KETERKAITAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

advertisement
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode…
KETERKAITAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MONTESSORI UNTUK
MENCAPAI KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL SEKOLAH DASAR PADA KURIKULUM 2013
Dyoty Auliya Vilda Ghasya1
ABSTRAK
Kajian konseptual ini bersifat studi kepustakaan. Pada artikel ini memiliki beragam konsep yang
saling terkait dan dibahas untuk mendapat suatu gagasan tentang keterkaitan penerapan metode
pembelajaran Montessori untuk mencapai kompetensi dasar mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial
sekolah dasar pada Kurikulum 2013. Salah satu mata pelajaran dalam kurikulum 2013 adalah Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dalam Kurikulum 2013 meliputi
pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai kejujuran, kerja keras; sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai
dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut dan sikap. Dalam
kurikulum 2013, mata pelajaran IPS Sekolah Dasar memiliki Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
yang harus dicapai oleh siswa. Berdasarkan hal tersebut, metode pembelajaran Montessori cocok
diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di
Sekolah Dasar. Metode pembelajaran Montessori sendiri merupakan metode pembelajaran yang
menekankan kedisiplinan yang memerdekakan dimana anak belajar dengan bebas memilih apa yang
sesuai dengan kemampuan mereka, semua kegiatan harus berguna dan diamati oleh direktris.
Kata Kunci: Metode Pembelajaran Montessori, Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,
Kurikulum 2013
1
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Dosen PGSD STKIP Bina Bangsa Getsempena. Email: [email protected]
ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|112
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode…
Salah satu mata pelajaran dalam
PENDAHULUAN
Hakikat pendidikan merupakan upaya
kurikulum 2013 adalah Ilmu Pengetahuan
sadar yang dilakukan sebagai proses untuk
Sosial (IPS). Pembelajaran IPS di Sekolah
menjadikan manusia yang bermanfaat bagi
Dasar
dirinya sendiri, sesama manusia, lingkungan
pengetahuan,
beserta segenap isi dan peradabannya. Pada
kejujuran,
praktiknya sekolah atau lembaga pendidikan
kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan
menemui
laju
serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-
dunia
nilai tersebut dan sikap. Dalam kurikulum
perkembangan
2013, mata pelajaran IPS Sekolah Dasar
zaman yaitu dengan melakukan perubahan
memiliki Kompetensi Inti dan Kompetensi
kurikulum. Hal ini merupakan salah satu
Dasar yang harus dicapai oleh siswa. Akan
faktor mengapa kurikulum selalu diperbarui
tetapi, proses belajar mengajar IPS di Sekolah
secara berkala.
Dasar umumnya dianggap tidak menarik,
sejumlah
perkembangan
pendidikan
tantangan
zaman.
terhadap
Kurikulum
diperbarui
Respon
laju
dalam
untuk
atas
pendidikan
dikembangkan
dalam
Kurikulum
2013
keterampilan,
kerja
keras;
meliputi
nilai-nilai
sosial,
budaya,
akibatnya banyak anak-anak Sekolah Dasar
dengan
yang kurang tertarik untuk mendalami mata
menonjolkan aspek yang dipandang lebih baik
pelajaran IPS. Selain itu, memang ada
dan
atau
anggapan bahwa mata pelajaran IPS tidak
sebelumnya.
begitu penting sehingga siswa dalam proses
Sehingga kurikulum terbaru adalah hasil
belajar mengajar tidak begitu serius dalam
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya.
mengikutinya. Salah satu faktor mata pelajaran
meminimalisasi
kelemahan
dari
kekurangan
kurikulum
Dewasa ini, kurikulum pendidikan di
Indonesia
menerapkan
2013.
metode pembelajaran yang diterapkan oleh
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru
guru kurang tepat, sehingga menimbulkan
yang mulai diterapkan pada tahun ajaran
kejenuhan bagi siswa. Selain itu, mata
2013/2014. Titik tekan pada kurikulum 2013
pelajaran IPS di Sekolah Dasar dianggap siswa
adalah adanya peningkatan dan keseimbangan
sebagai mata pelajaran yang hanya menghafal.
soft skills dan hard skills yang meliputi aspek
Padahal mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar
kompetensi
dan
mengandung tujuan mengenal konsep-konsep
kedudukan
yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
kompetensi yang semula diturunkan dari mata
dan lingkungannya, berpikir logis dan kritis,
pelajaran berubah menjadi mata pelajaran
memiliki komitmen dan kesadaran terhadap
dikembangkan dari kompetensi. Selain itu,
nilai-nilai
pembelajaran lebih bersifat tematik integratif
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
(Fadlillah, 2014:16).
berkompetisi
pengetahuan,
ISSN 2355-0066
sikap,
Kurikulum
IPS dianggap tidak begitu penting karena
keterampilan
kemudian
sosial
dalam
dan
kemanusiaan,
masyarakat
yang
Jurnal Tunas Bangsa|113
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode…
majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan
Di Sekolah Dasar; Konten Pembelajaran Ilmu
global.
Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar dalam
Berkaitan dengan permasalah tersebut,
Kurikulum
2013;
Keterkaitan
penerapan metode pembelajaran Montessori
Metode
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
Mencapai Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
untuk diterapkan pada proses kegiatan belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar Pada
mengajar mata pelajaran IPS Sekolah Dasar.
Kurikulum 2013.
Metode pembelajaran Montessori menjadikan
anak sebagai fokus pusat dari suatu proses
belajar dalam pembelajaran, anak dituntut
kemandiriannya dan pengajar hanya menjadi
Pembelajaran
Penerapan
Montessori
untuk
1. Hakikat Pembelajaran dan Belajar
(skripsi Montessori hal 11.pdf)
Pembelajaran
Pendidikan
yang
maju
memiliki
pengarah yang memandu tanpa banyak campur
metode pembelajaran yang baik. Pembelajaran
tangan menurut Maria Montessori (Gutek,
adalah proses komunikasi antar peserta didik
2013:4).
dengan pendidik yang mampu memberikan
Berdasarkan hal tersebut, gagasan ini
suatu pengalaman kepada siswa. Kegiatan
disusun melalui studi kepustakaan. Studi
pembelajaran adalah proses pendidikan yang
kepustakaan dilakukan terhadap sejumlah
dilaksanakan secara sengaja yang memiliki
literatur yang terbatas, meliputi literatur
tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran
Metode
mata
adalah proses menyampaikan suatu ilmu yang
pelajaran ilmu pengetahuan sosial Sekolah
terjadi antara pendidik dan siswa yang telah
Dasar dan Kurikulum 2013.
dirancang oleh pendidik.
Pembelajaran
Montessori,
Adapun sistematikan penulisan paper
ini
meliputi:
pendahuluan;
Hakikat
Pembelajaran menurut Corey (dalam
Susanto, 2013:187) proses dimana lingkungan
Pembelajaran dan Belajar; Karakteristik Siswa
individu dengan
Sekolah Dasar; Sejarah Metode Pembelajaran
tingkah laku tertentu dalam kondidi-kondisi
Montessori;
tertentu atau menghasilkan respon terhadap
Menurut
Teori
Perkembangan
Montessori;
Pembelajaran
Sifat
Metode
dikelola dalam
suatu situasi.
Karakteristik
Pembelajaran dalam pandangan Corey
Metode Pembelajaran Montessori; Metode
sebagai usaha mengkondisikan situasi untuk
Pembelajaran
Metode
mendapatkan
dengan
Pembelajaran
Pembelajaran
Montessori;
Anak
sengaja
Montessori;
Montessori
Sesuai
hasil
dari
adalah
suatu
kegiatan
tindakan.
yang
Karakter Anak; Kurikulum 2013; Karakteristik
direncanakan oleh guru agar siswa belajar
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial;
sehingga mendapatkan kemampuan baru yang
Tujuan
melekat pada diri berkat usahanya.
Pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan
Sosial; Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|114
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode…
Keadaan jasmani seorang anak usia 6
Belajar
Belajar adalah hal yang kompleks
hingga 10 tahun memiliki pengaruh yang
terjadi kepada setiap insan seumur hidup.
tinggi terhadap prestasi anak kesehatan akan
Belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang
mempengaruhi peningkatan prestasi karena
untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah
dengan tubuh yang sehat dan baik anak
laku yang baru sebagai hasil pengalaman
mampu belajar dan menerima materi dengan
dengan lingkungan (Slameto, 2010:2). Di
baik.
Vesta and Thomson (dalam Sukmadinata,
tradisional yaitu anak akan mematuhi hal-hal
2009:156) senada dengan Slameto belajar
yang
adalah perubahan tingkah laku yang relatif
Kecenderungan untuk membanggakan diri
menetap sebagai hasil dari pengalaman.
sendiri
Sikap
patuh
mengikatnya
dimana
terhadap
atau
anak akan
peraturan
mengaturnya.
bangga
jika
Jadi dari teori-teori diatas dapat
mendapat pujian, semakin termotivasi menjadi
diketahui belajar adalah suatu proses yang
lebih baik, lebih senang menceritakan dirinya
melalaui
ataupun menyebutkan namanya. Fase ini anak
praktek
mendapatkan
dimana
sebuah
seseorang
dari
senang membandingkan diri sendiri dengan
pengalaman. Pengalaman juga merupakan hal
orang lain, dengan ini anak termotivasi untuk
yang dapat digunakan sebagai proses belajar,
mengikuti orang yang lebih baik dengan
sehingga
mendapatkan
membandingkan dirinya. Anak pada usia ini
pengalaman dia akan belajar begitu pula orang
memiliki kecenderungan ketika tidak mampu
yang
mengerjakan soal ia meyakini soal itu tidak
seseorang
belajar
pengetahuan
yang
dia
akan
mendapatkan
pengalaman.
penting, anak menghendaki memiliki prestasi
2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
yang telah ditempuh (Yusuf, 2011:25).
(skripsi Montessori hal 20.pdf)
Masa
dasar
Fase berikutnya usia 9-13 tahun
umumnya terletak pada usia 6 hingga 12
karakteristik siswa usia ini yaitu adanya minat
tahun. Pada anak usia ini anak mampu
pada hal-hal yang bersifat konkret, memiliki
bereaksi
intelektual.
keinginan belajar yang kuat, terlihatnya bakat-
Periode siswa sekolah dasar ini ditandai
bakat khusus anak, anak pada usia ini
dengan tiga kemampuan baru yaitu mampu
memiliki keyakinan nilai raport adalah ukuran
mengklasifikasikan,
menyusun
yang tepat untuk mengukur suatu prestasi
menghubungkan
menghitung
angka
usia
terhadap
dengan
siswa
sekolah
belajar yang baik tanpa memperhatikan usaha
rangsangan
atau
perhitungan
atau
angka-
(Yusuf, 2011:25).
seperti
Masa sekolah ini akan diakhiri dengan
menjumlahkan, mengurangi, membagi dan
masa pueral. Masa pueral memiliki sifat-sifat
mengalikan (Yusuf, 2011:178).
khusus yaitu anak-anak ditunjukkan untuk
berkuasa, anak senang dengan julukan-julukan
ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|115
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode…
si jujur, si juara, si kuat. Ekstraversi, anak
tersebut
dapat
dibuktikan
bahwa
anak
memiliki kebutuhan fisiknya dengan memiliki
tunagrahita dapat belajar dengan baik seperti
teman sebaya. Pada masa akhir ini anak sudah
anak yang lain (Magini, 2013:7-23).
memiliki kemampuan memecahkan masalah
Montessori memiliki keinginan untuk
yang sederhana (Yusuf, 2011:25-26). Dalam
mengembangkan sistem pedagogic ilmiah
usia perkembangan kognitif siswa SD berada
yang
pada masa operasional konkret, masih terikat
pertama, Montessori mempersiapkan guru
dengan objek konkret yang dapat ditangkap
yang
oleh panca indera. Prinsip terpenting bahwa
melakukan
siswa SD masih berada dalam tahapan
Kedua, anak diberikan kebebasan dalam
operasional konkret yang membuat siswa
belajar sesuai dengan bakat, minat serta
belum
mampu
kemampuan siswa (Montessori, 2002: 28-30).
remaja.
Oleh
berfikir
karena
seperti
dalam
mengajar
di
dunia
dalam
pengamatan
pendidikan
kelas
dan
untuk
eksperimen,
pembelajaran
Montessori memulai penelitian di
disekolah dasar harus disampaikan secara
Cassa Dei Bambini yang diperuntukkan untuk
konkret agar mudah dipahami.
umur 3-6 tahun yang berasal dari daerah
3. Sejarah
itu
layaknya
berbeda
Metode
Pembelajaran
kumuh dengan
intelektual
yang kurang.
Montessori (skripsi Montessori hal
Dengan mengambil penelitian dari Itard dan
13.pdf)
Senguin tentang penanganan anak tunagrahita
Maria Montessori lahir di Italia Utara
Montessori mengembangkan metodenya untuk
pada tanggal 31 Agustus 1870. Ketertarikan
mengajari
Montessori membuatnya mempelajari tentang
mengikutkannya dalam ujian bersama dengan
penanganan anak tunagrahita. Montessori
anak
mulai mengenal tulisan-tulisan dan penelitian
memuaskan anak-anak bermental terbelakang
yang dilakukan oleh Jean-Marc Gaspard Itard,
ini
menurutnya tulisan tersebut dapat menjadi
dibandingkan
suatu pencerahan dan solusi bagi anak-anak
(Montessori, 2002: 31-40). Cassa De Banbini
tunagrahita.
mengembangkan
atau Rumah anak-anak didirikan pertama kali
metode pendidikannya berdasarkan penemuan
pada tanggal 6 Januari 1907 (Montessori,
tersebut. Montessori merasa anak tunagrahita
2002:48).
Montessori
memiliki hak yang sama dengan anak-anak
menulis
sekolah
dan
negeri,
memiliki
hasil
hasilnya
ujian
dengan
4. Teori
membaca
Perkembangan
normal, melalui penelitian tersebut Montessori
Menurut
menyerukan
Montessori hal 17.pdf)
bahwa
sebaiknya
disekolah-
sekolah dasar diberi kelas tambahan untuk
Montessori
sangat
lebih
anak-anak
serta
baik
normal
Anak
(skripsi
Perkembangan adalah suatu proses
siswa tunagrahita. Montessori menciptakan
pertumbuhan
konsep mengajar anak tunagrahita, dan konsep
secara bertahap dengan tetap mempertahankan
ISSN 2355-0066
yang
mengalami
perubahan
Jurnal Tunas Bangsa|116
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode…
bentuk aslinya. Montessori menggolongkan
masa
perkembangan
anak
menjadi
5. Sifat
tiga
Pembelajaran
Montessori (miming hal 17.pdf)
kelompok yaitu usia 0-6, 6-12 dan 12-18.
Usia 0-6 tahun disebut sebagai usia
Metode
Sifat
dari
metode
pembelajaran
Montessori adalah:
emas. Anak dengan mudah mampu menyerap
1. Anak-anak bekerja atau bermain dalam
seluruh informasi yang ada disekitarnya.
satu kelompok atau grup, baik group kecil
Keseluruhan daya cipta anak pada umur 0-6
maupun besar.
tahun bersumber dari pikiran bawah sadar.
2. Tidak ada aktivitas kompetitif.
Kepekaan yang sangat luar biasa dan tajam
3. Pembelajaran dengan cara permainan atau
atas
benda-benda
membangkitkan
sedimikian
di
minat
hebat.
sekelinglingnya
dan
antusiasme
Sehingga,
keberhasilan
games, tentu saja dengan material dan
permainan
yang
mempunyai
tujuan
pembelajaran tertentu.
perkembangan
tahap pertama
ini sangat
4. Suasana gembira dalam belajar.
menentukan
perkembangan
tahap-tahap
5. Kelas aktif, karena anak-anak yang
selanjutnya. Kemampuan krisis oral sensorik,
bekerja
krisis anal maskular dan krisis genetikel
pembimbing.
lokomotor harus dikuasai anak dalam usia 0-6
7. Penekanan pada proses, bukan pada
produk.
8. Bebas
memiliki stabilitas mental dan fisik yang baik.
Sistem pemikiran anak sudah berkembang
sebagai
dan kreativitas.
XIII). Masa usia 6-12 tahun, anak mengalami
pertumbuhan tanpa perubahan lain. Anak
guru
6. Lebih banyak pembinaan gerak motorik
tahun, sehingga anak mampu berkembang
pada tahap berikutnya (Montessori, 2008: XII-
sedangkan
bekerja
dengan
langkah
dan
material yang mereka pilih sendiri.
9. Lingkungan
disiapkan
untuk
dengan baik, siswa sudah siap duduk di
memaksimalkan pelajaran yang mandiri
bangku pendidikan fomal. Anak sudah mampu
dan mengundang anak untuk belajar dan
memahami lingkungan sekitar. Tahap ini lebih
bereksplorasi.
dikenal dengan masa operasional konkret di
10. Guru
sebagai
perancang lingkungan,
mana anak belum mampu memahami hal-hal
peraga,
penjaga,
peninjau
yang berbentuk abstrak (Montessori, 2008:
pertumbuhan dan perilaku anak.
tiap-tiap
XIII-XVIII). Anak mengalami perkembangan
6. Karakteristik Metode Pembelajaran
total pada usia 12-18 tahun, perubahan-
Montessori (miming hal 17.pdf)
perubahan
Secara
fisik
kedawasaan
2008:32).
tubuh
sepenuhnya
akan
mencapai
(Montessori,
pembelajaran
Montessori
besar,
metode
memiliki
25
karakteristik yaitu:
1.
ISSN 2355-0066
garis
Menghargai anak
Jurnal Tunas Bangsa|117
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode…
2.
Belajar
kesopanan
dan
saling
anak. Kedisiplinan yang ditekakan Montessori
menghormati
yaitu
kedisiplinan
3.
Menghargai sesama
menguasai dirinya sendiri sehingga dia dapat
4.
Motivasi intrinsik
mengatur
5.
Ragam budaya
sendiri
6.
Inisiatif
komitmen (Montessori, 2002:86).
7.
Kemampuan untuk menyesuaikan diri
8.
Lingkungan yang dipersiapkan
Montessori (Magini, 2013:52) berpendapat
9.
Cosmic education
bahwa dalam pembelajaran anak-anak dapat
10. Material yang mendidik
bergerak bebas menentukan topik yang akan
11. Kepribadian
mereka pelajari tanpa adanya interupsi dari
12. Penggabungan kurikulum
pendidik.
13. Kemandirian
kepentingan bersama, anak-anak dibiarkan
14. Sense of order
melakukan hal yang mereka inginkan tetapi
15. Kebebasan memilih
juga harus diamati oleh pendidik, pendidik
16. Pengelompokan secara heterogen
memiliki posisi sebagai peneliti sehingga
17. Pembelajaran “hands-on”
bertugas mengobservasi apa yang dilakukan
18. Kepekaan diri
siswa (Montessori, 2002:88).
dan
19. Cinta pekerjaan
yaitu
mengarahkan
sehingga
Atinah
aktif
anak
Kebebasan
Pendidikan
pendekatan
anak-anak
Montessori
adalah
merupakan
pendidikan
21. Peduli pada diri sendiri
pembelajarannya melibatkan sensorial yang
22. Auto education
dihubungkan dengan pengorganisasian saraf
23. Konsentrasi secara spontan
dan lingkungan anak (lillard, 2005:324).
24. Guru sebagai fasilitator
Metode
25. Disiplin diri
pembelajaran yang menekankan kedisiplinan
Metode
pembelajaran
sudah
belajar
20. Moving
7. Metode Pembelajaran Montessori
yang
tindakannya
mampu
dalam sejarah
mampu
pembelajaran
tersusun
Montessori
dalam
adalah
yang memerdekakan dimana anak belajar
Montessori
dengan bebas memilih apa yang sesuai dengan
menjadikan anak sebagai fokus pusat dari
kemampuan mereka, semua kegiatan harus
suatu proses belajar dalam pembelajaran anak
berguna dan diamati oleh direktris.
dituntut kemandiriannya dan pengajar hanya
Pembelajaran Montessori memberikan
menjadi pengarah yang memandu tanpa
kesempatan pada anak untuk 1) Bekerja
banyak
dengan
campur
tangan
menurut
Maria
sendiri,
2)
Bekerja
tanpa
Montessori (Gutek, 2013:4). Kedisiplinan
mengandalkan suatu perintah, 3) Bekerja
sangat
Montessori,
dengan kesungguhan atau konsentrasi yang
kedisiplinan itu berasal dari kebebasan anak-
tinggi, 4) Bekerja dengan kelompok atau
ditekankan
ISSN 2355-0066
oleh
Jurnal Tunas Bangsa|118
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode…
lingkungan, 5) Menggali potensi diri dengan
anak
kemauannya sendiri (Lillard, 1996:98).
Pengalaman dalam pembelajaran Montessori
Pembelajaran
suatu
pengalaman.
Montessori
akan menjadi suatu acuan keberhasilan proses
mendukung anak untuk bekerja dengan 1).
belajar siswa, karena dengan pengalaman
Mandiri, pendidik membantu siswa untuk
siswa dapat mandiri melakukan tugasnya
melakukan pekerjaan sendiri, bantuan
(Magini, 2013:55).
tidak
terlalu
di
mendapatkan
penting
akan
yang
membuat
Metode
pembelajaran
Montessori
perkembangan terganggu sehingga pendidik
memberikan kesempatan anak untuk bekerja
bertugas mengobservasi, kemandirian yang
secara mandiri, disiplin aktif tanpa menunggu
terbentuk akan mengembangkan anak tumbuh
perintah tidak terpengaruh akan hadiah dan
menjadi
hukuman, serta anak belajar bekerja dalam
pribadi
yang
kompeten,
2).
Penghapusan hadiah dan hukuman dalam kelas
kelompok,
Montessori hukuman dan hadiah bersifat
mendukung perkembangan fisik dan mental.
mendidik tidak melukai harga diri anak,
Kebebasan
hukuman yang diberikan bersifat memberi
mendapatkan pengalaman karena pengalaman
kesadaran tanpa mengurangi kebebasaan anak.
adalah guru terbaik.
3). Bekerja dalam kelompok atau lingkungan
anak dalam kelas Montessori akan memiliki
kesadaran
untuk
aktif
bekerja
untuk
membiarkan
anak
7. Metode Pembelajaran Montessori
Sesuai dengan Karakter Anak
1. Dengan kebebasan anak dalam memilih
kelompok, karena melalui kedisiplinan aktif
cara atau material dalam menyelesaikan
ini pula anak belajar menghargai orang lain,
pekerjaan,
4).
langsung mengembangkan kepercayaan
pendidikan
kebebasan
diartikan
bekerja
bebas
dalam
Konsep
mampu
anak
biologis
dalam
kebebasan
yang
mendukung seluruh kepribadian anak baik
anak-anak
secara
tidak
diri, kreativitas dan kedisiplinan.
2. Kelompok atau grup membantu anak
fisik maupun mental (Montessori, 2002:91-
dalam
106).
mendiskusikan pekerjaan atau kesulitan
Metode
pembelajaran
Montessori
menukar
gagasan
dan
mereka dengan orang lain.
yaitu metode pembelajaran yang berdasarkan
3. Full active. Kelas mempunyai interaksi
proses perkembangan siswa dan panca indera.
sosial yang tinggi karena anak-anak yang
Filosofi
menyelesaikan pekerjaan mereka sendiri
Montessori
terlihat
dalam
karakteristik pendekatan Montessori yaitu
pendidik, alat peraga dan dalam pembelajaran.
Dalam
metode
pembelajaran
Montessori
dan guru hanya sebagai fasilitator.
4. Keragaman umur membentuk seperti
keluarga,
di
mana
pelajaran
dapat
kebebasan belajar anak adalah suatu yang
berlangsung secara alami, anak yang lebih
tidak boleh dilarang karena dengan kebebasan
tahu/berpengalaman
ISSN 2355-0066
akan
belajar
Jurnal Tunas Bangsa|119
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode…
bagaimana berbagi dengan orang lain
mempersiapkan
begitu juga anak yang tidak tahu belajar
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
untuk menangkap apa yang mereka
negara yang beriman, produktif, kreatif dan
interaksikan.
inovatif
5. Learning by Doing. Sebagian besar
pencapaian
kurikulum
dengan
serta
kehidupan
siswa
dapat
agar
memiliki
berkontribusi
bermasyarakat.
Lebih
pada
lanjut,
cara
Fadlillah (2014:25) menyebutkan lima tujuan
praktik langsung, sehingga memori anak
dari Kurikulum 2013 adalah (1) meningkatkan
sangat kuat dengan praktik tersebut yang
mutu pendidikan dengan menyeimbangkan
tentu saja praktik tersebut mempunyai
hard skills dan soft skills melalui kemampuan
tujuan pembelajaran tertentu. Anak-anak
sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam
mengajar diri mereka melalui aktivitasnya
rangka menghadapi tantangan global; (2)
bukan guru yang mengajari mereka
membentuk dan meningkatkan sumber daya
melalui suara atau perintah
manusia yang produktif, kreatif, dan inovatif
sebagi
8. Kurikulum 2013
Pada saat ini Indonesia menerapkan
modal pembangunan
meringankan
tenaga
bangsa; (3)
pendidik
kurikulum yang bernama Kurikulum 2013.
menyampaikan
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru
administrasi
yang mulai diterapkan pada tahun 2013/2014.
peran serta pemerintah pusat dan daerah serta
Kurikulum ini merupakan pengembangan dari
masyarakat
kurikulum yang telah ada sebelumnya.
menentukan
Kurikulum 2013 lebih menekankan
dalam
materi
mengajar;
secara
dan
dan
dalam
(4)
menyiapkan
meningkatkan
seimbang
dalam
mengendalikan
kualitas
pelaksanaan
kurikulum;
(5)
pada adanya peningkatan dan keseimbangan
meningkatkan persaingan yang sehat antar
soft skills dan hard skills yang meliputi aspek
satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan
kompetensi
yang akan dicapai karena sekolah diberikan
sikap,
keterampilan
dan
pengetahuan. Kedudukan kompetensi yang
keleluasaan
untuk
mengembangkan
semula diturunkan dari mata pelajaran berubah
Kurikulum 2013 sesuai dengan kondisi satuan
menjadi mata pelajaran dikembangkan dari
pendidikan.
kompetensi. Selain itu, pembelajaran lebih
Dalam pembelajaran Kurikulum 2013
bersifat tematik integrative dalam semua mata
terdapat karakteristik yang menonjol dari
pelajaran. Dalam konteks ini, Kurikulum 2013
kurikulum-kurikulum
berusaha
Karakteristik tersebut dianataranya adalah
lebih
menanamkan
nilai
yang
tercermin pada sikap dapat berbanding lurus
dengan keterampilan yang diperoleh siswa.
Kurikulum
2013
secara
umum
memiliki tujuan untuk meningkatkan dan
ISSN 2355-0066
sebelumnya.
sebagai berikut.
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan
dalam
Kurikulum
2013
adalah
pendekatan pembelajaran scientific dan
Jurnal Tunas Bangsa|120
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode…
tematik integrative. Pendekatan scientific
dari KBK. Dalam melakukan pengembangan
adalah pendekatan yang digunakan dalam
kurikulum harus ada dasarnya, tidak asal
pembelajaran melalui proses ilmiah. Apa
berubah tanpa dasar atau landasan. Maka dari
yang dipelajari dan diperoleh siswa
itu
dilakukan dengan indra dan akal pikiran
perubahan kurikulum 2013 yaitu (1) relevansi
sehingga
pendidikan (link and macth); (2) kurikulum
mereka
mengalami
secara
terdapat
landasan
berbasis
pengetahuan.
pembelajaran konseptual (contextual teaching
tersebut,
siswa
memecahkan
Pendekatan
pembelajaran
pendekatan
diharapkan
masalah
karakter;
(3)
mampu
and learning); (4) pembelajaran aktif (student
baik.
active learning); (5) Penilaian yang valid,
dengan
scientific
yang
dan
dalam
langsung dalam proses mendapatkan ilmu
Melalui
kompetensi,
konseptual
adalah
melalui
proses
utuh, dan menyeluruh.
9. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu
mengamati, menanya, mencoba, menalar
Pengetahuan Sosial
dan mengomunikasikan.
Karakteristik pada pembelajaran Ilmu
2. Karakteristik
yang
terdapat
pada
Pengetahuan
Sosial
adalah
mempelajari
Kurikulum 2013 yang selanjutnya adalah
kehidupan sosial bermasyarakat serta memiliki
kompetensi lulusan.
Dalam hal ini,
karakteristik dalam proses kegiatan belajar
kompetensi lulusan berhubungan dengan
mengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat
kompetensi
Djahiri
keterampilan.
sikap,
pengetahuan
(dalam
Sapriya,
2006:8)
yang
jika
pada
mengemukakan karakteristik IPS adalah (1)
KTSP
yang
menautkan teori ilmu dengan fakta atau
diutamakan adalah kemampuan kognitif,
sebaliknya; (2) penelaahan pembelajaran IPS
sedangkan pada Kurikulum 2013 yang
bersifat komprehensif; (3) mengutamakan
diprioritaskan adalah kemampuan sikap
peran aktif siswa melalui proses belajar
(afektif).
inkuiri; (4) program pembelajaran disusun
kurikulum
Artinya,
dan
terdahulu
3. Pada kurikulum 2013 proses penilaian
dengan meningkatkan atau menghubungkan
pembelajaran menggunakan pendekatan
bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial
penilaian otentik. Penilaian otentik adalah
dan lainnya dengan kehidupan nyata di
penilaian secara utuh, meliputi kesiapan
masyarakat,
siswa, proses dan hasil belajar.
kebutuhan, dan memproyeksikannya kepada
Menurut
(2014:
permasalahan,
66)
kehidupan di masa depan; (5) IPS dihadapkan
“Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari
secara konsep dan kehidupan sosial yang
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang
sangat labil; (6) IPS menghayati hal-hal, arti,
pernah diuji coba pada tahun 2004”. Jadi
dan penghayatan hubungan antar manusia
kurikulum 2013 merupakan pengembangan
yang bersifat manusiawi; (7) pembelajaran
ISSN 2355-0066
Mulyasa
pengalaman,
Jurnal Tunas Bangsa|121
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode…
tidak mengutamakan pengetahuan semata; (8)
dengan pendapat Rudy Gunawan (2011: 39)
berusaha
yang
yang menyatakan bahwa IPS merupakan salah
maupun
satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang
pembelajarannya; (9) pengembangan program
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
pembelajaran
melaksanakan
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar), dan
sosial. Ilmu pengetahuan sosial tidak semata
pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri.
membekali ilmu saja, akan tetapi lebih dari itu
untuk
berbeda
memuaskan
melalui
program
senantiasa
10. Tujuan
siswa
Pembelajaran
Ilmu
membekali tentang sikap atau nilai dan
Pengetahuan Sosial
keterampilan
IPS merupakan pengetahuan mengenai
sehingga
dalam
hidup
mereka
bermasyarakat
mengetahui
benar
segala sesuatu yang berhubungan dengan
lingkungan, masyarakat dan bangsanya dengan
sosial masyarakat. Selain itu, muatan materi
berbagai
IPS
Gunawan (2011:38) juga berpendapat sebagai
diharapkan
dapat
meningkatkan
kemampuan siswa dari segi kognitif, afektif
karakteristik.
Selain
itu,
Rudy
berikut.
serta psikomotrik. Oleh karena itu, dalam
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dijelaskan
(IPS)
bahwa tujuan pembelajaran IPS yaitu agar
kebutuhan anak yang berusia antara 6-12
siswa memiliki kemampuan (1) mengenal
tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun
konsep-konsep
menurut
yang
berkaitan
dengan
di
SD
hendaknya
Piaget
(1963)
memperhatikan
berada
dalam
kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2)
perkembangan
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir
intelektual/kognitifnya
logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri,
kongkret operasional. Mereka memandang
keterampilan
dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan
memecahkan
dalam
masalah,
kehidupan
dan
sosial;
(3)
memiliki
kemampuan
pada
tingkatan
menganggap tahun yang akan datang sebagai
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
waktu yang
sosial
memiliki
pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
bukan masa depan yang belum bisa mereka
berkompetisi
pahami (abstrak).
dan
kemanusiaan;
dalam
(4)
masyarakat
yang
majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan
global.
masih jauh. Yang
12. Konten
Pembelajaran
mereka
Ilmu
Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar
11. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Konten
Sosial Di Sekolah Dasar
Dalam
materi
pendidikan
IPS
dalam
IPS
Kurikulum 2013, menurut Hasan (2013)
sekolah dasar tidak terlepas dari kajian tentang
meliputi: 1) pengetahuan: tentang kehidupan
fakta, konsep serta generalisasi. Hal ini sejalan
masyarakat di sekitarnya, bangsa dan umat
ISSN 2355-0066
pembelajaran
dalam Kurikulum 2013
Jurnal Tunas Bangsa|122
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode…
manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan
Akan tetapi berdasarkan observasi
lingkungannya; 2) ketrampilan: berpikir logis
langsung
dan kritis, membaca, belajar (learning skills,
kecenderungan proses belajar mengajar IPS di
inqury), memecahkan masalah, berkomunikasi
Sekolah Dasar umumnya dianggap tidak
dan
kehidupan
menarik, akibatnya banyak anak-anak Sekolah
nilai-nilai
Dasar yang kurang tertarik untuk mendalami
budaya,
mata pelajaran IPS. Selain itu, memang ada
kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan
anggapan bahwa mata pelajaran IPS tidak
serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-
begitu penting sehingga siswa dalam proses
nilai tersebut; 4) sikap: rasa ingin tahu,
belajar mengajar tidak begitu serius dalam
mandiri,
mengikutinya. Salah satu faktor mata pelajaran
bekerjasama
dalam
bermasyarakat-berbangsa;
kejujuran,
kerja
keras;
menghargai
3)
sosial,
prestasi,
kompetitif,
kreatif dan inovatif serta bertanggung jawab.
13. Keterkaitan
Penerapan
Pembelajaran
ke
lapangan,
ditemukan
IPS dianggap tidak begitu penting karena
Metode
metode pembelajaran yang diterapkan oleh
untuk
guru kurang tepat, sehingga menimbulkan
Montessori
Mencapai Kompetensi Dasar Mata
kejenuhan bagi siswa.
Berdasarkan hal tersebut, metode
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Sekolah Dasar Pada Kurikulum
Pembelajaran
2013
sebagai salah satu alternatif metode dalam
Pada saat ini tingkat Sekolah Dasar di
kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPS
Indonesia menggunakan Kurikulum 2013,
Sekolah Dasar pada Kurikulum IPS. Hal ini di
dimana dalam kurikulum 2013 siswa dituntut
dasarkan pada teori perkembangan anak
untuk
dan
menurut Montessori bahwa masa usia 6-12
Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan, salah
tahun, anak mengalami pertumbuhan tanpa
satunya pada mata pelajaran IPS. Mata
perubahan lain. Anak memiliki stabilitas
pelajaran IPS merupakan salah satu mata
mental dan fisik yang baik. Sistem pemikiran
pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar
anak sudah berkembang dengan baik, siswa
yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
sudah siap duduk di bangku pendidikan fomal.
konsep, dan generalisasi yang berkaitan
Anak sudah mampu memahami lingkungan
dengan isu sosial. Ilmu pengetahuan sosial
sekitar. Tahap ini lebih dikenal dengan masa
tidak semata membekali ilmu saja, akan tetapi
operasional konkret di mana anak belum
lebih dari itu membekali tentang sikap atau
mampu memahami hal-hal yang berbentuk
nilai
hidup
abstrak (Montessori, 2008: XIII-XVIII). Anak
bermasyarakat sehingga mereka mengetahui
mengalami perkembangan total pada usia 12-
benar lingkungan, masyarakat dan bangsanya
18 tahun, perubahan-perubahan fisik tubuh
dengan berbagai karakteristik.
akan
mencapai
dan
Kompetensi
keterampilan
ISSN 2355-0066
Inti
dalam
Montessori
mencapai
dapat
kedawasaan
dijadikan
sepenuhnya
Jurnal Tunas Bangsa|123
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode…
(Montessori, 2008: 32). Selain itu, metode
kesempatan pada anak untuk 1) Bekerja
pembelajaran Montessori merupakan metode
dengan
pembelajaran yang menekankan kedisiplinan
mengandalkan suatu perintah, 3) Bekerja
yang memerdekakan dimana anak belajar
dengan kesungguhan atau konsentrasi yang
dengan bebas memilih apa yang sesuai dengan
tinggi, 4) Bekerja dengan kelompok atau
kemampuan mereka, semua kegiatan harus
lingkungan, 5) Menggali potensi diri dengan
berguna
kemauannya
dan
Pembelajaran
ISSN 2355-0066
diamati
Montessori
oleh
direktris.
sendiri,
sendiri
2)
Bekerja
(Lillard,
tanpa
1996:98).
memberikan
Jurnal Tunas Bangsa|124
Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode…
DAFTAR PUSTAKA
Fadlillah, M. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs dan
SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Gunawan, R. (2011). Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi. Bandung: Alfa Beta.
Gutek, G.L. (2013). Metode Montessori: Panduan Wajib Untuk Guru Dan Orangtua Didik PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini). (A.L Lazuardi, Penerj.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasan, S. H. (2013). Nasib Pendidikan IPS di Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia:
http://www.uny.ac.id/berita/nasib-pendidikan-ips-di-kurikulum-2013.html [18-12-2015]
Lillard, Paula Polk & Jessen, Lynn Lillard. (2003). Montessori from the Start: The Child at Home,
from Birth to Age Three. New York: Schocken Books.
__________. (1997). Montessori In The Classroom : A teacher's account of flow. New York: Shocken
Books.
Magini, Agustina Prasetyo. (2013). Sejarah Pendekatan Montessori. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Montessori, (Dariyanto,pnjmh). (2008). The absorbent mind.New York, henny holt and Company
Montessori, M. (2002). The Montessori Method. New York: Schocken Books.
Montessori, Maria. (1964). The Montessori Method. New York: Schocken Books.
Montessori. (1949). The absorbent mind. Rev. Ed. Trans. Claude A. Claremont India: Kalakshetra.
Montessori. (1965). DR. Montessori’s own handbook. New York: Shocken Books.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
ISSN 2355-0066
Jurnal Tunas Bangsa|125
Download