kak/tor per keluaran kegiatan - LPSE Badan Koordinasi Penanaman

advertisement
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)
RENCANA AKSI ATAS KEGIATAN SELURUH PERJANJIAN BILATERAL
DI BIDANG PENANAMAN MODAL
TAHUN ANGGARAN 2014
A.
LATAR BELAKANG
Hubungan luar negeri Republik Indonesia yang dilandasi politik bebas aktif merupakan salah satu
perwujudan dari tujuan Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana tercantum
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah berkewajiban menyelenggarakan
program-program pembangunan di segala bidang yang diperuntukkan bagi kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat, termasuk melalui kerjasama bilateral, regional, dan multilateral.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi, informasi, dan
transportasi, telah menyebabkan hubungan, lalu lintas dan pergerakan / perpindahan manusia,
barang dan jasa, serta modal menjadi lebih mudah dan cepat. Hal ini mendorong kegiatan
ekonomi khususnya bidang penanaman modal serta proses produksi sebuah produk tidak lagi
dibatasi oleh batas-batas negara. Pertimbangan efektifitas dan efisiensi kegiatan penanaman modal
menjadikan sifat hubungan ekonomi antar negara menjadi sebuah saling ketergantungan dan
sangat penting.
Kerjasama di bidang penanaman modal antara lain dilaksanakan dalam koridor antarpemerintah
melalui pertukaran informasi dan penguatan landasan hukum bagi pengembangan kerja sama lebih
lanjut antar kedua negara. Sesuai dengan komitmen Pemerintah Republik Indonesia untuk
semakin memajukan kerja sama ekonomi khususnya di bidang penanaman modalantar
pemerintah, khususnya dalam kerangka bilateral, guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan rakyat.
Di bidang penanaman modal, Pemerintah Indonesia terus mendorong penanaman modal dalam
negeri (PMDN) sebagai motor penggerak perekonomian dan penanaman modal asing
(PMA/FDI) sebagai pelengkap. Namun demikian, perkembangan perekonomian dunia yang
semakin melewati batas-batas antar Negara (globalisasi ekonomi dunia) mendorong posisi
penanaman modal asing menjadi lebih dominan. Hal ini terjadi hampir di seluruh wilayah dunia.
Secara global, aliran penanaman modal asing langsung (FDI) telah berkembang dari sekitar USD
1,2 triliun tahun 2010 menjadi USD 1,6-2,0 triliun pada tahun 2012. Sekitar setengah dari aliran
FDI tersebut akan menuju ke negara transisi dan berkembang. Melalui FDI, negara tuan rumah
mendapatkan keuntungan dari akses ke modal dan teknologi, sementara perusahaan penanam
modal mendapatkan akses ke pasar baru. Salah satu risiko terbesar investor adalah kesulitan
untuk melindungi hak-hak mereka dari campur tangan pemerintah negara tuan rumah. Penerapan
perjanjian penanaman modal bilateral (BITs) dan multilateral (MITs) di antara negara-negara
diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada investor. Perjanjian dimaksud menyediakan
ruang hukum yang memungkinkan perusahaan untuk menggugat negara.
Dalam BITs dan MITs, investor dapat bergantung pada jaminan yang luas seperti "full protection
and security" dan "fair and equitable treatment” oleh negara tuan rumah. Standar yang digunakan
untuk mendefinisikan deskripsi yang luas tersebut meninggalkan banyak ruang interpretasi.
Indonesia seperti banyak negara berkembang lainnya mempunyai kelemahan dalam hal
penyusunan dan negosiasi BIT. Banyak klausula dari BIT tidak disusun secara tepat sehingga BIT
dapat mencakup semua jenis aset dan risiko yang terkait dengan penanaman modal asing.
Data UNCTAD menunjukkan bahwa Indonesia sejauh ini telah menandatangani 67 BITs. BIT
tersebut tampaknya tidak mempunyai suatu pola dasar yang jelas yang dapat memberikan
pedoman, kejelasan dan konsistensi bagi BITs tersebut. Sementara beberapa dari BITs telah
membatasi aplikasi mereka sesuai dengan UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
dan perubahannya, BITs yang lain tidak punya pembatasan yang jelas tersebut. Di bawah payung
perjanjian BITs, Indonesia menjanjikan untuk tidak melakukan tindakan yang tidak adil atau
diskriminatif terhadap penanaman modal asing.
Indonesia telah memiliki pengalaman buruk dengan kasus arbitrase internasional yaitu kasus
Karaha Bodas dan kasus CalEnergy (terhadap PLN dan Kementerian Keuangan). Indonesia
memang bukan satu-satunya negara yang digugat oleh investor asing dalam arbitrase internasional.
Statistik International Centre for Settlement of Investment Dispute (ICSID) menunjukkan bahwa jumlah
arbitrase internasional telah meningkat dari hanya 69 kasus pada periode 1972-1999 menjadi 103
kasus pada tahun 2004-2005, 134 kasus pada tahun 2005 -2009 dan sudah 74 kasus pada periode
2010-2011. Bahkan menurut beberapa pakar hukum internasional, potensi kasus dan gugatan
hukum di forum internasional diperkirakan akan semakin marak. Pemerintah harus berpacu untuk
mengambil langkah-langkah mengantisipasi meningkatnya gugatan arbitrase internasional yang
dapat menyebabkan kerugian Negara yang lebih besar lagi.
Kecenderungan lainnya berkaitan dengan meningkatnya jumlah perjanjian penanaman modal
bilateral dibandingkan dengan multilateral. Dengan Perjanjian Lisbon (Lisbon Treaty), seluruh
kebijakan BIT negara anggota Uni Eropa sedang dikaji kembali oleh Komisi Eropa. Ini secara
efektif akan mempengaruhi sekitar setengah dari BITs dunia. Demikian juga ASEAN yang telah
mempunyai ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) untuk memajukan dan melindungi
penanaman modal intra-regional. Jika Indonesia mempunyai kesulitan dalam menyusun dan
mempertahankan diri terhadap P4M, akan jauh lebih bermasalah ketika berhadapan dengan
sebuah perjanjian multilateral, karena secara efektif mengurangi kontrol kedaulatan pada apa yang
sedang dinegosiasikan dan disepakati.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dianggap perlu menyusun rencana aksi dalam
menindaklanjuti hasil review seluruh P4M untuk merumuskan strategi nasional dan langkah
antisipatif terhadap potensi gugatan arbitrase internasional di bidang Penanaman Modal. Potensi
gugatan ini diidentifikasi akan semakin meningkat dan berkembang seiring dengan peningkatan
kinerja penanaman modal asing di Indonesia. Potensi gugatan arbitrase internasional jika tidak
disikapi/ direspon, diperkirakan akan dapat merugikan keuangan Pemerintah/Negara dan kondisi
iklim penanaman modal Indonesia.
Tindak lanjut dari kegiatan rencana aksi di atas adalah menguji kembali (assessment) terhadap
hasil pemetaan dan template review P4M yang telah dilakukan pada tahun 2013 sebelum
ditetapkan menjadi posisi Indonesia dalam perundingan dengan negara mitra agar sejalan dengan
kebijakan nasional terkini.
B.
MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN
-
Maksud kegiatan ini adalah menyusun rencana aksi dalam menindaklanjuti template/model
standar P4M hasil review pada tahun 2013 guna mendapatkan rumusan standar P4M
Indonesia yang teruji sebagai langkah antisipatif terhadap potensi gugatan arbitrase internasional
di bidang Penanaman Modal.
-
C.
Tujuannya adalah untuk memperoleh posisi runding Indonesia dalam melakukan kerjasama
internasional di bidang penanaman modal dengan negara mitra yang sejalan dengan kebijakan
nasional terkini.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pekerjaan untuk tenaga ahli adalah untuk membantu Direktorat Kerjasama
Bilateral dan Multilateral dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Melaksanakan inventarisasi, identifikasi dan konsolidasi dengan seluruh stakeholders
(Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Daerah) terkait isu/topik di dalam rumusan
P4M.
2. Melakukan analisis secara komprehensif atas template/model standar P4M hasil review pada
tahun 2013 dengan berdasarkan pertimbangan dari para ahli hukum nasional dan
internasional di bidang penanaman modal.
3. Menghasilkan template baru yang telah teruji dan sejalan dengan kebijakan nasional
Pemerintah RI termasuk peraturan di tingkat pusat dan daerah untuk menjadi posisi runding
Pemerintah RI dengan negara mitra.
D.
KEBUTUHAN FIRMA HUKUM DAN TENAGA AHLI
1. Pengadaan Jasa Konsultasi ini terbuka untuk Firma Hukum Lokal yang
bekerjasama/berafiliasi dengan Firma Hukum Internasional atau menjadi anggota dari
asosiasi/aliansi internasional yang salah satu bidang utamanya adalah menangani bidang
hukum penanaman modal .
2. Firma Hukum Lokal merupakan firma hukum Indonesia:
a.
yang secara sah telah berdiri berdasarkan hukum negara Republik Indonesia;
b. memiliki jumlah tenaga kerja advokat dan/atau konsultan hukum minimal 5 (lima) orang.
3. Dalam mengerjakan jasa konsultansi, firma hukum lokal dimaksud harus memperkerjakan
tenaga ahli dan tenaga pendukung dengan kualifikasi sebagai berikut:
Tenaga Ahli
-
1 (satu) orang Tenaga ahli utama sebagai Pimpinan Tim, dengan minimal 10 (sepuluh)
tahun pengalaman sebagai praktisi dan konsultan hukum di bidang hukum
ekonomi/bisnis/penanaman modal dengan kualifikasi pendidikan minimal S-2 bidang
hukum, terdaftar di Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI);
-
1 (satu) orang Tenaga ahli madya/Supervisor di bidang hukum, dengan minimal 5 tahun
pengalaman sebagai praktisi dan konsultan hukum di bidang ekonomi/bisnis/
penanaman modal dan/atau penyelesaian sengketa (baik di dalam maupun di luar
pengadilan), dengan kualifikasi pendidikan minimal S-1 bidang hukum, terdaftar di
PERADI;
-
2 (dua) orang Tenaga ahli madya/Assistant Supervisor, dengan minimal 3 (tiga) tahun
pengalaman sebagai praktisi dan konsultan hukum dengan salah satu bidang keutamaan
adalah hukum internasional, dengan kualifikasi pendidikan minimal S-1 bidang hukum,
terdaftar di PERADI;
-
3 (tiga) orang Tenaga Ahli Pendukung sebagai anggota tim yang mempunyai kualifikasi
minimal S-1 Hukum dengan minimal pengalaman 2 (dua) tahun sebagai konsultan
hukum; dan
-
2 (dua) orang Tenaga Ahli/konsultan Asing yang mempunyai pengalaman minimal 10
(sepuluh) tahun di bidang hukum penanaman modal internasional; menangani sengketa
bilateral sehubungan dengan perjanjian internasional; memberikan konsultasi kepada
pemerintah suatu negara dan organisasi internasional mengenai masalah-masalah hukum;
dan/atau telah atau sedang menjadi anggota organisasi internasional sehubungan dengan
penanaman modal internasional atau antar negara.
-
1 (satu) orang Asissten Tenaga Ahli/konsultan Asing yang mempunyai pengalaman
minimal 5 (lima) tahun di bidang hukum penanaman modal internasional; menangani
sengketa bilateral sehubungan dengan perjanjian internasional; memberikan konsultasi
kepada pemerintah suatu negara dan organisasi internasional mengenai masalah-masalah
hukum; dan/atau telah atau sedang menjadi anggota organisasi internasional sehubungan
dengan penanaman modal internasional atau antar negara.
Tenaga pendukung
-
1 (satu) Orang Office Administrator/Computer Operator yang mempunyai kualifikasi minimal
S-1.
Tenaga pendukung dimaksud menjalankan tugasnya di Direktorat Kerjasama Bilateral dan
Multilateral, Badan Koordinasi Penanaman Modal.
E.
METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui:
1. Desk study dan analisis data berdasarkan data primer dan sekunder termasuk studi-studi literatur
yang ada;
2. Field study melalui kunjungan dan mengadakan serangkaian pertemuan konsultansi antara lain
dengan lembaga-lembaga internasional terkait dengan BITs atau penyelesaian sengketa
internasional, pemerintah pusat dan daerah terkait, dunia usaha, akademisi baik di dalam
maupun luar negeri;
3. Studi analisis yang diperoleh dari hasil kegiatan tersebut di atas dengan menggunakan metode
analisis baik kuantitatif maupun kualitatif.
F.
HASIL YANG AKAN DICAPAI
Output dari kegiatan jasa konsultan ini adalah buku laporan hasil kajian yang berisi laporan lengkap
tentang:
1. Pelaksanaan inventarisasi, identifikasi dan konsolidasi dengan seluruh stakeholders
(Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Daerah) terkait isu/topik di dalam rumusan
P4M.
2. Hasil analisis secara komprehensif atas template/model standar P4M hasil review pada
tahun 2013 dengan berdasarkan pertimbangan dari para ahli hukum nasional dan
internasional di bidang penanaman modal.
3. Template baru yang telah teruji dan sejalan dengan kebijakan nasional Pemerintah RI termasuk
peraturan di tingkat pusat dan daerah untuk menjadi posisi runding Pemerintah RI dengan
negara mitra.
G.
JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:
No
H.
Waktu
Pelaksanaan
(Bulan)
Kegiatan/Tempat
01
02
03







1
Administrasi Kegiatan

2
Presentasi Laporan Pendahuluan

3
Pertemuan/Rapat dengan pemangku kepentingan terkait

4
Pertemuan konsultasi dengan Firma/Pakar Hukum di Luar
Negeri
5
Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) di Bali dan
Kalimantan Timur

6
Presentasi laporan antara

7
Penyampaian draft laporan akhir

8
Presentasi Laporan Akhir

9
Evaluasi Laporan Akhir

Biaya Yang Diperlukan
Sumber
pembiayaan
dibebankan
Rp. 5.000.000.000,- (Lima Miliar Rupiah)
kepada
anggaran
BKPM T.A. 2014 sebesar
Sebagaimana Rincian Anggaran Belanja terlampir.
Penanggung Jawab,
Direktur Kerjasama Bilateral dan Multilateral
Randi Anwar
Lampiran II
Spesifikasi Teknis
1. Penyedia Jasa menyediakan seluruh fasilitas yang berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan, dengan
spesifikasi sebagai berikut:
No.
1
Jenis Barang/Kegiatan
Belanja Bahan
Backdrop + Spanduk
Suvenir + Plakat
2
3
Backdrop dipasang di ruang kegiatan. Bahan striker, ukuran
3x3 m atau disesuaikan dengan ruangan.
Spanduk dipasang di tempat/hotel pelaksanaan, bahan striker
ukuran 3x1 m
Suvenir batik tulis ditambah plakat pembicara dengan
spesifikasi:
Bahan : Acrylic
Tulisan : Sablon / Gravir
Tinggi : 19 cm
Lebar : 8 cm
Ketebalan : 8 cm
Panggandaan bahan
Penggandaan bahan kegiatan sejumlah peserta
Dokumentasi foto
1 liputan fotografer, jumlah pengambilan foto tidak terbatas.
Output: 1 album kolase ukuran 20x30 (isi 50 foto) dengan box
kayu serta 2 CD backup semua foto.
ATK + Computer Supplies
Flashdisk, toner, Stopmap, kertas A4, Amplop, Stopmap
2. Belanja Non Operasional
Lainnya
Paket Fullday Meeting
Paket meting dengan kondisi dan fasilitas berstandar hotel
bintang 4 (empat) atau lebih dengan fasilitas standar ruang
rapat dengan setup ruangan class room/u shape dengan
sound system, podium, lighting, panggung, dekorasi, kursi
dan meja pembicara, microp
Paket Konsumsi Dinner
Diberikan secara buffet di hotel
Honor Nara Sumber
Diberikan kepada pakar atau ahli dibidangnya
Belanja Sewa
Kendaraan Operasional
4
Keterangan
Sewa Kendaraan (7-8 seats) untuk 12 jam dan sudah
termasuk bahan bakar dan supir
Belanja Perjalanan Lainnya
Tiket Bisnis PP
Tiket Ekonomi PP
Akomodasi hotel setingkat Es.I dan II
Diberikan kepada nara sumber atau pakar setingkat pejabat
Es.1 menggunakan maskapai nasional (apabila
memungkinkan).
Diberikan kepada nara sumber atau pakar setingkat pejabat
Es.II menggunakan maskapai nasional (apabila
memungkinkan).
Hotel tempat acara dengan Kamar Executive
Akomodasi Hotel setingkat Es. III ke
bawah
Uang Harian dan Taxi
Hotel tempat acara dengan Kamar Superior
Diberikan sesuai dengan jumlah dan aturan yang berlaku
2. Penyedia jasa wajib menyampaikan semua bukti pertanggungjawaban.
Download