Hukum Internasional - Blog UB

advertisement
Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya Malang
2010
 Nama
: Hukum Internasional
 Sifat
: Wajib
 SKS
:3
 Prasyarat : PIH, PHI, IN
 Semester : Ganjil / Genap
 Merupakan
mata kuliah bersifat dasar
yang berisi asas, teori dan konsep-konsep
dalam Hukum Internasional.
 Mahasiswa
dapat memahami asas, teori
dan konsep-konsep dalam Hukum
Internasional dan mampu
menggunakannya untuk memecahkan
kasus-kasus konkrit
 Ruang
Lingkup Bahasan
 Pengertian, Definisi dan Peristilahan
 Bentuk Perwujudan Hukum
Internasional
 Sejarah dan Perkembangan Hukum
Internasional
 Hakekat Dan Dasar Berlakunya
Hukum Internasional
 Masyarakat Internasional Sebagai
Landasan Sosiologis Hukum
Internasional
 Hakekat Dan Fungsi Kedaulatan
Negara Dalam Masyarakat
Internasional
 Pengertian
Hubungan Internasional
 Sejarah Hubungan Internasional
 Asas-asas dalam Hubungan
Internasional
 Bentuk-bentuk Hubungan
Internasional
 Sistem
dalam hubungan HI dan HN
 Pengutamaan dalam hubungan HI dan
HN
 Berlakunya HI dalam HN
Pengertian
Jenis Sumber HI






Perjanjian Internasional
Kebiasaan Internasional
Prinsip-prinsip hukum umum
Putusan pengadilan dan doktrin sebagai
sumber hukum tambahan
 Pengertian
 Jenis-jenis
Subyek Hukum Internasional
a) Negara
b) Tahta Suci
c) Organisasi Internasional
d) Individu
e) Pemberontak dan Beligeren
f) Perkembangan Terakhir
 Pengertian
 Pengakuan
De Jure dan De Facto
 Akibat Hukum dari Pengakuan
 Pengakuan
terhadap Insurgensi dan
Beligerensi
 Pengakuan Berkenaan dengan Wilayah dan
Non Pengakuan
 Kedaulatan
wilayah darat
 Kedaulatan wilayah laut
 Kedaulatan wilayah udara
VIII. Yurisdiksi


Pengertian dan Unsur Yurisdiksi
Jenis Jenis Yurisdiksi
 Tanggung
Jawab Negara atas Pelanggaran
Perjanjian Internasional atau terhadap
Kewajiban Kontraktual
 Tanggung
Jawab Negara terhadap
Pelanggaran Hukum Internasional
 Upaya
Hukum untuk Memperoleh
Kompensasi/Pemulihan Hak
 Pengertian
& Jenis
 Sebab dari Suksesi
 Akibat Hukum Suksesi
XI. Penyelesaian Sengketa
Internasional


Pengertian
Bentuk Penyelesaian Sengketa
Internasional
 Pengantar
Hukum Internasional
(Prof. Dr. Mochtar K.)
 Hukum
Internasional
( F. Sugeng Istanto)
(Boer Mauna)
 Pengantar
Hukum Internasional
(J.G. Starke)
 One
– Two Way Traffic
 Sistem
- Kehadiran minimal 80%
- Tugas Terstruktur I
- Ujian Tengah Semester
- Tugas Terstruktur II
- Ujian Akhir Semester
- Keaktifan diskusi
 HUKUM
(Oppenheim )
“kumpulan ketentuan yang mengatur tingkah laku
manusia dalam masyarakat yang berlaku-nya
dipertahankan oleh ‘external power’ masyarakat
yang bersangkutan”.
 INTERNASIONAL
‘inter’
‘nasional’
= sesama, antar
= negara
internasional = antar negara
= antar batas negara
Hukum Internasional
Publik
Keseluruhan kaidah
dan asas hukum yang
mengatur persoalan
yang bukan perdata
yang melintasi batas
negara
Hukum Perdata
Internasional
Keseluruhan kaidah
dan asas hukum yang
mengatur hubungan
perdata yang
melintasi batas
negara
Hukum Bangsa Bangsa
( Law of Nations)

IUS GENTIUM
(Greece) (Romans)
Bonafide-Pacta SS
Hukum Antar Negara
(Inter – States Law)
HUKUM INTERNASIONAL
Grotius ( De Jure Belli ac Pacis)
Hukum dan hubungan internasional didasarkan pada
kemauan bebas dan persetujuan beberapa atau
semua negara. Ini ditujukan demi kepentingan
bersama dari mereka yang menyatakan diri di
dalamnya
J.L. Brierly
Himpunan kaidah dan asas tindakan yang mengikat
bagi negara yang beradab dalam hubungan mereka
antara yang satu dengan yang lainnya
Charles Cheny Hide
International law may be defined as that body of law
which is composed for its greater part of principles
and rules of conduct which states feel themselves
bound to observe, and therefore, do commonly
observe in their relations with each other, and which
includes also :
a) the rules of law relating to the functioning of
international institutions or organizations, their
relation with each other and their relations with
states and individuals
b) certain rules of law relating to individuals and non
state entities so far as their rights or duties of such
individuals and non state entities are the concern
of the international community
Mochtar Kusumaatmadja
Keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur
hubungan / persoalan yang melintasi batas negara
antara :
(1) negara dengan negara
(2) negara dengan subyek hukum lain bukan
negara
atau subyek hukum bukan negara satu sama
lain
 Hukum
Internasional
Regional
Hukum
Internasional
Universal
 Hukum
Internasional
Khusus
Sejarah Hukum Internasional
a.Yunani ( dlm-luar kota) – Islam (Siyar) – Indonesia (Kediri Mongol)
b. Perjanjian Westphalia --- 1618-1648 war –penanda sistem hukum
internasional modern
c. Congress of Vienna (1815) – pengakhiran perang Napoleon –
perdagangan budak – prinsip lintas damai perairan – fase awal
perkembangan HI
d. Liga Bangsa-Bangsa (1920) – pengakhiran & pencegahan WW I-II –
instansi permanen antar negara dalam penyelesaian sengketa dan
Permanent Court of International Justice
e. Perserikatan Bangsa-Bangsa (1945)
Perkembangan Hukum Internasional
a. Perubahan
Peta Bumi Politik – negara2 baru
(Konvensi Montevidio 1933-Hak dan Kewajiban
Bangsa, Konf Asia Afrika 1955 Bandung)
b. Kemajuan
c. Perubahan
Teknologi (explorasi laut, luar angkasa)
Struktur Organisasi dan Masyarakat
Internasional (ICC-Nurenberg-Tokyo, ICRC, Human
Right Watch)
 Hakikat
Berlakunya Hukum Internasional
Hukum Internasional = Soft Law – Norma Moral ???
= Austin : Hukum merupakan kumpulan
ketentuan yang mengatur perilaku dan ada paksaan
atasnya. Jadi perlu ada badan legislatif-eksekutifjudikatif dan hukum yang memaksa.
Hukum Internasional = Really Law ???
=> Dixon & Oppenheim : Ada aturan hukum (ex: UN
Convention, Treaty), masyarakat internasional,
jaminan pelaksanaan dari luar/ external power
(sanksi diplomatik, ganti rugi )
 Dasar
Mengikatnya Hukum Internasional
a. Teori
Hukum Alam – Grotius – Hukum Internasional
dipatuhi karena merupakan hukum alam yang
berada di tempat lebih tinggi dibanding aturan lain
b. Teori
Positivisme – Ikatan Hukum Internasional ada
karena ada kehendak negara untuk mematuhinya
c. Teori
Sosiologis – Ikatan Hukum Internasional ada
karena fakta kemasyarakatan atas pemenuhan
kebutuhan dasar mereka
• Koordinasi
• Sederajat
• Subordinasi
• Analogi
constitutional law
HI
HD
ALASAN
TUJUAN
-- Hakikat manusia sebagai
-- Salah satu syarat
makhluk sosial
peningkatan kebutuhan rakyat
-- Pemenuhan kebutuhan
bangsa untuk kepentingan -- Perdamaian dan pernasional
saudaraan antar bangsa
 Hugo
De Groot
Hukum & hubungan Internasional didasarkan
pada kemauan bebas dan persetujuan negaranegara demi kepentingan bersama dari yang
mengikatkan diri .
 Daniel
S. Papp
Ilmu yang mempelajari masalah-masalah internasional & sistem yg membentuk hubungan
internasional serta para aktor yg terlibat di
dalamnya.

Rencana Strategi Politik LN RI (RENSTRA)
hubungan antar bangsa dalam segala aspeknya yg
dilakukan oleh suatu negara untuk mencapai kepentingan
nasional negara tersebut
1. Pasal 1 United Nation Charter (Piagam PBB) :

PBB menciptakan perdamaian dan keamanan internasional
serta berusaha mencegah timbulnya bahaya yang
mengancam perdamaian dan keamanan.

PBB mengembangkan persahabatan antar bangsa atas dasar
persamaan dan hak menentukan nasib sendiri

PBB mengembangkan kerjasama internasional dalam rangka
memecahkan persoalan-persoalan ekonomi, sosial budaya,
kemanusiaan, serta menghormati hak asasi manusia tanpa
membeda-bedakan suku, jenis kelamin, bahasa dan agama.
2. Pembukaan UUD 1945 Alinea ke IV
 Tap MPR no.IV/MPR/1999 tentang GBHN
 UU no.37 tahun 1999 tentang Hubungan Internasional
a. Kebangsaan
: WN mendapat perlakuan dari negara
dimana ia berasal
b. Teritorial
WN/bukan
: berlaku bagi semua orang baik
c. Pacta Sunt Servanda
: Perjanjian yang ada harus ditaati
oleh pihak yg terlibat
d. Egality
: Kedudukan para pihak sama
e. Courtesy
f. Reciprocity
negara
: Saling menghormati dan menjaga
kehormatan negara
: Tindakan suatu negara kepada
lain dapat dibalas setimpal
BENTUK HUBUNGAN
INTERNASIONAL
DIPLOMASI
NEGOSIASI
LOBBY
DIATUR
HUKUM
INTERNASIONAL
Diplomasi
Kegiatan yang menyangkut hubungan antar negara yg satu
dengan negara lain.
-Proses komunikasi antarpelaku politik internasional
dan instrumen untuk mencapai tujuan kebijakan politik
luar negeri suatu negara
-Alat-alat perlengkapan/instrument diplomasi :
 Departemen Luar Negeri
 Perwakilan Diplomatik
Negosiasi/ Perundingan
- suatu bentuk penyelesaian sengketa yang dihadapi
antara dua negara tanpa melibatkan pihak ketiga.
- Perundingan yang diadakan dalam rangka perjanjian
bilateral disebut ‘talk’.
- Perundingan yang diadakan dalam rangka perjanjian
multi-lateral disebut ‘diplomatic conference’.
- Selain secara resmi, ada juga perundingan yang tidak
resmi yang disebut ‘corridor talk’.
 Lobby
- kegiatan politik yang dilakukan untuk
mempengaruhi
negara
tertentu,
untuk
memastikan bahwa pandangan atau kepentingan
suatu negara dapat tersampaikan.
- Lobby bertujuan agar kerja sama internasional
yang dijalin antara satu negara dan negara lain
dapat berjalan lancar.
 Subjek
Hukum
= pemegang hak dan kewajiban secara hukum dengan
sesama (indv-bdn hkm)
 Subjek HI
= pemegang hak dan kewajiban menurut hukum
internasional
 Kemampuan
Subjek Hukum Internasional :
a. Mempertahankan hak2nya dgn mengajukan
tuntutan internasional
b. Mengajukan klaim dlm hal terjadinya
pelanggaran internasional
c. Membuat perjanjian antar sesama subyek HI
d. Menikmati hak istimewa, perlindungan,
kekebalan dr yurisdiksi nasional negara lain
e. Memikul tanggung jawab secar internasional
(international state responsibility)
 Klasifikasi
Subjek Hukum Internasional :
a. Negara
b. Organisasi Internasional
c. Individu
d. Tahta Suci
e. ICRC
f. Belligerency
g. Kelompok Pembebasan
h. NGO
k. MNC
 Subjek
hukum paling tua-utama = kedaulatan
 Kedaulatan
= internal + eksternal
internal : kekuasaan tertinggi mengatur
domestik ( pemerintah & hkm nasional)
eksternal : hubungan internasional dengan
SHI lain dengan mengutamakan kaidah HI
 Art
1 1933 Montevideo Convention on Right and
Duties of State
“ The State as a person in international law should
posses the following qualification :
a. permanent population
b. defined territory
c. government
d. capacity to enter into relation with other
state”
 Prinsip
Utama Hak dan Kewajiban Negara
a. Kesetaraan (equality before sovereign state)
- juridical – sovereign – territorial integrity –
ecosoc system – live peace and good faith
b. Kemerdekaan
- self reliance & intervensi asing
c. Non Intervensi
d. Membela Diri
- pengecualian dari prinsip non intervensi karena
keharusan (necessity) dan kepatuhan
(proportionality)
 M.
Virally : “suatu persekutuan negara2 yang
dibentuk dengan persetujuan antara anggotanya &
mempunyai suatu sistem yang tetap/ perangkat
badan2 yang tugasnya adalah untuk mencapai tujuan
kepentingan bersama dengan cara mengadakan kerja
sama antara para anggotanya”.
 Tujuan
pendiriannya didasarkan keinginan
meningkatkan dan melembagakan kerjasama
internasional secara permanen

Kualifikasi dari suatu organisasi internasional yang
sudah memiliki kepribadian hukum internasional
menurut Ian Browlie:
1.
A permanent association of states, with lawful
objects, equipped with organs;
A distinction in term of legal powers and purposes
between the organization and its member states;
The existence of legal power exercisable on the
international plane and not solely within the system of
one or more states;
2.
3.
Klasifikasi organisasi internasional Theodore A. coulombis
dan James H. wolfe:
1.
Organisasi internasional (antar pemerintah) dengan
keanggotaan dalam ruang lingkup global dengan
maksud dan tujuan yang bersifat umum. Cth: PBB
2.
3.
4.
Organisasi internasional (antar pemerintah) dengan
keanggotaan dalam ruang lingkup global dengan
maksud dan tujuan yang khusus atau spesifik. Cth:
world bank, IMF;
Organisasi internasional (antar pemerintah) dengan
keanggotaan yang regional atau kawasan dan dengan
maksud dan tujuan yang umum.cth: Asean
Organisasi internasional (antar pemerintah) dengan
keanggotaan yang regional atau kawasan tapi dengan
maksud dan tujuan yang spesifik. Cth:NAFTA;

Faktor-faktor penyebab berakhirnya organisasi
internasional:
1.
Kesepakatan negara-negara anggotanya untuk
mengakhiri eksistensi organisasi internasional
Tujuan oraganisasi itu sudah terwujud atau tercapai;
Negara-negara anggota dari organisasi-organisasi
internsional yg lama kemudian mendirikan organisasi
internsional baru dgn asas, maksud dan tujuan yang
sama atau serupa dgn organisasi internsional yg lama;
Pengunduran diri secara satu persatu dari negaranegara anggota suatu organisasi internsional sehingga
lama kelamaan negara-negara anggotanya semakin
berkurang dan aktivitas organisasi berkurang/ berakhir;
2.
3.
4.
 Awalnya
individu sebagai SHN dengan persetujuan
negara dapat menjadi SHI
 Saat
ini dapat bertindak langsung sebagai SHI
(Perjanjian Versailles 1919)-dapat ke ICC
 Kekejaman
Pasukan Jerman saat WW II
konsep individual criminal responsibility – delicta juris
gentium
 Disebut
sebagai Holy See, Vatikan
 Lateran
Treaty 1929 Perjanjian Italia-Holy See
“mengembalikan sebidang tanah di Roma kepada
Takhta Suci dan memungkinkan didirikannya negara
Vatican serta mengakui kedaulatannya sehingga dpt
menjalankan misinya di dunia.”
 Dalam
praktik hubungan internasional, Paus
diperlakukan sesuai tata kelakuan diplomatik
 Batas wewenang : keagamaan dan kemanusiaan
 ICRC
: International Committee for the Red
Cross
 Memberikan
bantuan yang berlandaskan
kemanusiaan tanpa memandang SARA
 Melandasi
adanya Konvensi Jenewa 1949 tentang
Perlindungan Perang


Pemberontak = pihak yg ingin memisahkan diri dr suatu
pemerintahan yg sah & ingin mewujudkan suatu entitas yg
mandiri.
Belligerent = pelaku perang (combatant).
1.
Teroganisir &
teratur dibwh
pimpinan yg jelas;
2.
Menggunakan tanda
pengenal / uniform
yg jelas;
PEMBERONTAK
3.
Menguasai suatu
wilayah scr efektif;
4.
Mendapat dukungan
dr rakyat di wilayah
yg didudukinya.
BELLIGERENT
 Tidak
ada kriteria objektif dalam penentuan
statusnya
 Lebih didasarkan pertimbangan politik masyarakat
internasional dan keyakinan dalam penyampaian
cita-cita pada masyarakat
 Ex : PLO – Wakil Palestina
 Didirikan
berdasar hukum nasional dari negara
tempatnya berkedudukan atau berkantor pusat,
tetapi NGO dapat memiliki cabang-cabang di
pelbagai negara, sehingga merupakan jaringan
internasional dengan bidang kegiatan dan aktivitas
yang lintas batas negara.

Memiliki kantor pusat di suatu negara & melakukan
kegiatan-kegiatannya

Perusahaan ini berstatus swasta & merupakan kesatuan non
pemerintah & tidak berstatus international legal person,
tetapi dalam hal tertentu dapat membuat perjanjian
dengan Pemerintah dan memberlakukan prinsip HI

Ex : GM, Ford, Exxon, Shell, Toyota

Sumber Hukum Internasional :
a) Formal : proses yang membuat suatu ketentuan
menjadi
ketentuan hukum positif
b) Material : Prinsip2 yang menentukan isi ketentuan hukum
yang
berlaku
Klasifikasi Sumber Hukum Internasional (par.38.1 Statuta MI)
a. Perjanjian Internasional (international convention)
b. Kebiasaan Internasional (international custom )
c. Prinsip Hukum Umum (general principles of law)
d. Putusan Pengadilan dan ajaran hukum para sarjana (judicial
decision & teaching of the most highly qualified publicist of the
various nations)
e. Keputusan Organisasi Internasional (tambahan)
(par.38.2 Statuta MI- ex aequeo et bono principle)
 Mochtar
Kusumaatmadja
“perjanjian
yg
diadakan
antara
anggota
masyarakat bangsa-bangsa & bertujuan untuk
mengakibatkan akibat hukum tertentu”.
 A.S. Harshey
“International treaties or conventions are
agreements or contracts between two or more
states, usually negotiated mutual reciprocal
obligation”
 Konvensi
Wina 1969 Art 2
“perjanjian antar negara dalam bentuk tertulis
dan diatur oleh hukum internasional”.
 Konvensi
Wina 1986 Art 2
“PI adl suatu persetujuan yg diatur oleh hk
internasional & ditandatangani dlm bentuk
tertulis :
a. Antara satu negara / lebih dg antara satu
organisasi internasional / lebih.
b. antar organisasi internasional.
 Peristilahan
Perjanjian Internasional :
a. Treaty
b. Convention
c. Charter
d. Statute
e. Agreement
f. Pact
a.
Treaty
: digunakan untuk perjanjian yang sifatnya
khidmad (ex: perjanjian perdamaian,
arbitrase). Di Indonesia sering diartikan
sebagai traktat.
b. Convention
: digunakan untuk perjanjian internasional
yang bersifat Law Making Treaty, yaitu PI
yang melahirkan kaidah hukum baru.
c. Charter
: digunakan untuk perjanjian yang
membentuk organisasi internasional, ex
: PBB, ASEAN
d. Statute
: Lazim digunakan dalam piagam Mahkamah
Internasional dan Peradilan Pidana
Internasional dalam Statuta Roma.
e. Agreement : Lazim digunakan untuk perjanjian yang
sifatnya bilateral
f. Pact
: Lazim digunakan untuk perjanjian yang
membentuk pakta pertahanan/pakta
perdamaian.
Asas-Asas dalam Perjanjian Internasional :
a. Free Consent
b. Good Faith
c. Pacta Sunt Servanda
d. Pacta Tertiis Nec Nocent Nec Prosunt
e. Non Retroactive
f. Rebus Sic Stantibus

Kekuatan mengikat Perjanjian Internasional dibedakan menjadi :
a. Treaty Contract
: sifat perjanjian tertutup, negara pihak
ketiga tidak bisa bergabung
dalamnya.
Ex : Perbatasan, hutang piutang
b. Law Making Treaties
: sifat perjanjian dapat mengikat pihak
ke 3,
menetapkan ketentuan hukum
internasional
yang berlaku umum.

Berlaku dan Mengikatnya Perjanjian Internasional :
a. Berlaku segera setelah penandatanganan
b. Berlaku 60 hari setelah penandatanganan
c. Berlaku setelah terkumpul 30 piagam ratifikasi
d. Berlaku 30 hari setelah terkumpul 60 piagam ratifikasi
 Merupakan
sumber hukum tertua dalam hukum
internasional.
 Definisi
Kebiasaan Internasional :
1. perilaku/praktek negara-negara
2. dilakukan dalam pergaulan internasional
3. bersifat umum.
4. telah diakui dan diterima
5. sebagai bagian hukum internasional
Ex : Hukum Perang, Praktik Konsuler


‘Kebiasaan Internasional = kesopanan internasional= persahabatan
??
Unsur Kebiasaan Internasional :
a. Unsur Faktual terdiri dari :
- Praktik negara-negara
: pernyataan pimpinan negara,
resolusi Majelis Umum PBB
- Praktik umum
: dapat timbul dr negara yang
berkepentingan menjadi
umum.
- Praktik yang berulang-ulang : kekonsistenan praktik
- Jangka waktu
: didasarkan pada kepentingan
negara
b. Unsur Psikologi :
- opinion juris
: diterimanya suatu kebiasaan
internasional sbg
suatu yg mengikat yg menimbulkan hak &
kewajiban.
 Merupakan
aturan umum yang dapat diterapkan
pada masyarakat internasional sebagai kaedah
hukum yang tidak boleh diabaikan dalam
pembentukan hukum internasional & nasional.
 Ruang
lingkup :
1. Meliputi setiap aturan hukum & tak dapat
diabaikan
2. Ada dalam sistem hukum nasional negara di
dunia
3. Relevan dalam penyelesaian sengketa
4. Relevan dengan hubungan internasional, ex :
asas bonafides
 Kedudukan
Prinsip Hukum Umum
1. Sumber hukum primer
2. Sebagai kaidah yang membatasi, tidak
bertentangan dengan
kaedah hukum
3. Membentuk sistem hukum vertikal
IUS COGENS
PRINSIP HUKUM UMUM
PERJANJIAN
INTERNASIONAL
KEBIASAAN
NORMA2 LAIN
1.
2.
3.
4.
5.
Harus memiliki arti penting/ luar biasa bg HI
Lebih istimewa jika dibandingkan dg prinsip2 /
asas2 hk lainnya krn relatif meliputi scope yg
luas.
Menjadi bagian esensial dlm sistem HI yang ada
Diterima sbg suatu hal yg mengikat & tidak
boleh dilanggar.
Menyangkut kepentingan bersama masyarakat
internasional scr keseluruhan/ umum.
 Putusan
pengadilan & doktrin mrp sumber hukum
tambahan.
 Pasal 59 Statuta Mahkamah Internasional :
“the decision of the Court has no binding force
except between the parties and in respect of that
particular case”
 Salah satu fungsi doktrin adalah sbg pedoman utk
menemukan apa yg menjadi hukum internasional,
meskipun ajaran para sarjana tdk menimbulkan
hukum.
Ex : Anglo Norwegian Fisheries Case  K.Jenewa
1958 Laut
Teritorial dan wilayah berdekatan.
 Resolusi


Majelis Umum PBB
“Universal Declaration of Human Rights” 1948
Sifatnya tidak mengikat scr langsung tp
terbukti mengilhami dan dimuat dlm konstitusi
kebanyakan negara
Resolusi Hak Menentukan Nasib Sendiri (self
determination)
 Monisme
( Lauterpacht, Hans Kelsen)
- Hukum internasional dan hukum nasional adalah satu
kesatuan.
- Merupakan perwujudan hukum alam yang
memandang hukum
yang berlaku umum.
- Monisme dibagi menjadi primat :
a. hukum nasional
b. hukum internasional
 Kontribusi
aliran monisme :
a. Muncul ketentuan humanis dalam pengaturan 1948
UNDHR
b. Memperkuat Vienna Convention on the Law of Treaties
1969 Art 27,
“ hukum nasional tidak boleh dijadikan sebagai dalih untuk
menghindar
dari kewajiban hukum internasional”.
Ex : pembatasan hak etnis tertentu dalam hkm
nasional,
bertentangan dengan pengaturan HAM
internasional
: UU Lingkungan 32/2009 – izin membakar hutan
bertentangan
dengan ASEAN Trans-border Haze Control

Dualisme : Hukum internasional dan hukum nasional adalah dua
keseluruhan hukum yang berbeda dan berdiri
sendiri.
Triepel : a. Ada perbedaan subjek dan sumber antara HI dan HN
b. Subjek HI adalah negara dan HN adalah individu
c. Sumber HI adalah kehendak bersama negara dan
sumber
HN adalah kehendak dan kekuasaan negara
Anzilotti : a. Ada perbedaan prinsip dasar mengikat antara HI dan
HN
b. HI dilandasi prinsip pacta sunt servanda, dan HN
dilandasi dasar peraturan perundang-undangan yang
harus
ditaati
 Monisme
( Starke)
a. Hukum internasional diutamakan dari hukum nasional
b. Pengutamakaan hukum nasional yang jumlahnya
banyak
menimbulkan anarki dan ketergantungan hukum
internasional pada
hukum nasional
 Dualisme
( Trieppl & Strupp)
Keberlakuan HI murni kewenangan penguasa domestik,
jadi HN memiliki kedudukan yg lebih tinggi dr HI.
Dalam Perjanjian Internasional
 Teori
Transformasi
: adanya alih bentuk ketentuan
hukum dengan melahirkan ketentuan undang
-undang baru
Ex : UU 23/1997 ratifikasi Konvensi Rio-Stockholm
 Teori
Delegasi
: pengadopsian ketentuan hukum
internasional tanpa melahirkan ketentuan
undang-undang baru
Ex : UU 9/1972 ratifikasi CEDAW
Dalam Kebiasaan Internasional
 Doktrin
Blackstone/inkorporasi : hukum internasional
berlaku otomatis dalam hukum nasional (praktek
Inggris).
Ex : Kasus Bremen Tobacco- nasionalisasi
perusahaan Belanda 1958- asas prompt-effectiveadequate ganti rugi
 Peranan
hukum internasional dalam menunjang hukum
nasional :
a. mewadahi para subyek HN dari 2 negara atau lebih
dapat mengadakan hubungan hukum (perdata)
internasional;
b. sarana untuk mengharmonisasikan pelbagai HN
negara-negara mengenai masalah tertentu;
c. HI dapat menjadi masukan bagi HN berkenaan dgn
suatu masalah yang pengaturannya terlebih dahulu
muncul didalam hukum (konvensi) internasional
 Jurisdiction
(Inggris) yurisdictio (Latin)
yuris (kepunyaan) dan dictio(ucapan,
sebutan).
 Berarti: - kepunyaan, seperti yg
ditentukan oleh hukum;
- hak, menurut hukum;
-kekuasaan, menurut hukum;
-kewenangan, menurut hukum;
 Prof.
Sugeng Istanto
“Yurisdksi adalah kekuasaan,kemampuan, hak /
wewenang untuk menetapkan hukum.”
 D.J.
Harris
“kekuasaan negara berdasarkan hukum internasional
untuk mengatur orang & barang oleh negaranya”.
 Malcolm
N. Shaw
“kemampuan untuk membuat hukum (prescriptive
jurisdiction) dan kemampuan untuk memaksa supaya
hukum tsb ditegakkan (enforcement jurisdiction)”
 Yurisdiksi
negara arti luas
kekuasaan atau kewenangan dari suatu negara
untuk menetapkan dan memaksakan (To declare and
enforce) hukum yang dibuat oleh negara atau bangsa
itu sendiri.
 Yurisdiksi
= hak, kewenangan berdasarkan hukum
yang TIDAK berdasar paksaan atau kekuasaan


Kedaulatan pada dasarnya mengandung 2 aspek:
1.
Internal berupa kekuasaan tertinggi untuk mengatur
semua yang terjadi dalam batas-batas wilayahnya;
1.
Eksternal kekuasaan tertinggi untuk mengadakan
hubungan dengan anggota masyarakat internasional
maupun mengatur semua yang terjadi di luar wilayah
negara yang berkaitan dengan kepentingan negara itu;
Berdasarkan kedaulatan itu maka dapat diturunkan hak,
kewenangan negara untuk mengatur masalah intern
maupun ekstern.
 Yurisdiksi
Negara dalam Hukum Internasional
Imre Anthony
state jurisdiction in public international
law means the right of state to regulate
or affect by legislative, executive or
judicial, measure the right of persons,
property, acts or events with respect to
matter not exclusively of domestic
concern.
 Yurisdiksi
untuk mengatur
 Yurisdiksi
atas objek yang diatur
 Yurisdiksi
atas tempat terjadinya objek yang
diatur
 Yurisdiksi
Legislatif (Legislative Jurisdiction)
 Yurisdiksi
Eksekutif (Executive Jurisdiction)
 Yurisdiksi
Yudikatif (Judicative Jurisdiction)
 Yurisdiksi
legislatif
penetapan suatu peraturan perundangundangan untuk mengatur suatu obyek /
masalah yang tidak terdapat aturannya
dalam undang-undang nasionalnya.
 Yurisdiksi
eksekutif
penerapan peraturan yang telah
ditetapkan dengan tetap menghormati
yurisdiksi negara lain, manakala telah
mengatur hal yang sama
 Yurisdiksi
Yudikatif
berkaitan dengan kewenangan badan
peradilan dalam mengadili suatu perkara
berdasar peraturan yang dibuat dan
dilaksanakan oleh negara bersangkutan dengan
tetap menghormati yurisdiksi negara lain
 Yurisdiksi
personal
 Yurisdiksi
kebendaan
 Yurisdiksi
kriminal
 Yurisdiksi
sipil
 Yurisdiksi
personal = orang / subjek hukum
 Dititikberatkan pada penundukan yurisdiksi atas
personal, baik nasional maupun asing ( Badan Usaha)
dlm hak dan kewajibannya
 Dalam
yurisdiksi atas orang juga ditentukan :
a. active nationality principle
hukum negara selalu mengikuti namun ada
batasan asas selektifitas
b. passive nationality principle
penundukan orang asing dalam hukum
nasional untuk melindungi WN nya
 Yurisdiksi
kebendaan ditujukan pada hak negara atas
benda yang ada di wilayahnya
 Jenis Benda :
a. Benda tetap dalam batas wilayah negara
b. Benda yang suatu waktu dalam wilayah
negara namun waktu lain di negara lain
c. Benda yang sebagian di wilayah negara
dan sebagian lain di wilayah negara lain
 Pengaturan
secara umum dalam HI namun secara
detail dalam hukum nasional
 Yurisdiksi
kriminal tidak dibatasi wilayah serta ada
nilai kepatutan dan kelayakan atasnya.
 Locus Delictie :
terjadi di batas wilayah negara (peristiwa-akibatpelaku), terjadi di sebagian wilayah – negara lain, dua
negara, k.WNan beda ( peristiwa – akibat)
 Akibat
Pidana
Ditetapkan penuh-sebagian-belum oleh negara
 Ex :
Konvensi Tokyo 1963-Kejahatan Udara, Konvensi 1961Narkotika
 Yurisdiksi
sipil terkait kewenangan negara atas
peristiwa hukum sipil di tempat tertentu.
 Variasi
peristiwa sipil : segi subjek – tempat terjadi –
jenis peristiwa hukum sipil
 Mungkin
timbul konflik yurisdiksi, walau tetap ada
pengecualian,
 Ex
: ICSID (International Chamber for the Settlement
of Investment Dispute) New York
 Yurisdiksi
Teritorial
 Yurisdiksi
Quasi-Teritorial
 Yurisdiksi
Ekstra-Teritorial
 Yurisdiksi
Universal
 Yurisdiksi
Eksklusif
 Yurisdiksi
teritorial merupakan yurisdiksi negara
menerapkan hukum nasional atas segala sesuatu
dalam batas wilayahnya, namun tetap dibatasi
kaidah HI
 Yang dikategorikan lingkup negara :
a. daratan tempat rakyat tinggal
b. tanah di bawah wilayah sampai ~ bawah
c. perairan : teritorial, pedalaman
d. dasar laut dan tanah dibawah perairan
kepulauan
e. ruang udara diatas wilayah darat dan air
 Yang
dikecualikan dari Yurisdiksi teritorial :
a. kepala negara/pemerintah asing
b. staf diplomatik, konsuler
c. angkatan bersenjata asing
d. kepala, staf lembaga internasional
e. gedung perwakilan diplomatik
f. gedung lembaga internasional
g. kapal asing
yang sedang bertugas di wilayah satu negara
 Alasannya : memperlancar pelaksanaan tugas,
perwakilan sesama subjek HI (setara)-par in parem
imperium non habet –tidak boleh penerapan
yurisdiksi antar yang setara
 Yurisdiksi
quasi teritorial adalah yurisdiksi teritorial
yang diterapkan pada area yang bukan merupakan
wilayah negara tetapi berdekatan dan
bersambungan dengan wilayah negara lain .
Ex : art 33 (1) UNCLOS 1982 tentang zona
tambahan bagi negara pantai untuk mencegah dan
menghukum pelanggaran bea cukai, fiskal dalam
wilayah teritorialnya
 Yurisdiksi
ekstra-teritorial dilakukan untuk
peristiwa hukum yang terjadi diluar wilayah negara
dan diberikan kebiasaan internasional untuk
menjembataninya dalam pengaturan secara
nasional oleh negara masing masing
 Yurisdiksi
universal tidak berdasar tempat-waktupelaku peristiwa hukum didasarkan kepentingan dan
keadilan universal
 Alasan pengkategorian yurisdiksi universal :
supaya peristiwa hukum yang terkait keamanan dan
keadilan universal manusia tidak dilanggar dan
kewajiban menjaganya
 Ex
: Genocide Convention 1949, UNCLOS
1982
 Yurisdiksi
eksklusif didasari perkembangan iptek –
eksplorasi dasar laut, SDA
 Ex
; 1945 klaim Truman-landas kontinen-Amerika
Latin, Eropa-Landas kontinen Conv 1958
art 2 UNCLOS hak berdaulat negara pantai dalam
eksplorasi dan bersifat mutlak tidak hanya atas
landas kontinen tapi ZEE.
Hak berdaulat bukan kedaulatan tapi hak untuk
bidang tertentu, misal : produksi energi air, riset
ilmiah laut, konservasi laut
 Elemen
yurisdiksi eksklusif :
a. subjek : pihak pemilik jurisdiksi
b. objek : sasaran yurisdiksi, ex : SDA
c. perilaku : perbuatan tertentu atas objek
d. area : tempat berlakunya yurisdiksi
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
Definisi Pengakuan
Elemen Pengakuan
Pengakuan Negara
Pengakuan Pemerintah
Pengakuan Pemberontak
Pengakuan hak internasional
INSTITUTE OF INTERNATIONAL LAW
 The
recognition of new state is the free act by
which one or more states acknowledge the
existence on definite territory of human society
politically organized, independent of any other
existing state, and capable of observing the
obligation of international law, and by which they
manifest therefore their intention to consider it a
member of the international community”
OPPENHEIM – LAUTERPACHT
 Tindakan pengakuan adalah kewajiban dari negaranegara yang telah ada bila syarat-syarat sebagai
negara baru telah terpenuhi.
IAN BROWNLIE
 Recognition is a public act of state;
 Recognition is an optional and political act;
 There is no legal duty in this regard;
 There is obligation to perform recognition for
special purpose.
 Adanya
tindakan satu/lebih negara yang melakukan
pengakuan;
 Adanya
suatu teritori tertentu;
 Adanya
masyarakat/ kumpulan manusia yang
diorganisir secara politis;
 Teritori
lain;
 Teritori
tersebut bebas dari campur tangan negara
tersebut mampu melaksanakan kewajiban
menurut hukum Internasional;
Teori Declaratoir/ Evindentiary
Pengakuan hanya sebuah pernyataan formal saja
bahwa suatu negara telah lahir atau ada.
Teori Konstitutif
Untuk menjadi subjek hukum internasional, pengakuan
harus ada melalui pernyataan dari negara-negara lain,
walaupun unsur kenegaraan telah terpenuhi
Teori Jalan Tengah/ Pemisah
Untuk menjadi sebuah pribadi hukum, suatu negara
tidak memerlukan pengakuan. Namun, agar pribadi
hukum dapat melaksanakan hak dan kewajibannya
dalam hukum internasional maka diperlukan
pengakuan oleh negara-negara lain.
Merupakan pernyataan suatu negara yang mengakui
negara lain sebagai subjek hukum internasional
Kriteria umum :
Stabilitas negara & Dukungan Penduduk
Kesanggupan melaksanakan kewajiban internasional
Kriteria politis :
Kebijaksanaan individual
Discretionary Act
Ex : Rhodesia(1965)-Inggris-Ian Smith =Zimbabwe (1980)
: Israel – PBB (1949)+Yordania, Mesir
: AS- RRC (1978)
 Bentuk-Bentuk
Pengakuan
1. Pengakuan Tegas – Nota Diplomatik, PI
Ex : Jepang-Korea (peace treaty), Vatican
(Lateran)
2. Pengakuan Diam-Diam
Ex : AS-China (1971-Nixon)
3. Pengakuan Kolektif =x PBB
Ex : ASEAN-Kamboja, Helsinki Treaty – Jerman
4. Pengakuan Prematur : negara memisahkan dari
negara induk, India- Bangladesh (1971-1972)
 Pengakuan
pemerintah merupakan accesoir dari
pengakuan negara
 Dapat dicabut namun personalitas internasional
negara tidak berubah
 A matter of policy for every state
Akibat hukum :
a. Hubungan resmi
b. Mempunyai tanggung jawab negara
c. Mempunyai hak dan kewajiban di peradilan
internasional
d. Memiliki harta dari pemerintah sebelumnya
Doktrin-Doktrin Pengakuan Pemerintah :
a. Tobar
(constitutional legitimation), Ex : AS-Huerta
b. Stimson
(elimination of violation) – Manchu-Jepang
c. Estrada
(exemption is prohibited over state)
d. De
Jure – Efektivitas, Regularitas, Eksklusivitas
 Gerakan
menentang pemerintah dgn menggunakan
kekerasan;
 Semata-mata merupakan soal intern negara ybs;
 Pelaku-pelakunya
bertindak dgn motif politik/ bukan
penjahat kriminal;
 Bila
pemberontakan dalam suatu negara telah mengambil
proporsi sedemikian rupa, maka negara-negara lain tidak
mungkin menutup mata terhadap pemberontakan itu;
 Pengakuan
atas hak-hak teritorial baru berkenaan
adanya suatu fakta atau peristiwa dimana suatu
negara memperoleh tambahan wilayah.
 Dgn adanya pengakuan dari negara-negara lain atas
tambahan wilayah yang diperoleh, lama kelamaan hak
negara itu atas wilayah tersebut dapat menjadi
semakin kuat dan sah menurut HI.
 Suatu negara dapat memperoleh tambahan wilayah
sepanjang cara-car memperolehnya dapat dibenarkan
menurut HI.
 Suksesi
= Succession
 Suksesi
=
Hukum Perdata = Penggantian
subjek hukum oleh subjek hukum lain, ex : waris
 Suksesi
dalam hukum internasional
Peralihan hak dan kewajiban internasional, baik dr
negara atau pemerintah lama ke baru.
 Suksesi
Negara
 Suksesi
Pemerintahan
 Common/Universal
 Clean
Doctrine
State Doctrine
 1978
Vienna Convention – State Succession related to
International Treaty
 1983
Vienna Convention – State Succession related to
state debts, belongings, formal letters
 Peralihan

– predecessor – successor – hak kewajiban
Berakhirnya kolonial – bipolar timur barat –
komunisme – demokrasi transparansi good governance
 Suksesi
2
Universal - Parsial
issue penting : factual state succession – legal state
succession

Absorption/ Penyerapan : suatu negara diserap oleh negara lain.
Contohnya, penyerapan Korea oleh Jepang tahun 1910.

Pemecahan /dismemberment): suatu negara terpecah menjadi beberapa
negara yang masing-masing berdiri sendiri.
Ex : Lenyap – Uni Sovyet, atau wilayah terbagi jadi mandiri – Yugoslavia

Kombinasi dari pemecahan dan penyerapan, yaitu satu negara pecah
menjadi beberapa bagian dan kemudian bagian-bagian itu lalu diserap
oleh negara atau negara-negara lain. Contohnya, pecahnya Polandia
tahun 1795 yang beberapa pecahannya masing-masing diserap oleh Rusia,
Austria, dan Prusia.

Negara merdeka baru (newly independent states). Yaitu beberapa
wilayah yang sebelumnya merupakan bagian dari wilayah negara lain atau
berada di bawah jajahan kemudian memerdekakan diri menjadi negaranegara yang berdaulat.
kekayaan negara (public property)
hak-hak privat (private rights)
tuntutan-tuntutan terhadap perbuatan melawan
hukum (claims in tort or delict)
hutang-hutang negara (public debts)
 Devolution
Agreement (art 17 & 24 ‘78 Vienna Conv)
(pacta tertiis nec nocent nec prosunt)
 Pengecualian
: a. servitude & dispositive treaty
b. fundamental rights
c. political rights
Opsi lain : tidak berlaku negara yg merdeka – moving
treaty frontier rules
 Aset
berupa pemerintah dan swasta
 Pembagian
aset pemerintah dalam batas wilayah
(HKI). Ex : RRC v. UK – HK (1997)
 Kompensasi
 State
bagi aset swasta
Archive : documents, iconographic document,
all object of historical value, archeological object
Beralih
 Ada
imbal balik dari predecessor state terhadap
successor state
 Ada pembayaran pemerintah pusat dan daerah
 Proporsionalitas : jumlah-luas-kekayaan-pajak
 Pengecualian : golongan tertentu – perang terdahulu
 Tidak
diatur dalam Konvensi Wina 1978 dan 1983
 Diberikan kebebasan pada individu dalam
menentukan kewarganegaraan mengikuti predecessor
maupun successor melalui instrumen hukum nasional
 1961 Conv. On the Reduction of Statelessness : negara
harus menjamin tidak ada individu yang menjadi
stateless akibat praktek suksesi di negaranay
 Keanggotaan
dalam OI ditentukan oleh konstitusi
masing-masing organisasi
 Ex : PBB tidak mengatur secara spesifik, hanya
terhadap negara baru maka berlaku aturan atasnya
 Ex : Uni Sovyet membentuk 3 negara Baltik, Georgia
dan 11 negara lain ( 3 diantara Rusia-BelorusiaUkraina), akhirnya Rusia menggantikan U.Sovyet sbg
anggota tetap DK PBB, Belorusia-Ukraina sebagai
anggota dan yang lain mendaftarkan diri sebagai
negara baru di PBB
 Successor
tidak bertanggung jawab atas tort maupun
delik yang dilakukan predecessor
 Prinsip ini berasal dari prinsip hukum tentang sifat
personal kesalahan
 Bilamana
suksesi negara itu bersifat universal, yang
berarti hilangnya identitas internasional dari negara yang
bersangkutan, maka pengakuan itu otomatis gugur.
 Sedangkan
bila suksesi itu bersifat parsial, yang berarti
negara yang lama (predecessor state) tidak kehilangan
identitas internasionalnya, maka dalam hal ini berlaku
“asas kontinyuitas negara” (continuity of state
principle). Artinya, pengakuan yang pernah diberikan itu
tetap berlaku. Namun, bilamana negara yang
memberikan pengakuan tadi tidak lagi memandang
negara yang pernah diberi pengakuan itu memenuhi
syarat negara menurut hukum internasional, maka
pengakuan itu dapat ditarik kembali. Pada umumnya,
jika itu terjadi, penarikan kembali pengakuan itu tidak
dilakukan secara tegas.
 Ada
prinsip kontinuitas
adanya perubahan intern dalam organisasi
pemerintah/ susunan kenegaraan tidak merubah hak
dan kewajiban internasional
Ex : India (1947) perubahan UUD – kemerdekaan,
anggota PBB tetap.
 Tanggung
 Tanggung
jawab negara = State Responsibility
Jawab : kewajiban memberikan
jawaban atas hal yang terjadi dan memberikan
pemulihan atas kerugian yang mungkin
ditimbulkan.
 Dalam
Hukum Internasional dikenal 2 macam
aturan, yaitu :
a. primary rules
seperangkat aturan yang mendefinisikan hak
dan kewajiban negara dalam bentuk konvensi
b. secondary rules
seperangkat aturan yang mendefinisikan apa
akibat hukum ketika primary rules dilanggar.
 Tanggung
jawab negara muncul sbg akibat dari
prinsip persamaan dan kedaulatan negara dlm
Hukum Internasional.
 Tanggung
jawab negara muncul ketika :
a. ada negara yang merugikan negara lain
b. ada pelanggaran atas perbuatan yang
melanggar hukum internasional
c. ada kerugian sebagai akibat tindakan yang
melanggar hukum
 Tanggung
jawab negara timbul walau menurut
HN bukan pelanggaran.
 Akibatnya
suatu negara tidak dapat menghindar
tanggung jawab internasional karena kebenaran
hukum nasional, kecuali karena keadaan
darurat maupun pembelaan diri
Draft articles on Responsibility of States for
Internationally Wrongful Acts - adopted by
the International Law Commission 53rd session
(2001)
Exc : General Agreement on Tariff and Trade
dan Europe Convention of Human Rights

UN Charter terhadap ancaman / pelanggaran
keamanan internasional

Adanya praktek dominasi kolonial, penjajahan,
genosida, apartheid, polusi besar dari udara, air.
Adanya konsep erga ormes yang mempunyai 2 ciri :
a. universal dan mengikat negara tanpa kecuali
b. solidaritas, dimana negara-negara dianggap
mempunyai kepentingan hukum dalam
memberikan perlindungan
 Teori
Kesalahan (Fault Theory)
melatarbelakangi prinsip tanggung jawab
subjektif (subjective responsibility) atau
tanggung jawab atas dasar kesalahan (liability
based on fault), yaitu tanggung jawab negara
atas perbuatannya baru dikatakan ada jika
dapat dibuktikan adanya unsur kesalahan pada
perbuatan itu.
 Teori
Risiko (Risk Theory)
- melatarbelakangi prinsip absolute liability,
dimana negara mutlak bertanggung jawab atas
kegiatan yang menimbulkan akibat yang
berbahaya walau kegiatannya sah menurut
hukum.
Ex : Convention on International Liability for
Damage caused by Space Objects of 1972 yang
menyatakan bahwa negara peluncur (launching
state) mutlak bertanggung jawab untuk
membayar kompensasi untuk kerugian di
permukaan bumi atau pada pesawat udara yang
sedang dalam penerbangan yang ditimbulkan
oleh benda angkasa miliknya.
 Perjanjian
Internasional
pelanggaran atas perjanjian internasional
menimbulkan kewajiban untuk mengganti
rugi, ex : pacta sunt servanda

Konsesi
Dlm perjanjian konsesi antara negara & WN/ korporasi
asing dikenal klausula Calvo, dimana penerima konsesi
melepaskan perlindungan pemerintah dalam sengketa
yang timbul dari perjanjian. Sengketa tersebut harus
diajukan dan tunduk ke pengadilan nasional negara
pemberi konsesi.
Ex : North American Dredging Co. of Texas v. United
Mexican States – jurisdiction breach of contract in Illinois
Central Railroad
Klausula ini dibenarkan bila pengadilan konsesi
digunakan sebelum campur tangan negaranya, tapi
dibatalkan bila untuk menghapus hak negara dalam
melindungi warga negaranya maupun mengikat negara
lain tidak campur tangan dalam pelanggaran HI
 Ekspropriasi
merupakan pencabutan hak milik perorangan
untuk kepentingan umum dan disertai ganti rugi
Pada abad 19 ekspropriasi warga asing wajib
ganti rugi, namun pada abad 20 dianggap tidak
bertentangan bila ada pengumuman politik
dalam negeri negara dan tanpa pembedaan
warga negara nasional dan asing
Ekspropriasi yang melanggar hukum internasional
mewajibkan adanya penggantian ganti rugi atas
pihak yang dirugikan
Ex : Chorzow factory (Jerman-Polandia) – suksesiprivat Oberschlesische Stickstoffwerrke
 Hutang
Negara
Ada 3 teori tentang hak negara dalam melindungi
warga negaranya (kreditor ) :
a. Teori Lord Palmerston
negara kreditor berhak mengadakan campur
tangan diplomatik dan intervensi bersenjata
terhadap negara debitur yang tidak membayar
b. Teori Drago
negara kreditor tidak berhak menggunakan
kekerasan dalam menagih hutang
c. Teori yang diterima umum
kewajiban negara debitur sama dgn kewajiban
negara menurut hukum perjanjian pada
umumnya
 Kejahatan
Internasional
Merupakan pelanggaran kewajiban
internasional negara yang bukan pelanggaran
kewajiban kontrak, dan berkaitan dengan
perlindungan warga negara asing
 Doctrine
of imputability
kejahatan yang dilakukan petugas negara/yg
bertindak atas namanya dapat dibebankan
kepada negara.
Doctrine ini bisa ditetapkan ketika pelanggaran
ditetapkan oleh hukum internasional sebagai
suatu kesalahan
ex :
Corfu Channel Case (ICJ 1949); - UK-Albania
 Dapat
berupa satisfaction maupun pecuniary
reparation

Satisfaction merupakan pemulihan atas
perbuatan yg melanggar kehormatan negara, yg
dilakukan melalui jalur diplomatik , umumnya
diwujudkan dg permohonan maaf scr resmi atau
jaminan tdk akan terulangnya perbuatan itu.
 Pecuniary reparation
merupakan pemulihan atas
perbuatan yg merugikan negara lain scr materiil.
Bisa dilakukan dg jalur litigasi maupun non litigasi
 Pembebasan
tanggung jawab dapat diberikan
untuk 2 alasan, yaitu :
a. Pembelaan (Defences)
b. Pembenaran ( Justification)
Ex :liberian tanker torrey canyon-english
(state necessity)
: the gill – tentara anti meksiko (force majeur)

Pembelaan (Defences)
Berdasar 1980 ILC Draft on State Responsibility,
terdapat pengkategorian pembelaan, yaitu :
a. Ada pemaksaan satu negara oleh negara lain
dalam melakukan perbuatan melawan hukum.
b. Ada persetujuan tindakan oleh negara yang
menderita kerugian.
c. Tindakan tersebut merupakan upaya perlawanan
yang diperbolehkan, namun dengan perkecualian
penggunaan kekuatan bersenjata.
d. Adanya tindakan dikarenakan force majeure oleh
pejabat negara dan tidak ada maksud menimbulkan akibat yang membahayakan.

Pembenaran (Justification)
Ada bentuk keharusan atau pembelaan diri.
Keharusan tidak bisa dijadikan pembenaran bagi
pelanggaran kewajiban internasional suatu negara,
kecuali :
 tindakan itu merupakan satu-satunya cara
menyelamatkan suatu kepentingan esensial negara itu
dari suatu bahaya yang sangat besar
 tindakan itu tidak menimbulkan gangguan yang serius
terhadap kepentingan esensial dari negara tersebut
Pembelaan diri (self-defence) dapat digunakan sebagai
pembenaran terhadap suatu tindakan jika pembelaan diri
itu dilakukan sebagai pembelaan diri yang sah sesuai
dengan ketentuan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
dan maka tindakan itu bukan bertentangan dengan
hukum (dan karenanya tidak dapat dijadikan alasan
pembenar atau pembenaran).
 Sengketa
(dispute) =x Konflik (conflict)
 Spesifik
=x Tidak fokus
 Sengketa
= Konflik bukan vice versa
 Sengketa
internasional – sengketa yang bukan
secara eksklusif merupakan urusan dalam
negeri suatu negara dan tidak hanya
menyangkut hubungan antar negara saja

Elemen sengketa hukum internasional :
a. mampu diselesaikan oleh aturan HI
b. mempengaruhi kepentingan vital negara
c. penerapan HI yang ada dapat menghasilkan
keputusan hukum

Hal yang dapat diajukan : (par 36.2 ICJ Statute)
a. interpretasi dari treaty
b. persoalan hukum internasional
c. adanya fakta hukum yang menimbulkan
dilanggarnya kewajiban internasional
d. upaya tanggung jawab atas dilanggarnya kewajiban
internasional

Damai
a. Jalur Politik
- negosiasi
- mediasi
b. Jalur Hukum
- Arbitrase

Non Damai
- Perang
- jasa baik
- inquiry
- Pengadilan Internasional
- Non Perang ( putus hub
diplomatik, retorsi, blokade,
embargo, reprisal )
 Art
33 UN Charter
“the parties to any dispute ……..first of all seek a
solution by negotiation, enquiry, mediation,
arbitration….other means of their choice”
 Ex
:
Treaty of Amity & Cooperation in Southeast Asia
1976. The Declaration of the GA-UN No 2625 on
Principles of Intl Law concerning friendly relation &
cooperation among states in acc w/ UN Charter 1970
 Jalur
a.
Politik
Negosiasi
Merupakan cara paling awal dalam penyelesaian
sengketa, namun perlu ada jalur diplomatik
Tidak jarang kedudukan para pihak sama
seimbang dan perlu waktu lama untuk realisasi
Ex : UNCLOS 1982 –penggunaan pihak ketiga
: North Sea Continental Shelf Case – negosiasi
dan equitable principle
b. Jasa Baik
Merupakan penggunaan pihak ketiga bila negosiasi
gagal , walau bukan menjamin sukses
Ex : Finlandia 2005 – Indonesia v. GAM
c. Mediasi
Ditentukan pihak bersengketa/ masy.internasio-nal/
sukarela. Mediator punya kewenangan dan
mengajukan solusi. Namun keadilan masih belum
mutlak terpenuhi karena posisi negara superior dan
inferior. Bisa NGO,individu, negara, organisasi
Ex : Uni Sovyet dlm Kashmir Case, Pope John Paul II
dalam Beagle Channel Case -Chili v. Argentina
d. Inquiry
Digunakan untuk memfasilitasi penyelesaian
sengketa dengan kebenaran fakta, oleh komisi
permanen untuk expert opinion dan mutlak bila
perlu.
Ex : Red Crusader Case Denmark v. Inggris
: Dogger Bank 1904 Soviet v. Inggris
e. Konsiliasi – inquiry & mediasi
f. Penyelesaian melalui PBB
g. Penyelesaian melalui organisasi regional
(ex : ASEAN Charter)
 Jalur
Hukum
Arbitrase – ILC
“a procedure for the settlement of dispute
between states by a binding award on the basis
of law and as a result of undertaking voluntarily
accepted”
Ada pembentukan badan Permanent Court of
Arbitration (PCA) dan International Center for
Settlement of Investment Dispute (ICSID)
Ex : Clipperton Case 1932 Perancis v. Mexico
Alasan Arbitrase :
a. Arbitrator dapat dipilih tidak seperti ICJ
b. Ketentuan hukum berlaku mengikat
c. Penyelesaian sengketa hukum
a.
b. Pengadilan Internasional
- Permanent Court of International of Justice
(PCIJ) predecessor ICJ.
- International Tribunal for the Law of the Sea
- ICC – Individu
Syarat mengakses di ICJ :
menjadi anggota PBB atau bagi non anggota yang
menjadi pihak dengan rekomendasi DK dan disetujui
Majelis Umum atau bagi non pihak-anggota dengan
mendepositkan deklarasi pengakuan jurisdiksi ICJ
dan menundukkan diri atas ICJ melalui akta special
agreement-klausul pilihan-pengakuan diam diam
a.
Retorsi
tindakan tidak bersahabat sebagai pembalasan
tindakan tidak bersahabat terhadap negara lain. Ex :
pemutusan hubungan diplomatik, penghentian
bantuan ekonomi
b.
Reprisal
Tindakan pembalasan dan pemaksa dalam
penyelesaian sengketa dan sifatnya lebih keras
ex : Pemboman pelabuhan Almeria Spanyol 1937 oleh
Jerman atas bombardir kapal Deustchland oleh AU
Spanyol
c. Blokade Damai
-Dilakukan untuk memaksa negara yang
diblokade agar memenuhi ganti rugi
- Memiliki tingkatan di atas reprisal namun di
bawah perang
d. Embargo
merupakan larangan ekspor barang ke negara
yang dikenai embargo, namun kurang efektif
dibanding reprisal dan blokade damai
e. Perang
- Ada pembagian sebelum dan sesudah Hukum
Humaniter Internasional
- Ditujukan menaklukkan negara lawan
sehingga negara yang kalah tidak mempunyai
alternatif dalam menerima syarat
Awal perkembangan : Grotius use of force – just cause,
abad 17-18 konsep self defence, 1928- larangan perang
oleh Kellog Brian Pact
Perkembangan lanjutan : keberadaan hukum humaniter
internasional dalam The Haque Laws of War on Means
and Method of Warfare dan The Geneva Convention on
victim protection of armed conflict
Download