Optimalisasi Peran Guru dalam Evaluasi Program Pembelajaran

advertisement
OPTIMALISASI PERAN GURU DALAM EVALUASI
PROGRAM PEMBELAJARAN
Oleh : Dr. S. Eko Putro Widoyoko.
Disampaikan dalam Seminar Nasional Pendidikan
29 Maret 2009 di Universitas Muh. Purworejo
A. Pendahuluan
Undang - undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1
mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara.
Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk
selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan
memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran (instructional quality) karena
muara dari berbagai program pendidikan adalah pada terlaksananya program
pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kualitas
pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran.
Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan kualitas
program pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas pembelajaran adalah
merupakan kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah dirancang
sebelumnya. Upaya peningkatan kualitas program pembelajaran memerlukan informasi
hasil evaluasi terhadap kualitas program pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian,
untuk dapat melakukan pembaharuan program pendidikan, termasuk di dalamnya adalah
program pembelajaran kegiatan evaluasi terhadap program yang sedang maupun telah
berjalan sebelumnya perlu dilakukan dengan baik. Untuk dapat menyusun program yang
lebih baik, hasil evaluasi program sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat
ditinggalkan.
B. Konsep Dasar Evaluasi
Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan
penilaian. (test, measurement,and assessment). Tes merupakan salah satu cara untuk
menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons
seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 2008: 67). Tes
merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa kemampuan
1
peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respons peserta tes terhadap sejumlah
pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes merupakan bagian
tersempit dari evaluasi.
Pengukuran (measurement) dapat didefinisikan sebagai the process by which
information about the attributes or characteristics of thing are determinied and
differentiated (Oriondo,1998: 2). Guilford mendefinisi pengukuran dengan “assigning
numbers to, or quantifying, things according to a set of rules” (Griffin & Nix, 1991: 3).
Pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau
karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel & Frisbie. 1986: 14). Allen & Yen
mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk
menyatakan keadaan individu (Djemari Mardapi, 2000: 1). Dengan demikian, esensi
dari pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau
keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran memiliki konsep yang lebih
luas dari pada tes. Kita dapat mengukur karakateristik suatu objek tanpa menggunakan
tes, misalnya dengan pengamatan, skala rating atau cara lain untuk memperoleh
informasi dalam bentuk kuantitatif.
Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. Popham
(1995: 3) mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha
secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan
pendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan asesmen sebagai proses yang menyediakan
informasi tentang individu siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau
segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem institusi. “processes that provide
information about individual students, about curricula or programs, about institutions,
or about entire systems of institutions” (Stark & Thomas,1994: 46). Berdasarkan
berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa assessment atau penilaian dapat
diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.
Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes.
Stufflebeam dan Shinkfield (1985: 159) menyatakan bahwa :
Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and
judgmental information about the worth and merit of some object’s goals, design,
implementation, and impact in order to guide decision making, serve needs for
accountability, and promote understanding of the involved phenomena.
2
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan
sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari
tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat
keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap
fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi
yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on
Evaluation) dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12), menyatakan bahwa:
Evaluation is the process of ascertaining the decision of concern, selecting
appropriate information, and collecting and analyzing information in order to
report summary data useful to decision makers in selecting among alternatives.
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis
dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan
program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga
bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif
keputusan untuk program selanjutnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses
yang
sistematis
dan
berkelanjutan
untuk
mengumpulkan,
mendeskripsikan,
mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar
membuat keputusan dan atau menyusun kebijakan. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk
memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi
tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi
serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk
mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga
dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan
kebijakan yang terkait dengan program.
C. Program Pembelajaran
Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin (2008: 3 - 4) ada dua pengertian
untuk istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian
secara umum, “program” dapat diartikan sebagai “rencana”. Jika seorang siswa ditanya
oleh guru, apa programnya setelah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah
yang diikuti, maka arti “program” dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan
3
kegiatan yang akan dilakukan setelah lulus. Rencana ini mungkin berupa keinginan
untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, mencari pekerjaan, membantu orang
tua dalam membina usaha, atau mungkin juga belum menenukan program apapun.
Apabila program ini langsung dikaitkan dengan evaluasi progam, maka program
didefinisikan sebagai satu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau
implementasi
dari
suatu
kebijakan,
berlangsung
dalam
program
yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok
orang.
Dalam buku yang lain Suharsimi (2008: 291) mendefinisikan program sebagai
suatu kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Sedangkan Farida Yusuf Tayibnabis
(2000: 9) mengartikan program sebagai segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang
dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Dengan demikian dapat
program diartikan sebagai serangkain kegiatan yang direncanakan dengan seksama dan
dalam pelaksanaannya berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi
dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang. Dalam pengertian tersebut ada
empat unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu:
1. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama. Bukan asal rancangan,
tetapi rancangan kegiatan yang disusun dengan pemikiran yang cerdas dan cermat,
2. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan
yang lain. Dengan kata lain ada keterkaitan antar kegiatan sebelum dengan kegiatan
sesudahnya,
3. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik organisasi formal
maupun organisasi non formal bukan kegiatan individual,
4. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaanya melibatkan banyak orang,
bukan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa ada kaitannya dengan
kegiatan orang lain.
Pembelajaran merupakan salah satu bentuk program, karena pembelajaran yang
baik memerlukan perencanaan yang matang dan dalam pelaksanaanya melibatkan
berbagai orang, baik guru maupun siswa, memiliki keterkaitan antara kegiatan
pembelajaran yang satu dengan kegiatan pembelajaran yang lain, yaitu untuk mencapai
kompetensi bidang studi yang pada akhirnya untuk mendukung pencapaian kompetensi
lulusan, serta berlangsung dalam organisasi. Agar pembelajaran bisa berjalan dengan
4
efektif dan efisien, maka perlu kiranya dibuat suatu program pembelajaran. Program
pembelajaran yang biasa disebut juga dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
merupakan panduan bagi guru atau pengajar dalam melaksanakan pembelajaran.
Program pembelajaran yang dibuat oleh guru tidak selamanya bisa efektif dan dapat
dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah agar program pembelajaran yang telah
dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada program pembelajaran
berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pembelajaran.
D. Kegunaan Evaluasi Program Pembelajaran
Sekurang-kurangnya ada empat kegunaan utama evaluasi program pembelajaran,
yaitu:
1. Mengkomunikasikan program kepada publik
Tidak jarang publik termasuk orang tua siswa mendapat laporan bersifat garis
besar dari media massa tentang efektivitas program sekolah termasuk program
pembelajaran. Laporan demikian biasanya hanya menyajikan angka-angka statistik
tanpa disertai penjelasan secara detail tentang makna dan hal-hal yang tekait. Ada
pula sebagian orang tua menerima laporan tentang program pembelajaran dari
siswanya. Informasi demikian bagaimanapun kurang lengkap. Padahal laporan atau
informasi demikian dapat saja membentuk opini sistem pembelajaran atau bahkan
kinerja guru. Oleh karena itu mengkomunikasikan hasil evaluasi program
pembelajaran yang lengkap akan memiliki keuntungan dan kebaikan bagi guru dan
sekolah. Bagaimanapun orang tua maupun masyarakat luas lainnya memiliki
kepentingan terhadap pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu sekolah memiliki
kewajiban untuk mengkomunikasikan efektivitas program pembelajarannya kepada
orang tua maupun publik lainnya melalui hasil-hasil evaluasi yag dilaksanakan,
dengan demikian publik dapat menilai tentang efektivitas program pembelajaran dan
memberikan dukungan yang diperlukan.
2. Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan
Informasi yang dihasilkan dari evaluasi program pembelajaran akan berguna
bagi setiap tahapan dari manajemen sekolah mulai sejak perencanaan, pelaksanaan
ataupun ketika akan mengulangi dan melanjutkan program pembelajaran. Hasil
evaluasi dapat dijadikan dasar bagi pembuatan keputusan, sehigga keputusan
5
tersebut lebih valid dibandingkan keputusan yang hanya berdasarkan intuisi saja.
Pembuat keputusan biasanya memerlukan informasi yang akurat agar dapat
memutuskan sesuatu secara tepat. Informasi yang akurat tersebut antara lain dapat
diperoleh dari kegiatan evaluasi yang dilaksanakan secara sistematis. Penyediaan
informasi hasil evaluasi bagi pembuatan keputusan tersebut tidak terbatas pada
keputusan oleh kepala sekolah tetapi juga oleh guru. Misalnya guru membuat
keputusan tingkat kelas, sedangkan kepala sekolah membuat keputusan untuk
tingkat sekolah. Masing-masing pembuat keputusan memerlukan informasi dari hasil
evaluasi,karenanya hal ini harus diperhatikan ketika rencana evaluasi dikembangkan.
3. Penyempurnaan program yang ada
Evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik dapat
membantu
upaya-upaya
dalam
rangka
menyepurnakan
jalannya
program
pembelajaran sehingga lebih efektif. Dengan instrumen yang ada, hasil yang dicapai
dapat diukur dan didiagnosis. Berbagai kelemahan dan kendala yang mungkin
timbul dapat ditemukan dan dikenali, kemudian dianalisis serta ditentukan alternatif
pemecahannya yang paling tepat. Komponen-komponen dalam sistem pembelajaran
yang memiliki kekurangan dan kelemahan dapat dipelajari dan dicari solusinya.
Berdasarkan hasil evaluasi akan dapat diperoleh informasi tentang dampak dari
berbagai aspek program terhadap siswa, dan berhasil juga teridentifikasi berbagai
faktor yang perlu diperhatikan atau perlu penyempurnaan, misalnya kinerja guru,
fasilitas pembelajaran, strategi pembelajaran yang digunakan, dan sebagainya.
Singkatnya evaluasi program pembelajaran data berfungsi sebagai koreksi terhadap
kesalahan maupun kekurangan program pembelajaran.
4. Meningkatkan partisipasi
Dengan adanya informasi hasil evaluasi program pembelajaran, maka orang
tua atau masyarakat akan terpanggil untuk berpartisipasidan ikut mendukung upayaupaya peningkatan kualitas pembelajaran. Hasil evaluasi progam pembelajaran yang
dimasyarakatkan akan menggugah kepedulian masyarakat terhadap program
pembelajaran, menarik perhatiannya, dan akhirnya akan menumbuhkan rasa ikut
memiliki (self of belonging). Apabila hal ini terbina dengan baik, maka akan tercipta
suatu control yang ikut memacu dan mengawasi kualitas pembelajaran. Selain itu,
evaluasi juga merupakan upaya meningkatkan motivasi guru untuk meningkatkan
6
kinerjanya. Informasi hasil evaluasi akan memberikan konfirmasi tentang
komponen-komponen program pembelajaran yang masih lemah dan perlu
ditingkatkan. Bagi siswa informasi hasil evaluasi yang berupa kemajuan hasil belajar
siswa juga mempunyai manfaat untuk meningkatkan motivasi belajar.
E. Objek Evaluasi Pembelajaran
Berdasarkan asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas
beberapa unsur, yaitu masukan, proses dan keluaran/hasil; maka objek atau sasaran
evaluasi program pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: evaluasi masukan,
proses dan keluaran/hasil pembelajaran.
1. Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada penilaian karakteristik peserta
didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik
dan kesiapan guru, kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang
sesuai dengan mata pelajaran, serta keadaan lingkungan di mana pembelajaran
berlangsung.
2. Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada penilaian pengelolaan pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru meliputi kinerja guru dalam kelas, keefektifan media
pembelajaran, iklim kelas, sikap dan motivasi belajar siswa.
3. Penilaian hasil pembelajaran merupakan upaya untuk melakukan pengukuran
terhadap hasil belajar siswa, baik menggunakan tes maupun non tes, dalam hal ini
adalah penguasaan kompetensi oleh setiap siswa sesuai dengan karakteristik masing
– masing mata pelajaran .
Terkait dengan ketiga objek atau sasaran evaluasi program pembelajaran tersebut,
menurut Pusat Pengembangan
Sistem
Pembelajaran
Lembaga
Pengembangan
Pendidikan Universitas Sebelas Maret (2007: 5) dalam praktek pembelajaran secara
umum, pelaksanaan evaluasi program pembelajaran menekankan pada evaluasi proses
pembelajaran atau evaluasi manajerial, dan evaluasi hasil belajar atau evaluasi
substansial. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran
kedua jenis evaluasi tersebut merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat
penting. Evaluasi kedua jenis komponen yang dapat dipergunakan untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan pelaksanaan dan hasil pembelajaran. Selanjutnya masukan
tersebut pada gilirannya dipergunakan sebagai bahan dan dasar memperbaiki kualitas
proses pembelajaran menuju ke perbaikan kualitas hasil pembelajaran. Dengan kata lain
7
untuk memperbaiki kualitas hasil belajar siswa harus didahului dengan perbaikan
terhadap kualitas proses pembelajaran.
Dalam konsep manajemen mutu, menurut Sudarwan Danim (2007: 12 -13) mutu
pendidikan dilihat dari empat perspektif, yaitu masukan, proses, luaran atau prestasi
belajar, dan dampak atau utilitas lulusan. Dengan demikian, kebiasaan menilai mutu
proses pembelajaran hanya dengan melihatnya dari prestasi belajar siswa semata
tidaklah tepat. Dilihat dari pendekatan sistem pemecahan masalah, prestasi belajar siswa
yang buruk bukanlah masalah, melainkan gejala atau indikator adanya masalah. Disebut
bukan masalah karena prestasi belajar siswa yang buruk adalah sebuah realitas. Rahasia
mengenai factor-faktor apa yang mempengaruhi buruknya hasil belajar siswa, strategi
manajemen sekolah macam apa yang harus diterapkan, strategi pembelajaran apa yang
harus dikemas agar siswa tahu bagaimana memecahan masalahnya sendirilah yang
menjadi masalah.
Berdasarkan beberapa asumsi dan pendapat di atas, secara ringkas dapat
disimpulkan bahwa objek evaluasi program pembelajaran yang pokok harus mencakup
dua hal, yaitu:
1. Aspek manajerial, yaitu implementasi rancangan pembelajaran yang telah disusun
oleh guru dalam bentuk proses pembelajaran, atau disebut juga dengan evaluasi
kualitas proses pembelajaran.
2. Aspek substansial, yaitu hasil belajar siswa setelah mengikuti serangkaian proses
pembelajaran yang dirancang oleh guru, atau disebut juga dengan penilaian hasil
belajar siswa, baik menggunakan tes maupun non tes.
F. Evaluator Program Pembelajaran
Ada dua kemungkinan asal (dari mana) orang untuk dapat menjadi evaluator
program ditinjau dari program yang akan dievaluasi. Masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Menentukan asal evaluator harus mempertimbangkan
keterkaitan orang yang bersangkutan dengan program yang akan dievaluasi.
Berdasarkan pertimbangan tersebut Suharsimi Arikunto dan Cep Safrudin (2008: 23 –
25) mengklasifikasikan evaluator menjadi dua macam, yaitu evaluator dari dalam
(internal evaluator) dan evaluator dari luar (external evaluator).
8
1. Evaluator dari dalam
Yang dimaksud dengan evaluator dari dalam adalah petugas evaluasi program
yang sekaligus merupakan salah saeorang dari anggota pelaksana program yang
evaluasi. Berdasarkan batasan tersebut maka dalam evaluasi program pembelajaran
guru menjadi evaluator dari dalam karena guru selain sebagai perencana sekaligus
pelaksana program pembelajaran mempunyai kewajiban menilai, sikap dan perilaku
maupun partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, juga mempunyai kewajiban
menilaihasil belajar siswa. Adapun kelebihan dan kekurangan evaluator dari dalam
antara lain:
Kelebihan Evaluator dari dalam
a. Evaluator memahami betul program yang akan dievaluasi sehingga kekhawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya sasaran tidak perlu ada. Dengan
kata lain, evaluasi tepat pada sasaran.
b. Karena evaluator adalah orang dalam, pengambil keputusan tidak banyak
mengeluarkan waktu dan biaya yang cukup banyak
Kekurangan Evaluator dari dalam
a. Adanya unsur subjektivitas dari evaluator, sehingga berusaha menyampaikan
aspek positif dari program yang dievaluasi dan menginginkan agar kebijakan
tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator
internal dapat dikhawatirkan akan bertindak subjektif.
b. Karena sudah memahami seluk belum program, jika evaluator kurang sabar,
kegiatan evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa sehingga kurang
cermat.
2. Evaluator dari luar
Yang dimaksud dengan evaluator dari luar adalah orang-orang yang tidak
terkait dengan implementasi program. Mereka berada di luar dan diminta oleh
pengambil keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran.
Termasuk evaluator eksternal dalam evaluasi program pembelajaran di antaranya
evaluasi yang dilakukan petugas yang ditunjuk oleh kepala sekolah maupun evaluasi
yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh dinas pendidikan.
9
Kelebihan Evaluator dari luar
a. Karena tidak berkepentingan atas keberhasilan program pembelajaran, evaluator
dari luar dapat bertindak secara efektif selama melaksanakan evaluasi dan
mengambil kesimpulan. Apapun hasil evaluasi tidak akan ada respon emosional
dari evaluator karena tidak ada keinginan untuk memperlihatkan bahwa program
tersebut berhasil. Kesimpulan yang dibuat akan lebih sesuai dengan keadaan dan
kenyataan yang sebenarnya.
b. Seorang ahli yang ditunjuk biasanya akan mempertahankan kredibilitas
kemampuannya, dengan begitu ia akan bekerja secara serius dan hati – hati.
Kekurangana Evaluator dari luar
a. Evaluator dari luar biasanya belum mengenal lebih dalam tentang program
pembelajaran yang akan dievaluasi. Hal itu wajar karena evaluator tidak ikut
dalam proses kegiatannya. Mereka berusaha mengenal dan mempelajari seluk
belukprogram tersebut setelah mendapat permintaan untuk mengevaluasi.
Dampak dari kekurang pengetahuan tersebut memungkinkan kesimpulan yang
diambil kurang tepat.
b. Pemborosan waktu dan biaya, pengambil keputusan harus mengeluarkan waktu
dan biaya untuk membayar evaluator tersebut.
Melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing evaluator, serta untuk
lebih mengoptimalkan peran guru dalam evaluasi program pembelajaran, maka
sebaiknya evaluator dalam evaluasi program pembelajaran merupakan kombinasi
antara evaluator dari dalam dan evaluator dari luar. Sebagai contoh untuk evaluasi
program pembelajaran pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran berkenaan
dengan satu kompetensi dasar atau satu pokok bahasan evaluasi dilakukan oleh guru
yang merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sedangkan untuk
evaluasi program pembelajaran pada setiap akhir semester atau pada akhir tahun
dapat dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk dan diberi tanggung jawab oleh
pimpinan sekolah, baik itu dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum
maupun bagian tertentu yang bertanggung jawab terhadap manajemen mutu sekolah.
10
G. Kesimpulan
Peningkatan kualitas pembelajaran membutuhkan adanya peningkatan kualitas
program pembelajaran secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Untuk meningkatkan kualitas program pembelajaran membutuhkan informasi tentang implementasi
program pembelajaran sebelumnya. Hal dapat diperoleh dengan dilakukannya evaluasi
terhadap program pembelajaran secara periodik.
Untuk lebih mengoptimalkan hasil evaluasi program pembelajaran maka peran
guru perlu lebih ditingkatkan. Kalau selama ini guru hanya sebagai perancang dan
pelaksana program, maka ke depan perlu dilibatkan sebagai evaluator terhadap program
pembelajaran. Dalam evaluasi program pembelajaran guru tidak cukup hanya menilai
hasil belajar siswa saja, tetapi perlu mengevaluasi proses pembelajaran yang telah ber
langsung sebelumnya. Untuk dapat melaksanakan peran sebagai evaluator program
pembelajaran dengan baik, guru perlu dibekali pengetahuan dan kecakapan tentang
evaluasi program pembelajaran (instructional program evaluation), mulai dari konsep,
pemilihan model-model evaluasi program, penyusunan instrumen evaluasi sampai
penyusunan laporan hasil evaluasi program pembelajaran.
11
PUSTAKA
Djemari Mardapi. (2000). Evaluasi pendidikan. Makalah disampaikan pada Konvensi
Pendidikan Nasional tanggal 19 – 23 September 2000 di Universitas Negeri Jakarta.
Djemari Mardapi. ( 2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. Yogyakarta: Mitra
cendekia
Ebel, R.L. & Frisbie, D.A. (1986). Essentials of educational measurement. Englewood
Cliffs: Prentice- Hall, Inc.
Farida Yusuf Tayibnapis. (2000). Evaluasi program. Jakarta: Rineka Cipta
Griffin, P. & Nix, P. (1991). Educational assessment and reporting. Sydney: Harcout Brace
Javanovich, Publisher.
Popham, W. J. (1995). Classroom assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Oriondo, L. L. & Antonio, E. M.D. (1998). Evaluating educational outcomes (Test,
measurement and evaluation). Manila: Rex Book Store
Stark, J.S. & Thomas, A. (1994). Assessment and program evaluation. Needham Heights:
Simon & Schuster Custom Publishing.
Stufflebeam, D.L. & Shinkfield, A.J. (1985). Systematic evaluation. Boston: Kluwer Nijhof
Publishing.
Sudarwan Danim. (2007). Visi baru manajemen sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Suharsimi Arikunto dan Cep Safrudin A.J. (2008). Evaluasi program pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto. (2008). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Pekerti-AA PPSP LPP Universitas Sebelas Maret. (2007). Panduan evaluasi
pembelajaran. Solo: Pusat Pengembangan Sistem Pembelajaran Lembaga
Pengembangan Pendidikan UNS.
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
12
Download