pajak penghasilan pasal 21

advertisement
PPh I
(PPh Orang Pribadi)
Silabus Pengajaran
1.
- Definisi Orang Pribadi ( Kegiatan Usaha/Pekerjaan bebas/Pegawai)
- Prinsip Perpajakan-Menentukan Orang Pribadi
- Prinsip UU PPh Menentukan OP sebagai subyek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar
negeri
 Definisi Domisili Fiskal atau Residen Fiskal
 Keluarga sebagai Subyek Pajak Orang Pribadi
2.
- Definisi Penghasilan
- Pengelompokan Penghasilan (Final & Non Final)
- Contoh –Contoh Penghasilan
-Penghasilan yang Dikecualikan sebagai obyek Pajak
3.
- Saat Timbulnya Utang PPh dan Saat Pemajakannya ( PPh 25 & PPh 29)
- Sistem Self Assesment ( Menghitung, Membayar dan Menyetor)
- Penghitungan Pajak Penghasilan ( Norma & Pembukuan)
Silabus Pengajaran
4.
5.
- Unsur-Unsur Pernghitungan PPh Terutang :
 Penghasilan Netto
 Zakat
 Kompensasi Kerugian
 PTKP
 Tarif Pajak ( PPh Terutang )
 Kredit Pajak
Perhitungan PPh Terutang bagi WP OP Usahawan dan aplikasi pada SPT Tahunan:
 Penghasilan Bruto
 Norma Penghitungan Penghasilan Netto
 Penghasilan Netto
 PTKP
 PPh Terutang
 Kredit Pajak
Silabus Pengajaran
6.
Perhitungan PPh Terutang bagi WP OP Yang Melakukan Pekerjaan Bebas dan Aplikasi
pada SPT Tahunan :
 Penghasilan Bruto
 Norma Penghitungan Penghasilan Netto
 Penghasilan Netto
 PTKP
 PPh Terutang
 Kredit Pajak
7. Perhitungan PPh Terutang bagi WP OP Karyawan dan Aplikasi pada SPT Tahunan:
 Penghasilan Bruto
 Norma Penghitungan Penghasilan Netto
 Penghasilan Netto
 PTKP
 PPh Terutang
 Kredit Pajak
DASAR HUKUM
 UU
No. 28 Tahun 2007 (KUP)
 UU No. 36 Tahun 2008 ( Pajak
Penghasilan )
 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-536/PJ/2000 tentang Norma
Penghitungan Penghasilan Netto
DEFINISI SUBJEK PAJAK
Yaitu pihak yg menjadi sasaran atau dimaksud oleh UU utk membayar pajak atau
memikul beban pajak.
Orang pribadi
Manusia yg masih hidup
Warisan yang belum terbagi
Dasar Subyek pajak
PPh
Badan
PT, CV, BUMN, BUMD, firma, kongsi,dsb
BUT
 4 pihak yg mjd sasaran UU utk memikul beban PPh sesuai UU PPh pasal 2 ayat (1)
1. a. Orang pribadi
b. Warisan yg belum terbagi sbg satu kesatuan menggantikan yg berhak
2. Badan
3. Bentuk usaha tetap
Kewajiban
Subyek Pajak Dalam Negeri
Subyek Pajak Luar Negeri
Subyek Pajak Orang
Pribadi
Jenis
Melakukan Kegiatan Usaha /
Pekerjaan Bebas
Karyawan /Pegawai
Prinsip UU PPh menentukan orang pribadi sbg subjek pajak dalam negeri dan
subyek pajak luar negeri
• UU PPh menentukan jika orang pribadi yg berdomisili di Indonesia adalah subyek
pajak orang pribadi dalam negeri (asas domisili bukan asas kewarganegaraan).
Orang pribadi yg tidak berdomisili di Indonesia bukan subyek pajak karena tidak
tunduk pd hukum pajak yg berlaku di Indonesia.
• Orang pribadi yg tidak berdomisili di Indonesia akan tunduk pada hukum pajak
Indonesia jika:
1. Orang pribadi yg tidak berdomisili di Indonesia melakukan kegiatan/
menjalankan usaha di Indonesia melalui bentuk usaha tetap di Indonesia( asas
bentuk usaha tetap). Orang pribadi tsb mjd subjek pajak orang pribadi luar
negeri bentuk usaha tetap/ subyek pajak BUT.
2. Orang pribadi yg tidak berdomisili di Indonesia menerima/ memperoleh
penghasilan yg bersumber dari Indonesia (asas sumber) tanpa melalui bentuk
usaha tetap Indonesia. Orang pribadi tsb mjd subyek pajak orang pribadi luar
negeri selain bentuk usaha tetap (subyek pajak orang pribadi luar negeri selain
BUT)
Definisi domisili fiskal atau residen fiskal
Residen Indonesia ( berdomisili Indonesia)
Domisili/ residen fiskal
Bukan residen Indonesia ( tidak berdomisili Indonesia)
 Syarat orang pribadi sbg residen Indonesia :
1. Bertempat tinggal/ menetap di Indonesia
2. Berada di Indonesia >183 hari dlm jangka waktu 12 bulan
3. Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat utk
bertempat tinggal di Indonesia
 Seseorang bukan sbg residen fiskal Indonesia, jika :
1. Tidak bertempat tinggal/ tidak menetap di Indonesia
2. Berada di Indonesia <183 hari dlm jangka waktu 12 bulan
3. Berada di Indonesia, tetapi tidak mempunyai niat utk bertempat tinggal/
menetap di Indonesia
 Syarat orang pribadi bertempat tinggal di Indonesia
akan dipenuhi jika memenuhi salah satu dari keempat
kriteria berikut :
1.
2.
3.
4.
Alamat tempat tinggalnya yg tetap di Indonesia
Tempat keluarganya tinggal di Indonesia
Tempat kegiatan utamanya dijalankan di Indonesia
Dia lebih banyak berada di Indonesia
Keluarga sebagai Subyek Pajak Orang Pribadi

Keluarga inti yang terdiri dari suami ,istri, anak yang belum dewasa
(di bawah 18 thn)  merupakan satu-kesatuan ekonomis yang
diwakili oleh kepala keluarga

Perlakuan Perpajakan terhadap satu keluarga sama dengan
perlakuan perpajakan terhadap satu Subjek Pajak

Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal
tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak dianggap sebagai
penghasilan atau kerugian suaminya dan dikenai pajak sebagai satu
kesatuan. Penggabungan tersebut tidak dilakukan dalam hal
penghasilan isteri diperoleh dari pekerjaan sebagai pegawai yang
telah dipotong pajak oleh pemberi kerja, dengan syarat :



penghasilan isteri tersebut semata-mata diperoleh dari satu pemberi kerja, dan
penghasilan isteri tersebut berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya
dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya
(Pasal 8 ayat 1 UU No. 36 tahun 2008)
Penghasilan suami-isteri dikenai
pajak secara terpisah



suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan
putusan hakim;
dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri
berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan;
dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk
menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya
sendiri
Anak yang Belum Dewasa

Penghasilan anak yang belum dewasa dari manapun
sumber penghasilannya dan apa pun sifat
pekerjaannya digabung dengan penghasilan orang
tuanya dalam tahun pajak yang sama.
 Yang dimaksud dengan “anak yang belum dewasa”
adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas)
tahun dan belum pernah menikah
 Apabila seorang anak belum dewasa, yang orang
tuanya telah berpisah, menerima atau memperoleh
penghasilan, pengenaan pajaknya digabungkan
dengan penghasilan ayah atau ibunya berdasarkan
keadaan sebenarnya
Subyek Pajak -Kewajiban
Melakukan Kegiatan Usaha
Perdagangan
Industri
Jasa
Pekerjaan Bebas
Dokter,Notaris,Akuntan,
Aktuaris, Konsultan
(Tenaga Ahli)
Pegawai /Karyawan
Pegawai Tetap
Pegawai Tidak Tetap
OP yang Dikecualikan sebagai Subyek Pajak
Pejabat Perwakilan Negara Asing
Bukan WNI
Di INA tidak menerima penghasilan
lain di luar jabatan atau pekerjannya
Berdasarkan azas Timbal Balik
Pegawai /Karyawan Organisasi International
Bukan WNI
Di INA tidak menerima penghasilan
lain di luar jabatan atau pekerjannya
Mulai & Berakhirnya Kewajiban
Pajak Subjektif OP DN

Dimulai sejak orang pribadi dilahirkan,
berada, atau berniat tinggal di Indonesia.
 Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
kewajiban pajak subyektifnya mulai timbul
pada hari pertama berada di Indonesia.
 Berakhir pada saat meninggal dunia atau
meninggalkan Indonesia untuk selamalamanya.
Mulai & Berakhirnya Kewajiban
Pajak Subjektif Warisan yang
Belum Terbagi
 Dimulai
pada saat timbulnya warisan
yang belum terbagi (saat meninggalnya
pewaris).
 Berakhir pada saat warisan tersebut
dibagi kepada ahli warisnya.
Mulai & Berakhirnya
Kewajiban Pajak Subjektif
WP Luar Negeri

Dimulai pada saat orang pribadi atau badan
di Luar Negeri menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan atau
menerima/memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
 Berakhir pada saat tidak lagi menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan atau
menerima/memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
Mulai & Berakhirnya Kewajiban
Pajak Subjektif BUT
 Dimulai
pada saat BUT tersebut mulai
berada di Indonesia
 Berakhir pada saat BUT tersebut tidak
lagi berada di Indonesia
Penghasilan
 Setiap
tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh
wajib pajak
 Baik berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia
 Yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau menambah kekayaan wajib pajak
 Dengan nama dan dalam bentuk
apapun
Pengelompokan Penghasilan

Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan
kerja dan pekerjaan bebas, seperti ; gaji,
honorarium, penghasilan dari praktek dokter,
notaris, aktuaris, pengacara, dsb.
 Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
 Penghasilan dari modal yang berupa harta
gerak ataupun harta tak gerak seperti ;
bunga, dividen, royalty, sewa, keuntungan
penjualan harta atau hak yang dipergunakan
untuk usaha, dsb.
 Penghasilan lain-lain, seperti ; pembebasan
utang, hadiah, dan sebagainya.
Jenis Penghasilan
a. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN BERKENAAN DENGAN PEKERJAAN ATAU
JASA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH TERMASUK GAJI, UPAH,
TUNJANGAN, HONORORARIUM, KOMISI, BONUS, GRATIFIKASI,
UANG PENSIUN, ATAU IMBALAN DALAM BENTUK LAINNYA,
KECUALI DITENTUKAN LAIN DALAM UNDANG-UNDANG INI.
Jenis Penghasilan
b. HADIAH DARI UNDIAN ATAU PEKERJAAN ATAU KEGIATAN DAN PENGHARGAAN
C. LABA USAHA
d. KEUNTUNGAN KARENA PENJUALAN ATAUKARENA PENGALIHAN HARTA,
TERMASUK :
1. KEUNTUNGAN KARENA PENGALIHAN HARTA KEPADA PERSEROAN, PERSEKUTUAN,
BADAN LAINNYA SEBAGAI PENGGANTI SAHAM/ PENYERTAAN MODAL
2. KEUNTUNGAN YANG DIPEROLEH PERSEROAN, PERSEKUTUAN, DAN BADAN
LAINNYA KARENA PENGALIHAN HARTA KEPADA PEMEGANG SAHAM, SEKUTU
ATAU ANGGOTA
3. KEUNTUNGAN KARENA LIKUIDASI, PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PEMEKARAN,
PEMECAHAN, ATAU PENGAMBILALIHAN USAHA
4. KEUNTUNGAN KARENA PENGALIHAN HARTA BERUPA HIBAH, BANTUAN ATAU
SUMBANGAN, KECUALI YANG DIBERIKAN KEPADA KELUARGA SEDARAH DALAM
GARIS KETURUNAN LURUS SATU DERAJAT, DAN BADAN KEAGAMAAN ATAU
BADAN PENDIDIKAN ATAU BADAN SOSIAL ATAU PENGUSAHA KECIL TERMASUK
KOPERASI YANG DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN, SEPANJANG TIDAK
ADA HUBUNGAN DENGAN USAHA, PEKERJAAN, KEPEMILIKAN ATAU
PENGUASAAN ANTARA PIHAK-PIHAK YANG BERSANGKUTAN
e. PENERIMAAN KEMBALI PEMBAYARAN PAJAK YANG TELAH DIBEBANKAN SEBAGAI
BIAYA
Jenis Penghasilan
f. BUNGA TERMASUK PREMIUM, DISKONTO, DAN IMBALAN KARENA JAMINAN
PENGEMBALIAN UTANG
g. DIVIDEN, DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN, TERMASUK DIVIDEN DARI
PERUSAHAAN ASURANSI KEPADA PEMEGANG POLIS, DAN PEMBAGIAN SISA HASIL
USAHA KOPERASI
h. ROYALTY
i. SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA
j. PENERIMAAN ATAU PEROLEHAN PEMBAYARAN BERKALA
k. KEUNTUNGAN KARENA PEMBEBASAN UTANG, KECUALI SAMPAI DENGAN JUMLAH
TERTENTU YANG DITETAPKAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH
l. KEUNTUNGAN KARENA SELISIH KURS MATA UANG ASING
m. SELISIH LEBIH KARENA PENILAIAN KEMBALI AKTIVA
n. PREMI ASURANSI
o. IURAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH PERKUMPULAN DARI ANGGOTANYA YANG
TERDIRI DARI WAJIB PAJAK YANG MENJALANKAN USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS
p. TAMBAHAN KEKAYAAN NETO YANG BERASAL DARI PENGHASILAN YANG BELUM
DIKENAKAN PAJAK
Dari segi cara pengenaan
pajak atas penghasilan
Penghasilan yang merupakan Objek
Pajak yang dipotong PPh Final (Pasal 4
ayat (2)).
 Penghasilan yang bukan merupakan
Objek Pajak (Pasal 4 ayat (3))
 Penghasilan yang merupakan Objek
Pajak PPh tidak bersifat Final (Pasal 4
ayat (1))

PPh Final

Dalam rangka penghitungan SPT Tahunan,
penghasilan yg dikenakan PPh Final tdk
digabung dengan penghasilan lain (non final)
 PPh final yang dibayar/dipotong tdk dapat
dikreditkan
 Biaya utk menghasilkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang PPh-nya final
tdk dapat dikurangkan
Bukan Objek Pajak (1)






Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat
Harta hibahan yg diterima oleh
 Keluarga sedarah dlm grs keturunan lurus 1 derajat
 Pengusaha kecil yg ditetapkan Menteri Keuangan
Sepanjang tdk ada hubungan usaha, pekerjaan,
kepemilikan / penguasaan
Warisan
Harta termasuk setoran tunai yg diterima oleh Badan sbg
pengganti saham / penyertaan modal
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa dalam bentuk natura atau kenikmatan dari wajib
pajak atau pemerintah
Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan
asuransi bea siswa
Bukan Objek Pajak (2)

Dividen diperoleh Perseroan Terbatas dari
penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan berkedudukan di Indonesia,
 Iuran yang diterima dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan
 Penghasilan dana pensiun tersebut dari
modal yang ditanamkan dalam bidang-bidang
tertentu,
 Bagian laba yang diterima atau diperoleh
anggota dari perseroan komanditer,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi
yang modalnya tidak terbagi atas sahamsaham.
Bukan Objek Pajak (3)
 Bunga
obligasi yang diterima atau
diperoleh perusahaan reksa dana
selama 5 tahun pertama sejak pendirian
perusahaan atau sejak pemberian ijin
usaha.
 Penghasilan yang diterima atau
diperoleh perusahaan modal ventura,
berupa bagian laba dari pasangan
usaha
Saat Terutang Pajak
WP OP tidak
menjalankan
usaha/pekerjaan
bebas
WP OP menjalankan
usaha/pekerjaan
bebas
WP Badan
Bila penghasilan
jumlahnya melebihi
PTKP
Wajib mendaftarkan diri
untuk memperoleh
NPWP paling lambat
akhir bulan berikutnya
Wajib mendaftarkan diri
untuk memperoleh
NPWP paling lama 1
bulan setelah saat
usaha mulai dijalankan
Stelsel Campuran
-
-
Perpaduan stelsel riil dan anggapan
Upaya menghilangkan kelemahan-kelemahan
Awal tahun menggunakan stelsel fictie (bersifat
sementara) di akhir tahun dikoreksi berdasarkan
penghasilan sebenarnya
Diterapkan sistem pemungutan di depan dan di
belakang
Diterapkan dalam Pajak Penghasilan
Pajak awal tahun melalui potput pihak lain, tahun
berjalan dengan angsuran (PPh Psl 25), akhir tahun
dikoreksi (PPh Psl 29)
Kelebihan:
1. Dana pajak segera masuk ke kas negara
2. Fiskus dan WP tidak dirugian karena apabila
ada perubahan pada akhir tahun dapt
dikoreksi
Kelemahan:
Dengan adanya ketetapan dua kali dalam
satu tahun pajak menjadi tidak efisien dan
tidak ada kepastian hukum. Menambah
pekerjaan, biaya dan tenaga untuk
menghitung dan menetapkan utang pajak
yang bersifat tetap.
PPh Pasal 25 Secara Umum

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam
tahun berjalan =




sama dengan PPh yang terutang menurut SPT
Tahunan PPh tahun pajak yang lalu
dikurangi dengan PPh yang telah
dipotong/dipungut pihak lain (PPh Pasal 21, PPh
Pasal 22, dan PPh Pasal 23) dan PPh yang
terutang di Luar Negeri yang boleh dikreditkan
(PPh Pasal 24)
dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian
tahun pajak
Penghasilan tidak teratur tidak diperhitungkan
dalam menentukan PPh psl 25
Contoh Umum



Tn Amir (TK/0) melakukan usaha penjualan barang hasil impor
Laporan Laba Rugi Th 2011 sbb :
 Penjualan
500.000.000
 HPP
300.000.000
 Laba Kotor
200.000.000
 Biaya usaha
130.000.000
 Laba usaha
70.000.000
 Pendapatan luar usaha
 Komisi penjualan
15.000.000
 Bunga pinjaman
10.000.000
 Laba bersih
95.000.000
PPh yang dipotong/dipungut pihak lain
 PPh 21
150.000
 PPh 22 impor
2.500.000
 PPh 23
1.500.000
SOAL :
Hitung PPh 25 untuk
tahun 2011
 Jumlah
4.150.000
Bagi Wajib Pajak yang
Memperoleh Penghasilan
Tidak Teratur
 Penghasilan
tidak teratur tidak
diperhitungkan dalam menentukan PPh
psl 25
Contoh Penghasilan Tidak Teratur

Tn Joko (TK/0) melakukan usaha penjualan barang hasil impor
 Laporan Laba Rugi Th 2004 sbb :
 Penjualan
400.000.000
 HPP
300.000.000
 Laba Kotor
100.000.000
 Biaya usaha
70.000.000
 Laba usaha
30.000.000
 Pendapatan luar usaha
 Komisi penjualan
15.000.000
 Bunga pinjaman
10.000.000
 Keuntungan penjualan mobil
5.000.000
 Laba bersih
60.000.000
 PPh yang dipotong/dipungut pihak lain
 PPh 21
150.000
 PPh 22 impor
500.000
 PPh 23
1.500.000
 Jumlah
2.150.000
SOAL :
Hitung PPh
25 untuk tahun 2005
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib
Pajak Baru



PPh Pasal 25 dihitung dengan menerapkan tarif
umum Pasal 17 terhadap Penghasilan Kena Pajak
sebulan yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).
Penghasilan neto dihitung berdasarkan pembukuan
(dalam hal WP wajib melaksanakan pembukuan)
atau berdasarkan Norma Penghitungan (dalam hal
wajib pajak tidak wajib melaksanakan pembukuan
/melaksanakan pembukuan tetapi tidak diketahui
penghasilan netonya.
Untuk wajib pajak orang pribadi, penghasilan netonya
dikurangi PTKP terlebih dahulu.
Contoh WP Baru Norma
Tuan Abdullah telah berkeluarga dan memiliki 2 (dua)
anak yang menjadi tanggungannya. Pada tanggal
01 Januari 2011 membuka usaha industri mebel.
Tuan Abdullah hanya menyelenggarakan catatan
saja, karena usahanya masih baru. Persentase
Norma Penghitungan sebesar 12%, Peredaran
Bruto selama bulan Januari 2011 sejumlah Rp.
42.000.000,00.
Pertanyaan : Hitunglah Pajak Penghasilan pasal 25
untuk bulan Januari 2011
Contoh WP baru pembukuan
 Tn
Jamal (TK/0) mulai 1 Januari 2011
terdaftar sebagai wajib pajak dan
diberikan NPWP.
Bulan
SOAL :
Penjualan
Biaya
Laba
Januari ’05
30 jt
20 jt
10 jt
Februari ’05
40 jt
35 jt
5 jt
Maret ‘05
50 jt
25 jt
25 jt
Hitung PPh 25 untuk tahun 2011
PPh 25 sebelum batas waktu
penyampaian SPT Tahunan
 Sama
dengan jumlah angsuran PPh psl
25 bulan terakhir tahun pajak
sebelumnya (Masa Desember)
Wajib Pajak Orang Pribadi
Pengusaha Tertentu (Per-32/PJ/2010)

WP OPPT adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang
melakukan kegiatan usaha
sebagai pedagang
pengecer (barang dan jasa )yang mempunyai 1
(satu) atau lebih tempat usaha
 WP yang memiliki beberapa tempat usaha dalam
satu wilayah kerja KPP, harus mendaftarkan NPWP
masing-masing tempat usahanya dan domisili di
KPP yang bersangkutan.
 WP yang memiliki beberapa tempat usaha di lebih
dari 1 wilayah kerja KPP, harus mendaftarkan setiap
tempat usahanya di KPP masing-masing tempat
usaha Wajib Pajak berada.
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU
PER-32/PJ/2010
WP OP USAHA PERDAGANGAN GROSIR DAN ATAU ECERAN
DENGAN BEBERAPA TEMPAT USAHA (GERAI);
WAJIB
MENDAFTARKAN NPWP DI :
 KPP DOMISILI (MELIPUTI TEMPAT TINGGAL WP) DAN,
 KPP LOKASI (MELIPUTI TEMPAT USAHA/GERAI;
TIAP GERAI WAJIB MENDAFTARKAN NPWP)
ANGSURAN
PPh PASAL 25
SEBESAR
0,75 % DARI JML PEREDARAN BRUTO TIAP BULAN;
DIBAYAR ATAS NAMA DAN NPWP MASING MASING TEMPAT USAHA
dilunasi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
dilaporkan ke KPP Lokasi paling lambat tanggal 20
Contoh

Tn Purnama (K/1) berdomisili di Sukabumi mempunyai
usaha pedagangan eceran Handphone yang berlokasi di
Mall Bekasi, Mall Depok dan di Pasar Anyar Bogor
 Berikut ini peredaran usaha Tn Purnama selama tahun
2011 :
Bulan
Bekasi Depok Bogor
Bulan
Bekasi Depok Bogor
Januari
30 juta 25 juta 10 juta
Juli
20 juta 20 juta
Februari 40 juta 15 juta 15 juta
Agustus
10 juta 10 juta 25 juta
Maret
20 juta 10 juta 25 juta
September 10 juta
April
10 juta
Oktober
5 juta 30 juta
Mei
5 juta 10 juta 15 juta
Juni
10 juta 15 juta 35 juta
5 juta 15 juta
5 juta 15 juta 10 juta
November 10 juta
Desember
5 juta
5 juta
5 juta
5 juta 10 juta 10 juta
Hitung :
• PPh 25 sebagai WP OPPT yg harus dibayar sendiri tahun
2011
Skema Pemajakan WP OP
WP Orang Pribadi
Omset 1 th < 4,8 M
Omset 1 th  4,8 M
Boleh melakukan pencatatan
Wajib melakukan pembukuan
Pengh netto =
Pengh netto =
Pengh brutto x Norma pengh netto
%
Pengh brutto – pengurang pengh
brutto`
Pengh Kena Pajak =
(Pengh brutto x Norma pengh netto
%)
-Zakat- PTKP
Pengh Kena Pajak =
(Pengh brutto – Biaya deductible –
Zakat-Kompensasi Kerugian –
PTKP)
PPh terutang = Tarif psl 17 x Pengh Kena Pajak
Pencatatan
 Pencatatan
harus
dapat
menggambarkan jumlah peredaran atau
penerimaan bruto dan atau jumlah
penghasilan bruto, serta penghasilan
yang bukan obyek pajak atau
penghasilan yang dikenakan PPh Final,
sehingga dapat dihitung besarnya pajak
yang terutang , serta jumlah harta dan
kewajiban pada
pembukuan

Suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur
 Untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa,
 Yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba
rugi pada setiap tahun pajak berakhir.
pembukuan



Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan
di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun
dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing
yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat
asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
Buku, catatan, dokumen lain wajib disimpan selama
10 tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau
di tempat tinggal bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
Norma Penghasilan Netto
Kep 536/PJ./2000

Pengelompokan menurut jenis usaha &
wilayah

10 ibu kota propinsi







Medan
Palembang
Jakarta
Bandung
Semarang
- Surabaya
- Denpasar
- Manado
- Makasar
- Pontianak
Ibu kota propinsi lainnya
Daerah lainnya
Ex. Lampiran Kep 536/PJ./2000
Jenis Usaha
Kode
10 ibu
kota
propinsi
kota
propinsi
lainnya
Daerah
lainnya
32200
Industri pakaian jadi kecuali untuk kaki
13,5
13
12,5
32300
Industri kulit & barang dari kulit kecuali utk kaki
17,5
16,5
16
32400
Industri barang keperluan kaki
17
16
15
62200
Perdagangan eceran brg kelontong, supermarket
30
25
20
62420
Perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi, hasil
pengolahan kulit termasuk brg keperluan kaki
30
25
20
62422
Perdagangan eceran brg elektronik
30
25
20
62100
Rumah makan dan minum
25
20
20
62920
Jasa akuntansi dan pembukuan
36
35
35
93213
Dokter
45
42,5
40
97110
Reparasi kendaraan bermotor
20
18,5
17,5
97400
Pangkas rambut dan salon kecantikan
30
28
27
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
Per 1 Januari 2009
Status
TK/0
TK/1; K/0
TK/2; K/1
TK/3; K/2
K/3
PTKP/Th PTKP/Bln
15.840.000 1.320.000
17.160.000 1.430.000
18.480.000 1.540.000
19.800.000 1.650.000
21.120.000 1.760.000
PTKP/Hr
44.000
47.667
51.333
55.000
58.667
50
HUBUNGAN KELUARGA
SEMENDA
SEDARAH
AYAH
+
IBU
SAUDARA
KANDUNG
10
MERTUA
WP
10 KE ATAS
10
KE
SAM
PING
KE
SAM
PING
WP + ISTRI
10 KE BAWAH
ANAK
KANDUNG
SEDARAH
10 KE ATAS
10 KE BAWAH
ANAK
TIRI WP
SEMENDA
IPAR WP
Contoh
 Tn
Sahrul, status menikah mempunyai
2 orang anak, mempunyai usaha
perdagangan eceran sepatu berlokasi di
Pasar Anyar Bogor
 Dari
pencatatan diketahui jumlah
peredaran usaha selama tahun 2005
Rp 100.000.000
TARIF PASAL 17 UU PPh (UU PPh Baru)
0
s.d.
50.000.000
5%
> 50.000.000
s.d.
250.000.000
15%
> 250.000.000
s.d.
500.000.000
25%
> 500.000.000
30%
UU PPh 36/2008
Pasal 21 ayat (5a) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP lebih
tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang
dapat menunjukkan NPWP .
53
ZAKAT
(PER-6/PJ./2011)
SIFATNYA WAJIB
DIBAYARKAN OLEH :
1. OP PEMELUK ISLAM
2. BADAN YANG DIMILIKI OP PEMELUK
ISLAM
DIBAYARKAN KEPADA
LEMBAGA AMIL ZAKAT
ATAU BADAN AMIL ZAKAT
YG DIAKUI PEMERINTAH
DIBAYARKAN OLEH :
1. OP PEMELUK NON
NON ISLAM
2. BADAN YANG DIMILIKI OP PEMELUK
NON ISLAM
DIBAYARKAN KEPADA
LEMBAGA KEAGAMAAN
YG DIBENTUK PEMERINTAH
BUKTI PEMBAYARAN Z A K A T
YG DIAKUI
PEMBAYARAN LANGSUNG, TRANSFER,
VIA ATM
Nama lengkap Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pembayar
Jumlah Pembayaran
Tanggal Pembayaran
Nama badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau lembaga keagamaan
Tanda tangan petugas Lembaga Amil/Keagamaan -Langsung
Validasi Bank-jika pembayaran Bank
KOMPENSASI KERUGIAN
Pasal 6 ayat 2 UU PPh
PEMBUKUAN
Dikompensasikan dengan penghasilan
mulai tahun pajak berikutnya berturutturut sampai dengan 5 (lima) tahun.
KOMPENSASI KERUGIAN
Pasal 6 ayat 2 UU PPh
Tahun
Pajak
Laba /(Rugi) Fiskal
Sisa Rugi Fiskal
2009
2009
(1,200,000,000)
(1,200,000,000)
2010
200,000,000
(1,000,000,000)
2011
(300,000,000)
(1,000,000,000)
2012
-
2011
(300,000,000)
(1,000,000,000)
2013
100,000,000
(900,000,000)
2014
800,000,000
(100,000,000)
2015
150,000,000
(150,000,000)
2016
250,000,000
100,000,000
FORMULA PENGHITUNGAN PPH OP (NORMA)
USAHAWAN

Peredaran Usaha
 Norma Penmghasilan Netto
 Penghasilan Netto
 Zakat
 Penghasilan Netto Setelah Zakat
 PTKP
 PKP
 Tarip Ps 17
 Kredit Pajak :
 PPh Pasal 21/22/23/24
 PPh Pasal 25
 PPh Kurang/(lebih) bayar
Rp. ……………….
%
Rp. ……………….
(Rp. ………………)
Rp. ……………….
(Rp……………….)
Rp………………..
Rp………….........
(Rp………………)
(Rp………………)
RP………………..
Penghasilan istri
Bekerja pada
satu pemberi kerja






Bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja
Melakukan usaha
Melakukan pekerjaan bebas
Penghasilan istri tidak digabung
Status K/...
PPh 21 atas penghasilan istri bersifat
final (tidak dapat dikreditkan)



Penghasilan istri digabung
Status K/I/...
PPh 21/22/23 atas penghasilan istri dapat
dikreditkan
PEKERJAAN BEBAS
( UU NO. 28 TAHUN 2007 PASAL 1 ANGKA 24)
Pekerjaan yang dilakukan oleh Orang Pribadi
Yang memiliki Keahlian Khusus
Tidak Terikat oleh hubungan kerja
Contoh : Dokter, Pengacara, Notaris, Konsultan, Akuntan
60
FORMULA PENGHITUNGAN PPH OP (NORMA)
PEKERJAAN BEBAS

Peredaran Usaha
 Norma Penmghasilan Netto
 Penghasilan Netto
 Zakat
 Penghasilan Netto Setelah Zakat
 PTKP
 PKP
 Tarip Ps 17
 Kredit Pajak :
 PPh Pasal 21/22/23/24
 PPh Pasal 25
 PPh Kurang/(lebih) bayar
Rp. ……………….
%
Rp. ……………….
(Rp. ………………)
Rp. ……………….
(Rp……………….)
Rp………………..
Rp………….........
(Rp………………)
(Rp………………)
RP………………..
FORMULA PENGHITUNGAN PPH OP
USAHA
P. BRUTO
NORMA
P. NETTO
(ZAKAT)
P.NETTO STL ZKT
(PTKP)
PKP
PPH TERUTANG
(KREDIT PAJAK)
- Dipotong Pihak III
- Dibayar sendiri
(PPh 25)
PPh Kurang/(Lebih)
Bayar / PPh 29
PEK .BEBAS
P. BRUTO
NORMA
P. NETTO
(ZAKAT)
P.NETTO STL ZKT
(PTKP)
PKP
PPH TERUTANG
(KREDIT PAJAK)
- Dipotong Pihak III
- Dibayar sendiri
(PPh 25)
PPh Kurang/(Lebih)
Bayar / PPh 29
PEGAWAI
P. BRUTO
(B.JAB)
(IURAN PENSIUN)
( IURAN JHT)
P. NETTO
(PTKP)
PKP
PPH TERUTANG
(KREDIT PAJAK)
- Dipotong Pihak III
PPh Kurang/(Lebih)
Bayar / PPh 29
SPT TAHUNAN PPh ORANG PRIBADI
1770
-Usahawan
-Pekerjaan Bebas
1770 S
-Karyawan >60 jt
-Karyawan .> 2 pemberi kerja
-Mendapat Penghasilan dari CV
1770 SS
- Karyawan < 60 jt
MID SEMESTER 2
PASAL 28 UU KUP
WP OP
Wajib
Pembukuan
Daluwarsa
Penyimpanan
Dokumen
Dikecualikan
Pembukuan
Itikad baik
,Keadaan
Sebenarnya
Isi Pembukuan
Huruf
Satuan Mata uang,
Tulisan,
Angka
Perubahan
Metode
Pembukuan
Taat Azas
Stelses Akrual,
Stelsel Kas
WP OP WAJIB PEMBUKUAN
KEG. USAHA
PEK . BEBAS
- INDUSTRI
-PERDAGANGAN
-JASA
- PENGACARA
- AKUNTAN
- KONSULTAN
-NOTARIS
-PDL. ASURANSI
WP OP DIKECUALIKAN DARI PEMBUKUAN
KEG. USAHA ATAU
PEK. BEBAS
- KEP-536/PJ/2000
- PMK-01/PMK.03/2007
- UU NO. 36 /2008
- OMZET > 4.800.000.000
- BERLAKU MULAI 2009
TDK MELAKUKAN KEG. USAHA
ATAU PEK. BEBAS
- PEGAWAI SWASTA
- PEGAWAI NEGERI SIPIL
- KARYAWAN
PEMBUKUAN
ITIKAD BAIK
KEADAAN / KEG .USAHA
SEBENARNYA
PEMBUKUAN / PENCATATAN
HURUF LATIN
ANGKA ARAB
SATUAN RUPIAH
BAHASA INDONESIA
BHS. ASING YG DIIJINKAN
O/ MENKEU
PEMBUKUAN
1. Stelsel Pengakuan
Penghasilan
2. Tahun Buku
3. Metode Penilaian
Persediaan
4. Metode Penyusutan
dan amortisasi
MENCEGAH
PERGESERAN
LABA /RUGI
TAAT AZAS
STELSEL KAS
ATAU
STELSEL AKRUAL
STELSEL
AKRUAL
KAS
PENGHASILAN  DIPEROLEH
BEBAN  TERUTANG
PENGHASILAN  KAS DITERIMA
BEBAN  KAS DIEKLUARKAN
USAHA SKALA BESAR
USAHA SKALA KECIL
PENJUALAN <> PEMBAYARAN > 1 BLN
PENJUALAN <> PEMBAYARAN =SINGKAT
INDISTRI , JASA KONSTRUKSI
RESTORAN, JASA, HIBURAN
TRANSPORTASI
PENJUALAN = TUNAI + NON TUNAI
HPP = PEMBELIAN +PERSEDIAAN
AKTIVA = PENYUSUTAN
Perubahan Metode Pembukuan
Permohonan Perubahan
Tahun Buku o/ WP
Diajukan sebelum dimulainya
Tahun buku yang baru
Dilakukan Pemeriksaan oleh DJP
Persetujuan DJP
Pembukuan
Standar Akuntansi
Keuangan
Harta
Kewajiban
Modal
Laba Rugi
Penghasilan
Beban
Penjualan
Pembelian
Neraca
Pembukuan dengan Mata Uang Asing
Persetujuan Menkeu
PMA
KONTRAK KARYA
KONTRAK BAGI HASIL
INDUKNYA DI LUAR NEGERI
LISTING DI BURSA ASING
PENCATATAN
PEREDARAN USAHA /OMSET
PENGHASILAN LAINNYA
BUKAN OBYEK PAJAK
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL
Pembukuan, Pencatatan
Manual atau Online
Wajib Disimpan selama 10 tahun
Daluarsa Penyidikan
BEBAN -FISKAL
DPT DIKURANGKAN
TDK DPT DIKURANGKAN
Pasal 6 UU PPh
Pasal 9 UU PPh
PEMBAGIAN LABA DLM BENTUK APAPUN
PEMBAGIAN SHU KOPERASI
3 M ( Mendapatkan, Menagih, Memelihara)
Penghasilan
PENYUSUTAN
IURAN KEPADA DANA PENSIUN
DISAHKAN O/ MENKEU
U / KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM
SEKUTU, ANGGOTA ATAU PRIBADI
PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN
DANA CADANGAN
KERUGIAN KARENA PENJUALAN
ATAU PENGALIHAN HARTA
PREMI ARUSANSI JIWA, KESEHATAN,
BEASISWA, KECELAKAAN
YG DIBAYAR WP OP
KERUGIAN SELISIH KURS MATA UANG
ASING
PENGGANTIAN DLM BENTUK NATURA
KEC, MAKAN MINUM U SEMUA PEGAWAI
DAN KENIKMATAN UNTUK DAERAH TTT
YH DIATUR OLEH MENKEU
BEBAN PENELITIAN & PENGEMBANGAN
PERUSAHAAN YG DILAKUKAN
DI DALAM NEGERI
BEA SISWA, PELATIHAN. MAGANG
PIUTANG YG NYATA
TIDAK DAPAT DITAGIH
SUMBANGAN YG DIATUR
PERATURAN PEMERINTAH
JUMLAH YG MELEBIHI KEWAJARAN YG
DIBAYARKA KEPADA PEMEGANG SAHAM
ATAU YG MEMILIKI HUB ISTIMEWA
HARTA YG DIHIBAHKAN, SUMBANGAN
BANTUAN
PPh DAN SANKSI ADM PERPAJAKAN
GAJI YG DIBAYARKAN KPD ANGGOTA CV, Fa
YGMODALNYA TDK TERBAGI ATAS SAHAM
Berikut ini laporan laba rugi komersial usaha Tn Abadi selama tahun
2011
Penghasilan dari usaha
Penjualan
Harga pokok penjualan
Laba Kotor
Biaya operasi
Gaji pegawai
Alat tulis kantor
Biaya pemeliharaan bangunan yang disewakan
PPh Pasal 25
Sanksi keterlambatan penyampaian SPT
PBB
Biaya listrik, air, telpon kantor
Biaya listrik, air, telpon rumah
Sumbangan HUT RI
Jumlah biaya usaha
Penghasilan luar usaha
Penghasilan dari persewaan bangunan
Bunga pinjaman
Bagian Laba Firma Abadi & Rekan
Jumlah penghasilan luar usaha
Laba Bersih
Rp 130,000,000
Rp 60,000,000
Rp 70,000,000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
9,000,000
8,000,000
7,000,000
6,000,000
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
Rp
45,000,000
Rp
Rp
62,000,000
87,000,000
Rp 50,000,000
Rp 10,000,000
Rp 2,000,000
PENYUSUTAN
Pasal 11
HARTA BERWUJUD KECUALI
TANAH YG BERSTATUS HAK
MILIK, HGB, HGU, DAN HAK
PAKAI
BANGUNAN
SELAIN BANGUNAN
USAHA TERTENTU
MULAI PENYUSUTAN
DASAR PENYUSUTAN BAGI
WP YG MELAKUKAN PENI
LAIAN KEMBALI AKTIVA
SESUAI DENGAN PSL 19
DILAKUKAN DALAM BAGIAN-BAGIAN
YG SAMA BESAR SELAMA MASA YG
TELAH DITENTUKAN
DILAKUKAN DALAM BAGIAN-BAGIAN YG MENURUN
SELAMA MASA MANFAAT YG DIHITUNG DENGAN
TARIF ATAS NILAI SISA BUKU DAN PADA AKHIR MASA
MANFAAT NILAI SISA BUKU DISUSUTKAN SEKALIGUS
DITETAPKAN MENTERI KEUANGAN.
PADA BULAN DILAKUKANNYA PENGELUARAN, KECUALI
HARTA YG MASIH DALAM PROSES PENGERJAAN, PADA
TAHUN SELESAINYA PENGERJAAN HARTA TERSEBUT.
DENGAN PERSETUJUAN DIRJEND PAJAK:
-PADA BULAN HARTA TSB DIGUNAKAN, ATAU
- PADA BULAN HARTA TSB MULAI MENGHASILKAN.
NILAI SETELAH DILAKUKAN PENILAIAN
KEMBALI TIVA
MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN
KELOMPOK
HARTA
BERWUJUD.
l. BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK 1
KELOMPOK 2
KELOMPOK 3
KELOMPOK 4
MASA
MANFAAT
TARIP PENYUSUTAN
GARIS
LURUS
SALDO
MENURUN
4 TAHUN
8 TAHUN
16 TAHUN
2O TAHUN
25%
12,5%
6.25%
5%
50%
25%
12,5%
10%
20 TAHUN
10 TAHUN
5%
10%
ll.BANGUNAN
- PERMANEN
- TIDAK PERMANEN
KELOMPOK HARTA BERWUJUD
DITETAPKAN DG KEPMENKEU
AMORTISASI
ATAS PENGELUARAN UNTUK
HARTA TAK BERWUJUD DAN
PENGELUARAN LAINNYA, TER
MASUK BIAYA PERPANJANG
AN HGB, HGU, DAN HAK PAKAI
YANG MEMPUNYAI MASA MAN
FAAT LEBIH DARI SATU TAHUN
Pasal 11A
DILAKUKAN DALAM
BAGIAN YANG SAMA
BESAR
ATAU
DALAM BAGIAN-BAGIAN
YG MENURUN SELAMA
MASA MANFAAT YG DIHI
TUNG DG CARA MENERAP
KAN TARIF AMORTISASI
ATAS PENGELUARAN ATAU
ATAS NILAI SISA BUKU, DAN
PADA AKHIR MASA MAN
FAAT DIAMORTISASI SEKA
LIGUS DG SYARAT DILAKU
KAN SECARA TAAT AZAS.
I
MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI
KELOMPOK HARTA
MASA
TAK BERWUJUD
MANFAAT
KELOMPOK 1
KELOMPOK 2
KELOMPOK 3
KELOMPOK 4
4 TAHUN
8 TAHUN
16 TAHUN
20 TAHUN
TARIF AMORTISAS
GARIS
SALDO
LURUS MENURUN
25%
12,5%
6,25%
5%
50%
25%
12,5%
10%
II
1. BIAYA PENDIRIAN
2. BIAYA PERLUASAN MODAL DI
BEBANKAN PADA TAHUN
TERJADINYA PENGELUARAN
SAMA DENGAN
Ad I DIATAS
III
HAK DAN PENGELUARAN BIDANG
PENAMBANGAN MIGAS BUMI
IV
1. HAK PENAMBANGAN
2. HAK PENGUSAHAAN HUTAN
3. HAK PENGUSAHAAN SUMBER
ALAM SERTA HASIL ALAM LAINNYA
YANG MEMPUNYAI MASA MANFAAT
LEBIH 1(SATU) TAHUN.
MENGGUNAKAN METODE
SATUAN PRODUKSI
MENGGUNAKAN METODE
SATUAN PRODUKSI
SETINGGI-TINGGINYA
20% SETAHUN.
V
PENGELUARAN SEBELUM OPERASI KOMER
SIAL YG MEMPUNYAI MASA MANFAAT LE
BIH SATU TAHUN
DIKAPITALISASI
DIAMORTISASI SAMA DG
ANGKA 1(SATU) DIATAS.
Kredit Pajak
 PPh
yg dipotong / dipungut pihak lain di
DN, meliputi PPh 21/22/23
 PPh dibayar di LN (kredit PPh psl 24)
KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
 PPh
dibayar di LN boleh dikreditkan dg
PPh di Indonesia
 Pengkreditan PPh psl 24 dilakukan di
tahun
pajak
digabungkannya
penghasilan tersebut
 Kerugian di LN tidak boleh digabung
Rumus Kredit Pajak Luar Negeri

PPh psl 24 yg dikreditkan jumlah yg lebih
kecil antara :



Pajak yg sebenarnya dibayar di LN
Rumus :
PPh terutang atas
X
Penghasilan Netto LN
seluruh Penghasilan
Penghasilan Kena Pajak
(dihitung per-country basis)
Jumlah PPh terutang atas seluruh penghasilan
Contoh

Tn Osama (K/1) berkedudukan di Jakarta
memperoleh penghasilan neto dalam tahun
2011 adalah sbb :





Penghasilan neto dari dalam negeri sebesar Rp
8.000.000.000.
Di Singapura memperoleh penghasilan (laba neto)
Rp 2.000.000.000, dimana PPh yang dibayar di
Singapura sebesar Rp 800.000.000
Di Vietnam memperoleh penghasilan (laba neto)
sebesar Rp 6.000.000.000, dimana PPh yang
dibayar sebesar Rp 1.500.000.000
Di Malaysia menderita kerugian (rugi neto)
sebesar Rp 5.000.000.000
Hitung kredit pajak PPh pasal 24
Penghasilan Netto
- Dalam Negeri
- Singapura
- Vietnam
Rp
Rp
Rp
Rp
1 Singapura
2 Vietnam
DPP
Rp
Rp
Rp
Rp
PPh
8,000,000,000
2,000,000,000
6,000,000,000
16,000,000,000
18,480,000.00
15,981,520,000.00
5%
15%
25%
30%
50,000,000
200,000,000
250,000,000
15,481,520,000
Rp
Rp
Rp
800,000,000
1,500,000,000
2,300,000,000
Rp
2,500,000
Rp
30,000,000
Rp
62,500,000
Rp 4,644,456,000
Rp 4,739,456,000
592,432,000
1,777,296,000
2,369,728,000
Penghitungan PPh Terutang
Penghasilan Netto
Rp
16,000,000,000
PTKP
Rp
18,480,000
PKP
Rp
15,981,520,000
PPh Terutang
Rp 4,739,456,000
Kredit Pajak ( asumsi hanya PPh 24)
Rp 2,092,432,000
PPh YMH Dibayar
Rp 2,647,024,000
Download