Naskah Publikasi - Digital Repository

advertisement
HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN
KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
PERIODE 1 JANUARI 2011 – 30 NOVEMBER 2013
Naskah Publikasi
Disusun Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan
Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
SAVIRA DHANIA MUKTI
20100320171
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
i
Naskah Publikasi
Naskah Publikasi
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku pembimbing karya tulis ilmiah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta:
Nama
: Savira Dhania Mukti
No. Mahasiswa
: 20100320171
Judul
: Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di Rumah Sakit
Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Periode 1
Januari 2011 – 30 November 2013
Setuju/tidak setuju*) naskah ringkasan penelitian yang disusun oleh yang
bersangkutan dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan nama pembimbing
sebagai co-author.
Demikian harap maklum
Yogyakarta, Juli 2014
Pembimbing
Mahasiswa
dr. Supriyatiningsih, Sp.OG., M.Kes
Savira Dhania Mukti
*) Coret yang tidak perlu
iii
Hubungan antara Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013
Savira Dhania Mukti1 , Supriyatiningsih2, Sri Sumaryani3
Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2014
INTISARI
Latar Belakang: Frekuensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih
tergolong tinggi yaitu 37,1%. Anemia dapat berpengaruh buruk terutama saat
kehamilan, persalinan, dan nifas. Bahaya anemia selama kehamilan antara lain terjadi
abortus, gangguan tumbuh kembang pada janin, mola hidatidosa, dan lain-lain
termasuk kasus hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah kejadian
mual dan muntah yang mengakibatkan penurunan berat badan lebih dari 5%, asupan
cairan dan nutrisi abnormal, ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, ketonuria serta
memiliki konsekuensi yang merugikan janin. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian hiperemesis
gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul periode 1
Januari 2011 – 30 November 2013.
Metode: Jenis penelitian ini adalah rancangan survei case control dengan
menggunakan pendekatan retrospective. Sampel penelitian ini terdiri dari 94 kasus
dan 94 kontrol dengan menggunakan teknik purposive sampling yang diambil dari
data rekam medis responden. Data tersebut dianalisa dengan menggunakan uji Chi
Square dan Odd Ratio.
Hasil: Berdasarkan hasil uji Chi Square antara anemia dalam kehamilan
dengan kejadian hiperemesis gravidarum diperoleh nilai P = 0,824 (Pvalue > 0,05).
Nilai Odd Ratio adalah 0,906 yang berarti ibu yang menderita anemia hanya
berpeluang 0,906 kali untuk terjadi hiperemesis gravidarum.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara anemia dalam kehamilan
dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan
Senopati Bantul Periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013.
Kata Kunci: Gravidarum, Hiperemesis Gravidarum, Anemia, Anemia dalam
Kehamilan
1
Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Dosen Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3
Dosen Keperawatan Maternitas, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iv
The Relationship between Anemia in Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum
in Panembahan Senopati Bantul’s General Hospital
Period January 1, 2011 - November 30, 2013
Savira Dhania Mukti1 , Supriyatiningsih2, Sri Sumaryani3
Student Research Project, School of Nursing
Faculty of Medicine and Health Science, Muhammadiyah University of Yogyakarta
2014
ABSTRACT
Background: The frequency of anemia in pregnant women in Indonesia is
still relatively high at 37.1%. Anemia can be a bad influence, especially during
pregnancy, childbirth, and postpartum. Impacts of anemia during pregnancy, among
other things abortion, fetal growth disorders, hydatidiform mole, and others
including the case of hyperemesis gravidarum. Hyperemesis gravidarum is nausea
and vomiting that result in weight loss more than 5%, abnormal fluid intake and
nutrition, electrolyte imbalance, dehydration, ketonuria and adverse consequences of
fetal. The purpose of this study is to determine the relationship between anemia in
pregnancy and hyperemesis gravidarum in Panembahan Senopati Bantul’s General
Hospital period January 1, 2011 - November 30, 2013.
Methods: This study was a case-control survey design using a retrospective
approach. The study sample consisted of 94 cases and 94 controls using purposive
sampling techniques were taken from the medical records of the respondents. The
data were analyzed using Chi Square test and Odd Ratio.
Results: Based on the results of the Chi Square test between anemia in
pregnancy and hyperemesis gravidarum obtained value of P = 0,824 (Pvalue >
0,05). The odds ratio value is 0,906 which means mothers with anemia only likely to
occur 0,906 times hyperemesis gravidarum.
Conclusions: There was no relationship between anemia in pregnancy and
hyperemesis gravidarum in Panembahan Senopati Bantul’s General Hospital Period
January 1, 2011 - November 30, 2013.
Keywords: Gravidarum, Hyperemesis Gravidarum, Anemia, Anemia in Pregnancy
1
Nursing Student, School of Nursing, Faculty of Medicine and Health Science,
Muhammadiyah University of Yogyakarta
2
Lecturer of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine and Health Science,
Muhammadiyah University of Yogyakarta
3
Lecturer at Maternity Nursing, Faculty of Medicine and Health Science,
Muhammadiyah University of Yogyakarta
v
A. PENDAHULUAN
Frekuensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih tergolong tinggi
yaitu 37,1%17. Anemia dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan,
persalinan, dan nifas. Bahaya anemia selama kehamilan antara lain terjadi
abortus, gangguan tumbuh kembang pada janin, mola hidatidosa, dan lain-lain
termasuk kasus hiperemesis gravidarum12. Insidensi terjadinya kasus
hiperemesis gravidarum sebesar 0,8% sampai 3,2% dari seluruh kehamilan
atau sekitar 8 sampai 32 kasus per 1000 kehamilan21.
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai kejadian mual dan
muntah yang mengakibatkan penurunan berat badan lebih dari 5%, asupan
cairan dan nutrisi abnormal, ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi,
ketonuria serta memiliki konsekuensi yang merugikan janin13,22. Salah satu
penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum yaitu ruang lingkup faktor
adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, primigravida, overdistensi rahim
pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa12. Pada wanita hamil yang
kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
anemia dalam kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah
Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul periode 1 Januari 2011 –
30 November 2013. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada tenaga kesehatan dan masyarakat, khususnya ibu hamil mengenai
bahaya anemia dalam kehamilan dan risiko terjadinya hiperemesis
gravidarum.
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah rancangan survei case control dengan
menggunakan pendekatan retrospective. Sampel penelitian ini terdiri dari 94
kasus dan 94 kontrol yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan
menggunakan teknik purposive sampling yang diambil dari data rekam medis
1
responden. Data tersebut dianalisa dengan menggunakan uji Chi Square dan
Odd Ratio.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan usia responden yaitu usia 2035 tahun pada kelompok kasus sebesar 77,7% dan pada kelompok kontrol
sebesar 64,9%. Berdasarkan gravida yaitu terbanyak pada kelompok
multigravida yaitu 55,3% pada kelompok kasus dan 74,5% pada
kelompok kontrol. Berdasarkan usia kehamilan responden paling banyak
adalah kehamilan trimester I yaitu sebanyak 69,1% pada kelompok kasus
dan 61,7% pada kelompok kontrol. Berdasarkan pekerjaan, mayoritas
responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 42,6%
pada kelompok kasus dan 47,9% pada kelompok kontrol. Berdasarkan
tingkat pendidikan, mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan
SMA yaitu sebanyak 44,7% pada kelompok kasus dan 51,1% pada
kelompok kontrol.
2. Frekuensi kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Periode 1
Januari 2011 – 30 November 2013.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kejadian Hiperemesis Gravidarum
No
Kejadian Hiperemesis
Frekuensi
Presentase
Gravidarum
1
Hiperemesis Gravidarum
94
50%
2
Tidak Hiperemesis Gravidarum
94
50%
Total
188
100%
Sumber : Data Sekunder 2011 - November 2013
Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang
mengalami hiperemesis gravidarum dan ibu hamil yang tidak mengalami
2
hiperemesis gravidarum adalah sama dengan distribusi data sebanyak 94
orang (50%) pada kedua kelompok. Hasil analisis peneliti adalah
banyaknya ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum disebabkan
oleh multifaktorial dan merupakan komplikasi dalam kehamilan yang
dapat membahayakan kesehatan ibu maupun janin. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya hiperemesis gravidarum adalah kehamilan
sebelumnya dengan hiperemesis gravidarum, kehamilan multipel,
penyakit trofoblastik, dan nuliparitas14. Penelitian yang dilakukan oleh
Bolin et al.,5 bahwa kejadian hiperemesis gravidarum terutama pada
trimester II berhubungan dengan penyakit kehamilan dan gangguan pada
janin seperti pre-eklamsia, usia kehamilan yang kurang sehingga
menyebabkan janin lahir dengan prematur, dan disfungsi plasenta pada
janin.
3. Frekuensi kadar Hb pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah
Panembahan Senopati Bantul Periode 1 Januari 2011 – 30 November
2013.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kadar Hb
No
Kadar Hb
1
Anemia (<11g%)
2
Tidak Anemia
Frekuensi Kelompok
Frekuensi Kelompok
Kasus (%)
Kontrol (%)
12 (12,8%)
11 (11,7%)
82 (87,2%)
83 (88,3%)
94 (100%)
94 (100%)
(≥11g%)
Total
Sumber : Data Sekunder 2011 - November 2013
Hasil penelitian menunjukkan dari 188 responden terdapat 23
(12,2%) ibu yang mengalami anemia dan 165 (87,8%) ibu hamil yang
tidak mengalami anemia. Asumsi peneliti adalah banyaknya ibu hamil
yang tidak menderita anemia disebabkan karena terpenuhinya asupan gizi,
3
zat besi, dan asam folat saat hamil. Apabila selama kehamilan ibu tidak
mengalami anemia, maka metabolisme tubuh dapat bekerja secara optimal
dan nutrisi yang dibutuhkan selama kehamilan dapat terpenuhi. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Lindstrom, et al.,10 bahwa
tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil terutama di awal
kehamilan lebih tinggi disebabkan karena kekurangan asupan gizi seperti
asam folat, vitamin B-12 dan Zinc, sedangkan lebih rendah pada ibu hamil
yang mengalami kekurangan zat besi.
Selain asupan nutrisi yang baik, tingkat pendidikan ibu hamil yang
mayoritas SMA yaitu sebanyak 90 (47,9%) merupakan salah satu faktor
banyaknya ibu hamil yang tidak mengalami anemia. Semakin baik tingkat
pengetahuan ibu hamil dapat membentuk perilaku gizi yang baik terutama
dalam makanan dengan gizi yang seimbang2. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang menyatakan bahwa pendidikan, tingkat pengetahuan, status
ekonomi, penyakit kehamilan, dan asupan nutrisi merupakan penyebab
terjadinya anemia pada ibu hamil13.
Antenatal Care (ANC) sebagai sumber promosi dan edukasi bagi
ibu hamil untuk mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi dalam
kehamilan seperti pemeriksaan kadar Hb dan golongan darah7.
Pemeriksaan ANC dilakukan minimal empat kali selama kehamilan yaitu
satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua
kali pada trimester ketiga. Optimalnya pemberitahuan informasi selama
ANC tentang anjuran mengkonsumsi zat besi (tablet Fe) dan vitamin yang
diberikan sesuai umur kehamilan dapat mengurangi terjadinya anemia
dalam kehamilan.
4
4. Hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian
hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan
Senopati Bantul Periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013.
Tabel 3.
HEG
HEG
Kadar Hb
Anemia
Tidak
Anemia
Jumlah
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tabel Silang Antara
Anemia Dalam Kehamilan dengan Kejadian
Hiperemesis Gravidarum
Tidak HEG
Total
OR
95% CI
F
%
F
%
F
%
12
6,4%
11
5,9%
23
12,2%
82 43,6%
83
44,1% 165 87,8% 0,906 0,38 – 2,17
94
94
50%
50%
Pvalue
0,824
188 100%
Sumber : Data Sekunder 2011 - November 2013
Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui bahwa ibu hamil yang
mengalami anemia tidak memiliki kecenderungan dengan kejadian
hiperemesis gravidarum yaitu sebesar 12 responden (6,4%), sedangkan
ibu hamil yang tidak mengalami anemia memiliki kecenderungan
mengalami kejadian hiperemesis gravidarum sebesar 82 responden
(43,6%). Setelah dilakukan uji Chi Square diperoleh nilai P = 0,824
(Pvalue >0,05). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Ho diterima
yang berarti tidak terdapat hubungan antara anemia dalam kehamilan
dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum
Daerah Panembahan Senopati Bantul periode 1 Januari 2011 – 30
November 2013. Ibu yang menderita anemia hanya berpeluang 0,9
kali untuk terjadi hiperemesis gravidarum (OR = 0,906).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dewi6 tentang “Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian
Hiperemesis Gravidarum di RS PKU Muhammadiyah Gombong”
5
yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara status gizi dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Beberapa
cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil
antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil,
mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb15.
Asumsi peneliti adalah status gizi yang baik saat kehamilan dapat
mencegah terjadinya berbagai komplikasi dalam kehamilan. Hal
tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh Rohana18 bahwa ibu
hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum yaitu ibu hamil yang
mempunyai pola makan dengan tingkat asupan energi dalam kategori
cukup sebanyak (40,7%) dan kategori tidak cukup (59,3%), sedangkan
tingkat asupan protein dalam kategori cukup (52,5%) dan kategori
tidak cukup (47,5%).
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara
anemia dalam kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum,
peneliti berasumsi dimungkinkan karena terdapatnya faktor lain yang
dapat mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum yaitu faktor
adaptasi dan hormonal, faktor organik, dan faktor psikologis. Hal ini
sesuai dengan pendapat Lacasse, et al.,8 bahwa etiologi mual dan
muntah selama kehamilan sering kali sulit dimengerti tetapi mual dan
muntah selama kehamilan ini dapat dipertimbangkan sebagai akibat
dari masalah multifaktorial.
Faktor adaptasi dan hormonal dalam hal ini terkait dengan
hormon hCG dan hormon serotonin pada ibu hamil. Peneliti berasumsi
hormon hCG yang meningkat di awal-awal kehamilan akan
menstimulasi kelenjar tiroid sehingga mengakibatkan mual dan
muntah. Hal ini didukung oleh Panesar, et al.,16 menyatakan bahwa
hCG tidak secara tunggal terlibat dalam etiologi hiperemesis
6
gravidarum, tetapi hiperemesis gravidarum mungkin secara tidak
langsung disebabkan oleh aktivitas stimulasi tiroid.
Salah satu fungsi hormon serotonin dalam darah adalah untuk
mencegah terjadinya mual dan muntah berlebihan yang dapat
mengganggu
keseimbangan
elektrolit
dan
terjadi
dehidrasi11.
Penelitian lain tentang hormon serotonin yaitu didapatkan hasil bahwa
hormon serotonin tidak berperan secara signifikan dalam etiologi
terjadinya hiperemesis gravidarum20.
Asumsi peneliti bahwa faktor organik seperti
infeksi
Helicobacter pylori merupakan faktor lain yang mungkin dapat
menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum pada ibu hamil. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Asih, dkk.,3 dan
Bezircioglu, et al.,4 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
ibu hamil yang terinfeksi Helicobacter pylori dengan kejadian
hiperemesis gravidarum. Hal ini terjadi karena adanya perubahan pH
lambung yang disebabkan adanya akumulasi cairan akibat hormon
steroid yang meningkat, dan perubahan pada imunitas humoral serta
seluler yang mengakibatkan kerentanan terhadap kuman Helicobacter
pylori juga meningkat.
Faktor lain yang terlibat pada kejadian hiperemesis gravidarum
yaitu faktor psikologis. Asumsi peneliti adalah masalah psikologis
dapat mempredisposisi beberapa wanita untuk mengalami mual dan
muntah atau memperburuk gejala yang sudah ada. Leeners, et al.,9
menyatakan bahwa faktor psikososial sangat terlibat dalam etiologi
hiperemesis gravidarum dan tidak hanya mempengaruhi durasi dan
keparahan gejala namun juga mempengaruhi resistensi sehingga
berpengaruh pada keberhasilan strategi penatalaksanaan hiperemesis
gravidarum. Menurut teori, kenyamanan yang optimal dalam
7
kehamilan bukan hanya kenyamanan fisik, tetapi juga kenyamanan
psiko-emosional
dan
spiritual
seperti
kehamilan
yang
tidak
direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, dan beban
pekerjaan20.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ardianti2 dan Sari19 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian
hiperemesis gravidarum dikarenakan pada ibu hamil yang mengalami
anemia terjadi kekurangan zat gizi seperti vitamin B1, B6, B12, vitamin
C, zat besi (Fe), asam folat, dan zinc yang mempengaruhi penurunan
kadar serotonin dalam darah sehingga berakibat terjadinya hiperemesis
gravidarum.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat ditarik
kesimpulan sesuai dengan tujan penelitian sebagai berikut:
1. Frekuensi ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum dan mengalami
anemia yaitu sebesar 6,4%. Ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum
dan tidak mengalami anemia sebesar 43,6%.
2. Frekuensi ibu yang tidak mengalami hiperemesis gravidarum dan
mengalami anemia yaitu sebesar 5,9%. Ibu yang tidak mengalami
hiperemesis gravidarum dan tidak mengalami anemia sebesar 44,1%.
3. Tidak terdapat hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian
hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan
Senopati Bantul Periode 1 Januari 2011 – 30 November 2013 dibuktikan
dengan Pvalue = 0,824 (P > 0,05); OR = 0,906.
8
E. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam mendeteksi gejala komplikasi kehamilan terutama
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hiperemesis gravidarum pada
ibu hamil di setiap kunjungan Antenatal Care.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan kepada ibu hamil rutin dalam pemeriksaan Antenatal
Care agar dikenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian
lanjutan tentang variabel-variabel lain yang menjadi faktor yang
mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum dengan menggunakan
metode penelitian yang berbeda.
F. UCAPAN TERIMA KASIH
1. Ayah/papi dan mami serta adik-adikku (Enas dan Haykel) yang selalu
memberikan doa dan mendukung baik secara moril maupun materil bagi
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. dr. Supriyatiningsih, Sp.OG., M.Kes selaku dosen pembimbing yang
dengan sabar selalu memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan
kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns, M.Kep., Sp.Mat selaku dosen penguji yang
telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk karya tulis
ilmiah ini.
G. RUJUKAN
1. Amaliyah, G. (2011). Hubungan Pengetahuan Makanan Sumber Fe dan
Vitamin C dengan Kadar Hb pada Ibu Hamil Post Hiperemesis
9
Gravidarum di Rumah Bersalin Budi Rahayu Semarang. Semarang:
Universitas Muhammadiyah Semarang.
2. Ardianti, N. (2012). Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Tingkatan
Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok
Periode Januari 2007 – Desember 2011. Jakarta: Fakultas Kedokteran,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
3. Asih, D.M.R., Kampono, N., Prihartono, J. (2009). Hubungan Pajanan
Infeksi Helicobacter Pylori dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Bezircioglu, I., Elveren, H.B., Baloglu, A., Bicer, M. (2011). The
Positivity of Helicobacter pylori Stool Antigen Patients with Hyperemesis
Gravidarum. J Turkish-German Association, 12: 71-4. Diakses 27
Desember 2013, dari www.journalagent.com/
5. Bolin, M., Akerud, H., Cnattingius, S., Stephansson, O., Wikstrom, A.K.
(2013). Hyperemesis Gravidarum and Risks of Placental Dysfunction
Disorders: a Popoulation-Based Cohort Study. An International Journal of
Obstetrics and Gynaecology, 1471-0528.12132. Diakses 1 Juli 2014, dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3613752/
6. Dewi, A.P.S. (2011). Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian
Hiperemesis Gravidarum di RS PKU Muhammadiyah Gombong.
Kebumen: STIKES Muhammadiyah Gombong.
7. Getachew, M., Yewhalaw, D., Tafess, K., Getachew, Y., Zeynudin, A.
(2012). Anaemia and Associated Risk Factors Among Pregnant Women in
Gilgel Gibe Dam Area, Southwest Ethiopia. Biomed Central, 5:296.
Diakses
25
Oktober
2013,
dari
http://www.parasitesandvectors.com/content/5/1/296
8. Lacasse, A., Rey, E., Ferreira, E., Morin, C., Berard, A. (2009).
Epidemiology of Nausea and Vomiting of Pregnancy: Prevalence,
Severity, Determinants, and The Importance of Race/Ethnicity. Biomed
Central Journals Pregnancy and Childbirth, 9:26. Diakses 3 Juli 2014,
dari http://www.biomedcentral.com/1471-2393/9/26
9. Leeners, B., Sauer, I., Rath, W. (2000). Nausea and Vomiting in Early
Pregnancy/Hyperemesis Gravidarum. Current Status of Psychosomatic
10
Factors. Zeitschrift Fur Neonatologic, 204 (4): 128-134. Diakses 3 Juli
2014, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11008334
10. Lindstrom, E., Hossain, M.B., Lonnerdal, B.O., Raqib, R., Arifeen, S.E.,
Ekstrom, E.C. (2010). Prevalence of Anemia and Micronutrient
Deficiencies in Early Pregnancy in Rural Bangladesh, The MINIM at
Trial. Nordic Federation of Obstetrics and Gynecology, 90: 47-56.
Diakses
31
Oktober
2013,
dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21275915
11. Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar
Patologi Obstetri. Jakarta: EGC.
12. Manuaba, I.B.G. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
13. Mullin, P.M., Bray, A., Schoenberg, F., MacGibbon, K.W., Romero, R.,
Goodwin, T.M., et al. (2011). Prenatal Exposure to Hyperemesis
Gravidarum Linked to Increased Risk of Psychological and Behavioral
Disorders in Adulthood. Journal of Developmental Origins of Health and
Disease, 1-5. Diakses 26 Desember 2013, dari http://www.helpher.org
14. Ocviyanti, D. (2010). Hiperemesis Gravidarum. Jakarta: Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia.
15. Ojofeitimi, E.O., Ogunjuyigbe, P.O., Sanusi, R.A., Orji, E.O., Akinlo, A.,
Liasu, S.A., et al. (2008). Poor Dietary Intake of Energy and Retinol
Among Pregnant Woman: Implications for Pregnancy Outcome. Pakistan
Journal of Biological Science, 7(3): 480-484. Diakses 3 Juli 2014, dari
www.pjbs.org/pjnonline/fin851.pdf
16. Panesar, N.S., Li, C.Y., Rogers, M.S. (2001). Are Thyroid Hormones or
hCG Responsible for Hyperemesis Gravidarum? A Matched Paired Study
in Pregnant Chinese Women. Acta Obstetricia et Gynecologica
Scandinavica, 80 (6): 519-524. Diakses 3 Juli 2014, dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11380287
17. Riset Kesehatan Dasar. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RisKesDas) Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Diakses 23 Desember 2013, dari http://depkes.go.id//
11
18. Rohana. (2008). Pola Makan pada Ibu Hamil dengan Hiperemesis
Gravidarum dan Anemia di Wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua
Lhokseumawe Aceh (NAD). Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara.
19. Sari, S. (2013). Hubungan Beberapa Faktor Risiko Ibu Hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum. Jambi: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Jambi.
20. Tiran, D. (2008). Nausea and Vomiting in Pregnancy: an Integrated
Approach to Care. Jakarta: EGC.
21. Vikanes, A.V., Stoer, N.C., Magnus, P., Grjibovski, A.M. (2013).
Hyperemesis Gravidarum and Pregnancy Outcomes in the Norwegian
Mother and Child Cohort – a Cohort Study. BioMed Central Pregnancy
and Childbirth, 13: 169. Diakses 9 Desember 2013, dari
http://www.biomedcentral.com/1471-2393/13/169
22. Wegrzyniak, L.J., Repke, J.T., Ural, S.H. (2012). Treatment of
Hyperemesis Gravidarum. Reviews in Obstetrics & Gynecology, 5 (2), 7884.
Diakses
3
November
2013,
dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3410506/
12
Download