Keanekaragaman Makhluk Hidup Keanekaragaman makhluk hidup

advertisement
Keanekaragaman Makhluk Hidup
Keanekaragaman makhluk hidup disebut juga dengan keanekaragaman
hayati atau biodiversitas. Istilah keanekaragaman hayati atau “biodiversitas”
menunjukkan sejumlah variasi yang ada pada makhluk hidup di suatu lingkungan
tertentu. Dengan kata lain, biodiversitas dapat diartikan sebagai persamaan dan
perbedaan ciri makhluk hidup pada waktu dan tempat tertentu. Keanekaragaman
makhluk hidup dapat terjadi karena adanya proses evolusi yang sangat lama.
Selain itu juga dipengaruhi oleh adanya faktor adaptasi, batas geografi, dan
rekayasa genetik.
Keanekaragaman hayati dikelompokkan menjadi keanekaragaman gen,
jenis dan ekosistem.
1. Keanekaragaman Gen
Makhluk hidup tersusun atas unit satuan terkecil yang disebut sebagai
sel. Dalam inti sel terdapat materi pembawa sifat yang disebut gen. Setiap
individu memiliki jumlah dan variasi susunan gen yang berbeda-beda namun
bahan penyusunnya sama. Keanekaragaman tingkat gen ini dapat dilihat dari
perbedaan ciri makhluk hidup dalam satu spesies.
Keanekaragaman gen juga sering dikenal dengan ras. Contohnya pada
ayam yaitu ayam banten, ayam kate, dan ayam cemani. Sedangkan pada
tumbuhan misalnya mangga gedong, mangga kuini, dan mangga golek.
(a)
(b)
Gambar 1. Keanekaragaman gen (a) ayam (b) mangga
2. Keanekaragaman jenis
Keanekaragaman jenis merupakan variasi pada tingkat jenis (genus)
makhluk hidup. Variasi ini disebabkan karena adanya rekombinasi
(pencampuran) gen-gen dalam jenis tersebut sehingga melahirkan variasi
yang lebih beragam. Keanekaragaman ini terjadi pada makhuk hidup yang
berbeda spesies namun masih satu family. Contohnya harimau, singa, kucing,
dan citah.
Gambar 2. Keanekaragaman jenis (a) harimau (b) singa (c) kucing (d) citah
3. Keanekaragaman ekosistem
Suatu ekosistem terdiri dari komponan biotik yaitu komunitas hewan,
tumbuhan dan mikroorganisme serta komponen abiotek yaitu lingkungan
tempat makhluk hidup tersebut tinggal. Komponen-komponen ini saling
berinteraksi satu dengan lainnya dalam melakukan siklus materi dan energi.
Keanekaragaman ekosistem dapat dilihat dari variasi ekosistem
berdasarkan batas geografi. Contohnya keanekaragaman pada hutan hujan
tropis dan keanekaragaman pada gurun pasir.
(a)
(b)
Gambar 3. Keanekaragaman ekosistem (a) hutan hujan tropis (b) padang pasir
Klasifikasi makhluk hidup
1. Sistem klasifikasi
Sistem klasifikasi disebut juga taksonomi. Sistem klasifikasi makhluk
hidup pertama kali ditemukan oleh Carolus Linnaeus (1707-1778) yang disebut
juga sebagai Bapak taksonomi. Taksonomi adalah pengelompokan makhluk
hidup ke dalam tingkatan atau takson tertentu berdasarkan pada persamaan dan
perbedaan makhluk hidup. Seiring dengan perkembangan ilmu klasifikasi
makhluk hidup, sistem klasifikasi dapat dibedakan berdasarkan cara dan
tujuannya, yaitu:
a.
Sistem klasifikasi buatan
Didasarkan pada pertimbangan secara kehendak hati para ahli
taksonomi dengan melihat habitat (tempat hidup) dan nilai guna dari
makhluk hidup tersebut.
b. Sistem klasifikasi alamiah
Sistem ini didasarkan pada kesamaan morfologi secara fenotip
yang ada hubungannya dengan makhluk hidup yang sesungguhnya.
c. Sistem klasifikasi evolusi
Sistem
klasifikasi
ini lebih menekankan
aspek hubungan
kekerabatan dan sejarah perkembangan evolusi makhluk hidup yang ada
sekarang.
2.
Sistem Binomial Nomenclature
Pada pertengahan abad ke-18 (1707-1778) Carolus Linnaeus
mengajukkan sistem penamaan makhluk hidup dalam tulisannya “Systema
nature” dengan istilah “Binomial nomenclatur” (bi= dua, nomen=nama) yang
artinya tata nama seluruh organisme ditandai dengan nama ilmiah yang terdiri
dari dua kata latin atau yang dilatinkan. Bahasa latin dipilih karena bahasa ini
dimengerti semua ilmuwan pada saat itu dan tidak ada perubahan tata bahasa
atau kosa katanya.
Kata pertama pada sistem penamanaan makluk hidup menunjukkan
genus, yang penulisannya dimulai dengan hurup besar, sedangkan kata kedua
merupakan “epitethon spesificum“ artinya penunjukkan jenis (spesies) yang
penulisannya dimulai dengan huruf kecil. Misalnya untuk nama ilmiah jagung
Zea mays. Zea menunjukkan genus, sedangkan mays merupakan ciri
khususnya, yang berarti sejenis hewan yang dipelihara di dalam rumah
(domestik).
3. Aturan Pemberian Nama Ilmiah
Peraturan nama ilmiah memuat aturan sebagai berikut:
a. Setiap organisme mempunyai nama ilmiah tertentu.
b. Untuk nama ilmiah digunakan bahasa latin atau yang dilatinkan.
c. Tidak ada dua organisme atau lebih yang mempunyai nama spesies yang
sama atau hampir sama.
d. Nama genus harus terdiri dari satu kata dan penulisannya selalu dimulai
dengan hurup besar
e. Nama spesies terdiri dari dua kata. Kata pertama merupakan nama genus
dan kata kedua merupakan petunjuk spesies. Contoh nama ilmiah padi:
Oryza sativa
1
1
= nama genus
2
= nama petunjuk spesies
1 + 2 = nama spesies
2
f. Penulisan nama spesies harus ditulis menggunakan huruf miring atau
digaris bawahi. Garis bawah kata pertama dan kedua harus terpisah. Selain
itu juga dapat dicetak tebal. Contoh nama ilmiah padi:
Oryza sativa (cetak miring)
Oryza sativa (digaris bawah)
Oryza sativa (cetak tebal)
g. Nama penemu boleh dicantumkan dibelakang nama spesies, seperti: Oryza
sativa L., Rosa hybrida Hort, dsb. L dan Hort merupakan singkatan nama
atau nama penemunya.
h. Untuk pemberian nama suku (famili) terdiri dari satu kata majemuk
dibentuk dari salah satu nama genus yang dibawahinya ditambah akhiran –
ceae untuk tumbuhan dan akhiran –idea untuk hewan. Seperti:
Solanum + aceae = Solanaceae
Felis + idae = Felidae
i. Jika tidak diketahui penunjukkan jenis (spesies) maka nama spesiesnya
adalah setelah genus ditulis sp. dengan huruf kecil dan tidak dicetak
miring, digaris bawah atau dicetak tebal.
4. Tingkatan/Takson makhluk hidup
Kelompok taksonomi pada takson yang sama memiliki katagori yang
sama. Urutan takson dari yang tertinggi sampai terendah seperti berikut:
Kingdom = kerajaan/dunia
Phylum/division
Classis = kelas
Ordo = bangsa
Familia = keluarga
Genus = marga
Species = jenis
Tingkatan takson tersebut menunjukkan adanya persamaan dan
perbedaan ciri makhluk hidup. Semakin tinggi takson semakin sedikit
persamaan ciri yang dimilikinya dan semakin banyak pula perbedaanya.
Sebaliknya semakin rendah takson, maka semakin banyak persamaannya dan
semakin sedikit perbedaanya. Dengan kata lain, apabila taksonnya semakin
mendekati kingdom menunjukkan bahwa semakin sedikit persamaan ciri
makhluk hidup dan semakin banyak perbedaannya atau semakin jauh
kekerabatannya.
5. Konsep Spesies
Konsep spesies menurut para ahli taksonomi merupakan gabungan
populasi alami yang secara morfologi dan ekologi serupa dan yang dapat
melakukan perkawinan (interbreeding) serta menghasilkan keturunan yang
fertil. Contohnya Bebek dan Mentok dapat melakukan perkawinan dan
menghasilkan Berati, tetapi berati ini mandul maka bebek dan mentok bukan
termasuk satu spesies.
6. Klasifikasi Makhluk Hidup berdasarkan Kingdom
Perkembangan klasifikasi makhluk hidup sampai abad ke-18
menempatkan semua makhluk hidup dalam salah satu dari dua kingdom yaitu
tumbuhan dan hewan. Pada masa berikutnya para ahli taksonomi mengamati
ada perbedaan kelompok makhluk hidup selain tumbuhan dan hewan yaitu
jamur (fungi), sehingga makhluk hidup dikelompokkan menjadi 3 kingdom
yaitu hewan, tumbuhan dan jamur.
Copeland (1938-1847) mengajukan 4 kingdom klasifikasi makhluk
hidup, yaitu Monera untuk semua makhluk hidup prokariota, protista untuk
semua makhluk hidup sedikit atau tidak memiliki jaringan yang
terdiferensiasi, metafita dan metazoa masing-masing untuk dunia tumbuhan
dan hewan tingkat tinggi.
Pada tahun 1969 Robert H. Whittaker merumuskan 5 kingdom
klasifikasi makhluk hiudp yang seakarang banyak digunakan yang meliputi:
Monera, Protista, Fungi, Animalia dan Plantae.
Pelestarian keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati di bumi kita sangat berlimpah jumlahnya mulai
dari kutub utara sampai kutub selatan. Berjuta-juta jenis makhluk hidup yang ada,
hanya sebagian saja yang sudah dapat diidentifikaasi, dan masih banyak jenisjenis makhluk hidup yang belum dikenali.
Keanekaragaman hayati memberi arti penting bagi kehidupan kita baik
secara langsung maupun tidak langsung, hampir semua makhluk hidup tersebut
memberikan manfaat yang sangat berharga.
Mengapa kita perlu melestarikan keanekaragaman hayati? Kita ketahui
bahwa dalam suatu individu makhluk hidup terkandung plasma nutfah (sumber
gen), dan lebih jauh dapat kita manfaatkan sebagai sumber pangan, sandang,
papan, obat-obatan, kosmetika, dan bahan penelitian.
Upaya melestarikan keanekaragaman flora dan fauna dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
1. Pelestarian in-situ, artinya kita melestarikan flora dan fauna dalam habitat
aslinya, seperti pelstarian badak di ujung kulon, komodo di NTT, bunga
raflesia di bengkulu dan sebagainya.
2. Pelestarian ex-situ, artinya kita melestarikan flora dan fauna di luar habitat
aslinya, seperti membuat suaka margasatwa, suaka hewan, kebun raya, kebun
binatang dan sebagainya.
http://www.youtube.com/watch?v=HA3xNMJnFuo
Download