bertanya, dan merangkum. Tahap ketiga adalah kegiatan akhir.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Metode Pengajaran Timbal-Balik dalam pengajaran dan
pembelajaran pemahaman membaca adalah efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman membaca
siswa. Peningkatan tersebut ditunjukan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa melalui siklus kegiatan
yaitu 53,56 untuk tes awal; 58,69 untuk tes Siklus 1; dan 72,00 untuk tes Siklus 2. Selain itu siswa
termotivasi dan aktif dalam kelas belajar yang menggunakan metode tersebut dalam hal belajar bekerja
bersama dan saling membantu satu sama lainnya dalam sebuah kelompok yang berbeda kemampuan yang
ditunjukan dengan hasil kerja mereka.
Berdasarkan temuan tesebut, disarankan kepada para guru untuk menggunakan Metode Pembelajaran Timbal-Balik sebagai satu alternative pengajaran pemahaman membaca di kelas dan pengajaran bahasa
Inggris lainnya untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Kepada para siswa juga disarankan untuk
menggunakan Metode Pengajaran Timbal-Balik untuk melatih kemampuan pemahaman membaca mereka
yang dapat dilakukan melalui kegiatan intra atau ekstra kurikuler. Selanjutnya bagi para peneliti berikutnya
disarankan untuk melakukan penelitian yang sama yang mencakup tingkat siswa yang lebih tinggi atau
rendah seperti menggunakan siswa kelas X and XII sekolah lanjutan tingkat atas sebagai subyek penelitian
berikutnya.
Kata kunci: metode pengajaran timbal-balik, meningkatkan, pemahaman membaca
234 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa di Madrasah Aliyah Sunan Drajat SugioLamongan melalui Teknik Bermain Peran
Chothibul Umam
Abstrak
Berdasarkan penelitian pendahuluan, peneliti menemukan beberapa masalah terkait dengan aktivitas
pembelajaran bahasa Inggris di Madrasah Aliyah Sunan Drajat Sugio-Lamongan. Masalah-masalah tersebut
adalah rendahnya kemampuan berbicara siswa, rendahnya motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris, dan
penggunaan teknik yang monoton dan tidak tepat oleh guru. Oleh karena itu, peneliti sangat termotivasi
untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara menerapkan teknik bermain peran dalam pengajaran
ketrampilan berbicara.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana teknik bermain peran meningkatkan
kemampuan berbicara siswa kelas 11 Madrasah Aliyah Sunan Drajat Sugio-Lamongan. Rancangan yang
diterapkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus
secara kolaboratif dimana peneliti dibantu oleh guru kolaborator didalam melakukan penelitian. Penelitian
dilakukan di dalam satu kelas yang terdiri dari 24 siswa yang secara keseluruhan dijadikan subyek penelitian.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, penerapan, pengamatan
(pengambilan data), dan refleksi. Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan beberapa
instrumen penelitian, yaitu lembar observasi, catatan lapangan, dan angket.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketrampilan berbicara siswa meningkat secara
signifikan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Ini bisa dilihat dari hasil di tiap siklus. Kemampuan berbicara
siswa meningkat dari 41.7% siswa yang mampu mencapai paling tidak tingkat baik (good) di siklus pertama
menjadi 66.7% siswa di siklus kedua. Rasa percaya diri siswa juga meningkat dari 37.5% siswa di siklus
pertama menjadi 62.5% siswa di siklus kedua.
Prosedur teknik bermain peran yang diterapkan oleh peneliti dalam penelitian ini terdiri dari 7
langkah pokok, yaitu: menentukan materi pembelajaran, mengatur kelompok siswa, memberikan teks situasi
dan dialog yang harus dimainkan, mengajari teks dialog yang telah diberikan, menyuruh siswa praktek
bermain peran dengan teman kelompoknya sesuai dialog yang telah diberikan, menyuruh siswa memodifikasi
situasi dan dialog yang telah dimainkan bersama kelompoknya masing-masing, dan menyuruh siswa
menampilkan dialog yang telah mereka buat atau modifikasi sendiri di depan kelas bersama anggota
kelompoknya masing-masing.
Berdasarkan efektifitas dari penerapan teknik bermain peran dalam pengajaran berbicara, maka bagi
guru bahasa Inggris yang siswanya memiliki masalah kelas, karakter, dan situasi yang sama dengan
Madrasah Aliyah Sunan Drajat Sugio-Lamongan, disarankan bahwa teknik bermain peran ini bisa digunakan
sebagai teknik alternativ untuk mengajarkan kemampuan berbicara bahasa Inggris di tingkat SMA/MA.
Kata kunci: teknik bermain peran, kemampuan berbicara
Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa dalam Menulis Teks Recount melalui Gambar
Berseri di MTs Negeri Lubuk Basung I Sumatera Barat
Era Susanti
Abstrak
Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit bagi siswa di MTs Negeri Lubuk Basung 1
Sumatra Barat. Hal ini dapat dilihat dari skor yang tidak memuaskan dan beberapa masalah yang dihadapi
siswa ketika menulis. Menulis menempati skor terendah dibandingkan tiga kemampuan bahasa lainnya.
Selain itu, siswa mengalami kesulitan untuk mendapatkan ide. Mereka tidak dapat menulis dengan lancar
karena mereka tidak tahu apa yang akan ditulis dan mereka mandek ketika sedang menulis. Selain itu,
mereka juga mendapatkan kesulitan bagaimana membuat kalimat. Hasilnya, siswa tidak memiliki motivasi
untuk menulis dan menjadikan menulis sebagai kegiatan yang sulit dan membosankan bagi mereka.
Berkenaan dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menguraikan bagaimana gambar berseri
digunakan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks recount di MTs Negeri Lubuk Basung
1 Sumatera Barat.
Program Studi S2 ING 235
Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaborasi dimana peneliti dan guru
kolaborasi bekerja sama dalam melaksanakan penelitian. Prosedur penelitian terdiri dari empat tahapan
utama, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi pelaksanaan, dan refleksi. Instrumen
penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes menulis, format observasi, catatan lapangan,
dan wawancara. Subyek penelitian ini adalah 31siswa MTs Negeri Lubuk Basung 1 Sumatera Barat kelas
VIII.4 tahun pelajaran 2008/2009.
Penelitian ini menemukan prosedur yang cocok dalam penggunaan gambar berseri dalam mengajar
menulis teks recount sebagai berikut: (1) membagi siswa dalam kelompok-kelompok, (2) meminta siswa
menyusun gambar acak menjadi gambar berseri (3) meminta siswa mencari kosakata dan informasi-informasi
dari gambar,(4) meminta siswa menentukan outline masing-masing gambar, (5) memberikan model teks
recount kepada siswa, (6) meminta siswa mengidentifikasi kata kerja yang digunakan di dalam teks, (7)
meminta siswa mengidentifikasi kata sambung yang digunakan dalam teks,(8) meminta siswa mendiskusikan
bagian-bagian teks, (9) mendiskusikan isi teks dengan memberikan beberapa pertanyaan, (10) menyuruh
siswa mengidentifikasi penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam teks model, (11) meminta siswa
menyusun kalimat acak menjadi teks recount yang baik berdasarkan gambar berseri,(12) menyuruh siswa
memasang kartu-kartu yang bertuliskan kata hubung untuk menghubungkan gambar-gambar, (13) meminta
siswa menulis teks recount secara individu berdasarkan gambar berseri, (14) meminta siswa membaca
kembali draf dan mengoreksinya, (15) meminta siswa membaca nyaring hasil tulisan siswa di depan kelas,
dan (16) meminta siswa merespon karangan yang dibacakan oleh temanya. Setelah dites, skor rata-rata pada
siklus ini naik menjadi 66.0 dimana 73.3% siswa memperoleh skor 65 keatas.
Di samping peningkatan skor karangan siswa, temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa
aktif dan antusias dalam kegiatan belajar. Menulis menjadi kegiatan yang menyenangkan dan menarik bagi
mereka. Penerapan penggunaan gambar berseri dalam mengajar menulis teks recount juga mendapat
tanggapan positif dari siswa.
Dari temuan penelitian, disarankan kepada guru-guru bahasa Inggris yang menerapkan strategi ini
untuk memberikan instruksi yang jelas kepada siswa, mengatur waktu seefektif mungkin, memberikan
kontrol dan bimbingan dalam kerja kelompok, dan memilih topik dan gambar berseri yang dekat dengan
kehidupan siswa. Bagi peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang penggunaan
gambar berseri dalam pengajaran bahasa Inggris yang berfokus pada peningkatan penguasaan tata bahasa
siswa.
Kata kunci: kemampuan menulis, gambar berseri, teks recount
Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa Kelas Dua MTs Tarbiyah Takalar
melalui Permainan Bahasa
Herman
Abstrak
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan juga pengalaman peneliti sebagai guru, siswa MTs
Tarbiyah Takalar belum mampu berbahasa Inggris dengan baik, khususnya kelas VIIIC yang menjadi subyek
penelitian ini. Nilai rata-rata yang mereka peroleh dalam pelajaran berbicara bahasa Inggris adalah paling
rendah diantara empat ketrampilan berbahasa. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan siswa
tersebut yakni perasaan takut melakukan kesalahan, motivasi yang rendah, teknik mengajar guru yang
monoton, dan penguasaan kosa kata yang kurang. Dari faktor tersebut, teknik mengajar yang monoton
menjadi fokus penelitian ini. Karena teknik mengajar yang beragam sangat menentukan keberhasilan siswa,
maka guru menyiapkan teknik yang menarik dalam mengajar ketrampilan berbahasa Inggris yaitu teknik
permainan bahasa. Masalah penelitian ini adalah “Bagaimana permainan bahasa bisa meningkatkan
keterampilan berbahasa Inggris siswa kelas VIII MTs Tarbiyah Takalar?”
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang prosedurnya meliputi empat
tahapan: perencanaan, penerapan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus
dengan tiga pertemuan setiap siklus. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar
observasi, catatan lapangan, alat rekam, lembar penilaian diri siswa, dan lembar kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur permainan bahasa yang efektif dalam pengajaran
berbicara memiliki prosedur yang berbeda. Dalam permainan ”Trainee Reporter”, prosedurnya adalah: (1)
memberi contoh cara melakukan permainan dibantu dua orang siswa, (2) mengelompokkan siswa, (3)
meminta satu kelompok untuk mencontohkan kembali permainan tersebut, (4) membagikan gambar berbeda
236 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
kepada setiap kelompok sebagai acuan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan oleh ”Trainee
Reporter”, (5) meminta setiap kelompok menentukan ”reporter” nya masing-masing, (6) meminta siswa
menukar gambar dengan kelompok lain sebagai acuan wawancara, (7) meminta setiap kelompok memilih
dua orang di dalam gambar tersebut untuk diperankan dan menyiapkan berbagai informasi yang berhubungan
dengan kejadian di gambar tersebut untuk wawancara, (8) meminta ”reporter” setiap kelompok
mewawancarai kelompok yang bertukar gambar dengan kelompoknya, (9) meminta para ”reporter” kembali
ke kelompoknya masing-masing dan mendiskusikan hasil wawancara untuk laporan lisan, (10) meminta para
”reporter” menyampaikan laporan secara bergiliran dan siswa lain memperhatikan isi, tata bahasa dan
pengucapan dari para reporter, (11) menanyakan beberapa pertanyaan kepada siswa lain setiap selesai satu
reporter menyampaikan laporan untuk mengecek perhatian mereka, (12) meminta umpan balik dari siswa
mengenai kesalahan tata bahasa dan pengucapan dari setiap ”reporter” dan masalah yang mereka hadapi
selama proses belajar mengajar, (13) menugaskan kepada masing-masing kelompok merevisi laporan mereka
dan mengumpulkannya dalam bentuk tertulis. Sedangkan prosedur permainan ”Be Someone Else” adalah: (1)
memberikan contoh cara melakukan permainan itu dengan menjadi ”orang lain” dan memberi beberapa
informasi tentang ”diri barunya” (misalnya saya seorang polisi, saya sering menangkap penjahat, dst.), (2)
memotivasi siswa bertanya sebanyak mungkin tentang ”diri baru” nya, (3) meminta siswa menentukan ”diri
baru” mereka masing-masing dan memikirkan informasi-informasi tentang ”diri baru” mereka itu, (4)
mengelompokkan siswa dalam dua kelompok (A dan B), (5) meminta siswa kelompok A mewawancarai
siswa kelompok B secara berpasangan, (6) meminta siswa bertukar peran dan berganti pasangan, (7)
melaporkan hasil wawancara mereka secara bergiliran dan menyuruh siswa yang lain memperhatikan isi,
masalah tata bahasa, dan pengucapan dari setiap laporan, (8) menjawab beberapa pertanyaan setiap satu
laporan selesai melaporkan, (9) meminta umpan balik dari siswa mengenai kesalahan tata bahasa dan
pengucapan dari setiap ”reporter” dan masalah yang mereka hadapi selama proses belajar mengajar, (10)
menugaskan masing-masing siswa merevisi laporan mereka dan mengumpulkannya dalam bentuk tertulis.
Hasil penelitian pada Siklus Dua menunjukkan peningkatan berarti, baik mengenai keterlibatan
siswa maupun unjuk kerja berbicara siswa. Rata-rata 86% siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan nilai rata-rata siswa dalam melakukan dialog sederhana adalah 76 dan dalam menyampaikan
laporan lisan adalah 74. Ini berarti bahwa temuan di Siklus Dua telah mencapai ke tiga kriteria keberhasilan
yang ditetapkan.
Oleh karena itu, disarankan kepada para guru bahasa Inggris agar menerapkan teknik ini dalam
pengajaran berbahasa Inggris di kelas yang siswanya bermotivasi rendah dan kemampuan yang beragam dan
menyampaikan teknik ini pada kegiatan MGMP, workshop, ataupun pelatihan guru. Selain itu, disarankan
pula kepada para calon peneliti untuk melakukan penelitian yang sejenis dengan permasalahan yang mirip
pula tetapi dengan tempat penelitian yang berbeda. Mereka dapat juga melalukan penelitian eksperimen
mengenai keterampilan berbicara untuk menguji atau memperkuat hasil penelitian ini.
Kata kunci: permainan bahasa, keterampilan berbicara
Meningkatkan Pemahaman Membaca Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS) Surabaya melalui Strategi Pemahaman Membaca PreQueS
Hermanto
Abstrak
Dalam konteks pengajaran dan pembelajaran Bahasa Inggris, membaca adalah keterampilan wajib
yang diajarkan di sekolah-sekolah mulai tingkat sekolah dasar dampai pendidikan tinggi. Namun demikian,
hasil hasil yang diperoleh oleh para siswa dalam hal membaca tidak sebaik seperti yang diharapkan.
Berdasarkan hasil beberapa penelitian, keadaan ini terjadi karena beberapa faktor, antara lain, siswa
menganggap membaca merupakan kegiatan yang tidak menarik dan mereka kurang menguasai strategi yang
efektif untuk memahami suatu teks.
Pada kasus mahasiswa ITS, kegagalan mendapatkan hasil yang memuaskan dalam membaca,
menurut hasil survey yang diadakan, adalah terbatasnya latar belakang pengetahuan dan kurangnya
penguasaan strategi membaca. Akibatnya, kemampuan memahami bacaan mereka tidak memuaskan.
Berdasarkan hasil analisa kemampuan membaca mahasiswa Kelas XI TPB ITS semester Genap 2007/2008
menunjukkan bahwa rata-rata nilai tes membaca mereka adalah 68.8 dengan bentangan nilai 56 di mana nilai
terendah adalah 40 dan yang tertinggi adalah 96. Untuk memperbaiki keadaan ini, maka strategi PreQueS,
Program Studi S2 ING 237
yaitu sebuah strategi yang merupakan gabungan dari previewing, questioning, dan summarizing diterapkan
untuk meningkatkan kemampuan membaca mahasiswa ITS Surabaya.
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode penelitian tindakan kelas kolaborasi yang terdiri
dari empat langkah, yaitu perencanaan berupa kegiatan untuk mempersiapkan rencana pembelajaran, kriteria
keberhasilan serta instrument penelitian, pelaksanaan rencana yaitu kegiatan pelaksanaan rencana
pembelajaran, pengamatan yaitu kegiatan pengumpulan data serta analisa data dan refleksi pelaksanaan
kegiatan. Refleksi dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian dengan criteria keberhasilan yang
terdiri dari 1). mahasiswa mampu menerapkan strategi PreQueS dalam kegiatan membaca mereka, 2). nilai
rata-rata membaca yang dicapai meningkat dari 68.8 (setara dengan B atau ‘Baik’ menurut peraturan
akademik ITS) menjadi 71 (setara dengan AB atau ‘Sangat Baik’ menurut peraturan akademik ITS), 3). nilai
terendah yang dicapai oleh mahasiswa adalah 56 (setara dengan C atau ‘Cukup’ menurut peraturan akademik
ITS).
Setelah satu putaran selesai, hasil penelitian menunjukkan dua aspek penting. Aspek pertama
berhubungan dengan implementasi strategi PreQueS oleh pengajar. Dari empat pertemuan kelas yang
dilakukan, guru secara bertahap berhasil memperkenalkan strategi PreQueS kepada siswa. Guru berhasil
menerapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam mengimplementasikan strategi PreQueS seperti yang
telah direncanakan sehingga pada akhir penelitian para siswa yang pada mulanya tidak mengetahui strategi
PreQueS akhirnya menjadi tahu dan dapat menerapkannya sendiri. Aspek kedua adalah respon mahasiswa
terhadap penerapan strategi PreQueS dan hasil yang dapat dicapai oleh mereka. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar dari mahasiswa (73.5%) mampu mengimplementasikan strategi PreQueS
dengan baik dan sebanyak 76.5% mampu menunjukkan secara eksplisit bagaimana cara
mengimplementasikan strategi PreQueS dalam membaca. Selanjutnya pencapaian kemampuan membaca
mahasiswa juga menunjukkan peningkatan dari rata-rata semula 68.8 menjadi 81.3 pada akhir penelitian.
Nilai terendah yang diperoleh mahasiswa juga berubah dari semula 40 menjadi 66 pada akhir putaran.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa penerapan strategi PreQueS
mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi guru di mana penelitian ini dilakukan dalam 2 aspek.
Aspek pertama terkait dengan pengembangan strategi membaca. Strategi membaca PreQueS yang
pada dasarnya terdiri dari strategi previewing, questioning dan summarizing mampu membantu mahasiswa
ITS Surabaya meningkatkan kemampuan membaca. Previewing membantu mahasiswa dalam membaca
untuk menangkap ide umum dari isi bahan bacaan, sehingga mereka mampu mengantisipasi apa yang akan
dibahas selanjutnya dari bahan bacaan tersebut. Questioning membantu mahasiswa dalam menentukan apa
yang ingin mereka ketahui lebih lanjut pada saat membaca. Dari apa yang telah mereka putuskan untuk
mereka ketahui dari bahan bacaan itu, mahasiswa akan menjadi lebih penasaran ingin tahu dan menikmati
bahan bacaan itu. Summarizing membantu mahasiswa membangun kembali atau merekonstruksi apa yang
telah mereka pahami dari bahan bacaan yang telah mereka baca. Penerapan strategi membaca PreQueS terdiri
dari empat tahap yaitu brain storming, pemodelan, kerja kelompok, dan kerja individu. Brain storming
berguna untuk memberi mahasiswa konsep strategi PreQueS secara kuat. Pemodelan adalah suatu langkah
yang dilakukan oleh pengajar untuk memberi contoh atau model bagaimana menerapkan strategi PreQueS.
Kerja kelompok berguna untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa pada tahap awal dalam menerapkan
strategi PreQueS. Dalam tahap kerja kelompok ini mahasiswa dipandu oleh guru dalam menerapkan strategi.
Kerja individu bertujuan untuk meltih siswa menerapkan strategi PreQueS secara mandiri.
Aspek kedua adalah peningkatan prestasi kemampuan membaca mahasiswa. Dalam hal ini,
peningkatan prestasi tersebut ditunjukkan oleh hasil penelitian berupa peningkatan nilai rata-rata dan nilai
minimum mahasiswa.
Dengan hasil penelitian yang baik, maka disarankan para mahasiswa menerapkan strategi
pemahaman membaca PreQueS dalam kegiatan membaca mereka. Para guru yang mengajar membaca juga
disarankan untuk mengajar siswa strategi pemahaman membaca PreQueS. Selain itu, para peneliti lain juga
disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mengembangkan strategi pemahaman membaca
PreQueS ini. Supaya semua yang disarankan ini dapat berjalan maka dukungan dari institusi juga sangat
diharapkan.
Kata kunci: meningkatkan pemahaman membaca, strategi pemahaman membaca PreQueS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
238 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas Sebelas MAN 2 Madiun
Melalui Diskusi dalam kelompok kecil
Ida Sriwidati
Abstrak
Membaca sebagai satu kegiatan yang penting pada setiap kegiatan bahasa. Dengan membaca orang
dapat memperoleh informasi dari berbagai macam teks tertulis yang berasal dari koran, majalah, iklan,
brosur, dan lain-lainnya. Menurut Djiwandono (2008:62), membaca merupakan kegiatan yang lebih penting
dalam kehidupan dunia moderen dengan perkembangan setiap aspek kehidupan yang serba cepat
Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca dengan menggunakan diskusi kelompok kecil. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Sasaran penelitian siswa
kelas XI IPA 3 MAN 2 Madiun tahun 2008-2009 yang terdiri empat puluh siswa. Penelitian ini
menggunakan kegiatan yang berkesinambungan untuk pengumpulan data yang terdiri dari penelitian
sebelumnya, perencanaan, penerapan, pengamatan dan refleksi. Ada dua kriteria untuk menunjukan bahwa
penelitian ini berhasil jika nilai rata-rata siswa yang didapatkan dari 5,6 menjadi 6,5 dimana siswa terlibat
aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan 80% siswa dapat menjawab tes pemahaman membaca.
Hasil penelitian ini mengungkapkan model yang sesuai pada diskusi kelompok kecil dengan
diterapkan tiga prosedur: (a) sebelum kegiatan membaca berfokus untuk mengaktifkan pengetahuan awal
siswa; (b) kegiatan inti berfoukus untuk membaca teks dengan diam, mendiskusikan isi bacaan dengan
diskusi kelompok kecil mereka, menjawab pertanyaan-pertanyaan pemahaman, mengamati dengan
memberikan pengarahan dan memeriksa hasil tes siswa; (c) kegiatan akhir memfokuskan pemeriksaan
kembali pada pemahaman bacaan siswa pada teks.
Selanjutnya penemuan ini juga menunjukan bahwa siklus diskusi kelompok kecil berhasil dalam
meningkatan kemampuan pemahaman bacaan siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari kenaikan nilai ratarata siswa dan keterlibatan dalam kegiatan pemahaman membaca. Nilai rata-rata diperoleh siswa pada dua
siklus yang ditunjukkan dengan daftar pengamatan, catatan lapangan dan hasil tes siswa. Nilai rata-rata 64,70
di siklus I belum mencapai kriteria kesuksesan I. Di siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 70,83 yang
berarti kriteria kesuksesan II tercapai. Disamping itu penemuan tersebut juga menunjukan bahwa diskusi
kelompok kecil merupakan teknik yang efektif untuk menumbuhkan keterlibatan siswa dalam kegiatan
membaca pemahaman. Di siklus I, 65% keterlibatan siswa dalam kegiatan membaca meningkat dan
prosentase 80% lebih besar di siklus kedua. Hal ini menunjukkan bahwa criteria kedua tercapai.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok kecil tidak hanya
efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa tetapi juga meningkatkan keterlibatan
siswa dalam kegiatan membaca. Oleh sebab itu, guru Bahasa Inggris disarankan untuk menerapkan diskusi
kelompok kecil khususnya dalam pengajaran membaca pemahaman. Namun, guru harus mendesain model
diskusi kelompok kecil yang sesuai, mendesain rencana pembelajaran, memilih jenis teks, menyusun tugastugas, dan membagi waktu karena membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengajarkan siswa yang
berkemampuan rendah. Disamping itu guru juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip diskusi kelompok kecil
sehingga sesuai dengan tugas yang dikerjakan siswa. Tugas-tugas tersebut bisa menjadi pekerjaan rumah
apabila waktu di sekolah terbatas. Semakin banyak dan beragam tugas untuk siswa maka semakin meningkat
pengetahuan siswa dan membuat mereka semakin terlatih.
Kepada peneliti selanjutnya, khususnya yang berminat dalam meneliti didalam kelasnya, dianjurkan
untuk meneliti penerapan diskusi kelompok kecil dalam pengajaran membaca pemahaman yang berhubungan
dengan jenis-jenis teks yang tidak hanya jenis teks penelitian ini , misalnya: procedure, report, recount,
narrative dan hortatory exposition.
Kata kunci: meningkatkan, kemampuan pemahaman membaca, teknik diskusi kelompok kecil
Program Studi S2 ING 239
Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas Sebelas MA Darul Lughah
Wal Karomah Kraksaan Probolinggo dengan menggunakan Strategi Berpikir- BerpasanganBerbagi
Juhari
Abstrak
Membaca adalah salah satu dari empat komponen bahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Tanpa
membaca, siswa tiadak bisa memperluas pengetahuannya, membuka cakrawala dunia, dan mengakses
teknologi informasi dengan mendalam. Agar siswa dapat memahami bacaan dengan baik, banyak alternative
strategy pengajaran reading dapat dikembangkan. Salah satunya adalah penerapan strategi BerpikirBerpasangan-Berbagi. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca
pemahaman dengan menggunakan stategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengembangkan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman siswa. Dalam kegiatan ini, siswa di bagi dua (berpasangan) dan setiap pasang melakukan tiga
tahap kegiatan kerjasama yang terpadu yaitu pada langkah awal, setiap siswa berpikir sendiri tentang
pertanyaan atau masalah yang diberikan guru. Langkah ke dua, siswa berpasangan dan bertukar pikiran
dengan pasangannya masing-masing. Pada langkah ke tiga, setiap pasangan berbagi jawaban dengan
pasangan lain, kelompok lain, atau dengan seluruh kelompok atau kelas.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yaitu kolaborasi antara peniliti dengan guru
untuk berkerjasama untuk mengembangkan prosedur strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi yang sesuai,
membuat rencana pengajaran, menentukan kreteria kesuksesan belajar, melakukan tindakan, mengamati dan
melakukan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 32 siswa kelas sebelas MA Darul Lughah Wal Karomah
Kraksaan Probolinggo tahun ajaran 2008-2009. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang terdiri atas
tiga kali pertemuan. Dua Pertemuan untuk penerapan strategy Berpikir- Berpasangan-Berbagi dan satu
pertemuan untuk test.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil (1) lembar observasi, untuk memperoleh informasi
tentang kegiatan dan penampilan guru dan siswa selama pelaksanaan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi,
(2) Catatan lapangan digunakan untuk mencatat data yang tidak terdapat pada lembar observasi, (3) Kuis
membaca pemahaman digunakan untuk mengidentifikasikan apakah siswa sudah memperoleh kemajuan
dalam membaca pemahaman dan (4) kuesiner digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa apakah
strategi yang diterapkan dapat memotivasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa langhah-langkah dalam melaksanakan stategi BerpikirBerpasangan-Berbagi dalam pengajaran membaca pemahaman terdiri atas tiga langkah. Langkah pertama
adalah kegiatan awal, yaitu (1) menunjukkan gambar kepada siswa dan memberikan beberapa pertanyaan
lisan yang berhubungan dengan gambar, (2) menyuruh siswa memprediksi topic yang akan dipelajari, (3)
meminta siswa menyebutkan kata-kata yang mungkin digunakan dalam tek dan menuliskan kata-kata yang
telah diprediksi di papan tulis. Langkah ke dua adalah kegiatan initi, yaitu (1) menyuruh siswa membaca tek
dalam hati, (2) memberikan contoh bagaimana cara membaca tek yang benar dan meminta siswa untuk
mengikuti dan menggaris-bawahi kata-kata yang sulit, (3) menjelaskan arti dari kata-kata sulit, (4)
menjelaskan isi dari tek, (5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, (6), menyuruh siswa
untuk menjawab pertanyaan (ya-tidak) secara lisan, (7) menjelaskan langkah-langkah dan kegiatan yang akan
siswa lakukan dalam kelas membaca, (8) menyuruh siswa untuk menjawab sendiri pertanyaan pemahaman
dan memberikan bantuan apabila diperlukan, (9) menyuruh siswa berpasangan, (10) menyuruh setiap
pasangan untuk mendiskusikan pertanyaan dan memberikan semangat kepada siswa untuk membantu
pasangannya, memonitor dan memberikan bantuan jika diperlukan, (11) menyuruh setiap pasangan untuk
berbagi jawaban secara bergiliran. Langkah ke tiga adalah kegiatan akhir, yaitu (1) memeriksa kembali
jawaban siswa, (2) menulis jawaban yang benar di papan tulis dan (3) membuat kesimpulan dan menutup
pelajaran.
Penelitian ini menunjukkan bahawa pelaksanaan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi dalam
pembelajaran membaca pemahaman adalah efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman
siswa. Lebih lanjut, siswa terlihat aktif dalam berbagi pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan selama
pembelajaran dengan menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi. Siswa juga memberikan respon
yang positip terhadap pembelajaran dengan menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi.
Disarankan kepada para guru untuk menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi sebagai
salah satu strategi alternatif dalam pengajaran membaca pemahaman di dalam kelas dan pelajaran bahasa
Inggris lainnya. Siswa juga direkomendasikan untuk menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi
240 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
sebagai strategi belakajar dalam membaca pemahaman yang dapat mereka lakukan pada kegiatan intra
kurikuler atau ekstra kurikuler.
Kata kunci: meningkatkan, kemampuan membaca pemahaman, strategy berpikir berpasangan berbagi.
Meningkatkan Kemampuan Menulis Argumentasi Mahasiswa Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin dengan Menggunakan Teknik Diagram Pohon
Jumariati
Abstrak
Menulis esei argumentasi adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh mahasiswa Strata 1 Program
Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Lambung Mangkurat. Kemungkinan penyebab dari masalah
tersebut adalah penggunaan strategi pembelajaran yang kurang efektif untuk membimbing mahasiswa dalam
menulis. Untuk mengatasi masalah tersebut, diadakanlah studi ini dengan menerapkan Teknik Diagram
Pohon (TDP) dalam pengajaran menulis esei argumentasi. Teknik ini dipilih untuk mengatasi masalah
mahasiswa karena berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, (Lee, 2004; Riley, 2002) teknik ini membantu
siswa melihat hubungan antar ide-ide dalam tulisannya. Sebagai hasilnya, siswa dapat meningkatkan kualitas
tulisan mereka, tidak hanya dalam hal organisasi tapi juga tata bahasa, kosakata, dan mekanisme penulisan.
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif: peneliti bekerjasama
dengan kolaborator dalam hal: merancang rencana pembelajaran, menerapkan dan mengamati tindakan, dan
mengadakan refleksi. Subyek penelitian ini adalah para mahasiswa Strata 1 Program Studi Pendidikan
Bahasa Inggris Universitas Lambung Mangkurat yang sedang mengikuti Mata Kuliah Writing III pada Tahun
Ajaran 2008/2009. Mereka adalah mahasiswa jalur non-reguler (mandiri), kelas B3. Mereka dipilih sebagai
subyek karena berdasarkan silabus Mata Kuliah Writing III, mereka belajar bagaimana mengembangkan
paragraf dan menulis esei. Hal ini sejalan dengan kegunaan teknik yang diterapkan, yakni Teknik Diagram
Pohon.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus mengikuti langkah-langkah dalam penelitian tindakan
kelas: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Data
penelitian diperoleh dari hasil tulisan akhir mahasiswa, lembar pengamatan, dan catatan lapangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa TDP dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis esei
argumentasi. Pada studi awal, dari 27 mahasiswa hanya 4 orang yang mencapai nilai sama dengan atau lebih
dari 70 (kriteria keberhasilan minimal dalam studi ini). Setelah penerapan Teknik Diagram Pohon, 18 orang
dari 33 mahasiswa mencapai nilai minimal. Meskipun demikian, peningkatan jumlah mahasiswa yang
mencapai nilai minimal masih belum memenuhi kriteria keberhasilan studi, yakni 75% dari seluruh jumlah
mahasiswa di kelas. Sehingga, tindakan dilanjutkan ke siklus kedua. Setelah penerapan TDP di siklus kedua,
sejumlah 26 orang dari 31 mahasiswa (83.87%) berhasil mencapai kriteria keberhasilan studi.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, akhirnya dapat disarankan bahwa: (1) para mahasiswa
mata kuliah Writing menggunakan Teknik Diagram Pohon untuk merencanakan dan menyusun tulisannya,
(2) para pengajar ketrampilan menulis menerapkan Teknik Diagram Pohon didalam pengajarannya, (3)
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Lambung Mangkurat memberikan perhatian lebih
terhadap masalah pengajaran ketrampilan menulis di lembaganya dengan mempertimbangkan kekuatan
Teknik Diagram Pohon dan mensosialisasikan teknik tersebut, dan (4) para peneliti lain mengadakan
penelitian serupa dengan menerapkan Teknik Diagram Pohon untuk meningkatkan tidak hanya kemampuan
menulis esei dalam jenis teks lain seperti deskripsi, narasi, atau eksposisi, tetapi juga meningkatkan
kemampuan berbicara dan membaca.
Kata kunci: menulis, argumentasi, teknik diagram pohon
Program Studi S2 ING 241
The Implementation of Cooperative Learning in Developing Students’ Speaking Ability at
SMA Negeri 1 Malang
Junette Cinthya Tamaela
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan Cooperative Learning untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris interaksi antara siswa yang terjadi saat
penerapan Cooperative Learning memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendapat pemerolehan Bahasa
Inggris. Mempertimbangkan hal ini maka penelitian ini berusaha untuk memperlihatkan bahwa Cooperative
Learning dapat membantu mengembangkan kemampuan berbicara siswa.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek dari penelitian ini adalah 35 orang siswa Kelas X-4
SMAN 1 Malang. Data diperoleh dari proses belajar dan mengajar melalui hasil observasi, catatan lapangan,
dan wawancara yang dilakukan dilokasi penelitian. Dari data yang diperoleh, pendeskripsian penerapan
Cooperative Learning untuk meningkatkan kemapuan berbicara siswa dapat diperoleh.
Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, Cooperative Learning
memungkinkan siswa untuk berpartisipasi dalam bekerja sebagai suatu tim dimana mereka saling mengisi
antar satu dengan yang lain dalam kelompok-kelompok kecil, hal ini terlihat saat siswa yang mengetahui
jawaban memberitahukan kepada teman yang lainnya dalam kelompok itu dan menanyakan pendapat mereka
tentang jawaban yang ia berikan. Sehingga adanya saling mendorong dan saling mengembangkan kelemahan
satu dengan yang lain. Kedua, dengan bekerja melalui Cooperative Learning, siswa termotivasi untuk
berbicara. Mereka berkomunikasi satu dengan yang lain dengan memberikan opini, bertanya, menjawab
pertanyaan, meminta klarifikasi, dan meresponi dukungan yang diberikan oleh teman. Mereka
mengembangkan kemampuan berbicara mereka dengan mempraktekkan berbicara sebanyak mungkin
melalui interaksi dengan teman sekelompok. Siswa memperoleh banyak kesempatan untuk berbicara karena
Cooperative Learning menuntut dan memperdalam kemampuan berbicara siswa. Keberhasilan kelompok
bergantung pada interaksi dari masing-masing anggota. Dengan belajar dalam kelompok koperatif ada
kesempatan bagi siswa untuk menerima bantuan secara individu dari teman sekelompoknya. Bantuan dari
teman meningkatkan kemampuan baik bagi siswa yang dibantu maupun bagi yang membantu.
Ada beberapa saran bagi guru Bahasa Inggris yang ingin menerapkan Cooperative Learning untuk
meningkatkan berbicara siswa. Guru harus merencanakan dengan baik sebelum mengajar siswa
menggunakan Cooperative Learning dimana guru harus mempersiapkan materi yang sesuai dengan tingkatan
kelas dan kemampuan siswa dan menerapkan beberapa prinsip dasar (manajemen kooperatif, struktur tugas,
tanggungjawab individu dan kelompok, peranan guru dan siswa, dan proses pengelompokkan). Dalam
menggunakan kelompok kecil, empat siswa dalam satu kelompok merupakan jumlah yang maksimum untuk
mengatur pembelajaran. Studi menunjukan bahwa empat siswa dapat bekerja secara berpasangan, karena
masing-masing siswa mempunyai tiga kesempatan dalam berpasangan untuk bertukar pikiran. Hal ini
memberikan kesempatan untuk mengalami pengalaman pembelajaran yang baik dan memberi ruang untuk
memberi kontribusi secara individu. Formasi kelompok disusun sehingga siswa duduk berdekatan dan saling
berhadapan dalam satu dengan mencampurkan siswa berdasarkan jenis kelamin dan kemampuan agar tercipta
perbedaan pandangan. Guru harus memonitor siswa saat mereka kerja kelompok dan memberikan bantuan
jika diperlukan.
Kata kunci: cooperative learning, speaking ability
Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas Delapan MTs PKP Manado Melalui
Pemetaan Konsep
Kalsum Maloho
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan temuan pada studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa
kemampuan menulis siswa kelas delapan MTs PKP Manado masih kurang memuaskan. Siswa kesulitan
menulis dalam hal memperoleh ide, membuat tulisan relevan dengan topic, dan memilih kata-kata. Untuk
mengatasi masalah ini, salah satu alternatif strategi digunakan dalam pengajaran menulis paragraf deskripsi.
Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pemetaan konsep meningkatkan kemampuan menulis siswa
242 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
kelas delapan MTs PKP Manado?” Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dirancang untuk
mengembangkan stategi pemetaan konsep untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas delapan.
Pemetaan konsep ini dipilih karena dapat membantu siswa berusaha secara kooperatif dalam kegiatan
menulis dan belajar menulis secara bersama dengan cara yang menyenangkan namun kompetitif. Selain itu,
telah terbukti, dalam banyak penelitian, pemetaan konsep dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa
dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan menulis.
Menulis sebagai salah satu keterampilan bahasa berperan penting dalam konteks pengajaran bahasa
Inggris. Menulis adalah salah satu cara bertukar pikiran dan menunjukkan kemampuan seseorang untuk
mengungkapkan cara pandang berdasarkan topik tertentu (Hyland, 2003). Ini berarti bahwa pengungkapan
ide dari pesan tertentu di tuangkan dalam bentuk tulisan. Menulis berarti menyalurkan pesan dalam bentuk
tulisan.
Subyek penelitian ini adalah dua puluh siswa (Kelas VIII-A) MTs PKP Manado, Sulawesi Utara
pada tahun akademik 2008/2009. Penelitian ini dilakukan melalui dua siklus yang mengacu pada prosedur
penelitian tindakan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Tiap siklus dalam penelitian
ini terdiri dari satu pertemuan untuk pelaksanaan strategi dan dua pertemuan untuk pemberian tugas melalui
proses menulis. Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa instrumen yaitu portofolio, lembar
pengamatan dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemetaan konsep efektif dalam
meningkatkan kemampuan menulis siswa. Peningkatan dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata dan
keterlibatan siswa dalam kegiatan menulis. Perolehan nilai rata-rata siswa pada dua siklus ditunjukkan
melalui portofolio. Sementara keterlibatan siswa dalam kegiatan menulis ditunjukkan melalui lembar
pengamatan dan catatan lapangan. Berkaitan dengan produk akhir siswa, kriteria keberhasilan pertama dari
penelitian ini adalah nilai rata-rata siswa harus mencapai 65 atau lebih. Sementara, berkaitan dengan
keterlibatan siswa dalam keiatan menulis, kriteria keberhasilan kedua adalah 70% siswa harus terlibat dan
keterlibatan mereka berada pada skala “Baik” dan “Lebih Baik.” Nilai rata-rata 59.68 pada Siklus 1 belum
memenuhi kriteria keberhasilan pertama. Pada Siklus 2, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 69.85.
Disamping itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemetaan konsep juga sangat efektif untuk
meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan menulis. Pada Siklus 1, 70% siswa terlibat dalam kegiatan
menulis, dan persentasenya meningkat pada Siklus 2 menjadi 80%. Hal ini berarti memenuhi kriteria
keberhasilan kedua.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa model pemetaan konsep yang sesuai dalam pengajaran
menulis meliputi langkah-langkah berikut: (1) mengarahkan siswa kepada topik dengan memberikan
pertanyaan, (2) menghubungkan topik dengan pengetahuan siswa sebelumnya, (3) memperkenalkan topik
dan menjelaskan tujuan pembelajaran, (4) menunjukkan gambar yang berkaitan dengan topik dengan cara
menempelkannya di papan tulis, (5) meminta siswa untuk mengamati gambar, (6) meminta siswa
memperoleh ide dan menyusun ide-ide mereka melalui pemetaan konsep sebagai contoh dipapan tulis, (7)
membagikan contoh paragraf deskripsi, (8) meminta siswa duduk dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang,
(9) membagikan gambar-gambar binatang lucu, kertas berukuran (A4), dan spidol warna, (10)
memberitahukan siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok, (11) meminta siswa menulis
judul berdasarkan gambar yang dimulai dari tengah kertas, (12) meminta siswa menulis draf awal secara
indifidu, (13) meminta siswa untuk saling bertukar draft mereka dalam kelompok, (14) membimbing siswa
merevisi tulisan mereka dari segi isi dan organisasi, (15) meminta siswa untuk mengomentari dan
memberikan saran terhadap tulisan mereka, (16) membimbing siswa mengedit tulisan mereka dari segi tata
bahasa dan pilihan kata, (17) ) meminta siswa untuk saling bertukar draf mereka untuk di baca kembali oleh
teman lain dalam kelompok, (18) meminta siswa untuk menulis draf akhir, dan (19) menyimpulkan pelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemetaan konsep tidak hanya efektif untuk
meningkatkan kemampuan menulis siswa tetapi juga meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan
menulis, terutama dalam memperoleh dan menyusun ide-ide. Oleh sebab itu, disarankan kepada guru Bahasa
Inggris untuk menerapkan pemetaan konsep khususnya dalam pengajaran menulis. Namun, guru harus
mendisain model pemetaan konsep yang sesuai, mendisain rencana pembelajaran, memilih jenis teks,
menyusun tugas-tugas, dan membagi waktu karena membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengajarkan
siswa yang berkemampuan rendah. Disamping itu guru juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip pemetaan
konsep sehingga sesuai dengan tugas yang dikerjakan siswa. Kepada peneliti selanjutnya, khususnya yang
berminat dalam meneliti pemetaan konsep didalam kelasnya, dianjurkan untuk meneliti penerapan pemetaan
konsep dalam pengajaran menulis yang berhubungan dengan jenis teks yang berbeda, misalnya narasi,
prosedur, dan recount.
Kata kunci: pemetaan konsep, kemampuan menulis
Program Studi S2 ING 243
Menggunakan Teknik Incomplete Picture Series untuk Meningkatkan Kemampuan
Berbicara Siswa Kelas II MTs. Hikmatusysyarif NW Salut, Lombok
Laila Wati
Abstrak
Penelitian ini didasarkan pada perlunya meningkatkan kemampuan berbicara siswa, maka penelitian
ini diadakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui teknik Incomplete Picture Series.
Dalam teknik ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok diberi gambar seri yang
berbeda. Teknik ini dipercaya bisa meningkatkan kemampuan berbicara dan keterlibatan siswa dalam proses
belajar mengajar.
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas. Sebagai penelitian tindakan kelas, penelitian ini
dilaksanakan secara kolaboratif dengan seorang guru bahasa Inggris dalam mengamati penerapan teknik
tersebut. Penelitian ini diadakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas 2A MTs. Hikmatusysyarief NW Salut, Lombok Barat. Instrumen penelitian ini adalah
angket, ceklist pengamatan, catatan lapangan, alat perekam suara, dan lembar penilaian diri siswa. Kriteria
keberhasilan penelitian ini diketahui berdasarkan pada tanggapan siswa terhadap penerapan teknik tersebut
dan keterlibatan mereka dalam proses belajar mengajar. Kedua kriteria keberhasilan ini dinyatakan tercapai
apabila 70% dari keseluruhan siswa memberi tanggapan positif terhadap teknik tersebut dan terlibat secara
aktif dalam proses belajar mengajar. Kesuksesan teknik ini juga ditandai dengan nilai berbicara siswa.
Apabila 65% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai lebih dari dan/atau sama dengan 65, maka criteria
keberhasilan dalam hal kemampuan berbicara siswa telah tercapai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik Incomplete Picture Series berhasil meningkatkan
kemampuan berbicara siswa sebagaimana halnya juga meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar
mengajar. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari persentase siswa yang memperoleh nilai yang telah
ditentukan pada kriteria keberhasilan yaitu minimal 65. Pada Siklus 1, hanya ada 48.6% dari keseluruhan
siswa yang memperoleh nilai lebih dari dan/atau sama dengan 65. Sementara di Siklus 2, ada 91.4% dari
keseluruhan siswa memperoleh nilai lebih dari dan/atau sama dengan 65. Disamping itu, hasil penelitian
menunjukkan bahwa teknik Incomplete Picture Series ini juga efektif dalam meningkatkan keterlibatan siswa
dalam kegiatan berbicara, khususnya ketika berkelompok.
Lebih lanjut, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa cara yang tepat dalam menggunakan teknik
Incomplete Picture Series untuk pengajaran berbicara meliputi langkah-langkah sebagai berikut: (1)
melakukan pemanasan dengan bernyanyi kemudian memberi pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang
akan dilakukan berikutnya, (2) memberi tahu apa yang akan dilakukan, (3) membagi siswa menjadi beberapa
kelompok; masing-masing kelompok duduk melingkar, (4), memberikan gambar seri yang tidak lengkap
yang berbeda kepada setiap kelompok, (5) menugaskan siswa untuk memberitahukan kepada teman
kelompoknya tentang gambar yang mereka lihat secara bergiliran, (6) meminta siswa untuk mengumpulkan
informasi yang diperoleh dari teman kelompok mereka; siswa dianjurkan untuk menulis informasi tersebut,
(7) meminta siswa untuk meyimpulkan akhir cerita setelah mereka mengumpulkan informasi dari semua
teman kelompok mereka, (8) memberitahukan kepada siswa bahwa akhir ceritanya bebas berdasarkan
imajinasi mereka, (9) menugaskan siswa untuk menyampaikan cerita tersebut di depan kelas satu persatu
secara individu.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa teknik Incomplete Picture Series
telah terbukti tidak hanya meningkatkan kemampuan berbicara siswa melainkan juga meningkatkan
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar bahasa, khususnya dalam pembelajaran berbicara. Dengan
demikian, disarankan kepada guru bahasa Inggris untuk menerapkan teknik ini sebagai salah satu pilihan
yang bisa dilakukan dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Disarankan juga kepada peneliti yang akan
datang supaya mengadakan penelitian serupa dengan menggunakan teknik Incomplete Picture Series
terhadap subyek dan tempat yang berbeda untuk mengetahui apakah teknik ini efektif dan bisa diterapkan
untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Bisa juga teknik ini diterapkan dalam meningkatkan
keahlian produktif seperti keahlian menulis. Karena kelebihan teknik ini bukan hanya meningkatkan
kemampuan berbicara siswa melainkan juga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, disarankan
kepada para siswa untuk mengadopsi teknik ini sebagai strategi belajar dalam praktek berbicara dan bahkan
untuk latihan menulis dalam bahasa Inggris. Kegiatan seperti ini bisa dilakukan dalam ekstra kurikuler.
Kata kunci: teknik incomplete picture series, kemampuan berbicara
244 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Menggunakan Photo untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas Dua MTsN
Mojorejo Blitar
Lilik Lutfiyah
Abstrak
Menulis adalah salah satu dari empat keahlian berbahasa yang memainkan sebuah peranan yang
sangat penting dalam pengajaran bahasa inggris karena sebenarnya menulis dapat membantu siswa
mempelajari bahasa kedua. Bagaimanapun juga, kemampuan menulis siswa MTsN Mojorejo masih belum
memuaskan. Siswa cenderung merasa kesulitan dalam menemukan dan menghasilkan ide-ide. Di samping
itu, siswa merasa bingung memulai kegiatan menulis dan siswa juga tampak kurang tertarik dengan kegiatan
menulis.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas delapan MTsN
Mojorejo Blitar dalam menulis teks recount dengan menggunakan foto. Strategi ini dipilih karena dapat
menuntun siswa dalam menemukan dan menghasilkan ide-ide sampai menjadi tulisan yang bermakna. Foto
biasanya menangkap masalalu, dan pasti ini dapat membantu siswa mengingat secara detail orang, tempat,
dan kejadian yang ada dalam foto tersebut. Pendeknya, foto dapat menjadi sumber sebuah tulisan. Disamping
itu, sebuah foto bisa bernilai beribu-ribu kata karena satu gambar dapat menceritakan sesuatu bahkan cerita di
baliknya. Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penggunaan foto dapat meningkatkan
kemampuan menulis teks recount siswa kelas dua MTs Negeri Mojorejo Blitar?”. Untuk mencapai tujuan
tersebut, penelitian tindakan kelas dilakukan dalam studi ini dengan menggunakan 4 langkah, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 29 siswa kelas VIII MTs
Negeri Mojorejo Blitar tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus satu
terdiri atas enam pertemuan, sedang siklus dua terdiri dari dua pertemuan. Data penelitian dikumpulkan
melalui beberapa instrumen yaitu lembar observasi, catatan lapangan, kuisioner dan tulisan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah-langkah yang tepat yang digunakan penerapan foto
dalam menulis recount meliputi prosedur berikut: (1) mengarahkan siswa kepada topic yang akan dibahas
dengan memberikan pertanyaan (2) memperkenalkan strategi dan prosedur tentang cara membuat recount,
(3) menyuruh siswa untuk bekerja dalam kelompok, (4) menyuruh siswa untuk meletakkan foto masingmasing di depan mereka. (5) menyuruh siswa untuk melihat foto dengan seksama selama beberapa saat (6)
menjelaskan kepada siswa tentang apa yang harus mereka lakukan dalam kelompok, (7) menyuruh siswa
untuk mendaftar kata sebanyak mungkin yang berkaitan dengan foto, lalu menghasilkan ide dengan
menjawab pertanyaan, (8) memberikan model sebuah teks recount lalu menjelaskan tentang teks recount
beserta ciri-ciri kebahasaannya (Simple Past Tense, Connectors) kepada siswa sebelum mereka menulis draf
kasar, (9) meminta siswa untuk menulis draf awal secara individu, (10) memberi siswa waktu untuk melihat
kembali dan merevisi draft awal menggunakan panduan revisi (11) meminta siswa untuk menulis kembali
draft berdasarka feedback dari guru, yang selanjutnya dikumpulkan sebagai draft akhir. Selanjutnya, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan foto telah meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII MTs
Negeri Mojorejo Blitar dalam menulis teks recount. Pada siklus satu, nilai rata-rata siswa adalah 60,7 dan
hanya 14 siswa yang mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar 65. Dan, di siklus kedua, nilai rata-rata
siswa menjadi 70,3 dengan 23 sisws mendapat nilai sama dengan atau lebih besar 65. Di samping itu, siswa
kelihatan active dan bersemangat dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan foto.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan foto sangat bermanfaat tidak
hanya dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa tetapi juga dalam meningkatkan motivasi siswa dalam
proses pembelajaran. Oleh karena itu, disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan strategi ini
dalam pengajaran menulis karena ini sangat membantu siswa dalam memberikan cara yang menarik untuk
menemukan dan menghasilkan ide-ide yang akhirnya menjadi tulisan yang bermakna. Akhirnya, bagi peneliti
selanjutnya, terutama yang mempunyai masalah yang sama dan memang tertarik mengadakan penelitian,
disarankan untuk mengadakan penelitian tindakan dgn bidang sama tapi untuk tingkat pendidikan yang
berbeda contohnya SMA. Disamping itu, disarankan pula untuk mengadakan penelitian dalam bidang
menulis tapi dengan genre yang berbeda khususnya teks deskriptif.
Akhirnya, bagi peneliti selanjutnya, terutama yang mempunyai masalah yang sama dan memang
tertarik mengadakan penelitian, disarankan untuk mengadakan penelitian tindakan dalam bidang menulis tapi
dengan genre yang berbeda khususnya teks deskriptif. Disamping itu, disarankan pula untuk mengadakan
penelitian dgn bidang sama tapi untuk tingkat pendidikan yang berbeda contohnya SMA.
Kata kunci: photo, kemampuan menulis, teks recount
Program Studi S2 ING 245
Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VIII dalam Menulis Teks Recount melalui Starategi
Menulis Proses di MTsN Grogol Kediri
Luluk Rahmawati
Abstrak
Menurut para siswa kelas 8 di MTsN Grogol Kediri, menulis dianggap sebagai kecakapan berbahasa
yang paling sulit dikuasai. Sayangnya, pembelajaran menulis tidak dilakukan dengan baik oleh para guru
bahasa Inggris di sekolah tersebut dan hal itu menyebabkan rendahnya kemampuan menulis para siswa.
Untuk mengatasi masalah tersebut, strategi menulis proses diajukan karena telah dibuktikan berhasil oleh
beberapa peneliti dalam meningkatkan kemampuan menulis para siswa. Kemudian, penelitian yang
dirancang untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas 8 dalam menulis teks recount melalui strategi
menulis proses di MTsN Grogol Kediri dilaksanakan.
Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan yang terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan pengamatan, dan refleksi. Tahap-tahap tersebut didahului oleh penelitian awal yang
bertujuan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan masalah-masalah dalam pembelajaran menulis.
Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa tidak ada seorang siswapun yang mendapatkan nilai 65 sebagai
nilai minimal. Subyek penelitian ini adalah 37 siswa kelas VIII-C pada tahun ajaran 2008-2009. Untuk
pengumpulan data peneliti menggunakan 4 instrumen yaitu lembar observasi, catatan lapangan, portofolio,
dan kuesioner. Penelitian ini dianggap berhasil apabila memenuhi kriteria kesuksesan berikut: (1) 75% siswa
atau lebih berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, (2) sekurang-kurangnya 50% siswa memperoleh nilai
sama dengan atau lebih dari 65, dan (3) sekurang-kurangnya 75% siswa memiliki tanggapan yang bagus
terhadap penggunaan strategi menulis proses.
Prosedur yang tepat dalam penerapan strategi menulis proses untuk mengajar menulis adalah (1)
membagi siswa menjadi beberapa kelompok, (2) membagikan gambar berangkai untuk tahap pemodelan,
lembar kerja siswa, dan media, (3) menugaskan siswa untuk memperoleh ide, (4) meminta siswa untuk
menyusun ide-ide tersebut ke dalam paragraf, (5) menugaskan siswa untuk merevisi draf dalam hal isi dan
penyusunan, (6) meminta siswa untuk mengedit draf dalam hal tata bahasa, kosa kata, ejaan, pemakaian
huruf kapital, dan tanda baca, dan (7) meminta siswa untuk menulis hasil akhir karangan mereka. Pada setiap
langkah, siswa diberi contoh terlebih dahulu.
Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa semua indikator kesuksesan telah dapat dicapai pada
Siklus I. Mengenai indikator yang pertama, hasil temuan menunjukkan bahwa 75% siswa telah berpartisipasi
pada sekurang;kurangnya 9 kegiatan dari 13 kegiatan di lembar observasi. Berkenaan dengan kriteria yang
kedua, hasil analisis data menunjukkan bahwa 72.97% siswa (27 siswa) telah memperoleh nilai sama dengan
atau lebih dari 65. Untuk kriteria yang ketiga, hasil analisis data dari kuesioner menunjukkan bahwa
sekurang-kurangnya 94% siswa (34 siswa) memberikan respon positif terhadap penggunaan strategi menulis
proses.
Mempertimbangkan hasil temuan penelitian yang positif mengenai penggunaan strategi menulis
proses untuk mengajar menulis, disarankan kepada para guru bahasa Inggris untuk memanfaatkan strategi ini
untuk mengajar menulis. Bagi peneliti lainnya, disarankan agar mereka mengadakan penelitian mengenai
pemanfaatan strategi menulis proses di tingkat SD (khususnya RSBI) dan SMA/MA karena belum ada
penelitian mengenai hal itu di tingkat tersebut.
Kata kunci: kemampuan menulis, teks recount, strategi menulis proses
Memanfaatkan Gambar Kartun Berangkai Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks
Narasi Siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Negeri Nganjuk
Mochammad Abdul Rasyid
Abstrak
Salah satu permasalahan pengajaran menulis Bahasa Inggris di MTsN Nganjuk adalah tidak
efektifnya pengajaran menulis yang diterapkan guru. Guru bahasa Inggris tidak membuat perencanaan yang
baik dalam pengajaran menulis. Mereka tidak terbiasa menerapkan langkah-langkah pembejaran menulis
sebagai proses. Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan peneliti di kelas IX-E, ditemukan beberapa fakta
sebagai berikut: (1) Siswa mempunyai masalah dalam mengembangkan ide dan mengorganisasikan teks; (2)
246 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Kempuan siswa terhadap kemampuan tata bahasa dan kosa kata kurang memadai; (3) Siswa kelas IX-E
menginginkan adanya kegiatan menulis teks narasi karena mereka belum pernah menulis teks tersebut
sebelumnya. Dari fakta di atas, peneliti merasa sangat termotivasi untuk memecahkan permasalahan tersebut
dengan memanfaatkan gambar kartun berangkai melalui pendekatan menulis sebagai proses dan empat tahap
pembelajaran Bahasa Inggris (BKoF, MoT, JCoT, dan ICoT). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana gambar kartun berangkai dapat meningkatkan kemampuan menulis teks narasi siswa kelas IX
MTsN Nganjuk. Mengacu pada rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan strategi dengan memanfaatkan gambar kartun berangkai dalam pengajaran menulis dalam
rangka meningkatkan kemampuan siswa kelas IX dalam menulis teks narasi.
Desain penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tinadakan Kelas (PTK)
yang dilakukan dalam empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan atau penerapan strategi,
tahap observasi atau pengamatan, dan refleksi dan dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan
di kelas IX-E yang terdiri dari 33 siswa. Sejumlah alat bantu penelitian seperti lembar observasi, kuesioner,
dan catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan data tentang tingkat keterlibatan siswa dan tingkat
motivasi siswa selama penerapan strategi pembelajaran. Sedangakan hasil tulisan siswa dinilai berdasarkan
format penilaian dengan menyesuaikan format yang dikembangkan oleh Hill, dkk (1998) dengan
mempertimbangkan cara pendeskripsian tokoh pelaku dan tempat kejadian, alur cerita, tema, dan kesimpulan
atau pesan cerita serta mempertimbangkan aspek bahasa seperti tata bahasa, kosa kata, dan susunan kalimat.
Penelitian ini dianggap berhasil jika memenuhi tiga criteria. Pertama, tingkat keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran mencapai 75% dari hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat. Kedua, jumlah siswa yang
mendapat nilai 65 atau lebih mencapai 70% (24 siswa) dari jumlah siswa keseluruhan. Ketiga, nilai rata-rata
siswa minimal 65.
Sejumlah temuan selama penelitian ini menunjukkan bahwa gambar kartun berangkai yang
diimplementasikan dalam empat tahap pembelajaran dan pendekatan menulis sebagai proses sangat efektif
dalam pengajaran menulis teks narasi. Pertama, gambar kartun berangkai membantu siswa dalam hal
pengembangan ide dan mengorganisasikan teks. Kedua, pendekatan menulis sebagai proses memandu siswa
terhadap langkah-langkah penciptaan teks, sedangkan empat tahap pembelajaran sangat efektif diterapkan
dalam pengajaran menulis. Strategi tersebut lebih efektif dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengakses sendiri gambar kartun berangaki dan mengembangkankannya dalam bentuk cerita narasi.
Pendekatan individu terhadap siswa juga mendorong mereka untuk lebih berkreasi dan meminimalkan jarak
antara guru dan murid.
Langkah-langkah penerapan gambar kartun berangkai dalam pengajaran menulis teks narasi
mengikuti empat tahap pembelajaran (BKoF, MoT, JCoT, dan ICoT). Kegiatan diawali dengan BKoF, yaitu
bercerita oleh guru dan menulis kembali cerita tersebut. Dalam tahap MoT, sebuah teks narasi dicontohkan
oleh guru untuk dipahami dan dianalisis. Pendekatan menulis sebagai proses muncul pada tahap JCoT.
Diberikan satu set gambar kartun berangkai, siswa membuat garis besar cerita, mengembangkannya dalam
bentuk teks, meminta teman lain untuk membaca untuk kemudian dikoreksi dan diperbaiki. Dalam tahap
ICoT, siswa secara individu mengakses gambar kartun berangkai dari koran atau majalah dan
mengembangkannya dalam bentuk cerita narasi. Para siswa melakukan proses menulis yang dimulai dari
mengembangkan ide cerita, saling mengoreksi dengan teman dan atau guru, memperbaiki teks, dan menulis
kembali teks setelah mendapatkan masukan dari teman dan atau guru. Pada akhir kegiatan, guru
mempublikasikan karya-karya mereka melalui kegiatan membaca, bermain peran, dan memajangkannya di
majalah dinding.
Mengacu pada hasil-hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa gambar kartun berangkai
efektif dalam pengajaran menulis teks narasi. Gambar kartun berangkai menginspirasi siswa dalam
berimajinasi, mengembangkan ide-ide mereka, dan mengorganisasikan teks. Pendekatan menulis sebagai
proses mengarahkan siswa untuk melakukan langkah-langkah dalam menulis. Sedangkan empat tahap
pembelajaran memfasilitasi siswa terhadap langkah-langkah pembelajaran menulis secara berkelompok dan
menulis secara mandiri. Guru Bahasa Inggris disarankan untuk memanfaatkan gambar kartun berangkai
dalam pengajaran menulis teks narasi. Para siswa disarankan untuk senantiasa berlatih menulis dalam topik
yang berbeda dengan memanfaatkan keberadaan gambar kartun berangkai yang terdapat di koran, majalah,
dsb. Untuk peneliti yang lain, diharapkan untuk melakukan penelitian berdasarkan temuan dalam penelitian
ini demi mengembangkan strategi yang lebih baik dalam pengajaran menulis.
Kata kunci: gambar kartun berangkai, meningkatkan, kemampuan menulis, teks narasi
Program Studi S2 ING 247
Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas Tiga Madrasah Aliyah Tarbiyatul Wathon Gresik
dalam Menulis Teks Narrative melalui Peer Feedback
Mohammad Faizal Mubarok
Abstrak
Sebagai bagian dari tahapan-tahapan dalam writing process, feedback sangat penting dalam
membantu siswa untuk memperbaiki tulisannya. Mereka pada umumnya menginginkan teksnya dibaca oleh
guru mereka untuk melihat bagaimana respon guru terhadap pekerjaan mereka, dan berharap bahwa mereka
bisa belajar dari respon tersebut untuk memperbaiki drafnya.
Namun demikian, berdasarkan penelitian awal di kelas saya, kelas tiga Madrasah Aliyah Tarbiyatul
Wathon Gresik, dan pengalaman saya menjadi guru bahasa Inggris di sekolah tersebut, saya menemukan
bahwa kebanyakan siswa tidak mampu memperbaiki draft pertama mereka khususnya draf dalam bentuk teks
narrative setelah mendapatkan feedback dari saya, guru mereka. Kemungkinan penyebab dari permasalahan
siswa tersebut terletak pada feedback yang tidak efektif yang diberikan oleh saya.
Sebagai jawaban atas permasalahan tersebut, peer feedback dalam bentuk revising checklists
diajukan sebagai solusinya. Hal yang menonjol dari strategi ini adalah bahwa peer feedback memberi siswa
cara bagaimana memperbaiki draft awal mereka. Karena alasan itulah, penelitian ini bertujuan untuk
memperbaiki kemampuan siswa kelas tiga Madrasah Aliyah Tarbiyatul Wathon Gresik dalam menulis teks
narrative melalui pengimplementasian peer feedback.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian tindakan kelas model kolaborasi dengan empat tahapan,
yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, diimplementasikan dalam penelitian ini. Dalam
pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dalam dua siklus saja karena pada siklus kedua kriteria kesuksesan
dalam penelitian ini telah tercapai. Setiap siklus dari penelitian ini terdiri dari tiga pertemuan. Berkenaan
dengan subjek penelitian, subjek penelitian ini adalah siswa kelas tiga Madrasah Aliyah Tarbiyatul Wathon
Gresik tahun ajaran 2008/2009.
Data dari penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen-instrumen sebagai berikut:
lembar pengamatan checklists, catatan lapangan, angket, wawancara dan hasil pekerjaan siswa. Data yang
diambil dari catatan lapangan dan wawancara dianalisa secara kualitatif dan dideskripsikan secara jelas.
Sementara itu, data yang diambil melalui lembar pengamatan checklists, angket dan hasil pekerjaan tulis
siswa dianalisis serta dipresentasikan secara kuantitatif dan diskipsi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan peer feedback dalam pengajaran menulis dapat
memperbaiki kemampuan menulis siswa serta sukses mendorong mereka untuk berpartisipasi secara aktif
dan antusias dalam proses belajar mengajar menulis. Kemajuan penulisan narrative siswa terpotret dari hasil
nilai menulis mereka. Hasil tulisan mereka telah mencapai kriteria kesuksesan yang berarti bahwa ada 26
siswa atau 82% siswa mendapatkan nilai yang sama atau lebih dari 60. Berkenaan dengan partisipasi siswa
dalam proses belajar mengajar, keterlibatan, ketertarikan dan keantusiasan siswa dalam seluruh kegiatan
proses belajar mengajar sangat bagus, atau 87% siswa secara aktif berpartisipasi dalam aktivitas proses
belajar mengajar. Hal ini berarti bahwa kriteria ketuntasan yang berkaitan dengan partisipasi siswa dalam
proses belajar mengajar telah tercapai.
Penerapan peer feedback dalam penelitian ini mengikuti prosedur sebagai berikut: (1) menentukan
siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 siswa, (2) meminta siswa secara berkelompok untuk menyusun
paragraf acak ke dalam susunan yang tepat, (3) meminta siswa untuk ambil bagian dalam diskusi antara
siswa dan guru berkenaan dengan susunan yang tepat dari paragraf acak tersebut, (4) menyuruh siswa untuk
menulis topik dalam waktu 1-5 menit, (5) menyuruh siswa untuk menulis rencana awal penulisan, (6)
meminta siswa untuk menulis draf awal mereka, (7) mendiskusikan makna masing-masing item dari revising
checklists, (8) memerintahkan siswa untuk membaca dan memberikan feedback pada contoh draf dengan
menggunakan lembar revising checklists, (9) meminta siswa untuk mendiskusikan contoh draf tersebut dalam
kelompok, (10) menyuruh siswa untuk berdiskusi berkaitan dengan feedback siswa terhadap draf pilihan
dalam bentuk diskusi kelas, (11) menyuruh mereka membaca dan memberi feedback terhadap draf teman
sejawat mereka, (12) meminta mereka untuk saling mendiskusikan draf mereka masing-masing dengan
memberikan komentar dan saran-saran terhadap draf teman mereka dengan cara menjelaskan checklists
mereka, (13) meminta mereka untuk merivisi dan memperbaiki draf mereka berdasarkan feedback teman
mereka, (14) memerintahkan mereka untuk menulis draf mereka sebagai draf akhir.
Mengacu pada kekuatan penerapan peer feedback dalam penelitian ini, disarankan kepada guru-guru
bahasa Inggris yang mempunyai masalah pengajaran yang sama untuk menerapkan strategi ini sebagai solusi
alternatif dalam pengajaran menulis. Namun demikian, dalam pengimplementasiannya, guru dianjurkan
untuk memberi dan mengajarkan model penerapan peer feedback sebelum mengimplementasikannya,
248 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
mengelompokkan mereka berdasarkan kemampuan bahasa Inggrisnya, menunjuk siswa untuk memimpin
diskusi, mengendalikan kegiatan peer feedback, mengaktifkan partisipasi siswa dalam kegiatan peer
feedback, menempatkan posisi mereka sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar serta menentukan
alokasi waktu yang sesuai khususnya ketika dalam kegiatan membaca dan memberi feedback berdasarkan
kemampuan siswa. Sementara itu, bagi peneliti yang akan datang, mereka direkomendasikan untuk
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan strategi ini dalam pengajaran kemampuan
bahasa lainnya atau dalam pengajaran menulis dengan model teks lainnya dan memperluas fokus mereka
pada semua aspek menulis yang meliputi isi, organisasi, tatabahasa, kosa kata dan mekanik.
Kata kunci: kemampuan menulis, teks narrative, peer feedback
Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas X di MA Mambaus Sholihin Gresik
melalui Pemetaan Ide
M. Zaini Miftah
Abstrak
Penelitian ini dilakukan berdasarkan masalah yang dihadapi oleh peneliti dalam pembelajaran
Bahasa Inggris di kelas. Pengalamannya sebagai guru Bahasa Inggris pada kelas X di Madasah Aliyah (MA)
Mambaus Sholihin Gresik menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis masih rendah. Berdasarkan
studi pendahuluan, ditemukan bahwa nilai rata-rata siswa dari tugas menulis adalah 50.5. Hasil ini cenderung
belum memuaskan karena belum mencapai target belajar yang harus paling tidak 65 untuk standar
kesuksesan di sekolah. Ditemukan juga bahwa ada beberapa masalah yang harus dipecahkan. Masalah
utamanya adalah para siswa tidak mengetahui bagaimana cara menemukan dan mengorganisasi ide untuk
menulis sebuah topic.
Untuk memecahkan masalah tersebut, penilitian ini menitikberatkan pada pemecahan masalah yang
berkaitan dengan bagaimana cara siswa menemukan ide dan mengorganisasikannya dalam menulis sebuah
topik. Penelitian ini menawarkan pemetaan ide yang dikembangkan dalam model yang cocok untuk
meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas X dalam menulis teks diskriptif. Masalah dalam penelitian ini
adalah, “Bagaimana strategi pemetaan ide bisa meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas X di MA
Mambaus Sholihin Gresik?”
Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Peneliti bekerja sama dengan guru
Bahasa Inggris dalam kegiatan yang bersiklus yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
terhadap data yang diperoleh dari proses belajar mengajar yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Setiap
siklusnya terdiri dari empat pertemuan. Subyek penelitian ini adalah semua siswa kelas X-6 semester kedua
pada tahun pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari tiga puluh delapan siswa putra. Instrumen yang digunakan
adalah tugas menulis, observation checklist, field notes, dan questionnaire. Refleksi dilakukan berdasarkan
temuan selama pengamatan dan dibandingkan dengan kriteria sukses yang meliputi: (1) dengan instrumen
tugas menulis, prestasi menulis siswa meningkat (≥75% siswa dalam satu kelas mendapatkan nilai lebih dari
atau sama dengan 65 dalam skala nilai 0-100), dan (2) dengan instrumen observation checklist, siswa terlibat
aktif dalam kegiatan menulis. Hasil dari refleksi digunakan untuk menentukan perencanaan terhadap siklus
berikutnya.
Setelah penelitian dilakukan, langkah-langkah model yang cocok dalam menerapkan pemetaan ide
adalah sebagai berikut: (1) beritahukan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran, (2) tunjukkan gambar
yang akan didiskripsikan dan suruh mereka untuk mengamatinya, (3) tulislah obyek (topik atau kata kunci)
pada lingkaran dan datangkan ide-ide siswa, (4) bimbinglah mereka untuk mengembangkan setiap ide
penjelas, (5) bimbinglah mereka untuk membuat kalimat dalam mengembangkan ide penjelas tersebut, (6)
distribusikan contoh teks diskriptif, dan suruhlah mereka membaca dan memahaminya, (7) kelompokkan
mereka menjadi empat kelompok, (8) distribusikan gambar-gambar yang berbeda atau (dengan cara lain)
suruhlah mereka mengamati obyek yang nyata, (9) distribusikan kertas A4, lengkapilah dengan petunjuk
kosa kata dan kamus, lalu latihlah mereka, (10) suruhlah mereka mencari ide dan mengelompokkannya
dengan cara pemetaan ide, (11) bimbinglah mereka untuk melakukan drafting, (12) tugasi mereka untuk
menulis draf awal berdasarkan ide yang dipetakan, (13) suruhlah lebih lebih menekankan isi dan organisasi
daripada mekanik, (14) bimbinglah mereka untuk memperbaiki draf, (15) suruhlah mereka memperbaiki
drafnya sendiri dengan menggunakan pedoman revising dan menggunakan ide yang dipetakan untuk
mengembangkan isi dari draf tersebut, (16) tugasi mereka melakukan proofread terhadap draf temannya, (17)
suruhlah mereka membuat perubahan yang sesungguhnya, (18) bimbinglah mereka untuk melakukan editing,
Program Studi S2 ING 249
(19) suruhlah mereka meng-edit drafnya sendiri dengan menggunakan pedoman editing dan menggunakan
ide yang dipetakan untuk meneliti/memperbaiki isi, organisasi, tata bahasa, dan mekanik terhadap draf
tersebut, (20) tugasi mereka untuk melakukan proofread lagi, (21) tugasi mereka untuk berbagi hasil tulisan
mereka, dan (22) suruhlah mereka mengumpulkan tulisan akhir untuk dinilai.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa siswa menjadi aktif selama pembelajaran menulis dan
kemampuan siswa meningkat setelah penerapan tindakan dilakukan. Peningkatan tersebut ditunjukkan oleh
peningkatan persentase prestasi siswa dalam menulis teks diskriptif. Persentase siswa yang mendapatkan skor
≥65 pada akhir Siklus I 36.11% (13 siswa). Persentase ini meningkat menjadi 52.78% (19 siswa) pada akhir
Siklus II. Pada akhir Siklus III, persentase siswa yang mendapatkan skor ≥65 mencapai 82.86% (29 siswa).
Berdasarkan temuan, ada tiga saran yang diberikan. Pertama, para guru Bahasa Inggris
disarankan agar menerapkan langkah-langkah model pemetaan ide sebagai salah satu strategi alternatif
dalam pembelajaran menulis dan juga mengembangkan cara pembelajaran mereka sendiri agar lebih
tepat dipakai dalam pembelajaran mereka di kelas. Kedua, kepala sekolah sebagai pihak pembuat
kebijakan disarankan agar memberikan waktu pelajaran yang khusus bagi siswa untuk mempraktikkan
menulis Bahasa Inggris yang berkelanjutan. Ketiga, para peneliti yang akan datang disarankan agar
melakukan berbagai penelitian yang berkaitan dengan penerapan pemetaan ide dalam pembelajaran
Bahasa Inggris untuk skill yang lain seperti listening, speaking, and reading, dan untuk level yang lain
misalnya Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan Universitas dengan
mempertimbangkan keampuhan pemetaan ide sebagai strategi dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
Kata kunci: pemetaan ide, kemampuan menulis.
Penggunaan Teknik Kolaborasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa MTsN PulosariTulungagung Menulis Teks Deskriptif
Mahfud Efendi
Abstrak
Dari hasil penelitian pendahuluan diketahui bahwa siswa kelas depalan MTsN PulosariTulungagung memiliki kemampuan menulis yang kurang memuaskan dan tidak termotivasi dalam proses
belajar dan mengajar. Hal ini disebabkan karena teknik pengajaran yang monoton dimana siswa belajar
secara individu dalam situasi kompetitif. Oleh karena itu maka teknik kolaborasi dirancang untuk
meningkatkan kemampuan siswa kelas delapan MTsN Pulosari-Tulungagung dalam menulis teks deskriptif.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif dimana
peneliti yang bertindak sebagai seorang guru dan kolaborator yang bertindak sebagai seorang observator
bekerja sama dalam melaksanakan semua tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Penelitian ini dilakukan dengan prosedur sirkular. Peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian untuk
mengumpulkan data, yaitu lembar observasi, catatan lapangan, rubrik penilaian analitis, dan kuesioner.
Subjek penelitian ini adalah 36 siswa kelas depalan (VIII C) MTsN Pulosari-Tulungagung tahun pelajaran
2008/2009.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan teknik kolaborasi yang dilakukan dalam satu
siklus dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas delapan dalam menulis teks deskriptif. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya nilai 65 persen siswa mencapai 60 atau lebih tinggi dalam skala penilaian 1-100.
Disamping meningkatkan prestasi siswa, penerapan teknik kolaborasi juga mampu meningkatkan motivasi
siswa yang diindikasikan oleh tingkat keaktifan siswa dan partisipasi siswa terhadap semua kegiatan dalam
proses belajar dan mengajar. Selain itu, siswa juga memberikan respon positif (kategori Baik dan Sangat
Baik) terhadap penerapan teknik kolaborasi. Adapun model penerapan teknik kolaborasi yang sesuai
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok, seperti
berpasangan, kelompok kecil, atau kelompok besar, (2) menugaskan kepada siswa dalam kelompok untuk
melengkapi contoh model teks yang telah disediakan oleh guru, (3) menugaskan kepada siswa dalam
kelompok untuk mendiskusikan tugas yang telah ditentukan dan meminta masing-masing siswa untuk
membuat catatan hasil diskusi secara individu, (4) menganjurkan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok
untuk menyelesaikan tugas tersebut, (5) menganjurkan siswa untuk saling membantu satu dengan yang
lainnya dengan tujuan untuk menutupi kelemahan anggota kelompok yang mungkin kurang mampu dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan, dan (6) menugaskan siswa untuk membuat teks deskriptif secara
individu dengan tetap memperhatikan masukan positif dari hasil diskusi kelompok.
250 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk
menerapkan teknik kolaborasi dalam pengajarannya dengan jalan mengadaptasi atau memodifikasinya dan
juga mempertimbangkan kondisi riil kelas mereka. Bagi calon peneliti yang berkeinginan untuk meneliti
teknik kolaborasi, sangat disarankan untuk memetakan kemampuan siswanya terlebih dahulu sebelum
pengelompokan dan menilai setiap pekerjaan siswa selama proses belajar dan mengajar, tidak hanya
mencatat perkembangan siswa dari tingkat keaktifan mengumpulkan tugas saja.
Kata kunci: teknik kolaborasi, kemampuan menulis, teks dekriptif
The Gricean Cooperative Principle: Flouting and Hedging in the Conversations in Joseph
Conrad’s The Secret Agent
Maria Goretti Sri Ningsih
Abstrak
Prinsip Kerja Sama (PK) diperkenalkan oleh seorang filsuf, H.P. Grice. Prinsip itu menyatakan
bahwa seorang penutur harus bekerja sama dengan memberikan kontribusi yang diperlukan dalam tuturan itu.
Grice mengemukakan empat macam maksim tuturan: (1) Maksim Kuantitas, yaitu memberikan kontribusi
yang cukup informatif sesuai yang diperlukan, dan tidak lebih informatif dari yang diperlukan; (2) Maksim
Kualitas, yaitu dengan tidak mengatakan suatu yang diyakini itu tidak benar atau suatu yang bukti
kebenarannya kurang meyakinkan; (3) Maksim Hubungan yang mengatakan bahwa penutur harus
memberikan informasi yang relevan; dan (4) Maksim Cara yang mengatakan bahwa penutur harus
memberikan informasi yang mudah dimengerti: (a) menghindari pernyataan-pernyataan yang samar, (b)
menghindari ketaksaan, (c) usahakan membuat pernyataan yang ringkas, dan (d) usahakan berbicara dengan
teratur.
Dalam kenyataan hidup sehari-hari penutur sering tidak mematuhi maksim-maksim tersebut.
Dengan kata lain mereka sering melanggar dan atau mengungkung/membatasi maksim-maksim tersebut.
Melanggar (flouting) maksim berarti penutur tidak mematuhi maksim-maksim dalam Prinsip Kerja Sama,
sedangkan mengungkung/membatasi (hedging) berarti penutur tidak ingin terlibat sepenuhnya dalam isi
pokok tuturan. Pelanggaran terhadap Prinsip Kerja Sama sering dilakukan penutur dengan menggunakan
majas.
Penelitian ini mencoba mendeskripsikan bagaimana para pelaku dalam novel The Secret Agent
melanggar dan/atau membatasi maksim-maksim tuturan. Hal ini dijabarkan dalam: (1) deskripsi tentang jenis
maksim tuturan yang dilanggar/dibatasi dalam tuturan, (2) penjelasan tentang distribusi dari pelanggaran
(flouting) dan pembatasan (hedging), (3) deskripsi dari kemungkinan alasan-alasan para penutur untuk
melanggar dan/atau membatasi maksim-maksim tuturan, dan (4) deskripsi tentang pola tatabahasa dari
pelanggaran (flouting) dan pembatasan (hedging) tersebut.
Deskripsi tentang jenis-jenis maksim tuturan yang dilanggar/dibatasi dalam tuturan-tuturan dan
penjelasan tentang distribusi dari pelanggaran (flouting) dan pembatasan (hedging) didasarkan pada teori
Grice tentang maksim-maksim dalam Prinsip Kerja Sama; deskripsi tentang alasan-alasan penutur untuk
melanggar/membatasi maksim-maksim tersebut ditulis berdasarkan teori Grice tentang Prinsip Kerja Sama
(PK) dan teori yang dikemukakan Leech tentang Prinsip Sopan Santun (PS); sementara diskripsi tentang pola
tatbahasa dalam pelanggaran/pembatasan (flouting/hedging) didasarkan pada bagian kalimat yang
mengandung pelanggaran/pembatasan.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian dilakukan riset kualitatif. Data diambil dari tuturan-tuturan
para pelaku dalam novel tersebut, yang berisi 6 jenis majas yang disebutkan dalam Grundy (2000): ironi,
metafor, hiperbola, pertanyaan retorik (rhetorical question), tautologi, dan understatement (pernyataan yang
dibuat kurang dari yang sebenarnya).
Hasil penelitian menunjukkan ada lima jenis majas yang digunakan dalam tuturan, dan majas yang
paling banyak digunakan oleh para penutur adalah metaphor (83,72%), disusul dengan overstatement
(4,65%), pertanyaan retorik (4,65%), tautologi (4,65%), dan yang paling sedikit adalah ironi (2,33%). Juga
ditemukan ada tiga macam maksim tuturan yang dilanggar/dibatasi, dan maksim Cara adalah maksim yang
paling banyak dilanggar/dibatasi oleh para penutur (50,73%), yang kedua adalah maksim Kualitas (42,03%),
dan yang terakhir adalah maksim Kuantitas (7,24%). Sedangkan pola tatabahasa yang digunakan dalam
pelanggaran (flouting) dan pembatasan (hedging) pola kalimat lengkap.
Berdasarkan pada hasil penelitian, novel ini dianjurkan untuk digunakan sebagai bahan ajar
literature dan cross-cultural understanding (CCU=pengertian tentang kultur negara/bangsa lain) karena novel
Program Studi S2 ING 251
ini menyajikan penggunaan majas-majas untuk menyampaikan pesan atau pikiran, misalnya, “My heart went
down into my boots (Jantungku turun ke sepatuku)” (hal.29), dan “I suppose the cup of horrors was full
enough for such as me (Aku kira piala yang berisi hal-hal yang mengerikan ini terlalu penuh untuk orang
sepertiku)” (hal.298). Ungkapan-ungkapan semacam itu akan memperkaya pengetahuan dan pengertian para
mahasiswa tentang kultur bangsa Inggris.
Kata kunci: prinsip kerja sama grice, pelanggaran, pembatasan, majas, tuturan, the secret agent
Meningkatkan Membaca Pemahaman Siswa Kelas Sepuluh MAN Mojokerto dengan
Menggunakan Strategi PQ4R
Moh. Rodli
Abstrak
Membaca adalah salah satu keterampilan bahasa yang membantu keberhasil dalam belajar bahasa.
Sehingga, membaca adalah salah satu ketrampilan bahasa inggris yang dianggap penting dalam pertumbuhan
siswa dalam berbagai aspek kehidupan. Berdasarkan pertimbangan pentingnya membaca, membaca diajarkan
lebih banyak dari pada ketrampilan bahasa yang lain, waluapun membaca diajarkan lebih banyak daripada
keterampilan bahasa yang lain, namun kemampuan memahami bacaan siswa masih belum memuaskan.
Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan, pengajaran membaca di MAN Mojokerto tidak
memfasilitasi siswa dalam menguasai ketrampilan membaca. Keterampilan siswa dalam membaca adalah
belum memadai. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
pemahaman membaca dengan menggunakan strategi PQ4R Dalam kegiatan PQ4R strategi, siswa diberi tugas
untuk memahami sebuah teks dengan menggunakan prosedur PQ4R, yaitu preview(preview), question
(bertanya), read (membaca), reflect (merefleks)i, recite (membaca nyaring), dan review (mereview)
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas kolaboratif, yaitu kolaborasi antara
peniliti dengan guru yang berkerjasama untuk mengembangkan prosedur strategi PQ4R yang sesuai,
membuat rencana pengajaran, menentukan kriteria kesuksesan belajar, melakukan tindakan, mengamati dan
melakukan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 42 siswa kelas X-10 MAN Mojokerto tahun pelajaran 20082009. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui (1) lembar observasi, untuk memperoleh informasi
tentang kegiatan dan penampilan guru dan siswa selama pelaksanaan strategi PQ4R, (2) catatan lapangan
digunakan untuk mencatat data yang tidak terdapat pada lembar observasi, dan (3) tes pemahaman membaca,
digunakan untuk mengidentifikasikan apakah siswa sudah memperoleh kemajuan dalam pemahaman
membaca.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan strategi PQ4R dalam pembelajaran pemahaman
membaca adalah dapat meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa. Itu dapat diidentifikasi
bahwa ada peningkatan nilai pemahaman membaca yang signifikan setelah pelaksanaan dari tindakan di
setiap siklusnya. Di siklus ke-1 jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 65 hanya
25 dari 42 siswa atau 59,52%. Itu adalah belum memenuhi kriteria keberhasilan. Di siklus ke-2, jumlah siswa
yang memperoleh nilai sama dengan atau lebih besar dari 65 adalah34 dari 42 siswa atau 80,45%. Hasil
tersebut adalah telah memenuhi kriteria sukses dari penelitian ini. Lebih lanjut, siswa terlihat aktif dalam
berbagi pendapat, mempreiview atau meninjau bacaan, menjawab pertanyaan, membaca, merefleksikan,
mendiskusikan dan mereview sebuah teks atau bacaan selama proses belajar mengajar dengan menggunakan
strategi PQ4R.
Berdasarkan temuan dari penelitian ini, disarankan kepada para guru untuk menggunakan strategi
PQ4R sebagai salah satu strategi alternatif dalam pengajaran pemahaman membaca di dalam kelas. Siswa
juga direkomendasikan untuk menggunakan strategi PQ4R sebagai strategi belajar dalam pemahaman
membaca yang dapat mereka lakukan pada jenis-jenis teks yang lain. Untuk peneliti yang lain, temuan dari
penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk peneliti yang tertarik dalam melaksanakan riset di
bidang yang sama.
Kata kunci: meningkatkan, pemahaman membaca, strategi PQ4R
252 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas II Madrasah Tsanawiyah Biringkanaya Makassar
Dalam Penuliasan Paragraf Deskriptif Melalui Tehnik Bertanya
Muhammad Saleh
Abstrak
Dari hasil kajian pendahuluan yang dilaksanakan di MTs Negeri Biringkanaya Makassar,
didapatkan bahwa kemampuan menulis siswa kelas II masih jauh dari apa yang diharapkan oleh kurikulum.
Siswa-siswa masih mendapatkan kesulitan dalam menulis sebuah karangan dengan mengungkapkan ide,
pikiran dan perasaanya dalam bentuk teks deskriptif. Di dalam menyusun kalimat menjadi sebuah paragraf,
siswa-siswa masih membuat kesalahan dalam hal isi karangan, organisasi, kosa kata, dan juga komponen
bahasa Inggris lainnya.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa tersebut, peneliti mengusulkan salah satu
tehnik di dalam mengajarkan keterampilan menulis ini yaitu tehnik bertanya. Tehnik bertanya adalah salah
satu komponen dari proses belajar mengajar secara kontekstual (CTL) yang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskriptif. Ini adalah salah satu kegiatan guru yang dapat
mendorong dan membimbing siswa mampu mengungkapkan ide melalui proses belajar mengajar secara
kontekstual (CTL). Untuk menyusun kalimat menjadi sebuah paragraf siswa diberikan beberapa pertanyaan
lalu siswa diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut. Jawaban pertanyan itu akan menjadi rujukan untuk
menyusun kalimat menjadi suatu paragraf. Permasalahan dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut:
Bagaimana cara tehnik bertanya ini dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas II MTs Negeri
Biringkanaya Makassar dalam menulis paragraf deskriptif?
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara berkolaborasi di
mana peneliti dan kolaborator bekerjasama merancang desain pembelajaran, mengimplementasikan tindakan,
mengamati tindakan, dan melakukan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II MTs Negeri
Biringkanaya Makassar tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan
mengikuti prosedur penelitian tindakan yakni perencanaan, implementasi, observasi, dan refleksi.
Prosedur penerapan tehnik bertanya (questioning technique) dalam pembelajaran menulis pada
penelitian ini adalah: (1) memperkenalkan topik kepada siswa dengan menunjukkan sebuah gambar, (2)
membantu siswa memahami topik dengan memberikan beberapa pertanyaan berdasarkan gambar yang
ditunjukkan, (3) memberikan contoh teks deskripsi, (4) meminta siswa untuk menyebutkan dan melafalkan
beberapa kata dan frase yang berhubungan dengan topik dalam teks yang telah diberikan, (5) meminta siswa
untuk menemukan arti kata dan frase dengan menjodohkan kata-kata dan frase tersebut dengan gambar yang
sesuai, (6 ) meminta siswa untuk menemukan arti dari kata dan frase dengan menjodohkan kata dan frase di
kolom A dan kolom B, (7) meminta siswa menjawab pertanyan yang diberikan dengan menggunakan katakata yang yang tersedia dalam kotak, (8) meminta siswa untuk menyempurnakan dialog dengan kata-katanya
sendiri, (9) memberikan pertanyaan ke setiap siswa, (10) meminta siswa menjawab pertanyaan yang
diberikan, (11) meminta siswa untuk menyusun jawaban pertanyaan itu ke dalam sebuah paragraf, (12)
menugaskan siswa untuk menulis draft dari jawaban-jawaban pertanyaan itu, (13) meminta siswa untuk
melakukan revisi yang difokuskan pada ide dan organisasi baik dalam kelompok atau pun dengan
berpasangan, (14) meminta salah seorang dari kelompok tersebut untuk membaca tulisannya di depan kelas,
(15) melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model tehnik bertanya (questioning technique) dapat
meningkatkan kemampuan siswa di dalam menulis paragraf deskriptif. Peningkatan ini dapat dilihat pada
mean skor tulisan siswa pada pre-test yang dilaksanakan pada penelitian pendahuluan (preliminary study)
dan mean skor siswa pada kedua post-test yang diadakan masing-masing setelah siklus pertama dan siklus
kedua. Pada pre-test, mean skor siswa adalah 52.4, dan mean skor siswa pada post-test di siklus pertama
adalah 63.1, sementara mean skor siswa pada post-test siklus kedua mencapai 71.2. Disamping itu, tehnik
bertanya (questioning technique) dapat juga memicu motivasi siswa dalam mengikuti proses kegiatan
menulis di kelas. Faktanya dapat dilihat pada respon siswa terhadap kuestioner yang dibagikan kepada
mereka. Lebih dari 75% siswa mengatakan bahwa mereka setuju bahwa tehnik bertanya (questioning
technique) sangat menarik.
Berdasarkan hasil temuan, beberapa saran akan diusulkan sebagai berikut, (1) guru bahasa Inggris
hendaknya mempertimbangkan model tehnik bertanya (questioning technique) yang dikembangkan dalam
peneltian ini sebagai salah strategi alternative yang digunakan dalam pengajaran menulis paragraf deskriptif
siswa MTs atau SMP; (2) guru seharusnya memberikan seragkaian pertanyaan pada siswa untuk
menghasilkan kalimat dengan menyediakan sebuah gambar yang berhubungan dengan topik yang dibahas;
(3) siswa dianjurkan untuk melakukan praktek menulis di luar jam sekolah dengan menggunakan questioning
Program Studi S2 ING 253
technique seperti yang dikembangkan dalam penelitian ini; (4) peneliti yang lain hendaknya melakukan
penetian tindakan kelas dengan topik yang sama di sekolah lanjutan baik MTs maupun SMP.
Kata kunci: tehnik bertanya, kemampuan menulis, paragraf
Menerapkan Strategi Pengajaran Resiprokal untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Membaca Mahasiswa pada Program Studi Bahasa Inggris FKIP Universitas
Tadulako
Muhsin
Abstrak
Bahasa Inggris secara resmi dan wajib diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia. Mata pelajaran
wajib yang diajarkan di SMP dan di SMA, dan mata kuliah Membaca lebih khusus diajarkan di tingkat
universitas. Program Studi Bahasa Inggris FKIP Universitas Tadulako menawarkan mata kuliah Membaca
Pemahaman yang dibagi menjadi Membaca I, Membaca II, Membaca III, Membaca IV, dan Membaca
Ekstensif. Penelitian ini dilaksanakan pada mata kuliah Membaca Pemahaman II Kelas B tahun akademik
2008/2009.
Dari proses pengajaran Membaca Pemahaman berdasarkan data awal sebelum penelitian, masalahmasalah berpusat pada: (1) rendahnya pencapaian mahasiswa dalam membaca pemahaman. (2) kesulitan
mahasiswa dalam memahami teks. (3) kegiatan membaca dimonopoli oleh sebagian kelompok mahasiswa
yang berkemampuan baik. (4) strategi yang diterapkan oleh dosen lebih terpusat pada dosen itu sendiri.
Penelitian ini dirancang untuk memperoleh informasi bagaimana Strategi Pengajaran Resiprokal
(RT) dapat memperbaiki kemampuan pemahaman membaca mahasiswa. Dalam pemahaman membaca
khususnya diarahkan untuk mengamati pelaksanaan Strategi RT dan sekaligus memperbaiki kemampuan
pemahaman membaca mahasiswa dengan menggunakan model pengajaran Strategi RT. Pada khususnya,
penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki kemampuan pemahaman membaca mahasiswa pada Program
Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Tadulako Palu melalui Strategi RT.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas kolaborasi
(PTK) yang terdiri dari perencanaan (merancang prosedur pengajaran untuk menerapkan strategi Pengajaran
Resiprokal, merancang rencana pembelajaran, menyiapkan materi pengajaran dan instrumen, dan
menetapkan kriteria keberhasilan), melaksanakan rencana kegiatan, mengamati kegiatan, dan merefleksi hasil
kegiatan. Penelitian ini telah dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan dan
pertemuan ketiga dilaksanakan untuk memberikan tes membaca pemahaman dengan menggunakan strategi
Pengajaran Resiprokal. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti bekerjasama dengan salah seorang dosen
Membaca Pemahaman pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Tadulako.
Penerapan strategi RT meliputi enam komponen: (1) memprediksi (berguna untuk memberikan
konsep yang kuat dan mengaktifkan pengetahuan awal mahasiswa), (2) mengklarifikasi (langkah yang
dilaksanakan oleh peneliti yang bertujuan menambah kosakata mahasiswa), (3) bertanya (langkah yang
mengarahkan mahasiswa untuk membuat pertanyaan sesuai dengan bacaan), (4) meringkas (langkah yang
mengarahkan mahasiswa untuk menyatakan ide yang sesuai bacaan dengan menulis dalam bentuk satu
paragraf), (5) bekerja kelompok (berguna untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa). Selama bekerja
kelompok mahasiswa dibimbing oleh dosen untuk menerapkan strategi RT, dan (6) pemberian tes (praktik
mandiri yang menggunakan strategi RT yang mana mahasiswa diharapkan dapat menerapkan strategi secara
individu dan mandiri).
Hasil penelitian menunjukkan pencapaian mahasiswa dalam tes membaca pemahaman setelah
mereka menyelesaikan dua pertemuan penerapan strategi RT adalah 67% dari mahasiswa dalam kelas
memperoleh nilai ≥80. Hal ini berarti bahwa terdapat sekitar dua puluh mahasiswa yang memperoleh nilai
≥80. Respon mahasiswa pada siklus 1 adalah 97% dari jumlah mahasiswa aktif dalam kegiatan pembelajaran
menggunakan strategi RT, kemudian pada siklus 2 respon mahasiswa adalah 100%. Hal ini berarti bahwa
mahasiswa aktif dalam kelas resiprokal membaca pemahaman. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
strategi RT dalam membaca pemahaman efektif menyelesaikan masalah mahasiswa.
Dengan hasil penelitian yang baik maka disarankan kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa Inggris FKIP Universitas Tadulako agar membiasakan berdiskusi dan berbagi ide dengan temantemannya ketika mengalami masalah dalam pembelajaran. Disarankan juga kepada dosen mata kuliah
Membaca Pemahaman yang ingin menerapkan strategi RT, agar melaksanakan tiga tahap dalam pengajaran
sambil memberikan perbaikan terhadap pekerjaan mahasiswa. Terakhir, disarankan kepada peneliti
254 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
berikutnya agar melaksanakan penelitian di tingkat mahir membaca pemahaman seperti membaca kritis,
membaca kreatif, dan membaca ekstensif.
Kata kunci: strategi pengajaran resiprokal, meningkatkan, pemahaman membaca
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Membaca Siswa Kelas II MAN Temanggung
melalui Strategi “GRASP”
Muslih
Abstrak
Membaca merupakan salah satu dari keterampilan berhahasa yang harus diajarkan kepada muridmurid Sekolah Menengah Atas dalam pelajaran Bahasa Inggris. Melalui proses belajar mengajar membaca,
para siswa diharapkan mampu memahami teks bacaan yang mereka baca. Akan tetapi berdasarkan study
pendahuluan ditemukan bahwa siswa siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Temanggung masih mengalami
kesulitan dalm menemukan gambaran umum dari suatu bacaan, menemukan informasi tertentu, menemukan
pokok pikiran serta menemukan informasi yang tersurat dan tersirat. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa
faktor seperti; rendahnya motivasi siswa dalam belajar Bahasa Inggris, terbatasnya jumlah kosakata bahasa
Inggris yang mereka kuasai, kurangnya kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan membaca, serta
teknik mengajar yang kurang vareatif. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan mebaca siswa,
penerapan sebuah metode atau strategi yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar membaca sangatlah
diperlukan. Dalam hal ini Guided Reading and Summarizing Procedure atau disingkat GRASP diterapkan
untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kemampuan memahami bacaan.
Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan memahami bacaan para siswa kelas XI
MAN Temanggung Jawa Tengah. Masalah utama yang mesti dicari solusinyanya adalah “Bagaimana
Strategi GRASP dapat meningkatkan kemampuan memahami bacaan siswa kelas XI MAN Temanggung?”
Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah bahwa dengan menerapkan dan mengadaptasi Strategi GRASP yang
terdiari dari 4 langkah, kemampuan memahami bacaan para siswa kelas XI MAN Temanggung dapat
ditingkatkan. Sementara penelitian ini dikhususkan pada Analytical dan Hortatory Exposition text sebagai
text type atau jenis-jenis text yang harus diajarkan kepada siswa siswi kelas dua Sekolah Menengah Atas.
Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakn secara berkolaborasi atau
bekerjasama dengan guru bahasa inggris yang mengajar dikelas yang dijadikan sebagai subyek penelitian.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI Bahasa 2 MAN Temanggung semester kedua pada tahun ajaran
2008/2009. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa siklus yang terdiri dari kegiatan yang meliputi,
kegiatan pendahuluan (Preliminary study), Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Implemanting) sekaligus
Pengamatan (Observing) dan Refleksi (Reflecting) yakni melakukan analisa hasil penelitian untuk
menentukan apakah criteria keberhasilan sudah tercapai atau belum. Ada 2 macam criteria yang ditetapkan
untuk menentukan bahwa penelitian dianggap berhasil yaitu nilai rata-rata kemampuan membaca siswa
meningkat dari 56.00 pada saat preliminary study menjadi 73.31 pada akhir siklus kedua, dan siswa terlibat
aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan penemuan dari penelitian ini, guru-guru bahasa Inggris disarankan untuk menerapkan
strategi GRASP dalam kegiatan belajar megajar membaca karena strategi GRASP terbukti dapat
meningkatkan kemampuan memahami bacaan para siswa. Para peneliti yang akan datang disarankan untuk
menerapkan Strategi GRASP kepada siswa siswi kelas X ataupun kelas XII dan juga disarankan untuk
menerapkan strategi tersebut untuk beberapa jenis text yang lain seperti review, report, descriptive text dan
lain-lain.
Kata kunci: meningkatkan, pemahaman membaca, strategi “GRASP”
Program Studi S2 ING 255
Penggunaan Metode Pembelajaran Cooperative STAD Untuk Meningkatkan Prestasi
Membaca Pemahaman Siswa MAN 1 Kota Bima
Najamuddin
Abstrak
Menyadari akan pentingnya penguasaan bahasa inggris dalam meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia, pemerintah Indonesia telah menetapkan bahawa bahasa Inggris adalah merupakan mata pelajaran
wajib yang diajarkan pada siswa sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas. Pengajaran
bahasa Inggris diarahkan pada penguasaan empat keterampilan berbahasa yakni mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis (Depdiknas, 2004). Membaca adalah merupakan salah satu dari keterampilan
berhahasa yang harus diajarkan kepada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas. Adapun tujuan dari pada
pengajaran membaca pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas adalah untuk membantu mereka memahami
naskah bacaan dan materi-materi tertulis lainnya dalam bahasa inggris. Berkaitan dengan hal tersebut,
berdasarkan hasil study pendahuluan ditemukan bahwa pengajaran membaca pada MAN 1 Kota Bima tidak
memberdayakan siswa untuk terampil dalam memahami isi bacaan. Siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 1 Kota Bima masih mengalami kesulitan dalam menemukan gambaran umum dan khusus,
menemukan informasi tertentu, menemukan pokok pikiran serta menemukan informasi yang tersurat dan
tersirat didalam naskah bacaan. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yang antara lain; rendahnya
pengetahuan guru bahasa inggris terhadap metode pembelajaran yang dapat motivasi siswa dalam memahami
materi yang disampaikan, rendahnya motifasi siswa dan kadang-kadang mereka pasif mempelajari bahasa
inggris, materi yang disajikan di dalam buku adalah sulit dipahami siswa, guru bahasa inggris tidak
menyederhanakan dan mengembangkan materi yang disajikan di dalam buku paket yang sesuai kebutuhan
siswa, dan guru bahasa inggris jarang sekali menggunakan media untuk menunjang kegiatan belajar.
Oleh karena itu, penelitian ini dirancang dalam upaya untuk meningkatkan prestasi siswa didalam
membaca pemahaman. Adapun tujuan dari pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana metode
cooperative STAD dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi membaca pemahaman siswa. Dalam
penerapan metode cooperative STAD, siswa dibagi kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari empat
orang untuk satu kelompok yang digabung berdasarkan tingkat kemampuan, prestasi, ketrampilan, dan jenis
kelamin. Fungsi dan tujuan utama pembagian kelompok tersebut adalah untuk memastikan bahwa semua
anggota kelompok belajar, dan yang lebih khusus adalah mempersiapkan anggota kelompok untuk
menghadapi tes. Rancangan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang dilaksanakan dalam dua siklus secara kolaboratif dimana peneliti dibantu oleh guru kolaborator didalam
melakukan penelitian. Penelitian dilakukan di dalam satu kelas yang terdiri dari empat puluh dua siswa yang
secara keseluruhan dijadikan subyek penelitian. Prosedur pelaksanaan penelitian adalah terdiri dari empat
tahapan: tahap pertama adalah perencanaan, kedua adalah penerapan, ketiga adalah melakukan pengamatan,
dan yang terakhrir adalah refleksi. Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan beberapa
instrument penelitian yang antara lain angket, lembar observasi, catatan lapangan, dan mengadakan test pada
siswa.
Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode cooperative STAD
dalam pengajaran membaca pemahaman dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Peningkatan
tersebut ditunjukkan oleh adanya peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada akhir Siklus 2. Skor
rata-rata peroleh siswa pada tes pendahuluan adalah 58.46. Kemudian pada akhir Siklus 1 nilai rata-rata
siswa masih belum mencapai kriteria ketuntasan belajar. Sementara pada akhir Siklus 2, perolehan nilai ratarata melebihi criteria ketuntasan yang telah ditentukan dengan skor rata-rata 72.44.
Dengan melihat kelebihan maupun kelemahan dari pada penggunaan metode cooperative STAD
didalam pengajaran membaca pemahaman, disarankan kepada guru bahasa inggris terutama yang mengajar
bahasa inggris pada MAN 1 Kota Bima agar menerapkan metode tersebut di dalam kelasnya khususnya
dalam pengajaran membaca pemahaman. Disamping itu, sangat disarankan kepada siswa bahwa hasil
penelitian ini akan memberikan langkah-langkah kepada mereka sebagai fariasi metode dalam kegiatan
belajar yang dapat meningkatkan membaca pemahaman mereka. Kemudian kepada peneliti berikutnya, dan
kepada siapa saja yang berminat menggunakan metode cooperative STAD pada Penelitian Tindakan Kelas,
disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan metode cooperative STAD untuk
meningkatkan kemampuan membaca siswa dan mengurangi kesulitannya didalam memahami isi bacaan.
Selanjutnya disarankan pula untuk mempelajari bagaimana cara menggunakan metode cooperative STAD
tersebut pada keterampilan-keterampilan bahasa yang lainnya.
Kata kunci: metode cooperative STAD, membaca pemahaman
256 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Teknik Bercerita Menggunakan Puppets Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Siswa MTsN Tangerang II Pamulang
Nalti Nasution
Abstrak
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di MTsN Tangerang II Pamulang ditemukan
bahwa kemapuan berbicara siswa tahun 2008-2009 di kelas VIII-7 masih belum memuaskan. Siswa-siwa
terlihat pasif dalam proses belajar-mengajar speaking. Siswa tidak mempunyai ide atau inisiatif untuk
berbicara, atau jika mereka mempunyai ide, mereka tidak tahu bagaimana mengekspresikan ide tersebut.
Semua itu dikarenakan kurangnya kosa-kata, kurang paham tata-bahasa, dan kurang praktek berbicara bahasa
Inggris. Disamping itu, guru menggunakan teknik pengajaran yang monoton, dan jarang membuat mediamedia pengajaran. Karena itu, penelitian tindak kelas ini dilakukan untuk mengatasi masalah siswa dalam
berbicara. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara melalui teknik
bercerita menggunakan puppets dalam hal isi cerita dan penyampaian cerita.
Penelitian ini dilaksanakan dalam satu siklus terdiri atas sembilan pertemuan. Tiga pertemuan untuk
membaca (memahami tiga cerita), tiga pertemuan berikutnya untuk berbicara (memperaktekkan cerita
menggunakan puppets dalam kelompok), dan tiga pertemuan terakhir untuk bercerita menggunakan puppets
di depan kelas secara individu. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII7 MTsN Tangerang II
Pamulang. Instrumen penelitian dalam pengumpulan data adalah lembar pengamatan, catatan lapangan,
lembar penilaian diri, lembar penilaian antar sesama, penampilan berbicara siswa menggunakan rubrik
penilaian, rekaman, dan angket. Kriteria sukses ditentukan berdasarkan partisipasi siswa dalam proses
belajar-mengajar, pencapaian speaking siswa dalam hal nilai (menceritakan cerita secara perorangan), dan
respon siswa terhadap penerapan teknik bercerita menggunakan puppets. Temuan penelitian menunjukkan
bahwa penerapan teknik tersebut berhasil dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa, karena kriteria
sukses telah tercapai. Kriteria pertama adalah jika 65% siswa berpartisipasi atau terlibat aktif dalam proses
berlaja mengajar, dan analisa data menjelaskan bahwa 83% siswa terlibat aktif. Mengenai kriteria kedua yaitu
jika 65% siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65, penemuan menunjukkan bahwa 87% siswa
telah mencapai nilai lebih dari 65. Untuk kriteria terakhir, jika 75% siswa memiliki respon yang baik
terhadap penerapan tehnik bercerita menggunakan puppets, temuan penelitian menjelaskan bahwa 89% siswa
memperlihatkan respon baik terhadap teknik tersebut.
Penerapan teknik bercerita menggunakan puppets dalam pengajaran berbicara terdiri aras beberapa
langkah: 1) menujukkan gambar pada slide atau menunjukkan puppets, 2) menanyakan tentang gambar atau
puppets tersebut, 3) membagi siswa menjadi kelompok kelompok, 4) memberikan siswa fotokopi teks
narrative, 5) menugaskan siswa membaca teks dengan pelan, 6) mendiskusikan teks dalam kelompok
berhubungan dengan topik and kata-kata sulitnya, 7) menanyakan cerita atau/dan mendiskusikan kosa-kata
dan tata bahasa (kata kerja atau keterangan waktu yang digunakan dalam teks tersebut), 8) memberikan siswa
fotokopi daftar kata-kata yang berhubungan dengan cerita, 9) mengidentifikasi dan menganalisa semua aspek
dari teks narrative bersama dengan para siswa, 10) mendiskusikan pesan atau nilai moral dari teks tersebut
bersama dengan siswa, 11) memberikan voucher bagi para siswa yang mau menjawab dan menjelaskan
sesuatu mengenai cerita tersebut, 12) meminta siswa membaca teks dengan keras, 13) memberikan model
kepada siswa bagaimana menyebutkan kata dengan benar, 14) memberikan lembar penilaian diri dan lembar
kerja kepada siswa, 15) menyanyikan lagu berhubungan dengan cerita, 16) mencontohkan cara bercerita
kepada siswa dengan menggunakan irama musik, 17) memberikan lembar penilaian antar sesama, dalam hal
ini menilai penampilan guru, 18) meminta siswa memperaktekkan cerita dan bercerita menggunakan puppets
dalam kelompok kecil, 19) memotivasi siswa untuk melafalkan cerita kembali di rumah, 20) meminta siswa
menceritakan cerita tersebut dengan menggunakan puppets secara individu di depan kelas, 21) memberikan
lembar penilaian sesama untuk menilai teman, 22) merekam suara siswa dan menilai penampilan mereka.
Berdasarkan temuan dapat disimpulkan bahwa teknik bercerita menggunakan puppets sangat efektif
untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam process belajar-mengajar, dan meningkatkan pencapaian –
nilai– berbicara siswa. Disamping itu, teknik tersebut meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa
Inggris. Guru-guru bahasa Inggris disarankan untuk menerapkan teknik tersebut dalam pengajaran speaking
atau skill lain seperti listening dan writing. Berhubungan dengan cerita dan puppets sebagai media dan materi
pengajaran, para guru disarankan menyediakan media dan materi yang menarik dan bagus, tidak hanya sesuai
dengan kebutuhan siswa tetapi juga dapat memotivasi siswa dalam belajar bahasa. Memberikan motivasi dari
luar sangatlah diperlukan karena hal tersebut dapat membantu motivasi dari dalam diri siswa untuk belajar
bahasa Inggris. Kepala sekolah diharapkan dapat menyediakan fasilitas dan alat-alat untuk membuat media
yang dapat di pakai dalam kegiatan belajar-mengajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajaar
Program Studi S2 ING 257
bahasa Inggris khususnya kemampuan berbicara. Disamping meyediakan berbagai jenis buku cerita
berbahasa Inggris baik lokal maupun asing di perpustakaan untuk memperkaya jumlah bacaan siswa
sangatlah diperlukan.Terakhir, calon peneliti disarankan melakukan penelitian dengan menerapkan teknik
bercerita menggunakan puppets atau media lain dalam keterampilan berbahasa yang lain pula atau dengan
menggunakan rancangan penelitian yang lain.
Kata kunci: teknik bercerita menggunakan puppets, kemampuan berbicara
Efektifitas Kegiatan Membaca Ekstensif dalam Meningkatkan Pemahaman Membaca dan
Kecepatan Membaca Teks Bahasa Inggris Pada Siswa-Siswa Kelas IX MTs Negeri
Pamekasan 1
Nanang Rohmat Busthomi
Abstrak
Studi ini dilakukan untuk menentukan efektifitas kegiatan membaca ekstensif di dalam meningkatkan pemahaman membaca dan kecepatan membaca. Pertanyaan utama yang perlu dijawab adalah: (1)
"Apakah siswa kelas IX MTs Negeri Pamekasan 1 yang diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan
mencapai pemahaman membaca lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang tidak diberi kegiatan
membaca ekstensif tambahan?" (2) "Apakah siswa kelas IX MTs Negeri Pamekasan 1 yang diberi kegiatan
membaca ekstensif tambahan mencapai kecepatan membaca lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa
yang tidak diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan?" Jawaban sementara untuk kedua pertanyaan utama
tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis-hipotesis yang menyatakan sebagai berikut: (1) siswa yang
diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan mencapai pemahaman membaca secara signifikan lebih tinggi
dari pada siswa yang tidak diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan, dan (2) siswa yang diberi kegiatan
membaca ekstensif tambahan mencapai kecepatan membaca secara signifikan lebih tinggi dari pada siswa
yang tidak diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan.
Penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperimental nonrandomized control group pretestposttest. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX MTs Negeri Pamekasan 1 yang berjumlah 72 siswa. 36
siswa ditetapkan di kelompok eksperimental sedangkan sisanya 36 siswa ditetapkan di kelompok kontrol.
Instrumen penelitian ini dengan menggunakan 30 butir soal yang berbentuk pilihan ganda dengan meliputi
materi membaca pemahaman untuk kelas IX semester dua. Kedua kelompok tersebut, eksperimental dan
kontrol diberi sebuah tes awal, kemudian kelompok eksperimental diajar pemahaman membaca dan
kecepatan membaca dengan menggunakan kegiatan membaca ekstensif tambahan, sedangkan kelompok
kontrol diajar pemahaman membaca dan kecepatan membaca dengan tanpa kegiatan membaca ekstensif
tambahan. Setelah itu, kedua kelompok diberi tes akhir dengan menggunakan instrument seperti yang dipakai
dalam tes awal. Selanjutnya, data yang berbentuk skor pencapaian siswa dianalisa dengan menggunakan
ANOVA satu jalur. Semua F-rasio yang dicapai dalam uji hipotesis menunjukkan tingkat signifikan lebih
tinggi pada p<.05 (df 70). Nilai F-rasio pada hipotesis pertama diperoleh angka 16.25 dan hipotesis kedua
diperoleh nilai 27.69. Karena nilai F-rasio hasil perhitungan lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan
nilai F Tabel (3.98) maka hasil tersebut merupakan cukup bukti untuk menolak hipotesis nol. Sehubungan
dengan ditolaknya hipotesa nol, (1) prestasi pemahaman membaca siswa yang diberi kegiatan membaca
ekstensif tambahan tidak lebih tinggi secara signifikan dari prestasi siswa yang tidak diberi kegiatan
membaca ekstensif tambahan, (2) prestasi kecepatan membaca siswa tidak lebih tinggi secara signifikan dari
prestasi siswa yang tidak diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan, maka sebagai konsekwensinya
hipotesis alternative diterima. Dengan demikian, hal ini bisa diputuskan bahwa siswa yang diberi kegiatan
membaca ekstensif tambahan mencapai prestasi lebih tinggi dalam pemahaman membaca dan kecepatan
membaca dari pada siswa yang tidak diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan. Dengan kata lain,
mengajar membaca dengan memberikan kegiatan membaca ekstensif tambahan lebih efektif bila
dibandingkan dengan tanpa memberikan kegiatan membaca ekstensif tambahan.
Berdasarkan penemuan-penemuan dalam eksperimen ini, ada beberapa saran yang tujukan pada
guru-guru bahasa Inggris dan peneliti-peneliti yang akan datang. Guru bahasa Inggris seharusnya
mempertimbangkan manfaat dari kegiatan membaca ekstensif dalam meningkatkan pemahaman membaca
dan kecepatan membaca. Peneliti-peneliti yang akan datang disarankan untuk menggunakan hasil temuan ini
sebagai dasar dalam melakukan riset-riset berikutnya dengan topik yang sama.
Kata kunci: kegiatan membaca ekstensif, pemahaman membaca, kecepatan membaca
258 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas II MTs Ihyaul Islam Ujungpangkah Gresik
Melalui Permainan tebak-tebakan (Guessing Games)
Nif ‘atul Aula
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada permasalahan yang dialami oleh peneliti sebagai guru
Bahasa Inggris di MTs Ihyaul Islam Ujungpangkah Gresik. Berdasarkan pengamatan pada siswa kelas II
MTs Ihyaul Islam Ujungpangkah Gresik, menunjukkan bahwa kemampuan menulis teks deskriptif siswa
kelas II masih kurang memuaskan dan siswa mempunyai motivasi yang rendah untuk berpartisipasi dalam
kegiatan tugas menulis. Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana permainan tebak-tebakan
digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas II MTs Ihyaul Islam Ujungpangkah
Gresik dalam menulis teks deskriptif?”
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaborasi yang dirancang untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam belajar menulis melalui strategi permainan tebak-tebakan. Strategi ini dipilih karena
mampu membuat siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga mampu membantu
meningkatkan kemampuan menulis siswa. Masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana strategi
permainan tebak-tebakan digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas II MTs Ihyaul
Islam Ujungpangkah Gresik dalam menulis teks deskriptif?” Subjek penelitian ini adalah para siswa kelas
VIII MTs Ihyaul Islam Ujungpangkah Gresik tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini dilakukan dalam dua
siklus dengan mengacu pada prosedur penelitian tindakan yaitu, planning, implementing, observing, dan
reflecting. Tiap siklus meliputi tiga pertemuan. Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa instrumen
yaitu lembar observasi, catatan lapangan, kuisioner, interview dan tugas menulis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model strategi permainan tebak-tebakan yang sesuai untuk
pengajaran menulis teks deskriptif meliputi langkah-langkah berikut: (1) membagi siswa dalam beberapa
kelompok kecil terdiri dari 3-4 siswa, (2) menyiapkan beberapa gambar atau benda kecil dan meminta salah
satu siswa dari tiap kelompok untuk memilih gambar atau benda yang dimasukkan dalam sebuah amplop, (3)
meminta siswa untuk membuat daftar kosakata berdasarkan gambar atau benda yang dipilih, (4) meminta
siswa untuk menyusun kalimat dari daftar kata yang diperoleh untuk membuat kartu deskripsi, (5) meminta
siswa untuk menebak kartu deskripsi –kegiatan ini digunakan sebagai kompetisi untuk meningkatkan
motivasi siswa, (6) menyiapkan dan mendiskusikan model teks, (7) meminta siswa membuat draf secara
individu dengan strategi yang sama dalam membuat kartu deskripsi, (8) meminta siswa merevisi draf yang
difokuskan pada isi dan susunan, (9) meminta siswa mengedit kosakata yang digunakan, (10) meminta siswa
membaca hasil tulisan di depan kelas (10) melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar kemampuan
menulis.
Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa strategi permainan tebak-tebakan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Peningkatan dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa
dalam menulis dan juga jumlah siswa yang nilainya dapat mencapai skor minimal untuk writing. Pada siklus
1 nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 5.83 dan prosentase siswa yang nilainya di atas skor yang
ditargetkan adalah 43.4%. Pada siklus 2 nilai rata-rata menjadi 7.07 dan prosentase siswa yang nilainya di
atas skor yang ditargetkan adalah 82.6%. Disamping itu, strategi permainanan tebak-tebakan dapat meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa selama mengerjakan tugas menulis.
Berdasarkan hasil temuan, disarankan bagi para guru untuk menggunakan strategi permainan tebaktebakan untuk meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa dalam pengajaran menulis. Bagi para peneliti lain
disarankan untuk melakukan penelitian dengan menerapkan strategi tebak-tebakan dalam pengajaran menulis
pada jenis teks yang lain.
Kata kunci: permainan tebak-tebakan, kemampuan menulis
Program Studi S2 ING 259
Efek Multimedia untuk Membantu Proses Mengajar Menulis Paragraf Deskriptif
di SMPN 37 Semarang
Nur Khamim
Abstrak
Penelitian ini merupakan sebuah investigasi terhadap efek penggunaan media, yaitu multimedia dan
non-multimedia, terhadap kemampuan menulis paragraph deskriptif oleh siswa-siswa kelas 7 SMPN 37
Semarang pada tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental semu. Delapan
puluh siswa terpilih dari jumlah total dua ratus tiga puluh delapan siswa yang berasal dari dua kelas
berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai subjek penelitian. Mereka terbagi dalam dua kelompok penelitian,
yaitu kelompok kontrol dan eksperimen, berdasarkan asal kelasnya. Sebelum perlakuan, subyek penelitian
mengerjakan pre-tes untuk mengetahui kemampuan awal mereka dan untuk memastikan bahwa kedua
kelompok tersebut setara. Setelah penelitian, subyek penelitian kembali mengerjakan post-tes dengan sosal
yang sama untuk mengukur efek perlakuan pada masing-masing kelompok. Instrument lain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner, daftar cek pengamatan dan catatan pengamatan lapangan untuk
mengukur sikap (positif atau negatif) dan motivasi siswa terhadap penggunaan multimedia.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis kovarian (ANAKOVA) untuk membandingkan skor
rata-rata kedua kelompok dengan skor pre-tes sebagai kovariannya. Setelah analisis data, disimpulkan bahwa
penggunaan multimedia mempunyai efek yang signifikan terhadap prestasi belajar, yaitu siswa yang diajar
dengan menggunakan multimedia memperoleh skor yang lebih tinggi, baik skor keseluruhan maupun pada
aspek-aspek menulis, yaitu isi, penyusunan komposisi, penggunaan kosakata yang tepat, dan tata bahasa, bila
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan tidak menggunakan multimedia. Dengan kata lain,
implementasi multimedia dalam kelas menulis lebih efektif bila dibandingkan dengan non-multimedia untuk
meningkatkan prestasi belajar.
Berkenaan sikap belajar siswa dalam kelas menulis, analisis yang didasarkan pada jawaban siswa
sebagai respon terhadap pertanyaan di kuesioner menyimpulkan bahwa para siswa cenderung bersikap positif
terhadapnya. Dalam kuesioner yang mencakup lima faktor keterkaitan multimedia dengan pembelajaran
Bahasa Inggris di kelas, yaitu: kemenarikan media tersebut, efek media terhadap pemahaman materi belajar,
efek media terhadap situasi belajar, faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran, dan penerapan media
dalam pembelajaran sesungguhnya, hampir seluruh siswa menyatakan sikap positifnya. Selanjutnya,
pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator menyimpulkan bahwa kelompok eksperimen cenderung lebih
termotivasi dalam pembelajaran bila dibandingkan dengan kelompok kontrol yang ditunjukkan dengan
pencapaian skala yang lebih tinggi untuk partisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Terkait implikasi kependidikan dan saran-saran bagi penelitian lanjutan, peneliti menyajikannya
dalam bab terakhir dari laporan penelitian ini. Kontribusi praktikal dari penelitian ini adalah penggunaan
multimedia dalam kelas menulis bisa menjadi pilihan dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Selanjutnya,
penelitian ini juga menyarankan beberapa pengarahan bagi penelitian lanjutan terkait dengan desain
penelitian, cakupan bidang penelitian, dan fenomena kehomogenan pada kelompok eksperimen setelah
pemberian perlakuan yang ditemukan dalam penelitian ini.
Kata kunci: multimedia, non-multimedia, efek, prestasi belajar, sikap
Menggunakan Strategi Dialog Jurnal untuk Memperbaiki Keterampilan Menulis dalam
Bahasa Inggris Siswa Kelas Dua MTsN Tinambung Polewali Mandar, Sulawesi Barat
Nurdin
Abstrak
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di MTsN Tinambung Sulawesi Barat diketahui
bahwa siswa-siswa sekolah tersebut mempunyai masalah dalam belajar menulis dalam bahasa Inggris.
Masalah tersebut adalah kurangnya motivasi dalam belajar, ketidakmampuan dalam membuat kalimat dan
kesukaran untuk memulai menulis.
Penelitian ini dirancang untuk memperbaiki keterampilan menulis dalam bahasa Inggris melalui
penerapan strategi dialog jurnal. Strategi ini dipilih karena beberapa alasan. Pertama, strategi dialog jurnal
memberikan kegiatan menulis yang menarik kepada siswa, dimana siswa dapat dengan bebas menulis apa
saja yang disukai seperti ide, fikiran dan perasaan. Siswa juga dapat berkomunikasi dengan guru melalui
260 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
tulisan karena guru memberikan tanggapan terhadap tulisan-tulisan siswa. Dengan menulis jurnal, siswa
mempunyai banyak kesempatan untuk berlatih menulis. Oleh karena itu, mereka diharapkan dapat menulis
dengan baik karena adanya kegiatan menulis yang berlangsung secara teratur dan terus-menerus. Masalah
penelitian dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana strategi dialog jurnal dapat memperbaiki keterampilan
menulis dalam bahasa Inggris siswa kelas dua MTsN Tinambung Polewali Mandar, Sulawesi Barat?”
Penelitian ini menerapkan desain penelitian tindakan kelas yang di dalamnya, peneliti dan
kolaborator bekerja sama merancang rencana pembelajaran, menerapkan tindakan, mengobservasi dan
melakukan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas dua MTsN Tinambung Polewali Mandar, Sulawesi
Barat, tahun akademik 2008-2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan mengikuti prosedur
penelitian dalam penelitian tindakan kelas: perencanaan, penerapan, pengamatan dan refleksi. Prosedur
penerapan strategi dialog jurnal dalam penelitian ini adalah: (1)mengarahkan siswa ke topik pelajaran dengan
memberikan beberapa pertanyaan; (2) meminta siswa menceriatakan sesuatu, umpamanya, kegiatan seharihari atau pengalaman mereka; (3) meminta siswa untuk menuliskan apa yang telah mereka ceritakan; (4)
menunjukkan kepada siswa model-model kalimat dan paragraph; (5)meminta siswa untuk membandingkan
antara kalimat dan paragraph mereka dengan model kalimat dan paragraph yang ditunjukkan; (6) meminta
siswa untuk menuliskan ulang kalimat dan paragraph mereka; (7) menunjukkan kepada siswa model-model
dialog jurnal; (8) memberikan penjelasan tentang dialog jurnal; (9)menunjukkan kepada siswa daftar topic
untuk ditulis dalam jurnal; (10) meminta siswa untuk menulis berdasarkan topic yang mereka pilih; dan (11)
meminta siswa untuk menulis jurnal mereka sendiri di rumah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi dialog jurnal dapat memperbaiki keterampilan menulis
siswa dalam bahasa Inggris. Perbaikan keterampilan itu dapat dilihat dari jumlah tulisan siswa yang semakin
baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Juga bias dilihat dari skor akhir dari siswa. Berkenaan dengan
kuantitas, siswa dapat menulis beragam topic dengan jumlah kalimat dan paragraph yang terus bertambah di
setiap entri. Berkenaan dengan kualitas, siswa-siswa menunjukkan kemajuan di empat aspek keterampilan
menulis: isi, organisasi, kosa kata dan tata bahasa. Berkenaan dengan skor akhir, jumlah siswa yang skornya
60 atau lebih, bertambah dari pre-test ke post-test.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, beberapa saran diajukan sebagai berikut: (1) guru bahasa
Inggris disarankan agar menggunakan strategi dialog jurnal dalam mengajarkan bahasa Inggris, khususnya
menulis; (2) dalam menerapkan strategi dialog jurnal, guru seharusnya yakin bahwa siswa telah menguasai
kosa kata dasar dan konsep-konsep dasar kalimat dan paragraf; (3) guru seharusnya menunjukkan contohcontoh dialog jurnal kepada siswa. Contoh-contoh kalimat dan paragraf juga perlu ditunjukkan kepada siswa,
dan (4) pada kegiatan-kegiatan awal menulis jurnal, disarankan agar guru memberikan daftar topik yang bisa
ditulis oleh siswa.
Kata kunci: dialog jurnal, kemampuan menulis
Implementasi Strategi “Put Yourself in the Picture” untuk Meningkatkan Kemampuan
Menulis Bahasa Asing Siswa Kelas 2 MTs Muhammadiyah 1 Jombang
Pryla Rochmah Wati
Abstrak
Menulis adalah salah satu keahlian yang mendukung kesuksesan dalam pembelajaran bahasa. Akhirakhir ini, pembelajaran menulis sering diabaikan. Permasalahan utama yang dihadapi oleh guru bahasa
Inggris adalah bagaimana memotivasi siswa untuk menulis materi yang menyenangkan. Oleh karena itu,
kemampuan dalam menulis paragraf masih jauh dari yang diharapkan.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas delapan MTs Muhammadiyah
1 Jombang dalam menulis teks deskriptif dengan menggunakan strategi “Put Yourself in the Picture”.
Strategi ini dipilih karena dapat menuntun siswa dalam menuangkan ide ke dalam sebuah tulisan dengan cara
menempatkan dirinya dalam sebuah gambar. Masalah dalam penelitian ini adalah ‘Bagaimana strategi “Put
Yourself in the Picture” dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif siswa
kelas dua MTs Muhammadiyah 1 Jombang?’
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian tindakan kelas diimplementasikan dengan 4 langkah,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 15 siswa kelas VIII MTs
Muhammadiyah 1 Jombang tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap
siklus terdiri atas tiga pertemuan. Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa instrumen yaitu lembar
Program Studi S2 ING 261
observasi, catatan lapangan, kuisioner dan porto folio. Data yang terkumpul dianalisis untuk memperoleh
hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan dalam penerapan strategi “Put Yourself in the Picture”
yang sesuai dalam pengajaran menulis meliputi langkah-langkah berikut: (1) mengarahkan siswa kepada
topic yang akan dibahas dengan memberikan pertanyaan dan gambar (2) memperkenalkan strategi dan
membagikan gambar dan lembar kerja kepada siswa, (3) meminta siswa untuk bekerja dalam kelompok, (4)
menjelaskan kepada siswa tentang tugas mereka di dalam kelompok, (5) meminta siswa untuk menempatkan
dirinya dalam gambar dan menjawab pertanyaan “Apa yang dapat kamu lihat dalam gambar?” dan “Apa
yang dikerjakan oleh orang-orang yang ada dalam gambar?” (6) meminta siswa untuk membuat kalimat
berdasarkan daftar yang dibuat sebelumnya, (7) memberikan dan menjelaskan suatu model teks deskriptif
beserta ciri-ciri kebahasaannya (Simple Present Tense, Preposition) kepada siswa sebelum mereka menulis
draf kasar, (8) meminta siswa untuk menulis draf kasar (9) meminta siswa bekerja dalam kelompok untuk
mendiskusikan draf dan merevisi draf teman mereka, (10) meminta siswa untuk melakukan konfrensi kecil
dengan gurunya dan (11) meminta siswa untuk mengedit draf kasar sebagi rujukan dalam menulis karangan
akhir mereka.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa strategi “Put Yourself in the Picture” telah terbukti
efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas 2 MTs Muhammadiyah 1 Jombang dalam menulis
deskriptif teks. Peningkatan itu ditandai oleh peningkatan nilai rata-rata menulis siswa dari 46.22 pada tugas
awal, 54.53 pada siklus pertama, menjadi 68.00 pada siklus kedua. Di samping itu, siswa antusias,
bersemangat, dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan strategi “Put Yourself in
the Picture”.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa strategi “Put Yourself in the Picture” tidak
hanya efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa namun juga dalam meningkatkan partisipasi
siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan
strategi “Put Yourself in the Picture” yang bermanfaat dalam memeberikan kemudahan bagi siswa untuk
menentukan ide dalam membuat tulisan. Akhirnya, disarankan agar penelitian-penelitian selanjutnya
difokuskan pada pengajaran menulis teks deskriptif di jenjang yang berbeda misalnya pada Sekolah Dasar
dan teks naratif dan diterapkan pada genre yang berbeda misalnya teks naratif dan recount (jenis teks).
Kata kunci: strategi “Put Yourself in the Picture”, kemampuan menulis, teks diskriptif
Penggunaan Pendekatan Menulis Proses untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis
Paragraf Recount Siswa Kelas Dua MTsN Lamala Sulawesi Tengah
Pudariati
Abstrak
Berdasarkan hasil studi awal yang dilaksanakan pada tanggal 21 sampai dengan 23 Juli 2008.
Diketahui bahwa kemampuan menulis siswa masih rendah. Nilai rata-rata siswa adalah 4.13 sedangkan
kreteria ketuntasan minimum adalah 6.00. Rumusan masalah yang diformulasikan dalam penelitian ini
adalah”How can process writing approach be used to improve the ability in writing recount paragraphs of
the second year students of MTsN Lamala Central Sulawesi?
Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf recount siswa kelas dua
MTsN Lamala Sulawesi Tengah dengan menggunakan pendekatan menulis proses. Rancangan penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas dengan sistim kolaborasi. Peneliti bekerjasama dengan seorang kolaborator
dalam hal merancang rencana pembelajaran, menentukan kriteria kesuksesan belajar, melaksanakan dan
mengobservasi kegiatan mengajar serta merefleksi data yang didapat dari proses pengajaran dan
pembelajaran. Tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:
(1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) mengamati tindakan, dan (4) menganalisa dan
merefleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas dua MTsN Lamala Central Sulawesi tahun pelajaran
2008-2009. Jumlah siswa dalam kelas adalah 38 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar format pengamatan, catatan lapangan, rubrik penilaian, kuisener dan lembaran wawancara
untuk siswa.
Model pendekatan menulis proses yang tepat dalam pengajaran menulis meliputi prosedur berikut:
(1) memberikan siswa gambar kegiatan berangkai yang berwarna untuk membantu membangun pengetahuan
mereka tentang teks recount, (2) Memberikan siswa model teks recount yang strukturnya sudah ditandai
dengan jelas, (3) meminta siswa untuk bekerja kelompok untuk mempelajari struktur teks recount (4)
262 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
mengajak siswa untuk mengungkapkan ide mereka dalam tekhnik clustering, (5) menuntun siswa dalam
menuangkan, memilih, dan mengatur ide mereka, (6) meminta siswa untuk menuangkan ide dalam bentuk
kalimat dan mengatur kalimat tersebut dalam bentuk draft awal (7) meminta siswa untuk merevisi draft
mereka dengan merujuk pada format petunjuk revisi (8) meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman
sekelas dan guru, (9) meminta siswa untuk saling menukar pekerjaan dengan pasangannya, (10) meminta
siswa untuk memeriksa grammar dan mekanik tulisan mereka dengan merujuk pada format petunjuk
mengedit, dan (11) meminta siswa untuk merapikan tulisan mereka.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari tiga pertemuan. Pada
siklus yang pertama, penjelasan tentang recount teks dilakukan pada pertemuan pertama, tahapan prewriting
dan drafting pada pertemuan kedua, dan tahapan revising dan editing pada pertemuan ketiga. Pada siklus
yang kedua, tahapan prewriting dan drafting dilakukan pada pertemuan pertama, tahapan revisi pada
pertemuan kedua, dan tahapan editing pada pertemuan ketiga.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan menulis proses berhasil meningkatkan
kemampuan dalam menulis paragraf recount siswa kelas dua MTsN Lamala Sulawesi Tengah. Peningkatan
ini ditandai dengan meningkatnya partisipasi dan skor menulis siswa dalam kegiatan menulis. Hasil lembar
pengamatan dan catatan lapangan menunjukkan bahwa pendekatan menulis proses dapat meningkatkan
partisipasi siswa dimana sebagian besar siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pengajaran dan
pembelajaran. Sehubungan dengan hasil tulisan siswa, telah ditetapkan dalam kreteria keberhasilan kedua
bahwa 60% dari keseluruhan jumlah siswa harus mencapai skor sama atau lebih tinggi dari 6.00. Skor siswa
dalam siklus pertama belum mencapai kreteria keberhasilan karna hanya ada sepuluh (26.32%) dari tigapuluh
delapan siswa yang memperoleh skor sama atau lebih tinggi dari 6.00. Sementara di siklus kedua, duapuluh
empat (63.16%) memperoleh nilai sama atau lebih tinggi dari 6.00 yang berarti bahwa kreteria keberhasilan
telah tercapai.
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, peneliti menyarankan kepada guru-guru bahasa
Inggris untuk menerapkan pendekatan menulis proses dalam pengajaran menulis. Namun guru-guru harus
mempertimbangkan model yang sesuai bagi siswa yang dapat memfasilitasi mereka dengan pengalaman
belajar yang menyenangkan. Dan kepada para peneliti yang akan melaksanakan penelitian yang serupa
disarankan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam hal pemilihan jenis teks, media pengajaran dan
prosedur pelaksanaan empat tahapan dalam pendekatan proses menulis.
Kata kunci: pendekatan menulis proses, kemampuan menulis, paragraf recount
Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa MAN 2 Madiun Melalui Strategi
SQ3R
Purwatiningsih
Abstrak
Memebaca sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu membaca sangat bpenting
untuk dipelajari. Bagi siswa membaca diperlukan sebagai alat untuk mempelajari berbagai macam ilmu
pengetahuan. Sehingga keberhasilan didalam membaca sangat penting bagi siswa. Sehubungan dengan
pentingnya membaca bagi siswa, di Indonesia ketrampilan membaca diajarkan ditingkat SD sampai
perguruan tinggi. Bagaimanapun, hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di MAN 2 Madiun
menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa belum memadahi, terbukti prestasi mereka
masih relatif rendah dan belum memenuhi standar ketuntasan belajar minimal. Oleh karena itu penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kesulitan yang diharapi siswa
dalam membaca pemahaman. Dengan alasan tersebut, maka SQ3R diterapkan pada pembelajaran membaca
pemahaman untuk meningkatkan membaca pemahaman siswa.
Penelitian ini dirancang untuk penelitian tindakan kelas secara kolaborasi yang melibatkan peneliti
dan guru kelas yang berkolaborasi merancang rencana pembelajaran, mengimplementasikan rencana
tindakan, melakukan pengamatan, dan melakukan analisis dan refleksi. Dalam melakukan penelitian ini,
peneliti bertindak sebagai praktisi dan guru kelas berperan sebagai pengamat. Subyek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas sebelas MAN 2 Madiun Jurusan Bahasa tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 30
orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang berdasarkan prosedur penelitian tindakan kelas yang
meliputi tahap perencanaan, implementasi, observasi, analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam
tiga pertemuan. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian yang berupa ceklist
pengamatan, pedoman wawancara, catatan lapangan, dna tes membaca pemahaman.
Program Studi S2 ING 263
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang tepat untuk membelajarkan siswa dalam
membaca pemahaman melalui strategi SQ3R meliputi beberapa tahap yang masing-masing terdiri dari
beberapa kegiatan penting yang antara lain: 1) mengaktifkan latarbelakang pengetahuan sebelum membaca
tek, 2) menggunakan gambar atau benda nyata sebagai alat pembelajaran, 3) menemukan arti dari kata-kata
sulit, 4) membuat pertanyaan prediksi, 5) membaca paragraph pembuka dan penutup, 6) mencari jawaban
dari pertanyaan yang telah dibuat, 7) menyimpan semua informasi yang diperoleh dalam ingatan jangka
panjang, 8) mengingat kembali informasi yang disimpan, 9) melakukan laporan, 10) membuktikan laporan
yang dibuat dengan membaca teks, 11) menulis hasil pembuktiannya.
Selanjutnya hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa strategi SQ3R telah meningkatkan
kemampuan membaca pemahaman siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai membaca siswa yang
telah memenuhi standar ketuntasan belajar minimal. Adapun rata-rata nilai yang diperoleh siswa dari tiga kali
tes adalah 59,1 diperoleh dari pre-tes, 64,5 dari tes 1 dan 78,7 dari nilai tes 2. Dengan kata lain siswa yang
terkategori sukses dalam pre-test sebanyak 33,3% atau 10 orang, 50% atau 15 dalam test 1, dan 86,7% atau
26 orang pada test 2. Di samping itu hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi SQ3R sangat efketif untuk
membangkitkan motivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Peningkatan
partisipasi siswa dalam pemebelajaran adalah 59% pada siklus1 dan 79% pada siklus 2.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, beberapa saran ditujukan untuk guru dan peneliti yang akan
datang. Bagi guru bahasa Inggris yang mempunyai masalah serupa diharapkan mereka dapat mengimplementasikan strategi SQ3R sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman
siswa. Kepada peneliti yang akan datang, mereka dianjurkan untuk membuat kajian penelitian serupa secara
mendalam di tingkat pendidikan yang berbeda dengan tempat, subyek penelitan, dan jenis teks yang berbeda
untuk mengetahui apakah strategi SQ3R juga efektif untuk meningkatkan prestasi membaca siswa.
Kata kunci: strategi SQ3R, peningkatan, kemampuan membaca
Meningkatkan Keterampilan Menyimak dalam Bahasa Inggris dengan Menggunakan
Teknik Storytelling di Kelas Dua MTsN Model Amuntai
Rahmah Fitriah
Abstrak
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, ditemukan bahwa prestasi siswa dalam kegiatan menyimak
masih belum memuaskan. Beberapa kesulitan yang dialami siswa adalah memahami dan menemukan
informasi rinci dalam teks yang mereka dengarkan. Kesulitan tersebut disebabkan beberapa factor. Pertama,
kurangnya kreatifitas guru dalam menggunakan materi yang tersedia. Kedua, kurang beragamnya teknik
dalam mengajar menyimak. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa
dengan menggunakan teknik storytelling. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana teknik
storytelling bisa meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dalam hal ini, peneliti dibantu oleh guru
bahasa Inggris dalam mengobservasi proses belajar mengajar. Penelitian ini diadakan dalam dua siklus.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F MTsN Model Amuntai. Instrumen penelitian ini adalah tes
menyimak, checklist pengamatan, dan kuesioner. Kriteria kesuksesan penelitian ini adalah peningkatan nilai
listening siswa dan minat mereka terhadap penerapan teknik storytelling. Kriteria kesuksesan tercapai jika
75% siswa mendapatkan nilai lebih dari 6. Disamping itu, kriteria kesuksesan juga ditentukan berdasarkan
minat siswa terhadap kegiatan storytelling. Kriteria kesuksesan tercapai jika 75% siswa memiliki respon yang
positif terhadap penerapan teknik storytelling.
Dengan penerapan teknik storytelling, kriteria kesuksesan tercapai pada siklus kedua. Sebanyak
81% total siswa yang memperoleh nilai lebih dari 6 dan sebanyak 80% siswa memiliki respon yang positif
terhadap penerapan teknik storytelling. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa prosedur dari teknik
storytelling yang efektif adalah (1) menunjukkan gambar berukuran 20x25 cm kepada siswa, (2) menanyakan
tentang gambar, (3) memberikan kosakata kunci yang berkaitan dengan cerita, (4) mempraktekkan
pengucapan kosakata, (5) menanyakan kepada siswa tentang pemahaman mereka terhadap cerita. (6)
mengulangi cerita sekali lagi agar siswa benar-benar memahami ceritanya, dan (7) Menanyakan siswa
tentang pendapat dan perasaan mereka terhadap ceritanya.
Dapat disimpulkan bahwa teknik storytelling telah terbukti mampu meningkatkan kemampuan
menyimak siswa dalam hal memahami cerita dan menemukan informasi rinci dalam cerita. Penelitian ini
diakhiri dengan pemberian saran-saran. Guru-guru bahasa Inggris MTs diharapkan menggunakan teknik
264 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
storytelling sebagai teknik alternatif dalam mengajar untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa.
Peneliti yang lain diharapkan untuk mengadakan penelitian tentang teknik storytelling untuk keterampilan
berbahasa yang lain. Pengembang materi disarankan agar mengembangkan materi cerita untuk siswa MTs
dengan mempertimbangkan karakter khusus mereka. Terakhir, disarankan kepada kepala sekolah untuk
menyediakan fasilitas berupa buku-buku cerita berbahasa Inggris dan cerita-cerita lokal di perpustakaan dan
menyelenggarakan acara-acara yang berkaitan dengan penggunaan cerita, seperti lomba bercerita untuk
meningkatkan minat siswa pada cerita berbahasa Inggris dan juga pada bahasa Inggris itu sendiri.
Kata kunci: keterampilan menyimak, teknik storytelling
Sebuah Rancangan Silabus Kelas Speaking untuk Mata Kuliah Intensive English bagi
Mahasiswa Tingkat Pertama di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin
Raida Asfihana
Abstrak
Hasil dari survey pendahuluan yang dilakukan di institusi ini menunjukkan bahwa tidak ada silabus
tertentu yang dapat dipakai untuk mengajarkan bahasa Inggris; para dosen hanya mengikuti panduan yang
disajikan di buku teks, yang ruang lingkupnya adalah bahasa Inggris umum. Selanjutnya dapat dicermati
bahwa panduan tersebut tidaklah memadai untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam hal konten
keIslaman dan efisiensi pedagogisnya. Berangkat dari masalah diatas, muncullah suatu kebutuhan yang tidak
dapat ditawar lagi akan perancangan sebuah silabus untuk mahasiswa di institusi Islam ini. Lebih lanjut,
penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah silabus yang sesuai untuk mengajarkan keterampilan
berbicara kepada mahasiswa di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin, Kalimantan
Selatan.
Prosedur penelitian pengembangan dipakai di dalam penelitian ini. Model pengembangan silabusnya merupakan perpaduan dari Pengembangan Program Bahasa oleh Yalden (1987) dan tahap-tahap penelitian pengembangan oleh Borg and Gall (1983). Prosedurnya melingkupi sembilan tahap pengembangan,
yaitu: (1) analisa kebutuhan, (2) perencanaan, termasuk didalamnya deskripsi tujuan pengembangan dan
pemilihan tipe silabus, (3) pembuatan silabus purwa-rupa, (4) validasi ahli terhadap silabus purwa-rupa, (5)
pembuatan silabus pedagogis, (6) uji coba, (7) revisi produk akhir, (8) evaluasi (validasi ahli terhadap produk
akhir yang telah direvisi), dan (9) produk akhir.
Produk akhir dari penelitian pengembangan ini berupa sebuah Speaking for Islamic Studies silabus
untuk pengajaran bahasa Inggris, terutama keterampilan berbicara, di kelas Intensive English tahap B di IAIN
Antasari Banjarmasin. Silabus komunikatif berbasis genre ini terutama berisi gambaran singkat mata kuliah,
tujuan pengajaran, pemilihan topik dan sub-topik, dan sistem evaluasi. Silabus yang dirancang untuk mata
kuliah ini mengacu kepada empat jenis teks (genre); antara lain penceritaan, narasi, pelaporan informasi, dan
ekposisi. Karena fungsi bahasa dalam silabus ini berbasis genre, maka keterampilan yang dilatih melingkupi
keterampilan dasar berbicara yang dipadukan dengan fitur-fitur gramatikal dari jenis teks tersebut, seperti
bentuk waktu kini dan lampau, kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, dan kata penghubung.
Lebih lanjut, mata kuliah ini juga menyajikan keterampilan berbicara dalam bertukar peran percakapan,
bekerja berpasangan, penceritaan kembali, penyajian presentasi singkat, dan melakukan diskusi kelompok
kecil dan diskusi panel.
Silabus ini berisi empat topik utama yang kemudian di rinci lagi menjadi sepuluh sub topik yang
berkaitan dengan kepercayaan dan praktik-praktik budaya Islam. Empat model rencana pengajaran, yang
telah diuji-cobakan secara empiris dalam tahap uji coba, juga tersedia didalamnya. Selain itu, akan mudah
bagi para pemakai silabus ini untuk membuat rencana dan materi pengajaran lainnya dikarenakan format dari
rancangan silabus ini, yang telah divalidasi oleh dua orang ahli, mudah untuk ditafsirkan.
Berdasarkan temuan studi ini, disarankan kepada para dosen pengajar bahasa Inggris dan peneliti
lain untuk merancang silabus keterampilan berbahasa Inggris lainnya yang berkaitan dengan studi Islam
dikarenakan silabus yang baru dirancang ini mungkin perlu dievaluasi dan direvisi secara kontinyu sebagai
akibat dari penerapannya dalam aktivitas pengajaran di kelas. Produk dari penelitian ini juga bisa
disosialisasikan melalui diskusi rutin diantara para dosen pengajar mata kuliah bahasa Inggris, seminar lokal
dan internasional, pertemuan-pertemuan profesional dengan para ahli di bidang pengembangan produk dan
melalui tulisan dalam jurnal. Kegiatan ini akan sangat membantu dalam usaha menjaga kualitas dari produk
akhir penelitian ini. Sehingga produk akhir dari penelitian pengembangan ini akan berhasil mengakomodir
Program Studi S2 ING 265
kebutuhan pembelajar dalam menguasai keterampilan berbicara bahasa Inggris dalam konteks studi Islam,
khususnya para mahasiswa di IAIN Antasari Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Kata kunci: perancangan silabus, keterampilan berbicara, studi Islam.
Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Teks Recount melalui Teknik TanyaJawab di MTs Siti Mariam Banjarmasin
Raudhatun Nisa
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada permasalahan yang dialami oleh peneliti sebagai guru
Bahasa Inggris di MTs Siti Mariam Banjarmasin. Berdasarkan hasil studi awal pada siswa kelas delapan MTs
Siti Mariam Banjarmasin, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks recount masih kurang
memuaskan dan siswa mempunyai motivasi yang rendah untuk berpartisipasi dalam tugas menulis. Teknik
Tanya-Jawab dipilih untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang
untuk mengetahui bagaimana Teknik Tanya-Jawab dapat meningkatkan kemampuan siswa-siswi kelas
delapan MTs Siti Mariam Banjarmasin dalam menulis teks recount.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif dimana
peneliti dan guru bekerja sama dalam melaksanakan penelitian ini. Peneliti berperan sebagai guru sedangkan
guru bahasa Inggris menjadi observer yang mengobservasi pelaksanaan Teknik Tanya-Jawab. Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus yang mengacu pada prosedur penelitian tindakan yaitu planning,
implementing, observing, dan reflecting. Tiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari tiga pertemuan. Data
penelitian dikumpulkan melalui beberapa instrumen yaitu ceklis observasi, catatan lapangan, kuisioner, dan
tugas-tugas menulis siswa. Subyek penelitian ini adalah 35 siswa kelas delapan MTs Siti Mariam
Banjarmasin pada tahun ajaran 2008/2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Teknik Tanya-Jawab dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis teks recount dengan membimbing para siswa dalam membuat kalimat. Dalam membuat
kalimat, para siswa diberi serangkaian pertanyaan berdasarkan media tertentu (seperti daftar kegiatan,
gambar berseri, dan lain-lain). Jawaban lengkap dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diolah dengan
cara tertentu untuk menghasilkan sebuah teks recount yang terorganisasi dengan baik. Lebih lanjut,
peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks recount dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata
menulis siswa dari 52,1 di putaran pertama, menjadi 70,1 di putaran kedua. Di samping itu, dari hasil ceklis
observasi, catatan lapangan, dan kuisioner, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa Teknik TanyaJawab sangat efektif dalam meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa dalam proses belajar dan mengajar.
Terlebih lagi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Teknik Tanya-Jawab yang sesuai dalam
pengajaran menulis meliputi prosedur berikut: (1) memberikan model teks recount kepada siswa, (2)
memerintahkan siswa untuk membaca teks recount tersebut dan memperhatikan kosa kata dan tata bahasa
atau ciri-ciri kebahasan dari teks recount, (3) memberikan pertanyaan yang bertujuan untuk menyakinkan
pemahaman siswa tentang isi cerita dan generic structure dari teks recount, (4) mengelompokkan siswa, (5)
mendistribusikan gambar berseri dengan serangkaian pertanyaan (sebagian pertanyaan-pertanyaan itu
berhubungan dengan topik dan gambar berseri tersebut, sebagian pertanyaan yang lain tidak berhubungan
dengan topik dan gambar berseri tersebut) kepada masing-masing kelompok siswa, (6) menugaskan siswa
untuk memilih pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan topik dan gambar berseri tersebut secara
berkelompok, (7) menugaskan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dipilih secara
berkelompok, (8) menugaskan siswa untuk menyusun jawaban-jawaban mereka menjadi sebuah teks recount
secara individu, (9) menugaskan siswa untuk menggabungkan kalimat-kalimat dalam teks recount mereka
dengan kata sambung yang sesuai secara individu, dan (10) memberi pendapat dan saran kepada siswa untuk
merevisi dan mengedit tulisan mereka.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan Teknik
Tanya-Jawab karena teknik ini bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks
recount. Lebih lanjut, kepada peneliti yang akan datang, khususnya bagi mereka yang memiliki permasalahan
yang sama dan tertarik untuk menerapkan Teknik Tanya-Jawab dalam penelitian mereka, disarankan agar
mereka menerapkan Teknik Tanya-Jawab pada bidang keterampilan yang sama yang difokuskan untuk
peningkatan kreatifitas dan keinginan-tahu siswa dalam menulis (menulis kreatif) atau pada pembelajaran
bidang keterampilan bahasa lainnya seperti menyimak dan berbicara (dengan menyuruh siswa untuk
266 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
menyimak sebuah monolog lisan, misalnya, dan kemudian menyuruh mereka menjawab pertanyaanpertanyaan tentang monolog tersebut secara lisan).
Kata kunci: teks recount, menulis, teknik tanya-jawab
Menggunakan Teknik Jigsaw untuk Memperbaiki Kemampuan Menulis Siswa Kelas Dua
MTs Negeri 2 Medan
Raudhatuz Zahrah
Abstrak
Berdasarkan pengalaman peneliti dalam mengajar bahasa Inggris dan studi awal yang dilakukan,
prestasi siswa pada menulis teks narasi belum memuaskan. Nilai rata-rata tulisan teks narasi siswa adalah
49.6, sedangkan kreteria ketuntasan minimum adalah 60.0. Prestasi yang tidak memuaskan ini dikarenakan
(1) siswa mengalami kesulitan untuk memulai menulis, mengorganisasikan dan mengalihbahasakan ide-ide
mereka ke dalam teks yang menarik, (2) strategi pengajaran dan pembelajaran menulis yang tidak efektif, dan
(3) motivasi siswa untuk menulis sangat rendah. Untuk mengatasi masalah ini, peneliti mengusulkan salah
satu strategi yang sesuai dalam mengajarkan menulis narasi, yaitu teknik Jigsaw.
Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan ketrampilan menulis teks narasi siswa dengan
menggunakan teknik Jigsaw. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana teknik Jigsaw
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis teks narasi siswa di MTs Negeri 2 Medan.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif dimana
peneliti dan guru bekerja sama dalam melaksanakan penelitian ini. Peneliti berperan sebagai pengajar
sedangkan guru bahasa Inggris menjadi kolaborator peneliti untuk mengobservasi pelaksanaan teknik Jigsaw.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang mengacu pada prosedur penelitian tindakan yaitu,
planning, implementing, observing, dan reflecting. Tiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari tiga pertemuan
untuk pelaksanaan teknik. Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa instrumen yaitu lembar observasi,
catatan lapangan, kuisener, dan hasil tulisan siswa. Subyek penelitian ini adalah 42 siswa kelas dua MTs
Negeri 2 Medan pada tahun ajaran 2008/2009. Semua siswa menjadi subyek penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model teknik Jigsaw yang sesuai dalam pengajaran menulis
teks narasi meliputi langkah-langkah berikut: (1) memberikan model teks narasi yang dilengkapi dengan
rangkaian gambar berurutan kepada siswa dengan tujuan untuk membangun pengetahuan siswa tentang cerita
dan input bahasa berupa kosa kata, tata bahasa, dan ciri-ciri kebahasan dari teks narasi, (2) memerintahkan
siswa untuk membaca cerita dan memperhatikan kosa kata, tata bahasa, dan ciri-ciri kebahasaan dari teks
narasi, (3) memberikan pertanyaan yang bertujuan untuk menyakinkan pemahaman siswa tentang cerita dan
ciri kebahasaan teks narasi, (4) mengelompokkan siswa dalam kelompok ahli yang terdiri dari empat siswa,
(5) mendistribusikan sebuah gambar yang khusus dan berbeda dari rangkain gambar yang berurutan yang
dilengkapi dengan beberapa kata kunci kepada setiap kelompok ahli, (6) meminta setiap siswa untuk menulis
hasil diskusi tentang deskripsi sebuah gambar bagian dari sebuah cerita, (7) mengumpulkan gambar, (8)
mengelompokkan kembali siswa ke kelompok jigsaw, (9) meminta siswa untuk mempresentasikan bagian
dari cerita yang dikuasainya dan saling bertukar cerita untuk mendapatkan satu cerita yang lengkap, (10)
berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk mengawasi proses pembelajaran, (11) meminta
siswa untuk menulis kembali cerita tersebut secara perseorangan sehingga mereka menyadari bahwa bagian
ini bukan sekedar permainan tetapi juga pembelajaran yang sangat berarti, (12) meminta siswa ntuk
memperbaiki tulisan pertama mereka dengan menggunakan petunjuk pebaikan, (13) memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyunting tulisan mereka dengan mengunakan petunjuk penyuntingan, dan (14)
mempublikasikan hasil tulisan mereka pada sesi terakhir pembelajaran dengan membacanya di depan kelas
atau menempelnya di majalah dinding.
Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa Jigsaw efektif dalam meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis teks narasi. Peningkatan dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata menulis teks narasi
siswa dari nilai studi awal 49.6; 60.2 di siklus pertama, dan 70,2 di siklus kedua. Di samping itu, hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa teknik Jigsaw sangat efektif dalam meningkatkan motivasi dan
partisipasi siswa. Diketahui bahwa 74.0% siswa termotivasi di siklus pertama dan 83.8% siswa termotivasi di
siklus kedua. Selain itu, diketahui bahwa 83.1% siswa berpartisipasi secara aktif di siklus pertama dan 88.9%
siswa berpatisipasi di siklus kedua.
Program Studi S2 ING 267
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan Jigsaw
karena teknik ini tidak hanya bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan menulis teks narasi namun juga
dalam memotivasi siswa untuk menulis dan bekerja sama dalam mendeskripsikan kejadian yang ada di dalam
gambar. Selain itu, Jigsaw juga berguna dalam mendorong siswa untuk ikut serta secara aktif dalam menulis
teks narasi. Di samping itu, disarankan agar guru Bahasa Inggris menggunakan teknik lain dari cooperative
learning sebagai strategi belajar untuk meningkatkan kemampuan siswa tidak hanya dalam keterampilan
menulis tetapi juga pada ketiga keterampilan bahasa yang lain. Selain dari itu, disarankan agar siswa
menggunakan teknik Jigsaw sebagai strategi belajar untuk melatih dan meningkatkan kemampuan menulis
teks narasi mereka yang dapat dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Untuk calon guru-guru peneliti,
khususnya bagi mereka yang mempunyai masalah yang sama dan tertarik untuk melaksanakan penelitian,
disarankan untuk menerapkan Jigsaw pada bidang keterampilan yang sama di penelitian mereka atau pada
bidang keterampilan bahasa yang lain, seperti keterampilan mendengar. Dalam keterampilan ini, para siswa
mendengarkan bagian yang berbeda dari sebuah bacaan, dan kemudian saling bertukar informasi dengan
yang lain untuk menyelesaikan tugas. Para siswa dapat melaporkan tugas tersebut secara lisan atau tertulis.
Kata kunci: teknik jigsaw, teks narasi, kemempuan menulis
Menggunakan Game Twenty-question untuk Memperbaiki Kemampuan Menulis Siswa
Kelas Tujuh Semester Dua MTS. Hasyim Asy’ari Piyungan Bantul DIY
Tahun Ajaran 2008/2009
Risnaryanto
Abstrak
Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam bahasa Inggris
dengan menggunakan model pengajaran berbasis Game Twenty-question dan bimbingan per langkah karena
dapat membangun ketrampilan siswa menggunakan pertanyaan deskriptif, menerapkan ketrampilan
mengubah kalimat dan pembimbingan proses menulis dengan suasana menyenangkan sehingga siswa lebih
tertarik dengan langkah-langkah menulis. Dengan demikian, hasil tulisannya akan lebih baik. Rumusan
masalah penelitian ini adalah “Bagaimana permainanTwenty-question bisa meningkatkan kemampuan siswa
kelas tujuh semester dua MTs. Hasyim Asy’ari Piyungan Bantul DIY dalam menulis teks deskriptif?”
Model penelitian ini adalah tindakan kelas dimana peneliti dan kolaborator bekerja sama dalam
menyusun rencana pelajaran, mengimplementasikan tindakan, mengamati tindakan, dan melakukan refleksi.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas dua pada MTs. Hasyim Asy’ari Piyungan tahun ajaran 2008/2009.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus mengikuti langkah mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
observasi hingga refleksi.
Berdasarkan hasil penilaian terhadap tulisan siswa dimana rerata pada pra-penelitian adalah 50,
kemudian 61 pada siklus satu dan 69 pada siklus dua, terdapat peningkatan yang menggembirakan dan
dengan demikian model pengajaran ini bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.
Model pembelajaran yang diterapkan adalah sebagai berikut: (1) mengenalkan dan menjelaskan tata
cara, aturan dan ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan permainan, (2) memainkan game, (3)
menjelaskan cara mengubah kalimat tanya ya/tidak, (4) menjelaskan bermacam tipe kalimat yang dipakai
untuk menggambarkan obyek sehingga siswa bisa menambahkan dengan deskripsinya sendiri, (4)
menyajikan teks sebagai model guna dianalisa dan diikuti formatnya, (6) melengkapi bagian teks yang belum
ada sebelum direvisi dan disunting, (7) memperoleh penilaian dan umpan balik dari kelompok atau siswa
yang lain dalam hal organisasi, tata bahasa dan tanda baca, (8) menulis versi akhir, (9) membacakan atau
mengumpulkan tulisan dalam kegiatan publikasi, dan (10) merefleksikan proses menulis.
Dengan mempertimbangkan hasil temuan, disarankan agar (1) para guru Bahasa Inggris menerapkan
dan memodifikasi model ini terutama bila siswa lemah dalam tata bahasa serta mengarahkan siswa untuk
membentuk kelompok-kelompok kecil, mempraktekkan permainan ini dan mengembangkan topiknya
kedalam tulisan deskripsi; dan (3) calon peneliti memvariasikan permainan ini dengan rangkaian gambar
deskriptif untuk meningkatkan efektifitas.
Kata kunci: game twenty-question, kemampuan menulis
268 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Pengajaran Menulis Teks Prosedure Menggunakan Strategi Gambar Berseri di MTsN
Malang III
Roudlatul Hasanah
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks prosedur
dengan menggunakan strategi gambar berseri. Berdasarkan pengamatan pada siswa kelas IX E MTsN
Malang III, menunjukkan bahwa kemampuan menulis teks prosedur siswa kelas IX masih kurang
memuaskan, nilai rata-rata mereka hanya 50.3, dan siswa mempunyai motivasi yang rendah untuk
berpartisipasi dalam kegiatan menulis.
Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dalam hal ini, peneliti dibantu oleh guru
bahasa Inggris dalam mengobservasi proses belajar mengajar. Penelitian ini diadakan dalam dua siklus.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX E MTsN Malang III. Instrumen penelitian ini adalah hasil tulisan
siswa, checklist pengamatan,field note dan kuesioner. Kriteria kesuksesan penelitian ini adalah peningkatan
nilai menulis siswa, partisipasi aktif dan respon mereka dalam proses belajar mengajar. Kriteria kesuksesan
tercapai jika 60% siswa mendapatkan nilai 70, dan jika 60% siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar
mengajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan penerapan strategi gambar berseri, kriteria kesuksesan
tercapai pada siklus kedua. Sebanyak 71.70% total siswa yang memperoleh nilai lebih dari 70 dan sebanyak
82.3% siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar serta 84.7% siswa merespon positif terhadap
penerapan gambar berseri. Prosedur dari strategi gambar berseri yang efektif adalah (1) menunjukkan gambar
kepada siswa, (2) bertanya mengenai gambar, (3) memberikan kosakata kunci yang berkaitan dengan gambar
,(4) memberikan dan mendiskusikan contoh teks prosedur, (5) mempertunjukkan gambar acak, (6) meminta
siswa untuk mengurutkan gambar, (7) menulis kalimat sesuai dengan gambar, (8) merevisi tulisan ditekankan
pada konten, organisasi dan struktur tulisan, (9) mengedit tulisan ditekankan pada konten, organisasi dan
struktur tulisan. Dapat disimpulkan bahwa strategi gambar berseri telah terbukti mampu meningkatkan
kemampuan menulis teks prosedur.
Penelitian ini diakhiri dengan pemberian saran-saran. Untuk guru-guru bahasa Inggris MTs, mereka
diharapkan menggunakan strategi gambar berseri sebagai strategi alternatif dalam mengajar untuk
meningkatkan kemampuan menulis siswa. Bagi peneliti yang lain, mereka diharapkan untuk mengadakan
penelitian tentang gambar berseri untuk keterampilan berbahasa yang lain.
Kata kunci: pengajaran menulis, teks prosedur, strategi gambar berseri
Meningkatkan Kemampuan Menulis dengan Menggunakan Gambar Seri bagi Siswa Kelas II
MA Darul Lughah wal Karomah Kraksaan
Samsuddin
Abstrak
Kemampuan siswa kelas dua MA Darul Lughah wal Karomah Kraksaan Probolinggo dalam menulis
paragraf masih kurang memuaskan. Siswa tidak mampu mengekspresikan gagasan mereka dalam sebuah
paragraf yang baik. Mereka masih membuat kesalahan dalam menulis berkenaan dengan komposisi, isi,
penggunaan bahasa, dan mekanisme. Untuk mengatasi masalah ini, diajukan peneliti sebagai salah satu
strategi yang tepat dalam mengajarkan menulis paragraph narasi dengan menggunakan gambar seri.
Penelitian ini bertujuan memperbaiki kemampuan siswa dalam menulis paragraph narasi dengan
menggunakan gambar seri bagi siswa kelas dua MA Darul Lughah wal Karomah Kraksaan Probolinggo ,
menggunakan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif. Peneliti dan kolaborator bekerja sama dalam hal
perencanaan, pengimplementasian, pengamatan tindakan dan refleksi data yang diperoleh selama proses
kegiatan belajar mengajar dan hasil tulisan siswa. Subjek dari penelitian ini adalah 36 siswa kelas II B MA
Darul Lughah wal Karomah Kraksaan tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, dan
setiap siklus dilaksanakan dalam 4 pertemuan.
Terindikasi bahwa penemuan gambar seri telah memperbaiki kemampuan siswa dalam menulis
paragraph narasi. Setelah peneliti menyelesaikan siklus pertama dan kedua, terlihat bahwa hasil siswa pada
siklus kedua meningkat. Hanya 6 dari 36 siswa (16,5%) saja yang masih mendapat skor di bawah target skor
Program Studi S2 ING 269
60. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. Pertama, guru memberikan gambar seri kepada kelompokkelompok siswa yang beranggotakan empat orang. Kedua, guru menjelaskan Simple Past, kosa kata dari kata
kerja tak beraturan dan kata benda jamak untuk membantu siswa memecahkan masalah-masalah mereka
dalam menulis paragraph narasi. Ketiga, guru menyediakan kosakata dari kata kerja yang tak beraturan dan
kata benda jamak yang disediakan dalam lembaran kertas untuk membantu siswa menulis lebih baik.
Berdasarkan temuan di atas, dibuatlah tiga saran. Pertama, untuk mengembangkan strategi guru
dalam menerapkan gambar seri, disarankan bahwa guru mensosialisasikannya dalam pertemuan guru,
workshop, pelatihan, atau menulis artikel yang menggunakan strategi gambar seri dalam buku-buku siswa,
atau jurnal. Kedua, dianjurkan bahwa siswa menggunakan gambar seri sebagai salah satu strategi belajar
untuk melatih kemampuan mereka dalam menulis paragraph narasi, yang dapat dilakukan dalam kegiatan
ekstra kurikuler mereka. Ketiga, bagi peneliti mendatang, disarankan melakukan studi semacam ini dengan
subjek dan tempat yang berbeda untuk perbaikan mengajar menulis paragraph narasi.
Kata kunci: gambar seri, kemampuan menulis
Penerapan Pembelajaran Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan
Mengarang Siswa non Inggris di SMP Negeri 4 Kepanjen, Malang
Siti Umasitah
Abstrak
Keputusan menteri pendidikan nomor 22 tahun 2006 menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa
Inggris di Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiwah adalah: (1) meningkatkan kemampuan
komunikatif berbicara dan menulis siswa, (2) menyadarkan siswa pada kenyataan dan pentingnya bahasa
Inggris untuk meningkatkan ide persaingan di masyarakat global, (3) meningkatkan pemahaman siswa
terhadap hubungan antara bahasa dan budaya. Juga berdasar pada pengalaman guru pada studi penjajakan di
SMP Negeri 4 Kepanjen, ditemukan bahwa pelajaran mengarang pada siswa kelas delapan jauh dari yang
diharapkan. Karena sebagian besar guru berfikir bahwa pelajaran mengarang jauh lebih sulit daripada
keterampilan bahasa yang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan cara terbaik dalam mengarang deskriptif. Masalah
penelitiannya adalah “Bagaimana kemampuan mengarang siswa kelas delapan dapat ditingkatkan dengan
menggunakan pembelajaran berbasis computer.” Penelitian ini menerapkan penelitian tindakan kelas
kolaboratif yang mana guru dan kolaborator bekerja sama dalam merencanakan, menerapkan, mengamati dan
melihat hasil tindakan.
Model yang tepat dari strategi pembelajaran berbasis computer adalah sebagai berikut: (1) Membuat
dratf. Siswa menulis paragraf dengan menggunakan computer mengambil gambar dari internet atau kamus
encarta yang bisa diakses secara langsung dari microsotf yang telah tersedia di komputer. Gambar-gambar ini
membantu siswa untuk diuraikan dalam karangan sesuai dengan topiknya secara rinci sehingga karangan
mereka akan terlihat lebih hidup. (2) Mengadakan tanya jawab. Siswa mengungkapkan pendapat yang
berhubungan dengan topic dengan guru dan temannya. (3) Pengeditan. Siswa mengaktifkan fasilitas
spellchecker dan mengedit pekerjaannya dengan cara menyisipkan atau menghapus huruf yang kurang tepat
berdasarkan masukan dari guru atau temannya dari hasil tanya jawab. (4) Pameran. Siswa menyimpan atau
mencetak hasil pekerjaanya untuk ditempelkan di majalah dinding. Strategi pembelajaran berbasis computer
menpunyai kelebihan. Pertama, strategi ini dapat meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas delapan
di SMP Negeri 4 Kepanjen. Kedua, siswa lebih aktif dan termotivasi karena ada kegiatan tanya jawab.
Ketiga, siswa merasa senang karena kegiatan pembelajaran dilaksanakan di laboratorium multimedia.
Dalam penerapan strategi ini disarankan, guru bahasa Inggris memahami kebutuhan siswa untuk
menghadapi persaingan yang ketat di masa depan. Guru mampu megoperasikan sarana technology dalam
kegiatan belajar mengajar. Guru bahasa Inggris disarankan menerapkan strategi pembelajaran berbasis
computer untuk memperkaya strategy dalam pengajaran bahasa. Bagi para peneliti berikutnya disarankan
melanjutkan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pembelajaran berbasis computer untuk
keterampilan bahasa yang lain dan unsur-unsur bahasa.
Kata kunci: pembelajaran berbasis komputer, kemampuan mengarang siswa non Inggris
270 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Implementasi Metode Pembelajaran Akselerasi Melalui Teknik Master Untuk Meningkatkan
Ketrampilan Menulis Siswa kelas VIII di MTs Negeri Tuban
Suwarno
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas delapan MTs Negeri Tuban
dalam menulis paragraf dengan menggunakan Metode Pembelajaran Akselerasi melalui Teknik Master.
Teknik ini dipilih berdasarkan kelebihannya dalam memotivasi siswa untuk lebih terlibat aktif dalam proses
pembelajaran sehingga kemampuan mereka dalam menulis paragraf recount meningkat. Oleh karena itu,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Metode Pembelajaran Akselerasi melalui Teknik
Master bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas delapan MTs Negeri Tuban dalam
menulis paragraf ?”
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian tindakan kelas dengan sistem kolaborasi diimplementasikan dengan 4 langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan
dalam dua siklus yang terdiri dari empat pertemuan.
Subjek penelitian ini adalah 47 siswa kelas VIII A MTs Negeri Tuban tahun pelajaran 2008/2009.
Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data terdiri atas lembaran format pengamatan, catatan
lapangan, dan kuestioner untuk siswa. Data yang terkumpul dianalisis untuk memperoleh hasil penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosedur yang digunakan adalah: menyajikan pembukaan,
memotivasi siswa, menyediakan media pembelajaran yang memadai (gambar, LCD proyektor), memainkan
musik yang tepat untuk latar belakang, menyajikan contoh teks recount, memberikan keterangan tentang cara
menyusun teks recount dan memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti,
mensugesti siswa supaya relaks, meminta siswa menutup mata dan mensugesti untuk mengimajinasikan
kegiatan-kegiatan rekreasi, memasangkan atau mengelompokkan siswa, meminta siswa bercerita kepada
pasangan atau kelompok tentang apa yang telah diimajinasikan, memberi kesempatan kepada siswa untuk
membuat peta pikiran, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyusun teks recount, memberi
kesempatan kepada siswa untuk menampilkan karya dengan membaca di depan kelas, siswa diminta untuk
menempelkan hasil karya mereka di papan pajangan, memberikan umpan balik pada karya siswa,
memberikan kesmpatan kepada siswa untuk melakukan refleksi dengan memberi pertanyaan dan kemontar
tentang apa yang sudah atau belum dimengerti, dan tentang kesan terhadap teknik pembelajaran yang telah
dilaksanakan dengan lisan dan melalui questionair.
Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Akselerasi melaui
Teknik Master telah meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII A MTsN Tuban dalam menulis paragraf
recount. Peningkatan itu ditandai oleh peningkatan nilai rata-rata menulis siswa dari 59,04 pada tes awal,
66,84 pada siklus pertama, lalu meningkat menjadi 81,4 pada siklus kedua. Yang mana pencapaian ini sudah
memenuhi kriteria sukses yakni rata-rata siswa mencapai 75,00. Di samping itu, siswa sangat antusias,
bersemangat, dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan Metode Pembelajaran
Akselarasi melalui Teknik Master .
Beberapa saran yang dapat diajukan kepada guru Bahasa Inggris berdasarkan temuan penelitian dan
diskusi adalah sebagai berikut. Disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan teknik
pembelajaran ini sebagai teknik alternatif atau strategi untuk menciptakan pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Kepada guru juga disarankan agar mempelajari paradigma tentang kerja otak. Karena hal itu sangat
penting untuk memaksimalkan kekuatan pikiran agar mudah melahirkan gagasan, membantu proses
imajinasi, juga memperkuat kepercayaan diri. Saran kepada guru berikutnya adalah agar menyebarkan
implementasi dari pembelajaran ini untuk mata pelajaran lain selain bahasa Inggris seperti matematika, Ilmu
pengetahuan alam, sejarah dan lain-lain. Perlu dicobakan teknik ini sesering mungkin. Terakhir, kepada
peneliti mendatang, peneliti berharap agar melakukan penelitian yang lebih bermutu agar bisa membuktikan
efektifitas dari penerapan Metode Pembelajaran Akselerasi melalui Teknik Master untuk meningkatkan
prestasi siswa tidak hanya dalam matapelajaran Bahasa inggrius tetapi juga pada matapelajaran lain.
Kata kunci: pembelajaran akselerasi melalui teknik master, kemampuan menulis, dan paragraph recount
Program Studi S2 ING 271
Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Berbentuk Recount dari Siswa Kelas I MAN
Wlingi Blitar melalui Strategi Menulis dengan Cara Kolaboratif
Syafudin Zuhri
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas satu MAN Wlingi melalui
collaborative writing strategy. Strategi ini dipilih untuk mengatasi masalah di MAN Wlingi karena strategi
tersebut dapat membimbing siswa untuk mengungkapkan ide, untuk membuat paragraph-paragrap yang
terpadu, untuk mengorganisasi ide, dan untuk membuat kalimat-kalimat yang sesuai dengan tatabahasa.
Berdasarkan penelitian pendahuluan, pengajaran di MAN Wlingi belum memfasilitasi siswa-siswa untuk
menjadi terampil dalam menulis. Mereka mempunyai masalah: (1) bagaimana untuk memulai menulis, (2)
bagaimana mengungkapkan ide (3) bagaimana membuat paragraph yang terpadu, (4) bagaimana
mengorganisasi ide secara logis, (5) bagaimana membuat kalimat-kalimat sesuai dengan tatabahasa, (6)
bagaimana untuk meningkatkan motivasi mereka dalam belajar bahasa Inggris. Oleh karena itu, peneliti
sangat termotivasi untuk mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan strategi collaborative writing
dalam pengajaran writing karena strategi tersebut menyuruh siswa untuk mengikuti tahapan-tahapan menulis
yaitu idea generating, drafting, reading, editing, copying, dan evaluating.
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana strategi collaborative writing dapat digunakan
untuk meningkatkan ketrampilan siswa dalam menulis recount text dari siswa kelas satu MAN Wlingi?
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan menggunakan strategi collaborative writing
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks dalam bentuk recount.
Peneliti menggunakan desain penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif, dengan dibantu oleh
seorang guru (rekan sejawat) dalam melaksanakan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam satu kelas
yang terdiri dari 32 siswa, yang seluruh siswanya merupakan subjek dari penelitian ini. Prosedur penelitian ni
mencakup empat langkah utama: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Untuk pengumpulan
data, peneliti menggunakan beberapa instrumen berupa kuesioner, angket, daftar pengamatan, catatan
lapangan dan tulisan siswa.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan strategi collaborative writing dalam
pengajaran writing dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Peningkatannya ditandai dengan
meningkatnya rata-rata nilai siswa. Ini dapat dilihat dari hasil masing-masing siklus. Sebelum tindakan
dilaksanakan, rata-rata nilai menulis siswa 50,51. Sesudah siklus pertama dilaksanakan, rata-rata nilai
menjadi 54,40. Dan rata-rata nilai di siklus kedua adalah 60,23.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tahap-tahap yang tepat yang digunakan untuk
menerapkan strategi collaborative writing terdiri dari langka-langkah sebagai berikut: Tahap 1 adalah idea
generating. Guru melaksanakn kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) menyuruh helper bertanya untuk
merangsang ide-ide penulis (writer), (2) menyuruh penulis untuk menulis ide-ide, (3) menyuruh helper untuk
mendiskusikan atau meneliti kata-kata pokok dan membantu untuk mengorganisasi ide-ide itu. Tahap 2
adalah drafting. Di tahap ini, guru menyuruh murid (writer) untuk menulis draf sebagai draf yang pertama
berdasarkan ide-ide yang ditemukan dan dari hasil review dari helper. Tahap 3 adalah reading. Guru
melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) menyuruh murid (writer) membaca draf dan menyuruh
murid (helper) untuk mengoreksi draf itu, (2) menyuruh penulis menata kembali apa yang telah ditulis di draf
pertama dan memperbaiki ide-ide berdasarkan masukan pendapat dari helper. Tahap 4 adalah editing, di
tahap ini guru menyuruh siswa mengedit draf mereka di bagian content, organazation, vocabulary, grammar,
dan mechanic. Tahap 5 adalah copying. Di tahap ini guru menyuruh murid (writer) menulis draf yang paling
baik. Tahap 6 adalah evaluating. Guru melaksanakan kegiatan sebagai berikut: (1) mengadakan konferensi
untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi oleh kelas agar dapat mengurangi kesalahan-kesalahan murid,
(2) mengevaluasi karangan murid-murid dengan menggunakan analytic scroring rubric dan memberi
komentar pada kesalahan itu.
Berdasarkan keefektifan implementasi strategi collaborative writing pada pengajaran writing,
disarankan pada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan strategi collaborative writing, khususnya pada
pengajaran writing. Kepada para peneliti di masa mendatang, khususnya yang berminat pada penerapan
pendekatan strategi collaborative writing dalam penelitian kelas mereka, disarankan untuk menindak lajuti
penelitian yang berkenaan dengan penggunaan collaborative writing strategy. Collaborative writing srategy
dapat digunakan untuk mengajar jenis genre-genre yang berbeda dari berbagai tingkat pendidikan mulai SMP
sampai SMA.
Kata kunci: teks recount, kemampuan menulis, menulis secara kolaboratif
272 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Developing a Prototype of Listening Materials for Grade XII Students of MAN Jombang
Syamsul Ma’arif
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan materi menyimak Bahasa Inggris untuk kelas
dua belas semester satu. Prosedur penelitian dan pengembangan yang diterapkan meliputi survei kebutuhan,
pengembangan materi, validasi ahli dan guru, revisi, uji coba, revisi, dan produk akhir.
Instrumen yang digunakan pada survei kebutuhan adalah angket, pedoman wawancara, dan catatan
lapangan. Hasil dari survey kebutuhan menunjukkan bahwa siswa belum mendapatkan cukup latihan untuk
ketrampilan menyimak. Mayoritas siswa setuju jika bahan ajar listening perlu disediakan. Berdasarkan
penemuan itu, Bahan ajar menyimak dikembangkan. Ada sembilan unit yang dikembangkan dalam draft
usulan. Setelah selesai, draft tersebut dikirim ke para ahli dan guru bahasa Inggris untuk divalidasi dan
dievaluasi.
Ahli dan Guru memvalidasi materi dalam hal bahasa, kesesuaian isi dengan kurikulum, panjangnya
materi menyimak, kecepatan berbicara, kwalitas rekaman, dan kepraktisan penggunaannya. Hasil validasi
ahli dan guru menunjukkan bahwa 8 unit dapat diterima dan diaplikasikan kecuali unit 1. Seorang ahli dan
guru menyatakan bahwa unit tersebut terlalu mudah. Maka unit 1 dalam draft dihapus dan ditambahkan unit
Review sebagaimana saran dari guru bahasa Inggris.
Uji coba produk dilakukan pada tanggal 4 - 28 Maret 2008. Subyek uji coba adalah murid kelas dua
belas Jurusan Bahasa pada MAN Jombang tahun pelajaran 2008/2009. Data yang diperoleh dari guru dan
observasi yang berhubungan dengan kepraktisan dan keefektifan materi selama uji coba dipaparkan secara
kwalitatif dan data dari siswa yang berhubungan dengan bahasa, kesesuaian isi dengan kurikulum,
panjangnya materi menyimak, kecepatan berbicara, kwalitas rekaman dianalisa secara kwantitatif dengan
prosentase.
Hasil uji coba pertama menunjukkan bahwa hanya unit 5 yang perlu direvisi dalam hal bentuk
latihannya. Revisi dilakukan dengan menambahkan soal tertulis pada bagian A dan bagian B yang semula
dalam bentuk membuat ringkasan diubah menjadi menyusun paragraf acak. Kemudian, unit yang telah
direvisi diujicobakan. Hasil uji coba kedua menunjukkan bahwa unit yang direvisi telah sesuai.
Produk akhir berupa materi rekaman pada CD dan Kaset, buku petunjuk guru, dan lembar kerja
siswa. Buku petunjuk guru berisi arahan bagaimana mengajarkan materi tersebut, urutan dalam
mengajarkannya, naskah dan kunci jawaban. Lembar kerja siswa berisi latihan-latihan yang harus dikerjakan
oleh siswa.
Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama disarankan agar mengembangkan materi
menyimak untuk siswa kelas X dan XI. Bagi guru bahasa Inggris yang akan memakai produk penelitian ini
disarankan mengikuti buku petunjuk yang ada dan meragamkan jenis latihan bagian Expansion Activities.
Kata kunci: mengembangkan, prototipe, materi menyimak Bahasa Inggris, MAN Jombang.
Peningkatan Kemampuan Menulis Siswa Kelas 11 MA Hasyim Asy’ari Kembangbahu
Lamongan melalui Penerapan Strategi Scaffolding
Uzlifatul Masruroh Isnawati
Abstrak
Menyadari rendahnya kemampuan siswa kelas sebelas MA Hasyim Asy’ari dalam menulis karangan
Bahasa Inggris, maka studi tentang peningkatan kemampuan sisws dalam menulis perlu dilaksanakan.
Penyebab rendahnya kemampuan menulis ini adalah pelaksanaan pengajaran menulis itu sendiri
menggunakan pendekatan yang berpusat pada hasil. Guru kelas hanya menunggu hasil kerja siswa tanpa
membimbing mereka dalam proses menyelesaikan tugas menulis tersebut.
Berdasarkan alasan ini, kemudian strategi scaffolding diterapkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis. Sehingga, rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan
kemampuan siswa kelas 11 MA Hasyim AS’ari Kembangbahu Lamongan dalam menulis dapat ditingkatkan
dengan menggunakan strategi scaffolding?” Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan strategi scaffolding
dalam proses menulis sehingga kemampuan siswa dalam menulis bisa meningkat. Menurut Vernon (2000),
penggunaan strategi scaffolding dalam menulis dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karena
Program Studi S2 ING 273
strategi ini memberi kebebasan kepeda guru untuk mengatur kegiatan menulis secara sistematis untuk
memenuhi kebutuhan dari semua siswa.
Penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan penelitian tindakan kelas. Pendekatan kolaborasi
tindakan kelas dilaksanakan dimana peneliti secara bersama-sama dengan guru kelas melaksanakan
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, mengamati tindakan, dan melakukan refleksi tindakan.
Penelitian ini telah berhasil mengimplementasikan strategi scaffolding. Strategi scaffolding
diberikan diberikan dalam seluruh proses menulis yaitu pada tahap pra menulis, tahap pembuatan draft, tahap
perbaikan, tahap pengeditan, dan tahap pemublikasian. Strategi scaffolding yang dilakukan dalam tahap pra
menulis berupa tanya jawab, word webbing, gambar, pemberian daftar kosa kata dan permodelan, Strategi
scaffolding dalam tahap pembuatan draft adalah permodelan dan pembahasan model text. Strategi
scaffolding dalam tahap perbaikan adalah diskusi dengan siswa tentang draft mereka. Strategi scaffolding
dalam tahap pengeditan adalah pengeditan teman sekelas. Strategi scaffolding dalam tahap pemublikasian
adalah membacakan draft akhir di depan kelas dan memajangnya di majalah dinding kelas yang selanjutnya
hasil karangan mereka akan dikomentari oleh teman satu kelas.
Langkah-langkah dari strategi scaffolding dalam proses menulis ini adalah sebagai berikut: a) guru
dan siswa melakukan kegiatan tanya jawab tentang topik, b) guru mengatur semua ide siswa dalam word
webbing, c) guru memberi contoh atau model tentang pembuatan outline, d) siswa menulis outline mereka, d)
guru menunjukkan model draft awal sebagai pengembangan dari outline, f) guru dan siswa mendiskusikan
model dari teks tersebut, g) siswa menulis draft awal, h) guru berdiskusi dengan siswa tentang isi draft
mereka i) siswa merevisi draft mereka, j) siswa menukar revisi draft mereka dengan draft temannya, k) guru
menjelaskan cara mengoreksi atau mengedit draft, l) siswa menulis draft akhir mereka, dan m) siswa
mempublikasikan hasil kerja mereka dengan membacanya di depan kelas di depan teman-teman mereka dan
memajangnya di majalah dinding kelas dan n) siswa memberi komentar/apresiasi atas hasil tulisan teman
mereka. . Terdapat tiga keunggulan dengan menggunakan strategi scaffolding dalam proses menulis.
Pertama, siswa aktif dan termotivasi ketika strategi scaffolding ini diterapkan. Kedua, siswa mampu
menyelesaikan dengan baik tugas-tugas menulis tertentu sebagaimana tujuan pengajaran di tiap tahap dari
proses menulis. Ketiga, hasil dari tugas akhir siswa meningkat dimana 87 % siswa mencapai kriteria skor
minimal adalah tujuh (7).
Akhirnya, beberapa rekomendasi ditawarkan baik untuk guru bahasa Inggris maupun peneliti yang
akan datang. Untuk Guru Bahasa Inggris diharapkan menerapkan strategi scaffolding dalam mengajar
menulis. Dan bagi peneliti yang akan datang agar mengadakan penelitian pada keahlian Bahasa Inggris yang
lain, yaitu pada keahlian membaca, menyimak, dan berbicara dengan menggunakan strategi scaffolding.
Kata kunci: strategi scaffolding, kemampuan menulis
Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas Dua SMP Negeri 3 Tanggul melalui
Pembelajaran Berbasis Proyek
Wahyu Ekawati
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa SMP Negeri 3 TanggulJember kususnya menulis paragraf deskriptif melalui pembelajaran berbasis proyek dikarenakan kemampun
menulis mereka yang kurang dalam empat aspek menulis yaitu pengaturan paragraf atau organisasi,
perbendaharaan kata, tata bahasa, ejaan dan tanda baca.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas kolaboratif yang melibatkan dua
guru bahasa Ingris dari sekolah dimana penelitian ini dilaksanakan; mereka adalah peneliti sendiri dan
koleganya. Dua siklus diimplementasikan melalui empat langkah yang meliputi kegiatan merencanakan,
mengimplementasikan, mengobservasi dan merefleksi pada setiap siklusnya. Data yang diperoleh melalui
beberapa instrumen seperti: (1) pengecek proyek siswa, (2) catatan lapangan, (3) laporan kemajuan proyek,
(4) portofolio siswa, (5) pedoman pengamatan, dan (6) kuesioner, dianalisa dengan mendeskripsikan semua
kejadian dan peristiwa yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek dalam pelajaran
menulis paragraf deskriptif yang dilaksanakan dalam empat pertemuan didalam kelas pada jam sekolah dan
diluar kelas setelah pulang sekolah pada setiap siklusnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui implementasi pembelajaran berbasis proyek dalam dua
siklus, kemampuan menulis siswa kelas 8E SMP Negeri 3 Tanggul-Jember pada tahun pelajaran 2008/2009
khususnya dalam menulis paragraf deskriptif bisa ditingkatkan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah
274 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
siswa yang mencapai tingkat kemampuan baik menjadi 37 siswa dari 40 siswa atau 92.5 %. Peningkatan ini
dicapai melalui dua tahap dalam setiap siklusnya, yaitu: (1) tahap persiapan yang meliputi persiapan proyek
dan bahasa yang dibutuhkan, dan (2) tahap penyelesaian yang mengunakan kegiatan proses menulis yang
meliputi: (a) pra menulis yang terdiri dari pengamatan ’hot spot’ (tempat menarik yang paling disenangi
siswa) sebagai kegiatan luar ruangan dan menuliskan hasil pengamatannya kedalam ’T-Chart’ yang sudah
disediakan (format lembar observasi yang berbentuk seperti huruf ’T’), dan menulis bebas berdasarkan TChart, (b) membuat rancangan awal berdasarkan hasil menulis bebas, (c) mengevaluasi dengan melakukan
penilaian sendiri dan teman, juga melalui kegiatan konferensi guru dan siswa, dan (d) merevisi untuk
menghasilkan rancangan akhir, dan (e) menulis akhir dengan menyempurnakan tulisan dan memajang hasil
proyek terakhir tersebut di majalah dinding sekolah sebagai kegiatan publikasi.
Kata kunci: pembelajaran berbasis proyek, kemampuan menulis
Menggunakan Buku Saku Kecakapan Keterampilan Fungsional untuk Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Siswa di MTsN Munjungan Trenggalek
Wiratno
Abstrak
Pembelajaran bahasa Inggris di MTsN Munjungan belum mencapai tujuan kompetensi komunikatif
karena para siswanya kurang mendapat kesempatan menggunakan bahasa itu. Faktanya kemampuan
berbicara bahasa Inggris para siswa sangat rendah. Mereka sangat cemas dan tidak percaya diri ketika
berbicara bahasa Inggris. Hampir semua siswa bahkan hampir tidak pernah berbahasa Inggris walaupun saat
pelajaran di kelasnya adalah bahasa Inggris.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana buku saku kecakapan keterampilan
fungsional dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa MTsN Munjungan Trenggalek.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif karena peneliti dibantu oleh teman sejawatnya
yang juga guru bahasa Inggris. Penelitian ini diaplikasikan pada satu kelas yang terdiri dari tiga puluh lima
anak yang seluruhnya menjadi subjek penelitian.
Model penerapan buku saku kecakapan keterampilan fungsional yang tepat terdiri dari dua sesi
utama. Pertama, pembelajaran di kelas yang mencakup tiga fase: (1) Fase pemanasan, guru mengaktifkan
pikiran/ingatan siswa agar terpusat pada topik yang akan dipelajari; (2) Kegiatan inti mencakup dua tahap:
(a) tahap pemahaman, and (b) percakapan terbimbing; (3) Fase penutup, guru memberikan penguatan
terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Kedua, kegiatan percakapan independen yang
mencakup tahapan-tahapan berikut. (1) Siswa mencari pasangan dan mempersiapkan percakapannya sendiri.
(2) Mereka menemui guru untuk mendemonstrasikan percakapannya. (3) Mereka meminta guru
menandatangani buku sakunya. (4) Mereka meminta orang tua/wali muridnya untuk menandatangani buku
sakunya.
Temuan-temuan penelitian ini mengungkap bahwa penerapan buku saku kecakapan keterampilan
fungsional dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris. Peningkatan
kemampuan siswa dapat dilihat pada peningkatan prosentase respon positif siswa selama dua putaran proses
penelitian.Rata-rata, prosentase respon positif hasil observasi meningkat dari 65.7% di putaran pertama
menjadi 80.7% di putaran kedua; hasil kuesioner close-ended meningkat dari 70.0% menjadi 84.3%; hasil
kuesioner open-ended meningkat dari 71.7% menjadi 84.3%; dan hasil wawancara meningkat dari 73.3%
menjadi 90.0%. Prosentase respon positif hasil observasi tersebut lebih besar dari kriteria keberhasilan 65%,
sedangkan prosentase respon positif hasil kuesioner dan wawancara lebih besar dari kriteria keberhasilan
75%.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan buku saku kecakapan
keterampilan fungsional dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Oleh karena itu, para guru bahasa
Inggris di sekolah tersebut disarankan menerapakan strategi tersebut dalam pembelajarannya karena ini
sangat praktis dan bermanfaat. Yang terakhir, para peneliti disarankan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut terhadap strategi ini dengan konteks dan tingkat kelas yang berbeda.
Kata kunci: buku saku, keterampilan fungsional, kemampuan berbicara
Program Studi S2 ING 275
Keefektivan Pengajaran Tatabahasa dalam Konteks untuk Mengurangi Kesilapan
Tatabahasa Siswa dalam Menulis
Yadhi Nur Amin
Abstrak
Menulis merupakan salah satu keterampilan dasar berbahasa yang harus diajarkan pada siswa
sekolah menengah. Melalui pembelajaran keterampilan menulis, para siswa diharapkan dapat menuangkan
ide, perasaan, pengalaman, dan penguasaan komponen bahasa dalam struktur bahasa Inggris tulis. Namun
demikian, dalam menulis berbahasa Inggris, mereka masih menemui banyak kesulitan. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 4 Februari 2008, hasil tulisan siswa MAN Lasem tidak dapat
dipahami dengan baik karena masih terdapat banyak kesilapan tatabahasa. Oleh karena itu, untuk mengurangi
kesilapan tatabahasa dalam tulisan mereka, penggunaan metode pengajaran tatabahasa yang tepat sangat
diperlukan. Maka dari itu, pengajaran tatabahasa dalam konteks yang dipadukan dengan pengajaran menulis
diterapkan untuk mengatasi masalah kesilapan tatabahasa dalam tulisan mereka.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektivan pengajaran tatabahasa dalam konteks untuk
mengurangi kesilapan tatabahasa dalam menulis. Masalah penelitian umum yang harus dijawab adalah,
“Apakah siswa yang diajar dengan pengajaran tatabahasa dalam konteks membuat lebih sedikit kesilapan
tatabahasa dalam menulis daripada siswa yang diajar dengan pengajaran tatabahasa secara konvensional?”
Jawaban sementara untuk pertanyaan ini dirumuskan dalam hipotesis kerja yaitu siswa yang diajar dengan
pengajaran tatabahasa dalam konteks membuat lebih sedikit kesilapan tatabahasa dalam menulis daripada
siswa yang diajar dengan pengajaran tatabahasa secara konvensional.
Desain penelitian ini adalah semi-eksperimen dengan rancangan tes awal-tes akhir kelompok
kontrol. Sampel penelitian ini diambil dari populasi kelas X MAN Lasem tahun pelajaran 2008/2009; yaitu
kelas X-7 dengan 40 siswa sebagai kelompok kontrol, dan kelas X-5 dengan 40 siswa sebagai kelompok
eksperimen. Dalam pengumpulan data, dua soal tes menulis digunakan sebagai instrumen; satu soal
digunakan dalam tes awal, dan satu soal lain dalam tes akhir. Dalam tes tersebut, siswa disuruh untuk
menulis sebuah teks recount. Pekerjaan siswa dikoreksi oleh dua penilai yang independen (peneliti sendiri
dan salah satu guru bahasa Inggris MAN Lasem).
Ada tiga langkah dalam analisis data, yaitu: (1) pengujian reliabilitas, (2) pengujian normalitas dan
homogenitas data; dan (3) pengujian hipotesis. Langkah pertama dilakukan untuk mengukur tingkat
reliabilitas penilaian yang dilakukan oleh dua penilai. Langkah kedua dimaksudkan untuk menguji normalitas
dan homogenitas distribusi data, sementara langkah ketiga dilaksanakan untuk menjawab masalah penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rerata komponen tatabahasa dari kelompok
eksperimen dalam tes awal dan tes akhir masing-masing adalah 37,80 dan 54,00. Hal ini berarti bahwa nilai
rerata dalam tes akhir lebih tinggi daripada nilai rerata dalam tes awal; dan nilai rerata naik 16,20 poin
setelah pelaksanaan strategi. Sementara itu, nilai rerata dari kelompok kontrol masing-masing adalah 37,00
dan 37,20; yang berarti bahwa nilai rerata hanya naik 0,20 poin. Singkatnya, nilai rerata dari kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada nilai rerata kelompok kontrol.
Hasil ini juga didukung oleh pengujian reliabilitas tes dari kelompok eksperimen yang masingmasing adalah 0,89 dalam tes awal dan 0,73 dalam tes akhir; sementara itu, hasil pengujian reliabilitas dari
kelompok kontrol yaitu 0,99 baik dalam tes awal maupun tes akhir. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
tersebut mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi. Selanjutnya, hasil uji normalitas menunjukkan bahwa
nilai assymp.sig. (2-tailed) dari tes menulis kedua kelompok tersebut pada tingkat signifikan 0,05 adalah
0,00. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data adalah normal. Selain itu, hasil uji homogenitas yang
menggunakan F-Lavene dengan tingkat signifikan 0,05 menunjukkan bahwa varian antara kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen untuk tes menulis teks recount tidaklah berbeda atau homogen. Berdasarkan hasil
uji normalitas dan homogenitas tersebut, soal tes dianggap reliabel untuk digunakan dalam uji hipotesis.
Selanjutnya, analisis varian (ANOVA) digunakan dalam uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan hasil
kemampuan menulis dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan menggunakan tingkat
signifikan 0,05.
Selanjutnya, untuk mempermudah dalam analisis data, hipotesis kerja lebih dulu diformulasikan
dalam hipotesis nol, yaitu “Siswa yang diajar tatabahasa dalam konteks tidak melakukan lebih sedikit
kesilapan tatabahasa daripada siswa yang diajar tatabahasa secara konvensional. Hasil analisis menunjukkan
bahwa F-hitung yang diperoleh adalah 17,967 dan F-tabel adalah 3,963. Dengan menggunakan cara yang
sama yaitu memperbandingkan F-hitung dan F-tabel seperti yang digunakan dalam uji hipotesis, F-hitung
yang diperoleh lebih tinggi daripada F-tabel. Hal itu berarti bahwa ada cukup bukti untuk menolak hipotesis
nol dan menerima hipotesis kerja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa yang diajar dengan
276 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
tatabahasa dalam konteks membuat lebih sedikit kesilapan tatabahasa dalam menulis daripada siswa yang
diajar tatabahasa secara konvensional. Dengan kata lain, strategi yang diujikan ini (pengajaran tatabahasa
dalam konteks) terbukti efektif untuk mengurangi kesilapan tatabahasa siswa dalam menulis.
Kata kunci: tatabahasa dalam konteks, mengurangi, kesilapan tatabahasa, menulis
Mengembangkan Materi Pengajaran Mata Kuliah Writing untuk Mahasiswa pada Program
Studi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Santu Paulus Ruteng
Yerni Miss Endang Polly
Abstrak
Salah satu komponen yang menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas adalah
ketersediaan materi pengajaran yang berfungsi sebagai sumber ilmu yang dapat mempermudah proses
pembelajaran. Ketersediaan materi tersebut sangat penting terutama dalam pembelajaran menulis di mana
banyak siswa menghadapi kesulitan ketika menuangkan idenya dalam tulisan. Pada Program Studi
Pendidikan Bahasa Inggris di STKIP Santu Paulus Ruteng materi pembelajaran Writing III yang sesuai
dengan silabus yang dipakai belum ada. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
mengembangkan materi pembelajaran untuk mata kuliah Writing III.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan karena tujuannya adalah untuk mengembangkan
suatu produk, dalam penelitian ini adalah materi pembelajaran mata kuliah Writing III. Berdasarkan adaptasi
model pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall (1983:775), beberapa langkah pengembangan
dilakukan sebagai berikut. Langkah pertama adalah proses pengumpulan informasi mengenai
ketidaktersediaan materi untuk Writing III, dilanjutkan dengan pengembangan materi, proses validasi oleh
seorang ahli dalam pengembangan produk dan seorang ahli di bidang pembelajaran menulis, proses revisi, uji
coba pada mahasiswa semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di STKIP Santu Paulus Ruteng,
proses revisi sesudah uji coba, dan produk akhir. Dalam proses validasi ahli dan uji coba, ada pedoman
evaluasi dan catatan lapangan yang dipakai sebagai instrumen untuk merekam masukan dari para ahli, dosen,
dan mahasiswa dalam rangka perbaikan produk tersebut. Materi pembelajaran mata kuliah Writing III yang
dikembangkan terdiri atas 7 unit dan memuat penjelasan tentang konsep dasar, model teks, contoh, dan
latihan menulis dengan menggunakan pendekatan proses. Hasil evaluasi para ahli menunjukkan bahwa selain
terdapat kelebihan dalam materi tersebut, ada juga beberapa kelemahan yang perlu direvisi. Ketika
diujicobakan, para mahasiswa terlihat antusias mengikuti seluruh proses pembelajaran dengan menggunakan
materi tersebut. Ketika diminta pendapat mereka tentang apa yang hendak diperbaiki dalam produk tersebut,
mereka menyarankan untuk menambahkan beberapa contoh lagi di setiap unit, dan karena itu produk direvisi
seperti yang disarankan. Oleh karena itu, sesudah melakukan revisi dari hasil validasi ahli dan uji coba,
produk akhir dapat diselesaikan seperti terlihat pada bagian akhir dari tesis ini.
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama,
ketika akan menggunakan materi ini, dosen Writing III disarankan untuk memperhatikan alokasi waktu
karena satu unit dialokasikan untuk 2 kali pertemuan. Pada awal pertemuan pertama, dosen menjelaskan
konsep dan model teks, kemudian diikuti oleh penulisan esei dengan pendekatan proses termasuk kegiatan
mengumpulkan ide dan penulisan draf awal. Pada pertemuan kedua, kegiatan di kelas adalah berupa kegiatan
merevisi dan mengedit sekaligus menulis draf akhir. Untuk memonitor kemajuan siswa dalam menulis, dosen
dapat memperkenalkan penggunaan portofolio untuk merekam seluruh aktivitas menulis dan semua draf yang
dihasilkan oleh siswa. Bagi para mahasiswa yang mengambil mata kuliah Writing III, mereka dapat belajar
sendiri dengan menggunakan materi tersebut ketika dosen berhalangan hadir. Mereka dapat mengikuti
petunjuk di dalam materi mulai dari tujuan, konsep, model teks, latihan, dan latihan menulis dengan
pendekatan proses. Kedua, upaya untuk memperkenalkan materi ini dapat dilakukan pada awal pertemuan
kepada mahasiawa. Para dosen yang mengajar mata kuliah Writing III juga dapat diperkenalkan pada materi
ini untuk dipakai di kelas. Sosialisasi dapat pula dilakukan kepada institusi dalam rangka memperoleh izin
penggunaan materi ini di kelas. Untuk memperbaiki produk tersebut, uji coba yang lebih luas perlu
dilakukan. Selain itu, lebih banyak orang terutama para dosen mata kuliah Writing III perlu dilibatkan untuk
memberikan kontribusi bagi perbaikan materi tersebut. Bagi peneliti lain dalam bidang pengembangan materi
terutama menulis, penelitian ini termasuk produk yang dihasilkan dapat dipakai sebagai rujukan dalam
penelitian mereka.
Kata kunci: pengembangan, materi pengajaran, Writing
Program Studi S2 ING 277
Pengembangan Silabus Bahasa Inggris Komunikatif untuk Siswa Awak Kabin
di Pusat Pelatihan
Yudi Setyaningsih
Abstrak
Studi ini dimaksudkan untuk mengembangkan seperangkat silabus untuk siswa awak kabin yang
sedang menempuh pendidikan di pusat pelatihan awak kabin. Karena kemampuan berkomunikasi dengan
penumpang asing menggunakan Bahasa Inggris sangat penting, silabus yang dikembangkan dibuat
berdasarkan kemampuan komunikatif sebagai dasar dalam pengembangannya. Penelitian hasil kerja
pengembangan (Research and Development) ini didasarkan pada teori Yalden dalam artikelnya yang berjudul
Language Program Development yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa dengan melalui delapan tahapan,
yaitu: 1) Melaksanakan survey kebutuhan, 2) Mendeskripsikan/menentukan tujuan, 3) memilih tipe silabus,
4) menulis proto silabus, 5) menulis silabus pengajaran, 6) uji coba silabus, 7) evaluasi/revisi silabus, dan 8)
produk akhir.
Silabus yang dikembangkan ini terdiri dari topik-topik yang berhubungan dengan dunia
penerbangan, yaitu: 1) Boarding and seating, 2) Before Take-off, 3) Meals and Drinks Service, 4)
socializing/personal service/extra care, 5) Sales On-board, 6) Giving Information and before Landing, 7)
After Landing and Parting, 8) Flight Safety Procedure, 9) Announcement, dan 10) Language Reinforcement.
Topik-topik ini akan disajikan dalam dua belas kali pertemuan dengan waktu Sembilan puluh menit per
pertemuan. Silabus yang sudah dilengkapi dengan tabel penyebaran kegiatan dan satuan pelajaran ini
kemudian diuji-cobakan oleh guru Bahasa Inggris yang mengajar ESP di salah satu pusat pelatihan awak
kabin di Malang. Setelah uji coba dilaksanakan kemudian dievaluasi oleh para pakar silabus, direvisi, untuk
kemudian diolah untuk menjadi hasil akhir.
Silabus yang diusulkan ini akan sangat berguna untuk para pengajar Bahasa Inggris yang
mengajarkan ESP di pusat pelatihan awak kabin karena telah dilengkapi dengan satuan pelajaran yang
menguraikan dengan sangat jelas kegiatan-kegiatan belajar/mengajar serta materi pengajaran yang terutama
bersumber dari internet. Para pengajar Bahasa Inggris dan siswa awak kabin akan sangat terbantu oleh
silabus ini karena pembuatannya didasarkan pada survey kebutuhan yang dilakukan terhadap orang-orang
yang terlibat dalam dunia penerbangan. Silabus ini juga merefleksikan keadaan-keadaan nyata di dunia
penerbangan sehingga para awak kabin akan mampu berkomunikasi dengan baik menggunakan Bahasa
Inggris yang baik dan benar karena hal tersebut merupakan aspek yang sangat penting di dalam dunia
penerbangan.
Saran untuk langkah selanjutnya adalah penggunaan silabus di pusat pelatihan awak kabin yang
menggunakan silabus komunikatif yang didasarkan pada survei kebutuhan terlebih dahulu untuk mengetahui
apa yang ada di dunia nyata. Dengan begitu, maka pengajaran Bahasa Inggris di pusat pelatihan awak kabin
akan semakin mengena pada sasaran yaitu seorang awak kabin tidak saja cakap dalam melayani penumpang
namun juga mampu berbahasa Inggris secara baik dan benar dan dimengerti oleh penumpang asing.
Kata kunci: silabus, ESP, awak kabin
Download