Modul Psikologi Konseling

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi
Konseling
Konseling non direktif
Fakultas
Program Studi
PSIKOLOGI
S1 Psikologi
Tatap Muka
11
Kode MK
Disusun Oleh
Putri R. Wulandari
Abstract
Kompetensi
Berisikan hal-hal yang berkaitan
dengan teknik konseling non direktif
seperti latar belakang, tujuan dan
teknik yang digunakan
Mahasiswa mengetahui dan memahami
hal-hal yang berkaitan dengan teknik
konseling non direktif seperti latar
belakang, tujuan dan teknik yang
digunakan
Pendahuluan
Konseling non-directive dikembangkan oleh Carl R. Rogers, guru besar dalam Psikologi
dan Psikiatri Universitas Wisconsin, dan dipandang sebagai Bapak Konseling Non-Directive
(client-centered counseling).Terapi bertujuan untuk membina kepribadian klien secara
integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah
sendiri.Kepribadian yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya
sesuai antara gambaran diri yang ideal (ideal-self) dengan kenyataan diri sebenarnya (actualself).Kepribadian yang berdiri sendiri atas dasar tanggung jawab dan kemampuan. Tidak
bergantung pada orang lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus memahami
dirinya (kekuatan dan kelemahan diri) dan kemudian keadaan diri tersebut harus ia terima.
Berkaitan dengan client-centered counseling dari Carl R. Rogers menyatakan bahwa
konseling yang berpusat pada klien haruslah dilandasi pada pemahaman klien tentang dirinya.
Dengan kata lain pendekatan. Rogers mentitikberatkan kepada kemampuan klien untuk
menentukan sendiri masalah-masalah yang terpenting bagi dirinya dan memecahkan sendiri
masalahnya. Campur tangan konselor sedikit sekali. Klien akan mampu menghadapi sifatsifat dirinya yang tidak dapat diterima lingkungannya tanpa ada perasaan terancam dan
cemas, sehingga ia menuju kearah menerima dirinya dan nilai-nilai yang selama ini dimiliki
dan dianutnya, serta mampu mengubah aspek-aspek dirinya sebagai sesuatu yang dirasakan
perlu diubah.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konsep diri (self-concept or self-structure)
merupakan gambaran seseorang tentang dirinya sendiri.Gambaran yang lengkap tentang
dirinya meliputi berbagai kemampuan, kelemahan, sifat-sifatnya, dan bagaimana hubungan
dirinya dengan lingkungannya.Jadi, konsep diri adalah bagaimana inividu menyadari dirinya
sendiri, dan mengenal dirinya sendiri.
Definisi
Konseling non-directive sering pula disebut “client-centered counseling”, yang
memberikan suatu gambaran bahwa proses konseling yang menjadi pusatnya adalah klien,
dan bukan konselor. Karena itu, dalam proses konseling ini kegiatan sebagian besar
diletakkan di pundak klien itu sendiri. Klien mendorong konselor untuk mencari serta
menemukan cara yang terbaik dalam pemecahan masalahnya.
2015
2
Konseling
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pandangan mengenai manusia
Dasar Filosofi Rogers Mengenai Manusia
Dasar filosofi Rogers mengenai manusia berorientasi kepada filosofi humanistic, lebih
melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia/individu. Maksudnya ialah:
i.
Inti sifat manusia adalah positif, sosial, utuh, dan realistic.
ii.
Manusia pada dasarnya adalah kooperatif, konstruktif, dan dapat dipercaya.
iii.
Manusia mempunyai tendensi dan usaha dasar untuk mengaktualisasi pribadi,
berprestasi dan mempertahankan diri.
iv.
Manusia mempunyai kemampuan dasar untuk memilih tujuan yang benar, dan
membuat pemilihan yang benar, apabila ia diberi situasi yang bebas dari
ancaman.
Pokok pemikiran Rogers
Ada tiga pokok pemikiran dari teori mengenai kepribadian yang dikemukakan oleh Rogers
yang mendasari teknik konselingnya, yaitu:
1. Organisme
Organisme adalah totalitas individu yang mencakup tiga hal, yaitu:
(a) Makhluk hidup. Organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi
fisik dan psikologisnya dan merupakan tempat semua pengalaman,
potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi
seseorang tentang kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia eksternal.
(b) Realitas Subyektif. Organisme menganggap dunia seperti yang dialami
dan diamatinya. Realita adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan
dapat membentuk tingkah laku.
(c) Holism. Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan
dalam satu bagian akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap
perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yaitu tujuan
mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2. Medan Phenomenal
Medan phenomenal adalah keseluruhan pengalaman yang pernah dialami, baik
yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang tidak
2015
3
Konseling
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
disadari.Medan fenomena ini merupakan seluruh pengalaman Pribadi
seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
3. Self
Ini merupakan bagian yang terpisah dari medan phenomenal, yang merupakan
konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya adalah:
(a) Terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai
orang tertentu
(b) Bersifat integral dan konsisten
(c) Menganggap pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self
sebagai ancaman
(d) Dapat merubah karena kematangan dan belajar
Dari pengalaman-pengalaman, seseorang akan dapat membentuk pola
pengamatan dan penilaian terhadap diri sendiri secara sadar baik orang
tersebut sebagai objek. Self ini juga dinamakan juga self-concept (konsep
diri).
Menurut Rogers, ada 19 rumusan hakikat pribadi (self):
1. Organisme berada dalam dunia pengalaman yang terus menerus berubah
(phenomenal field)
2. Organisme menanggapi dunia sesuai dengan persepsinya
3. Organisme mempunyai kecenderungan pokok yaitu keinginan untuk
mengaktualisasikan-memelihara-meningkatkan diri (self actualizationmaintain-enhance)
4. Organisme mereaksi medan fenomena secara total (gestalt) & berarah-tujuan
(goal directed)
5. Tingkah laku merupakan usaha yang berarah tujuan untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan
6. Emosi akan menyertai tingkah laku dan seberapa penting tingkah laku itu
dalam aktualisasi-memelihara-mengembangkan diri
7. Memakai kerangka pandangan orang (internal frame of reference) sebagai
jalan terbaik untuk memahami tingkah laku seseorang
8. Self adalah kesadaran akan keberadaan dan fungsi diri yang diperoleh melalui
pengalaman dimana diri (I) atau (Me) terlibat didalamnya
9. Struktur self adalah suatu pola pengamatan yang bersifat utuh, teratur, mudah
bergerak (Fluid) dan konsisten
10. Apabila terjadi konflik-konflik antara nilai-nilai yang sudah dimiliki dengan
nilai-nilai baru yang akan di introjeksi, maka organisme akan meredakan
konflik dengan merevisi gambaran dirinya, mengaburkan (distortion) nilainilai yang ada dalam dirinya, atau mendistorsi nilai-nilai baru yang akan
diasimilasi
2015
4
Konseling
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
11. Pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang
akan diproses,
disimbulkan (symbolized), dikaburkan ( distorted), dilingkari atau diabaikan
(denied atau ignore)
12. Umumnya tingkah laku konsisten dengan konsep self
13. Tingkah laku yang didorong oleh kebutuhan organis yang tidak di
lambangkan, bisa tidak konsisten dengan self
14. Psychological maladjustment terjadi apabila organisme menolak menyadari
pengalaman sensorik yang tidak dapat disimpulkan dan disusun dalam
kesatuan struktur selfnya
15. Psychological
adjustment
terjadi
apabila
organisme
dapat
menampung/mengatur semua pengalaman sensorik dalam hubungan yg
harmonis dalam konsep diri
16. Setiap pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self akan diamati sebagai
ancaman (threat)
17. Dalam kondisi bebas dari ancaman, struktur self dapat diamati dan diuji
18. Apabila organisme mengamati dan menerima semua pengalaman, maka dia
akan lebih mengerti dan menerima orang lain sbg individu yang berbeda
19. Semakin banyak individu mengamati dan menerima pengalaman sensorik
kedalam struktur selfnya, kemungkinan introjeksi / revisi nilai-nilai akan
semakin besar
Penerimaan Positif (Positive Regard)
Konsep self mencakup gambaran siapa dirinya, siapa seharusnya dirinya, dan
siapa kemungkinan dirinya. Kesadaran memiliki konsep diri kemudian
mengembangkan penerimaan positif (positive regard): kebutuhan diri agar
diterima dengan baik, dicintai dan diakui lingkungan
Rogers membagi positive regards menjadi dua bagian yaitu:
-Unconditional positive regards; merupakan bentuk penerimaan diriapa
adanya dari orang lain
-Conditional positive regards;bentuk penerimaan diri dari orang lain karena
sesuai dengan pengharapan orang lain
Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistency dan Congruence)
Menurut Rogers, organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi dari
persepsi
diri,
dan
kongruen
antara
persepsi
self
dengan
pengalaman.Organisme tidak berusaha mencari kepuasan dan menghidari
sakit, tetapi berusaha memelihara struktur self yang dimilikinya. Apabila ada
diskrepansi antara struktur self dengan pengalaman actual, orang akan merasa
inkongruen.
Contohnya: Orang yang memandang dirinya cerdas mengalami kejadian diri
kelihatan bodoh, maka akibat dari diskrepansi dan inkongruen adalah sbb:
1. Individu menyadari dan mengizinkan pengalaman itu masuk
kekesadaran. Keadaan tak-salingsuai tsb akan menimbulkan
ketegangan dan kebingungan
2015
5
Konseling
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Bagi individu yang tidak menyadari keadaan inkongruennya, dia
mengalami anxiety akibat inkongruen itu
3. Apabila individu tidak mengizinkan pengalaman masuk ke kesadaran,
individu juga mengalami kecemasan masuknya dikrepansi ke
kesadaran
4. Individu berusaha mempertahankan konsep self-nya dengan
pertahanan, mengaburkan makna asli suatu pengalaman atau
mengingkari pengalaman yang pernah masuk kesadaran
Aktualisasi Diri (Self Actualization)
Kekuatan pemotivasi terbesar dalam kepribadian adalah dorongan untuk
mengaktualisasikan diri (Rogers, 1961).Aktualisasi diri adalah tingkat
kesehatan psikologis yang tertinggi.
Bagi Rogers, orang yang sehat atau berfungsi penuh secara psikologis
memiliki beberapa kualitas, sebagai berikut:
o Terbuka pada, dan apresiasi yang segar terhadap semua pengalaman
o Tendensi untuk hidup secara penuh setiap saat
o Kemampuan untuk lebih dituntun oleh instink mereka daripada nalar
atau pendapat orang lain
o Rasa kebebasan dalam berpikir dan bertindak
o Tingkat kreatifias yang tinggi
o Kebutuhan yang kontinu untuk memaksimalkan potensi mereka
Perkembangan Kepribadian
A. Pribadi yang berfungsi utuh (Fully Functioning Person)
Berfungsi utuh adalah istilah yang dipakai Rogers untuk menggambarkan individu
yang memakai kapasitas dan bakatnya, merealisaskan potensinya, dan bergerak
menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang
pengalamannya.
Dengan ciri-ciri sbb:
1. Openess to experience – terbuka dengan pengalaman baru
Mampu mendengar dirinya sendiri, merasakan secara mendalam
pengalaman visceral, sensori, emosional dan kognitif dalam dirinya tanpa
merasa terancam. Contohnya: jika mendengar orang yang membual dapat
menimbulkan rasa muak, namun bagi orang yang “openness to
experience” tidak diikuti dengan perbuatan yang melampiaskan rasa muak
itu karena rasa muak tidak mengancam dirinya dan dapat mengalikhakn
perhatiannya kepada hal lain tanpa merusak hubungan interpersonal.
Berbeda terbalik dengan orang yang defensive, yang merasa terancam
dengan perasaan muak itu dan memunculkan tingkah laku untuk
menghilangkannya
2. Existential living-hidup menjadi
2015
6
Konseling
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Setiap pengalaman dipandang baru dan unik, semua pengalaman itu akan
mengembangkan self dan kepribadian. Orang menjadi fleksibel, adaptable,
toleran dan spontan
3. Organismic trusting-keyakinan organismic
Memiliki kemampuan untuk memakai perasaanya yang tedalam sebagai
sumber utama membuat keputusan, mengerjakan apa yang “dirasanya
benar” sebagai bukti kompetensi dan keyakinannya untuk mengarahkan
tingkah laku yang memuaskan
4. Experiental freedom-pengalaman kebebasan
Bebas memilih, apa yang terjadi pada organisme itu tergantung pada
dirinya sendiri karena merasa memiliki kemampuan untuk mengerjakan
apa yang ingin dikerjakan
5. Creativity-kreativitas
Merupakan kemasan psikologik yang optimal.Orang dengan good life
berkemungkinan besar memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.
Orang yang kreatif cenderung hidup konstruktif dan adaptif dalam
kulturnya sekaligus memuaskan kebutuhannya yang terdalam
Sasaran Konseling
Hambatan pada kesehatan psikologis
Tidak semua manusia dapat menjadi manusia yang sehat secara psikologis. Malah
kebanyakan manusia mengalami penghargaan bersyarat, inkongruensi, sikap defensive dan
disorganisasi
1. Penghargaan bersyarat (conditions of worth)
Penghargaan positif yang diterima karena memenuhi ekspektasi dan persetujuan dari orang
lain
2. Ketidaksesuaian (incongruence)
Ketidaksesuaian antara diri kita dan pengalaman dapat berakibat pada perilaku yang tidak
konsisten dan berbeda
Kerentanan; semakin besar inkonguensi antara diri yang dirasakan (konsep diri) dan
pengalaman organismic, maka akan semakin rentan
Kecemasan dan ancaman dirasakan saat kita mulai mendapatkan kesadaran atas
inkongruensi tsb
Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai “kondisi yang tidak menyenangkan atau
tekanan dari sumber yang tidak diketahui”
3. Sikap Defensif (Defensiveness)
Adalah perlindungan atas konsep diri dari kecemasan dan ancaman, dengan penyangkalan
atau distorsi dari pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri (Rogers, 1959)
4. Disorganisasi
2015
7
Konseling
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Merupakan perilaku yang tidak terorganisasi saat pertahanan seseorang tidak bekerja
dengan benar/ketidakmampuan menyesuaikan diri dalam aspek psikologis
(maladjustment)
Teori Rogers inilah yang menjadi dasar pengembangan konseling non direktif dan usahausaha lain yang bertujuan membantu individu untuk mengembangkan apa yang telah ada
pada dirinya
Tujuan Konseling
Tujuan dasar konseling non-direktif:
1. Membebaskan klien dari berbagai konflik psikologis
2. Menumbuhkan kepercayaan diri untuk mengambil keputusan tanpa merugikan orang
lain
3. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mempercayai orang lain dan menerima
orang lain yang bermanfaat bagi dirinya
4. Menumbuhkan kesadaran diri klien sbg bagian dari lingkup sosial budaya
5. Menumbuhkan keyakinan bahwa dirinya mengalami proses bertumbuh dan
berkembang (process of becoming)
Rogers dalam Cottone (1992), menyatakan bahwa tujuan konseling adalah membantu konseli
agar menjadi manusia yang berfungsi seutuhnya (fully functioning person)
Ciri-ciri
Adapun ciri-ciri pendekatan konseling non-directive:
1. Klien berperan aktif untuk mengungkapkan dan mencari pemecahan masalah,
konselor hanya sebagai fasilitator
2. Keputusan akhir ada ditangan klien, konselor mengarahkan agar klien mampu
mengambil keputusan sendiri
3. Pentingnya hubungan yang bersifat permisif, intim sbg dasar membentuk kepercayaan
antara klien dan konselor
4. Konselor harus menerima klien apa adanya
5. Proses konseling tidak bisa ditentukan oleh konselor. Semakin cepat klien
mengungkapkan masalahnya semakin cepat pula konselor dapat mengarahkan klien
dalam menyeleseaikan masalahnya
6. Empati. Dengan empati, konselor dapat mengerti dan merasakan perasaan klien
seutuhnya
2015
8
Konseling
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penggunaan konseling non Direktif
Dasar pertimbangan penggunaan konseling non-directive:
1. Sifat Klien
Diharapkan konselor mampu memahami sifat-sifat kliennya secara baik
2. Sifat Konselor
Yang harus dimiliki adalah
-kemampuan dan kesediaan untuk menjadi pendengar yang baik
-kemampuan menciptakan hubungan keakraban, untuk membangun kepercayaan
-kesediaan konselor untuk meluangkan waktu yang cukup banyak
Fungsi konselor non-direktif:
a) Menciptakan hubungan yang permisif, penuh pengertian, dan penerimaan
b) Mendorong pertumbuhan pribadi, terutama perubahan sikap
c) Mendorong kemampuan memecahkan masalah
Hubungan Terapis dengan Klien
Menurut pernyataan Rogers (1961), Jika saya bisa menyajikan suatu tipe hubungan, maka
orang lain akan menemukan dalam dirinya sendiri kesanggupan menggunakan hubungan itu
untuk pertumbuhan dan perubahan, sehingga perkembangan pribadi pun akan terjadi.
Menurut Rogers, agar proses terapeutik dapat berlangsung, ada 3 kondisi yang harus ada
dalam bentuk yang memenuhi syarat:
1. Klien yang mengalami kecemasan atau kerentanan memiliki motivasi mendatangi
terapis untuk mencari bantuan
2. Terapis dapat menunjukkan kepada klien bahwa konsep dirinya kongruen, menerima
positif klien tanpa syarat, dan bersikap empatik
3. Kontak antara klien dengan terapis dalam suasanan kongruen, penerimaan positif
tanpa syarat, dan empatis itu berlangsung dalam waktu yang panjang
Jika proses teraputik dapat berlangsung, salah satu hasil yang paling mendasar adalah klien
yang kongruen, kurang defensive, realistis dan lebih terbuka terhadap pengalaman serta orang
lain.
2015
9
Konseling
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Redaksi Rafika
Aditama
2015
10
Konseling
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download