2014, Laporan Akhir EKPD Provinsi Bengkulu

advertisement
Strategi Pengurangan Tingkat Kemiskinan di
Provinsi Bengkulu
Oleh: Purmini, M.Sc
Regional Economist Provinsi Bengkulu
Pendahuluan
Pada hakikatnya pembangunan merupakan suatu proses berkelanjutan yang bersifat
multidimensi yang terdiri dari berbagai aspek yang saling terkait antara yang satu
dengan yang lainnya, yang dilaksanakan melalui pemanfaatan berbagai sumberdaya
sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembangunan yakni meningkatkan
kesejahteraan bagi segenap masyarakat dari waktu ke waktu. Perubahan dalam salah
satu aspek pembangunan dapat secara langsung dan tidak langsung berpengaruh
terhadap perubahan pada aspek-aspek lainnya yang pada gilirannya akan
berpengaruh terhadap rangkaian proses, kinerja
dan pencapaian tujuan
pembangunan.
PEL
Provinsi Bengkulu terletak di pantai barat Sumatra, berbatasan langsung dengan
Samudra Indonesia, tidak dilewati jalan poros trans Sumatra. Masalah utama yang
menghambat pembangunan di Provinsi Bengkulu adalah akses dan konektivitas.
Diantara propinsi-propinsi lain di Sumatra, pendapatan perkapita penduduk propinsi
Bengkulu paling rendah. Tulisan singkat ini hanya ingin membahas secara singkat
strategi pembangunan di Provinsi Bengkulu sehubungan dengan peningkatan akses
dan konektivitas agar dapat keluar dari ketertinggalan dan kemiskinan.
Letak Geografis Provinsi Bengkulu
Provinsi Bengkulu terletak di sebelah barat pegunungan Bukit Barisan, dengan luas
wilayah 34.724,69 km² terdiri dari luas daratan 19.795,15 km² luas lautan 14.929,54
km² (Bakosurtanal: 2010). Terdiri dari Kawasan Hutan dan Suaka Alam sebesar 46,52
% (2/3 bagian merupakan kawasan lindung), peruntukan lainnya sebesar 53,48 %.
Wilayah administrasi Provinsi Bengkulu memanjang dari perbatasan Sumatera Barat
sampai perbatasan Provinsi Lampung dengan jarak ± 567 km dengan jumlah
penduduk 1.742.080 jiwa (BPS 2011).
Provinsi Bengkulu berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia pada garis pantai
sepanjang ± 433 km. Bagian timurnya berbukit-bukit dengan dataran tinggi yang
subur, sedangkan bagian barat merupakan dataran rendah yang relatif sempit,
memanjang dari utara ke selatan serta diselang selingi daerah yang bergelombang
dan curam, sehingga berpotensi terjadinya tanah longsor pada sepanjang aliran
sungai karena derasnya arus, dan potensi banjir pada hilir sungai karena adanya
penumpukan air yang cepat dan besar pada hilir sungai. Daerah ini juga termasuk
satu diantara daerah rawan gempa Indonesia yang ada di Sumatera, daerah lainnya
adalah Aceh, Sumatera Utara, Simeloe, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan
Lampung. Hal ini juga diperkuat posisi Indonesia yang berada diatas lempeng aktif
Eurosia dan diapit oleh lempeng Indo-Australia . Menurut Badan Penanganan
Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu, sebanyak 196 desa di Bengkulu berada
dalam zona merah, atau rawan bencana tsunami. Terdapat di lima kabupaten dan
kota (Kabupaten Mukomuko, Seluma, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan, dan Kota
Bengkulu) yang berhadapan langsung dengan laut tanpa adanya penahan desa, baik
alami maupun buatan bila terjadi tsunami.
Perkembangan Ekonomi Provinsi Bengkulu
Akses dan konektivitas menjadi masalah utama bagi provinsi Bengkulu. Pada tahun
2005, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) telah mengklasifikasikan
Provinsi Bengkulu sebagai salah satu provinsi tertinggal di Indonesia yang ditentukan
dengan menggunakan beberapa indikator seperti masih rendahnya pendapatan per
kapita, rendahnya tingkat pendidikan, tingginya tingkat kemiskinan, dan masih
terbatasnya akses dan sarana transportasi yang teridentifikasi sebagai kendala
potensial yang mengisolasi dan menghambat kelancaran berbagai aktifitas
pembangunan daerah. Hasil kajian KPDT tersebut telah dijadikan sebagai salah satu
bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan pembangunan daerah .
Provinsi Bengkulu terdiri dari 9 kabupaten dan satu Kota, 5 kabupaten diataranya
adalah kabupaten yang baru terbentuk (Daerah Otonomi Baru). Dari 9 kabupaten dan
1 Kota tersebut, 5 diantaranya (Daerah Otonomi Baru), masuk dalam kategori
Kabupaten Tertinggal (lihat table 1).
Indeks Pembangunan Manusia di daerah
tertinggal lebih rendah daripada IPM daerah tertinggal nasional, dan Jumlah
Penduduk Miskin di daerah tertinggal provinsi Bengkulu lebih tinggi daripada
nasional.
Tabel 1. Daerah Tertinggal di Provinsi Bengkulu
Indikator
Satuan
2009
2010
2011
2012
2013
1
Persentase kabupaten tertinggal
terhadap provinsi, Nasional
%
69,57
52.17
52.17
52.17
46.67
2
Persentase kabupaten tertinggal di
provinsi Bengkulu
%
66,6
66,6
66,6
66,6
66,6
3
IPM di daerah tertinggal Nasional
Indeks
71.64
72.29
72.83
73.18
70.09
4
IPM di daerah tertinggal di Provinsi
Bengkulu
Indeks
68,53
69,01
69,52
70,04
70.50
5
Jumlah Penduduk Miskin di Daerah
Tertinggal
Ribu org
127,10
118,60
120,70
123,60
6
Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi
Bengkulu
Ribu org
317,90
281,20
303,60
311,66
320,41
Melihat perkembangan jumlah kabupaten tertinggal (Kabupaten Kaur, Seluma,
Mukomuko, Lebong, Kepahiang dan Bengkulu Tengah) tidak mengalami perubahan
selama lima tahun terakhir artinya belum ada satu pun dari kabupaten tertinggal
yang ada di provinsi Bengkulu berubah status menjadi kabupaten yang maju.
Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi di beberapa wilayah
di kabupaten tertinggal provinsi Bengkulu belum memadai sepenuhnya¸ seperti,
listrik, Air, prasarana jalan serta penghasilan masyarakat yang masih tergolong
rendah sehingga berdampak terhadap perekonomian yang buruk dan berimplikasi
pada angka kemiskinan yang meningkat. Selain itu kemampuan anggaran pemerintah
yang kecil dan sangat tergantung kepada pemerintah pusat, membatasi ruang gerak
pemerintah dalam upaya percepatan pembangunan.
Struktur PDRB Propinsi Bengkulu cenderung tidak berubah: pertanian ( 40% ),
perdagangan, hotel dan restoran ( 21% ), jasa-jasa ( 16% ). Dalam penciptaan
lapangan kerja sektor pertanian terbesar ( > 50% ), Perdagangan 13%, jasa-jasa 8%.
Dari sisi penggunaan, PDRB didominasi oleh konsumsi rumahtangga (>63%), PMTB
(investasi) sebesar 12%, Pengeluaran Pemerintah: 16%, Net Ekspor: 10%. Tingkat
pertumbuhan ekonomi meningkat dari tahun ke tahun. Namun, pendapatan
perkapita di Propinsi Bengkulu relatif kecil, hanya sekitar separoh dari pendapatan
perkapita nasional. Mayoritas masyarakat bekerja di sektor pertanian dengan tingkat
produktifitas yang relatif rendah sehingga berpendapatan rendah menimbulkan
tingginya angka kemiskinan.
Dari capaian beberapa indicator ekonomi menunjukkan bahwa selama beberapa
tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi provinsi Bengkulu
di atas rata-rata
pertumbuhan ekonomi nasional, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga di atas
rata-rata IPM nasional, namun di sisi lain angka kemiskinan masih jauh di atas ratarata nasional. Mengapa pertumbuhan tidak mampu menurunan angka kemiskinan?
Mengapa kemiskinan Provinsi Bengkulu masih cukup tinggi padahal IPM
tinggi?
relatif
Tabel 2. Beberapa Indikator Ekonomi Provinsi Bengkulu dan Nasional
Pendapatan 2013
Daerah/
Nasional
Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan
perkapita
6,21%
15,10 juta
Bengkulu
5,78%
Indonesia
36, 51 juta
Sektor
Utama
Pertanian >
Serapan TK
menurut
sektor
Pertanian
40%
>50 %
Manufaktu
Manufaktu
r 60%
r 38%
Tingkat
Kemiskin
an
17,5%
74,41
8,34%
73,81
IPM
Sumber: BPS
Secara nasional
persentasi kemiskinan pada tahun 2009 sampai dengan 2013
berturut-turut yaitu 11.51%, 11.31%, 10.83%, 11.11%, 8.34%. Penurunan jumlah
penduduk miskin di Indonesia tahun 2009-2014 sebesar 3.17 persen. Sementara
jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Bengkulu pada kurun waktu 2009
-2011 menunjukkan penurunan dari 18.59% tahun 2009 menjadi 17.36 persen pada
tahun 2011, namun pada tahun 2012 persentase kemiskinan tersebut mengalami
kenaikan sebesar 0.34 % dan pada tahun 2013 naik sebesar 0.05%. Artinya tingkat
kemiskinan Provinsi Bengkulu masih sangat jauh, di atas rata-rata kemiskinan tingkat
nasional. Walaupun tingkat kemiskinan Provinsi Bengkulu mengalami penurunan,
namun tingkat penurunan tersebut belum signifikan mengurangi tingkat kemiskinan.
Tabel 3. Indikator Kemiskinan di Provinsi Bengkulu
Indikator
Satuan
2009
2010
2011
2012
2013
1
Persentase penduduk
miskin
%
18,14
16,37
17,36
17,70
17,50
2
Indeks gini
%
0,30
0,37
0,36
0,35
0,386
3
PDRB per kapita
Rp
9.045.322
4
Jumlah Penduduk Miskin
org
317.90
Sumber: BPS
10.842.274 12.117.735 13.521.905 15.095.290
281.20
303.40
303.35
310,5
Penelitian Septarini (2013) dengan menggunakan model regresi untuk melihat
hubungan kausalitas antara kemiskinan dengan pertumbuhan ekonomi dan IPM
menghasilkan dua kesimpulan. Pertama, persentase penduduk miskin di Provinsi
Bengkulu periode 2002-2012 dipengaruhi oleh IPM (yang meliputi tingkat kesehatan,
tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan). Hal ini berarti bahwa kemiskinan di
Provinsi Bengkulu periode 2002-2012 dipengaruhi oleh variabel yang bersifat
kompleks. Kedua, penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi
Bengkulu tidak signifikan memengaruhi persentase penduduk miskin Provinsi
Bengkulu periode 2002-2012. Namun, pertumbuhan ekonomi bersama-sama dengan
IPM signifikan memengaruhi persentase penduduk miskin. Hal ini berarti bahwa
pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dengan peningkatan kualitas masyarakat
(tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat pendapatan) agar dapat
berpengaruh pada upaya penanggulangan kemiskinan di Provinsi Bengkulu.
Penurunan persentase penduduk miskin selama periode 2002-2012 dipengaruhi oleh
peningkatan IPM pada periode yang sama.
Permasalahannya adalah meskipun
cenderung menurun, namun persentase penduduk miskin Provinsi Bengkulu masih
cukup tinggi. Hal ini terjadi karena salah satu komponen IPM, yaitu pendapatan per
kapita Provinsi Bengkulu masih sangat rendah, hanya setengah dari pendapatan per
kapita nasional. Kesimpulan penelitian ini mengkonfirmasi teori dan konsep
mengenai kemiskinan, yaitu kemiskinan adalah masalah kompleks serta kemiskinan
adalah fenomena yang umum terjadi di wilayah sedang berkembang dengan tingkat
pendapatan per kapita rendah.
Jika determinan kemiskinan dilihat dari tiga faktor yaitu SDM, Infrastruktur dan
Ekonomi, menurut Quick Wins BAPPENAS 2012 (sumber: MP3KI Bappenas), dari sisi
SDM beberapa karakteristiknya adalah kesadaran bersekolah rendah dan pola hidup
tidak sehat, sementara dari sisi Infrastruktur beberapa karakteristiknya adalah
fasilitas air (minum dan baku) kurang, jalan dan irigasi sangat diperlukan, perlu
penyediaan listrik dan pemukiman yang layak; sementara dari sisi ekonomi ditandai
dengan kurangnya diversifikasi keahlian, arus barang tidak lancar karena kendala
infrastruktur serta perlunya digali kewirausahaan.
Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah (Bappenas) menyebutkan bahwa:
Pertama, daerah otonomi baru (DOB) adalah daerah kantong-kantong kemiskinan,
umumnya adalah daerah tertinggal dengan sumber daya alam – pertanian -- yang
terbatas (miskin) sehingga sangat terbatas pula kemungkinan untuk memaksimalkan
potensi sumber daya. Umumnya sektor pertanian ‘menyumbang’ kemiskinan cukup
tinggi yakni sekitar 60% . Kedua, infrastruktur penunjang, seperti jalan, sekolah
maupun prasarana ekonomi, masih sangat terbatas dan lokasi daerah otonomi baru
pada umumnya jauh dari ibukota Kabupaten. Bahkan banyak daerah otonomi baru
yang lokasinya yang cukup terpencil, baik di wilayah pegunungan maupun di wilayah
pesisir. Hal ini mengakibatkan keterbatasan akses bagi kelompok-kelompok miskin
untuk memperbaiki kehidupannya, termasuk modal ekonomi yang dimiliki, baik lahan
pertanian maupun keuangan. Ketiga, dari sisi sosial, penduduk miskin umumnya
memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah mengingat terbatasnya kemampuan
untuk mendapatkan akses pendidikan. Akibatnya, dalam kurun waktu singkat
amatlah sulit untuk menurunkan tingkat kemiskinan tersebut.
Di provinsi Bengkulu sebaran penduduk miskin relatif lebih terkonsentrasi di daerah
bagian Selatan provinsi Bengkulu seperti kabupaten Kaur (22,7 %),
kabupaten
Bengkulu Selatan (23,0 %), dan kota Bengkulu (22,1 %). Dominannya penduduk
miskin pada wilayah bagian Selatan provinsi Bengkulu tidak terlepas dari lebih
baiknya sumberdaya alam, investasi dan lebih menggeliatnya kegiatan ekonomi yang
terdapat di bagian Utara provinsi Bengkulu (kabupaten Bengkulu Utara dan
kabupaten Mukomuko, dan bagian Timur provinsi Bengkulu ( kabupaten Kepahyang,
Rejang Lebong dan kabupaten Lebong) dibandingkan dengan bagian Selatan provinsi
Bengkulu. Menggeliatnya kondisi ekonomi provinsi Bengkulu bagian Utara terindikasi
dari banyaknya jumlah perkebunan besar swasta (PMA dan dan PMDN), pabrik CPO,
crumb rubber, perikanan, dan batu bara. Sedangkan wilayah bagian Timur provinsi
Bengkulu merupakan sentra produksi hortikultura, perikanan darat, dan kopi. Dengan
kata lain, perkembangan ekonomi di bagian Utara dan Timur provinsi Bengkulu tentu
memberikan multiplier efek kepada kegiatan ekonomi masyarakat sekitarnya,
sehingga wilayah tersebut memiliki lebih sedikit sebaran jumlah penduduk miskin
(Laporan EKPD Provinsi Bengkulu 2014).
Pada sector pertanian, factor yang menyebabkan tingkat pendapatan yang rendah
adalah rendahnya harga komoditas pertanian di tingkat petani/produsen di daerah
pedesaan dibandingkan dengan harga di perkotaan untuk komoditas dengan kualitas
yang sama (komoditas belum diproses). Rendahnya harga komoditas pertanian di
tingkat petani merupakan akibat dari tingginya biaya transportasi untuk pemasaran
hasil pertanian dari desa surplus. Biaya transportasi akan lebih tinggi pada moda
transportasi selain moda kendaraan bermotor – melewati jalan setapak dan jalan
kecil dengan tenaga manusia atau hewan, misalnya pada daerah yang tidak memiliki
akses jalan yang memadai. Dalam sebuah kajian cepat terhadap penyebab
kemiskinan di 5 kabupaten di Indonesia, masyarakat desa di daerah terpencil
mengeluhkan tingginya biaya transportasi sebagai penyebab utama kemiskinan
(Dewan Ketahanan Pangan, 2009).
Harga komoditas pertanian yang menguntungkan di tingkat petani akan
menyebabkan tingkat pendapatan petani menjadi lebih baik. Namun pendapatan
yang lebih baik saja tidak cukup, bagi masyarakat pedesaan yang terpencil masih
perlu didukung dengan akses terhadap pelayanan jasa dan infrastruktur yang
memadai agar dapat lebih menjamin pendapatan yang lebih baik lagi bagi masyarakat
pertanian.
Dengan pengembangan akses jalan akan mempermudah guru-guru di pedesaan
miskin untuk menjangkau sekolah-sekolah sehingga lebih bersemangat mengajar,
pada akhirnya sumberdaya manusia di wilayah tersebut dapat ditingkatkan. Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL) dapat menjangkau petani pedesaan dalam memberikan
bantuan teknis dan informasi lainnya. Masyarakat pedesaan dapat menjangkau pusat
kesehatan lebih baik sehingga angka kematian anak dapat dikurangi. Manfaat
pembangunan akses jalan di pedesaan yang berpenduduk miskin akan sangat
dirasakan dalam peningkatan aspek social maupun ekonomi penduduk desa.
Keterbelakangan infrastruktur menghalangi laju perkembangan dari suatu wilayah.
Infrastruktur yang baik akan menarik investasi yang lebih besar pada berbagai sector.
Hal itu akan memberikan daya dorong terhadap penghidupan berkelanjutan. Akses
jalan memberikan akses yang lebih baik ke pasar bagi para produsen, penjual dan
pembeli.
Kondisi Infrastruktur Di Provinsi Bengkulu
Salah satu determinan kemiskinan adalah kurangnya infrastruktur seperti Fasilitas Air
(minum dan baku) kurang, Jalan dan Irigasi sangat diperlukan, Penyediaan Listrik,
Pemukiman yang layak. Untuk provinsi Bengkulu, yang terletak di pantai barat
Sumatra, dari sisi lokasi provinsi ini jauh dari pasar, tidak dilewati jalan lintas Sumatra,
pembangunan infrastruktur menjadi sangat penting untuk menunjang perekonomian
yaitu akses dan konektivitas ke pasar baik local, nasional maupun internasional.
Panjang jalan nasional yang ada di provinsi Bengkulu, dalam beberapa tahun terakhir
tidak mengalami perubahan yaitu tetap sepanjang 774,82 km , artinya tidak ada
pembangunan jalan nasional yang baru di daerah ini. Meskipun panjang jalan
nasional tidak bertambah, kondisi kualitas jalan nasional cenderung mengalami
perbaikan terutama dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2009 kondisi jalan
nasional dalam keadaan baik hanya 28,17% (189,88 km), sedang: 39,32% (265,04
km), sementara itu dalam kondisi rusak ringan: 20,79% (140,15 km) dan rusak berat:
11,71% (78,93 km). Pada tahun 2013 kondisi kualitas jaringan jalan terus mengalami
peningkatan¸ jalan dalam kondisi baik menjadi: 76,57% (473,67 Km), kondisi jalan
dalam kategori sedang: 6,64% (41,05 Km), kondisi jalan dalam keadaan rusak ringan :
5,76% (35,62 Km) dan rusak berat : 11,04% (68,27 Km). Dibandingkan dengan tahun
2012, ada peningkatan kondisi jalan dari sedang ke baik, namun ada juga yang dari
kondisi sedang ke kondisi buruk. Perkembangan kondisi jalan nasional di Provinsi
Bengkulu dapat dilihat pada grafik 1.
Grafik 1. Perkembangan Kondisi Jalan Nasional di Provinsi Bengkulu, 2009-2013
90
80
76.57
71.81
70
60
54.55
53.4
50
40
30
39.32
32.5
28.17
- Baik
40.91
- Sedang
29.21
16.24
20
- Buruk
16.79
16.56
11.63
5.69
10
6.64
0
2009
2010
2011
2012
2013
Namun apabila dilihat kondisi jalan nasional berdasarkan kabupaten dan kota pada
tahun 2012 dan 2013 kondisi jalan nasional yang masuk kategori rusak berat paling
banyak terdapat di kabupaten Mukomuko (29,10 Km) kemudian disusul Bengkulu
Utara (20 Km), Bengkulu Tengah (15,34 Km) dan kota Bengkulu (3,43 Km). Banyaknya
ruas jalan nasional yang rusak di daerah ini karena banyak dilalui oleh kendaraan
angkutan barang dengan muatan melebihi tonase kelas jalan, jalan nasional yang ada
saat ini hanya kelas III.
Masih banyaknya jalan dalam kondisi yang rusak secara tidak langsung
mempengaruhi aktivitas perekonomian dan sosial, karena jalan yang rusak
menyebabkan waktu tempuh menjadi lebih lama, kerusakan kendaraan, tingginya
ongkos angkut serta merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya banyak
kecelakaan lalulintas.
Secara umum kondisi jalan nasional di provinsi Bengkulu cenderung mengalami
peningkatan, namun jika dibandingkan dengan kondisi jalan nasional secara
keseluruhan belum lebih baik kualitasnya. Meskipun secara umum kinerja
pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional sudah lebih baik capaiannya,
kerusakan di beberapa ruas jalan perlu segera ditangani agar lalu lintas orang dan
barang tidak terganggu. Untuk mengetahui perbandingan keadaan kondisi jalan
nasional di provinsi Bengkulu dapat dilihat pada gambar berikut.
Grafik 2. Perbandingan Jalan Nasional menurut Kondisi Jalan di Provinsi Bengkulu,
Tahun 2009 – 2012
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
79.00
70.00
81.00
71.81
54.55
86.00
81.00
76.57
53.40
28.17
2009
2010
2011
2012
2013
% jalan nasional dalam kondisi Baik
% jalan nasional di Prov. Bengkulu dalam kondisi Baik
Meskipun kondisi jalan di daerah ini sudah cukup baik, namun beberapa ruas jalan
nasional yang termasuk jalan Lintas Barat (Jalinbar) Sumatera mengalami kerusakan
yang sangat mengkhawatirkan apabila tidak segera ditangani, seperti di daerah
kabupaten Mukomuko di desa Air Dikit disebabkan oleh abrasi, begitu juga abrasi dan
jalan longsor di kabupaten Bengkulu Utara di desa Serangai dan jalan longsor di jalur
lintas tengah yang menghubungkan kota Bengkulu dengan kabupaten Kepahiang.
Daya Tarik Investasi
Apabila dilihat perbandingan secara regional di pulau Sumatera realisasi investasi
PMA dan PMDN di daerah ini menempati urutan terendah di pulau Sumatera dan
secara nasional kontribusinya belum mencapai 1 (satu) persen. Masih rendahnya
realisasi investasi PMA maupun PMDN menunjukkan rendahnya daya saing dalam
menarik investor untuk menginvestasikan modal di daerah ini. Rendahnya daya saing
ini dapat disebabkan karena masih terbatasnya infrastruktur dasar dan prosedur yang
masih panjang dengan persyaratan yang cukup banyak. Sementara itu peluang dan
potensi investasi di daerah ini masih cukup banyak yang dapat dikelola, baik di bidang
perkebunan (sawit dan karet), kelautan dan perikanan, pertambangan, industri hilir
pengolahan hasil perkebunan maupun pariwisata dan jasa-jasa. Nilai realisasi
investasi PMDN yang dilaporkan adalah diluar Investasi Sektor Minyak dan Gas Bumi,
Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Investasi yang
perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sector, Investasi Porto Folio (Pasar
Modal) dan Investasi Rumah Tangga.
Tabel 4. Perkembangan Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Laporan Kegiatan
Penanaman Modal (LKPM) Menurut Lokasi,Tahun 2010 s/d 2013
NO
LOKASI
I
SUMATERA
1
2010
P
2011
I
P
2012
I
P
2013
I
P
I
359
747.1
667
2,076.6
695
3,729.3
3,395.3
272
NAD
13
4.6
40
22.5
26
172.3
87
94.2
2
Sumatera Utara
78
181.1
115
753.7
133
645.3
347
887.5
3
Sumatera Barat
10
7.9
43
22.9
45
75.0
94
91.4
4
RIAU
45
86.6
64
212.3
81
1,152.9
168
1,304.
9
5
Jambi
12
37.2
31
19.5
30
156.3
61
34.3
6
Sumatera Selatan
51
186.3
99
557.3
107
786.4
142
485.9
7
Bengkulu
11
25.1
18
43.1
21
30.4
27
22.3
8
Lampung
31
30.7
54
79.5
57
114.3
50
46.8
9
Bangka Belitung
22
22.0
48
146.0
30
59.2
50
112.4
10
Kepulauan Riau
86
165.7
155
219.7
165
537.1
87
94.2
Indonesia
3,076 16,214.8
4,342 19,474.5
Sumber: BKPM, 2013
Ket: P = Proyek
I=Nilai Investasi dalam US juta
4,579 24,564.7
9,612 28,617.5
Tabel 5 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN Berdasarkan Laporan Kegiatan
Penanaman Modal (LKPM) Menurut Lokasi, Tahun 2010 s/d 2013
NO.
2010
LOKASI
P
SUMATERA
2011
I
2012
P
I
2013
P
I
P
I
222
4.224,2
370
16.334,
3
287
14.256,
2
522
22,913.
8
5
40,9
16
259,4
11
60,2
71
3,636.4
1
NAD
2
Sumatera Utara
41
662,7
79
1.673,0
61
2.550,3
147
5,068.9
3
Sumatera Barat
11
73,8
24
1.026,2
22
885,3
35
677.8
4
RIAU
52
1.037,1
56
7.462,6
51
5.450,4
64
4,874.3
5
Jambi
17
223,3
30
2.134,9
24
1.445,7
48
2,799.6
6
Sumatera Selatan
29
1.738,4
48
1.068,9
32
2.930,6
47
3,396.0
7
Bengkulu
2
8,5
2
-
1
52,6
2
109.6
8
Lampung
32
272,3
58
824,4
48
304,2
23
1,325.3
9
Bangka Belitung
5
0,4
7
514,4
4
533,5
11
608.2
10
Kepulauan Riau
28
166,9
50
1.370,4
33
43,5
74
417.7
875 60,626.3
Indonesia
1,313 76,000.7
1,210 92,182.0
2,129 128,150.6
Sumber: BKPM, 2014
Ket: P = Proyek
I=Nilai Investasi dalam Rp.milyar
Data dari BKPMD Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa PMA dan PMDN pada tahun
2013 adalah seperti pada table 5. Investasi PMDN dan PMA di Provinsi Bengkulu
masih didominasi oleh usaha investasi sektor primer khususnya
perkebunan.
Investasi dalam 5 tahun ke depan akan diarahkan dalam menunjang pertumbuhan
dan perkembangan industri kerakyatan seperti pabrik-pabrik industri hilir pengolah
hasil pertanian, perkebunan dan perikanan (RPJMD Provinsi Bengkulu 2010-2015, Bab
IV Analisis Isu-isu Strategis).
Tabel 6. Investasi PMDN dan PMA di Provinsi Bengkulu Tahun 2013
No
Jenis Investasi
Sektor
Jumlah
Realisasi
1
PMDN
Primer
74
Rp1.331.445.881.483
2
PMA
Primer
32
Rp1.402.542.183.037
US$204.385.485
3
PMDN
Sekunder
19
Rp614.404.803.384
4
PMA
Sekunder
18
Rp386.626.084.588
US$116.436.073
5
PMDN
Tersier
31
Rp3.703.924.449.137
6
PMA
Tersier
21
Rp25.560.224.728
US$71.681.231
Sumber: BKPMD Provinsi Bengkulu, 2014, dalam bkpmd.bengkuluprov.go.id
Kesimpulan dan Rekomendasi
A. Kesimpulan
Permasalahan utama provinsi Bengkulu adalah akses dan konektivitas yang
berimplikasi pada tingkat kemiskinan. Dari sisi akses dan konektivitas, terbatasnya
infrastruktur
daerah
khususnya
jalan
merupakan
factor
penting
dalam
mempengaruhi daya tarik investasi daerah ini. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai
investasi PMA maupun PMDN yang ada di daerah ini dari tahun ke tahun tetap
berada pada ranking terbawah di Sumatra. Selain mempengaruhi dayatarik investasi,
terbatasnya infrastruktur jalan juga berimplikasi pada mahalnya biaya transportasi
produk-produk yang dihasilkan dari daerah produksi menuju ke pasar maupun biaya
produksi produk-produk yang didatangkan dari luar Bengkulu untuk dikonsumsi oleh
masyarakat Bengkulu, sehingga harga-harga barang di Bengkulu menjadi relative
mahal. Rendahnya investasi berpengaruh terhadap rendahnya kesempatan/ lapangan
kerja yang tersedia dan tingkat pengangguran, yang pada akhirnya berimplikasi pada
tingkat pendapatan masyarakat dan kemiskinan.
B. Rekomendasi
1. Program Infrastruktur
a. Program percepatan pembangunan infrastruktur difokuskan untuk membuka
keterisolasian daerah atau jalur-jalur ekonomi, dan membangun interkoneksi
jalan Provinsi dengan jalan nasional.
b. Pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten dan kota hendaknya
memprioritas alokasi anggaran untuk pembangunan/peningkatan maupun
pemeliharaan jalan.
c. Pembangunan dan pengembangan pelabuhan Pulau Baai,
d. Jaringan kereta api Pulau Baai - Muaraenim; Linau - Tanjungenim;
e. Perluasan dan Peningkatan Bandara Fatmawati
f. Menindak tegas pengguna jalan dengan muatan berlebih karena kondisi jalan
yang ada adalah jalan kelas III
g. Meningkatkan sebagian ruas jalan nasional dari kelas III menjadi kelas II
h. Percepatan Program Pemerintah: Re-alignment jalan Bengkulu - Lubuk
Linggau, yaitu pelebaran dan pelurusan jalan serta percepatan pembangunan
jalan By Pass dari kota Bengkulu ke batas Sumatera Selatan (Lubuk Linggau).
i.
Melakukan pengawasan secara ketat dalam hal teknis pembangunan dan
pemeliharaan jalan.
j.
Melakukan pengaturan dan penertiban terhadap tata guna lahan, dalam
upaya untuk membenahi ruang manfaat jalan, daerah milik jalan, dan ruang
pengawasan jalan
k. Perbaikan infrastruktur ekonomi terutama jalan di daerah pedesaan, daerah
terpencil, daerah pertanian, dan wilayah kumuh dan miskin di perkotaan
2. Program Peningkatan Pendapatan dan Penanggulangan Kemiskinan
a. Masalah
kemiskinan
adalah
masalah
yang
kompleks,
multidimensi,
menyangkut masalah structural dan cultural, oleh karena itu program
peningkatan pendapatan dan penanggulangan kemiskinan harus bersifat
b.
jangka panjang dan terstruktur, program pemberdayaan masyarakat yang
bersifat mengubah kultur dan pola pikir, selain memberi ikan tapi juga
memberikan kail atau bahkan cara
membuat kail. Telah banyak program-
program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, namun karena hasilnya belum
optimal, program-program semacam ini perlu terus diupayakan, yang pada
intinya
pemerintah lokal dan kelompok-kelompok komunitas harus punya
inisiatif, bukan berperan pasif .
c.
Selain program khusus penanggulangan kemiskinan, strategi pembangunan yang
perlu
dilakukan
pemerintah
adalah
pengembangan
ekonomi
berbasis
sumberdaya ekonomi lokal, untuk meningkatkan jumlah dan variasi peluang
pekerjaan yang tersedia bagi penduduk lokal, diantaranya:

Prioritas alokasi anggaran untuk menunjang penguatan sektor pertanian,
termasuk perikanan dan kelautan dan sektor-sektor terkait.

Penguatan sektor unggulan daerah

Peningkatan produktifitas sektor pertanian (termasuk perikanan dan
kelautan) melalui penyediaan sarana dan prasarana pendukung,

Meningkatkan
nilai
tambah
produk
pertanian,
melalui
program
industrialisasi, termasuk penguatan sektor-sektor terkait (hilirisasi),

Peningkatan keterampilan dan kualitas SDM khususnya di sektor pertanian
(termasuk perikanan dan kelautan).

Kemudahan akses terhadap layanan lembaga keuangan (financial inclusion),

Kemudahan dalam pengurusan izin usaha,

Kemudahan dalam mengakses sumber-sumber informasi,

Kemudahan dalam mendapatkan berbagai jenis pembinaan yang dilakukan
oleh pemerintah dan stakeholder lainnya,

Kemudahan dalam memperluas pangsa pasar,

Kemudahan dalam proses transfer teknologi
Daftar Pustaka
______, 2009, Badan Ketahanan Pangan, Deptan, Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Indonesia
_____,2014,Badan Pusat Statistik Bengkulu, 2014, Bengkulu Dalam Angka 2014
_____, 2008, Bappenas bekerja sama dengan UNDP, Studi Evaluasi Dampak
Pemekaran Daerah 2001-2007
_____, 2014, Laporan Akhir EKPD Provinsi Bengkulu
_____, 2014, Bank Indonesia, Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bengkulu
_____, 2014, Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia 2013, Menjaga
Stabilitas, Mendorong Reformasi Struktural Untuk Pertumbuhan Ekonomi Yang
Berkelanjutan,.
Deni Septarina, 2013, Poor vs Growth, Harian Rakyat Bengkulu
Pradono, 2009, LERD, Pengertian dan Perkembangan , makalah disampaikan pada
Pelatihan LERD, di ITB Bandung, 30 Mei 2009.
Download