labiopalatoschizis pada bayi

advertisement
OLEH :
Atik Badi’ah, S.Pd, S.Kp, M.Kes
A. Tidak lengkap
B. Lengkap




Labiopalatoshcizis  cacat bawaan berupa celah
pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit
Labiopalatoshcizis  suatu kelainan yang dapat
terjadi pada daerah mulut palato shcizis (sumbing
palatum) labio shcizis (sumbing pada bibir) yang
terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio
Labiopalatoschizis  merupakan congenital
anomali yang berupa adanya kelainan bentuk pada
wajah
Labiopalatoschizis  suatu kelainan congenital
berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan
langit-langit yang terjadi akibat gagalnya
perkembangan embrio.






Faktor herediter
Kegagalan fase embrio yang penyebabnya
belum diketahui
Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan
prosessus medialis menyatu
Dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi
gen dan teratogen (agen/faktor yang
menimbulkan cacat pada embrio).
Beberapa obat (korison, anti konsulfan,
klorsiklizin).
Mutasi genetic atau teratogen.


Faktor lingkungan seperti infeksi virus (misal
rubella) dan agen teratogenik (seperti steroid,
antikonvulsan) selama trimester pertama
kehamilan, telah dicurigai berkaitan erat
dengan terjadinya sumbing.
Resiko terjadinya karena semakin tuanya usia
orangtua, terutama lebih dari 30 tahun,
dengan usia sang ayah nampaknya lebih
merupakan faktor signifikan dibandingkan
usia ibu.


WANITA yang mengkonsumsi minuman
beralkohol pada trimester awal atau tiga
bulan pertama kehamilan memiliki risiko
lebih besar melahirkan bayi dengan bibir
sumbing atau langit-langit mulut yang
terbelah
Beberapa bukti menunjukkan bahwa wanita
yang meminum alkohol selama kehamilan
lebih dibanding perempuan yang tak
meminum alkohol untuk memiliki bayi bibir
sumbing.





Penyebab utama bibir sumbing karena
kekurangan seng dan karena menikah/kawin
dengan saudara/kerabat.
Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim
tubuh.
Walau yang diperlukan sedikit, tapi jika
kekurangan berbahaya.
Sumber makanan yang mengandung seng
antara lain : daging, sayur sayuran dan air.
Infeksi pada janin pada usia kehamilan muda,
dan salah minum obat obatan/jamu juga bisa
menyebabkan bibir sumbing.




Proses terjadinya labio palatoshcizis yaitu ketika
kehamilan trimester I dimana terjadinya gangguan oleh
karena beberapa penyakit seperti virus.
Pada trimester I terjadi proses perkembangan
pembentukan berbagai organ tubuh dan pada saat itu
terjadi kegagalan dalam penyatuan atau pembentukan
jaringan lunak atau tulang selama fase embrio.
Apabila terjadinya kegagalan dalam penyatuan proses
nasal medical dan maxilaris maka dapat mengalami
labio shcizis (sumbing bibir) dan proses penyatuan
tersebut akan terjadi pada usia 6-8 minggu.
Kemudian apabila terjadi kegagalan penyatuan pada
susunan palato selama masa kehamilan 7-12 minggu,
maka dapat mengakibatkan sumbing pada palato
(palato shcizis).



Unilateral Incomplete  Apabila celah
sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir
dan tidak memanjang hingga ke hidung.
Unilateral complete  Apabila celah sumbing
terjadi hanya di salah satu bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
Bilateral complete  Apabila celah sumbing
terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung.
@ Deformitas pada bibir
@ Kesukaran dalam menghisap/makan
@ Kelainan susunan archumdentis.
@ Distorsi nasal sehingga bisa menyebabkan
gangguan pernafasan.
@ Gangguan komunikasi verbal
@ Regurgitasi makanan.
@ Pada Labioschizis
 Distorsi pada hidung
 Tampak sebagian atau keduanya
 Adanya celah pada bibir
@ Pada Palatoschizis
 Tampak ada celah pada tekak, palato lunak,
keras dan faramen incisive.
 Ada rongga pada hidung.
 Distorsi hidung
 Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit
saat diperiksa dgn jari
 Kesukaran dalam menghisap/makan.









Gangguan bicara
Terjadinya otitis media
Aspirasi
Distress pernafasan
Resiko infeksi saluran nafas
Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh
otitis media akibat disfungsi tuba eustachius.
Masalah gigi
Perubahan harga diri dan citra tubuh yang
dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan
paruh.



Prioritas pertama antara lain pada tekhnik
pemberian nutrisi yang adekuat untuk mencegah
komplikasi, fasilitas pertumbuhan dan
perkembangan.
Penanganan  bedah plastik yang bertujuan
menutupi kelainan, mencegah kelainan,
meningkatkan tumbuh kembang anak.
Labio plasty dilakukan apabila sudah tercapai
”rules of overten” yaitu  umur diatas 10
minggu, BB diatas 10 ponds (± 5 kg), tidak ada
infeksi mulut, saluran pernafasan untuk
mendapatkan bibir dan hidung yang baik, koreksi
hidung dilakukan pada operasi yang pertama.






Palato plasty dilakukan pada umur 12-18
bulan
Pada usia 7-8 tahun dilakukan ”bone
skingraft”, dan koreksi dengan flap pharing.
Bila terlalu awal sulit karena rongga mulut
kecil.
Terlambat, proses bicara terganggu, tidak
lanjutnya adalah pengaturan diet.
Diet minum susu sesuai dengan kebutuhan
klien.
Pada usia 15 tahun dilakukan terapi dengan
koreksi-koreksi bedah plastik.




Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan
bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin
ilmu untuk penanganan selanjutnya.
Adanya kemajuan teknik bedah,
orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil
akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional
menjadi lebih baik.
Tergantung dari berat ringan yang ada, maka
tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan
secara bertahap.
Biasanya penutupan celah bibir melalui
pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah
berumur 1-2 bulan




Setelah memperlihatkan penambahan berat
badan yang memuaskan dan bebas dari
infeksi induk, saluran nafas atau sistemis.
Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali
pada usia 4-5 tahun.
Pada kebanyakan kasus, pembedahan pada
hidung hendaknya ditunda hingga mencapai
usia pubertas.
Waktu optimal untuk melakukan pembedahan
langit-langit bervariasi dari 6 bulan – 5
tahun.
@ Penjelasan kepada orangtuanya :








Umur 3 bulan (rule over ten) : Operasi bibir dan alanasi
(hidung), evaluasi telinga.
Umur 10-12 bulan : Qperasi palato/celah langit-langit,
evaluasi pendengaran dan telinga.
Umur 1-4 tahun : Evaluasi bicara, speech theraphist setelah
3 bulan pasca operasi
Umur 4 tahun : Dipertimbangkan repalatoraphy atau/dan
Pharyngoplasty
Umur 6 tahun : Evaluasi gigi dan rahang, evaluasi
pendengaran.
Umur 9-10 tahun : Alveolar bone graft (penambahan tulang
pada celah gusi)
Umur 12-13 tahun : Final touch, perbaikan-perbaikan bila
diperlukan.
Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila
diperlukan advancementosteotomy
a. Perawatan Pra-Operasi:
1) Fasilitas penyesuaian yang positif dari
orangtua terhadap bayi.
a) Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi
berduka
b) Dorong orangtua untuk mengekspresikan
perasaannya.
c) Diskusikan tentang pembedahan
d) Berikan informasi yang membangkitkan
harapan dan perasaan yang positif terhadap
bayi.
e) Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.
2) Berikan dan kuatkan informasi pada
orangtua tentang prognosis dan pengobatan
bayi.
a) Tahap-tahap intervensi bedah
b) Teknik pemberian makan
3) Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi
yang adequate.
a) Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu
formula dengan botol atau dot yang
cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan
menelan dan menghisap.
b) Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan
arahkan aliran susu ke dinding mulut.
c) Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat
lidah.
d) Sendawkan bayi dengan sering selama
pemberian makan
e) Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
f) Akhiri pemberian susu dengan air.
4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan
jalan nafas
a) Pantau status pernafasan
b) Posisikan bayi miring kekanan dengan
sedikit ditinggikan
c) Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi
b. Perawatan Pasca-Operasi
1) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adequate
a) Berikan makan cair selama 3 minggu
mempergunakan alat penetes atau sendok.
b) Lanjutkan dengan makanan formula sesuai
toleransi.
c) Lanjutkan dengan diet lunak
d) Sendawakan bayi selama pemberian
makanan.
2) Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan
integritas daerah insisi anak.
a) Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
b) Oleskan salep antibiotik pada garis sutura
(Keiloskisis)
c) Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah
pemberian makan.
d) Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak
sesudah pemberian makan untuk mencegah
terjadinya aspirasi.
e) Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan
secara sistemik.
f) Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat
pereda nyeri.
g) Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.
h) Monitor keutuhan jaringan kulit
i) Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak
dengan alat-alat tidak steril, missal alat tensi
1. Tes pendengaran, bicara dan evaluasi.
2. Laboratorium untuk persiapan operasi 
Hb, Hmt, leukosit, Creatinin.
3. Evaluasi ortodental dan prostontal dari mulai
posisi gigi dan perubahan struktur dari
orkumaxilaris.
4. Konsultasi bedah plastik, ahli anak, ahli THT,
ortodentisist, spech therapi.
5. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
@ Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kehamilan
 Riwayat keturunan
 Labiopalatoschiziz dari keluarga
 Berat/panjang bayi saat lahir
 Pola pertumbuhan
 Pertambahan/penurunan berat badan
 Riwayat otitis media
 Infeksi saluran pernafasan atas
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk
mengidentifikasi karakteristik sumbing.
b. Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
c. Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
d. Kaji tanda-tanda infeksi
e. Palpasi dengan menggunakan jari
f. Kaji tingkat nyeri pada bayi
3. Pengkajian Keluarga
a. Observasi infeksi bayi dan keluarga
b. Kaji harga diri / mekanisme koping dari
anak/orangtua
c. Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang
akan dilakukan
d. Kaji kesiapan orangtua terhadap
pemulangan dan kesanggupan mengatur
perawatan di rumah.
e. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
1.Koping Keluarga melemah berhubungan dengan
situasi lain atau krisis perkembangan /keadaan dari
orang terdekat mungkin muncul ke permukaan.
2. Resiko aspirasi berhubungan dengan kondisi yang
menghambat elevasi tubuh bagian atas.
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
ketidakseimbangan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
menaikkan zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis.
5.Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
6.Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
NDX 1.
 Dengarkan apa yang diungkapkan
 Bangun hubungan kepercayaan dalam
keluarga
 Ajarkan pengobatan dan rencana
keperawatan untuk keluarga
 Gunakan mekanisme koping adaptif
 Mengkonsultasikan dengan anggota keluarga
untuk menambahkan koping yang efektif.
NDX 2.
 Monitor status hormonal
 Hindari penggunaan cairan
 Tawarkan makanan / cairan yang dapat
dibentuk menjadi bolus sebelum ditelan.
 Posisikan Fowler atau semifowler
 Cek NGT sebelum memberi makan
NDX 3.
 Membantu keluarga dalam memahami
pembicaraan pasien
 Berbicara kepada pasien dengan lambat dan
dengan suara yang jelas.
 Menggunakan kata dan kalimat yang singkat
 Mendengarkan pasien dengan baik
 Memberikan reinforcement/pujian positif
pada keluarga
 Anjurkan pasien mengulangi pembicaraannya
jika belum jelas.
NDX 4.
 Monitor BB
 Monitor type dan jumlah aktifitas yang biasa
dilakukan
 Monitor interaksi anak/orangtua selama
makan
 Monitor lingkungan selama makan
 Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor rambut kusam, kering dan mudah
patah
 Monitor pertumbuhan dan perkembangan
NDX 5.
 Kaji secara komprehensif tentang nyeri
meiputi  Lokasi, karakteristik, durasi,
frekwensi, kualitas dan intensitas nyeri.
 Observasi isarat-isarat non verbal dari
ketidaknyamanan
 Gunakan komunikasi teraupeutik agar pasien
dapat nyaman mengekspresikan nyeri.berikan
dukungan kepada pasien dan keluarga.
NDX 6.
 Identifikasi pasien dengan kebutuhan
perawatan rencana berkelanjutan
 Menentukan sumber yang financial
 Identifikasi sumber agen penyakit untuk
mengurangi faktor resiko
 Menentukan pelaksanaan dengan treatment
medis dan perawatan
NDX 1
 Masalah
 Ekspresi perasaan dan emosional dengan
bebas
 Penggunaan strategi pengurangan stress
 Pembuatan jadwal untuk rutinitas dan
kegiatan keluarga
NDX 2.
 Lingkungan faktor resiko
 Gunakan strategi kontrol resiko yang efektif
 Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi
resiko
 Perubahan status kesehatan
 Faktor resiko individu
NDX 3
 Penggunaan
 Penggunaan
 Penggunaan
 Penggunaan
 Penggunaan
pesan tertulis
bahasa percakapan vocal
percakapan yang jelas
gambar/lukisan
bahasa non verbal
NDX 4.
 Stamina
 Tenaga
 Penyembuhan jaringan
 Daya tahan tubuh
 Pertumbuhan
NDX 5.
 Nyeri dengan menggunakan managemen
nyeri.
 Kemampuan mengenali nyeri, intensitas,
frekwensi dan tanda nyeri
 Tanda Vital dalam batas normal
NDX 6
 Gejala kemunduran penglihatan
 Trauma mata
 Gejala penyakit mata
 Penggunaan alat melindungi mata
 Penggunaan resep obat mata yang benar
Download