evaluasi investasi saling eksklusif (mutually exclusive investment)

advertisement
Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014
EVALUASI INVESTASI SALING EKSKLUSIF
(MUTUALLY EXCLUSIVE INVESTMENT)
Endang Afriyeni
Dosen Politeknik Negeri Padang Jurusan Administrasi Niaga
Email : [email protected]
ABSTRACT
Investment decisions have long-term dimension, so the decision needs to be considered,
because it has long-term consequences as well. Investment or project divided into two
groups, namely: independent project, and mutually exclusive projects. Independent
project is a stand-alone investment/project while mutually exclusive projects are
projects that have the same function. Mutually exclusive here means that if one project
is taken on, the other must be rejected. It’s mean that the projects or mutually exclusive
groups will eliminate the chance of another groups. Rating mutually exclusive
investments is an interesting discussion both in practice and in theory, and has been
widely discussed since many years. The most important and broadly used approaches in
capital budgeting are the Net Present Value (NPV) and the Internal Rate of Return
(IRR), but both occasionally can leding to contrary signal on the rating of mutually
exclusive investments. Overall, the NPV is still the most powerful tool and the main
criteria in assessing the feasibility of the investment.
Keywords: Mutually Exclusive Project, Independent Project, Capital Budgeting, Internal Rate of
Return, Net Present Value
I. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional
dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang penggunaan dana, memperoleh dana
dan pembagian hasil operasi perusahaan. Salah satu keputusan paling penting bagi
pengelolaan keuangan yang menjadi tanggung jawab manajer keuangan adalah
keputusan tentang investasi (investment decision).
Keputusan investasi merupakan keputusan yang paling penting bagi pengelolaan
keuangan. Semua bagian dari aktivitas perusahaan yaitu produksi, pemasaran, dan lainlain, juga sangat terpengaruh terhadap keputusan investasi ini. Dengan demikian semua
eksekutif terlepas dari tanggung jawab utamanya, harus mengetahui bagaimana
keputusan investasi ini dilakukan.
Keputusan investasi berkaitan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan,
dan prioritas, pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih
aktiva jangka panjang. Karena keputusan investasi akan menempatkan sebagian sumber
daya perusahaan pada risiko, sehingga keputusan investasi adalah keputusan yang amat
penting yang diambil oleh para manajer.
Dalam proses pembuatan keputusan ada banyak usulan-usulan yang diterima,
dan berbagai bentuk usulan tersebut akan menjadi bahan yang harus didiskusikan dan
dianalisa secara mendalam. Saat keputusan dibuat nantinya berarti keputusan tersebut
ISSN 1858 – 3717
85
Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014
menerima salah satu usulan dan menolak usulan lainya. Jika usulan-usulan tersebut
tidak dipengaruhi oleh usulan-usulan lainnya. Namun jika usulan-usulan tersebut
bersifat saling tergantung (mutually exclusive) artinya dipilihnya salah satu usulan akan
mampu memberi pengaruh pada penerimaan usulan lainnya.
Peringkat investasi yang bersifat mutually exclusive merupakan pembahasan
yang menarik baik dalam praktek maupun dalam teori dan telah didiskusikan secara
luas sejak bertahun-tahun. Salah satu perhatian utama adalah perbedaan antara
hasil penilaian yang berasal dari Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return
(IRR). Perbedaan hasil penilaian ini tampaknya menjadi permasalahan yang abadi
antara NPV dan IRR. IRR biasanya diabaikan dalam teori sebagai langkah yang tepat
namun demikian lebih banyak dipakai sebagai alat evaluasi dari investasi/proyek bagi
pengambil keputusan (Kalhoefer, 2010).
II. TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1 Investasi
Istilah Investasi adalah penanaman modal (baik modal tetap maupun modal
tidak tetap) yang digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh keuntungan.
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan
saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang
(Tandelilin, 2007;3). Tujuan keputusan investasi adalah memperoleh tingkat
keuntungan yang tinggi dengan tingkat risiko tertentu.
Menurut Riskin (2010) semakin tinggi keuntungan perusahaan semakin tinggi
nilai perusahaan, yang berarti semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh
pemilik perusahaan. Keuntungan yang tinggi disertai dengan risiko yang bisa dikelola,
diharapkan akan menaikkan nilai perusahaan, yang berarti menaikkan kemakmuran
pemegang saham (Afriyeni, 2012). Disamping itu kegiatan investasi juga merupakan
kegiatan yang sangat penting dalam meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas
lapangan kerja (Sherlita, 2000).
Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang, sehingga
keputusan yang diambil harus dipertimbangkan dengan baik, karena mempunyai
konsekuensi berjangka panjang pula. Perencanaan terhadap keputusan investasi sangat
penting karena beberapa hal:
1. Dana yang dikeluarkan untuk investasi jumlahnya besar, dan dana tersebut tidak
bisa diperoleh kembali dalam jangka pendek atau diperoleh sekaligus.
2. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang, sehingga perusahaan
harus menunggu untuk memperoleh kembalinya dana yang sudah
diinvestasikan.
3. Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil keuntungan di masa
yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan peramalan akan dapat
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
4. Keputusan investasi berjangka panjang, sehingga kesalahan dalam pengambilan
keputusan akan mempunyai akibat yang panjang dan berat, serta kesalahan
dalam keputusan ini tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian yang besar.
2.3 Evaluasi Investasi
Dalam melakukan penilaian ekonomis terhadap suatu proyek, dibutuhkan suatu
alat ukur yang dapat menunjukkan seberapa jauh suatu keputusan investasi akan dapat
meningkatkan kekayaan perusahaan. Pada dasarnya ada dua metode yang dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi atas investasi, yaitu:
86
ISSN 1858 - 3717
Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014
A. Metode yang tidak menggunakan nilai sekarang
a) Metode Accounting Rate of Return
Metode ini mengukur berapa tingkat keuntungan rata-rata yang diperoleh dari
suatu investasi bukan dari arus kas proyek. Angka yang dipergunakan adalah laba
setelah pajak dibandingkan dengan total atau average investment. Metode ini
hanya didasarkan atas rasio laba rata-rata tahunan yang diharapkan terhadap
investasi rata-rata. Berikut formula yang dipakai (Brigham and Daves, 2010:378):
ARR
=
=
Average investment
)
=
*+
x 100%
ℎ" # −
% &
' ('
,
-
Kriteria keputusan = ARR > biaya investasi, investasi diterima
ARR< biaya investasi, investasi ditolak
b) Metode Payback Period
Metode ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali atau
waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memperoleh kembali modal awalnya.
Periode “Payback” diartikan sebagai jumlah tahun yang dbutuhkan (berapa lama)
suatu investasi akan bisa kembali (Brigham and Houston,2003:506). Periode
“
payback” menunjukkan perbandingan antara “initial invesment” dengan aliran kas
tahunan. Oleh karena itu hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu
yaitu tahun atau bulan.
Dengan rumus umum sebagai berkut :
. /0
1. ' % = 2' '
.
(
%
'
Semakin pendek periode paybacknya maka semakin menarik investasi tersebut
(Brigham and Daves, 2010:376). Apabila periode “payback” kurang dari suatu
periode yang telah ditentukan, proyek tersebut diterima, apabila tidak, proyek
tersebut ditolak.
B. Metode yang menggunakan nilai sekarang
a) Metode Net Present Value (NPV)
Net Present Value (nilai sekarang bersih) merupakan metode yang dipakai untuk
menilai usulan proyek investasi yang mempertimbangkan nilai waktu dari uang.
Formula NPV adalah sebagai berikut (Brigham and Houston, 2003:514) :
34
34
34
7
7
=
NPV = −345 + (7*9)
7 + (7*9); + ⋯ + (7*9)=
dimana :
CF
= arus kas masuk dan arus kas keluar
r
= biaya modal proyek
Kriteria penilaian:
ISSN 1858 – 3717
87
Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014
Jika NPV positif maka investasi diterima sedangkan jika NPV negatif
maka investasi ditolak.
b) Metode Internal Rate of Return
Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang dapat menjadikan NPV sama
dengan nol, karena present value dari cash flow pada tingkat bunga tersebut sama
dengan internal investasinya. Formula metode IRR adalah sebagai berikut
(Brigham and Houston, 2003:517)
IRR = −345 + 347
(7*>??)
+
34;
(7*>??);
2.@ = A
FG
+ ⋯+
34=
(7*>??)=
BC
=0
(1 + EE)
Kriteria penilaian atas usulan investasi ini adalah dengan membandingkan IRR
dengan tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return). Apabila IRR
lebih besar dari pada tingkat bunga yang disyaratkan maka proyek tersebut
diterima, apabila lebih kecil diterima.
c) Metode Profitability Index
Metode ini merupakan perbandingan antara present value cash flow dengan
original investment.
IJ5K4LML9N3OPQ4R5SP
PI
=
>=TMTOR35PM
Kriteria penilaian :
Jika PI > 1 maka investasi diterima
Jika PI < 1 maka investasi ditolak
2.2 Investasi Mutually Exclusive
Perusahaan-perusahaan mungkin akan dihadapkan dengan beberapa bentuk
keputusan investasi yang berbeda satu sama lain sehubungan dengan berbagai
investasi/proyek yang sedang dievaluasinya. Proyek-proyek tersebut pada umumnya
dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: independent project, dan mutually
exclusive projects.
Independent project adalah proyek atau investasi yang berdiri sendiri, dalam
pengertian bahwa diterimanya usulan investasi yang satu tidak akan mempengaruhi atau
menghilangkan kesempatan proyek yang lain. Apabila perusahaan memiliki jumlah
uang yang tidak terbatas untuk diinvestasikan, maka keseluruhan independent projects
yang telah memenuhi kriteria minimum yang ditetapkan oleh perusahaan sehubungan
dengan investasi yang dilakukannya dapatlah diterima. Keputusan yang diambil
berdasarkan salah satu alat ukur biasanya konsisten dengan keputusan-keputusan yang
diambil berdasarkan alat-alat ukur lainnya (Sherlita, 2000). Misalnya sejumlah
Independent Project dievaluasi dengan alat ukur NPV dan IRR maka hasilnya jika NPV
memutuskan diterima maka IRR juga memutuskan diterima, begitu juga sebaliknya
(Brigham and Daves, 2010 )
Sebaliknya, mutually exclusive projects adalah proyek-proyek yang mempunyai
fungsi yang sama. Diterimanya salah satu proyek atau kelompok yang mutually
exclusive akan menghilangkan kesempatan kelompok mutually exclusive yang lain.
Misalnya, perusahaan dihadapkan pada 3 alternatif untuk meningkatkan produksinya
88
ISSN 1858 - 3717
Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014
(ketiga alternatif akan menjalankan fungsi yang sama) maka diterimanya salah satu
proyek akan menutup kesempatan 2 alternatif yang lain.
Terdapat beberapa penyebab suatu bisnis bersifat mutually exclusive (Gittinger,
2986):
1. Terbatasnya sumber-sumber dana untuk kebutuhan investasi
2. Bisnis secara fisik memang tidak dapat dilaksanakan secara bersama-sama
3. Bisnis secara hukum, adat atau menurut pertimbangan lainnya mempunyai sifat
bertentangan
4. Pilihan bisnis berbeda skalanya
5. Adanya pilihan alternatif teknologi
Contoh berikut adalah kasus proyek dimana kondisinya bersifat mutually
exclusive. Diketahui bahwa biaya modal (cost of capital) yang ditetapkan adalah 5%.
Kebutuhan dana untuk investasi tersebut diperkirakan adalah Rp. 15.000.000 dari
masing-masing investasi pada proyek yang diperhitungkan tersebut. Untuk menentukan
proyek yang layak untuk didanai maka dapat dihitung Net Present Value (NPV) masingmasing proyek/investasi tersebut. Berikut ini data aliran kas dari masing-masing proyek
tersebut:
Tabel 2.1 Aliran Kas
Thn Proyek/investasi A
1
Rp 10.000.000
2
Rp 21.000.000
Proyek/investasi B
Rp 15.000.000
Proyek/investasi C
Rp 12.000.000
Rp 22.500.000
Rp 19.500.000
Untuk menghitung NPV dari setiap proyek/investasi dapat digunakan rumus
berikut:
)U
)U
)U
2.@ = −BCG + (W* V)V + (W* X)X + ⋯ + (W* Y)Y
2.@ (Z%) = −15.000.000 + 10.000.000 21.000.000
+
(1 + 0,05)W (1 + 0,05)-
2.@ (Z%) = −15.000.000 + 9.523.809,52 + 19.047.619
2.@ (Z%) = 13.571.429
2.@f(Z%) = −15.000.000 + 15.000.000 22.500.000
+
(1 + 0,05)W (1 + 0,05)-
2.@f(Z%) = −15.000.000 + 14.285.714,29 + 20.408.163,27
2.@f(Z%) = 19.693.877,55
2.@)(Z%) = −15.000.000 + 12.000.000 19.500.000
+
(1 + 0,05)W (1 + 0,05)-
2.@)(Z%) = −15.000.000 + 11.428.571,43 + 17.687.074,83
ISSN 1858 – 3717
89
Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014
2.@)(Z%) = 14.115.646,26
Berdasarkan perhitungan NPV dari setiap proyek diperoleh NPVA(2%) adalah
Rp 13.571.429, sedangkan NPVB(2%) adalah Rp 19.693.877,55 dan NPV C(2%) adalah
Rp 14.115.646,26. Artinya, dengan menggunakan NPV maka proyek yang layak
(feasible) adalah proyek B karena NPVB jauh lebih besar keuntungan akhirnya
dibandingkan dengan NPVA dan NPVC.
Pendekatan yang paling penting dan luas digunakan dalam penganggaran modal
adalah Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR) (Tang dan Tang,
2003; Graham dan Harvey, 2001; Drury dan Tayles, 1997). Menurut Bacon (1977) ada
dua alat ukur/metode yang sering direkomendasikan dalam penilaian investasi, yaitu
Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). tetapi keduanya kadangkadang dapat memunculkan sinyal yang berlawanan mengenai peringkat dari proyekproyek yang saling menguntungkan (mutually exclusive investments).
Hal tersebut dikarenakan perbedaan asumsi yang melekat terkait tingkat
reinvestasi dana bebas. IRR berasumsi bahwa reinvestasi dana bebas dengan tingkat
rate of returnnya selama periode sisa usia. Sebaliknya NPV berpegang bahwa tingkat
reinvestasi adalah tetap sebesar tingkat diskonto yang ditetapkan sebelumnya (Bacon,
1977; Kalhoefer, 2010; Brigham and Daves, 2010:385). Namun NPV pada umumnya
dipandang unggul ketimbang IRR. Hal ini disebabkan NPV konsisten, yaitu
mempertimbangkan perbedaan skala investasi dari pernyataan secara absolut dalam
satuan mata uang tidak seperti IRR yang memiliki pernyataan berbentuk persentase
sehingga skala investasi terabaikan.
Kelompok yang pro NPV mengatakan bahwa “Cash is King”. NPV adalah
indikator yang sebenarnya dalam merefleksikan tujuan dari bisnis yaitu menghasilkan
uang sebanyak-banyaknya. Selain itu disebutkan IRR punya kelemahan yaitu tidak bisa
memberikan nilai IRR yang sebenarnya apabila cashflownya multisigns dan tidak
menggambarkan konsep Time Value of Money. Asumsi terbaik adalah bahwa arus kas
dari suatu proyek dapat diinvestasikan kembali pada tingkat cost of capitalnya, yang
berarti bahwa metode NPV adaah metode yang lebih dapat diandalkan (Brigham and
Daves, 2010:385). Sedangkan kelompok yang pro IRR mengatakan bahwa NPV tidak
menggambarkan optimasi dan efisiensi penggunaan sumber daya dana investasi dalam
kaitannya dengan tingkat pengembalian investasi (rate of return). Masalah ini dapat
digambarkan dengan menggunakan contoh sederhana yang tersaji melalui Tabel 2.2
Informasi tambahan bahwa biaya modal masing-masing proyek adalah 10%,
Perusahaan sedang mempertimbangkan dua proyek mutually exclusive yaitu proyek A
dan proyek B. Biaya proyek masing-masing adalah Rp 40.000. Proyek A menghasilkan
cash flow Rp 20.000 setiap tahun selama 3 tahun kedepan sedangkan proyek B tidak
menghasilkan benefit hingga tahun ketiga ketika Rp 70.000 diterima. Disebabkan
perbedaan waktu ini maka IRR dan NPV memberikan peringkat yang berlawanan
dimana IRRA = 23,4% > IRRB = 20,5%, tetapi dengan menggunakan tingkat diskonto
maka NPVA = Rp 9.737 < NPVB = Rp 12.592.
2.@ _(WG%) = −40.000 + 20.000
20.000
20.000
+
+
W
(1 + 0,1)
(1 + 0,1)
(1 + 0,1)h
2.@ (WG%) = −40.000 + 18.181,82 + 16.528,93 + 15.026,30
90
ISSN 1858 - 3717
Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014
2.@ (WG%) =9.737
2.@f_(WG%) = −40.000 + 0
0
70.000
+
+
(1 + 0,1)W (1 + 0,1)- (1 + 0,1)h
2.@f_(WG%) = −40.000 + 0 + 0 + 52.592
2.@f(WG%) = 12.592
Tabel 2.2 Cash Flow
Thn
0
1
2
3
required return
Proyek A
(40.000)
20.000
20.000
20.000
10%
Cash Flow
Proyek B
(40.000)
0
0
70.000
10%
Berikut ini adalah masalah-masalah yang biasa ditemukan dalam menganalisa
proyek yang mutually exclusive yang membuat konflik penilaian antara NPV dan IRR
1. Size Disparity
Masalah size disparity terjadi ketika menganalisa dua proyek yang mutually
exclusive, namun dengan size (ukuran) yang berbeda. Contohnya adalah dalam kasus
berikut ini, dimana kedua proyek mempunyai ukuran berbeda, dimana proyek A
membutuhkan investasi besar, dengan arus kas yang lebih besar, sedangkan proyek B
memiliki investasi yang lebih kecil dan arus kas cenderung lebih kecil juga.
Tabel 2.2 Contoh Kasus Size Disparity
Proyek A
Tahun
Proyek B
Cash Flow
0
(135.000)
(30.000)
1
60.000
15.000
2
60.000
15.000
3
60.000
15.000
required return
12%
12%
IRR
16%
23%
Tabel 2.2 mengilustrasikan perbandingan antara dua proyek yang bersifat mutually
exclusive namun berbeda dalam ukuran yaitu proyek A membutuhkan investasi awal
sebesar Rp 135.000 dan menghasilkan arus kas Rp 60.000 setiap tahunnya selama 3
tahun kedepan. Sedangkan proyek B membutuhkan investasi awal sebesar Rp 30.000
dengan arus kas sebesar Rp 15.000 setiap tahunnya selama 3 tahun. Tingkat
Required return adalah 12% sehingga menghasilkan NPVA Rp 9.110 sedangkan
NPVB Rp 6.027. Ini menunjukkan bahwa Proyek A menghasilkan NPV yang lebih
tinggi, namun proyek B menjanjikan IRR yang lebih tinggi, maka pilih proyek
dengan NPV terbesar, yakni proyek A.
ISSN 1858 – 3717
91
Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014
2. Time Disparity
Time disparity terjadi karena terdapat perbedaan asumsi yang digunakan NPV dan
IRR. NPV menggunakan asumsi bahwa arus kas diinvestasikan pada required rate of
return dari proyek, sementara IRR berasumsi bahwa arus kas diinvestasikan pada
tingkat IRR. Kasus time disparity terjadi misalnya ketika arus kas dari proyek punya
timing yang berbeda.
Tabel 2.3 Contoh Kasus Time disparity
Proyek A
Tahun
0
1
2
3
4
required return
IRR
NPV
Proyek B
Cash Flow
(48.000)
1.200
2.400
39.000
42.000
12%
18,10%
9.436
(46.500)
36.500
24.000
2.400
2.400
12%
25,51%
8,455
Solusi untuk memecahkan kasus ini adalah sama dengan kasus sebelumnya, yakni
memilih proyek dengan NPV terbesar, yakni proyek A. Mengapa? Karena IRR
menggunakan asumsi arus kas diinvestasi kembali pada tingkat IRR, padahal dalam
kenyatannya sulit untuk mencari investasi dengan tingkat yang sama.
3. Unequal Lives
Sementara itu, masalah unequal lives dalam pemilihan proyek terjadi ketika terdapat
perbedaan dalam umur proyek.
Tabel 2.4 Contoh Kasus Unequal Lives
Proyek A
Tahun
0
1
2
3
4
5
6
(45.000.000)
20.000.000
20.000.000
20.000.000
Proyek B
Cash Flow
(45.000.000)
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
Tabel 2.4 menguraikan mutually exclusive antara proyek A dan proyek B dimana
dengan investasi yang sama namun berbeda dalam jangka waktu kembalinya/umur
proyek. Investasi awal dari masing-masing proyek adalah Rp 45.000.000 dan
required return 14%. Arus kas proyek A adalah Rp 20.000.000 pertahun selama 3
tahun berturut-turut. Sedangkan proyek B menghasilkan arus kas Rp 12.000.000
setiap tahun selama 6 tahun umur proyek. NPV dari proyek A dan proyek B adalah:
2.@ _(W-%) = −45.000.000 + 92
20.000.000 20.000.000 20.000.000
+
+
(1 + 0,12)W (1 + 0,12)- (1 + 0,12)h
ISSN 1858 - 3717
Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014
2.@ _(W-%) = −45.000.000 +17857142,86 + 15943877,55 + 14235604,96
2.@ _(W-%) =3.036.625,364
2.@fVX% = −45.000.000 + +
12.000.000 12.000.000 12.000.000
+
+
(1 + 0,12)W (1 + 0,12)- (1 + 0,12)h
12.000.000 12.000.000 12.000.000
+
+
(1 + 0,12)i (1 + 0,12)Z (1 + 0,12)j
2.@fVX% = −45.000.000 + 49.242.071,19
2.@fVX% = 4.242.071,195
Pada contoh kasus unequal lives ini kita tidak dapat langsung memutuskan bahwa
proyek dengan NPV terbesar, yakni proyek B yang kita pilih karena kedua proyek
tersebut tidak dapat dibandingkan. Solusinya dengan melakukan langkah-langkah
berikut ini:
1. Hitung NPV masing-masing proyek.
Menggunakan required return 12% maka diperoleh NPVA= Rp 3.036.625,36 dan
NPVB= Rp 4.24.071,19.
2. Selanjutnya hitung Equivalen Annual Annuity Approach (EAA)
Equivalen Annual Annuity Approach (EAA) digunakan untuk mengukur anuitas
cash flow yang menghasilkan NPV yang sama dengan proyek. Dalam pendekatan
ini, setelah masing-masing proyek dicari NPVnya, kemudian dibuat rata-rata
tahunan dengan membaginya dengan discount factor anuitetnya selama umur
ekonomis masing-masing proyek. Caranya, yakni dengan membagi NPV dengan
Present Value Interest Factor of Annuity (PVIFA) masing-masing proyek.
Hasilnya adalah:
EAAA: NPVA/PVIFA12%,3yr = Rp 3.036.625,36 / 2,401831268
= Rp 1.264.295,875
EAAB: NPVB/PVIFA12%,6yr = Rp 4.24.071,19 / 4,111407324
= Rp 1.031.780,814
Dengan demikian, maka kita sudah mengatasi masalah perbedaan time horizon
pada kedua proyek sudah dapat diatasi dengan cara menyebar present value
dengan jumlah yang sama (anuitas) pada tiap umur proyek. Sekarang, kedua
proyek dapat kita bandingkan. Sesuai dengan metode EAA, maka keputusannya
adalah memilih proyek A.
III. SIMPULAN
Ketika evaluasi atas proyek yang bersifat independen maka NPV dan IRR akan
sama-sama mengarah kepada keputusan yang sama. Namun ketika evaluasi investasi
atas proyek-proyek yang bersifat mutully exclusive khususnya pada kasus beda ukuran
(size disparity) dan beda waktu (time disparity) maka NPV lebih dapat digunakan.
Sebagaimana diuraikan bahwa terdapat tiga masalah umum yang ditemui dalam
menganalisa proyek yang mutually exclusive. Secara keseluruhan, NPV memang masih
ISSN 1858 – 3717
93
Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014
menjadi piranti yang paling powerful dan merupakan criteria utama dalam mengukur
kelayakan investasi. Hal ini karena NPV merupakan piranti yang paling jelas dalam
mengukur seberapa besar wealth creation yang diciptakan.
DAFTAR PUSTAKA
Afriyeni, Endang. 2012. Keputusan Investasi Jangka Panjang, Polibisnis, Volume 4
No. 1 April 2012
Bacon, P.W, 1977. The Evaluation of Mutually Exclusive Investments. Financial
Management, 6, No. 2: 55-58
Barney, L.D. Jr. and Danielson, M.G. 2004. Ranking Mutually Exclusive Projects: The
Role of Duration. The Engineering Economist 49: 43-61.
Brigham and Houston, 2003, Fundamental of Financial Management, 10th edition,
5shenton way, Singapore :Cengage Learning Asia, pte. Ltd
Kalhoefer, Christian . 2010. Ranking of Mutually Exclusive Investment Projects – How
Cash Flow Differences can Solve the Ranking Problem, Investment Management
and Financial Innovations, Volume 7, Issue 2, 2010
Brigham. F. Eugene. Daves. R. Phillip. 2010, Intermediate Financial Management,
Eighth Edition, Mc. Graw Hill
_______________ and
Gapenski. C. Louis.
1996, Intermediate Financial
Management, Fifth Edition, Mc. Graw Hill
Riskin, H., 2010. Keputusan Investasi Dan Financial Constraints: Studi Empiris Pada
Bursa Efek Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, pp. 457-479
Sherlita. Erly, 2000. Mengatasi Konflik Ranking Suatu Usulan Proyek, Jurnal
Akuntansi dan Manajemen, Volume 2 No.1, Agustus 2000, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Bandung
94
ISSN 1858 - 3717
Download