Sejarah Hukum Dagang Perkembangan hukum dagang dimulai

advertisement
I.
Sejarah Hukum Dagang
Perkembangan hukum dagang dimulai sejak abad pertengahan Eropa yang
terjadi di negara-negara di Eropa dengan memberlakukan hukum Romawi. Pada
hukum Romawi (corpus yuris civilis) dapat memberikan penyelesaian yang ada pada
waktu itu, sehingga para pedagang (gilda) memberikan sebuah peraturan sendiri yang
bersifat kedaerahan. CIC ini merupakan kumpulan ketentuan-ketentuan (undangundang) yang mengatur hubungan orang yang satu dengan yang lainnya. Undangundang tersebut terdiri dari Codex Yustianus, Digesta atau Pandecta, Institutiones dan
Novellae. Namun pada abad 16 dan 17 dibuatlah hukum khusus mengatur perkara di
bidang perdagangan (peradilan perdagangan) yang bersifat unifikasi. Hukum
pedagang (koopmansrecht) ini diharapkan dapat memecahkan masalah perdagangan
lebih baik daripada corpus yuris civilis. Abad ke-17 diadakan kodifikasi dalam hukum
dagang oleh menteri keuangan dari raja Louis XIV (1613-1715) yaitu Corbert dengan
peraturan (ODC) 1673. Dan pada tahun 1681 disusun ODLM yang mengatur tentang
kedaulatan.
Dan pada tahun 1807 Napoleondi Perancis dibuat hukum dagang tersendiri
dari hukum sipil yang ada yaitu (CDC) yang tersusun dari ordonnance du commerce
1673 dan ordonnance dyu la marine 1838. Kemudian pada tahun 1807 terdapat
hukum perdata (CCDF) yang diciptakan oleh Kaisar Yustianus. 3 ordonasi (Raja
Oudewijik) yaitu Ordonance de commerce, Ordonance de la marine (perdagangan di
laut), dan hukum pidana (code de penal).
Pada 1838 Belanda (Nederlands) merdeka dan menggunakan peraturanperaturan yaitu BW, asas konkordasi (yang berlaku di Hindia Belanda sejak 1 Mei
1848 dengan stb. 1847-No. 23), mengesahkan hukum dagangnya tersendiri yaitu
KUHD Belanda, yang mana berdasarkan azas konkordansi KUHD Belanda 1838
menjadi contoh bagi pembuatan KUHD di Indonesia pada tahun 1848 dan pada akhir
abad ke- 19 Prof. Molengraaff merancang UU di kepalitan sebagai buku III di KUHD
Nederlands menjadi UU yang berdiri sendiri (1893 berlaku 1896). Dan sampai
sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu, tentang dagang umumnya dan
tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari pelayaran. Tahun 1945 Indonesia
merdeka yang memberlakukan aturan peralihan pasa II hingga sekarang.
Contoh yang tidak ada di BW tetapi terdapat di dalam KUHD :

Pembukuan pasal 6-12 KUHD

Wadah usaha pasal 16-35 KUHD

Tentang cek pasal 178-190B KUHD
Hubungan antara hukum dagang dengan hukum perdata.
Dapat dilihat pada BW pasal 1881 yang berbunyi “bahwa alat bukti pembukuan
bukan merupakan alat pembuktian yang menguntungkan” tetapi pada KUHD pasal 7
“menguntungkan” oleh karena itu pasal 1881 BW dan pasal 7 KUHD bertentangan.
Hubungan hukum perdata dengan KUHD atau BW dengan KUHD adalah adanya asas lex
specialis derogat legi generally.
II.
Sumber-sumber hukum dagang.
1. Peraturan perundang-undangan (BW, KUHD, pasar modal, HAKI, surat berharga,
usaha perasuransian, dll).
2. Perjanjian internasional (WTO, TRIMS).
3. Perjanjian yang dibuat oleh para pihak
karena mengatur hubungan privat yaitu satu antara yang lain yaitu pacta sunservanda
(mengikat selayaknya aturan yang ada di UU).
4. Kebiasaan yang berlaku
contoh : memberi komisi kepada orang lain.
5. Yurisprudensi (keputusan hakim yang belum ada hukumnya merujut pada keputusan
hakim yang terdahulu).
Kenapa pasal 2-5 KUHD tidak ada ? karena tidak sesuai dengan yang ada di lapangan. Isi
dari pasal diatas adalah

Pasal 2 KUHD mereka yang menjalankan perbuatan perniagaan sebagai pekerjaan
sehari-hari.

Pasal 3 KUHD pada umumnya perbuatan pembelian untuk dijual lagi (baik barang
mentah, diolah maupun disewakan penggunaanya.

Pasal 4 KUHD mengenai jual beli jasa, tapi tidak dapat mengcover kebutuhan
rakyat karena sebatas perbankan.

Pasal 5 KUHD kewajiban yang timbul dari :

Menjalankan kapal, tubrukan, mendorong kapan lain.

Melakukan bantuan/ pertolongan dan menyimpan kapal keram/
penemuan barang dilaut.

Membuang barang dilaut.
Isi dari 5.1938-276 ialah mengganti kata pedagang dengan pengusaha dan mengganti
kata perbuatan dagang menjadi menjalankan perusahaan.
III.
Pedagang dan Pengusaha
Unsur pengusaha :
1. Perbuatan itu dilakukan terus-menerus.
2. Terang-terangan.
3. Bertujuan untuk memperoleh untung.
4. Dilakukan dalam kedudukan tertentu (perbuatan hukum tertentu).
Melakukan pekerjaan :
1. Melakukan tugas sejajar dengan kualitas pribadi (keahlian).
2. Terus-menerus.
3. Terang-terangan.
4. Tujuan bukan keuntungan/ laba tapi penghasilan.
Persamaan menjalankan perusahaan dengan melakukan pekerjaan :
1. Merupakan perbuatan tertentu (aktivitas bisnis)
2. Pekerjaan tertentu berkesinambungan
3. Perbuatan tertentu harus legal dan dapat ddipertanggungjawabkan secara hukum
Perbedaan menjalankan perusahaan dengan menjalankan pekerjaan :
Jika menjalankan perusahaan mencari keuntungan semaksimal mungkin tapi bekerja
sesuai dengan kualitas pribadi bukan semata-mata mencari keuntungan.
Contoh : dokter dapat disebut sebagai pengusaha jika dia adalah pemimpinnya tapi ketika
mengobati dikatakan menjalankan perusaha/ profesinya sebagai dokter. Juga notaris bisa
membayar gaji anggotanya disebut pengusaha, tapi jika bekerja dengan klien disebut sebagai
profesi.
IV.
Sejarah Pembukuan.
Pada tahun 1838 masih menggunakan istilah pedagang dan memiliki 2 bentuk yaitu :
1. Buku harian :

Mencatat semua pemasukan dan pengeluaran secara terus-menerus.

Tertib dan teratur.

Tidak ada catatan sela antara tanggal 1 dengan yang lain.

Pencatatan pada buku tahunan tidak ada kertas yang terlepas.
2. Buku copy :

Berisi tembusan surat keluar/ masuk.

Buku ini bersifat sebagai arsip.
Pada tahun 1927 dikeluarkan stb 1927-146 tanggal 09-06-1927 :

Kewajiban membuat buku harian dan buku copy diubah bentuknya menjadi
catatan harta kekayaan.

Bentuk catatan tidak ditegaskan (bebas asal memuat hak dan kewajiban).

Dapat dibuat pada kertas yang terlepas.
Untuk tahun 1938 menggunakan catatan harta kekayaan dan ada neraca.
Dua faktor yang membuat pada tahun 1927 dilakukan perubahan pada pembukuan
yaitu :
1. Cara atau bentuk pembukuan 1838 terasa berat bagi pedagang (kaku dan tidak bisa
dilepas)
2. Serta sudah ditemukan mesin tulis dan mesin hitung.
pengusaha yang tidak membuat/ membuat laporan tidak terkena sanksi yang berat, tapi bila
ada pihak ketiga tidak dapat dibuktikan pada pengadilan bila ada masalah dan segala resiko
ditanggung oleh pengusaha.
Tujuan pembukuan :

Agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan lancar.

Setiap saat pengusaha/ pihak yang terkait dapat mengetahui hak dan kewajibannya.
Hak ke piutang sedangkan kewajiban utang sebagai debitor. Sudah dijelaskan pada
pasal 1131 dan 1132 BW tentang putang-piutang .
Manfaat pembukuan :

Mempermudah mengangkat kembali transaksi pembukuan.

Mengetahui besarnya harta, uang, modal dengan mudah dan cepat.

Mengetahui mudah maju/ mundurnya suatu usaha.

Sebagai alat pertanggungjawaban.

Sebagai alat pengawasan.

Sebagai alat pembuktian.

Sebagai alat dasar pembuktian rasio.
Pada tahun 1997 dibuat UU No 8 tahun 1997 “Dok perusahaan adalah data atau catatan
keuangan yang dibuat dan diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan
kegiatannya baik tertulis ataupun secara lainnya.
Dok perusahaan :
1. Doc keuangan
: neraca.
2. Dok lainnya
: keterangan yang memiliki nilai guna bagi perusahaan.
Dengan adanya UU ini konsekuensinya adalah :

Pasal 6 KUHD dihapus.

Dokumen harus disimpan dalam bentuk micro film/ lainnya yang dilesalisasi.
V.
Perantara dalam hukum dagang.
Perantara dalam hukum dagang menghubungkan antara prinsipal (pemberi kuasa/
pengusaha) dengan pihak ke 3 terdapat dalam pasal 1792-1819 BW.
Perantara dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

Berdasarkan pembagian perburuhan (pasal 1601 BW).

Berdasarkan perjanjian pemberi kuasa (pasal 1792-1819 BW).
(kedudukan principal sejajar dengan perantara).
Jadi pihak perantara tidak terkait bila ada oneprestasi atau ingkar janji tapi dimintai
pertanggungjawaban adalah principal orang ke 3.
Sifat perantara :

Perantara yang bertanggungjawab penuh atas akibat hukum dari perantara
tanggungjawab keperantaraannya.
Contoh : expeditur, dealer.

Perantara yang tidak bertanggungjawab penuh atas keperantaraannya.
Contoh : makelar, komisioner.
Macam-macam peratara :

Perantara dalam ikatan hubungan yang ketat/ tetap dengan pengusaha yang diatur
berdasarkan hubungan perburuhan.

Perantara dalam ikatan hubungan yang tidak tetap, diatur berdasarkan perjanjian
kuasa.
Makelar (KUHD pasal 62-73).
Bertindak atas nama principalnya atau hanya mencarikan principlenya perikatan
(hubungan hukum). Makelar memiliki unsur :

Syarat formal : harus seorang pengusaha, diangkat oleh presiden/ pejabat, mengangkat
sumpah di PN setempat.

Syarat materiil : ahli dibidangnya, harus mengikuti ujian dan lulus ujian itu.
Bahwa makelar itru tidak melakukan hubungan perikatan namun perantara.
Kewajiban makelar :

Sebagai seorang pengusaha maka yang bersangkutan wajib membuat pembukuan.

Dalam hal jual beli, dengan contoh makelar tidak wajib menyimpan contoh sampai
terjadi levering.

Dalam jual beli wesel/ surat berharga dia wajib/ makelar wajib menjamin keaslian
tanda tangan surat penerbit atau surat berharga tersebut.
Hubungan hukum makelar – principal – pihak 3
Principal
hubungan hukum perikatan
Makelar
Pihak ketiga
melaksanakan amanat
Jenis makelar :

Umum adalah makelar yang diangkat untuk segala jenis mata usaha dagang.

Khusus adalah makelar yang diangkat hanya untuk jenis mata usaha dagang tentang
sebagaimana disebutkan dengan jelas dalam akta pengangkatannya.
Hak makelar :

Hak retensi adalah hak menahan barang sampai dengan hak dan kewajiban tersebut
dibayar lunas oleh pemberi kuasa/ tidak ada hak mendahului.

Hak atas provisi adalah hak/ upah seseorang ditentukan berdasarkan kesepakatan
antara dirinya dan pemberi kuasa, jika tidak ada kesepakatan ditentukan berdasarkan
kebiasaannya.
Komisioner (KUHD pasal 76-85).
Seseorang yang bertindak untuk si pemberi kuasa dan antara dirinya sendiri serta
berhak atas upah/ provisi. Tidak boleh menyebutkan pemberi kuasanya, jika menyebutkan
hanya menjadi perantara biasanya.
Hubungan hukum principal – komisioner – pihak 3.
Principal
tidak ada hubungan hukum
Komisoner
Pihak ketiga
perikatan
Perbedaan antara komisioner dengan makelar :

Merupakan badan bentukan sendiri.

Atas nama sendiri.

Memiliki hak mendahului dan hak retensi.

Menanggung resiko.

Bebas berniaga apapun.

Menjadi pihak satu dalam perjanjian yaitu komisioner dan pihak ke 3.
Hak mendahului lebih tinggi dari pada hak retensi dan telah dijelaskan dalam UU KUHD
pasal 81-83 dan pasal 1993 BW.
Expeditur (KUHD pasal 85-90).
Unsur yang ada pada expeditur :

Seorang perantara pengangkutan.

Seorang pengusaha.

Wajib membuat pembukuan.
Contoh expeditur : JNE, TIKI, Kantor Pos.
Principal/pengirim barang
perantara ekspeditur
Ekspeditur
Pengangkut
Penerima
Ekspeditur antara
Prinsip hukum yang dianut adalah
Resiko menjadi beban kewajiban (tanggungan) dari si pemilik barang apabila tidak
bisa dibuktikan adanya unsur kesalahan dari pihak lain.
Kapan seseorang menjadi pemilik barang ?
Hal ini tergantung pada levering sebagai konstruksi yuridis yang khusus bertujuan
untuk memindahkan hak milik (pasal 1477 BW).
Pada prinsipnya :

Jual beli terjadi seketika terjadi kata sepakat (pasal 1458 BW).

Levering terjadi seketika terjadi kata sepakat (pasal 1477, 1460, 1462 BW).

Dengan terjadinya levering, maka hak milik menjadi berpindah.
Jika kondisi barang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penerima, maka
penerima menghubungi pengirim dan pengirim yang bertanggungjawab. Tetapi jika kondisi
barang rusak maka expeditur bertanggungjawab dengan cara menghubungi pengirim lalu
pengirim menghubungi expeditur. Pasal 475 jo pasal 88 KUHD tentang penanggungan dan
ganti rugi atas kerusakan barang.
Expeditur antara berperan ketika expeditur utama tidak sanggup untuk melakukan pengiriman
dan membantunya, tetapi tetap tanggungjawab berada pada expeditur utama. Karena
pengiriman tidak memiliki hubungan kepada expeditur antara sehingga pengirim datang pada
expeditur utama.
Dalam pasal 1458, perjanjian jual beli terjadi sejak adanya kata sepakat meskipun barang
belum diserahkan dan belum dibayar karena dalam pasal tersebut nampak bahwa perjanjian
jual beli bersifat obligator yang berarti perjanjian jual beli baru meletakkan hak dan
kewajiban secara timbal balik.
Perantara Dalam Pasar Modal.
Pialang adalah perantara dalam keperdagangan yang diangkat dan disumpah dalam
mengadakan perjanjian-perjanjian bertindak untuk dan atas nama pricipal dan menerima
provisi yang mana dia tidak memiliki hubungan kerja yang tetap.
Perantara pedagang efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual-beli efek
untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.
Anggota bursa adalah perantara pedagang efek yang menjadi anggota bursa efek. UU
pasar modal No.8 tahun 2005 (bursa efek).
Bursa efek adalah tempat jual beli efek yang telah terdaftar sehingga dapat ditawarkan
ke masyarakat umum. Pasar sekunder untuk efek yang sudah didaftarkan.
VI. LEVERING DAN RESIKO
Obligatur : Dimana penjual dan pembeli memiliki kewajibannya masing-masing dan
melakukannya dan terjadi hak-kewajiban
Levering : Pemindahan barang yang telah dijual kepada/dalam kekuasaan atau kepunyaa
pembeli
Resiko : Yang menanggung beban kerugian yang terjadi di luar kesalahan para pihak
Prinsip hukum : Resiko itu menjadi beban kewajiban dari si pemilik barang apabila tidak
bisa dibuktikan adanya unsur kesalahan dari pihak lain
Dengan levering, kita dapat melihat apakah kita sudah memiliki barang itu dan resiko terjadi
bila ada kata sepakat. (pasal 1460 BW) pemindahan barang terjadi bila levering dilakukan.
VII. JUAL-BELI MENURUT BW
Di dalam BW ada kekuasaan yang mengikat
1. Dwingenrecht : Ketentuan/aturan yang bersifat memaksa
2. Regelendrecht : Mengatur, tetapi ketika para pihak ingin menyimpang diperbolehkan
Unsur jual-beli menurut BW pasal 1457 :
1. Perjanjian
2. Pihak yang mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan
3. Pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan
Kewajiban Penjual :
1. Menyerahkan barang dan memastikan si penerima mendapatkan barang dengan aman
2. Bertanggung jawab atas cacat yang tersembunyi
Kewajiban Pembeli : Membayar harga baran yang dibeli di tempat dan waktu yang
ditentukan
Barang harus diserahkan pada waktu jual-beli ditutup dan tempat barang itu berada. (pasal
1477) kewajiban penjual
Menurut BW, ketika pembeli yang membeli barang dan seketika itu pula barang rusak di
dalam, pembeli harus membayar penuh sesuai dengan kesepakatan
Menurut BW, jika suatu barang yang ditimbang/berat jual atau ukuran akan jadi
tanggungan si pembeli ketika barang itu diukur karena dianggap itu proses agar si pembeli
dapat mengetahui timbangan barang dan mendapatkan barang tersebut (pasal 1461 BW)
Dasar untuk penyimpangan adalah pasal 1338 BW. Jika ada kerusakan dalam barang maka
dimintai pertanggungjawaban dalam jangka pendek.
Sifat Konsensual :
1. Perjanjian luar beli lahir dari kata sepakat mengenai barang dan harga sehingga untuk
itu, maka;
2. Karena ada konsensual itu menimbulkan hak dan kewajiban/obligatur.
VII. JUAL-BELI PERNIAGAAN
Jual beli yang dilakukan oleh para pengusaha untuk keperluan perusahaan mereka,
sehingga kata lain jual beli perniagaan lebih khusus daripada jual beli BW.
Perbedaan jual beli BW :
1. Dilakukan oleh pengusaha/salah satunya pengusaha (pasal 1457)
2. Dalam hal penjual, pembeli barang pada umumnya berada di lokasi yang sama
3. Obyeknya harus benda bergerak dan tidak bergerak
4. Bebas transportasinya
Jual beli Perniagaan :
1. Dilakukan oleh pengusaha
2. Lokasi antara pengusaha dan pembeli berbeda
3. Benda bergerak obyeknya
4. Transportasi laut (lazimnya)
Download