5339

advertisement
ARTIKEL
LAPORAN KASUS
PENGELOLAAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA Ny.M DENGAN CKD
DI RUANG BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
OLEH :
MUHAMAD ALFINI’AM
0131736
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
PENGELOLAAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA Ny.M DENGAN CKD DI
RUANG BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran Karya Tulis Ilmiah April 2016
Muhamad Alfini’am*, Ummu Muntamah**, Tri Susilo***
ABSTRAK
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah inspirasi ekspirasi yang tidak membantu
ventilasi yang adekuat. Penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien Chronic
Kidney Disease (CKD) adalah mukus berlebih. Penumpukan sekret merupakan kondisi terdapatnya
dahak pada saluran pernapasan yang susah dikeluarkan, sehingga mengganggu aktivitas udara
yang keluar ataupun masuk kedalam paru-paru. Tujuan penulis ini untuk mengetahui pengelolaan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada Ny.M dengan CKD di RSUD Pandan Arang Boyolali.
Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien
dalam memenuhi ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan tindakan mengajarkan pasien
batuk efektif. Pengelolaan dilakukan selama 2 hari pada Ny. M. Tehnik pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan
penunjang.
Hasil pengelolaan di dapatkan adalah pasien sesak nafas, ada bunyi tambahan ronki, RR
meningkat.
Saran bagi perawat dirumah sakit agar mampu mengatasi masalah pasien dan
meningkatkan kesadaran pasien akan pentingnya mengontrolkan penyakitnya secara teratur serta
pentingnya menjelaskan semua prosedur yang akan diberikan kepada pasien sepertu tujuan,
manfaat, ataupun efek sampingnya sehingga dapat mengurangi kecemasan pasien serta
terjalinnya komunikasi yang baik.
Kata kunci
Kepustakaan
: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, CKD
: 5 (2000 - 2016)
PENDAHULUAN
Pembangunan
kesehatan
pada
hakikatnya adalah usaha yang diarahkan
agar setiap penduduk dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Upaya
tersebut sampai saat ini masih menjadi
kendala yang disebabkan masih tingginya
masalah kesehatan, terutama yang berkaitan
dengan penyakit yang dapat menghambat
kemampuan seseorang untuk hidup sehat.
Penyakit-penyakit tersebut diantaranya
adalah Chronic Kidney Disease (CKD).
Chronic
Kidney
Disease
(CKD)
merupakan proses kerusakan pada ginjal
dengan rentang waktu lebih dari 3 bulan.
Chronic Kidney Disease (CKD) dapat
menimbulkan simtoma berupa laju filtrasi
glomerular dibawah 60 mL/men/1.73m2,
atau diatas nilai tersebut namun disertai
dengan kelainan sedimen urine. Adanya batu
ginjal juga dapat menjadi indikasi Chronic
Kidney Disease (CKD) pada penderita
kelainan bawaan seperti hiperoksaluria dan
sistinuria. Chronic Kidney Disease (CKD)
seringkali didiagnosa sebagai hasil dari
skrining obat pada orang yang berada
diresiko masalah ginjal, seperti yang orang
dengan hipertensi (tekanan darah tinggi),
diabetes dan mereka yang memiliki
hubungan darah dengan Chronic Kidney
Disease (CKD). Gejala dari fungsi ginjal
memburuk yang tidak spesifik, dan mungkin
termasuk perasaan kurang sehat dan
mengalami nafsu makan berkurang. Chronic
Kidney
Disease
(CKD)
juga
dapat
diidentifikasi ketika itu mengarah ke salah
satu komplikasi yang diakui, seperti penyakit
kardiovaskuler, anemia, dan perikarditis
(Wikipedia, 2012).
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan
irreversibel dimana terjadi kegagalan
kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan dan
elektrolit yang mengakibatkan uremia atau
azotemia. Chronic Kidney Disease (CKD)
adalah merupakan penyakit ginjal tahap
akhir (Andra & Yessie, 2013).
Manifestasi klinik CKD antara lain
(Long, 1996) Gejala dini seperti lethargi, sakit
kepala,kelelahan fisik dan mental, berat
badan berkurang, mudah tersinggung,
depresi. Adapun gejala yang lebih lanjut :
anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktu ada
kegiatan atau tidak, udem yang disertai
lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi
mungkin juga sangat parah.
Menurut data diatas penderita
penyakit Crhonic Kidney Disease (CKD) di
Indonesia tergolong masih tinggi yaitu 50
juta per satu juta penduduk. Khususnya di
Jawa Tengah jumlah kasus gangguan fungsi
ginjal mencapai 219,25 kasus. Berdasarkan
fenomena diatas penulis tertarik melakukan
pengelolaan ketidak efektifan bersihan jalan
nafas pada Ny. M dengan Crhonic Kidney
Disease (CKD) di ruang Bougenville RSUD
Pandan Arang Boyolali.
METODE
Pengkajian adalah suatu pendekatan
yang sistematis untuk mendapatkan
informasi serta data yang selengkaplengkapnya mengenai klien baik secara
subyektif maupun obyektif (Potter & Perry,
2010).
Pada pengkajian terdapat 2 metode
autoanamnesa
dan
alloanamnesa.
Autoanamnesa adalah pengumpulan dan
verifikasi data dari sumber primer atau
langsung kepada pasien, sedangkan
alloanamnesa adalah pengumpulan dan
verifikasi data dari sumber sekunder atau
informasi lain dari keluarga, tenaga
kesehatan, rekam medik dan lain-lain(
Potter& Perry,2010).
Menurut
padilla
(2012),
saat
pengkajian yang perlu dikaji adalah identitas
klien (nama, umur, alamat, pekerjaan,
tanggal masuk rumah sakit). Keluhan utama
atau keluhan yang paling dirasakan oleh
pasien saat dilakukan pengkajian. Riwayat
kesehatan dahulu atau apakah pasien
pernah mengalami sakit yang sama atau
penyakit lain yang diderita. Kemudian
pemeriksaan fisik head to toe.
Keluhan utama yang dialami pasien
adalah sesak nafas, RR 26 kali per menit,
pasien terlihat pucat, lemah.
Hasil Pemeriksaan Paru-paru yaitu
inspeksi
Pengembangan
dada
simetris,Palpasi Vibrasi paru kanan dan kiri
sama,Perkusi Resonans, Auskultasi Vesikuler,
terdapat bunyi tambahan (ronchi).
HASIL
Untuk mengatasi masalah tersebut
penulis menyusun intervensi yang dilakukan
untu mengatasi masalah tersebut sesak pada
Ny.M yaitu dengan intervensi pertama
auskultasi dada posterior dan anterior,
intervensi kedua mengajarkan batuk efektif,
intervensi ketiga berikan fisioterapi dad,
intervensi keempat kolaborasi dengan tim
medis pemberian terapi.
PEMBAHASAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 13
april 2016 di Ruang Bougenvile RSUD pandan
arang boyolali dengan metode langsung
(autonamnesa)
dan
tidak
langsung
(allownamnesa) data diperoleh dari klien
dan keluarga yang mendampingi klien
selama dirawat. Dari hasil pengkajian
didapatkan data yaitu nama Ny.M, umur 34
tahun, alamat boyolali, agama islam,
diagnosa medis CKD. Keluhan utama saat
dikaji pasien mengatakan sesak nafas.
Dari hasil pengkajian diatas yang
didapat, langkah kedua dari proses
keperawatan,
yaitu
mengklasifikasikan
masalah kesehatan dalam ruang lingkup
keperawatan, penulis mengangkat masalah
keperawatan “ketidakefektifan bersihan
jalan nafas” sebagai diagnosa utama. Penulis
akan membahas lebih dalam tentang
masalah keperawatan yang dialami oleh Ny.
M dengan CKD.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
adalah inspirasi ekspirasi yang tidak
membantu ventilasi yang tidak adekuat
(Wilkinson, 2014).
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Pedoman pada penulisan kriteria hasil
berdasarkan SMART (spesific, Measuerable,
Archiveble, Reasoneble dan Time) spesific
adalah berfokus pada klien, Measuerable
adalah dapat diukur, dilihat, diraba,
dirasakan dan dibau, Archiveble adalah
tujuan yang harus dicapai, Reasoneble
adalah tujuan yang harus dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan adalah batasan
pencapaian dalam waktu tertentu, harus
jelas batasan waktunya (Dermawan, 2012).
Tindakan pertama yang dilakukan
pada Ny.M untuk menangani masalah yang
dialami yaitu mengkaji mengauskultasi dada
pada pasien. Tujuannya agar bisa
menentukan tindakan yang tepat untuk
mengatasi masalah.
Tindakan kedua yang dilakukan yaitu
mengajarkan pasien batuk efektik. Batuk
efektif ini mampu mempertahankan
kepatenan
jalan
nafas
sehingga
memungkinkan pasien mengeluarkan sekret
dari jalan nafas bagian atas dan bawah
(Muttaqin, 2012)
Tindakan ketiga yaitu melakukan
fisioterapi dada bertujuan secara mekanik
dapat melepaskan secret yang melekat pada
dinding bronkus sehingga meningkatkan
efisiensi pola pernafasan (Nurhidayah,
2013).
Tindakan keempat adalah kolaborasi
dalam pemberian terapi sesuai advis dokter,
bertujuan mengencerkan dahak terhadap
seputum yang berlebih.
KESIMPULAN
Hasil pengelolaan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas selama 2x24 jam
masalah keperawatan belum teratasi dengan
data subjektif pasien mengatakan masih
sesak, RR 26 kali per menit, data objektif
pasien terlihat lemah, mukosa bibir kering.
Kesimpulan yang didapatkan masalah belum
teratasi.
Lanjutkan
intervensi
yaitu
mengajarkan fisioterapi dada, mengajarkan
batuk efektif.
SARAN
Diharapkan pasien dapat melakukan
pencegahan maupun perawatan tentang
penyakit yang dideritanya saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Andra & Yessie. 2013. KMB 1 : Keperawatan
Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan
Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses dan Praktik Vol. 1. Jakarta : EGC
Wilkinson, J. M. 2016. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Dermawan,
Deden.
2012.
Proses
Keperawatan Penerapan Konsep dan
Kerangka Kerja. Gosyen Publising:
Yogyakarta
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Download