BAB I - Library Binus

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dan dalam perkembangannya, selsel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan
kematian (www.yayasankankerindonesia.org, 2011). Saat ini diperkirakan 2-4% dari
keseluruhan penyakit kanker di Indonesia menyerang anak-anak. Bahkan, penyakit
kanker menyumbang sekitar 10% kematian pada anak-anak. Menurut data kesehatan
pada tahun 2007, di Indonesia setiap tahun ditemukan 4.100 pasien baru kanker
anak. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah anak penderita penyakit kanker terus
bertambah setiap tahun nya dan Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun
2012 menyebutkan, prevalensi kanker mencapai 4,3 banding 1.000 orang. Padahal
data sebelumnya menyebutkan prevalensinya 1 banding 1.000 orang. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) dan Serikat Pengendalian Kanker Internasional (UICC)
memprediksi, akan terjadi peningkatan lonjakan penderita kanker sebesar 300 persen
di seluruh dunia pada tahun 2030 dengan jumlah kematian akibat kanker mencapai
13.1 juta jiwa (www.who.int, 2012). Jumlah tersebut 70 persennya berada di negara
berkembang seperti Indonesia. Seiring bertambahnya jumlah anak penderita kanker
setiap tahun, hal tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan fasilitas penunjang
pengobatan kanker di Jakarta.
Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia
N
O.
1
KAB/KOTA
JAKARTA
PUSAT
2
JAKARTA
UTARA
3
JAKARTA
BARAT
4
JAKARTA
SELATAN
5
JAKARTA
TIMUR
6
KEP. SERIBU
DKI JAKARTA
Usia
0-14 Tahun 15-64 Tahun >65 Tahun
Jumlah
Penduduk
Angka Beban
Tanggungan
204.309
663.022
41.498
908.829
37,07
410.269
1.255.645
49.650
1.715.564
36,63
565.113
1.758.310
71.707
2.395.130
36,22
507.338
1.564.004
76.919
2.148.261
37,36
700.950
2.014.492
86.342
2.801.784
39,08
7.085
2.395.064
14.45
7.269.948
660
326.776
22.220
9.991.788
53,51
37,44
Sumber: BPS Provinsi Jakarta 2012
1
2
Berdasarkan data jumlah Penduduk pada tahun 2012 (BPS Provinsi DKI Jakarta)
Jumlah penduduk golongan anak dengan range usia 0-14 tahun adalah 2.295.064
jiwa dari total penduduk 9.991.788 di DKI Jakarta dengan jumlah anak tertinggi
terdapat di wilayah Jakarta Timur dengan 700.950 jiwa dan jumlah terendah berada
di wilayah Kepulauan Seribu yaitu 7.085 jiwa. Dengan jumlah anak yang cukup
tinggi, maka fasilitas kesehatan khusus anak perlu ditingkatkan. Namun fasilitas
kesehatan seperti rumah sakit anak khususnya Rumah Sakit Kanker belum
sepenuhnya tersedia, saat ini rumah sakit yang menyediakan fasilits pengobatan
kanker hanya ada beberapa namun Rumah Sakit khusus kanker hanya terdapat di
Jakarta Barat yaitu RS. Dharmais. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
dalam Jakarta in Figure 2012, jumlah rumah sakit menurut Kabupaten/Kota
Administrasi adalah Jakarta Selatan (43), Jakarta Timur (37), Jakarta Pusat (30),
Jakarta Barat (22), dan Jakarta Utara (20). Jumlah rumah sakit terendah adalah
Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Dari 22 rumah sakit di Jakarta Barat, satu rumah
sakit kanker, dua diantaranya merupakan RSIA sedangkan di Jakarta Utara terdapat 3
RSIA dari 20 rumah sakit. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa di Jakarta Barat
perlu ditambah fasilitas kesehatan khusus anak yang dapat melayani masalah
kesehatan pada anak.
Rumah sakit Dharmais yang merupakan rumah sakit kanker nasional merupakan
satu-satunya Rumah sakit khusus kanker di Jakarta. Rumah sakit ini menjadi rujukan
bagi pasien-pasien kanker dari daerah sekita DKI Jakarta, tetapi hal tersebut tidak
diimbangi dengan ketersediaan jumlah ruang rawat inap dan ruang khusus
kemoterapi sehingga proses kemoterapi dilakukan di dalam ruang inap. Dan rumah
sakit ini hanya dapat menampung kurang lebih 50 anak. Karena keterbatasan
tersebut, muncul banyak rumah singgah bagi para pasien kanker yang sedang
menunggu jadwal pengobatan kemoterapi di RS.Dharmais, tetapi pasien kanker
sebaiknya dirawat pada ligkungan yang layak karena mereka memiliki beberapa
kemungkinan terburuk apabila mereka tinggal dilingkungan yang tidak layak dan
tidak sehat.
Penyediaan fasilitas pengobatan kanker untuk anak perlu di khususkan karena
selama ini anak-anak penderita kanker memiliki tekanan yang lebih dibandingkan
dengan pasien kanker dari golongan dewasa. Para pasien kanker merasa takut bila
berhadapan dengan penanganan kesehatan seperti kemoterapi, tindakan operasi, dan
sebagainya. Kesan rumah sakit begitu menakutkan bagi mereka karena dokter,
3
suntikan dan lainnya. Kondisi psikologis inilah yang menyebabkan anak-anak takut
untuk datang dan di rawat di rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya.
Dengan tekanan-tekanan yang anak hadapi, pasien anak membutuhkan suatu
lingkungan terapetik dengan pendekatan Healing Environment. Lingkungan yang
terapetik bagi anak bukan hanya sekedar penataan interior ruang yang menarik,
namun juga harus mementingkan adanya hubungan sosial seperti komunikasi dengan
orang tua, perawat, dokter, dan para staff lainnya, hubungan mereka dengan alam
dengan berupa penyediaan taman dan fasilitas bermain lainnya. Rumah sakit
Dharmais mulai menerapkan lingkungan yang terapetik, seperti pengaplikasian
warna dan gambar menarik pada dinding, penanda ruang dengan gambar pada pintu,
penggunaan sprei bergambar, area bermain, dan lain-lain tetapi belum termasuk
dalam konsep Healing Environment yang mengutamakan konsep alam dalam
menstimuli proses penyembuhan anak.
Latar Belakang Topik dan Tema
Teori Robert M. Kaplan, James F. Sallis. Jr, Thomas L. Patterson dalam
bukunya Health and Human Behavior (1993) menyebutkan bahwa ada beberapa
faktor yang berpengaruh dalam proses kesembuhan, yakni : Faktor Lingkungan
(40%), Faktor Medis (10%), Faktor Genetis (20%), dan Faktor Lainnya (10%) .
Dapat dilihat dari teori diatas bahwa faktor lingkungan, yang akan berdampak pada
psikologis manusia, merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam proses
penyembuhan dibandingkan dengan faktor medis. Maka dari itu, diperlukan suatu
pendekatan yang tepat dalam perancangan rumah singgah ini. Pendekatan Healing
Environment adalah suatu konsep tentang keadaan lingkungan yang dapat
mengurangi tingkat stres, tingkat kekhawatiran pasien terhadap kondisi yang sedang
mereka alami. Menurut Dijkstra dalam jurnal Understanding Healing Environments:
Effects of Physical Environmental Stimuli on Patiens’ Effects of Health and WellBeing, Healing Environment adalah lingkungan fisik fasilitas kesehatan yang dapat
mempercepat waktu pemulihan kesehatan pasien atau mempercepat proses adaptasi
pasien dari kondisi kronis serta akut dengan melibatkan efek psikologis pasien di
dalamnya. Penerapan konsep Healing Environment pada lingkungan perawatan akan
tampak pada kondisi akhir kesehatan pasien, yaitu pengurangan waktu rawat,
pengurangan biaya pengobatan, pengurangan rasa sakit, pengurangan stres atau
perasaan tertekan, memberikan suasana hati yang positif, membangkitkan semangat,
4
serta meningkatkan pengharapan pasien akan lingkungan. Hal tersebut dapat
diterapkan di Rumah Sakit Kanker Anak yang merupakan suatu sarana penunjang
dalam pengobatan penyakit kanker pada Anak-anak.
Rumah Sakit kanker anak dengan pendekatan Healing Environment dirasa akan
dapat membantu dalam proses penyembuhan atau pengobatan bagi anak-anak
penderita kanker baik secara lingkungan fisik maupun psikis
1.2
Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang diungkapkan, maka rumusan
masalah secara garis besar adalah penerapan Healing Environment pada Rumah sakit
kanker anak yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
 Bagaimana perancangan rumah sakit kanker anak melalui pendekatan Healing
Environment?
 Bagaimana menerapkan konsep Healing Environment pada Kamar Rawat Inap
dan ruang publik pada Rumah Sakit kanker?
1.3
Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini
adalah merancang rumah sakit kanker anak dengan penerapan Healing Environment
yang dapat mengurangi rasa stress yang dirasakan pasien dan mengoptimalkan
penyembuhan pasien anak, selain itu juga dapat mewadahi kegiatan dan kebutuhan
pengguna. Untuk dapat mencapai maksud tersebut, tujuan penelitian ini adalah:
 Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Healing Environment
dan pengaplikasiannya dalam desain.
 Mengetahui bagaimana menerapkan Healing Environment pada rumah sakit
kanker anak untuk membantu proses pemulihan pasien
1.4
Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, ruang lingkup
dari penelitian ini adalah:
 Pengguna dari rumah sakit ini untuk anak usia 0-14 tahun, karena anak usia 1518 tahun yang masih dalam usia anak, menurut beberapa rumah sakit anak usia
tersebut masuk dalam bagian poli umum, bukan poli anak.
5
 Lingkungan terapetik yang dibahas dalam penelitian ini adalah konsep Healing
Environment yang lebih mengacu pada faktor eksternal yaitu lingkungan fisik
sebuah bangunan.
1.5.
State of The Art
Menurut Brian Schaller (2012) dalam Jurnal Architectural Healing
Environment , dikatakan bahwa Healing Environment adalah suatu lingkungan
yang memiliki fungsi untuk mengoptimalkan kondisi pengguna ruang yang
sedang menjalani masa penyembuhan. Ruang-ruang pada lingkungan ini
memiliki fungsi
yang bervariasi. Bangunan
dengan penerapan
healing
environment harus dapat membantu mengurangi stress yang dialami para pasien,
keluarga mereka, dan para staff. Sehingga subjek utama pada lingkungan ini
bukan lah pasien tetapi seluruh pengguna ruang. Pada pusat rehabilitasi yang
menggunakan konsep tradisional, pusat rehabilitasi tersebut ditata dengan
konsep desain pedesaan sehingga para pasien seolah-olah sedang berada di
pedesaan dengan interaksi langsung terhadap alam. Cara tersebut diyakini dapat
membantu dalam masa penyembuhan pasien.
Menurut Lidayana, M. Ridha Alhamdani, dan Valentinus Pebriano(2013)
dalam Jurnal Konsep dan Aplikasi Healing Environment dalam fasilitas Rumah
sakit , dikatakan bahwa Healing Environment merupakan suatu desain
lingkungan terapi yang memadukan antara unsur alam, indra dan psikologis.
Unsur alam dapat dirasakan melalui indra. Dengan indra dapat membantu
melihat, mendengar dan merasakan keindahan alam yang didesain. Hal tersebut
secara tidak langsung mempengaruhi psikologis pasien. Secara psikologis,
pasien akan merasakan kenyamanan dan keamanan dalam diri mereka. Ketiga
aspek tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi lingkungan terapi yang
dirancang. Contoh aplikasi dari konsep ini yaitu penerapan elemen air seperti air
mancur, kolam, akuarium ataupun gambar-gambar latar yang menggambarkan
pemandangan alam, serta perpaduan warna pada interior rumah sakit dan
perpaduan warna pada tanaman yang digunakan untuk membuat taman pada
eksterior rumah sakit. Desain Healing Environment ini diterapkan dalam interior
dan eksterior rumah sakit.
Menurut Sonia Ferary dan Drs. Andriyanto Wibisono, M.Sn (2013) dalam
Jurnal Studi Perancangan ruang pusat penyembuhan kanker dengan pendekatan
6
psikologi pengguna, dikatakan bahwa
Pada lingkungan terapetik dibutuhkan
lingkungan fisik yang tepat untuk mendukung proses penyembuhan psikologis,
dimana pasien akan mendapatkan dukungan moral, rasa aman, rasa nyaman, dan
perlindungan untuk memberikan semangat hidup dan mencari solusi terbaik
melalui desain interior yang baik dan tepat. Sebuah pusat berkumpul yang
bersifat yakni:
•Suportif, dimana fasilitas ini dapat memberikan dukungan moril dan semangat
secara langsung maupun tidak langsung bagi para penderita kanker serta
keluarga pasien.
•Preventif, dimana fasilitas ini dapat membantu masyarakat untuk melakukan
pencegahan terhadap kanker dengan memberikan informasi-informasi mengenai
kanker
• Persuasif, dimana fasilitas ini juga dapat mengajak secara langsung maupun
tidak langsung seluruh masyarakat, pasien, keluarga pasien, dan dokter untuk
ikut berpartisipasi mencegah penyakit kanker, serta memberikan dukungan
kepada pasien dan keluarga yang terkena kanker untuk mencapai tingkat hidup
yang lebih baik serta dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat.
Fasilitas ini diharapkan dapat membantu penderita agar timbul pemulihan dari
dalam dirinya sendiri dan dapat dapat mencapai tingkat hidup yang lebih baik
dimana fasilitas ini dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat sehingga
memperkecil angka kasus penderita kanker setiap tahunnya.Dalam perancangan
fasilitas Cancer Care Center ini membutuhkan kenyamanan psikologi pengguna
sehingga desain interior memiliki peran penting untuk dapat mewujudkannya.
Perancangan fasilitas ini memiliki tujuan yaitu untuk menciptakan suatu
lingkungan kondusif atau lingkungan fisik yang baik dan bersifat “psychological
supportive” sehingga dibutuhkan studi-studi tertentu. Studi tersebut dapat
terlihat dari implementasi desain yang diterapkan pada perspektif ruang.
Menurut Karin Dijkstra (2010) dalam Jurnal Understanding Healing
Environment : Effects of physical environmental stimuli on patients health and
well-being, dikatakan bahwa
Healthcare Environment terdiri dari beberapa
aspek meliputi ambient, arsitektur dan desain interior. Aspek desain ambient
meliputi pencahayaan, tingkat kebisingan, bau, dan suhu. Aspek arsitektur lebih
mencakup hal-hal yang permanen seperti tata ruang, ukuran, dan bentuk ruangan,
7
dan penempatan jendela. Sedangkan pada bagian interior hal-hal yang
mempengaruhi adalah perabot, material, warna, dan lainnya.
Aspek-aspek tersebut mempengaruhi kondisi lingkungan dan kondisi psikologis
pasien sehingga lingkungan fisik tersebut dapat menstimuli pikiran pasien agar
tidak merasakan stress, kecemasan, dan rasa takut.
Menurut Sarajane L. dan Eisen, B.S. (2013) dalam Jurnal The Healing
Children and Hospitalized Children, dikatakan bahwa Dalam penelitian ini, seni
diasumsikan memiliki manfaat terapi penyembuhan untuk anak-anak. Penelitian
pada pasien dewasa menunjukkan bahwa pengaplikasian seni ke dalam
lingkungan kesehatan dapat mengurangi stres yang dapat menghambat proses
penyembuhan. Dalam psikologis dan fisiologi anak, lingkungan sangat penting
dalam memberikan pengaruh pada proses penyembuhan, maka sangat penting
mengetahui jenis seni apakah yang dapat mengurangi stres.
Kesimpulannya, Pada pendekatan Healing Environment terdapat beberapa
aspek yang mempengaruhi, yaitu unsur alam, indra dan psikologis. Ketiga aspek
tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi lingkungan terapi yang
dirancang. Healing Environment memiliki fungsi untuk mengoptimalkan kondisi
pengguna ruang yang sedang menjalani masa penyembuhan. Ruang-ruang pada
lingkungan ini memiliki fungsi yang bervariasi. Bangunan dengan penerapan
healing environment harus dapat membantu mengurangi stress yang dialami para
pasien, keluarga mereka, dan para staff.
1.6.
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan adalah suatu gambaran singkat untuk membedakan
pembahasan dan perincian. Uraian dari sistematika pembahasan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Pada pendahuluan berisi latar belakang, perumusan masalah mengenai mengapa
perlu dibuat rumah sakit kanker anak dengan pendekatan Healing Environment,
tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan state of the art.
Bab 2 Landasan Teori
Pada landasan teori berisi kajian teori dan definisi yang dijabarkan
untuk menjawab permasalah penelitian serta variabel yang digunakan dalam
penelitian. Dimulai dari tinjauan umum yang berisi berbagai definisi mengenai
8
penyakit kanker dan tahapan pengobatan, dan rumah sakit anak. Tinjauan khusus
ikut dijabarkan mengenai definisi topik, yaitu Healing Environment yang akan
dibahas definisi dan penjelasannya, serta data-data studi banding dari hasil survey
yang dapat mendukung data penelitian.
Bab 3 Metode Penelitian
Bab metode penelitian berisi metode yang digunakan dalam penelitian, jenis dan
sumber data yang digunakan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang
menjawab pertanyaan dari masalah penelitian. Penelitian ini berupa data kualitatif
yang kemudian dijadikan persentase pada faktor Healing Environment sehingga
menjadi data kuantitatif.
Bab 4 Hasil dan Bahasan
Pada bab hasil dan bahasan akan dibahas mengenai data yang dikembangkan
berdasarkan hasil dari penelitian. Data-data berupa analisa survey faktor-faktor
Healing Environment pada objek perbandingan rumah sakit anak. Dari faktor-faktor
tersebut, didapatkan faktor mana yang laing berpengrauh pada penyembuhan,
kemudian turunan variabel faktor Healing Environment tersebut diaplikasikan dalam
desain.
Bab 5 Simpulan dan Saran
Simpulan berisi hasil peneltian dari bab 4 yang dapat menjawab masalah
penelitian yang disampaikan dalam bab 1. Simpulan pada penelitian ini berupa guide
line desain yang mempunyai beberapa aspek penerapannya. Saran berisi implikasi
hasil penelitian dan usulan untuk penelitian selanjutnya, serta saran bagi pengguna
yang akan melakukan penelitian.
Download