I Farmakologi dasar

advertisement
I Farmakologi dasar
Yang dipelajari dan sebagai dasar dari praktikum farmakologi adalah cara-cara
pemberian obat dan faktor yang mempengaruhi pemberian obat. Cara pemberian obat
sangat penting artinya karena setiap jenis obat berbeda penyerapannya oleh tubuh dan
sangat bergantung pada lokasi pemberian. Sedangkan faktor yang mempengaruhi
pemberian obat ini juga sangat penting bergantung pada kondisi individu, jenis kelamin
dan spesies hewan laboratorium.
1. Cara pemberian obat
Kesetaraan jumlah obat dalam sediaan, belum tentu menghasilkan kadar obat
yang seimbang dalam darah dan jaringan, hal tersebut dinamakan “ekuivalensi biologik”
atau
“bioekuivalensi”. Ada dua sediaan obat yang berekuivalensi kimia tetapitidak
berekuivalensi biologik disebut “ bioinekuivalensi”. Hal tersebut terutama terjadi pada
obat yang absorpsinya lambat karena sukar larut dalam cairan cerna, misalnya digoksin
dan difenilhidantoin. Obat yang mengalami metabolisme selama absorpsinya, misalnya
eritromisin dan levodopa. Perbedaan bioavailabilitas sampai 10% biasanya tidak
menimbulkan perbedaan yang berarti terhadap efek klinisnya, yang artinya terjadi
“ekuivalensi terapi”. Bioekuivalensi lebih dari 10% dapat menimbulkan “inekuivalensi
terapi”, terutama untuk obat yang indek terapinya sempit, mislnya digoksin,
difenilhidantoin, teofilin.
a) oral
Ini adalah cara pemberian yang paling umum karena mudah, aman dan murah.
Kerugiannya banyanyak faktor dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya, yaitu: obat
dapat mengiritasi saluran cerna, perlu kerjasama dengan penderita, sehingga tidak dapat
dilakukan bila pasien koma. Absorpsi obat terjadi secara difusi pasif, oleh sebab itu obat
harus mudah larut dalam lemak dan dalam bentuk non-ionik. Absorpsi obat dalam usus
halus lebih cepat karena epitel usus halus permukaannya luas karena berbentuk vili yang
berlipat. Sedngkan da;am lambung lebih lambat karena dindingnya tertutup lapisan
mukus yang tebal.
b) Injeksi subkutan
Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Pada
umumnya absorpsi terjadi secara lambat dan konstant sehingga efeknya bertahan lama.
Obat bentuk suspensi diserap lebih lambat daripada larutan. Pemberian obat yang
dicampur dengan obat vasokonstriktor juga dapat memperlambat absorpsi obat tersebut.
Obat bentuk padat yang ditanamkan dibawah kulit dapat diabsorpsi selama beberapa
minggu atau beberapa bulan.
c) Intraperitoneal
Suntikan cara ini tidak lazim dilakukan pada manusia, tetapi sering dilakukan
pada hewan laboratorium terutama mencit dan tikus. Obat yang disuntuikkan dalam
rongga peritonium akan diabsorpsi cepat, sehingga reaksi obat akan cepat terlihat.
d) Intra muskuler.
Pemberian obat melalui cara ini sering dilakukan pada manusia dan hewan, tetapi
untuk hewan coba seperti mencit dan tikus jarang dilakukan. Obat yang diberikan dengan
cara ini akan diabsorpsi relatif kurang cepat. Daya kelarutan obat dalam air sangat
menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi. Obat yang sukar larut dalam air dapat
mengendap di tempat suntikan, sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan
tidak teratur.
e) Per-rektal
Pemberian obat dengan cara ini, absorpsinya relatif lambat karena daya absorpsi
rektum tidak sperti pada usus.
f) Inhalasi
Pemberian obat cara ini hanya dapat dilakukan pada obat-obat yang berbentuk
larutan mudah menguap. Absorpsinya terjadi melalui epitel paru-paru dan mukosa
saluran nafas. Absorpsi obat terjadi dengan cepat karena permukaan absorpsinya luas.
Pemberian obat dengan cara ini cukup susah dan kurang baik karena: perlu alat yang
khusus, sukar mengatur dosisnya dan obatnya dapat mengiritasi epithel paru.
g) Intra-vena
Pemberian obat dengan cara ini , obat tidak mengalami absorpsi, maka kadar obat
dalam darah dapat diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat disesusaikan langsung dengan
penderita.
Praktikum cara pemberian obat:
Tujuan:
- Mahasiswa dilatih untuk mengetahui cara pemberian obat
-
Mahasiswa dilatih untuk mengetahui bagaimana pengaruh obat yang
diberikan secara berbeda rute pemberian
Cara:
- Setiap kelompok mahasiswa mendapatkan 3 ekor mencit
- Dalam satu kelas dibagi menjadi dua kelompok besar (I dan II)
Bahan:
-
Timbang mencit untuk menentukan dosis obat yang akan diberikan
-
Obat diberikan secara oral, subkutan dan intra-peritoneal
-
Amati pengaruh atau efek dari obat
-
Hitung waktu sejak obat diberikan sampai terjadi efek
- Urethan dengan dosis 1800 mg/Kg berat badan
-
Urethan dilarutkan dalam 10% aquades steril
Tabel 1. Kelompok……., waktu pengaruh pemberian obat sejak obat diberikan sampai
terjadi efek.
No
Berat
mencit
mencit
Dosis
Rute pemberian
(volume pemberian)
1
Per- oral
2
subkutan
3
Intra peritoneal
Waktu efek
Tabel 2.Perbedaan waktu terjadinya efek diantara rute pemberian (Kelompok 1-4 atau 48), buatlah rata-ratanya dan standar deviasinya.
Kelompok Kelompok Efek
besar
kecil
X+SD
peroral
Efek
X+SD
subkutan
Efek
intraperitoneal
1
2
I
3
4
5
6
II
7
8
Dari hasil data yang anda peroleh hitung secara statistik:
1. perbedaan kecepatan efek diantara tiga perlakuan pemberian
2. Beda kecepatan efek diantara kedua kelompok besar (I vs II)
3. Bagaimana kesimpulan saudara
X+SD
Download