Membuat Dokumen Tata Laksana Manajemen Insiden Berdasarkan

advertisement
Volume 2 No 2 – 2016
ijse.bsi.ac.id
IJSE – Indonesian Journal on Software Engineering
Membuat Dokumen Tata Laksana Manajemen Insiden Berdasarkan Framework IT
Infrastructure Library V.3
Khurotul Aeni, Bambang Soedijono W.A, Henderi
STMIK AMIKOM Yogyakarta
[email protected],[email protected]
Abstract -Tata like IT incident management needs to be done as a guide, and internal controls to ensure
service levels especially on academic information system (AIS) meets the standards or to follow best
practices. For documents that need to be made governance of incident management for the handling of
incidents can run well and according to expectations of the organization, and ultimately the success of IT
objectives (IT Goal) and the ultimate goal of business processes (Business Goal). The development of
academic information systems at the University of Civilizations basically been done, but not optimally.
Application of SOP (Standard Operating Procedure) and SLA (Service Level Agreement) on academic
information system services is still conventional, not optimal in a structured incident handling. For making
a documentary of governance should be evaluated first, this was done to assess the extent to which each
IT process in academic information systems function in accordance with the purpose of application
development, especially for the incident handling process. Pengukurann maturity level is used to
determine and evaluate the current state of the academic information system (SIA) today. This study is
adapted from the IT Infrastructure Library framework which refers to the process of incident management.
The study provides some recommendations for improvement related to the areas of incident management.
The measurement results using a maturity level that existed at COBIT 4.1, shows the maturity level is
currently at level 2 (Repeatable but Intuitive), and through the use of the Goal Question Metric, where
there are four areas that need to be improved to create a document governance management, namely:
helpdesk application, the application of SOP (Standard Operating Procedure), the application SLA
(Service Level Agreement), and the application of servicedesk team.
Keywords: Incident Management, IT Infrastructure Library, Procedures
Abstrak –Tata laksana manajemen insiden TI perlu dilakukan sebagai panduan dan pengendalian
internal untuk memastikan tingkat layanan khususnya pada sistem informasi akademik (SIA) telah
memenuhi standar atau mengikuti praktek-praktek terbaik. Untuk itu perlu dibuat dokumen tata laksana
manajemen insiden agar penanganan insiden dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan organisasi,
serta pada akhirnya menyukseskan tujuan TI (IT Goal) dan tujuan akhir dari bisnis proses (Business
Goal). Perkembangan sistem informasi akademik di Universitas Peradaban pada dasarnya sudah
dilakukan, namun belum secara optimal. Penerapan SOP (Standard Operating Procedure) dan SLA
(Service Level Agreement) pada layanan sistem informasi akademik masih bersifat konvensional, belum
optimalnya penanganan insiden secara terstruktur. Untuk pembuatan sebuah dokumen tata laksana perlu
dilakukan evaluasi terlebih dahulu, hal ini dilakukan untuk menilai sejauh mana setiap proses TI pada
sistem informasi akademik berfungsi sesuai dengan tujuan pengembangan aplikasi terutama untuk
proses penanganan insiden. Pengukurann maturity level digunakan untuk mengetahui serta
mengevaluasi kondisi saat ini pada sistem informasi akademik (SIA) saat ini. Penelitian ini diadaptasi dari
framework IT Infrastructure Library yang mengacu pada proses manajemen insiden. Hasil penelitian ini
memberikan beberapa rekomendasi perbaikan terkait area-area insiden manajemen. Hasil pengukuran
menggunakan maturity level yang ada pada COBIT 4.1, menunjukkan tingkat kematangan saat ini berada
pada level 2 (Repeatable but Intuitive), dan melalui penggunaan Goal Question Metric, dimana terdapat 4
area yang perlu dilakukan perbaikan untuk membuat dokumen tata laksana manajemen, yaitu: penerapan
helpdesk, penerapan SOP (Standard Operating Procedure), penerapan SLA (Service Level Agreement),
dan penerapan team servicedesk.
Kata kunci: Manajemen Insiden, IT Infrastucture Library, Tata Laksana
yang sangat penting bagi hampir semua
organisasi/ perusahaan, karena dipercaya dapat
1. Pendahuluan
membantu meningkatkan efektifitas dan efisiensi
a. Latar Belakang
proses
bisnis organisasi/ perusahaan, tak
Menurut (Wisda, 2016), Teknologi
terkecuali perguruan tinggi. Untuk mencapai hal
Informasi (TI) saat ini sudah menjadi kebutuhan
ISSN : 2461‐0690
11
Volume 2 No 2 – 2016
ijse.bsi.ac.id
IJSE – Indonesian Journal on Software Engineering
tersebut diperlukan suatu pengelolaan TI yang
baik dan mampu untuk menunjang kesuksesan
organisasi
dalam
pencapaian
tujuannya.
Kesuksesan tata kelola organisasi/ perusahaan
(enterprise governance) saat ini mempunyai
ketergantungan terhadap sejauh mana tata kelola
TI (IT Governance) dilakukan. Aktifitas utama
dalam perguruan tinggi sesuai dengan fungsi
utamanya
yaitu
sebagai
penyelenggara
pendidikan adalah layanan akademik. Dalam
pelaksanaan layanan akademik ini perlu adanya
penggunaan TI yang dapat mendukung
kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan dalam
layanan akademik, sehingga kualitas layanan
akademik dapat diberikan kepada sivitas
akademik.
Perubahan sistem informasi akademik
dari SIMPATI ke SIMBARU yang dilakukan
Universitas Peradaban saat ini belum melakukan
evaluasi secara menyeluruh terhadap tata kelola
sistem informasi akademik, terutama mengenai
penanganan
insiden pada sistem informasi
akademik. Salah satu cara untuk mengetahui
apakah manajemen insiden telah dilakukan
dengan baik atau belum adalah dengan
melakukan evaluasi berdasarkan best practice
dari manajemen insiden. Evaluasi sistem
informasi akademik perlu dilakukan untuk
mengetahui
keefektifan
penerapan
sistem
tersebut oleh manajemen.
Evaluasi pada sistem informasi akademik
dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan
atau kerangka kerja penilaian tata kelola. Dengan
melakukan evaluasi ini, akan diketahui hal apa
saja yang sudah dan belum dilakukan dalam
mencapai
kondisi yang baik dan sesuai
berdasarkan best practice yang diacu. Salah satu
best practise yang membahas mengenai
manajemen insiden adalah ITIL (Information
Technology Infrastructure Library) V.3 pada
proses
Service
Operation
area
Incident
Management.
b. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui tingkat kematangan sistem
informasi akademik saat ini, khususnya untuk
area manajemen insiden di Universitas
Peradaban.
b. Menyusun sebuah dokumen tata laksana
manajemen insiden, untuk meningkatkan
layanan
sistem
informasi
akademik
Unversitas Peradaban.
2. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
ISSN : 2461‐0690
Pendekatan
dalam
penelitian
ini
menggunakan metode kuantitatif yang dihimpun
melalui penyebaran kuesioner yang telah di
siapkan sebelumnya. Pendekatan kuantitatif ini
digunakan untuk mengidentifikasikan seluruh
konsep yang menjadi tujuan penelitian (Malhotra,
2005). Kuesioner ini dimaksudkan untuk
memperoleh data deskriptif guna menguji
hipotesis dan model analisis. Untuk memperoleh
data tersebut digunakan kuesioner yang besifat
tertutup
yaitu
sejumlah
daftar
pernyataan/pertanyaan dimana di dalamnya
terdapat beberapa alternatif jawaban, kemudian
responden diminta memilih satu jawaban saja dari
beberapa alternatif jawaban yang ada.
Menurut tingkat eksplanasinya penelitian
ini merupakan penelitian eksplanatif. Penelitian
eksplanatif merupakan penelitian yang bertujuan
untuk menerangkan, menguji hipotesis dari
variabel-variabel penelitian, fokus penelitian ini
adalah analisis hubungan-hubungan antara
variabel
(Singarimbun,
1981).
Penelitian
eksplanatif
memerlukan
perencanaan.
Perencanaan sangat diperlukan agar uraian
tersebut benar-benar sudah mencakup seluruh
persoalan dalam setiap fasenya. Perumusan
persoalan yang tepat akan menunjukkan
informasi macam apa yang sebenarnya
diperlukan.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer adalah data yang diperoleh
langsung dari responden yang didapat dari hasil
sebagai berikut:
i.
Wawancara
ii.
Observasi
iii.
Kuesioner
b. Data Sekunder adalah data yang didapat
melalui penganalisaan terhadap laporan-laporan
internal, data yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut:
i. Profil Organisasi
ii. Dokumen Unit Kerja
iii. Dokumen Rencana Strategi (Renstra)
2. Pembahasan
a. Tinjauan Pustaka
Menurut
Racmasari
dkk
(2015),
Pentingnya TI dalam mendukung tujuan bisnis
suatu organisasi semakin lama semakin
meningkat. Hal ini menjadikan keselarasan antara
layanan operational TI dengan proses bisnis
suatu hal yang perlu diperhatikan. Salah satu cara
untuk mengetahui seberapa besar keselarasan itu
adalah dengan melakukan evaluasi yang
12
Volume 2 No 2 – 2016
ijse.bsi.ac.id
IJSE – Indonesian Journal on Software Engineering
kemudian hasilnya bisa dijadikan acuan untuk
membuat usulan perbaikan.
Studi sebelumnya mengenai evaluasi
tingkat kematangan sistem informasi akademik
yang dilakukan oleh Wisda (2016) telah berhasil
mengusulkan
sebuah
rekomendasi
IT
Governance dengan menggunakan framework
Cobit 4.1 dengan metode analisis data yang
digunakan beberapa tahap, yaitu penentuan
Business Goal, IT Goals, IT Process, Perincian
Control Objective, serta melakukan pemetaan
Maturity Level. Wisda (2016) juga menyimpulkan
usulan tata kelola TI akan lebih baik apabila
didefinisikan secara detail berkaitan dengan
kebijakan-kebijakan yang ada, pendefinisian
secara detail dapat dibuat dalam bentuk aturanaturan atau prosedur, dan tingkat kematangan
tata kelola TI ini sebaiknya dilakukan secara
berkala, maksimal 1 tahun sekali.
Ahmad dan Joko (2012) mengungkapkan
bahwa, tata laksana manajemen insiden TI perlu
dilakukan sebagai panduan dan pengendalian
internal untuk memastikan tingkat layanan TI
sesuai dengan standar atau mengikuti praktekpraktek terbaik, untuk itu perlu dibuat panduan
tata laksana agar penanganan insiden dapat
berjalan dengan baik dan sesuai harapan
pengguna, serta pada akhirnya menyukseskan
tujuan TI dan tujuan akhir dari bisnis proses. Hal
ini dilakukan oleh Ahmad dan Joko (2016) pada
penelitian yang berjudul “Pembuatan Panduan
Tata laksana Manajemen Insiden TI Berdasarkan
Framework ITIL ” bahwa, tata kelola TI terkait
tujuan
bisnis
memperoleh
ketersediaan,
kelancaran, dan peningkatan layanan TI, dimana
menghasilkan sebuah rekomendasi pembuatan
tata kelola dan tata laksana yang berupa
prosedur, formulir, dan dokumen lain yang
dibutuhkan dalam penanganan insiden pada
layanan TI, rekomendasi tersebut didapat dari
metode analisis kesenjangan dan identifikasi
perbaikan, serta pemetaan manajemen insiden.
Berbeda dengan penelitian-penelitian
yang sudah dilakukan peneliti diatas, penelitian ini
difokuskan terhadap strategi perbaikan untuk
proses pembuatan dokumen tata laksana
manajemen insiden pada sistem informasi
akademik, dengan menggunakan metrics-metrics
untuk mengetahui IT goals dari pihak institusi,
serta model pengukuran dengan mengadopsi
maturity level yang ada pada COBIT 4.1 untuk
mengukur/ menilai serta mengevaluasi tingkat
kematangan pengelolaan sistem informasi
akademik saat ini, hasil dari evaluasi tingkat
kematangan dan evaluasi metric IT goals
ISSN : 2461‐0690
dijadikan dasar strategi perbaikan dalam
membuat dokumen tata laksana manajemen
insiden sesuai dengan
framework IT
Infrastruktur Library V.3.
b. IT Infrastucture Library Version 3
Framework
ITIL (Information Technology
Infrastructure Library) adalah sebuah framework
tata kelola TI yang berisi best practice secara
khusus dalam manajemen service TI [ITIL07].
Pada versi ini,
framework ITIL
dijelaskan
tahapan-tahapan
pengelolaan manajemen
layanan TI yaitu sebagai service lifecycle. Ada 5
proses service lifecycle dalam ITIL [ITL07] yaitu :
1) Service Strategy: Pada tahap ini dilakukan
pengembangan
strategi
untuk
mengubah
manajemen service TI menjadi sebuah aset
strategis dari organisasi.
2) Service Design: Pada tahap ini dilakukan
pembangunan panduan manajemen layanan TI
berdasarkan strategi yang sudah dikembangkan
sebelumnya pada tahap Service Strategy. Selain
itu panduan dibangun berdasarkan policy yang
berlaku dalam organisasi dan untuk pemenuhan
kepuasan pelanggan.
3) Service Transition: Pada tahap ini dilakukan
proses transisi dari tata kelola yang lama kepada
tata kelola yang baru yang sudah dikembangkan
dalam tahap Service Design.
4) Service Operation: Pada bagian ini berisi
langkah-langkah best practice untuk melakukan
manajemen service TI.
5) Continual Service Improvement: Pada bagian
ini dilakukan pengelolaan masukan dari
pelanggan yang kemudian dikolaborasikan
kedalam empat tahap diatas. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan hasil keluaran dari kegiatan
Service Strategy, Service Design, Service
Transition, dan Service Operation.
Menurut framework ITIL, pengertian
insiden
adalah
sebuah
interupsi
atau
pengurangan kualitas dari layanan TI.Selain itu
sebuah kesalahan konfigurasi pada sistem dapat
dikatakan sebagai insiden walaupun belum
menimbulkan masalah yang berarti pada sistem
tersebut.
Manajemen
insiden
(incident
management) adalah proses yang dilakukan
untuk menyelesaikan suatu insiden. Proses
manajemen insiden (incident management)
dilakukan berdasarkan input dari user melalui
service desk, laporan teknisi, dan juga deteksi
otomatis dari sebuah tool event management.
Manajemen insiden (incident management) pada
frmework ITIL v3 berada pada cycle Service
Operation.
13
Volume 2 No 2 – 2016
ijse.bsi.ac.id
IJSE – Indonesian Journal on Software Engineering
Tujuan utama dari manajemen insiden
(incident
management)
adalah
untuk
mengembalikan kondisi layanan TI ke keadaan
normal secepat mungkin, dan meminimalkan
dampak negatif yang ditimbulkan terhadap
kegiatan bisnis utama organisasi.Keadaan normal
layanan TI
adalah keadaan yang telah
didefenisikan sebelumnya dalam sebuah SLA
(Service Level Agreement).
Berikut adalah aktifitas-aktifitas dalam
manajemen insiden (incident management)
menurut framework ITIL v3 :
1. Identifikasi insiden (incident identification)
Proses
manajemen
insiden
(incident
management)
dimulai
dengan
identifikasi.
Identifikasi yang paling umum dilakukan adalah
melalui layanan service desk dan laporan dari staf
teknisi/administrasi
akademik
kemahasiswaan/bagian administrasi umum/ketua
prodi atau dari mahasiswa selaku end user.
Selain itu identifikasi insiden dapat dilakukan
secara otomatis oleh tool event management
yang dipasang pada perangkat-perangkat utama.
Kondisi ideal dari langkah identifikasi adalah
insiden dapat teridentifikasi sebelum terjadi
implikasi terhadap user.
2.Pencatatan insiden (incident logging)
Langkah ini wajib dilakukan untuk setiap jenis
insiden baik yang berskala besar maupun kecil.
Beberapa informasi yang harus dicatat terkait
suatu insiden adalah ID, kategori insiden, waktu
terjadi, deskripsi insiden, nama orang/grup yang
bertanggungjawab atas penanganan, implikasi
insiden, dan waktu penutupan kasus.
3.Pengkategorisasian
insiden
(incident
categorization)
Dalam membuat kategori insiden dibutuhkan
sebuah proses khusus antara pengelola TI dan
pihak manajemen organisasi. Hal ini bertujuan
untuk menghasilkan kategori insiden dan prioritas
penanganannya sejalan dengan proses bisnis
organisasi. Kategori insiden dapat dibuat
berdasarkan perkiraan lamanya penanganan,
implikasi terhadap proses bisnis organisasi, dan
jumlah staf yang terkait.
4. Prioritas insiden (incident priorization)
Langkah prioritas insiden dilakukan berdasarkan
kategorisasi
yang
telah
dibuat
sebelumnya.Prioritas penanganan insiden dapat
dilakukan berdasarkan besarnya implikasi insiden
terhadap kegiatan bisnis utama organisasi,
ataupun berdasarkan lamanya penanganan
insiden.
5. Diagnosa awal (initial diagnosis)
ISSN : 2461‐0690
Diagnosa awal terhadap insiden wajib dilakukan
oleh setiap pihak yang pertama kali berhubungan
dengan insiden baik itu service desk, staf teknis,
maupun perangkat otomatis seperti event
management. Jika insiden ditemukan oleh service
desk melalui laporan dari user, maka diusahakan
service desk tersebut yang menyelesaikan insiden
selama user masih berhubungan telepon.
6. Eskalasi insiden (incident escalation)
Eskalasi insiden adalah tindakan menaikkan level
penanganan insiden. Hal ini berkaitan erat
dengan hasil diagnosa awal terhadap insiden.Jika
dari diagnosa ditemukan insiden yang tidak dapat
ditangani, maka wajib dilakukan eskalasi
insiden.Eskalasi insiden ada 2 macam, yaitu
eskalasi fungsi dan eskalasi hierarki. Eskalasi
fungsi adalah tindakan menaikkan level
penanganan kepada satu level diatasnya.
Sedangkan eskalasi hierarki adalah tindakan
menaikkan level penanganan melintasi hirarki
organisasi misalnya kepada manajer IT atau
manajer bisnis yang terkait.
7. Investigasi (investigation and diagnosis)
Tindakan investigasi dilakukan untuk menemukan
sumber masalah dari insiden.Dalam melakukan
investigasi, setiap tindakan wajib dilaporkan juga
ke dalam formulir insiden.Hal ini berguna sebagai
data historis tindakan penanganan suatu insiden.
8. Resolusi (resolution and recovery)
Langkah ini merupakan tindakan yang diambil
untuk menyelesaikan suatu insiden . Langkah
resolusi dapat dilakukan oleh
service desk
sebagai pihak yang pertama menemukan insiden
dari user, staf teknisi yang sedang mengerjakan
kegiatan konfigurasi, maupun oleh supplier
terhadap perangkat yang masih dalam garansi.
9. Penutupan (incident closure)
Langkah penutupan adalah langkah yang
dilakukan oleh service desk maupun staf teknisi
terkait untuk memastikan apakah insiden telah
benar selesai ditangani. Yang harus diperhatikan
dalam langkah penutupan ini adalah dokumentasi
proses penangan an insiden, perkiraan terhadap
perulangan insiden, dan survei kepuasan user
atas penanganan insiden.
c. Hasil Analisa
1. Identifikasi Insiden
Proses penanganan insiden kepada user
(Dosen, Mahasiswa, serta Staf Karyawan)
khususnya dalam hal perbaikan layanan sistem
informasi
akademik
(SIMBARU).
Untuk
menangani perbaikan insiden, diketahui bahwa
Bidang Akademik dalam kegiatan yang bertugas
14
Volume 2 No 2 – 2016
ijse.bsi.ac.id
IJSE – Indonesian Journal on Software Engineering
menangani insiden atau masalah dengan acuan
pelaksanaan service desk.
Ruang lingkup penanganan insiden yang
dilakukan oleh service desk mencakup perbaikan
masalah seperti perbaikan bug, change request,
perbaikan server, database, serta jaringan pada
layanan sistem informasi akademik (SIMBARU).
2. Pencatatan Insiden
Jika User (Dosen, Mahasiswa, serta Staf
Karyawan) mengalami masalah dalam penemuan
bug, change request, permasalahan server,
jaringan,
serta
database
maka
dapat
menghubungi tim service desk melalui telepon
atau pesan telegram. Tim service desk akan
mencatat permasalahan dan mengecek langsung
pada permasalahan yang disampaikan.
Tools yang digunakan oleh tim service desk
dalam catatan/ pelaporan insiden masih
meggunakan aplikasi Ms. Excel/ bisa dikatakan
masih manual. Aplikasi Ms. Excel ini dilakukan
pada saat adanya laporan dari user (Dosen,
Mahasiswa, serta Staf Karyawan) maupun
penemuan permasalahan yang ditemukan oleh
tim internal.
3. Kategori Insiden
Dari observasi/ pengamatan dilapangan
dan laporan harian masalah (lihat pada lampiran),
dapat dikelompokkan faktor-faktor penyebab
insiden yang terjadi pada layanan sistem
informasi akademik di Universitas Peradaban,
diantaranya adalah:
Tabel 1. Kategori kesalahan Infrastruktur
IT/ Hardware/ Software
No
1
Resiko/
Ancaman
Koneksi ke
server
database
tiba-tiba
terputus
Konsekwens
i dari suatu
event jika
terjadi
Permintaan
request data
tidak dapat
dilakukan
2
Server web
rusak
3
Server
database
rusak
Sistem tidak
bisa
digunakan
Tidak dapat
akses
database
4
Kebocoran
AC pada
ruang
Bisa terjadi
konstleting
listrik, serta
ISSN : 2461‐0690
Kecukupan
kontrol yang
ada sekarang
Tersedia
administrator
jaringan tetapi
terkadang
memerlukan
waktu lama
untuk
troubleshooting
Tidak tersedia
mesin server
backup
Ada database
cadangan,
tetapi ada
beberapa data
yang tidak
identik
Adanya kontrol/
pengecekan
AC secara rutin
5
6
7
8
9
penyimpan
an
perangkat
TI
Kerusakan
pada
perangkat
komunikasi
jaringan
(wireless,
router,
hub, dll)
Bad sector
pada disk
server
database
Serverserver
pendukung
rusak
Kebocoran
a pipa air
didekat
area
penyimpan
an
perangkat
TI
Aplikasi
tiba-tiba
hank
10
Kesalahan
setting
atau
konfigurasi
jaringan
11
Kesalahan
pemasang
an
perangkat
kerusakan
perangkat
oleh pihak
kedua
Koneksi
jaringan
terputus
Belum adanya
komunikasi
cadangan
Data hilang
Sistem tidak
bisa
digunakan
Ada database
cadangan, tapi
ada beberapa
data yang tidak
identik
Tidak tersedia
mesin server
backup
Terjadi
kelebihan air
disekitar
penyimpanan
perangkat
Adanya kontrol/
pengecekan
oleh bagian
kerumahtangga
an
Sistem tidak
bisa
digunakan,
pelayanan
kepada
konsumen
tidak bisa
digunakan
Tidak
terdapat
koneksi
jaringan
Tersedia
administrator
jaringan dan
tersedia
programer
Perangkat
tidak bisa
berfungsi
Tersedia
administrator
jaringan tapi
memerlukan
waktu lama
untuk
troubleshooting
Tersedia
administrator
jaringan tapi
memerlukan
waktu lama
untuk
troubleshooting
4. Prioritas Insiden
Untuk
prioritas
insiden,
penulis
menggunakan penerapan metrik yang telah di
atur dalam IT Infrastructure Library Continual
Service Improvement pada buku Peter Brooks
yang dilakukan berdasarkan pengumpulan data
melalui wawancara kepada beberapa pihak yang
telah ditentukan.
15
Volume 2 No 2 – 2016
ijse.bsi.ac.id
IJSE – Indonesian Journal on Software Engineering
Untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam membuat prioritas insiden dan
dalam mendesain metrik, dilakukan wawancara
pada sejumlah responden. Hal ini dilakukan untuk
menghasilkan kategori insiden dan prioritas
penanganannya sejalan dengan proses bisnis
organisasi.
Goals yang ingin dicapai dari proses
incident management adalah:
1. Meningkatkan kesadaran pihak manajemen
untuk melakukan update status setelah
pengerjaan insiden
2. Meningkatkan efisensi waktu penanganan
pelaporan insiden
3. Meningkatkan kinerja tim service desk
4. Meningkatkan kerjasama dengan pelanggan/
user (Dosen, Mahasiswa, serta Staf Karyawan)
sesuai dengan kebutuhan bisnis
Untuk mencapai goals dari proses insiden
manajemen dan mengkategorisasian insiden,
maka digunakan metode GQM (Goal Question
Metrics), dapat dilihat pada tabel berikut:
a. Tabel metrik untuk Isu Kemudahan Pelacakan
Purpose
Goal
Issue
Object
Question
Q1
Question
Q2
Metric
M1
Meningkatkan kesadaran
manajemen akan
pentingnya melakukan
update status setelah
pengerjaan insiden
Kemudahan pelacakan
insiden dalam aplikasi
Aplikasi Simbaru
Apakah manajemen selalu
melakukan update pada
aplikasi untuk semua
insiden?
Apakah sudah tersedia
aplikasi untuk
memudahkan pelacakan
insiden ?
IT services documentation
Dalam rangka implementasi metrik diatas,
pembahasan selanjutnya berupa penjabaran
setiap metrik dengan menggunakan field-field
yang disesuaikan dengan kondisi operasional
bagian akademik Universitas Peradaban. Nilai
yang menjadi target dan dianggap kategori
berbahaya diputuskan berdasarkan diskusi
dengan pihak manajemen. Berikut adalah hasil
penjabaran metrik pengukuran untuk sistem
informasi akademik Universitas Peradaban:
Metrics (M1)
Deskripsi
IT Service Documentation (%)
Presentase jumlah permasalahan
yang satusnya mengalami update
ISSN : 2461‐0690
Spesifikasi
Justifikasi
Pengguna
Metrik
dibandingkan
dengan
jumlah
permasalahan yang diselesaikan
Jumlah insiden yang diupdate
Jumlah insiden yang sudah
diselesaikan
Adanya insiden-insiden yang bisa
jadi merupakan duplikasi record
sehingga apa yang dicatat pada
aplikasi laporan insiden tidak sama
dengan kondisi sebenarnya
Tim service desk, Manajemen
produksi
c. Kuesioner Pengukuran Maturity Level
Selanjutnya menentukan pertanyaan
untuk kuesioner yang terkait dengan dengan
aktivitas subdomain pengelolaan insiden dan
servicedesk. Objek pertanyaan pada maturity
level dikembangkan dari deskripsi model tingkat
kematangan terdapat pada COBIT 4.1 pada
proses DS8 (pengelolaan service desk dan
insiden). Tiap pernyataan dalam aktivitas yang
terdapat di COBIT 4.1 dijadikan pertanyaan guna
mengetahui kondisi saat ini di Universitas
Peradaban.
Pengukuran yang digunakan dalam
menjawab pertanyaan dari kuesioner yang
disusun menggunakan metode Pederiva (2003),
yakni dengan pengukuran sebagai berikut:
Tabel Pengukuran/ Penilaian Maturity Level
Value Index
Statement
Complience Value
Tidak Benar Samasekali
0
(TBS)
Ada Benarnya (AB)
0,33
Sebagian Besar Benar
0,66
(SBB)
Sepenuhnya Benar (SB)
1
Hasil kuesioner ini dapat menghasilkan suatu nilai
yang menunjukkan kondisi tingkat kematangan
sistem informasi akademik saat ini (existing) yang
ada pada Universitas Peradaban.
Hasil penentuan maturity level proses TI
yang berasal dari jawaban koresponden memiliki
nilai rata-rata maturity level 2,28 atau jika
berdasarkan representasi indeks kematangan
berada pada posisi 2 (Repeatable but Intituitive)
yaitu
adanya kesadaran organisasi akan
kebutuhan layanan servicedesk, fungsi dan
proses manajemen insiden, bantuan tersedia
secara informal melalui jaringan individu-individu
yang berpengetahuan. Individu ini memiliki
beberapa peralatan tersedia untuk membantu
dalam insiden resolusi. Serta tidak ada pelatihan
16
Volume 2 No 2 – 2016
ijse.bsi.ac.id
IJSE – Indonesian Journal on Software Engineering
formal dan komunikasi pada prosedur standar,
dan tanggung jawab yang tersisa untuk individu.
d. Analisa Permasalahan
Hasil analisis dan evaluasi pada dokumen
tata kelola pada Universitas Peradaban
khususnya
Divisi
Akademik,
selama
ini
menunjukkan bahwa belum seluruh program
dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) TI
memiliki dokumen pendukung tata laksana yang
memiliki standarisasi dalam pelaporan maupun
pembuatan dokumen. Dimana pembuatan
dokumen pengembangannya dilakukan secara
individual. Hal ini mengakibatkan dalam
pelaksanaan program sering tidak maksimal dan
kinerjanya tidak dapat diukur. Pada sub bab ini
akan dibahas mengenai permasalah yang terjadi
serta penyusunan strateginya dalam menangani
permasalahan tersebut.
Ada beberapa tahapan aktivitas yang
harus disediakan dalam pembuatan dokumen tata
laksana, serta untuk merancang strategi
kebutuhan dan keberlangsungan IT. Salah
satunya adalah menjabarkan tahapan analisa dan
permasalahan yang terjadi.
Beberapa analisis yang dapat dilakukan saat ini
yang terjadi dibagian service desk, yaitu:
a) Belum adanya aplikasi pendukung layanan
yang dapat diakses langsung oleh user,
sehingga tidak ada suatu proses mulai dari
penerimaan laporan, eskalasi, penugasan dan
reporting secara jelas.
b) Penanganan layanan TI terutama pada insiden
dan masalah masih perlu perbaikan, dimana
sering informasi mengenai insiden dan
masalah yang pernah tertangani sangat minim
pendokumentasiannya, sehingga staf service
desk
yang
belum
pernah
menangani
permasalahan yang serupa akan memakan
waktu yang lama dan terkadang bergantng
kepada
staf
yang
lain
yang
lebih
berpengalaman
c) Tidak adanya sosialisasi SLA (Service Level
Agreement), hal ini penting agar semua staf
service desk benar-benar memahami layanan
yang akan dinilai oleh manajemen dan
pengguna sebagai dasar pengukuran kinerja
divisi service desk
d) Personil/SDM dari divisi service desk masih
minim dan kurang dalam pengetahuan dalam
bidang IT, yang menyebabkan kesulitan dalam
penyelesaian insiden atau pemantauan yang
terjadi. Selain itu tidak adanya training di
internal TI menyebabkan pekerjaan ditangani
berdasarkan kemampuan atau keahlian pribadi.
ISSN : 2461‐0690
e. Prioritas Dalam Insiden
Dari beberapa penjabaran masalah
diatas, bisa dikelompokkan dalam prioritas untuk
perbaikan yang sudah disesuaikan dengan goals
dari divisi akademik, yaitu:
1) Belum adanya aplikasi pendukung untuk
mencatat insiden yang terjadi. Beberapa
pencatatan saat ini dilakukan secara manual
dan beberapa dilakukan melalui sistem, akan
tetapi tidak terupdate dengan baik. Sehingga
banyak kejadian insiden yang tidak tercatat dan
tidak dapat dilakukan analisa apakah seluruh
penanganan insiden berjalan dengan sesuai
keinginan manajemen
2) Belum adanya SOP dalam penerimaan dan
penanganan dari insiden
3) Belum terimplementasinya SLA antara pihak
user dan pihak manajemen
4) Penanganan terhadap sebuah insiden yang
masih membutuhkan waktu yang lama,
sehingga dapat mengganggu proses bisnis
f.
Rekomendasi Perbaikan Layanan Sistem
Informasi Akademik Untuk Membuat
Dokumen Tata Laksana Manajemen
Insiden
Berdasarkan
prioritas-prioritas
yang
telah
ditetapkan, maka dilakukan beberapa perbaikan
sesuai dengan yang dibutuhkan pada bagian
Divisi Akademik. Perbaikan-perbaikan tersebut
mengacu pada hasil evaluasi tingkat kematangan
sistem informasi akademik pada sub bab
sebelumnya, yaitu:
1) Perbaikan Helpdesk
Menerapkan aplikasi helpdesk yang
dapat diakses langsung oleh pihak pengguna/
user. Salah satu permasalahan utama yang
dihadapi staf service desk saat ini adalah
belum optimalnya aplikasi helpdesk untuk
penanganan insiden dalam memberikan
informasi-informasi
untuk
mendukung
peningkatan kualitas layanan. Oleh karena hal
tersebut
penulis
merekomendasikan
Universitas
Peradaban
untuk
melkukan
pengembangan aplikasi helpdesk yang sesuai
dengan best practise IT Infrastructure Library.
Tujuan yang diharapkan pada perbaikan
aplikasi
helpdesk
ini
adalah
untuk
meningkatkan kesadaran manajemen untuk
melakukan update status setelah pengerjaan
masalah.
2) Rancangan SOP
Membuat rancangan SOP atau prosedur dan
kebijakan untuk sistem kerja menangani insiden
17
Volume 2 No 2 – 2016
ijse.bsi.ac.id
IJSE – Indonesian Journal on Software Engineering
pada layanan sistem informasi akademik.
Perbaikan selanjutnya yang diusulkan adalah
berupa perbaikan proses dan prosedur pada
proses penanganan insiden yang terjadi pada
kegiatan operasional pada layanan sistem
informasi akademik. Perubahan pada proses ini
merujuk pada kondisi IT Infrastructure Library
disertai dengan beberapa justifikasi terhadap
keadaan saat ini. Melalui implementasi SOP ini
diharapkan dapat meminimalisir kesalahan
penugasan, kesalahan pengiriman laporan, serta
penanganan laporan. Sehingga dapat mengurangi
waktu delay dalam penanganan laporan insiden.
3) Dokumen SLA
Membuat dokumen SLA untuk sistem
kerja
dalam
penanganan
insiden.
Mendokumentasikan SLA (Service Level
Agreement) pada layanan sistem informasi
akademik, SLA yang terdokumentasi ini
penting, karena akan menjadi acuan utama
proses
insiden
manajemen
dalam
menentukkan target pekerjaan secara tepat
dan jelas.
Untuk SLA (Service Level Agreement)
yang diajukan pada proses perbaikan sesuai
dengan tingkat urgensi berdasarkan hasil
interview dengan pihak internal kampus adalah:
Tabel 3.24. SLA (Service Level Agreement)
No
Jenis Prioritas
Target SLA
(Menit)
1
Lowest
300
2
Low
225
3
Normal
180
4
High
120
5
Higest
60
Keseluruhan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan keluhan direpresentasikan sesuai
dengan jenis prioritas yang ditentukan saat
melakukan pencatatan keluhan. Ukuran lowest
diukur dari tingkat insiden yang tidak mendesak
dan
tidak
mempengaruhi
bisnis
proses
Universitas, sampai higest dengan tingkat insiden
yang sangat mendesak dan membuat proses
bisnis Universitas terhenti. Target waktu untuk
penyelesaian meliputi mulai dari pencatatan
keluhan status open sampai closed. Jenis
prioritas ditentukan berdasarkan pada hasil
analisis terhadap insiden yang diinputkan.
4) Usulan Terhadap Tim Servicedesk
Memberikan usulan untuk staf khusus menangani
service desk. Tujuan yang diharapkan dari
perbaikan staf (tim service desk) adalah
ISSN : 2461‐0690
meningkatkan kinerja tim service desk. Untuk
memenuhi kebutuhan layanan yang baik, maka
Divisi Akademik membutuhkan penerapan yang
berbasiskan Single Point Of Contact (SPOC)
yang telah disesuaikan sehingga pelaporan
terhadap insiden dan tercatat pada satu pintu.
Saat ini Divisi Akademik untuk masing-masing
proyek memiliki seorang staf yang bertugas
sebagai Staf Service Desk (Application Support)
yang menjadi sumber data untuk pelaporan
keluhan. Akan tetapi pengguna atau pelanggan
biasanya masih menyampaikan keluhan kepada
pihak lain yang
juga terlibat dalam proyek
tersebut.
Jika proses yang diajukan telah
dijalankan dengan baik, maka perlu adanya
penginformasikan yang lebih tegas untuk tugas
Staf Application Support dan dipisahkan dengan
tugas sebagai
implementator
dan
quality
assurance
yang khusus untuk menangani
keluhan, baik melalui aplikasi maupun yang
disampaikan melalui telepon.
Selain itu, untuk meningkatkan kualitas
layanan TI
diperlukan SDM (Sumber Daya
Manusia) yang kompeten dibidangnya, maka
diperlukan untuk mengadakan pelatihan-pelatihan
terkait dengan bidang dan keahlian dari masingmasing staf service desk dan mengadakan
sharing session antar staf maupun dengan
mengundang pembicara dari luar perusahaan
untuk menambah pengetahuan dari staf service
desk. Untuk perekrutan staf yang baru dapat
ditinjau
kembali terlebih dahulu
terhadap
pengetahuan tentang TI dan penyelesaian suatu
masalah tentang permasalahan IT. Selain itu,
perlunya dilakukan training secara mendetail
terhadap seluruh solusi yang diberikan pihak
manajemen Universitas, sehingga pelanggan/
user dapat mengetahui solusi secara mendalam.
Kemudian dibuatkan adanya buku saku yang
ringkas (manual guideline) sederhana mengenai
cara menggunakan solusi.
5. Dokumen Tata Laksana Manajemen Insiden
Berdasarkan renstra (Rencana Strategis)
tahun 2012-2017 yang dimiliki Universitas
Peradaban saat ini (bisa dilihat pada tabel 3.2),
diketahui beberapa aktifitas yang tidak sesuai
dengan tujuan program juga dimasukkan kedalam
dokumen. Untuk menyempurnakan dokumen
program tersebut, penulis membangun sebuah
dokumen tata laksana yang disempurnakan yang
memiliki fokus pada proses manajemen insiden.
Dokumen
ini
memiliki
aktifitas-aktifitas
manajemen insiden yang berdasarkan framework
18
Volume 2 No 2 – 2016
ijse.bsi.ac.id
IJSE – Indonesian Journal on Software Engineering
ITIL. Selain itu dokumen ini juga memiliki aktifitas
tambahan untuk keperluan pelaporan, dan
evaluasi sebagai kebutuhan manajemen untuk
mengukur kinerja program.
Dalam membangun dokumen tata
laksana tersebut, penulis terlebih dahulu
mendefenisikan
tujuan
utama/goals
yang
diinginkan dari pihak manajemen. Selain itu
penulis juga menelaah dan memasukkan
kebijakan yang dikeluarkan manajemen terkait
dengan proses manajemen insiden, sebagai
bagian daripada dokumen. Kebijakan-kebijakan
tersebut antara lain kebijakan mengenai fungsi
dan
tanggungjawab pelaksana program,
kebijakan mengenai kategori insiden, kebijakan
mengenai prioritas insiden, kebijakan mengenai
waktu penanganan insiden, dan kebijakan
mengenai pengukuran kinerja penanganan
insiden.
No
1
2
Aktivitas
Identifika
si insiden
(incident
identifica
tion)
Pencatata
n insiden
(incidentl
ogging)
Elemen Dalam
Aktivitas
ƒ Pemantauan
kesemua
komponen
seharusnya
selalu dimonitor,
sehingga
kesalahan atau
potensial
kesalahan dapat
dideteksi lebih
cepat, dan proses
manajemen
insiden dapat
dimulai secepat
mungkin
ƒ Pendeteksian
insiden, terdapa
servicedesk yang
dapat langsung
dihubungi ketika
ada
permaslaahan
terjadi pada user
ƒ Terdapat ID unik
pada pencatatan
insiden
ƒ Terdaat tanggal
dan waktu pada
pencatatan
insiden
ƒ Terdapat metode
notifikasi pada
ISSN : 2461‐0690
Tujuan
ƒ
ƒ
Memastikan
insiden yang
akan terjadi
dapat
diidentifikasikan
sebelum
menimbulkan
implikasi
negative pada
proses bisnis
yang sedang
berlangsung,
sehingga akan
berkurangnya
good will user
terhadap
palayanan IT.
Sehingga dapat
mencegah
sebelum
terjadinya
insiden. Dan
Pembuatan
laporan
penanganan
insiden yang
sesuai dengan
SOP baik pada
saat terjadi
maupun pada
saat insiden telah
terselesaikan.
Memastikan
dalam
melakukan
pencatatan
informasi
terhadap laporan
insiden yang
masuk secara
detail dan
pencatatan
insiden (misal
telepon,email,ata
u event
monitoring)
ƒ Terdapat data
penelepon/pengg
una pada
pencatatan
insiden (jika
memungkinkan,
informasi kontak
penelepon/penggu
na)
ƒ Terdapat
deskripsi gejala
pada pencatatan
insiden
ƒ Terdapat data
pengguna, lokasi
dan/atau area
bisnis yang
dipengaruhi pada
pencatatan
insiden
ƒ
ƒ
sumbernya dapat
diverifikasi
sebagai dasar
pelaksanaan
proses
penanganan
insiden.
Memastikan
dibuatnya
ringkasan
insiden dan kata
kunci pencarian
kartu insiden.
Menjamin
adanya layanan
IT yang ada
mampu
mendukung
peningkatan
kualitas program
akademik
Penutup
1. Kesimpulan
a. COBIT merupakan sebuah standar tata kelola
TI (IT Governance) yang bersifat generik dan
dapat dikembangkan untuk setiap perusahaan/
organisasi, tergantung kebutuhan perusahaan/
organisasi tersebut. Dengan menggunakan
framework COBIT dapat diketahui kondisi
tingkat kematangan tata kelola TI khususnya
pada Divisi Akademik, dengan kematangan
yang didapatkan yaitu pada level 2, meskipun
telah mengimplementasikan sistem informasi
akademik kurang lebih 4 tahun. Hal ini
mengindikasikan bahwa perkembangan sistem
informasi akademik berlangsung lambat dan
perlu
dilakukan
inovasi
perbaikan.
Rekomendasi
untuk
menuju
tingkat
kematangan 3 bisa dijabarkan berikut ini:
i. Membuat SOP yang jelas mengenai
penanganan insiden
ii. Membuat pencatatan atas setiap insiden
yang muncul
iii. Mendokumentasikan setiap resolusi dari
insiden
iv. Mengadakan training bagi staf pengelola
insiden
b. Unsur-unsur yang terlibat dalam menghasilkan
rancangan strategi perbaikan untuk membuat
dokumen tata laksana manajemen insiden
melalui penggunaan Goal Question Metric
terdapat 6 area yang menjadi landasan
dilakukannya pengukuran perbaikan layanan,
yaitu
metrics
IT Service Documentation,
Insiden yang memenuhi SLA, Insiden yang
19
Volume 2 No 2 – 2016
ijse.bsi.ac.id
IJSE – Indonesian Journal on Software Engineering
memerlukan eskalasi ke level 2nd Level
Support, Insiden yang dapat langsung
diselesaikan, Lamanya penanganan kepada
pelanggan terhadap suatu insiden, dan
Incident detection time. Diantara ke-6 alat
pengukuran tersebut, terdapat 4 area yang
harus diperbaiki dan dilaksanakan. Keempat
metrics
yang harus diperbaiki dan
dilaksanakan
adalah
IT
Services
Documentation, perbaikan incident yang
berdasarkan standar SLA,
lamanya suatu
insiden yang dapat langsung diselesaikan,
lamanya penanganan
kepada pelanggan
terhadap suatu insiden.
c. Rekomendasi perbaikan layanan
yang
dihasilkan untuk membuat dokumen tata
laksana insiden yaitu
berupa penerapan
aplikasi helpdesk yang dapat diakses langsung
oleh pihak pengguna, membuat rancangan
SOP atau prosedur dan kebijakan untuk sistem
kerja menangani proses layanan management,
membuat dokumen SLA untuk sistem kerja
dalam menangani proses layanan incident
management, dan memberikan usulan untuk
staf khusus menangani servicedesk.
2. Saran
a. Penerapan proses rekomendasi hendaknya
diterapkan
diseluruh
divisi
Univeristas
Peradaban, sehingga dapat bermanfaat bagi
keseluruhan organisasi.
b. Aplikasi
helpdesk
harusnya dapat
disempurnakan
sesuai
dengan
yang
direkomendasikan
mengingat
betapa
pentingnya aplikasi helpdesk sebagai suatu
media meningkatkan layanan TI di mata
pelanggan kepada organisasi. Perubahan
proses pelaporan incident yang selama ini
menggunakan telepon dan email ataupun
pesan telegram
segera diubah dan
membiasakan user untuk menggunakan
aplikasi.
c. Diperlukan adanya staf khusus untuk
menangani servicedesk dan tidak merangkap
sebagai staf implementator dan quality
ISSN : 2461‐0690
assurance
mengingat perbaikan dilakukan
sesegera mungkin.
d. Strategi perbaikan layanan tidak hanya
dilakukan para proses layanan incident
management, tetapi kedepannya diharapkan
dapat memberikan strategi untuk prosesproses layanan lainnya yang terkandung dalam
framework ITIL.
e. Diperlukan
pengukuran
kembali
tingkat
kematangan kepada divisi produksi di masa
mendatang menyangkut proses incident
management
agar
improvement
dapat
ditingkatkan.
Daftar Pustaka
[1] A.Pederiva, 2003. The COBIT Maturity
Model in a Vendor Evaluation Case,
Inf.Syst. Control J, Vol.3
[2] Basili, V.R, Caldiera, G. & Rombach, H.D.
1994. The Goal Question Metric
Approach, Encyclopedia of software
engineering
[3] Dokumen Program Kerja SubDivisi
Akademik, tahun 2016
[4] ITGI, 2007. COBIT 4.1
[5] Malhotra.2005.Riset Penelitian,Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
[6] Peraturan Pemerintah RI No. 67 Tahun
2013
tentang
Statuta
Universits
Peradaban, 2013. Bumiayu
[7] Rencana Strategi (RENSTRA) berkaitan
dengan Divisi Akademik dan TIK
(Teknologi Informasi dan
Komunikasi)
tahun 2012-2017
[8] Rencana
Operasional
(RENOP)
Universitas Peradaban, tahun 2012-2017
[9] Singarimbun, S. 1981. Metode Penelitian
Survei. UGM Press, Yogyakarta.
[10] Wisda, 2016, Pengukuran Tingkat
Kematangan IT Governance Pada
Layanan Akademik STMIK AKBA Dengan
Framework COBIT 4.1 (Studi Kasus:
STMIK AKBA Makassar), Journal SpeedSentra Penelitian Engineering dan
Edukasi-Volume 8 No. 1, speed.web.id.
20
Download