Sejarah dan perkembangan ilmu Sosiolog

advertisement
SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PERKEMBANGAN ILMU
SOSIAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATURIDI
2013920028
ABSTRAKSI
Tujuan utama kajian ini adalah untuk menganalisis tentang sejarah sosiologi, sosiologi
diartikan sebagai ilmu tentang kemasyarakatan yang artinya sebagai proses pergaulan
hidup di masyarakat, dan sejarah adalah kejadian yang telah berlalu di masa lampau,
yang mempunyai beberapa fakta diantaranya pelaku, sejarah, tahun kejadian , dan tempat
kejadian. Di dalam Ilmu sosiologi mempunyai kajian tentang metodologinya sebagai
usaha analis yang memakai metode kajian ilmiah, sosiologi ialah suatu komunikasi yang
dapat dipahami sebagi suatu proses penyampaian informasi timbal balik antara dua atau
lebih. Sosiologi pertama kali di ciptakan oleh Auguste Comte oleh karenanya Comte
sering disebut sebagai bapak sosiologi, dan teori-teori sosiologi di bagi dalam beberapa
mazhab diantaranya mazhab geografi dan lingkungan, mazhab formal, mazhab
psikologi,mazhab ekonomi, sosiologi pendidikan sangat membawa pengaruh sangat baik
untuk keberhasilan pendidikan di mana anak-anak saling adanya komunikasi dan saling
mengenal satu sama lain dan pendidikan agama untuk bisa mengarahkan anak agar
beretika baik dan menjadi anak yang berguna untuk bahagia di dunia dan acherat.
Kata kunci : Sejarah dan perkembangan ilmu sosiologi.
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang awam yang untuk pertama kali mempelajari Sosiologi, sebenarnya secara
tidak sadar sudah mengetahui sedikit banyak tentang Sosiologi. Sejak kecil dia adalah
anggota masyarakat yang telah berpengalaman dalam hubungan masyarakat atau
hubungan antarmanusia. Semenjak kecil, dia sudah menjalin hubungan dengan kedua
orang tuanya
misalnya semakin meningkat usianya, bertambah luas pulalah
pergaulannya dengan manusia lain di dalam masyarakat. Ia tahu bahwasannya peradaban
dan kebudayaan akhir-akhir ini merupakan hasil perkembangan masa lalu. Secara
sepintas lalu dia pun mengetahui bahwa di dalam pelbagai hal dia mempunyai persamaan
- persamaan dengan orang lain, sedangkan dalam hal-hal lain dia mempunyai sifat-sifat
yang hkas berlaku bagi dirinya sendiri sehingga berbeda dengan orang lain.Semuanya
merupakan pengetahuan yang bersifat sosiologi karena ikut sertanya dia di dalam
hubungan-hubungan sosial dalam membentuk kebudayaan masyarakatnya dan kesadaran
akan adanya persamaan dan perbedaan dengan orang-orang lain memberikan gambaran
tentang objek yang dipelajarinya yaitu sosiologi. Akan tetapi, semuanya itu belum berarti
bahwa dia merupakan seorang ahli sosiologi. Pasti dia belum mengetahui dengan
sesungguhnya apakah ilmu itu. Oleh karena itu, akan ditinjau terlebih dahulu apakah
sosiologi tersebut.
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami
perkembangan yang cukup lama. Sejak manusia mengenal kebudayaan dan peradaban,
masyarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup setelah menarik perhatian. Awal
mulanya, orang-orang yang meninjau masyarakat hanya tertarik pada masalah-masalah
yang menarik perhatian umum, seperti kejahatan, perang, kekuasaan golongan yang
berkuasa, keagamaan, dan lain sebagainya. Dari pemikiran serta penilaian yang demikin
itu, orang kemudian meningkat pada filsafat kemasyarkatan, di mana orang menguraikan
harapan-harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang diingini atau yang
ideal. Dengan demikian, timbullah perumusan niali-nilai dan kaidah-kaidah yang
seharusnya ditaati oleh setiap manusia dalam hubungannya dengan manusia yang lain
dalam suatu masyarakat. Yang dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang bahagia
dan damai bagi semua manusia selama hidup di duni ini.
Hal tersebut merupakan idaman manusia di kala itu yang pada umumnya bersifat
utopis. Artinya, orang harus mengakui bahwa nilai –nilai dan kaidah-kaidah masyarakat
yang diidam-idamkan itu tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang ada di dalam
masyarakat pada suatu waktu yang tetentu. Perbedaan yang tidak jarang menimbulkan
pertentangan antara harapan dengan kenyataan memaksa para ahli pikir untuk mencari
penyebab-penyebabnya dengan jalan mempelajari kenyataan—kenyataan di dalam
masyarakat, sehingga timbul berbagai macam teori tentang masyarakat.
Lambat laun teori-teori tersebut dipelajari dan dikembangkan secara sistematis dan
netral, terlepas dari harapan-harapan pribadi para sarjana yang mempelajarinya dan juga
dari penilaian baik atau buruk mengenai gejala-gejala atau unsur yang dijumpai di dalam
tubuh masyarakat itu sehingga timbullah ilmu pengetahuan mengenai masyarakat
Dalam abad ke-19, seorang ahli filsafat bangsa Prancis bernama Auguste Comte
menulis beberapa buah buku yang berisikan pendekatan-pendekatan umum untuk
mempelajari masyarakat. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai urutanurutan tertentu berdasarkan logika, dan setiap penilitian dilakukan melalui tahap-tahap
tertentu untuk kemudian mencapai tahap terahir, yaitu tahap ilmiah. Dia mempunyai
anggapan saatnya telah tiba bahwa semua penelitian terhadap permasalahan
kemasyarakatan dan gejala-gejala masyarakat memasuki tahap terahir, yaitu tahap ilmiah.
Oleh sebab itu, dia menyarankan agar semua penelitian terhadap masyarakat ditingkatkan
menjadi suatu ilmu tentang masyarakat yang berdiri sendiri. Nama yang diberikannya
tatkala itu adalah “Sosiologi” (1839) yang berasal dari kata Latin Lation socius yang
berarti “kawan”dan kata Yunani logos yang berarti “kata” atau “berbicara” Jadi sosiologi
berarti” berbicara tentang masyarakat”. Bagi Auguste Comte, sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir perkembangan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, sosiologi didasarkan pada kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Selanjutnya Comte berkata bahwa sosiologi
harus dibentuk berdasarkan pengamatan dan tidak pada spekulasi-spekulasi perihal
keadaan masyarakat. Hasil-hasil observasi tersebut harus disusun secara sistematis dan
metodologis, tetapi sayang sekali Comte tidak menjelaskan bagaimana caranya menilai
hasil-hasil pengamatan kemasyarakatan tersebut. Lahirnya sosiolog, tercatat pada 1842,
tatkala Comte menerbitkan jilid terahkir dari bukunya yang berjudul Positive-Philosopy
yang tersohor itu.
.Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami
perkembangan perkembangan cukup lama. Sejak manusia mengenai kebudayaan dan
peradaban, masyarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup telah menarik perhatian.
Awal mulanya, orang-orang yang meninjau masyarakat hanya tertarik pada masalah –
masalah yang menarik perhataian umum.seperti kejahatan, perang, kekuasaan golongan
yang berkuasa, keagamaan, dan lain sebagainya. Dari pemikiran serta penilaian yang
demikian itu, orang kemudian meningkat pada filsafat kemasyarakatan, di mana orang
menguraikan harapan-harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang diingini
yang ideal. Dengan demikian, timbullah perumusan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang
seharusnya ditaati oleh setiap manusia dalam hubungannya dengan manusia lain dalam
suatu masyarakat. Yang dimaksud untuk menciptakan kehidupan yang bahagia dan damai
bagi semua manusia selama hidup di dunia ini
BAB II
1. Sejarah dan perkembangan Ilmu Sosiologi
Sejarah adalah hal yang terjadi di masa lalu (ovrithing in the past). Kuntorowijoyo
menyebutkan, “rekonstruksi masa lalu.” Dengan demikian, peristiwa sejarah itu
mencakup segala hal yang dipikirkan. Dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh
manusia. Sejarah meliputi segala pengalaman manusia sehingga lukisan sejarah manusia
merupakan pengungkapan fakta mengenai apa , siapa, kapan di mana, dan bagaimana
sesuatu telah terjadi.
Sartono Kartodirjo membagi sejarah dalam dua pengertian, yakni sejarah dalam
arti subyektif dan obyektif “ Sejarah dalam arti subyektif adalah suatu konstruk, yaitu
suatu bangunan yng disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Uraian atau cerita
itu merupakan suatu kesatuan atau unit yang mencakup fakta-fakta terangkaikan untuk
menggambarkan suatu gejala sejarah, baik proses maupun sturuktur. Kedua, sejarah
dalam arti obyektip menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri, yaitu proses
sejarah dalam aktualitasnya1.
Dalam penelitian sejarah, seseorang akan berhadapan dengan fakta, data,
interprestasi, dan penulisan sejarah.
Sejarah tidak dapat dilepaskan dari fakta. Sejarah tanpa pakta adalah dongeng.
Fakta adalah hasil seleksi data yang dipilih. Menurut Sartono, Fakta sejarah artinya
sumber sejarah. Data atau sumber sejarah dapat berupa sumber tertulis dan sumber tidak
tertulis. Dari sudut urutan penyampainnya sumber dapat berupa sumber primer dan
sumber sekunder.
Sumber tertulis dapat berupa dokumen-dokumen, surat pribadi, otobiografi, surat
kabar, cerita. Sumber tidak tertulis dapat berupa artefak seperti bangunan .foto-foto, alatalat, candi-candi, dan makam-makam. Sumber primer adalah sumber sejarah yang ditulis
oleh orang yang hidup semasa dengan obyek sejarah. Dalam sejarah Islam, misalnya,
Tarikh at thabari dapat digolongkan sebagai sumber primer karena penulisannya hidup
dimasa sejarah yang ditulisnya, yakni era Khilafah Abbasiyah. Ia mengalami dan
menyaksikan langsung peristiwa sejarah yang ditulisnya.
Selain artefact, data sejarah dapat berbentuk sosiofact dan mentifact.. Sosiafact
adalah fakta berdimensi sosial,. Misalnya, jaringan interaksi antarmanusia. Sedangkan
1
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metadologi Sejarah,( Jakarta: Raja Wali Pers,2012)
hlm 14.
mentifact adalah fakta yang yang bersipat abstrak,misalnya keyakinan-keyakinan dan
kepercyaan-kepercayaan .
Interprestasi sejarah adalah penafsiran sejarawan atas fakta sejarah. Penafsiran
sejarawan atas fakta sejarah, penapsiran bersipat subyektif. Artinya, sangat bergantung
kepada si penapsir sejarah itu.Tidak heran, kalau dalam sejarah muncul berbagai versi
pendapat yang berbeda-beda. Misalnya peristiwa peperangan antara pasukan Ali bin Abi
Thalib dan Aisyah dalam Perang Jamal. Bagaimana mungkin seorang janda Nabi yang
begitu disayang bisa bertempur melawan anak pamannya yang juga amat di sayang. Atau
sosok Muawiyah yang menimbulkan kontroversi di kalangan sejarawan. Di satu pihak,
Mu’awiyah adalah seorang sahabat yang juga ikut dalam poses penulisan wahyu saat
Nabi masih hidup, tetapi juga pada waktu Usman bin Affan memimpin khalifah
disebutkan ia banyak memanfaatkan kelemahan Usman untuk memperoleh keuntungankeuntungan politis dan pribadi. Di sinilah muncul berbagai analisis dan interperestasi
terhadap fakta sejarah tersebut. Oleh karena itu, interperestasi sering disebut pula
berbagai biang subyektivitas.
2. Metodologi Dalam Sosiologis
Sosiologi adalah suatu kajian ilmiah tentang kehidupan masyarakat manusia.
Sosiologi (ahli sosiologi) berusaha mengadakan penilitian yang mendalam tentang
hakikat dan sebab-sebab dari berbagai keterarutan pola pikir dan tindakan manusia secara
berulang-ulang. Berbeda dengan psikologi, yang memfokuskan sasaran penelitiannya
kepada berbagai karakteristik pikiran dan tindakan peroarangan, sosiolog hanya tertarik
pada pikiran dan tindakan yang dimunculkan seseorang sebagai anggota suatu kelompok
atau masyarakat.
Sebagai usaha analis yang memakai metode kajian ilmiah, sosiolog dituntut yang
bersifat empiris. Para ilmuwan sosial sepakat agar semua pernyataan yang diklaim
sebagai kebenaran ilmiah tunduk kepada pengujian yang cermat dan didukung oleh fakta
yang diperoleh melalui pengamatan terhadap alam fisikal. Kebenaran itu dikatakan sahih
dalam arti ilmiah bukan karena ia mempunyai alasan yang secara intuitif masuk akal
(rasional), atau karena disampaikan oleh seorang atau kelompok orang yang terhormat
atau memiliki otoritas (berkharisma dan berkuasa). Kebenaran dikatakan valid jika sesuai
dengan fakta-fakta yang valid juga2
Dalam penelitian sosiologi, biasanya digunakan tiga bentuk metode penelitian,
yaitu deskriptif, komparatif, eksperimental. Motode penelitian mana yang dipakai dalam
suatu penelitian, oleh sosiolog. Oleh karena itu, metode penelitian identik dengan desain
penelitian karena penentuan metode yang digunakan sangat dipengaruhi oleh desain dari
penelitian yang bersangkutan.
Pengertian penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengguanakan cara atau
memakai variabel-variabel. Dimana variabel satu dan dua tidak hubungkan, dibandingkan
atau dicari sebab akibat antarvaiabel.
2
DR. H. Dadang Kahmad, M.Si. Sosiologi Agama, (Bandung PT RemajaRosdakarya, 2002).
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang menggunakan cara memakai alat
bantu contoh dari penelitian eksperiment penelitian yang dilakukan dilaboratorium,
dalam penelitian kebanyakan dalam penelitian obat-obatan dan lain sebagainya.
Pengertian metode kompratif ini biasanya digunakan dalam penelitian yang ada
hubungannya pendidikan untuk dicari perbedaannya dan kesamaannya.
3. Pengertian sosiologi
Batasan suatu kajian ilmu sangat perlu untuk dipahami. Karena melalui batasan
ini kita dapat menentukan ruang kajian suatu bidang keilmuan dengan bidang keilmuan
lainnya. Namun pekerjaan tersebut tidaklah gampang, termasuk membuat batasan
sosiologi. Karena sudut pandang dalam membuat batasan suatu kajian ilmu dapat
berbeda-beda. Oleh sebab itu, dapat dipahami mengapa misalnya, para ilmuan meberikan
pengertian atau membuat definisi berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Karena
membuat batasan ini diperlukan, meskipun dipahami bahwa membuatnya tidak mudah.
a. David B. Brinkerkhoft dan Lyinn K. White
Brinkerhoft dan White (1989) berpendapat bahwa sosiologi adalah studi sistematik
tentang interaksi sosial manusia. Penekanannya pada hubungan dan pola interaksi, yaitu
bagaimana pola-pola ini tumbuh kembang, bagaimana mereka dipertahankan , dan juga
mereka berubah
Untuk memahami batasan Brinkerhoft dan White tersebut, sebaiknya kita
mengerti dahulu tentang definisi interaksi sosial. Konsep interaksi sosial diartikan di sini
sebagai suatu tindakan timbal balik antara dua orang atau lebih melalui suatu kontak dan
komunikasi. Suatu tindakan timbal balik tidak akan terjadi bila tidak dilakukan oleh dua
orang atau lebih.
Interaksi sosial tidak akan terjadi jika hanya ada kontak tanpa diikuti dengan
komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita telah banyak melakukan kontak dengan
orang lain diikuti dengan komunikasi. Pada saat perjalanan menuju tempat kerja,
misalnya, kita mengalami banyak kontak dengan orang lain seperti berpapasan dengan
banyak orang dari perbagai latar belakang seperti pedagang asongan, sopir taksi, dan
lainya. Dalam saat berpapasan, kita saling menatap dengan orang-orang ini, tetapi selalu
dilanjutkan dengan komunikasi.
Sekarang mari kita coba pahami apa itu komunikasi? Kata komunikasi yang
diserap dari bahasa Inggris, Communication, berakar dari perkataan bahasa latin, yaitu
communicare yang artinya berunding atau bermusyawarah, atau communication yang
maknanya pemberitahuan, penyampaian, atau pemberian.Dari pengertian kata ini,
komunikasi dapat dipahami sebagai suatu peroses penyampaian informasi timbal balik
antara dua orang atau lebih. Informasi yang disampaikan dapat berupa kata-kata, gerak
tubuh,atau symbol lainnya yang memiliki makna.Makna dari suatu kata, gerak tubuh atau
symbol lainya, meurut Herbert Blumer, berasal dari interaksi sosial sesorang dengan
orang lain3.
Dengan penjelasan komunikasi maka menyangkut tentang bahasa yang samasama dapat dimengerti, karena bahasa dapat dijadikan suatu komunikasi bila satu sama
lain dari para anggota dapat memahamiya, maka terjadilah komunikasi dua arah tapi bila
ada ketidak samaan dalam bahasa maka sukar dapat dimengerti dan terjadilah
kebuntuhan dalam berkomunikasi.
4. Perkembangan ilmu sosiologi.
Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, Sosiologi masih berumur relative
muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah Sosiologi untuk pertama kali di ciptakan oleh
Auguste Comte, dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosilogi, Istilah
sosiologi ia dituliskan dalam karya utamanya yang berjudul pertama , berjudul The
Course of positive Phillosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya
mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah.
Suatu teori pada hakekatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih,
atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang
dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris. Oleh sebab itu, dalam
bentuknya yang paling sederhana, suatu teori merupakan hubungan antara dua variabel
atau lebih, yang telah diuji kebenarannya. Suatu variabel merupakan karakteristik dari
orang-orang, benda-benda, atau keadaan yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda,
seperti misalnya, usia, jenis kelamin,dan lain sebagainya.
Di bawah ini akan diberikan suatu gambaran atau deskripsi tentang perkembangan
teori-teori sosiologi dari sudut teoretis akan dapat memberikan petunjuk-petunjuk tentang
bagaimana mengendalikan perkembangan sosiologi pada masa-masa mendatang.
Gambaran tersebut lebih tepat apabila diberikan di dalam suatu buku, yang secara khusus
membahas perkembangan teori-teori sosiologi. Selanjutnya diuraikan secara garis besar
dan secara kronologis, beberapa teori sosiologi yang menonjol, yang pada umumnya
berasal dari cendikiawan Barat.
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan kemasyarakatan, di
dalam masyarakat tentunya ada masyarakat kota dan ada masyarakat desa , masyarakat
kota biasanya komunikasi jarang dapat kita temui antar sesama tetangga karena adanya
jurang pemisah baik dari ekonomi maupun dari lingkungan.
Sedangkan masyarakat desa lebih menonjol kesamaannya dan komunikasi bisa
dikatakan lebih aktif dan ada kesamaan dalam suatu ide yang berlambangkan dengan
adanya kegiatan kerja gotong royong. Ini yang membedakan dari masyarakat kota dan
masyarakat desa.
a.Perhatian terhadap Masyarakat sebelum Comte
3
Abdullah, T dan A.C. Van der Leeden,(eds) 1986 Pengantar Sosiologi Moralitas. (Jakarta: Yayasan obor
Indonesia,).
Auguste Comte dipakai Masa sebagai patokan karena sebagaimana dinyatakan di
muka Comte yang pertama kali memakai istilah atau pengertian sosiologi. Sosiologi
dapatlah dikatakan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang relative muda usianya
karena baru mengalami perkembangan sejak masanya Comte tersebut. Akan tetapi, di
lain pihak, perhatian-perhatian serta pikiran-pikiran terhadap masyarakat manusia telah
dimulai jauh sebelum masa Comte.
Seorang Filusuf Barat yang pertama kalinya menelaah masyarakat secara
sistematis adalah Plato (429-347), seorang filsuf Romawi. Sebetulnya Plato bermaksud
untuk merumuskan suatu teori tentang bentuk Negara yang dicita-citakan, Plato
menyatakan bahwa masyarakat sebenarnya merupakan refleksi dari manusia perorangan.
Suatu masyarakat akan mengalami kegoncangan, sebagai mana halnya manusia
perorangan yang terganggu keseimbangan jiwanya yang terdiri dari tiga unsur yaitu
napsu, semangat dan intelegensia. Intelegesia merupakan unsur pengendali
Dengan jalan menganalisa lembaga-lembaga di dalam masyarakat, Plato berhasil
menunjukan hubungan fungsional antara lembaga-lembaga tersebut yang pada
hakekatnya merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh. Plato berhasil merumuskan
suatu teori organis tentang mayarakat, yang mencakup bidang-bidang kehidupan
ekonomis dan sosial. Suatu unsur yang menyebabkan masyarakat berdinamika adalah
adanya hukum yang yang identik dengan moral karena didasarkan pada keadilan
Aris Toteles (384-322SM ) mngikuti system analis secara organis dari Plato. Di
dalam bukunya Poitics, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap
lembaga-lembaga politik masyarakat. Pengertian politik digunakannya dalam arti luas
mencakup juga berbagai masalah ekonomi dan sosial. Disamping itu, Aristoteles yang
sempit.
Pada akhir abad pertengahan muncul ahli filsafat Arab, Ibn Khaldun (1332-1406)
yang mengemukakan beberapa perinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian
sosial dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Faktor yang menyebabkan bersatunya
manusia di dalam suku-suku ,negara, dan sebagainya adalah rasa solidaritas. Faktor itulah
yang menyebabkan adanya ikatan dan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan bersama antara
mananusia.
Di dalam masyarakat terjadilah aturan –aturan dan norma-norma selain agama
karena dengan adanya aturan maka individu-individu dapat mematuhi aturan dan norma
maka akan terjadilah suatu keadaan yang dapat merasa kenyamanan di masyarakat, tapi
bila aturan dan norma tidak dipatuhi dan dijalankan maka akan terjadi benturan-benturan
yang berdampak pada terganggunya kenyaman.
Pada Zaman Renaissance (1200-1600), tercatat nama-nama seperti Thomas More
dengan Utopia-nya dan Campenella yang menulis City of the sun. Mereka masih sangat
terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap adanya masyarakat yang edeal. Berbeda
dengan mereka adalah N. Machiavelli (terkenal dengan bukunya II Principe ) yang
menganalisis bagaimana mempertahankan kekuasaan. Untuk pertama kalinya politik
dipisahkan dari moral sehingga menjadi suatu pertama kalinya politik dipisahkan dari
moral sehingga terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap masyarakat.
Abad 17 ditandai dengan munculnya tulisan Hobbes (1588-1679 ) yang berjudul
The Leviathan. Inti ajarannya diilhami oleh hukum alam, fisika, dan matematika. Dia
beranggapan bahwa dalam keadaan alamiah, kehidupan manusia selalu saling berkelahi.
Akan tetapi mereka mempunyai pikiran bahwa hidup damai dan tenteram adalah jauh
lebih baik. Keadaan semacam itu baru dapat dicapai apabila mereka mengadakan
perjanjian atau kontrak dengan pihak-pihak yang mempunyai wewenang, yaitu pihak
yang akan dapat memelihara ketentraman. Supaya keadaan damai tadi terplihara.
Pada abad 17 pemikir - pemikir sudah bisa memahami bahwa kehidupan harus
didukung dengan adanya kerja sama dan saling menjungjung tinggi perdamaian, tidak
saling bermusuhan antara satu dengan yang lainnya maka hal semacam ini sangat
membawa suhu perdamaian yang sangat diharapkan oleh setiap masyarakat.
Dapatlah dikatakan bahwa alam pikiran pada abad ke-17 tadi masih ditandai oleh
anggapan-anggapan bahwa lembaga – lembaga kemasyarakatan terikat pada hubungan –
hubungan yang tetap. Walaupun ajaran-ajaran pada abad ke-18 masih bersifat
rasionalistik, sifatnya yang dogmatis sudah agak berkurang.
Pada abad ini muncullah antara lain ajaran Jonh Locke (1632-1704) masih
berpegang pada konsep kontrak sosial dari Hobbes. Menurut Locke, manusia pada
dasarnya mempunyai hak-hak Kontrak antara warga masyarakat dengan pihak yang
mempunyai wewenang sifatnya atas dasar faktor pamrih.
Pada awal abad ke-19, muncul ajaran-ajaran lain diantaranya Saint Simon ( 17601825) yang terutama menyatakan bahwa manusia hendaknya dipelajari dalam kehidupan
berkelompok. Di dalam bukunya yang berjudul Memoirs sur la Science de I’Home, dia
menyatakan bahwa ilmu politik merupakan suatu ilmu yang positif. Artinya, masalah
masalah dalam ilmu politik hendaknya dianalisis dengan metode-metode yang lazim
dipakai terhadap gejala-gejala lain. Dia memikirkan sejarah sebagai suatu fisika sosial.
Filsiologi sangat memengaruhi ajaran-ajarannya mengenai masyarakat. Masyarakat
bukanlah semata-semata suatu kumpulan orang belaka yang tindakan-tindakannya tidak
mempunyai sebab, kecuali kemauan masing-masing. Kumpulan tersebut hidup karena
didorong oleh organ-organ tertentu yang menggerakan manusia untuk melakukan fungsifungsi tersebut.
b. Sosiologi Auguste Comte (1798-1583).
Auguste Comte yang pertama-tama memakai istilah “sosiologi” adalah orang
yang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ruang
lingkup dan isi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Menurut Comte ada tiga tahapan
perkembangan Intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap
sebelumnya.4 Tahap pertama dinamakannya tahap teologis atau fiktif, yaitu suatu tahap di
mana manusia menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya secara teologis, yaitu dengan
kekuatan-kekuatan yang dikendalikan roh dewa-dewa atau Tuhan Yang Maha Kuasa.
Penapsiran ini penting bagi manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
memusuhinya dan untuk melindungi dirinya dari factor-faktor yang tidak terduga
timbulnya.
Tahap kedua yang merupakan perkembangan dari tahap pertama adalah tahap
metafisik. Pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat
kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapakan, Pada
tahap ini manusia masih terikat cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada
4
Auguste Comte, The Positive Philisopy, diterjemahakan dan diringkas oleh H. Martineau,(London:
George Bell & Sons, 1896 )
usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam. Hal yang terahir inilah yang
merupakan tugas ilmu pengetahuan positif, yang merupakan tahap ketiga atau tahap
terahir dari perkembangan manusi
Gagasan tentang adanya ketiga tahap tersebut, walaupun merupakan suatu fiksi
memberikan penerangan terhadap pikiran manusia, serta secara pisikologis merupakan
suatu perkembangan yang penting. Ketiga tahap tadi dapat memenuhi pikiran manusia
pada saat yang bersamaan, di mana kadang-kadang timbul pertentangan-pertentangan,
pertentangan – pertentangan tersebut sering kali tidak disadari manusia sehingga timbul
ketidak serasian.
Selanjutnya mengaitkan industrialisasi dengan tahap ketiga dari perkembangan
pikiran manusia. Secara logis, maka dalam masa industri tersebut akan terjadi
perdamaian yang kekal. Itulah asumsi Comte, karena tahap-tahap sebelumnya ditandai
dengan adanya masa perbudakan dan militerisme yang penuh dengan pertikaian.
Industrialisasi nampaknya membawa angin segar untuk kelangsungan kehidupan
masyarakat, dengan industri tenaga penganggur dan kebutuhan hajat manusia akan
terpenuhi dan tidak ada lagi adanya perbudakan, dan militerisme.
Apakah sebenarnya yang dimaksudkan oleh Comte dengan ilmu pengetahuan
positif, dan di manakah letak sosiologinya?. Menurut Comte, suatu ilmu pengetahuan
bersifat positif, apabila ilmu pengetahuan tersebut memusatkan perhatian pada gejalagejala yang nyata dan kongkret,tanda adanya halangan dari pertimbangan-pertimbangan
lainnya. Dengan demikian, ada kemungkinan untuk memberikan penilaian terhadap
pelbagai cabang ilmu pengetahun dengan jalan mengukur isinya yang positif, serta
sampai jauh mana ilmu tadi dapat mengungkapkan kebenaran yang positif.
Herarki atau tingkatan ilmu-ilmu pengetahuan menurut tingkat pengurangan
generalitas dan penambahan kompleksitasnya adalah:
a. matematika
b. astronomi,
c. fisika,
d. ilmu kimia,
e. biologi, dan
f. sosiologi.
Hal yang menonjol dari sistematika Comte adalah penilaiannya terhadap sosiologi, yang
merupakan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan paling kompleks, dan merupakan suatu
ilmu pengetahuan yang akan berkembang dengan pesat sekali. Sosiologi merupakan studi
positif tentang hukum-hukum dasar dari gejala sosial. Comte kemudian membedakan
antara sosiologi statis dengan sosiologi dinamis.
Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi
dasar dari adanya masyarakat. Studi ini merupakan semacam anatomi sosial yang
mempelajari aksi-aksi dan reaksi timbal balik dari system – system sosial. Cita-cita dasar
yang menjadi latar belakang sosiologi statis adalah bahwa semua gejala sosial secara
tersendiri. Unit sosial yang penting bukanlah individu, tetapi keluarga yang bagianbagiannya terikat oleh simpati. Agar suatu masyarakat berkembang simpati harus dengan
kooperasi, yang hanya mungkin ada apabila terdapat pembagian kerja.
Sosiologi dinamis merupakan teori tentang perkembangan dalam arti
pembangunan, ilmu. Ilmu pengetahuan ini menggambarkan cara-cara pokok dalam mana
perkembangan manusia terjadi dari tingkat intelegensia yang rendah ke tingkat yang lebih
tinggi. Dengan demikian, dinamika menyangkut masyarakat-masyarakat untuk
menunjukkan adanya perkembangan. Comte yakin bahwa masyarakat akan berkembang
menuju suatu kesempurnaan. 5
Biasanya ukuran kemampuan cara berpikir seseorang tidak lepas adanya
intelegensi, semakin tinggi intelegensi seseorang maka semakin mampuh ia memecahkan
persoalan kehidupan yang ia alami, dan seseorang intelegensi kurang maka seseorang
akan mengalmi kesukaran dalam memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan.
Walaupun demikian Comte sebenarnya lebih mementingkan perubahan-perubahan
atau perkembangan dalam cita-cita dari pada bentuk. namun, dia tidak menyadari bahwa
perubahan cita-cita akan mengakibatkan perubahan-perubahan bentuk pula.
5. Teori-teori Sosiologi Sesudah Comte
Suatu gambaran menyeluruh dan lengkap tentang teori-teori sosiologi sesudah masa
Comte tak akan mungkin diberikan dalam bagian ini. Oleh karena itu, dipilihkan
beberapa teori saja, yang dikelompokkan ke dalam beberapa mazhab untuk memudahkan
penyusunan. Teori-teori tersebut banyak yang dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain, maupun
data yang diperoleh dari penggunaan ilmu-ilmu tersebut. Pengaruh yang mencolok akan
terlihat, misalnya, dari geofrafi, biologi, antropologi, ilmu hukum, dan lain sebagainya.
Pengelompokan ke dalam mazhab-mazhab akan didasarkan pada factor-fakor tersebut
sehingga akan dapat diperoleh suatu gambaran yang minimal.
a. Mazhab Geografi dan Lingkungan.
Ajaran-ajaran atau teori-teori yang masuk dalam mazhab ini telah lama berkembang.
Dengan kata lain, jarang sekali terjadi bahwa para ahli pemikir menguraikan masyarakat
manusia terlepas dari tanah atau lingkungan di mana masyarakat tadi berada. Masyarakat
hanya mungkin timbul dan berkembang apabila ada tempat berpijak dan tempat hidup
bagi masyarakat tersebut. Teori-teori tersebut sangat logis dan sederhana karena dapat
mencakup sejarah perkembangan masyarakat-masyarakat tersebut
Diantara sekian banyaknya teori-teori yang dapat digolongkan ke dalam mazhab
ini dipilihkan ajaran-ajaran dari Edward Buckle dari inggris (1821-1862) dan Le Play dari
Perancis (1806-1888). Di dalam hasil karyanya yang berjudul History of Civilization in
England (yang tidak selesai), Bukcle meneruskan ajaran-ajaran sebelumnya tentang
pengaruh keadaan alam terhadap masyarakat, di dalam analisis, dia telah menemukan
beberapa keteraturan hubungan antara keadaan alam dengan tingkah laku manusia,
misalnya, terjadi bunuh diri sebagai akibat rendahnya penghasilan, dan tinggi rendahnya
penghasilan tergantung dari keadaan alam.
Dalam keadaan seperti ini masyarakat sangat tergantung dengan alam baik dari
keadaan tanah dan iklim, sumber penghasilannya tak lepas dari bercocok tanam atau
mecari hasil bumi yang ada di hutan-hutan.
Pentingnya mazhab ini adalah bahwa ajaran – ajaran atau teori-teori
menghubungkan faktor keadaan alam dengan faktor-faktor sturuktur serta organisasi
5
J.H. Abraham , Sociologi, The Study of Human Society, (London The English University Press,
Ltd.1973) hlm 18,19.
sosial. Ajaran dan teorinya mengungkapkan adanya korelasi antara tempat tinggal dengan
adanya aneka ragam karakteristik kehidupan sosial suatu masyarakat tertentu.
b. Mazhab Organis dan Evolusioner.
Ajaran –ajaran serta teori-teori bidan biologi, dalam arti luas, banyak
mempengaruhi teori-teori sosioilogi. Memang perlu diakui bahwa sejak abad pertegahan
banyak ahli pikir masyarakat yang mengadakan analogi antara masyarakat manusia
dengan organisasi manusia. Beberapa abad kemudian pengaruh tersebut muncul kembali
dan salah seorang terkemuka dari ajaran Herbert Spencer (1820-1903).
Herbert Spencer adalah orang yang pertama – tama menulis tentang masyarakat
atas dasar data empiris yang kongkeret. Dalam hal ini dia telah memberikan suatu model
kongkeret yang secara sadar maupun tidak sadar diikuti oleh para sosiologi sesudah dia.
Suatu organisasi menurut Spencer , akan bertambah sempurna apabila bertambah
kompleks dan dengan adanya diferensiasi antara bagian-bagiannya.
Pengaruh ajaran Spencer besar sekali terutama di Amerika Serikat. Seorang
sosiologi Amerika yang sangat terpengaruh oleh metode analisis Spencer adalah WG
Summer (1840-1910). Salah satu hasil karyanya adalah Folkways yang merupakan karya
kelasik dalam kepustakaan sosilogi, hampir semua aturan-aturan kehidupan sosial,
upacara sopan santun, kesusilaan, dan sebagainya. Aturan-aturan tersebut merupakan
kaidah kelompok yang masing-masing mempunyai tingkat atau derajat kekuatan yang
berbeda-beda. Apabila kaidah-kaidah tadi dianggap sedemikan pentingnya, kaidahkaidah dinamakan tata kelakuan.6
c. Mazhab Formal
Ahli-ahli pikir yang menonjol dari mazhab ini, kebanyakan dari Jerman, sangat
terpengaruh oleh ajaran-ajaran dan filsafat Immanuel. Kant. Salah seorang di antaranya
ialah Georg Simmel (1858-1918). Mnurut Simmel, elemen-elemen masyarakat mencapai
kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antara elemen-elemen
tersebut.Selanjutnya Simmel berpendapat bahwa pelbagai di dalam masyarakat terwujud
dalam bentuk superiorita, subordinasi, dan konplik. Semua hubungan-hubungan sosial,
keluarga, agama, peperangan, perdagangan, kelas-kelas dapat diberi karakteristik
menurut salah satu bentuk di atas atau tiga-tiganya. Menurut Simmel, seseorang menjadi
warga masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi. Tanpa menjadi
warga masyarakat tak akan mungkin sesorang mengalami proses ineraksi antara individu
dengan kelompok. Dengan perkataan lain, apa yang memungkinkan masyarakat
berperoses adalah bahwa setiap orang mempunyai peranan yang harus dijalankanya.
Maka, interaksi individu dengan kelompok hanya dapat dimengerti dalam kerangka
peranan yang dilakukan oleh invidu.
d. Mazhab Psikologi.
Di antara soiologi-sosiologi yang mendasar teorinya pada psiokologi adalah
Gabriel Tarde (1843-1904) dari Perancis. Dia mulai dengan suatu dugaan atau pandangan
awal bahwa gejala sosial mempunyai sifat psikologis.yang terdiri dari interaksi antara
jiwa-jiwa individu –individu adalah imitasi, oposisi, dan adaptasi atau penemuan baru.
Imitasi sering kali berhadapan dengan oposisi yang menuju adaptasi yang baru. Dengan
6
Prof. Dr. Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar, ( Jakarta Rajawali Pers 2012) .
demikian, mungkin terjadi perubahan sosial yang disebabkan oleh penemuan-penemuan
baru. Hal ini menimbulkan imitasi, oposisi penemuan – penemuan baru, perubahanperubahan dan seterusnya.
Salah seorang sosiologi Amerika termuka lainnya adalah Richard Horton Cooly
(1864-1924) Bagi Cooly, individu dan masyarakat saling melengkapi, di mana individu
hanya akan menemukan bentuknya di dalam masyarakat . Di dalam karyanya yang
berjudul Sosial Organization, Cooly mengembangkan konsep kelompok utama, yang
ditandai dengan hubungan antarperibadi yang dekat sekali. Dalam kelompok-kelompok
tadi perasaan manusia akan dapat berkembang dengan leluasa.
e. Mazhab Ekonomi
Dari Mazhab ini, akan ditemukan ajaran-ajaran dari Karl Mark(1818-1883) dan
Max Weber (1864-1920) dengan catatan bahwa ajaran-ajaran Max Weber sebenarnya
mengandung aneka macam segi sebagai mana halnya dengan Durkhem. Memang.
Durkhem dan Weber merupakan dua orang tokoh sosiologi yang paling terkemuka dalam
sejarah perkembangan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
Marx adalah mempergunakan metode-metode sejarah dan falsafat untuk
membangun suatu teori tentang perubahan yang menunjukan perkembangan masyarakat
menuju suatu keadaan di mana ada kelas-kelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan
terhimpun segala kekuatan dan kekayaan. Menurut Weber mengembangkan metode tipetipe ideal, yang akan dapat menggambarkan dan memperbandingkan gejala-gejala sosial
secara lebih tepat. Dengan demikian, suatu gejala sosial akan dapat dianalisis dengan
mempergunakan kreteria tertentu yang terdapat dalam tipe-tipe ideal tersebut.
f. Mazhab Hukum.
Di dalam sorotannya terhadap masyarakat. Durkheim menaruh perhatian yang
besar terhadap hukum yang dihubungkan dengan jenis-jenis solidaritas yang terdapat di
dalam masyarakat.7
Hukum menurut Durkheim adalah kaidah-kaidah yang bersanksi yang berat-ringannya
tergantung pada sifat pelanggaran, anggapan-anggapan, serta keyakinan masyarakat
tentang baik buruknya suatu tindakan. Di dalam masyarakat dapat ditemukan dua macam
sanksi kaidah-kaidah hukum, yaitu sanksi yang represif dan sanksi restitutif.
Kaiadah hukum dengan sanksi represif biasanya mendatangkan penderitaan bagi
pelanggarnya. Sanksi tersebut menyangkut hari depan dan kehormatan seorang warga
masyarakat, atau bahkan merampas kemerdekaan dan kenikmatan hidupnya.Kaidahkaidah hukum dengan sanksi adalah hukum pidana. Tujuan utama sanksi tersebut
tidaklah perlu semata-mata untuk mendatangkan penderitaan. Tujuan utama kaidahkaidah hukum ini adalah untuk mengembalikan kedaan pada situasi semula.
Dengan kiadah hukum ini masyarakat akan berhadapan dengan sanksi, bila
terkena sangsi sesorang maka ia mempertanggung jawabkan segala hasil perbuatannya
melalui hukum pidana yang ia alami.
6. Sosilogi Dalam Pendidikan
7
Ibid hal 38.39.
A. Agen Sosialisasi.
Dalam sosialisasi, terdapat beberapa agen yang dipandang memegang peranan
penting antra lain keluarga, sekolah, kelompok, teman sebaya,media masa,agama,
lingkungan tempat tinggal.
a. Kelurga.
Dalam pendidikan peranan kelurga sangat dibutuhkan karena adanya saling
berkomunikasi antara ayah, ibu dan anak, saling berkomunikasi timbullah rasa kasih
mengasihi secara fisik ini merupakan pembelajaran yang pertama yang diterima oleh
anak
Kelurga luas ialah seperti nenek tante, dan aggaota dewasa laiinya dalam keluarga
luas turut serta dalam melakukan sosialisasi terhadap kelurga muda8 Dalam sosalisainya
perlu adanya peranan baik seorang ibu ,seorang ayah dan seorang anak, semua itu harus
membuat komitmen yang sama-sama mengarah kepada tujuan pendidikan
b. Sekolah
Sekolah, dalam arti yang luas didalamnya mencakup murid, guru, dan Kepala
sekolah, sekolah perlahan-perlahan menjadi agen pengganti terhadap apa yang dilakukan
oleh kelurga, seiring dengan intensifnya anak memasuki ruang sosial dari ruang sekolah.
Pada suatu titik dari intensitas ini, tidak jarang sang anak sangat percaya kepada gurunya
dibandingkan dengan kedua orang tuanya, terutama pada anak usia kelompok bermain,
taman kanak-kanak, dan sekolah dasar disini peranan seorang guru sangat penting dan
sangat diteladani sikap dan pembicaraanya, karena pada masa ini anak sangat cepat
meniru tentang apa yang guru ajarkan kepadanya,dan disekolah anak banyak mengenal
teman dan menambah wawasan dibidang pergaulan dan bisa mengartikan mana teman
yang bisa dijadikan teman yang sejati dan teman biasa, pada masa ini anak-anak mulai
pentingnya mempunyai sahabat.
c. Kelompok teman sebaya
Kelompok teman sebaya (peer group) merupakan suatu kelompok dari orangorang yang seusia dan memiliki status yang sama, dengan siapa seseorang umumnya
berhubungan atau bergaul (Horton dan Hunt, 1987;115). Dalam kehidupan sesorang,
kelompok yang pertama kali sebagai kelompok rujukannya adalah keluarga. Keluarga
seperti disebut di atas memberikan ciri-ciri dasar kepribadian sesorang. Seiring dengan
berjalannya waktu, aktor sekolah, khususnya guru, menjadi kelompok rujukan berikutnya
bagi peserta didik. Kemudia seiring dengan perkembangan waktu,kelompok teman
sebaya menjadi kelompok rujukan (referensi group) dalam mengembangkan sikap dan
perilaku.Sosialisasi melalui kelompok teman sebaya terhadap kehidupan kita.
Teman sebaya biasanya selalu mencontoh yang dia sukai atau dia gemari, contoh
bila ada lagu yang enak ia rasakan lagu rok maupun lagu dangdut biasanya mereka selalu
menggemari dan bersama-sama ia menyanyikan bersama-sama. Dalam hubungan belajar
sesusia ini tentu banyak yang dia harapkan dan bersama-sama mempunyai cita-cita atau
tujuan masa depan, dan disinilah peranan orang tua dan guru harus bisa benar-benar
8
Prof. Dr.Damsar. Pengantar sosiologi pendidkan,( Jakarta,Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm 70.
memberi tuntunan yang baik dan searah untuk menjadi anak yang berguna dikemudian
hari.
7. Pengertian pendidikan Islam
Pendidikan mempunyai pengertian yang luas, yang mencakup semua perbuatan
atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan
pengetahuan, pengalaman, kecakapan, serta keterampilan kepada generasi selanjutnya
sebagai usaha untuk menyiapkan mereka, agar dapat memenuhi fungsi hidup mereka,
baik jasmani maupun ruhani
Banyak para ahli membahas pengertian pendidikan, tetapi dalam pembahasanya
mengalami kesulitan, karena antara satu pengertian dengan pengertian yang lain sering
terjadi perbedaan. Ahmad D Marimba merumuskan pendidikan sebagai bimbingan atau
didikan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik jasmani
maupun ruhani, menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Pengertian ini sangat
sederhana meskipun secara subtansi telah mencerminkan pemahaman tentang proses
pendidikan pengetian ini, pendidikan hanya terbatas pada pengembangan pribadi anak
didik oleh pendidikk.9
Dari pengertian-pengertian pendidikan yang diungkapkan oleh para ahli di atas,
secara umum dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu, (1) pengertian secara sempit yang
menghususkan pendidikan hanya untuk anak dan hanya dilakukan oleh lembaga atau
intitusi khusus dalam kerangka mengantarkan kepada masa kedewasaan; dan (2)
pengertian secara luas, yang mana pendidikan berlaku untuk semua orang dan dapat
dilakukan oleh semua orang bahkan lingkungan. Tapi, dari perbedaan tersebut juga ada
kesamaan tujuan, yaitu” untuk mencapai kebahagian yang tinggi.
Pendidikan Islam sebagai wadah pengembangan akal dan pikiran, pengarah tatalaku dan perasaan tentu saja berdasarkan nilai ajaran Islam, agar nilai tersebut dapat
diserap dalam kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan harus sesuai dengan alur pikiran
sehat dalam memandang realitas kehidupan sehingga sisi kehidupan yang akan diraih
dapat berwujud.
Islam memberikan kesempatan yang luas kesempatan yang luas kepada akal
untuk berkreasi dan berpikir. Keimanan yang secara sepintas harus diterima secara
pasrah, bukan berarti mematahkan dan mematikan kreativitas akal, melainkan agar
perasaan dan naluri manusia dapat berjalan untuk mengimbangi tindakan yang dilakukan
agar sesuai dengan yang digariskan oleh syara.10
Akal di dalam Islam sangat mempunyai peranan selain keimanan, akal telah
diciptakan oleh yang Maha Esa agar segala yang diciptakannya harus diambil
pembelajaran untuk kemaslahatan hidup agar lebih sempurna, dan setiap ciptaannya
membutuhkan pemikiran yang membawa kepada rasa bahwa Allah menciptakan sesuatu
tidak ada yang tidak berguna.
BAB III
KESIMPULAN
9
Moh. Haitami & Syamsul Kurniawan. Studi Pendidikan Islam, Ar Ruz Media, Depok, Sleman,
Jogyakarta, 2012.
10
Ibid , hlm 35.
Semakin banyak teman, hidup ini akan merasa bahagia di tengah-tengah
masyarakat, ini adalah sebuah kesimpulan yang saya tulis dalam buku ini, sosiologi
diartikan sebagai ilmu kemasyarakatan Di dalam kehidupan ini tentunya kita tidak bisa
hidup sendiri tanpa adanya bantuan orang lain, semakin seseorang membutuhkan sesuatu
maka semakin dia memerlukan bantuan dari orang lain.
Dalam kehidupan bermasyarakat seseorang harus bisa menempatkan diri untuk
bermasyarakat, karena masyarakat itu adalah sekumpulan manusia yang bertmpat tinggal
di lingkungan yang sama, dalam lingkungan di tandai dengan adanya komunikasi,
komunikasi yang baik maka akan terasa apa yang dirasakannya, dan satu sama lain
akan memerlukan suasana yang harmonis damai dan saling mengenal satu dengan
lainnya seperti ini semua ini ingin mendambakannya.
Daftar Pusaka
1. Sartono kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosiologi dalam Metodologi Sejarah,
(Jakarta, Raja Wali Pers, 2012).
2. DR. H. Dadang Kahmad,M.Si. Sosiologi Agama ( Bandung PT Remaja
Rosdakarya)
3. Abdullah, T dan A.C.Vander Leeden (eds) 1986, Pengantar Sosiologi Moralitas
(Jakarta,Yayasan Obor Indonesia).
4. Auguste Comte, The Pasitive Philisopy, di terjemahkan dan diringkas oleh H.
Martineau London, George Bell & Sons 1896.
5. J.H. Abraham Sosiologi, The Study of Human Society, ( Lndon The English
University Press, Lt d 1973 ) hlm. 18-19.
6. Prof. Dr. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta, Rajawali Pers
2012).
7. Prof. Dr. Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan ( Jakarta, Kencana Pranada
Media Group, 2011) hlm 70.
8. Moh. Haitami & Syamsul Kurniawan, Studi Pendidikan Islam, Ar Ruz Media,
Depok, Sleman, Yogyakarta, 2012.
Download