Mata Kuliah / Materi Kuliah - Dwi Retno Andriani, SP.,MP

advertisement
MANAJEMEN KEUANGAN :
Break Even Point
Riyanti Isaskar, SP, M.Si
Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture,
Universitas Brawijaya
Email : [email protected]
A. DESKRIPSI MODUL
B. KEGIATAN BELAJAR
1. Tujuan Pembelajaran
2. Uraian Materi Belajar
a. Pengertian BEP
b. Metode Perhitungan BEP
C. TUGAS KEGIATAN
BELAJAR
B. KEGIATAN BELAJAR
1.
Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah mempelajari bagian ini, Saudara diharapkan
dapat:

Mampu menjelaskan pengertian dan manfaat analisis
BEP

Mampu menjelaskan dan menerapkan metodemetode perhitungan BEP
9
SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT
(SPEED)
A. DESKRIPSI MODUL
Setiap kegiatan produksi dari suatu perusahaan adalah
untuk
menghasilkan
keuntungan
yang
maksimal.
Tercapainya keuntungan yang maksimal menjadi indikator
keberhasilan manajemen perusahaan. Untuk mencapai hal
tersebut, perusahaan harus mampu mengendalikan unsurunsur yang mempengaruhi laba, yaitu: biaya produksi,
jumlah barang/jasa yang harus diproduksi serta harga
jualnya. Modul ini menjelaskan pengertian Break Even Point
(BEP) dalam proses produksi sebuah perusahaan serta
pentingnya analisis BEP dalam rangka mengoptimalkan
keuntungan perusahaan. Modul ini juga menjelaskan metode
perhitungan BEP, yakni melalui pendekatan grafik dan
pendekatan matematik.
MODUL
Break Even Point
2.
Brawijaya University
2012
Uraian Materi Belajar
Pengertian Break Even Point
Break even point atau titik impas dapat diartikan sebagai suatu
keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh
laba dan tidak menderita rugi (penghasilan = total biaya). (Munawir,
1986). Menurut Rosyandi (1985) break even point merupakan titik
produksi dimana hasil penjualan akan tepat sama dengan total biaya
produksi.
Munawir (1986) menyatakan bahwa analisa break even point
merupakan suatu analisa yang ditujukan untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak menderita kerugian (keuntungan=0). Melalui analisa BEP
dapat dibuat perencanaan penjualan, sekaligus perencanaan tingkat
produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian.
Selanjutnya karena harus untung berarti perusahaan harus berproduksi di
atas BEP atau titik impas. (Rosyandi, 1985).
Analisis break even point digunakan untuk menentukan hal-hal
sebagai berikut: (1) jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan
agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah penjualan minimum
ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus dibuat, (2) jumlah
penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah
direncanakan atau dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus
ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut, (3) mengukur dan menjaga
agar penjualan dan tingkat produksi tidak lebih kecil dari BEP, dan (4)
menganalisis perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil
penjualan atau tingkat produksi. Sehingga analisis terhadap BEP
merupakan suatu alat perencanaan penjualan dan sekaligus perencanaan
tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami
kerugian. Selanjutnya karena harus memperoleh keuntungan berarti
perusahaan harus berproduksi di atas BEP-nya (Prawirasentono, 1997).
Manfaat analisis BEP menurut Sutrisno (2000) adalah: (1)
perencanaan produksi dan penjualan sesuai target laba yang diinginkan,
(2) perencanaan harga jual normal atas barang yang dihasilkan untuk
mencapai laba yang ditargetkan dengan memproyeksikan target
penjualan, (3) perencanaan dan pemilihan metode produksi yang
digunakan dan (4) penentuan titik tutup pabrik (shut down point), yaitu
ketika penjualan tidak mampu menutup biaya variabel dan biaya tetap
tunai.
Dalam menggunakan analisis BEP, harus dipenuhi asumsi-asumsi
dasar sebagai berikut:
1. Biaya di dalam perusahaan digolongkan kedalam dua jenis biaya,
yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Jika ada biaya semi variabel
harus dialokasikan kedalam dua jenis biaya tersebut.
2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara
proporsionil dengan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa
biaya variabel per unitnya adalah tetap sama.
3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada
perubahan volume produksi/penjualan. ini berarti bahwa biaya tetap
per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume
kegiatan.
4. Harga jual per unit tidak berubah selama periode analisis.
Page 2 of 7
Break Even Point
Brawijaya University
2012
5. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila
diproduksi lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan
penjualan antara masing-masing produk harus tetap.
Metode Perhitungan BEP
Untuk menentukan BEP suatu usaha bisnis dapat digunakan beberapa
cara yaitu: (1) pendekatan trial and error, (2) pendekatan grafik, dan (3)
pendekatan matematis. Perhitungan break-even point dengan pendekatan
trial and error (coba-coba), yaitu dengan menghitung keuntungan operasi
dari suatu volume produksi/penjualan tertentu dan terus diulang hingga
menghasilkan volume produksi/penjualan yang menghasilkan keuntungan
=0 (Total Revenu=Total Cost).
Apabila perhitungan menghasilkan
keuntungan
maka
hitung
kembali
dengan
mengambil
volume
penjualan/produksi yang lebih rendah sebaliknya jika hasil perhitungan
mengalami kerugian maka hitung kembali dengan mengambil volume
penjualan/produksi yang lebih besar.
Demikian dilakukan seterusnya
hingga dicapai volume penjualan/produksi di mana penghasilan penjualan
tepat sama dengan besarnya biaya total. Contoh: Suatu perusahaan
bekerja dengan biaya tetap sebesan Rp 300.000. Biaya variabel per unit
Rp 40. Harga jual per unit Rp l00. Kapasitas produksi maksimal 10.000
unit. BEP usaha ini dihitung dengan cara coba-coba dengan menghitung
keuntungan saat volume produksi 6.000 unit. Dengan volume produksi
6.000 unit maka dapat dihitung keuntungan operasi sebagai berikut:
Π = Q x P – (FC + (Q x VC))
= (6.000 x Rp 100) – (Rp 300.000,00 + (6.000 x Rp 40))
= Rp 600.000 - (Rp 300.000 + Rp 240.000)
= Rp 60.000
Pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan
keuntungan. Ini berarti bahwa break-even pointnya terletak di bawah
6.000 unit. Hitung kembali dengan memisalkan volume penjualannya
sebesar 4.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
= (4.000 x Rp 100) — (Rp 300.000 + (4.000 x Rp 40))
= Rp 400.000 — (Rp 300.000 + Rp160.000)
= - Rp 60.000,00
Pada volume 4.000 unit ternyata diderita kerugian sebesar Rp 60.000
sehingga break-even pointnya lebih besar dari 4.000 unit. Misalkan
volume penjualannya 5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai
berikut:
= (5.000 x Rp 100) — (Rp 300.000 + (5.000 x Rp 40))
= Rp 500.000
— (Rp 300.000 + Rp 200.000)
= Rp 0.
Ternyata pada volume produksi penjualan 5.000 unit tercapai break-even
point dimana keuntungan nettonya sama dengan nol.
Pendekatan grafik dilakukan dengan menggambarkan unsur-unsur
biaya dan penghasilan kedalam sebuah gambar grafik. Dalam gambar
Page 3 of 7
Break Even Point
Brawijaya University
2012
tersebut akan terlihat garis-garis biaya tetap, biaya total yang
menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis
penghasilan penjualan. Besarnya volume produksi/penjualan dalam unit
digambarkan pada sumbu horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan
penghasilan penjualan digambarkan pada sumbu vertikal (sumbu Y).
Untuk menggambarkan garis biaya tetap dalam grafik break even
point dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggambarkan
garis biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X, atau dengan
menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel.
Pada cara yang kedua, besarnya contribution margin akan tampak pada
gambar break even point tersebut.
Penentuan break even point pada grafik, yaitu pada titik dimana
terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya
total. dan Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah
sampai sumbu X akan tampak besarnya break even point dalam unit. dan
Kalau titik itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y,
akan tampak besarnya break even point dalam rupiah.
Untuk jelasnya, perhatikan contoh berikut ini: Suatu perusahaan
beroperasi dengan biaya tetap sebesar Rp 300.000, biaya variabel per unit
Rp 40. Harga jual produk per unit Rp l00. Kapasitas produksi maksimal
10.000 unit. Dengan dua cara dalam menggambarkan garis biaya tetap,
atas dasar data tersebut, kita dapat membuat dua gambar break even
point
Gambar 1. Grafik BEP dengan Biaya Tetap Sejajar Sumbu X
Page 4 of 7
Break Even Point
Brawijaya University
2012
Gambar 2. Grafik BEP dengan Biaya Tetap yang Sejajar Garis Biaya Variabel
Dari Gambar 1 dan Gambar 2 tersebut terlihat bahwa break even
point tecapai pada volume penjualan sebesar Rp 500.000 atau dinyatakan
dalam unit sebanyak 5.000 unit. Pada Gambar 2. adalah lebih baik karena
pada gambar tersebut tampak konsep contribution margin. Dalam gambar
tersebut break-even point tercapai pada volume kegiatan di mana
contribution margin (yaitu penghasilan penjualan minus biaya variabel)
tepat sama besarnya dengan biaya tetap, yaitu pada volume penjualan Rp
500.000 atau dalam unit sebanyak 5.000 unit.
Perhitungan BEP dengan pendekatan matematis menggunakan rumus
aijabar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (a) atas dasar unit dan
(b) atas dasar nilai penjualan dalam rupiah.
a. Perhitungan BEP atas dasar unit dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus:
BEP (Q) =
FC
P−V
............................................................ (1)
dimana
P = harga jual per unit
V = biaya variabel per unit
FC = biaya tetap
Q = jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual.
Dari contoh di atas dapat dihitung secara langsung dalam unit
dengan menggunakan rumus pada persamaan 1 dan hasilnya adalah
sebagai berikut:
BEP =
Rp 300.000
= 5.000 unit
Rp 100 − Rp 40
b. Perhitungan break-even point atas dasar nilai penjualan dalam rupiah
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus aljabar sebagai
berikut:
BEP =
FC
1−
VC
S
............................................................... (2)
dimana:
Page 5 of 7
Break Even Point
Brawijaya University
2012
FC = biaya tetap
VC = biaya variabel
S = volume penjualan
Dengan menggunakan contoh pada bagian sebelumnya, BEP
penjualan yang dinyatakan dalam rupiah dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2 sebagai berikut:
BEP =
Rp 300.000
Rp 400.000
1 − Rp 1.000.000
= Rp 500.000
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa volume
penjualan BEP yang dinyatakan dalam rupiah sebesar Rp 500.000.
Apabila volume penjualan tersebut dibagi dengan harga jual per
unit, hasilnya menunjukkan break-even point dalam unit yaitu:
=
Rp 500.000
= 5.000 unit
Rp 100
Dalam analisa BEP perlu pula dipahami konsep Margin of Safety.
Margin of safety merupakan batas penurunan penjualan yang bisa ditolerir
oleh perusahaan agar tidak menderita kerugian (Sutrisno, 2000).
Besarnya margin of safety dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑜𝑓 𝑠𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 − 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑘 𝑒𝑣𝑒𝑛
=
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
× 100%
Margin of Safety merupakan angka yang menunjukkan jarak antara
penjualan yang direncanakan atau dibudgetkan (budgeted Sales) dengan
penjualan pada break even. Dengan demikian maka margin of safety
adalah juga menggambarkan batas jarak, dimana kalau berkurangnya
penjualan melampaui batas jarak tersebut, perusahaan akan menderita
kerugian. Dari contoh, besamya margin of safety dapat dihitung sebagai
berikut:
𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑜𝑓 𝑠𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 =
𝑅𝑝 1.000.000 − 𝑅𝑝 500.000
× 100% = 50%
𝑅𝑝 1.000.000
Angka margin of safety sebesar 50% menunjukkan jika jumlah
penjualan yang nyata berkurang atau menyimpang lebih besar dari 50%
(dari penjualan yang direncanakan) perusahaan akan menderita kerugian.
Kalau berkurangnya penjualan hanya 40% dari yang direncanakan,
perusahaan belum menderita kerugian.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makin kecil margin of safety
berarti makin cepat perusahaan menderita kerugian dalam hal adanya
penurunan jumlah penjualan yang nyata. Untuk membedakan batas
penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian dinyatakan dalam angka
absolut dan dalam angka relatif, kadang-kadang digunakan dua macam
istilah. Untuk batas penyimpangan yang absolut digunakan istilah “margin
of Safety” dan untuk batas penyimpangan dalam angka yang relatif
(dalam persentase dari penjualan) digunakan istilah “margin of safety
ratio”. Untuk contoh tersebut di atas besarnya margin of safety adalah Rp
500.000 dan besarnya margin of safety ratio adalah 50%.
Page 6 of 7
Break Even Point
Brawijaya University
2012
C. TUGAS KEGIATAN BELAJAR
1. Buatlah ringkasan tentang konsep break even point dan analisis break
even point termasuk metode perhitungannya kemudian presentasikan
pada kegiatan tutorial?
2. Jelaskan manfaat penggunaan analisis BEP serta buatlah contoh
penggunaan analisis BEP dengan menggunakan pendekatan matematis
dan grafik pada usaha pertanian atau agroindustri?
REFERENSI
Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Penerbit
EKONISIA, Yogyakarta.
Sanjaya, Ridwan & Inge, Berlian. 2003. Manajemen Keuangan. Jilid 1 & 2.
Edisi ke empat. Literata Lintas Media.
Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Aditya Media. Yogyakarta
Page 7 of 7
Download