8._L.ANJUTAN__I_ILMU_BANTU_FILOLOGI

advertisement
 Bahasa Sangsekerta, dipelukan untuk
pengkajian terhadap naskah-naskah Jawa,
khususnya Jawa Kuno. Pengaruh semacam ini
tampak jelas dalam Kakawin Ramayana,
Uttarakanda Sang Hyang Kamahayanikam.
 Bahasa Arab, penggunaan bahasa Arab
diperlukan terutama untuk mengkaji naskahnaskah pengaruh Islam, khususnya yang berisi
ajaran tasawuf atau suluk.
 Pengetahuan Bahasa-Bahasa Daerah
Nusantara, di samping bahasa-bahasa
asing yang besar pengaruhnya seperti
yang disebut di atas, maka untuk
penggarapan naskah-naskah
nusantara dibutuhkan pengetahuan
tentang bahasa daerah yang erat
kaitanya dengan bahasa naskah
 Ilmu sastra diperlukan bila menangani teks yang berisi cerita
rekaan (fiksi). Sebagai contoh, antara lain teks-teks Melayu
yang tergolong cerita pelipur lara, cerita jenaka, cerita wayang,
cerita panji, dan cerita pahlawan Islam.
 Sebuah karya sastra mempunyai unsur, antara lain, alur, latar,
perwatakan, pusat pengisahan, dan gaya, yang kesemuannya
terjalin menjadi satu struktur atau satu kesatuan organis.
Pembahasan mengenai unsur-unsur ini termasuk pendekatan
intrinsik, yaitu suatu pendekatan yang berusaha menafsirkan,
menganalisis karya sastra dengan tehnik dan metode yang
diarahkan kepada dan berasal dari karya itu sendiri.
LANJUTAN
 Pendekatan struktural yang dilakukan
Sulastin Sutrisno terhadap naskah Hikayat
Hang Tuah, pada 1979.
 pendekatan reseptif yaitu suatu pendekatan
yang menitikberatkan kepada tanggapan
pembaca, tanggapn sekelompok masyarakat
bukan perorangan. Pendekatan seperti ini
diharapkan dapat diterapkan terhadap
naskah-naskah asal Nusantara, mengingat
adanya tradisi penyalinan naskah yang
tampak berbeda-beda, dan menghasilkan
beberapa varian untuk teks yang sama.
 Konteks sosial pengarang, profesinya,
karangannya yang lain, sambutan
masyarakat terhadap karyanya, masyarakat
mana yang dituju dalam karangannya itu;
 Sastra sebagai cermin masyarakat; dan
 Fungsi sastra dalam masyarakat. Pendekatan
ini lebih bersifat ekstrinsik sehingga sangat
sesuai bila digunakan dalam penelaahan teksteks lama.
 Apabila kita berkesempatan untuk
mempelajari katalogus-katalogus naskah,
maka akan terlihat betapa pengaruh yang
ditinggalkan oleh agama- agama Hindu,
Budha, dan terakhir Islam.
 Dalam naskah Jawa Kuno misalnya, akan
tampak jelas pengaruh agama Hindu dan
Budha. Terdapat sejumlah besar naskah
Jawa berisi ajaran agama, seperti,
Brahmananda Purana dan Agastyaparwa
untuk agama Budha, Sang Hyang
Kamahayanikam dan Kunjarakama untuk
agama Budha.
.
LANJUTAN
 Dalam naskah / Melayu baru tampak
pengaruh agama Islam. Dapat
disimpulkan antara lain; penulisan syair
Hamzah Fansuri, tulisan tokoh mistisisme
terkenal Abdus-Samad aI-CaIimbani,
Syamsuddin as-Sumatrani, Nuruddin arRaniri, dan AbdurRauf Singkel. Naskah
Islam baru dapat dipahami oleh pembaca
yang memiliki pengetahuan sejarah Islam
yang luas dan ajaran Islam yang
 Ahli filologi dapat memanfaatkan hasil
kajian antropologi sebagai suatu ilmu
yang berobyek penelitian manusia. Hal
ini disebabkan oleh penggarapan naskah
tersebut yang tidak dapat dilepaskan dan
konteks budaya masyarakat yang
melahirkannya
 Folklor sebagai bagian dan ilmu antropologi,
Unsur budaya yang dirangkumnya secara garis
besar dapat digolongkan menjadi dua yaitu
golongan unsur budaya yang materinya berifat
lisan dan golongan unsur budaya yang bersifat
upacara-upacara. Termasuk golongan pertama,
antara lain; mitologi, legenda, cerita asal-usul
(penciptaan dunia, nama terrpat, binatang,
tanaman dsb.), cerita pelipur lara, dongeng,
mantra, tahyul, teka teki, peribahasa, dan drama
tradisional Termasuk kelompok kedua, antara lain;
upacara-upacara yang mengiringi kelahiran,
perkawinan, dan kematian.
 Peristiwa kelahiran sastra lama atau tradisionil berbeda
dengan kelahiran suatu cipta karya sastra modern.
Dalam dunia tradisional hubungan antara sastra dan
masyarakat tempat sastra tersebut lahir sangan erat.
Sastra beredar dalam masyarakat dan menjadi miliknya
selama beberapa waktu sebelum dicatat. Sehingga
jelas batas antara sastra lisan dan tulisan sangat
samar. Jika pada suatu saat ada seorang penulis
mencatatnya, membukukannya atau mengolahnya
dalam bentuk yang tradisional, maka ia tidak
merasakan dininya sebagai penciptanya, sehingga ia
takkan menyebut dirinya sebagai penciptanya.
SELAMAT BELAJAR
Download