disini - Visitasi Program Studi Manajemen FEB UNDARIS

advertisement
PERANAN KPPSB (KADER PENGERAK PEMBANGUNAN SATU BANGSA) BAGI
PEMBANGUNAN DESA TERTINGGAL STUDI KASUS KABUPATEN
BANJARNEGARA
KPPSB menjadi unsur strstegis dalam kelompok-kelompok masyarakat warga setempat yang
selalu peka terhadap perubahan khususnya yang terkait dengan ketidakberdayaan,
kemiskinan, keterbelakangan dan merumuskannya dalam bentuk kebijakan – kebijakan untuk
dapat dilaksanakan. KPPSB juga menjadi sumber energy dan inspirasi untuk membangun
prakarsa dan kemandirian warga, yang secara damai berupaya memenuhi kepentingan
bersama seluruh warga,memecahkan persoalan bersama dan atau menyatakan kepedulian
bersama,terutama dikaitkan dengan ketidakberdayaan, dengan tetap menghargai hak-hak lain
untuk berbuat yang sama dan tetap mempertahankan kemerdekaannya (otonomi) terhadap
dominasi dan pengaruh
A. PENDAHULUAN
Upaya pembangunan pada berbagai sector yang dilakukan pemerintah saat telah
berhasil membawa kemajuan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat.Namun catatan
keberhasilan tersebut masih menyisakan beberapa permasalahan mendasar, yaitu masalahmasalah kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan. Ketimpangan dapat terjadi baik antara
satu sector dengan sector yang lainnya,wilayah satu dengan yang lainnya, maupun antar pelaku
ekonomi.Ketimpangan antar wilayah kemudian melahirkan terminology daerah tertinggal,
yakni daerah yang relative kurang menunjukan perkembangan dibandingkan dengan daerah
lain.
Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk mengubah suatu
daerah yang dihuni oleh suatu komunitas dengan berbagai permasalahan sosil, ekonomi dan
keterbatasan infrastruktur,menjadi daerah yang maju dengan komunitas yang kwalitas
hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia
lainnya.Pembangunan daerah teringgal tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga aspek
sosial, budaya dan keamanan (bahkan menyangkut hubungam antar daerah tertinggal dengan
daerah maju). Disamping itu kesejahteraan kelompok masyarakat yang hidup didaerah
tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan yang besar dari pemerintah.
1
Permasalahan mendasar yang dihadapi di daerah tertinggal secara umum dapat
dikelompokan kedalam beberapa aspek yaitu :
a. Aspek pengembangan ekonomi lokal
b. Aspek pengembangan sumber daya manusia
c. Aspek kelembagaan
d. Aspek sarana dan prasarana
e. Aspek karakteristik daerah
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai
masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realota atau natural setting yang
holistik,komplek dan rinci. Lokasi penelitian dilakukan di 10 desa Kabupaten Banjarnegara
yang menerima kader penggerak pembangunan satu bangsa (KPPSB) fasilitator desa dari
kabupaten..Sample diambil sebayak 50 orang yang terdiri dari pengurus di tiap desa dan tokoh
masyarakat.
Teknik pengumpulan data yaitu :
1. Review atas pelaporan yang berkaitan dengan penggalian, pengelolaan dan program kerja
dari trnaga fasilitator desa yang disesuaikan dengan rencana kerja desa berkaitan dengan
penyaluran dana simultan di desa- desa.
2. Publik Consultasi,Metode ini sebagai upaya menjembatani penyelesaian permasalahan atas
penggalian,pengelolaan dan rencana kerja berkaitan dengan pemanfaatan dana simultan
didesa – desa.
3. In-depth interview (wawancara Mendalam)]
4. Pengamatan terlibat
2
5. Diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discusion) yang dilakukan 2 minggu sekali yang
melibatkan pejabat Bapeda Kabupaten Banjarnegara
6. Questioner untuk merumuskan kemauaan dan peran aktig masyarakat dalam pembentukan
model penggalian,pengelolaan dan penyaluran dana.
Teknik analisa data dilakukan secara kualitatif yang meliputi identifikasi data, klasifikasi data,
interprestasi data dan generalisasi data (simpulan)
C. HASIL PENELITIAN
1. Pembentukan KPPSB
Melalui Peraturan Presiden No :7 tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka
menengah yang ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri Negara Pembangunan Daerah
tertinggal No: 001/KEP/M-PDT/II/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah
tertinggal yang kemudian dilakukan perubahan dengan Peraturan Menteri negara
Pembangunan Daerah tertinggal No : 07/PER.M-PDT/III/2007, pemerintah secara
sungguh-sungguh bertekad untuk membangun daerah tertinggal untuk mengejar kesetaraan
dengan daerah maju.
3
Strategi nasional percepatan pembangunan daerah tertinggal menetapkan misi
percepatan pembangunan daerah tertinggal,sebagai berikut :
 meningkatkan sarana dan prasarana
 mengembangkan potensi daerah dengan melibatkan dunia usaha
 memberdayakan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja
 meningkatkan akses modal dan peningkatan ketrampilan
 meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan dasar
Prinsip dasar percepatan pembanguanan daerah tertinggal adalah desentralistik,
berorientasi pada masyarakat, terpadu dan integrated, keberlanjutan, partisipasi dan
inovasi.
2. Strukstur organisasi dan tugas KPPSB
4
Aspek Substansi Program
Kelembagaan
Kelembagaan
Kelembagaan
Aspek Good Governance
KPP - SB
Penyebarluasan Informasi (PI)
Penanganan Pengaduan (PP)
Kelembagaan
Kesinambungan Program (KP)
Kelembagaan
Pembentukan kader penggerak pembangunan satu bangsa (KPPSB) menjadi motor penggerak
pembangunan desa secara mandiri dan berkelanjutan.Struktur KPPSB terdiri atas : 1.penasehat,
2. Ketua, 3. Sekretaris, 4. Bendahara,5. seksi ekonomi, 6. seksi sosial, 7. seksi infrs struktur
dan juga dilengkapi dengan anggota yang bersifat swadaya.Angota yang bersifat swadana biasa
terdiri dari taokoh masyarakat dan anggota masyarakat yang perduli terhadap perkembangan
pembangunan masayarakat.
KPPSB adalah relawan darai warga desa setempat yang memiliki keperdulian serta komitmen
yang besar terhadap permasalahan ketidakberdayaan warga dan kondisi pembanguanan di
desanya yang masih tertinggal dibandingkan desa lainnya. Anggota KPPSB merupakan agen
pembahuran dan perubahan local dalam rangka pemberdayaan masyarakat setempat.
Tugas kader penggerak satu bangsa adalah sebagai berikut :
 Melakukan sosialisasi dan publikasi program kepada organisasi masyarakat atau
kelompok masyarakat
5
 Melakukan pendataan dan pemetaan masalah-masalah pembangunan desa, menyangkut
bidang ekonomi,bidang sosial dan bidang infrastruktur secara partisipasif sebagai
bahan penyusunan perencanaan pembangunan desa baik jangka pendek,menengah dan
panjang
 menerima dan menindak lanjuti pengaduan masyarakat tentang program pembangunan
di desa
 melakukan upaya pemeliharaan dan pengembangan aset program /instrumen yang telah
dilaksanakan di desa
 menyelenggarakan administrasi keungan dan membuat laporan kegiatan
3. Maksud dan tujuan
Pembentukan KPPSB dimaksudkan untuk menjadi motor penggerak pembanguan desa
secara mandiri dan berkelanjutan. Sedangkan tujuan pembentukan KPPSB adalah ;
 Melakukan kontrol sosial dan pengendalian terhadap proses dan kegiatan pembanguan
di desa
 membangkitkan dan mampu menjadi mediasi aspiradi dan partisipasi masyarakat
 Menjadi pusat informasi dan komunikasi bagi warga masyarakat desa
 memberikan advokasi dalam mengintegrasikan kebutuhan serta program masyarakat
dengan kebijakan maupun program pemerintah
 mengembangkan potensi lokal dan mengoptimalkan sumber daya lokal yang ada atau
dengan menjalin pengembangan kerjasama dengan pihak-pihak lain.
4. KPPSB sebagai Kelembagaan Masyarakat
6
Sebagai kelembagaan masyarakat yang dibentuk dari dan oleh masyarakat,sebagai wadah
pranserta dan artikulasi kepentingan masyarakat dalam upaya percepatan pembangunan desa
mereka.
4.1.
Kebutuhan pemulihan peran Masyarakat warga
Dalam
rangka
mengatasi
ketidakberdayaan
dan
membangun
kemampuan
masyarakat,telah banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk memulihkan
kembali kedudukan dan peran masyarakat dalam tatanan berbangsa dan bernegara serta
menciptakan tata pemerintahan yang baik (good governace). Upaya-upaya tersebut
diwujudkan dalam bentuk membangun masyarakat warga/sipil (civil society),sebagai jawaban
atas lemahnya atau ketidak berdayaan posisi masyarakt dengan lunturnya solidaritas dan
kesatuan, serta hilangnya kedaulatan rakyat secara nyata dalam pembangunan bangsa dan
Negara.
Masyarakat sipil atau civil sociery,bukan hanya sekedar entitas sosialyang berdiri dari
sekumpulan individu yang memiliki kontrak social yang bersikap komunal,dan juga bukan
terdiri dari manusia yang diikat oleh sejumlah kepentingan (interest)individu dan kelompok
yang sengaja bersepakat dengan segala antribut intrinsiknya.Sehingga masyarakat sipil dituntut
agar memiliki penghormatan terhadap kebebasan,kesetaraan serta nilai-nilai lain yang terkait
seperti otonomi dan kesukarelaan.Ciri-ciri tersebut harus terwujud dalam gerak setiap
komponen yang ada didalamnya maupun dalam relasi suatu masyarakat sipil dengan
kelembagaan/organisasi masyarakat sipil lainnya dan bahkan hubungan dengan masyarakat.
4.2.
Membangun kelembagaan masyarakat sipil
Hal yang paling mendasar dalam kontek membangun masyarakat sipil adalah adanya
kelompok-kelompok social yang secara sengaja mengorganisasikan diri dalam sekumpulan
lembaga,organisasi atau asosiasi baik yang bersifat ssektoral maupun non sektoral,dengan
7
kemampuan membangun kelembagaan secara mandiri. Sedangkan kelompok social itu sendiri
dapat ditandai melalui dua aktivitas.
Aktivitas pertama adalah adanya intensita partisipasi dalam memecahkan masalah antar
warga Negara.Artinya sesame warga Negara memiliki kepedulian dan tindakan konkret
menyelesaikan masalah-masalah sosial kemasyarakatan disekitar mereka,dengan melakukan
aksi dan kegiatan kolektif (collective action). Hal ini dimungkinkan bila masing-masing warga
mau membuka diri untuk terlibat dalam berkomunikasi dan bergaul dengan warga yang lain.
Semakin intensif pergaulan antar warga terjadi,maka peluang terjadinya kegiatan
kolektif secara positif dapat terbuka lebih lebar.Keterlibatan warga Negara dalam komunitaskomunitas kemasyarakatan atau kelompok sosial jelas akan mempertebal jaringan sosial antar
warga. Dalam selanjutnya pada waktu yang akan dating jaringan sosial tersebut akan membuka
kemungkinan – kemungkinan yang besar bagi pemecahan masalah-masalah public.
Tetapi bila jaringan sosial menipis, yang ditandai dengan sikap mementingkan diri
sendiri yang menguat dan enggan melibatkan diri dalam komunitas,akan melahirkan fenomena
keterasingan dan kesendirian (bowling alone) dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan anti
terhadap aksi-aksi kebersamaan.
Aktivitas kedua adalah kelompok sosial tertentu oleh intensitas dalam membentuk
lembahga /organisasi social masyarakat.Aktivitas sosial yang kedua ini jelas sangat
membutuhkan ketrampilan atau skill,adanya aspek kepemimpinan (leadership),memiliki
pengetahuan dasar tentang keorganisasaian serta mempunyai persyaratan-persyaratan atau
elemen pokok dalam membangun kelembagaan dan lainnya. Seberapa jauh intensitas suatu
warga membangun kelompok atau kelembagaan masyarakat,umumnya sangat ditentukan oleh
seberapa kuat jaringan sosial ternentuk dan seberapa besar keterlibatan komunitas untuk
membicarakan masalah-masalah public,terjalin diantara sesame warga.
4.3.
Refleksi kelembagaan Masyarakat sipil
8
KPPSB merupakan cerminan dari kelembagaan masyarakat untuk membanguan
masyarakat sipil seperti ciri-ciri dan karakter yang diharapkan. KPPSB bertanggung jawab
menjamin keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang
kondusif untuk pengembangan keswadayaan masyarakat dalam upaya penghapusan
ketidakberdayaan dan kemiskinana khususnya serta pembangunan masyarakat kelurahan pada
umumnya.Oleh karena itu KPPSB sebagai bagian integral dri upaya pengorganisasian
masyarakat warga setempat, juga hrs memiliki cirri-ciri yang sama dan posisi yang sama seperti
layaknya masyarakat sipil /warga yaitu : diluar institusi pemerintah, diluar institusi agama,
diluar institudi pekerjaan atau usaha dan diluar institusi keluarga.
Sebagai kelembagaan masyarakat sipil/warga, KPPSB menjadi unsur strstegis dalam
kelompok-kelompok masyarakat warga setempat yang selalu peka terhadap perubahan
khususnya yang
terkait dengan ketidakberdayaan, kemiskinan,
keterbelakangan dan
merumuskannya dalam bentuk kebijakan – kebijakan untuk dapat dilaksanakan . KPPSB juga
menjadi sumber energy dan inspirasi untuk membangun prakarsa dan kemandirian warga, yang
secara damai berupaya memenuhi kepentingan bersama seluruh warga,memecahkan persoalan
bersama
dan
atau
menyatakan
kepedulian
bersama,terutama
dikaitkan
dengan
ketidakberdayaan, dengan tetap menghargai hak-hak lain untuk berbuat yang sama dan tetap
mempertahankan kemerdekaannya (otonomi) terhadap dominasi dan pengaruh.
Meskipun demikian persyaratan adanaya KPPSB tidak secara otomatis dimaksudkan
membentuk lembaga baru,tetapi dapat juga dengan memampukan kelembagaan masyarakat
yang sudah adasejauh kelembagaan tersebut :
a. Merupakan kelompok-kelompok warga yang terhimpun dalam suatu lemabaga/institusi
masyarakat warga setempat yang bersifat bertumpu pada anggota warga masyarakat,artinya
keputusan tertinggi ada ditangan warga masyarakat setempat sebagai anggota dan bukan
pada otoritas pengurus atau ketua pengurus.
9
b. Dapat diterima, berfungsi dan berakar dalam masyarakat serta telah berpengalaman dalam
menangani permasalahan-permasalahan sosial kemasyarakatan dan pemabnguan secara
luas diwilayah desa setempat.
5. PEMBAHASAN
Kedudukan serta hubungan KPPSB dengan perangkat desa dan organisasi masyarakat
formal lainnya ditingkat desa tidak bersifat structural formal,melainkan hubungan yang bersifat
fungsional, kemitraan, dan komplementer atau saling melengkapi serta mendukung satu sama
lainnya.
KPPSB sebagai kelembagaan masyarakat pada dasarnya merupakan wadah perjuangan
dan wadah aspirasi warga masyarakat desa, khususnya dalam kaitannya dengan penanganan
ketidakberdayaan dan kemiskinan. Sedangkan perangkat desa sebagai pelaksana kebijakan
public ditingkat local diharapkan dapat menempatkan perannya sebagai penedia (enable) dan
fasilltator untuk mendukung prakarsa masyarakat. Demikian hal nya dengan organisasi
masyarakat formal tingkat desa (yakni organisasi yang dibentuk atas dasar peraturan
pemerintah dan perundangan misalnya LPM,BPD dll) sebagai pengawas dan regulator atau
pembuat kebijakan public ditingkat local,diharpakan mampu berperan membuat dan
mengawasi kebijakan local,
Program pembangunan desa tertinggal difokuskan pada percepatan pembangunan yang harus
dilakukan secara sinergi dan terkoordinasi baik antar sektor maupin antar pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Permasalahan mendasar yang dihadapi daerah tertinggal secara umum
dapat dikelompokan kedalam beberapa aspek yaitu :
a. Permasalahan aspek pengembangan ekonomi lokal
1) Rendahnya kepemilikan, akses,penguasaan dan kemampuan pengelolaan sumberdaya
produktif untuk pengembangnan ekonomi lokal
10
2) Lambatnya bengembangan ekonomi lokal yang disebabkan oleh rendahnya dukungan
infrastruktur ekonomi,fasilitas dan insentif bagi pengembangan industri di daerah
tertinggal
3) Lambatnya pengembangan ekonomi lokal yang disebabkan oleh tidak adanya satu
kesatuan sistem pengembangan wilayah ekonomi,pertumbuhan ekonomi dan belum
terwujudnnya wilayah strategis dan cepat tumbuh
b. Permasalahan aspek pemberdayaan masyarakat
1) Tidak berdayanya masyarakat dari sisi ekonomi dan ketahanan keluarga yang
disebabkan oleh : rendahnya kapasitas dan kapabilitas masyarakat dalam mengelola
kegiatan ekonomi, rendahnya ketersediaan iptek
dan akses masyarakat terhadap
sumber daya alam,lapangan pekerjaan serta lemahnya kepastian kepemilikan dan
penguasaan tanah.
2) Rendahnya kualitas kegiatan ekonomi masyarakat di daerah tertinggal yang berakibat
pada buruknya kondisi dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup dan
sumber daya alam.
3) Tidak berdayaan masarakat yang disebabkan oleh rendahnya akses dan fasilitas
kesehatan dan pendidikan yang bermutu
4) Tidak berdayanya masyarakat yang disebabkan oleh rendahnya kualitas penangan fakir
miskis dan komunitas adat terpencil dan rendahnya kualitas serta partisipasi pemuda
dalam pembangunan.
c. Permasalahan pengurangan keterisolasian daerah tertinggal
1) Belum terhubungnya sistem jaringan jalan di masing-masing desa, rendahnya kondisi
pelayanan prasarana jalan akibat kerusakan jalan,belumterpadunya pembangunan
prasarana jalan denngan ssitem jaringan jalan,hal ini mengakibatkan lemahnya
11
keterkaitan kegiatan ekonomi secara sektoral dan spasial sehingga menyebabkan
banyaknya wilayah-wilayah yang masih dalam pembangunan.
2) Terbatasnya prasarana dan sarana, kualitas dan pemerataan pelayannan sosial dasar
seperti pendidikan dan kesehatan didaerah tertinggal
3) Masih terbatasnya prasarana dan sarana pertanian dan perikanan pada khususnya dan
pedesaan pada umumnya di daerah tertinggal
4) Kurangnya kemampuan penyediaan air,kurang optimalnya tingkat layanan jaringan
irigasi,meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumberdaya air,
baik air permukaan maupun air tanah di daerah tertinggal
d. Permasalahan aspek penanganan karakteristik khusus daearah
1) Masih adanya pertikaian dan konflik antar kelompok. Hal ini disebabkan belum adanya
keharmonisan antar golongan atau kelompok akibat munculnya ketegangan sosial yang
sering menimbulkan konflik internal dan antar umat beragama
2) Wilayah perbatasan dan terpencil kondisinya masih terbelakan karena sulitnya
menjangkau daearh tersebut
e. Permasalahan peningkatan kapasitas kelembagaan
Fokus penguatan kelembagaaan dalam masyarakat dilakukan dengan cara pelatihan
dan melakukan rembug warga
1. Proses pengaturan kelembagaan KPPSB
Terdapat 3 unsur penting dalam kelembagaan KPPSB yang mempengaruhi penyusunan
aturan-aturan main kelembagaan yaitu :
a. Masyarakat warga yang direpresentasikan sebagai KPPSB
b. Unit pengelola dan pelaksana kegiatan masyarakat yang dibentuk melalui rapat
pimpinan kolektif KPPSB,direpresentasikan sebagai UPL (Unit pengelola kegiatan
lingkungan),UPK (unit pengelola keuangan),dan unit pengelola kegiatan (UP)
12
lainnya dengan mengakomodasi yang telah dibentuk melalui instrument PDT
lainnya
c. Komunitas dalam desa yang direpresentasikan sebagai kelompok masyarakat
(OMS)
KPP – SB
(Masyarakat Warga)
Anggaran dasar UP
(Manajerial)
KPP –
SB
Unit
KPP –
SB
Unit
KPP –
SB
Unit
Anggaran Rumah Tangga
UP (Operasional)
Komunitas
(Kelompok – kelompok
Masyarakat)
Penjelasan dari bagan diatas adalah sebagai berikut :
1) Hubungan antara masyarakat warga dan komunitas, ditekankan pada kedudukan
KPPSB sebagai entitas pengambilan keputusan ditingkat local.Sehingga
penyelenggaraan hubungan antara KPPSB dan komunitas dikembangkan melalui
AD/ART KPPSB yang substansi pokoknya hanya memuat materi-materi yang
bersifat kebijakan –kebijakan hasil perumusan berdasarkan kebutuhana dan aspirasi
masyarakat.
13
2) Hubungan antara masyarakat warga atau KPPSB dan unit-unit pengelola maupun
pelaksana kegiatan ditekankan pada kedudukan UP sebagai pelaksana keputusankeputusan dan kebijakan dari masyarakat warga (KPPSB),yang diatur melalui
UP_UP dimana subtansi pokoknya memuat materi-materi yang bersifat managerial
untuk menegaskan hirarki uP_UP yang secara managemen berada dibawah
pengendalian dan pengawasan warga
3) Hubungan antara unit-unit pengelola/pelaksana kegiatan dan kelompok-kelompok
masyarakat ditekankan pada kedudukan up-up sebagai pengelola dan pelaksana
dalam memberikan pelayanan kepada komunitas,yang diatur melalui anggaran
rumag tangga UP-UP dengan subtansi pokok memuat materi-materi bersifat
operasional untuk mengatur penyelenggaraan pelayanan UP-UP kepada komunitas
yang bersifat teknis sesuai dengan persyaratan dan ketentuan-ketentuan dan
kesepakatan masyarakat
2. Legalitas KPPSB
Legalitas aturan KPPSB lebih ditujaukan kepada pengakuan keberadaan kelembagaan
tersebut dalam system dan norma yang berlaku dimasyarakat. Jadi tidak harus diarahkan
pada legal formal yang mendorong pada pengakuan terhadap aspek legal yang berlaku pada
system hokum positif dan perundang-undangan di Indonesia.
Sebagai lembaga masyarakat yang aturan-aturan mainnya dikembangkan sendiri oleh
masyarakat. Pada akhirnya KPPSB sebagai upaya pengorganisasian masyarakat warga
(civil society organizing) diharapkan benar-benar mampu memperjuangkan aspirasi dan
kebutuhan masyarakat, terutama yang tidak berdaya, agar mereka benar-benar terlibat aktif
dan intensif dalam proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri mereka.
Sehingga mereka memiliki akses yang memadahi ke berbagai sumberdaya kunci yang
14
dibutuhkan untuk menjalani kehidupan mareka secara layak,termasuk akses informasi dan
sumber daya.
DAFTAR PUSTAKA
Indriantoro Nur, Supomo Bambang, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis, Yogyakarta, BPFE.
Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2009, Modul Pelatihan Penguatan Kelembagaan
Masyarakat, Jakarta.
Machael P. Todaro, Stephen C Smith, 2002, Pembangunan Otonomi Edisi VIII, Erlangga,
Jakarta.
Gibson, Ivan Cevich, Donnelly, 1997, Organisasi, Proses dan Sistem, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Tulus,TH Tambunan, Drs, 2001, Perekonomian Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta
15
Download