bahan ajar pendidikan ips sd - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

advertisement
BAHAN AJAR
PENDIDIKAN IPS SD
Penulis
Heri Maria Zulfiati, S.Pd, M.Pd
Chairiyah, S.Pd.,M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2014
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, Diktat Bahan ajar tentang
pembelajaran IPS di SD ini dapat diselesaikan.
Tersusunnya dikta bahan ajar ini semoga mendatangkan manfaat yang
besar untuk pendidikan di indonesia pada umunya dan untuk para pendidik pada
khususnya. Penyusunan bahan ajar ini mengalami banyak kesulitan dalam
menyatukan berbagai materi penting untuk disusun agar menjadi sebuah bacaan
yang menarik untuk dibaca, besar harapan kami nantinya bahan ajar ini bisa
terselesaikan dengan baik setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak.
Besar harapan pula agar diktat bahan ajar ini ini nantinya dapat menjadi
salah satu sumber belajar yang baik serta mendatangkan manfaat untuk seluruh
pembaca. Kami menyadari bahwa diktat ini masih jauh dari sempurna, masih
banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, adanya kritik dan
masukan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan bahan ajar
ini sangat
dinantikan.
Yogyakarta, Agustus 2014
Penyusun
2
TINJAUAN MATA KULIAH
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah
dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu
sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk tujuan pendidikan. Artinya,
berbagai tradisi dalam ilmu sosial termasuk konsep, struktur, cara kerja ilmuwan
sosial, aspek metode maupun aspek nilai yang dikembangkan dalam ilmu-ilmu
sosial, dikemas secara psikologis, pedagogis, dan sosial-budaya untuk
kepentingan pendidikan.
Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib tempuh di Program Studi
PGSD Universitas Sarjanawiyata Tamansiwa Yogyakarta dengan jumlah SKS 2,
yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif
terhadap pendidikan IPS sehingga para mahasiswa dapat menjadi guru IPS SD
yang profesional dan berkepribadian yang baik. Selain itu, para mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan dan mempraktekkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap positif tersebut dalam konteks pembelajaran di sekolah dasar sesuai
kondisi lingkungan sekolah dan karaktersitik siswa usia sekolah dasar. Dalam
perkuliahan inipun diperkenalkan berbagai pengembangan konsep pendidikan
IPS, seperti : perspektik dan tujuan pendidikan IPS; pengaruh budaya luar
terhadap budaya local; perubahan dan konflik social; Individu, masyarakat dan
Negara, Produksi, distribusi, konsumsi dan ekonomi kerakyatan dan Konsep
Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS.
3
BAB I
KONSEP PENDIDIKAN IPS DAN
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN IPS SD
A. Pendahuluan
Mempelajari Konsep dasar IPS berisi tentang konsep dan karakteristik
pendidikan IPS SD. Dengan mempelajari materi Konsep dasar IPS ini, diharapkan
mahasiswa dapat menjelaskan konsep-konsep IPS yang berpengaruh terhadap
kehidupan masa kini dan masa yang akan datang secara kritis dan kreatif.
Sebagai calon guru SD hendaknya menguasai materi IPS sebagai program
pendidikan. Untuk membantu menguasai materi tersebut maka dalam Konsep
Pendidikan IPS, disajikan pembahasan hal-hal pokok dan latihan sebagai berikut :
1. konsep pendidikan IPS
2. hakikat pendidikan IPS
3. karakteristik pendidikan IPS di SD
B. KONSEP PENDIDIKAN IPS
1. Pengertian IPS
IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu
tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat
ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan
(Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National
Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science
Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara
pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi,
ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi,
dan sebagainya
4
Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut
meliputi : Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
1) Ilmu Sosial (Social Science)
Achmad
Sanusi
memberikan
batasan
tentang
Ilmu
Sosial
(Saidihardjo,1996:2) adalah sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplindisiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan biasanya
dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”.
Menurut Gross (Kosasih Djahiri,1981:1), Ilmu Sosial merupakan
disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial
secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan
pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.
Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang
ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara
perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari
manusia sebagai anggota masyarakat.
2) Studi Sosial (Social Studies).
Perbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu
bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu
bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social. Tentang Studi Sosial
ini, Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi
Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan
bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar.
3) Pengetahuan Sosial (IPS)
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan
Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social
Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama sebuah
komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun
5
1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan
tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat
sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama.
Definisi IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS),
mendefisikan IPS sebagai berikut: social studies is the integrated study of
the science and humanities to promote civic competence. Whitin the school
program, socisl studies provides coordinated, systematic study drawing
upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history,
law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as
well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural
sciences. The primary purpose of social studies is to help young people
develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public
good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an
interdependent world.
Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah
merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach)
dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai
cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi
sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini
lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil
kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata
pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi,
politik.
2. Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Sosial
Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika
Serikat, yang di negara asalnya disebut Social Studies. Pertama kali Social
Studies dimasukkan dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada
tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18),
yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga
mesin.
6
Latar belakang dimasukkannya Social studies dalam kurikulum sekolah
di Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi yang
menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari
berbagai macam ras diantaranya ras Indian yang merupakan penduduk asli,
ras kulit putih yang datang dari Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari
Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut.
Pada awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras itu tidak
menimbulkan masalah. Baru setelah berlangsung perang saudara antara utara
dan selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak yang berlangsung tahun
l861-1865 dimana pada saat itu Amerika Serikat siap untuk menjadi kekuatan
dunia, mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk yang multi ras tersebut
merasa sulit untuk menjadi satu bangsa.
Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam.
Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras untuk menjadikan
penduduk yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa yaitu bangsa
Amerika. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan social
studies ke dalam kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun
1892. Setelah dilakukan penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah Komisi
Nasional dari The National Education Association memberikan rekomendasi
tentang perlunya social studies dimasukkan ke dalam kurikulum semua
sekolah dasar dan sekolah menengah Amerika Serikat. Adapun wujud social
studies ketika lahir merupakan semacam ramuan dari mata pelajaran sejarah,
geografi dan civics.
Di samping sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial
di Inggris dan Amerika Serikat, pemasukan Social Studies ke dalam
kurikulum sekolah juga dilatarbelakangi oleh keinginan para pakar
pendidikan. Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah meninggalkan
sekolah dasar dan menengah, para siswa: (1) menjadi warga negara yang
baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2)
dapat hidup bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan
7
kepentingan pribadi dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para
siswa tidak perlu harus menunggu belajar Ilmu-ilmu Sosial di perguruan
tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah mendapat bekal pelajaran IPS di
sekolah dasar dan menengah. Pengembangan Pendidikan IPS SD 1 - 9
Pertimbangan lain dimasukkannya social studies ke dalam kurikulum
sekolah adalah kemampuan siswa sangat menentukan dalam pemilihan dan
pengorganisasian materi IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih menarik dan
lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah, bahanbahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat. Bahan
atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta
lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih mudah
dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada
bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial.
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum
sekolah di Indonesia sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat.
Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk
dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan G30S/PKI, yang
akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan Orde Baru. Setelah keadaan
tenang pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang
pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan.
Kelima masalah tersebut antara lain:
1) Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan
belajar.
2) Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan
3) Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan
kebutuhan pembangunan.
4) Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan
dana.
8
5) Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif
bagi kepentingan pembangunan nasional.
Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali
yangn dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam
kurikulum
SD,
IPS
berganti
nama
menjadi
Pengetahuan
Sosial.
Pengembangan kurikulum Pengetahuan Sosial merespon secara positif
berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan
Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
3. Rasional Mempelajari IPS.
Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan YME yang menjadi
penghuni di permukaan planet bumi ini, yang senantiasa berhadapan atau
berhubungan dengan dimensi-dimensi ruang, waktu dan berbagai bentuk
kebutuhan (Needs) serta berbagai bentuk peristiwa baik dalam sekala
individual maupun dalam skala kelompok (satuan social). Berkenaan dengan
sebagian dari hakikat dari makhluk manusia tadi, dan kemudian dihadapkan
pada beberapa disiplin ilmu social, maka tentu saja terdapat relasi, relevansi
dan fungsi yang cukup signifikan. Dimensi ruang (permukaan bumi) dengan
segala fenomenannya, sangat relevan menjadi objek atau kajian geografi.
Sedangkan dimensi manusia baik dalam skala individual maupun dalam skala
kelompok (masyarakat dan satuan social lainnya) sangat relevan menjadi
bahan kajian atau telaah disiplin sosiologi dan psikologi social. Kemudian
dimensi waktu dan peristiwa-peristiwa yang dialami manusia dari waktu ke
waktu sangat relevan menjadi objek /bahan kajian bagi disiplin ilmu
sejarah.sedangkan dimensi kebutuhan (needs) yang senantiasa memiliki
karakteristik atau sifat keterbatasan(kelangkaan) sangat tepat menjadi objek
kajian bagi disiplin ilmu ekonomi..
Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah adalah agar siswa dapat:
9
1) Mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah
dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna.
2) Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional
dan bertanggung jawab.
3) Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan
antar manusia.
IPS atau disebut Pengetahuan Sosial pada kurikulum 2004, merupakan
satu mata pelajaran yang diberikan sejak SD dan MI sampai SMP dan MTs.
Untuk jenjang SD dan MI Pengetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan
Sosial dan Kewarganegaraan.
Pada haikatnya, pengetahuan Sosial sebabagi suatu mata pelajaran yang
menjadi wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain:
1)
Siapa diri saya?
2)
Pada masyarakat apa saya berada?
3)
Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi
anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa?
4)
Apa artinya menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia?
5)
Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu
ke waktu?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab oleh setiap siswa, dan
jawabannya telah dirancang dalam Pengetahuan sosial secara sistematis dan
komprehensip. Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan bagi
keberhasilan siswa dalam kehidupan di masyarakat dan proses menuju
kedewasaan.
C. Rangkuman
IPS merupakan bidang studi baru, karena dikenal sejak diberlakukan
kurikulum 1975. Dikatakan baru karena cara pandangnya bersifat terpadu,
artinya bahwa IPS merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran
sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi. Adapun perpaduan ini
10
disebabkan mata pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian yang
sama yaitu manusia.
Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat
perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat
siswa dapat beljar melalui media cetak, media elektronika, maupun secara
langsung melalui pengalaman hidupnya ditengah-tengah msyarakat. Dengan
pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap
untuk bertindak secara rasional dan bertanggungjawab dalam memecahkan
masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.
D. Evaluasi
E. Daftar Pustaka
11
BAB II
HAKIKAT DAN TUJUAN IPS SD
A. Pendahuluan
IPS di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna,
disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik khususnya
antara IPS untuk SD, SMP, SMA, dan untuk Perguruan Tinggi. Dalam
Kurikulum 1975, pendidikan ilmu sosial kemudian ditetapkan dengan nama
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan sebuah mata pelajaran yang
dipelajari dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi pada
jurusan atau program studi tertentu.
IPS terbentuk dengan tujuan untuk mengembangkan kompetensi dan
keterampilan hidup bernegara peserta didik. Agar dapat meningkatkan
ketrampilan sosial peserta didik. Karena dengan mempunyai keterampilan
diharapkan peserta didik tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga
cerdas emosional dan dapat mengendalikan perilakunya di kehidupan dan
lingkungan masyarakat.
Pengertian social studies menurut (James A. Banks 1990:3;Sapriya,
2007:3)
The social studies is that part of the elementary and high school
curriculum which has the primary responpisibility for helping students to
develop the knowledge, skiils, attitudes, and values needed to participate in
the civic life of their local communities, the nation, and the world.
IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu
tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat
ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan
(Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National
Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science
Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara
pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi,
12
ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi,
dan sebagainya
Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut
meliputi : Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Dalam konteks perkembangan pendidikan “social studies” di
Indonesia konsep dan praktis pendidika demokrasi yang dimakemas sebagai
“citizenship education atau pendidikan kewarganegaraan” berkedudukan
sebagai salah satu dimensi tujuan, konten, dan proses “social studies” atau
pendidikan IPS, yang pada dasarnya berintikian pengembangan warga negara
agar mampu hidup secara demokratis merupakan bagian sangat penting.
B. Pengertian dan Konsep Dasar IPS
Ilmu pengetahuan sosial disingkat IPS merupakan nama mata pelajaran
ditingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan
tinggi yang identik dengan istilah “social studies” dan kurikulum
persekolahan di negara lain, khususnya di negara barat Australia dan amerika
Serikat. Pengertian memiliki perbedaan makna pada setiap tingkat
sekolahan.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai
cabang disiplin ilmu sosial seperti misalnya : sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi, politik, psikologi, dan sebagainya. Disiplin ilmu
tersebut mempunyai keterpaduan yang tinggi karena geografi memberikan
wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sejarah memberikan
wawasan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau,
ekonomi memberikan wawasan tentang berbagai macam kebutuhan manusia
dan sosiologi atau antropologi memberikan wawasan yang berkenaan dengan
nilai-nilai, kepercayaan, struktur social, lalu ilmu politik lebih kepada
mengkaji hubungan antara warga dengan warga negaranya, serta negara
13
dengan negaranya, dan psikologi membahas mengenai kondisi kejiwaan
seseorang atau manusia.
Bidang studi IPS, pada hakikatnya merupakan perpaduan pengetahuan
sosial. Untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) intinya merupakan perpaduan
antara geografi dan sejarah. Untuk Sekolah Lanjut Menengah Pertama
(SLTP) intinya merupakan perpaduan antara geografi, sejarah dan ekonomi
koperasi. Sedangkan untuk Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) intinya
adalah perpaduan antara geografi, sejarah dan ekonomi koperasi dan
Antropologi.di tingkat perguruan tinggi, bidang studi IPS ini dikenal sebagai
studi sosial. IPS atau studi Sosial ini, merupakan perpaduan dari berbagai
bidang keilmuan Ilmu Sosial. Studi Sosial memiliki perbedaan yang prinsipiil
dengan ilmu-ilmu sosial.
C. Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan yang dikemukakan di sini adalah tujuan yan mungkin dapat
dicapai pendidikan ilmu-ilmu sosial yang dikembangkan berdasarkan
pemikiran filosofis keilmuan dan kependidikan. Tujuan pendidikan ilmu-ilmu
sosial yang dibahas disini pada hakikatnya adalah pendidikan suatu disiplin
ilmu. Dapat dikatakan tujuan pendidikan ilmu-ilmu pengetahua sosial adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu
sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.
Tujuan yang lebih tinggi terkandung makna bahwa tujuan yang harus
dicapai pendidikan ilmu-ilmu pengetahuan soaial lebih luas. Keluasan tujuan
itu dapat dicapai mengingat pendidikan ilmu-ilmu sosial adalah wahana
pendidikan. Sebagai wahana pendidikan maka kepedulian yang paling utama
adalah kepentingan bangsa, masyarakat, dan pribadi siswa dan oleh karena itu
tujuan pendidikan ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu lainnya haruslah dikaitkan
dengan fungsinya sebagai wahana pendidikan.
14
Atas dasar pemikiran tersebut maka tujuan pendidikan ilmu-ilmu
sosial dikelompokan dalam tiga kategori yaitu pengembangan kemampuan
intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab
sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa
sebagai
pribadi.
Tujuan
pertama
berorientasi
pada
pengembangan
kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan
ilmu, tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri siswa dan
kepentingan masyarakat, sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi pada
pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentinagan dirinya, masyarakat
maupun ilmu.
Pengembangan
kemampuan
intelektual
adalah
tujuan
yang
mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial,
kemampuan berpikir dalam disiplin ilmu-ilmu sosial, serta kemampuan
prosesual
dalam
mencari
informasi,
mengolah
informasi,
dan
mengkomunikasikan hasil temuan. Walaupun tujuan ini tidak dapat
dilepaskan dari pengembangan pribadi siswa, kepedulian utama dari tujuan
dalam kategori ini ialah kepentingan disiplin ilmu-ilmu sosial.
Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial dapat
disebut
secara
singkat
sebagai
kemampuan
sossial.
Tujuan
ini
mengembangkan kemampuan dan tingkat tanggung jawab siswa sebagai
anggota masyarakat.oleh karena itu dalam tujuan ini dikembangka pula
kemampuannya, seperti berkomunikasi dengan anggota masyarakat lainnya,
rasa tanggung jawab sebagai warganegara dan warga dunia, kemampuan
berpartisipasi
dalam
kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan
dan
bangsa.
Termasuk dalam tujuan ini ialah pengembangan pemahaman dan sikap positif
siswa terhadap nilai, norma, dan moral yang berlaku dalam masyarakat.
Tujuan yan mengembangkan kepribadian siswa berkenaan dengan
pengembangan sikap, nilai, norma, dan moral yang menjadi antara siswa.
Kemauan untuk terus menerus mengembangkan diri melalui belajar di
15
jenjang pendidikan lebih lanjut maupun di luar jalur pendidikan persekolahan,
pembentukan kebiasaan positif untuk kehidupan pribadinya, serta sikap
positif terhadap diri untuk memacu perkembangan diri sebagai pribadi,
kemajuan masyarakat atau bangsa, dan juga ilmu pengetahuan, adalah tujuan
yang termasuk ke dalam kelompok tujuan pengembangan diri pribadi siswa.
C. Rangkuman
IPS merupakan perpaduan mata pelajaran geografi, ekonomi, sejarah,
antropologi, sosiologi, politik, psikologi yang diberikan kepada anak-anak usia
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjut Menengah Pertama (SLTP), Sekolah
Lanjut Tingkat Akhir (SLTA), dan Perguruan Tinggi dengan perpaduan mata
pelajaran IPS yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan tingikat usia
peserta didik menjadi warganegara dan warga masyarakat yang tahu akan hak
dan kewajibannya, yang juga memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan
bersama yang seluas-luasnya.
Pendidikan ilmu pengetahuan sosial juga memiliki tujuan yang lebih
tinggi terkandung makna bahwa tujuan yang harus dicapai pendidikan ilmuilmu pengetahuan soaial lebih luas. Keluasan tujuan itu dapat dicapai
mengingat pendidikan ilmu-ilmu sosial adalah wahana pendidikan. Sebagai
wahana pendidikan maka kepedulian yang paling utama adalah kepentingan
bangsa, masyarakat, dan pribadi siswa dan oleh karena itu tujuan pendidikan
ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu lainnya haruslah dikaitkan dengan fungsinya
sebagai wahana pendidikan.
Tujuan pendidikan ilmu-ilmu sosial dikelompokan dalam tiga kategri
yaitu
pengembangan
kemampuan
intelektual
siswa,
pengembangan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa,
serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Tujuan pertama berorientasi
pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri
siswa dan kepentingan ilmu, tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri
16
siswa dan kepentingan masyarakat, sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi
pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentinagan dirinya,
masyarakat maupun ilmu
D. Evaluasi
1.
Diskusikan dengan 3 orang atau 2 teman Anda, tentang pengertian IPS
yang dikemukakan oleh para ahli, kemudian rumuskan dengan kata-kata
sendiri pengertian IPS menurut Anda.
2.
Dimana letak perbedaan antara ilmu sosial (social Science), dan studi
sosial (social Studies)!
17
BAB III
PERUBAHAN DAN KONFLIK SOSIAL
A. Pendahuluan
Pokok bahasan ini sangat penting dipahami termasuk oleh Anda sebagai
praktisi pendidikan mengingat bahwa manusia merupakan makhluk sosial.
Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial ditunjukkan oleh adanya saling
ketergantungan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Dalam
suasana
saling
ketergantungan
tersebut
terkadang
timbul
ketidakharmonisan yang berujung pada timbulnya konflik sosial berkenaan
dengan predikat manusia sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan seharihari baik perorangan maupun kelompok, manusiaselalu menunjukkan
perilaku dan tindakan sosial untuk mendapatkan respons dari pihak lain
Sehingga terjadi interaksi sosial. Dalam melakukan tindakan dan
interaksi sosial tersebut terdapat kaidah-kaidah yang harus ditaati oleh setiap
anggota masyarakat untuk mewujudkan dan memelihara kelanggengan hidup
bermasyarakat. Tetapi walaupun demikian, sering muncul perilaku yang tidak
sesuai dengan kaidah tersebut sehingga menjadi salah satu pemicu terjadinya
perubahan sosial. Perubahan sosial ke arah kemajuan merupakan hal yang
harus diusahakan dan menghindari perubahan yang bersifat destruktif, karena
setiap orang yang berada dalam kelompoknya atau masyarakatnya akan selalu
mengidamkan kehidupan yang lebih baik. Untuk itu, dalam kehidupan
bermasyarakat perlu adanya proses sosialisasi serta kaidah yang mengatur dan
upaya untuk mengatasi berbagai konflik yang muncul serta menerima hal-hal
baru yang tidak bertentangan dengan kaidah yang sudah ada untuk
mendorong terjadinya perubahan sosial yang diharapkan ke arah yang lebih
baik
B. Konflik dan Perubahan Sosial
18
Konflik sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Ketika orang
memperebutkan sebuah area, mereka tidak hanya memperebutkan sebidang
tanah saja, namun juga sumber daya alam seperti air dan hutan yang
terkandung di dalamnya. Upreti (2006) menjelaskan bahwa pada umunya
orang berkompetisi untuk memperebutkan sumber daya alam karena empat
alasan utama. Pertama, karena sumber daya alam merupakan “interconnected
space” yang memungkinkan perilaku seseorang mampu mempengaruhi
perilaku orang lain. Sumber daya alam juga memiliki aspek “social space”
yang menghasilkan hubungan-hubungan tertentu diantara para pelaku. Selain
itu sumber daya alam bisa menjadi langka atau hilang sama sekali terkait
dengan perubahan lingkungan, permintaan pasar dan distribusi yang tidak
merata. Yang terakhir, sumber daya alam pada derajat tertentu juga menjadi
sebagai simbol bagi orang atau kelompok tertentu.
Konflik merupakan kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering
bersifat kreatif. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan, berbagai
perbedaan pendapat dan konflik biasanya bisa diselesaikan tanpa kekerasaan,
dan sering menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagian besar atau
semua pihak yang terlibat (Fisher, 2001).
Dalam setiap kelompok social selalu ada benih-benih pertentangan antara
individudan individu, kelompok dan kelompok, individu atau kelompok
dengan pemerintah. Pertentangan ini biasanya berbentuk non fisik. Tetapi
dapat berkembang menjadi benturan fisik, kekerasaan dan tidak berbentuk
kekerasaan. Konflik berasal dari kata kerja Latin, yaitu configure yang berarti
saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu
pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau
membuatnya tidak berdaya.
C. Ragkuman
D. Evaluasi
19
BAB IV
Produksi, Konsumsi, Distribusi,
dan Ekonomi Kerakyatan
A. Pendahuluan
Sebagian besar masyarakat tidak pernah memikirkan bagaimana barang atau
jasa sebagai alat pemuas kebutuhan itu di produksi, siapa yang memproduksi dan
mendistribusikannya, siapa pemilik faktor-faktor produksi dan siapa yang
mengaturnya. Padahal mulai produksi, distribusi dan konsumsi itu merupakan
rangkaian yang saling berkaitan. Konsumen tidak bias melakukan konsumsi bila
produsen tidak memproduksi barang/jasa. Apalagi jika distributor tidak
menjalankan fungsinya. Begitupun sebaliknya produsen dan distributor tidak ada
gunanya, jika konsumen tidak ada.
Oleh karena itu, produksi, distribusi dan konsumsi dalam rangka pemenuhan
kebutuhan hidup merupakan kegiatan yang saling berkaitan. Konsumen tidak bisa
melakukan konsumsi bila produsen tidak memproduksi barang/jasa. Apalagi jika
distributor tidak menjalankan fungsinya. Begitu pun sebaliknya produsen dan
distributor tidak ada gunanya jika konsumen tidak ada. Oleh karena itu, produksi,
distribusi dan konsumsi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup merupakan
kegiatan yang saling berkaitan.
B. Produksi
o Pengertian Produksi
Produksi adalah setiap kegiatan yang ditujukan untuk menghasilkan barang
dan jasa. Dalam pengertian yang lebih luas, produksi didefinisikan sebagai setiap
tindakan yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah „nilai‟ guna suatu
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dengan demikian, tidak
20
semua kegiatan/ proses produksi adalah berupa perubahan bentuk suatu
barang.Nilai barang dan jasa tersebut dibedakan menjadi:
o Nilai penggunaan subjektif atau guna ialah kesanggupan barang jasa
untuk memuaskan kebutuhan manusia.
o Nilai penggunaan objektif yaitu arti yang diberikan seseorang kepada
suatu barang atau jasa tertentu untuk memuaskan kebutuhannya.
Untuk menciptakan dan atau menambah nilai guna suatu barang dapat
ditempuh melalui:
o Mengubah suatu bentuk barang menjadi barang baru (kegunaan
bentuk/ form utility).
o Memindahkan suatu barang dari suatu tempat ke tempat lain
(kegunaan tempat/ place utility).
o Mengatur waktu penggunaan suatu barang (kegunaan waktu/time
utility).
o Menciptakan suatu jasa (kegunaan jasa/ service utility).
Barang-barang yang dihasilkan dalam suatu proses produksi dapat
dibedakan menjadi:

Barang konsumsi, yakni barang-barang yang langsung dapat
memuaskan pemakai (konsumen)

Barang produksi, yakni barang-barang yang sengaja diproduksi
untuk proses produksi selanjutnya atau untuk menghasilkan barangbarang
lain.
Perbedaan antara barang produksi dan konsumsi tidak selalu jelas.
Hal itu dikarenakan pada kondisi tertentu suatu barang dapat dapat
digolongkan sebagai barang konsumsi, tetapi di saat lain justru
digolongkan sebagai barang produksi.
21
2. Faktor Produksi
Barang dan jasa akan terus mengalir, namun untuk memenuhi kebutuhan
akan kedua hal itu akan selalu mempunyai batas. Hal ini dikarenakan proses
produksi memerlukan sumber-sumber ekonomi, dan dari sebagian sumber-sumber
ekonomi yang tersedia selalu terbatas jumlahnya. Mansfield mengungkapkan
sumber daya adalah materi/ bahan atau jasa yang digunakan untuk menghasilkan
barang-barang atau jasa-jasa yang dapat digunakan untuk memuaskan berbagai
keinginan manusi, seluruh sumber daya yang keberadaannya langka disebut
sebagai sumber daya ekonomi, tidak peduli sekaya apapun suatu masyarakat, dia
tetap saja memiliki keterbatasan jumlah sumber dayanya.
Sumber daya ekonomi merupakan sumber-sumber atau faktor-faktor
produksi yang bersifat langka yang digunakan dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan seoptimal mungkin. Faktor produksi dikelompokkan kedalam empat
kategori:
1. Land (Sumber Daya Alam)
McConnell (1999) berpendapat, land atau alam berkaitan dengan seluruh
sumber daya yang bersifat alami –semua yang sudah tersedia di bumi
yang dapat digunakan dalam proses produksi. Tanah, air, matahari,
hutan, mineral, dan minyak bumi termasuk primary faktor (faktor
utama) bagi produksi di samping tenaga kerja. Seluruh sumber daya
alam merupakan faktor produksi asli karena sudah tersedia dengan
sendirinya tanpa harus diminta oleh manusia.
2. Capital (Modal)
McConnell (1999) menyatakan, modal atau barang-barang investasi
berkaitan dengan keselutuhan bahan dan alat yang dilibatkan dalam
proses produksi seperti alat (perkakas), mesin, perlengkapan, pabrik,
22
gudang,
pengangkutan,
dan
fasilitas distribusi yang
digunakan
memproduksi barang dan jasa bagi konsumen akhir. Mansfield
berpendapat senada, kapital berhubungan dengan bangunan, peralatan,
persediaan, dan sumber daya produksi lainnya yang memberikan
kontribusi pada aktivitas produksi, pemasaran, dan pendistribusian
barang-barang.
Modal tidak hanya terbatas pada uang tetapi lebih mengarah pada
keseluruhan kolektivitas atau akumulasi barang-barang modal yang oleh
Jackson dan McConnell disebut sebagai investasi. Investasi hanya bisa
terwujud jika ada tabungan masyarakat. Kegiatan ini akan sangat sulit
dilakukan bila tingkat pendapatan masyarakat rendah.
3. Labour (Tenaga Kerja)
Menurut Spencer, tenaga kerja merupakan istilah yang luas yang
digunakan para ahli ekonomi yang menunjuk pada bakat mental yang
dimiliki laki-laki maupun perempuan yang dapat digunakan untuk
memproduksi
barang
dan
jasa.
Ahli ekonomi Marxisme, Mao Ze Dong, memandang tenaga kerja dalam
proses produksi merupakan unsur yang paling mendasar. Pengetahuan
yang dimiliki seseorang akan banyak bergantung pada aktivitas yang
dilakukan
orang
tersebut
dalam
proses
produksi.
Singkatnya,
keterlibatan dalam produksi merupakan sumber utama pengetahuan
seseorang.
Sebagai salah satu faktor produksi, tenaga kerja dapat digolongkan:
a.
Tenaga kerja terdidik (skilled labour), yaitu golongan tenaga kerja
yang telah mengikuti jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
23
b.
Tenaga kerja terlatih (trained labour), yaitu golongan tenaga kerja
yang telah mengikuti pelatihan dan memiliki pengalaman tertentu.
c.
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih (unskilled labour),
yaitu golongan tenaga kerja yang menangani pekerjaan yang tidak
memiliki keahlian khusus.
4. Entrepreneurial ability (kewirausahaan)
Wirausaha walaupun sama-sama merupakan human resources seperti
labour, namun dalam pembahasan faktor produksi dipisahkan karena
dalam diri seorang wirausaha terdapat seperangkat bakat. McConnell
(1999)
menyatakan:
Seorang
wirausaha
mengambil
inisiatif
mengkombinasikan sumber daya alam, modal, dan tenaga kerja untuk
memproduksi barang dan jasa, baik dalam perannya sebagai pembakar
semangat karyawan atau sebagai katalisator. Seorang wirausaha
memiliki pekerjaan membuat keputusaan-keputusan yang berkenaan
dengan kebijakan dasar usaha, yakni keputusan tidak rutin yang menjadi
acuan jalannya bisnis perusahaan. Seorang wirausaha merupakan
inovator, berupaya mengenalkan dasar-dasar bisnis sebuah produk baru,
teknik-teknik produk baru, bahkan format baru organisasi perusahaan.
Seorang wirausaha haruslah berani menanggung risiko. Risikonya bukan
hanya waktu, usaha, dan reputasi bisnisnya, tetapi juga investasi dana
dan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan pemegang saham.
C. Distribusi dan Konsumsi
Distribusi merupakan setiap tindakan atau usaha yang dilakukan baik oleh
orang atau lembaga yang ditujukan untuk menyalurkan barang-barang dan jasajasa dari produsen ke konsumen. Produsen perlu memikirkan saluran yang
bagaimana yang akan dipilih untuk menyalurkan barang dan jasanya dengan tepat
24
dan biaya murah. kegiatan distribusi secara ekonomi merupakan suatu upaya
untuk memberikan kegunaan waktu dan tempat.
Dalam memutuskan saluran distribusi biasanya melibatkan: Jumlah pedagang
perantara
yang
akan
dilibatkan,
bagaimana
memelihara
saluran-saluran
komunikasai antara berbagai tingkat dari pedagang perantara, seleksi pedagang
perantara yang khusus, penempatan menurut letak geografis dari persediaan
barang, lokasi dari pusat-pusat distribusi.
Menurut Vernon dan Jackson (1990), berdasarkan intensitasnya, jenis saluran
distribusi dapat dibagi dalam 3 jenis:
a. Bentuk intensif, merupakan jenis saluran yang memanfaatkan banyak
pedagang besar dan kecil.
b. Bentuk selektif, hanya memanfaatkan beberapa grosir dan sejumlah kecil
pengecer (retailer).
c. Bentuk eksklusif, hanya melibatkan satu perantara dalam lingkungan
masyarakat tertentu untuk menangani produk.
Konsumsi
merupakan
tindakan
pemenuhan
kebutuhan
atau
tindakan
menghabiskan dan atau mengurangi nilai guna suatu barang atau jasa.Pengertian
konsumsi dalam arti luas Konsumsi adalah kegiatan untuk mengurangi atau
menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa, baik secara sekaligus maupun
berangsur-angsur untuk memenuhi kebutuhan. Barang dan jasa yang dikonsumsi
dapat dibedakan menjadi dua macam antara lain berikut.
1.
Barang sekali pakai, seperti makanan, minuman, dan obat-obatan.
2.
Barang yang dipakai beberapa kali atau tidak habis sekaligus, akan tetapi
digunakan sedikit demi sedikit (bertahap), seperti pakaian, sepatu, tas,
25
perabot rumah tangga, komputer, dan kendaraan. Orang yang memakai,
menghabiskan atau mengurangi kegunaan barang atau jasa disebut
konsumen. Dengan kata lain, konsumen adalah orang yang melakukan
kegiatan konsumsi.
Tujuan konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai kepuasan
yang maksimal agar tercapai kemakmuran, kesejahteraan, dan kehidupan yang
layak.
Perilaku konsumen sejalan dengan hukum permintaan yang berbunyi: Bila
harga suatu barang naik maka jumlah barang yang diminta konsumen terhadap
barang tersebut akan turun, sebaliknya bila harga barang tersebut turun maka
jumlah barang yang diminta akan naik.
D. Ekonomi Kerakyatan
o
Latar belakang
Pasca perang dunia kedua, konsep ekonomi yang paling dominan adalah
pemikiran yang diwarnai teori pertumbuhan sebagai kekuatan utama yang dapat
membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Teori pertumbuhan berpandangan,
investasi
termasuk
penggunaan
teknologi
modern
akan
menghasilkan
pertumbuhan ekonomi sehingga terjadi penyerapan tenaga kerja atas dasar upah.
Faktanya, tidak semua negara mereguk kesuksesan. Sebab sejumlah kasus
berbicara bahwa pertumbuhan tidak bisa dinikmati rakyat hingga lapisan bawah.
Bahkan di beberapa negara berkembang kesenjangan sosial ekonomi semakin
lebar. Karenanya di Indonesia digagas konsep pembangunan yang bertumpu pada
manusia dan berakar kerakyatan yang dikenal sebagai ekonomi kerakyatan.
Konsep ekonomi kerakyatan dilakukan sebagai strategi membangun kesejahteraan
dengan lebih memberdayakan masyarakat.
o
Ekonomi Kerakyatan dan Pemberdayaan Masyarakat
26
Pemberdayaan masyarakat menurut Kartasasmita memiliki dua arah yakni:
1) Melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan, 2) memperkuat posisi
lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan. Pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan ekonomi merupakan strategi yang merangkum nilai-nilai sosial.
Konsep tersebut merupakan paradigma baru yang bersifat people centered
(berpusat
pada
masyarakat),
participatory
(partisipasi),
empowering
(pemberdayaan), dan sustainable (berkelanjutan).
Menurut
Kartasasmita
(1996),
pemberdayaan
masyarakat
dalam
pembangunan ekonomi dapat dilihat dari 3 sisi yaitu: menciptakan suasana atau
iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, memperkuat potensi
atau daya yang dimiliki masyarakat, serta memberdayakan juga berarti
melindungi sehingga dalam pemberdayaan harus dicegah yang lemah bertambah
lemah karena kurang berdaya menghadapi yang kuat.
Jelas terdapat pertautan antara konsep ekonomi kerakyatan dan pemberdayaan, di
mana pendekatan utamanya adalah menjadikan masyarakat sebagai aktor
pembangunanya sendiri dan tidak menjadikannya sebagai obyek proyek
pembangunan.
o
Ekonomi Kerakyatan Sebagai Manifestasi Pembangunan yang Berpusat
pada Rakyat
Sistem ekonomi kerakyatan akan sanggup mengakomodasi kebhinekaan
yang ada di setiap daerah karena berpusat pada rakyat sehingga menghargai dan
mepertimbangkan prakarsa dan perbedaan lokal. Pembangunan yang berpusat
pada rakyat mensyaratkan desentralisasiyang cukup besar dalam proses
pembuatan keputusan maupun pelaksanaan.
Dasar yang melandasi konsep pem bangunan yang berpusat pada rakyat:
27
1. Memusatkan pemikiran dan tindakan kebijaksanaan pemerintah pada
penciptaan keadaan-keadaan yang mendorong dan mendukung usahausaha rakyat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan
memecahkan masalah mereka sendiri pada tingkat individu, keluarga,
dan komunitas.
2. Mengembangkan struktur dan proses organisasi yang berfungsi
menurut kaidah-kaidah sistem yang swa-organisasi.
3. Mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi yang diorganisasi
secara territorial yang berlandaskan pada kaidah-kaidah pemilikan dan
pengendalian modal.
Salah satu tantangan terlaksananya pembangunan yang berpusat pada
rakyat adalah mengubah orientasi birokrasi pembangunan ekonomi itu sendiri
agar menjadi organisasi yang menghargai dan memperkuat kerakyatan. Sebab
selama ini organisasi dibentuk di sekitar kelompok-kelompok primer yang
menyiapkan dan memenuhi tujuan lokal. Tantangan lainnya adalah kesiapan
sumber daya manusia (SDM) di setiap teritorial Indonesia untuk berperan dalam
ekonomi kerakyatan. Untuk meningkatkan mutu SDM sekaligus mempercepat
pelaksanaan kerangka kerja ekonomi kerakyatan bisa ditempuh melalui program
pengembangan wirausaha.
4.
Ekonomi Kerakyatan dan Doktrin Ekonomi Indonesia
Dokrin ekonomi Indonesia muncul dari falsafah Pancasila yang merupakan
subsistem dari UUD 1945. Pasal utama bertumpunya doktrin ekonomi Indonesia
adalah pasal 33 UUD 1945, dengan kelengkapannya pasal 27 ayat 2 dan pasal 34.
Pasal-pasal itu bila dikaitkan dengan kerangka kerja ekonomi kerakyatan jelas
mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab dalam ekonomi kerakyatan
28
memuat pesan-pesan moral yang berasaskan kekeluargaan dan kebersamaan serta
berintikan kerakyatan.
BAB V
Kekuasaan, Negara, Pemerintahan
dan Desentralisasi Pendidikan
A. Pendahuluan
Negara Indonesia adalah negara hukum tidak hanya berdasarkan pada
kekuasaan belaka, selain itu juga berdasarkan Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945. Hal ini berarti negara Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia
dan menjamin segala warga negaranya bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan, serta wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu
tanpa ada kecualinya.
Pernyataan bahwa Indonesia merupakan negara hukum juga mempunyai
konsekuensi, bahwa Negara Indonesia menerapkan hukum sebagai idiologi untuk
menciptakan ketertiban, keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga
negara, sehingga hukum itu bersifat mengikat bagi setiap tindakan yang dilakukan
oleh warga negaranya. Negara hukum harus memenuhi beberapa unsur antara lain
pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, harus berdasar hukum
atau peraturan perundang-undangan, adanya jaminan terhadap hak asasi manusia,
adanya pembagian kekuasaan dalam negara, adanya pengawasan dari badanbadan peradilan.
B. Kekuasaan, Negara, Pemerintahan
1. Pengertian Kekuasaan, Negara, Pemerintahan
Konsep kekuasaan negara dalam pendidikan IPS, merupakan bagian dari
konsep ilmu politik dan kenegaraan. Mungkin anda telah mengetahui bahwa
konsep ini merupakan salah satu bahasan inti dalam ilmu politik yang
29
berhubungan erat dengan dengan konsep negara. Kekuasaan yang dibahas pun
dalam kajian ini adalah kekuasaan negara.Tentu anda masih ingat kembali pada
materi-materi sebelumnya bahwa apabila ditinjau dari sudut pandang dari teori
ilmu
politik
maupun
hukum
tata
Negara,negara
itu
adalah
suatu
organisasi kekuasaan.Para ahli mengatakan definisi tentang Negara antara lain;
“Roger H.Soltau, negara adalah alat (agency) atau wewenangnya (authority) yang
mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas masyarakat”.
Organisasi negara terdiri dari sejumlah alat-alat perlengkapan negara yang
membangun
sebuah sistem tata
kerja
untuk
menjalankan
negara
dalam
mewujudkan tujuannya. Sistem tata kerja melukiskan hubungan serta pembagian
tugas tersebut pada dasarnya adalah pembagian dan pendistribusian kekuasaan
pada alat perlengkapan negara yang dilakukan secara sistematik sehingga
membangun sebuah mekanisme kerja yang teratur. Dari pembagiaan dan
pendistribusian kekuasaan ini yang memungkinkan setiap alat perlengkapan
negara milik kekuasaan disertai kewenangan untuk melakukan dan mendukung
mekanisme dan pemerintahan atau disebut dengan membangun dan menjalankan
sistem ketatanegaraan.
Kekuasaan negara dalam menguasai masyarakat memiliki otoritas dan
kewenangan. Otoritas dalam arti hak untuk memiliki legitimasi kekuasaan dan
kewenangan untuk ditaati, sedangkan teori yang dikemukakan oleh Kranenburg
dan Logemann, mereka mengemukakan pendapat yang sama bahwa negara itu
merupakan
memerlukan
organisasi
kekuasaan.
legitimasi
dengan
Negara
sebagai
demikian
organisasi
kekuasaan
memerlukan
hukum,
keduanya saling melengkapi dalam menjalankan tugas negara. Negara sebagai
organisasi kekuasaan secara realitas dihadapkan kepada batasan konstitusional,
konstitusi mengatur bagaimana kekuasaan yang dimiliki oleh organisasi negara
didistribusikan kepada alat perlengkapan negara.
Sedangkan pemaknaan terhadap negara baik sebagai organisme, atau sebagai
suatu alat untuk mencapai tujuan bersama, konsep negara tidal lepas dari konsep
kekuasaan, dimana ada negara disitu ada kekuasaan. Teori yang dipelopori oleh
Johannes Althusius, menurutnya bahwa kekuasaan itu berasal dari Tuhan,
30
kekuasaan tersebut diberikan kepada rakyat. Kemudian kekuasaan yang ada pada
rakyat
ini
diserahkan
kepada
seseorang,
yang
disebut
raja,
untuk
menyelenggarakan kepentingan masyarakat.Selanjtnya dikemukakan tentang
penyerahan kekuasaan dari rakyat kepada raja ini , dalam teori hukum alam
sendiri
terdapat
perbedaan-perbedaan
pendapat.
Seperti
Rousseau
yang
berpendapat dilakukan tidak langsung, yaitu dari rakyat melalui masyarakat lalu
raja, sedangkan Thomas Hobbes dilaksanakan secara langsung dari rakyat
kepada raja.
Berbicara tentang kekuasaan dan pemegang kekuasaan sangat berkaitan, untuk
itu hal yang menyangkut bagaimana kekuasaan tertinggi itu. Kedaulatan adalah
kekuasaan tertinggi, dalam UUD 1945 dikatakan bahwa kedaulatan berada
ditangan rakyat dan sepenuhnya dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) dalam pelaksananya sebagai konsekuensi dari sistem demokrasi
perwakilan. Akan tetapi pada hakikatnya rakyatlah yang memiliki kedaulatan.
Maka untuk memperoleh kekuasaan tertinggi harus melalui pemilihan umum,
sebagai proses penyerahan kedaulatan tersebut untuk digunaka sebagi kekuatan
kekuasaan yang akan melahirkan kewenangan bagi MPR sebagai pelaksana
kedaulatan dari rakyat.
Kekuasaan pada paham modern kekuasaan dari rakyat selanjutnya dimiliki
oleh negara yang kemudian didistribusikan kepada lembaga-lembaga negara
untuk menjalankan sistem pemerintahan. Anda perlu ketahui bahwa pemegang
kekuasaan. Maksudnya kekuasaan tertinggi atau kedaulatan itu siapakah yang
memiliki dan atau memegang di dalam suatu negara.Kekuasaan yang dimiliki
oleh negara bila sudah memiliki legitimasi maka akan merupakan kewenangan
yang diakui oleh rakyat sebagai warga negara. Proses perolehan legitimasi harus
memperoleh pembenaran dari pemegang dan pemilik kedaulatan tersebut.
Proses legitimasi kekuasaan yang dimiliki oleh negara dan pemerintah dalam
sistem demokrasi dilakukan melalui pemilihan umum. Oleh karena itu, pemilihan
sebagai lembaga demokrasi yang pada hakikatnya adalah proses pemberian
legitimasi kekuasaan bagi negara dan pemerintah. Sekali lagi perlu dipahami
bahwa kewenangan bagi negara untuk menjalankan kekuasaannya apabila negara
31
atau pemerintah belum memiliki legitimasi untuk menjalankan kekuasaan
tersebut. Dalam arti lain kekuasaan yang dimiliki oleh organisasi tidak akan
menjadi kewenangan apabila tidak memperoleh legitimasi dari pemegang
kekuasaan.
Untuk membahas tentang kekuasaan dan kewenangan akan berkait dengan
kedaulatan. Kedaulatan, dan bagaimana sifat-sifat kedaulatan itu, pada abad XVI
Jean Bodin (Perancis) adalah sarjana mengemukakan pendapatnya, bahwa
kedaulatan itu adalah kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum dalam suatu
negara, yang sifatnya:tunggal, asli, abadi dan tidak dapat dibagi-bagi. Namun
pengertian tersebut banyak mendapat kritik, sehubungan terlalu sempit dalam
memberikan maknanya. Kekuasaan tertinggi justru untuk dapat digunakan
memerlukan untuk npelaksanaan sistem pemerintah.Oleh karena itu definisi tidak
dapat dilaksanakan secara konsekuen terlebih bila dihadapkan kepada teori
pemisahan kekuasaan (trias politika) dan pembagian kekuasaan (distribution
of power).
2. Teori Kedaulatan
A.Teori Kedaulatan Tuhan
Teori kedaulatan Tuhan memberikan jawaban bahwa kedaulatan itu berada
ditanganTuhan.Tuhan maha pencipta termasuk menciptakan kedaulatan. Menurut
teori ini kedaulatan Tuhan, kedaulatan itu bersumber dari Tuhan. Dalam
perkembangan teori ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan agama baru yang
timbul pada saat itu, yaitu agama Kristen, yang kemudian diorganisasikan dalam
suatu organisasi keagamaan, yaitu gereja, yang dikepalai oleh seorang Paus yang
kemudian dalam perkembangan berikutnya teori ini melahirkan bentuk negara
teokratis.
B. Teori Kedaulatan Negara
Kemerosotan teori kedaulatan Tuhan antara lain pertentangan yang kerap
timbul dari konsepsi yang sangat kuat bahwa Raja bertindak atas nama Tuhan
32
dengan kekuasaan yang tidak terkontrol maka lahirlah diktator. Kondisi ini
menjadi faktor muncul dan berkembangnya Teori kedaulatan Negara. Penganut
teori kedaulatan ini antara lain adalah Jean Bodin, dan George Jellinek, Soehino
dalam bukunya Ilmu Negara (1983) memberikan catatan bahwa pada hakikatnya
teori kedaulatan negara itu atau Staats-Souvereiniteit, hanya menyatakan bahwa
kekuasaan tertinggi itu ada pada negara, baik sifatnya absolute, maupun sifatnya
terbatas.
Selanjutnya
dikemukakan
harus
dibedakan
dengan
pengertian
ajaran Staats-Souvereiniteit. Karena di dalam ajaran Staats-Souvereinitet itu pada
prinsipnya hanya dikatakan bahwa kekuasaan tertinggi itu ada pada negara ,
kekuasaan tertinggi itu mungkin bersifat absolute, tetapi mungkin bersifat
terbatas. Ajaran staats absolutismemenyatakan bahwa kekuasaan negara itu
sifatnya absolute, yang kekuasaannya meliputi segala segi kehidupan masyarakat
sehingga
mengakibatkan
para
warga
negara
itu
tidak
lagi
memiliki
kepribadian.
C. Teori Kedaulatan Hukum
Kelemahan ditunjukan kepada teori kedaulatan Negara yang dilakukan
terutama olrh para pemikir hokum ternyata melahirkan teori kedaulatan baru yang
dikenal dengan Teori Kedaulatan Hukum. Untuk itu perlu anda pelajari secara
saksama tentang teori kedaulatan hukum ini, terutama untuk membandingkan
dengan teori kedaulatan sehingga memiliki pemahaman yang mendalam. Teori
kedaulatan
hukum
atau Rechts-souvereiniteit mengemukakan
bahwa
yang
memiliki kekuasaan tertinggi dalam suatu negara itu adalah hukum. Pemerintah
dan penguasa maupun rakyat atau warga negara , bahkan negara itu sendiri
semuanya tunduk kepada hukum. Semua sikap, tingkah laku dan perbuatannya
harus sesuai atau menurut hukum. Dan hukum itu bersumber hukum yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Menurut Krabbe yang menjadi
sumber hukum itu adalah rasa hukum masyarakat itu sendiri. Rasa hukum ini
dalam bentuknya yang masih sederhana, jadi masih bersifat primitive luas atau
dalam tingkatannya yang lebih tinggi disebut kesadaran hukum.
33
D. Hukum Kedaulatan Rakyat
Kesadaran hukum atau hukum yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat sebagai cita rasa hukum dan keadilan sebagai sumber hukum.
Kekuasaan yang dimiliki hukum ternyata bersumber pula pada rasa kesadaran dan
cita hukum di masyarakat. Esensi teori kedaulatan menempatkan rakyat sebagai
sumber kekuasaan, jadi rakyatlah yang memegang kedaulatan bukan hukum atau
negara. Dengan demikian kekuasaan negara, kekuasaan hukum dibatasi oleh suara
dan kehendak rakyat. Pemerintah dibentuk oleh rakyat untuk rakyat. Teori
kedaulatan
rakyat ini memunculkan konsep demokrasi, walaupun rakyat
menyerahkan kekuasaannya kepada negara tidak berarti negara pemegang
kedaulatan, negara hanyalah penyelenggara kedaulatan bukan pemilik kedaulatan.
Oleh karena itu, dalam demokrasi kekuasaan negara dan pemerintah berasal dari
rakyat. Rakyatlah yang memberikan legitimasi pada kekuasaan tersebut, untuk itu
jika kekuasaan itu sudah mulai surut maka diperbaruhi legitimasi tersebut melalui
pemilihan umum.
Rakyat sebagai warga Negara secara individual memiliki kekuasaan
menurut teori hukum alam adalah dari alam yang kemudian diberikan kepada
raja, sekarang persoalannya timbul lagi, yaitu di manakah individu-individu itu
mendapat kekuasaan ? Sebab mereka ini harus mempunyai terlebih dahulu
sebelum dapat memberikan kekuasaan itu kepada raja. Dalam teori rakyat maka
rakyat pemegang kedaulatan. Kekuasaan yang diberikan rakyat dapat ditarik
kembali oleh rakyat melalui mekanismme demokrasi.Pengertian demokrasi dekat
dengan mengatasnamakan rakyat. Oleh karena itu, tanpa kontrol rakyat itu sendiri.
Perlu anda pahami apabila dalam suatu Negara pemerintahan itu dipegang oleh
beberapa atau mengatasnamakan rakyat melalui mekanisme demokrasi, tentu saja
masih da yang perlu diawasi sebab kelompok tersebut tentu memiliki visi dan misi
sendiri. Apabila kehendak ini menguat akan menjadi volonto de corp, yang akan
mengurangi kadaulatan yang dimiliki oleh rakyat yang merupakan generale ini
akan jatuh bersamaan dengan volonto de corp tadi. Teori kedaulatan rakyat dalam
abad modern tumbuh dan berkembang dengan konsepsi demokrasi dan
34
republik. Kekuasaan dalam teori ini bersumber kepada kehendak rakyat. Rakyat
yang memiliki hak untuk membangun negara dengan sistem pemerintahannya.
C. Desentralisasi Pendidikan
1. Pengertian Desentralisasi Pendidikan
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat
keputusan dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada
pada level bawah dalam suatu struktur organisasi. Mengenai asas
desentralisasi, ada banyak definisi. Secara etimologis, istilah d esentralisasi
berasal dari bahasa Latin “de”, artinya lepas dan “centrum”, yang berarti
pusat, sehingga bisa diartikan melepaskan dari pusat. Sementara, dalam
Undang-undang No. 32 tahun 2004, bab I, pasal 1 disebutkan bahwa
desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dalam sistem Negara Kesatuan RI.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003
Tentang Sisdiknas, Pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara
aktif
mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara.
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian
desentralisasi pendidikan adalah suatu proses di mana suatu lembaga yang
lebih rendah kedudukannya menerima pelimpahan kewenangan untuk
melaksanakan segala tugas pelaksanaan pendidikan, termasuk pemanfaatan
segala fasilitas yang ada serta penyusunan kebijakan dan pembiayaan.
Desentralisasi
pendidikan
memiliki
makna
yang
mendalam
dalam
pembahasan pada studi politik dan pemerintahan. Renneth K. Wong dalam
35
Gregory J. Cizek, Handbook of Educational Policy, yang dikutip oleh
Tilaar (2009:225-226),setidaknya ada empat perkembangan mengapa
kekuasaan politik (pemerintahan) dan kekuasaan
pendidikan saling
bertautan:
a) Budget pendidikan yang dikeluarkan, baik oleh Pemerintah
Pusat maupun pemerintahan negara bagian (daerah), semakin
lama semakin besar.
b) Kebijakan pendidikan selalu akan menyangkut masalah
nasional.
c) Masalah pendidikan menjadi bahan kontrol dari tingkat tingkat pemerintahan.
d) Masyarakat
menyadari
bahwa
keputusan-keputusan
pemerintah sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan
anak-anaknya. Oleh sebab itu,
masyarakat tidak dapat
melepaskan diri dari urusan-urusan pendidikan.
2. Tujuan dan Manfaat Desentralisasi Pendidikan
Adapun tujuan dan orientasi dari desentralisasi pendidikan sangat
bervariasi
berdasarkan
pengalaman
desentralisasi
pendidikan
yang
dilakukan di beberapa negara Amerika Latin, di Amerika Serikat dan
Eropa. Jika yang menjadi tujuan adalah pemberian kewenangan di sektor
pendidikan yang lebih besar kepada pemerintah daerah, maka fokus
desentralisasi
pendidikan
yang
dilakukan
adalah
pada
pelimpahan
kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah lokal atau kepada Dewan
Sekolah. Implisit ke dalam strategi desentralisi pendidikan yang seperti ini
36
adalah target untuk mencapai efisiensi dalam penggunaan sumber daya
(school resources; dana pendidikan yang berasal yang pemerintah dan
masyarakat). Di lain pihak, jika yang menjadi tujuan desentralisasi
pendidikan adalah peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan
kualitas dari hasil proses belajar mengajar tersebut, maka desentralisasi
pendidikan lebih difokuskan pada reformasi proses belajar-mengajar.
Partisipasi orang tua dalam proses belajar mengajar dianggap merupakan
salah satu faktor yang paling menentukan.
Desentralisasi pendidikan merupakan peluang bagi peningkatan
mutu kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dengan kata lain, ia merupakan
peluang bagi peningkatan mutu pendidikan di setiap daerah. Hal ini karena
perhatian terhadap peningkatan mutuguru, peningkatan mutu manajemen
kepala sekolah, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan
pendidikan menjadi lebih baik jika dikelola oleh para pejabat pendidika n
yang ada di daerah. Pada akhirnya, tujuan desentralisasi pendidikan adalah
pada pemerataan mutu pendidikan yang meningkat ini.
Desentralisasi pendidikan merupakan salah satu model pengelolaan
pendidikan
yang
menjadikan
sekolah
sebagai
proses
pengambilan
keputusan dan merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas
pendidikan serta sumber daya manusia termasuk profesionalitas guru yang
belakangan ini dirisaukan oleh berbagai pihak baik secara regional maupun
secara internasional.
Sistem pendidikan yang selama ini dikelola dalam suatu iklim
birokratik dan sentralistik dianggap sebagai salah satu sebab yang telah
membuahkan keterpurukan dalam mutu dan keunggulan pendidikan di
tanah air kita.
Hal
ini
beralasan,
karena
sistem
birokrasi
selalu
menempatkan kekuasaan sebagai faktor yang paling menentukan dalam
proses pengambilan keputusan. Sekolah-sekolah saat ini telah terkungkung
oleh kekuasaan birokrasi sejak kekuasaan tingkat pusat hingga daerah
bahkan terkesan semakin buruk dalam era reformasi saat ini. Ironisnya,
37
kepala sekolah dan guru-guru sebagai pihak yang paling memahami realitas
pendidikan berada pada tempat yang dikendalikan. Merekalah seharusnya
yang paling berperan sebagai pengambil keputusan dalam mengatasi
berbagai persoalan sehari-hari yang menghadang upaya peningkatan mutu
pendidikan. Namun, mereka ada dalam posisi tidak berdaya dan tertekan
oleh berbagai pembakuan dalam bentuk juklak dan juknis yang pasti tidak
sesuai dengan kenyataan obyektif di masing-masing sekolah.
Disamping itu pula, kekuasaan birokrasi juga yang menjadi faktor sebab
dari
menurunnya
semangat
partisipasi
masyarakat
terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dulu, sekolah sepenuhnya dimiliki
oleh masyarakat, dan merekalah yang membangun dan memelihara
sekolah, mengadakan sarana pendidikan, serta iuran untuk mengadakan
biaya operasional sekolah. Jika sekolah telah mereka bangun, masyarakat
hanya meminta guru-guru kepada pemerintah untuk diangkat pada sekolah
mereka itu.
Pada waktu itu, kita sebenarnya telah mencapai pembangunan
pendidikan yang berkelanjutan (sustainable development), karena sekolah
adalah sepenuhnya milik masyarakat yang senantiasa bertanggungjawab
dalam pemeliharan serta operasional pendidikan sehari-hari. Pada waktu
itu, Pemerintah berfungsi sebagai penyeimbang, melalui pemberian subsidi
bantuan bagi sekolah-sekolah pada masyarakat yang benar-benar kurang
mampu.
Namun, keluarnya Inpres SDN No. 10/1973 adalah titik awal dari
keterpurukan sistem pendidikan, terutama sistem persekolahan di tanah air.
Pemerintah telah mengambil alih kepemilikan sekolah yang sebelumnya
milik masyarakat menjadi milik pemerintah dan dikelola sepenuhnya
secara birokratik bahkan sentralistik. Sejak itu, secara perlahan rasa
memiliki dari masyarakat terhadap sekolah menjadi pudar bahkan akhirnya
menghilang. Peran masyarakat yang sebelumnya bertanggung jawab, mulai
berubah menjadi hanya berpartisipasi terhadap pendidikan, selanjutnya,
masyarakat bahkan menjadi asing terhadap sekolah. Semua sumberdaya
38
pendidikan ditanggung oleh pemerintah, dan seolah tidak ada alasan bagi
masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi apalagi bertanggungjawab
terhadap penyelengaraan pendidikan di sekolah.
Berdasarkan pengalaman empiris tersebut, maka kemandirian setiap
satuan pendidikan sudah menjadi satu keharusan dan merupakan salah satu
sasaran dari kebijakan desentralisasi pendidikan saat ini. Sekolah -sekolah
sudah seharusnya menjadi lembaga yang otonom dengan sendirinya,
meskipun pergeseran menuju sekolah-sekolah yang otonom adalah jalan
panjang sehingga memerlukan berbagai kajian serta perencanaan yang hati hati dan mendalam. Jalan panjang ini tidak selalu mulus, tetapi akan
menempuh jalan terjal yang penuh dengan onak dan duri. Orang bisa saja
mengatakan bahwa paradigma baru untuk mewujudkan pengelolaan
pendidikan yang demokratis dan partisipatif, tidak dapat dilaksanakan di
dalam suatu lingkungan birokrasi yang tidak demokratis. Namun,
pengembangan
demokratisasi
pendidikan
tidak
harus
menunggu
birokrasinya menjadi demokratis dulu, tetapi harus dilakukan secara
simultan dengan konsep yang jelas dan transparan.
Selanjutnya desentralisasi pendidikan memberikan kesempatan
kepada pemerintah daerah maupun sekolah untuk mengambil keputusan
terbaik tentang penyelenggaraan pendidikan di daerah atau sekolah yang
bersangkutan berdasarkan potensi daerah dan stakeholders sekolah. Olah
karenanya, desentralisasi pendidikan disamping diakui sebagai kebijakan
politis yang berkaitan dengan pendidikan, juga merupakan kebijakan yang
berkait dengan banyak hal.
Ada dua macam otoritas kewenangan dan tanggung jawab yang
dibebankan pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam konteks
desentralisasi.
Pertama,
desentralisasi
politis. Desentralisasi
politis
menyangkut segala kebijakan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
wewenang tersebut, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan sampai
evaluasinya.
Kedua,
desentralisasi
administratif,
desentralisasi
39
administratif menyangkut strategi pengelolaan kewenangan yang bersifat
implementatif untuk melaksanakan suatu fungsi pendidikan.
BAB VI
Individu, Kelompok, dan Kelembagaan
A. Pendahuluan
Karena adanya interaksi social antar individu dan kelompok maupun
interaksi social antar kelompok, dimana mereka berinteraksi dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan hidupnya maka dalam
masyarakat terbentuklah berbagai lembaga, kelompok, maupun organisasi sosial.
Dengan demikian interaksi social merupakan syarat utama dalam
penciptaan lembaga, kelompok social, maupun organisasi social dalam
masyarakat.
B. Manusia sebagai Individu
Individu berhubungan dengan orang perorangan atau pribadi, berarti
individu bertindak sebagai subjek yang melakukan suatu hal, subjek yang
memiliki pikiran, subjek yang memiliki keinginan, subjek yang memiliki
kebebasan, subjek yang memberi arti(meaning) pada sesuatu, subjek yang mampu
menilai tindakan sendiri dan tindakan orang lain. Seseorang dilahirkan sebagai
suatu sistem yang tidak dapat dipisah-pisahkan (individe) antara sub sistem
jasmani dan subsistem rohani. Dia lahir sebagai “Individu” yang memiliki
40
kelengkapan fisik-biologis dan potensi-potensi psikologis yang berkembang dan
dapat dikembangkan.
Kesempurnaan perangkat fisik biologis seseorang sangat berpengaruh
terhadap kondisi mental psikologisnya. Sebaliknya, kesehatan pada mentalpsikologis
sangat
berpengaruh
terhadap
kondisi
fisik-biologis
individu
bersangkutan. Walaupun terdapat penyimpangan dari hubungan fungsional
tersebut merupakan kasus yang sangat kecil frekuensinya.
Untuk menjadikan anak sebagai individu yang sehat diperlukan
lingkungan yang sehat dalam arti seluas-luasnya. Salah satu lingkungan yang
sehat adalah lingkunganpendidikan. Melalui pendidikan, individu dapat terbina
dan terlatih potensinya sehingga dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu
yang memiliki SDM berkualitas, baik aspek fisik-biologisnya maupun mentalpsikologisnya.
Secara pribadi, ia memiliki otonomi untuk menentukan jalan hidupnya.
Namun, sebagai makhluk sosial budaya, ia dipengaruhi oleh lingkungannya.
Karena itu, menurut Nursid Sumaatmadja (1998) “Kepribadian merupakan
keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensipotensi bio-psiko-fisikal yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi
lingkungan yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mentalpsikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan”.
Naluri manusia untuk selalu hidup dengan yang lainnya disebut sebagai
“gregariousness”. Karena itu, manusia juga disebut sebagai “social animal”,
yaitu “hewan sosial” yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama.
Dalam mengembangkan keinginnannya, manusia akan saling berinteraksi secara
komplementer dan imbal balik. Sebagai akibat dari hubungan – hubungan yang
terjadi di antara individu-individu (manusia) ini maka lahirlah kelompokkelompok sosial (social groups) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan
kepentingan bersama, dimulai dari kelompok sosial terkecil, yaitu keluarga,
masyarakat hingga suatau bangsa.
41
C. Kelompok Sosial
Kebutuhan Manusia untuk saling berhubungan akan melahirkan
kelompok-kelompok sosail dalam kehidupan. Untuk dikatakan sebagai kelompok
sosial terdapat syarat-syarat tertentu yang dikemukakan oleh Soekanto (2001)
sebagai berikut:
1. Adanya kesadaran dari anggota kelompok tersebut bahwa ia
merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan
2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan
lainnya dalam kelompok itu.
3. Adanya satu factor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok
yang bersangkutan yang merupakan unsur pengikat atau pemersatu.
Faktor tersebut dapat berupa: nasib yang sama, kepentingan bersama,
tujuan yang sama ataupun ideologi yang sama.
4. Bersturktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
Klasifikasi Tipe – tipe Kelompok Sosial:
a. Klasifikasi kelompok sosial berdasarkan derajat interaksi social pada
kelompok yang bersangkutan, seperti: kelurga, rukun tetangga, desa,
kota, koperasi danNegara.
b. Kalsifikasi berdasarkan ukuran derajat organisasi yang terdiri dari
kelompok yang terorganisasi dengan baik sekali seperti Negara
sampai pada kelompok yang hampir tak terorganisasi seperti
kerumunan.
c. Klasifikasi berdasrkan jumlah anggota, cara individu mempengaruhi
kelompoknya, serta interaksi sosial dalam kelompoknya.
D. Lembaga Sosial
Pengertian lembaga sosial adalah seperangkat ketentuan, aturan, atau
norma social yang sudah sedemikian mendalam(melembaga, internalisasi)
42
sehingga keberadaannya disepakati dengan rasa tanggung jawab oleh seluruh
anggota masyarakatnya (memasyarakat, institusionalisasi).
Lembaga sosial mengatur berbagai pola kehidupan tertentu dalam
masyarakat. Missal bidang keluarga dan kekerabatan, bidang keagamaan, bidang
pendidikan, bidang ekonomi, bidang politik dan pemerintahan, serta bidang
kesenian dan rekreasi.
Fungsi Lembaga sosial:
1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat dalam bersikap
dan berprilaku berkaitan dengan kebutuhan pokok tersebut
2. Menjaga keutuhan (integrasi sosial) masyarakat
3. Memberikan pedoman dalam pengendalian sosial masyarakat
Proses yang dilalui dalam proses pembentukan lembaga social adalah
sebagai berikut:
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia melakukan beberapa
kebiasaan yang baku yang berlaku secara terus menerus dan diulang-ulang,
akhirnya kebiasaan-kebiasaan tersebut dilegalkan oleh masyarakat atau menjadi
semacam norma.
Kemudian Norma tersebut mengalami proses institutionalization atau
Norma tersebut tumbuh dan berkembang menjadi lembaga, dan pada akhirnya
para anggota masyarakat dengan sendirinya ingin berperilaku sejalan dengan
norma yang berlaku atau norma-norma tersebut telah mendarah daging
(internalized).
Lembar Evaluasi
1.
Jelaskan yang dimaksud dengan produksi, distribusi, dan konsumsi?
2.
Berilah contoh mengenai proses produksi, distribusi, dan kosumsi suatu
barang atau jasa?
43
3.
Apa yang anda ketahui tentang ekonomi kerakyatan? Apa perbedaannya
dengan ekonomi kapitalis?
4.
Menurut anda, bagaimana cara meningkatkan produksi barang/jasa?
5.
Bagaimana hubungan antara kekuasaan dan pemerintahan?
6.
Jelaskan yang dimaksud dengan kedaulatan?
7.
Bagaimana tanggapan anda mengenai kedaulatan di Indonesia?
8.
Jelaskan kaitan antara otonomi daerah dengan desentralisasi pendidikan!
9.
Jelaskan perbedaan antara desentralisasi pendidikan dengan sentralisasi
pendidikan!
10. Bagaimana tanggapan anda mengenai proses desentralisasi pendidikan
yang berlangsung di Indonesia selama ini?
11. Jelaskan hubungan antara manusia sebagai makhluk individu dan
kelompok!
12. Uraian syarat-syarat berdirinya kelompok sosial dan berikan satu contoh
kelompok sosial yang ada dilingkungan anda!
13. Jelaskan yang dimaksud dengan lembaga sosial!
14. Jelaskan kaitan antara kelompok sosial dengan lembaga sosial!
15. Berilah contoh lembaga sosial yang ada dilingkungan anda beserta dengan
tujuannya!
Daftar Pustaka
Campbell R, Mc, Connel, Stanley L. Bruc., 1999. “Contemporery Labor
Economic, Second edition”, MC. Graw Hill Book Company, New York.
H.A.R. Tilaar. 2009. Kekuasaan Pendidikan: Kajian Manajemen Pendidikan
Nasional dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta.
44
Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat. Jakarta: CIDES.
Musselman, Vernon A. Dan Jackson, John H. 1990. Business: Risk, Pricing,
Marketing: Labor-Management Relation. New York: Prentice Hall.
Nursid Sumaatmadja. 2000. Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya, dan
Lingkungan Hidup. Bandung: Alfabeta.
Sapriya, dkk., 2008. Pendidikan IPS, Bandung: Laoratorium PKn UPI Press,
-----------, 2006. Konsep Dasar IPS, Bandung: UPI Press
Somantri Muhammad Numan, 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Soekanto Soerjono. 2001. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Soehino. 1998. Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty
Winataputra, U. S. 2008. MATERI DAN PEMBELAJARAN IPS DI SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Undang-undang No. 32 tahun 2004
Undang-undang No. 20 Tahun 2003
45
Download