BAB I - USD Repository - Universitas Sanata Dharma

advertisement
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PENETAPAN KADAR PHLOROTANNIN DALAM FRAKSI ETIL ASETAT
ALGA COKLAT Sargassum polyceratium Montagne
DENGAN METODE FOLIN-CIOCALTEAU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Angela Woro Dwi Priharina
NIM : 048114052
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PENETAPAN KADAR PHLOROTANNIN DALAM FRAKSI ETIL ASETAT
ALGA COKLAT Sargassum polyceratium Montagne
DENGAN METODE FOLIN-CIOCALTEAU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Angela Woro Dwi Priharina
NIM : 048114052
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
ii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Skripsi
PENETAPAN KADAR PHLOROTANNIN DALAM FRAKSI ETIL ASETAT
ALGA COKLAT Sargassum polyceratium Montagne
DENGAN METODE FOLIN-CIOCALTEAU
Oleh :
Angela Woro Dwi Priharina
NIM : 048114052
Telah disetujui oleh :
Ign. Yulius Kristio Budiasmoro, M.Si.
Tanggal 16 April 2008
iii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
iv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
It’s a long and heavy journey
untill I know where I’m supposed to be
Sometimes it’s too hard
to get enough strength
But by passing all success and failure
I learn to smile although I face many difficulties
I learn to share in the ups and downs of my life,
to share anything sincerely
to offer help or some loving care,
and to lean when I can’t stand up,
making sure that I’m not alone
and learn not to quit
when I am down or troubled,
or nothing is going right,
I learn to differentiate the right and wrong
Although the journey is so long
But only by getting through the life
with all blessings the Lord grants
I can grow and learn,
and appreciate His very best creation
Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus, Sahabat yang selalu memeliharaku dengan berkat
Ibu – Bapakku, ungkapan rasa hormat dan baktiku
Saudara Kembar dan Adikku
Para Sahabat dan Keluarga
dan Almamaterku tercinta
v
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama
: Angela Woro Dwi Priharina
Nomor Mahasiswa
: 048114052
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“PENETAPAN KADAR PHLOROTANNIN DALAM FRAKSI ETIL ASETAT
ALGA COKLAT Sargassum polyceratium Montagne DENGAN METODE
FOLIN-CIOCALTEAU”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 7 Juli 2008
Yang menyatakan
Angela Woro Dwi Priharina
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas segala
berkat yang dianugerahkan oleh-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi
berjudul “Penetapan Kadar Phlorotannin dalam Fraksi Etil Asetat Alga Coklat
Sargassum polyceratium Montagne dengan Metode Folin-Ciocalteau”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat yang diwajibkan untuk memperoleh gelar
sarjana farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam membuat skripsi ini, Penulis menyadari telah mendapat banyak
bantuan, bimbingan, dukungan, dan semangat dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan
hati Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ignatius Yulius Kristio Budiasmoro, M.Si., selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada Penulis mulai
dari saat penyusunan proposal penelitian hingga penyelesaian skripsi
ini.
3. Ibu Nora Iska Harnita, M.Si., Apt., yang telah memberikan kesempatan
kepada Penulis untuk ambil bagian dalam penelitian ini serta berkenan
meluangkan waktu untuk membimbing Penulis selama penelitian di
laboratorium, memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi
vi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Penulis, serta mendukung dan memberikan semangat saat Penulis
mengalami kebingungan dan kegagalan.
4. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Abdul Razaq Chasani, M.Si., dan Ibu Dr. Rina Sri Kasiamdari
dari Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta yang telah membantu mengidentifikasi alga.
7. Bapak Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt., yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan masukan kepada
Penulis.
8. Segenap staf pengajar, laboran dan karyawan Fakultas Farmasi, terima
kasih atas bantuan, dukungan, dan motivasi yang diberikan kepada
Penulis serta atas kebersamaan dan kerja sama yang telah terjalin.
9. Ibu Fransisca Christina Sri Suharni dan Bapak Matheus Poniman
tercinta serta Rini dan Esti yang selalu memberikan doa, cinta,
semangat, pengorbanan, serta dukungan yang sangat tulus.
10. Rekan seperjuangan, “Tim Alga”, Andri, Hendry, Dipta, Dewi, Fanny,
Elsa, yang telah bekerja sama dengan Penulis selama melakukan
penelitian di laboratorium dan menyusun skripsi ini, serta teman-teman
“Tim Teh”, “Tim Wortel”, “Tim Pulveres”, dan “Tim Jagung” yang
vii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
telah berjuang bersama dan saling mendukung selama bekerja di
laboratorium.
11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Farmasi angkatan 2004, terutama
para sahabat tercinta, Keke, Nana, Dika, yang telah bersedia berbagi,
memberikan semangat, dukungan, dan juga penghiburan yang membuat
Penulis tidak mudah menyerah, tegar dan kuat.
12. Para sahabat Mudika St. Vinsensius a Paulo dan St. Bonaventura, atas
kebersamaan dan keceriaan yang menjadi penyemangat dan menjadi
bagian untuk menghilangkan penat. Terima kasih untuk hal-hal yang
luar biasa yang telah kita buat.
13. Semua pihak yang telah berpartisipasi memberikan dukungan dan
bantuan kepada Penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, dengan segenap
kerendahan hati Penulis memohon maaf apabila terdapat hal-hal yang kurang
berkenan serta dengan besar hati Penulis menerima segala kritik serta saran yang
bermanfaat.
Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi pihak-pihak
yang membutuhkan dan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan,
khususnya mengenai alga coklat.
Yogyakarta, Juni 2008
Penulis
viii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Juni 2008
Penulis
Angela Woro Dwi Priharina
ix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Eksplorasi senyawa fenolik alam untuk mendapatkan agen fotoprotektif
baru terus dilakukan. Tumbuhan alga merupakan salah satu kekayaan laut Indonesia
yang sangat potensial, namun belum dimanfaatkan secara maksimal baik sebagai
makanan maupun agen biomedis. Alga mengandung phlorotannin yang bertanggung
jawab atas aktivitas antioksidan. Phlorotannin merupakan senyawa polifenol yang
hanya ditemukan pada tumbuhan alga khususnya spesies alga coklat. Salah satu
spesies alga coklat yang dapat dikembangkan adalah Sargassum polyceratium
Montagne.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan fraksi etil asetat alga coklat
Sargassum polyceratium Montagne serta menetapkan kadar phlorotannin dalam
fraksi etil asetat alga tersebut. Isolasi dilakukan dengan metode sokhletasi dengan
pelarut metanol p.a. Ekstrak kental yang diperoleh kemudian difraksinasi dengan
kloroform, akuades, dan etil asetat.
Kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga ditetapkan secara kolorimetri
dengan metode Folin-Ciocalteau. Larutan standar yang digunakan adalah
phloroglucinol yang dibuat seri konsentrasi 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; dan 6,0 ppm
dengan pelarut aseton 75%. Penetapan kadar phlorotannin dilakukan pada panjang
gelombang 750,1 nm dengan menggunakan persamaan kurva baku y = 1,2274 x +
0,0175. Kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum
polyceratium Montagne diperoleh sebesar 10,81 ± 0,28 mg PE (phloroglucinol
equivalent)/g fraksi.
Kata kunci : phlorotannin, alga coklat, Folin-Ciocalteau
x
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Exploration of natural phenolic compounds for obtaining the new
photoprotective agents has been doing. Algae is one of Indonesian potential marine
resources, but it is never used maximally either as food or biomedical agent. Algae
contains phlorotannins which is responsible for antioxidant effect. Phlorotannin is a
polyphenol substance which is only found in algae especially brown algae. One of
the brown algae can be developed is Sargassum polyceratium Montagne.
The aims of the research are to obtain ethyl acetate fraction of brown algae
Sargassum polyceratium Montagne and to determine concentration of phlorotannin
in ethyl acetate fraction of the algae. Isolation is done with soxhletation method with
methanol p.a. The extract obtained is fractioned using chloroform, aquadestilata, and
ethyl acetate.
Phlorotannin concentration in ethyl acetate fraction is determined with
colorimetric using Folin-Ciocalteau method. Standard solution used in the research is
phloroglucinol, made in 7 serial dilutions that is 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; dan 6,0 ppm
with 75 % aceton. Phlorotannin concentration is measured in 750,1 nm wavelength
using phloroglucinol’s linear regression equation y = 1,2274 x + 0,0175.
Phlorotannin concentration in ethyl acetate fraction of brown algae Sargassum
polyceratium Montagne is 10,81 ± 0,28 mg PE (phloroglucinol equivalent)/g
fraction.
Keywords : phlorotannin, brown algae, Folin-Ciocalteau
xi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….......... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………............... iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….......…. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………...........v
PRAKATA............................................................................................................. vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ ix
INTISARI................................................................................................................ x
ABSTRACT............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xviii
BAB I. PENGANTAR ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah......................................................................................... 4
C. Keaslian Penelitian .......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4
1. Manfaat teoritis ........................................................................................... 4
2. Manfaat praktis............................................................................................ 4
E. Tujuan Penelitian............................................................................................. 5
1. Tujuan umum .............................................................................................. 5
2. Tujuan khusus ............................................................................................. 5
xii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA..................................................................... 6
A. Alga Coklat Sargassum polyceratium Montagne ........................................... 6
B. Polifenol Alga (Phlorotannin) ........................................................................ 7
C. Isolasi .............................................................................................................. 9
D. Spektrofotometri Visibel............................................................................... 10
E. Kolorimetri .................................................................................................... 12
F. Metode Folin-Ciocalteau ............................................................................... 13
G. Kesalahan dalam Metode Analisis ................................................................ 16
1. Kesalahan sistematik................................................................................. 16
a. Kesalahan personil dan operasi ............................................................. 16
b. Kesalahan alat dan pereaksi .................................................................. 17
c. Kesalahan metode ................................................................................. 17
2. Kesalahan tidak sistematik........................................................................ 17
H. Keterangan Empiris....................................................................................... 18
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 20
A. Jenis Rancangan Penelitian ........................................................................... 20
B. Variabel dan Definisi Operasional ................................................................ 20
1. Variabel penelitian .................................................................................... 20
2. Definisi operasional .................................................................................. 20
C. Bahan dan Alat Penelitian ............................................................................. 21
1. Bahan ........................................................................................................ 21
2. Alat............................................................................................................ 22
E. Tata Cara Penelitian ...................................................................................... 22
xiii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
1. Pengambilan dan Preparasi Sampel Alga Coklat Sargassum polyceratium
Montagne .................................................................................................. 22
2. Penetapan Kadar Air Serbuk Alga ............................................................ 23
3. Skrining Fitokimia Alga............................................................................ 23
a. Preparasi ekstrak untuk skrining fitokimia.............................................23
b. Skrining tanin dan polifenol...................................................................... 24
4. Isolasi Phlorotannin dari Alga Coklat Sargassum polyceratium
Montagne .................................................................................................. 24
5. Optimasi Metode Kolorimetri dengan Folin-Ciocalteau........................... 25
a. Pembuatan Larutan Standar................................................................... 25
b. Penentuan Operating Time (OT)........................................................... 25
c. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) ............................. 26
d. Pembuatan Kurva Baku Phloroglucinol ............................................... 26
6. Estimasi Kadar Phlorotannin dalam Fraksi Etil Asetat Alga Coklat
Sargassum polyceratium Montagne ......................................................... 27
F. Analisis Hasil................................................................................................. 28
1. Analisis Hasil Skrining Tanin dan Polifenol............................................. 28
2. Analisis Hasil Penetapan Kadar Phlorotannin dalam Fraksi Etil Asetat
Alga Coklat Sargassum polyceratium Montagne dengan metode FolinCiocalteau ................................................................................................. 28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 29
A. Preparasi Sampel Alga Coklat Sargassum polyceratium Montagne................ 29
B. Skrining Fitokimia Alga ................................................................................... 33
xiv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
C. Isolasi Phlorotannin dari Alga Coklat Sargassum polyceratium Montagne.... 35
D. Optimasi Metode Folin-Ciocalteau .................................................................. 37
1. Pembuatan Larutan Standar ...................................................................... 37
2. Penentuan Operating Time (OT)............................................................... 38
3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λmaks) .................................. 40
4. Pembuatan Kurva Baku Phloroglucinol ................................................... 42
E. Estimasi Kadar Phlorotannin dalam Fraksi Etil Asetat Alga Coklat
Sargassum polyceratium Montagne................................................................ 44
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 47
A. Kesimpulan ................................................................................................... 47
B. Saran.............................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48
LAMPIRAN.......................................................................................................... 52
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 68
xv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.
Data replikasi seri baku phloroglucinol .............................................. 42
Tabel II. Hasil pembacaan absorbansi fraksi etil asetat alga coklat Sargassum
polyceratium Montagne...................................................................... 45
Tabel III. Hasil penetapan kadar ......................................................................... 45
xvi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Struktur kimia beberapa polifenol alga .............................................. 8
Gambar 2.
Rangkaian alat sokhletasi................................................................... 9
Gambar 3.
Instrumentasi spektrofotometer........................................................ 10
Gambar 4.
Reaksi fenol dengan reagen Folin-Ciocalteau.................................. 15
Gambar 5.
Ionisasi senyawa fenol ..................................................................... 16
Gambar 6.
Proses oksidasi fenol oleh enzim polifenol oksidase (PPO) ............ 31
Gambar 7.
Reaksi saat penetapan kadar air dengan Karl Fischer...................... 33
Gambar 8.
Reaksi phloroglucinol dengan FeCl3 ............................................... 34
Gambar 9.
Spektra OT phloroglucinol kadar 3,0 ppm dengan pereaksi Folin
Ciocalteau......................................................................................... 38
Gambar 10. Reaksi oksidasi phloroglucinol ........................................................ 39
Gambar 11. Reaksi phloroglucinol dengan reagen Folin-Ciocalteau .................. 40
Gambar 12. Spektra scanning λmaks phloroglucinol 3 macam konsentrasi
phloroglucinol: 1,0; 3,0; dan 6,0 ppm setelah direaksikan dengan
Folin Ciocalteau ............................................................................... 41
Gambar 13. Kurva baku hubungan kadar dan absorbansi phloroglucinol........... 43
xvii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Hasil determinasi alga dari Laboratorium Taksonomi Tumbuhan
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta............... 52
Lampiran 2.
Foto autoklaf Sanshenyiliaogixie YX-400Z ................................. 54
Lampiran 3.
Foto tirator Karl Fischer Mettler DL-18 ....................................... 54
Lampiran 4.
Hasil perhitungan kadar air serbuk alga coklat Sargassum
polyceratium Montagne dengan metode Karl Fischer .................. 55
Lampiran 5.
Hasil skrining fitokimia alga coklat Sargassum polyceratium
Montagne ...................................................................................... 57
Lampiran 6.
Foto uji kualitatif........................................................................... 58
Lampiran 7.
Foto fraksinasi ekstrak alga coklat Sargassum polyceratium
Montagne ...................................................................................... 59
Lampiran 8.
Foto vacum rotary evaporator ...................................................... 60
Lampiran 9.
Foto spektrofotometer UV-Vis Perkin Elmer Lambda 20 ............ 60
Lampiran 10. Data penimbangan seri baku phloroglucinol ................................ 61
Lampiran 11. Contoh perhitungan seri konsentrasi baku phloroglucinol ........... 62
Lampiran 12. Hasil scanning λmaks kadar phloroglucinol 1,0 ppm setelah
direaksikan dengan Folin-Ciocalteau............................................ 63
Lampiran 13. Hasil scanning λmaks kadar phloroglucinol 3,0 ppm setelah
direaksikan dengan Folin-Ciocalteau............................................ 63
Lampiran 14. Hasil scanning λmaks kadar phloroglucinol 6,0 ppm setelah
direaksikan dengan Folin-Ciocalteau............................................ 64
Lampiran 15. Hasil pembacaan seri baku phloroglucinol replikasi I.................. 64
xviii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 16. Hasil pembacaan seri baku phloroglucinol replikasi II................. 65
Lampiran 17. Hasil pembacaan seri baku phloroglucinol replikasi III ............... 65
Lampiran 18. Data penimbangan sampel.............................................................. 66
Lampiran 19. Data absorbansi sampel fraksi etil asetat alga coklat Sargassum
polyceratium Montagne ................................................................ 66
Lampiran 20. Contoh perhitungan kadar sampel .................................................. 67
xix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Eksplorasi senyawa fenolik alam yang memiliki cincin aromatik yang
berikatan sedikitnya dengan 1 gugus hidroksil untuk mendapatkan agen fotoprotektif
baru terus dilakukan. Beberapa contoh senyawa fenolik adalah caffeic acid, ferulic
acid, kuersetin, apigenin, genistein, resveratrol, nordihydroguaiaretic acid, carnosic
acid, silimarin, polifenol teh, dan tanin. Senyawa-senyawa tersebut terbukti
mempunyai efek fotoprotektif terhadap kerusakan kulit yang diinduksi radiasi UV.
Sayangnya eksplorasi senyawa fenolik tersebut masih mengandalkan tumbuhantumbuhan terestrial yang lingkungannya sangat terbatas (Svobodova, Psotova, dan
Walterova, 2003; Dahuri, 2003).
Sebagai negara yang dikelilingi oleh lautan, Indonesia mempunyai potensi
yang baik untuk memanfaatkan dan mengembangkan kekayaan lautnya terutama alga
atau rumput laut (Sulistiyowati, 1992). Tumbuhan alga merupakan salah satu
kekayaan laut Indonesia yang sangat potensial, namun belum dimanfaatkan secara
maksimal baik sebagai makanan maupun agen biomedis.
Alga mengandung makronutrien dan mikronutrien yang memiliki efek
protektif terhadap kesehatan yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Alga
merupakan sumber polisakarida (alginat, fucoidan, dan karagenan). Selain itu, alga
juga mengandung makronutrien seperti mineral (iodium dan kalsium), protein dan
1
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
2
asam amino, lemak dan asam lemak, serta mikronutrien seperti vitamin C, vitamin E,
polifenol dan karotenoid (Burtin, 2003).
Pada umumnya alga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi karena
berbagai kandungan komponen antioksidan yang sangat tinggi, seperti asam
askorbat, flavonoid, hidrokuinon, fikosianin, manitol, mioinositol, senyawa fenolik
serta poliamina. Dalam beberapa penelitian dinyatakan bahwa phlorotannin
bertanggung jawab atas aktivitas antioksidan alga (Wu dan Pan, 2004). Phlorotannin
merupakan senyawa polifenol yang tidak ditemukan pada tumbuhan terestrial, tetapi
hanya pada tumbuhan alga khususnya jenis alga coklat (Burtin, 2003). Phlorotannin
terdiri dari molekul dengan struktur dan tingkat polimerisasi yang heterogen yaitu
phloroglucinol dan oligomernya seperti eckol, phlorofucofuroeckol A, dieckol, 8,8’bieckol dan lainnya (Nagayama, Iwamura, Shibata, Hirayama, dan Nakamura,
2002). Phloroglucinol yang merupakan monomer phlorotannin menunjukkan
aktivitas antioksidan yang tinggi. Phloroglucinol memiliki struktur yang paling
sederhana dan mudah teroksidasi. Polifenol dengan polimer sedang memiliki panjang
gugus kromofor yang dapat memberikan absorbansi pada daerah panjang gelombang
UVA (320-400 nm) dan UVB (280-320 nm) sehingga dapat dikembangkan sebagai
produk antioksidan.
Beberapa aktivitas biologik phlorotannin yang telah diteliti adalah
antiproliferasi dan antioksidan (Athukorala, Kim, dan Jeon, 2006; Yuan dan Walsh,
2006), efek protektif terhadap ionizing radiation (Kang, et al., 2006), kemampuan
untuk mengabsorbsi sinar UV (Roleda, Wiencke, dan Luder, 2006; Swanson dan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
3
Druehl, 2002), sitoprotektif terhadap stress oksidatif (Kang, et al., 2005), dan
inhibitor HIV-1 reverse transcriptase dan protease (Ahn, et al., 2004).
Salah satu alga yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu Sargassum
polyceratium Montagne. Jenis Sargassum ini banyak tersebar di pantai selatan
termasuk pantai Drini, Gunung Kidul, Yogyakarta. Oleh karena itu, agar dapat lebih
dimanfaatkan secara optimal perlu dilakukan penetapan kadar phlorotannin dalam
alga coklat Sargassum polyceratium Montagne sebagai langkah awal pengembangan
kandungan polifenol dalam alga tersebut terutama sebagai produk kosmetik
antioksidan seperti sunscreen.
Zhang, Zhang, Shen, Silva, Dennis, dan Barrow (2006) melakukan
penelitian tentang metode sederhana untuk estimasi kandungan polifenol total pada
rumput laut dan ekstraknya berdasarkan reaksi kolorimetri Folin-Ciocalteau. Metode
tersebut memiliki keunggulan dalam hal sensitivitasnya mengukur senyawa-senyawa
yang memiliki gugus fenolik hingga tingkat part per million (ppm) serta prosedurnya
yang sederhana karena hanya memerlukan satu jenis pereaksi yaitu reagen FolinCiocalteau. Sementara itu, Pavia, Toth, Lindgren, dan Aberg (2003) melaporkan
variasi intraspesifik kandungan phlorotannin dalam alga coklat Ascophyllum
nodosum. Dilaporkan pula bahwa khasiat sebagai antiproliferasi ekstrak alga
berkorelasi positif dengan kandungan total polifenol yang diduga berhubungan
dengan kandungan phlorotannin (Yuan dan Walsh, 2006).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
4
B. Perumusan masalah
Permasalahan penelitian ini difokuskan pada fraksi phlorotannin yang
diisolasi dari alga coklat Sargassum polyceratium Montagne. Rumusan permasalahan
adalah sebagai berikut :
a. Apakah phlorotannin dapat diisolasi dari alga coklat Sargassum
polyceratium Montagne?
b. Berapakah kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat
Sargassum polyceratium Montagne yang ditetapkan dengan metode
Folin-Ciocalteau?
C. Keaslian penelitian
Sepengetahuan peneliti, penelitian tentang penetapan kadar phlorotannin
dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum polyceratium Montagne dengan
metode Folin-Ciocalteau belum pernah dilakukan.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai
kadar phlorotannin pada alga coklat Sargassum polyceratium Montagne sehingga
dapat dikembangkan sebagai senyawa bioaktif.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan mengenai pengembangan produk alam dari biota laut, khususnya
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
5
tentang pemanfaatan alga coklat Sargassum polyceratium Montagne dalam
industri makanan, farmasi, dan kosmetik.
E. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui kadar phlorotannin dalam
alga coklat.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengisolasi phlorotannin dari alga coklat Sargassum polyceratium
Montagne.
b. Mengetahui kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat
Sargassum polyceratium Montagne yang ditetapkan dengan metode
Folin-Ciocalteau.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Alga Coklat Sargassum polyceratium Montagne
Alga coklat Sargassum polyceratium Montagne termasuk dalam kelas
Phaeophyceae, ordo Fucales, dan famili Sargassaceae, serta merupakan salah satu
alga coklat marga Sargassum dengan spesies Sargassum polyceratium Montagne
(Anonim, 2008).
Lingkungan tempat tumbuh alga Sargassum terutama di daerah perairan
yang jernih yang memiliki substrat dasar batu karang, karang mati, batuan vulkanik,
dan benda-benda yang bersifat massive yang berada di dasar perairan. Habitat alga
Sargassum di perairan dengan kedalaman 0,5–10 m. Marga ini tumbuh subur pada
daerah tropis dengan suhu perairan 27,25–29,30°C dan salinitas 32–33,5‰.
Kebutuhan intensitas cahaya matahari alga Sargassum berkisar 6500–7500 lux. Alga
Sargassum tumbuh berumpun dengan untaian cabang-cabang. Panjang thalli utama
mencapai 1–3 m dan tiap-tiap percabangan terdapat gelembung udara berbentuk
bulat yang disebut bladder yang berguna untuk menopang cabang-cabang thalli
terapung ke arah permukaan air untuk mendapatkan intensitas cahaya matahari
(Kadi, 2007).
Kandungan bahan kimia utama alga coklat Sargassum yaitu alginat. Dalam
industri kosmetik alginat digunakan sebagai bahan pembuat sabun, cream body
lotion, sampo, dan cat rambut. Selain alginat, alga coklat Sargassum juga
6
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
7
mengandung protein, vitamin C, tanin, iodin sebagai obat pencegah gondok, dan
fenol (Kadi, 2007).
B. Polifenol Alga (Phlorotannin)
Polifenol alga atau lebih dikenal sebagai phlorotannin banyak terdapat pada
alga coklat, namun polifenol alga ini mempunyai perbedaan dengan polifenol dari
tumbuhan terestrial. Polifenol dari tumbuhan terestrial berasal dari asam galat dan
asam elagat, sedangkan polifenol alga berasal dari unit phloroglucinol (1,3,5trihydroxybenzine) (Burtin, 2003). Phlorotannin terdiri dari molekul dengan struktur
dan tingkat polimerisasi yang heterogen yaitu phloroglucinol (2%) dan oligomernya
seperti eckol (trimer, 3%), phlorofucofuroeckol A (pentamer, 28%), dieckol
(hexamer, 7%), 8,8’-bieckol (hexamer, 7%) dan lainnya (30%). Contoh struktur
kimia senyawa-senyawa polifenol alga seperti pada gambar 1. Kandungan
phlorotannin paling tinggi ditemukan pada alga coklat antara 5-15% berat kering
(Nagayama, et. al, 2002).
Phlorotannin dengan struktur dan tingkat polimerisasi yang heterogen
memungkinkan senyawa ini mempunyai aktivitas biologik yang luas. Phloroglucinol
yang merupakan monomer phlorotannin menunjukkan aktivitas antioksidan yang
tinggi. Beberapa aktivitas biologik phlorotannin yang telah diteliti adalah
antiproliferasi dan antioksidan (Athukorala, Kim, dan Jeon, 2006; Yuan dan Walsh,
2006), efek protektif terhadap ionizing radiation (Kang, et al., 2006), kemampuan
untuk mengabsorbsi sinar UV (Roleda, Wiencke, dan Luder, 2006; Swanson dan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
8
Druehl, 2002), sitoprotektif terhadap stress oksidatif (Kang, et al., 2005), dan
inhibitor HIV-1 reverse transcriptase dan protease (Ahn, et al., 2004).
OH
HO
OH
(1)
(2)
(4)
(3)
(5)
Gambar 1. Struktur kimia beberapa polifenol alga : (1) Phloroglucinol, (2)
eckol, (3) phlorofucofuroeckol A, (4) dieckol, (5) 8,8’-bieckol
Glombitza dan Keusgen (1995) menemukan phloroglucinol bebas dalam
Fucus vesiculosus dan mendeskripsikan isolasi beberapa polyphloroglucinol dan
dinamakan difucol, trifucol, serta campuran dua isomerik tetrafucol. Dari ganggang
coklat yang lain, Bifurcaria bifurcate, diisolasi sebuah difenil eter dan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
9
dikarakterisasikan sebagai paracetate. Data spektrum menunjukkan senyawa ini,
bernama bifuhalol yang lebih lanjut diduga sebagai prekusor tanin phaeophyta.
C. Isolasi
Kandungan senyawa organik dari jaringan tumbuhan kering dapat diperoleh
dengan cara mengekstraksi berkesinambungan serbuk bahan dengan alat sokhlet
(rangkaian alat sokhlet seperti pada gambar 2) dengan menggunakan pelarut secara
berganti-ganti mulai dengan eter lalu eter minyak bumi dan kloroform (untuk
memisahkan lipid dan terpenoid) sedangkan untuk senyawa yang lebih polar
digunakan alkohol atau etil asetat (Harborne, 1987). Sokhletasi mempunyai
keuntungan antara lain memerlukan cairan penyari lebih sedikit dan secara langsung
hasil yang diperoleh lebih pekat, serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang
murni maka dapat menyari zat aktif lebih banyak dan penyarian dapat diteruskan
sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume cairan penyari (Anonim, 1986).
Gambar 2. Rangkaian alat sokhletasi : A) tempat ekstraksi sampel, B) tempat
solven
Pemisahan ekstrak menjadi kelompok senyawa yang memiliki sifat
fisikokimia yang sama disebut fraksinasi. Fraksinasi dapat dilakukan dengan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
presipitasi,
ekstraksi
pelarut-pelarut,
destilasi,
dialisis,
kromatografi,
10
dan
elektroforesis. Pada ekstraksi pelarut-pelarut, akan terbentuk dua lapisan pada saat
suatu cairan ditambahkan pada ekstrak yang berada pada cairan lain yang tidak
saling campur. Komponen dalam campuran mempunyai kelarutan pada tiap lapisan
dan setelah beberapa saat konsentrasi ekuilibrium pada kedua lapisan tercapai
(Houghton, 1998).
D. Spektrofotometri Visibel
Spektrofotometri visibel merupakan salah satu teknik analisis spektroskopik
yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik sinar tampak pada panjang
gelombang 380 – 780 nm dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan
Suharman, 1995). Spektrofotometer adalah suatu instrumen yang akan memecah
radiasi polikromatis menjadi panjang gelombang berbeda. Instrumentasi seluruh
spektrofotometer yang ada : 1) sumber radiasi kontinyu pada λ tertentu, 2)
monokromator untuk memilih berkas sempit dari sumber spektrum, 3) sel sampel, 4)
detektor, dan 5) pembaca respon detektor atau recorder (Christian, 2004), seperti
terlihat pada gambar 3.
Gambar 3. Instrumentasi spektrofotometer (Cairns, 2005)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
11
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan atas interaksi antara radiasi
elektromagnetik dengan materi berupa atom, ion, atau molekul. Radiasi
elektromagnetik merupakan salah satu jenis energi yang ditransmisikan dalam ruang
dengan kecepatan tinggi. Interaksi antar molekul yang memiliki gugus kromofor dan
radiasi elektromagnetik pada daerah sinar ultraviolet dan sinar tampak akan
menghasilkan spektra absorbansi elektronik. Spektra absorbansi tersebut dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif karena jumlah radiasi elektromagnetik yang
diserap memiliki hubungan dengan jumlah molekul penyerap (Khopkar, 1990;
Skoog, 1985).
Aspek kuantitatif spektrofotometer didasarkan pada hukum Lambert-Beer.
Hukum ini menyatakan hubungan antara transmitan (T) dengan tebalnya cuplikan
dan konsentrasi bahan penyerap. Hubungan tersebut dinyatakan sebagai berikut :
A = log
1
Io
= log
=εbc
T
I
Keterangan :
A
= serapan
T
= persen transmitan
Io
= intensitas radiasi yang datang
I
= intensitas radiasi yang diteruskan
ε
= absorbtivitas molar (L mol-1 cm-1)
b
= panjang sel (cm)
c
= konsentrasi larutan (mol L-1)
(Cairns, 2005; Silverstein, Bassler, dan Morrill, 1986)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
12
E. Kolorimetri
Kolorimetri merupakan suatu teknik pengukuran cahaya yang diabsorbsi
oleh zat berwarna, baik warna yang terbentuk dari asalnya maupun akibat reaksi
dengan zat lain (Khopkar, 1990). Metode kolorimetri merupakan metode analisis
yang didasarkan pada gugus yang dapat bereaksi membentuk warna menggunakan
instrumen spektrofotometer visibel dengan spektrum elektromagnetik pada daerah
tampak mata manusia yaitu sekitar 400-700 nm atau 4000-7000 Å (1 nm = 10 Å)
(Butz dan Nobel, 1961). Pada kolorimetri, pengukuran dilakukan terhadap serapan
cahaya oleh larutan yang berwarna. Kadar larutan dibuat dengan konsentrasi menaik.
Warna larutan tersebut dibandingkan dengan senyawa yang hendak dianalisis.
Penentuan fotometri senyawa tidak berwarna yang diubah menjadi zat yang
berwarna juga dapat dilakukan dalam daerah sinar tampak/visibel (400 – 800 nm)
(Khopkar, 1990; Roth dan Baschke, 1994).
Pemilihan prosedur kolorimetri untuk menentukan substansi tergantung
pada pertimbangan sebagai berikut :
1. metode kolorimetri akan memberikan hasil yang lebih akurat pada konsentrasi
rendah daripada titrimetri atau gravimetri.
2. metode kolorimetri sering digunakan pada kondisi di mana tidak ada titrimetri
atau gravimetri.
3. metode kolorimetri memiliki beberapa keuntungan dalam hal spesifisitas (Vogel,
1978).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
13
Kriteria untuk analisis kolorimetri yang baik adalah :
1. Menghasilkan reaksi warna yang khusus
Reaksi-reaksi yang ada sangat sedikit sekali untuk beberapa substansi tertentu,
tetapi justru memberikan warna-warna yang banyak membentuk kelompok warna
tersendiri yang hanya berhubungan dengan substansi khusus.
2. Adanya proporsi yang sesuai antara warna dan konsentrasi
Untuk kolorimeter visual sangat penting bahwa intensitas warna harus meningkat
secara linier dengan konsentrasi substansi yang ditentukan.
3. Stabilitas warna
Warna yang dihasilkan harus sama untuk mendapatkan hasil yang akurat. Hal ini
menerapkan reaksi-reaksi warna yang akan dicapai secara maksimal. Waktu
untuk mencapai warna yang maksimal harus cukup lama untuk mendapatkan
pengukuran yang akurat.
4. Reprodusibel
Prosedur kolorimetri harus memberikan hasil yang reprodusibel dalam kondisi
yang spesifik.
5. Kejernihan larutan
Larutan harus bebas dari pengotor jika pembanding yang dipakai dibuat dengan
standar. Kekeruhan akan menyerap cahaya dengan baik (Vogel, 1978).
F. Metode Folin-Ciocalteau
Reagen Folin-Ciocateau tersusun atas 100 g natrium tungstat, 25 g natrium
molibdat P, 50 mL asam fosfat P, 100 mL HCl P, 150 g litium sulfat P, dan beberapa
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
14
tetes brom P (Anonim, 1995a). Reagen aktif Folin-Ciocalteau, suatu agen
pengoksidasi, tersusun atas larutan asam berwarna kuning yang mengandung
kompleks ion polimerik yang dibentuk dari asam heteropoli asam tungstat dan asam
molibdat. Pada kenyataannya reagen ini mengandung rangkaian polimerik yang
memiliki bentukan
umum dengan pusat
unit tetrahedral fosfat (PO43-) yang
dikelilingi oleh beberapa unit oktahedral asam-oksi molibdenum. Struktur tungsten
dapat dengan bebas bersubstitusi dengan molibdenum (Singleton dan Rossi, 1965).
Bagian yang paling aktif dari reagen Folin-Ciocalteau adalah molibdat.
Dalam bentuk tunggal, molibdat sukar larut dan membentuk koloid. Oleh karena itu,
molibdat ditambah asam sehingga berwujud cair non-koloid. Asam yang
ditambahkan pada reagen ini umumnya asam fosfat, tungstat, atau wolframat
(Auterhoff dan Knabe, 1978). Reagen ini mengoksidasi fenolat (garam alkali),
sehingga mereduksi asam heteropoli menjadi kompleks Mo-W. Fenolat hanya ada
pada larutan basa tetapi reagen dan produknya tidak stabil pada kondisi basa. Reaksi
tersebut menghasilkan warna biru ungu yang dapat diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer (Jansoon, 2005).
Metode Folin-Ciocalteau telah digunakan untuk mendeterminasikan fenol
total (Singleton dan Rossi, 1965). Metode Folin-Ciocalteau digunakan untuk
menetapkan konsentrasi gugus-gugus hidroksil fenolik dalam sampel. Metode ini
tidak memberikan data senyawa fenolik tertentu dalam ekstrak. Metode FolinCiocalteau berdasar atas kemampuan mereduksi gugus hidroksil fenolik dan sangat
tidak spesifik, namun dapat mendeteksi semua fenol tanpa ada diferensiasi antara
asam galat, monomer, dimer, dan senyawa fenolik yang lebih besar dengan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
15
sensitivitas berbeda. Reaksi redoks fenolat dapat terjadi di bawah kondisi basa
mereduksi kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat dalam reagen menjadi suatu
kompleks molibdenum-tungsten warna biru (gambar 4). Warna biru yang terbentuk
akan semakin pekat setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, artinya
semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang
akan mereduksi asam heteropoli sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat
(Box, 1983; Singleton dan Rossi, 1965).
OH
O
H5(PMo12O40)
+
H3PO4(MoO3)12
+
+ H 2O
atau
H7(PMo12O40)
O
gugus fenol
reagen Folin-Ciocalteau
kuinon
kompleks oktahedral
molybdenum-blue
Gambar 4.Reaksi fenol dengan reagen Folin-Ciocalteau
Saat analisis, terjadi kesetimbangan reaksi redoks. Oleh karena porsi yang
terionisasi bereaksi dengan reagen Folin-Ciocalteau maka kesetimbangan bergeser
dan akan lebih banyak ion fenolat yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan waktu agar
reaksi mendekati sempurna. Di samping itu, gugus fenol teroksidasi dengan cepat
hanya pada suasana yang cukup basa untuk menghasilkan ion-ion fenolat dalam
konsentrasi yang cukup. Sekitar 50% fenol terionisasi pada pH 9 hingga 10 (ionisasi
senyawa fenol menjadi ion fenolat ditunjukkan pada gambar 5). Namun sayangnya,
reagen Folin-Ciocalteau dan kompleks berwarna biru yang terbentuk tidak stabil
dalam larutan basa. Untuk pertimbangan tersebut maka diperlukan kondisi optimum
untuk produksi reaksi yang cepat dan retensi waktu yang panjang untuk
memaksimalkan warna. Kondisi tersebut mencakup kadar reagen fosfo-molibdo-
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
16
tungstat yang tinggi serta alkalinitas yang sedang agar reagen Folin-Ciocalteau tetap
bertahan dalam kondisi basa sehingga dapat bereaksi dengan semua ion fenolat
(Singleton dan Rossi, 1965).
Gambar 5. Ionisasi senyawa fenol
G. Kesalahan dalam Metode Analisis
Mulja dan Suharman (1995) mengkategorikan kesalahan dalam analisis
kimia menjadi 2 kelas utama, yaitu :
1. Kesalahan sistematik (determinate errors)
Kesalahan sistematik merupakan hasil analisis yang menyimpang secara
tetap dari nilai kadar yang sebenarnya karena proses pelaksanaan prosedur analisis,
sehingga kesalahan ini juga disebut kesalahan prosedur (Mulja dan Suharman, 1995).
Beberapa faktor penyebab kesalahan ini antara lain:
a. kesalahan personil dan operasi
Kesalahan ini disebabkan oleh cara pelaksanaan analisis dan bukan karena
metode. Kesalahan operasi umumnya bersifat fisis, bukan khemis, misalnya
kesalahan pengamatan visual pada titik akhir titrasi, kesalahan cara pencucian
endapan, dan sebagainya. Kesalahan ini bersifat individual dan sangat
dipengaruhi oleh keterampilan analis dalam melakukan pekerjaan analisis.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
17
b. kesalahan alat dan pereaksi
Kesalahan ini disebabkan oleh pereaksi yang kurang murni, alat yang kurang
valid, atau pemakaian alat yang kurang tepat walaupun alat tersebut dalam
kondisi baik, misalnya pengambilan volume dengan menggunakan pipet ukur
atau gelas ukur, penggunaan buret 50 mL (buret makro) untuk analisis mikro, dan
sebagainya.
c. kesalahan metode
Kesalahan ini disebabkan oleh kesalahan pengambilan sampel, kesalahan akibat
reaksi kimia yang tidak sempurna, atau ikut mengendapnya zat-zat yang tidak
diinginkan (Day dan Underwood, 1986).
Kesalahan sistematik dapat dihindari atau diperkecil dengan beberapa cara
seperti berikut:
1) mengkalibrasi instrumen dan melakukan koreksi secara berkala (biasanya setiap
3 bulan atau disesuaikan dengan frekuensi pemakaian alat)
2) memilih metode dan prosedur standar dari badan resmi
3) memakai bahan kimia dengan derajat untuk analisis
4) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para analis
5) melakukan penetapan blanko atau kontrol dengan zat baku
6) melakukan penetapan paralel (in duplo atau in triplo)
2. Kesalahan tidak sistematik (indeterminate errors)
Kesalahan tidak sistematik adalah penyimpangan yang tidak tetap dari hasil
penentuan kadar dengan instrumen yang disebabkan fluktuasi dari instrumen yang
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
18
dipakai. Penyebab kesalahan ini tidak dapat ditentukan dan tidak dapat dikontrol,
sehingga kesalahan ini disebut juga kesalahan acak (random error) (Mulja dan
Suharman, 1995).
H. Keterangan Empiris
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
besarnya
kandungan
phlorotannin dalam alga coklat Sargassum polyceratium Montagne. Alga coklat
Sargassum polyceratium Montagne mengandung senyawa polifenol yang lebih
dikenal sebagai phlorotannin. Adanya kandungan polifenol dibuktikan dengan
analisis kuantitatif menggunakan reagen FeCl3. Filtrat ekstrak alga bereaksi positif
dengan reagen menghasilkan warna coklat tua kehijauan.
Polifenol alga (phlorotannin) dapat diekstraksi dengan metode maserasi
maupun sokhletasi dengan pelarut metanol. Metode maserasi menghasilkan ekstrak
yang lebih sedikit dibanding metode sokhletasi. Metode sokhletasi menggunakan
panas dan ekstraksi secara berkesinambungan sehingga lebih efisien. Pemilihan
sokhletasi sebagai teknik penyarian didasarkan atas pertimbangan bahwa kandungan
phlorotannin dalam alga coklat ini tahan terhadap pemanasan.
Ekstrak metanol yang diperoleh difraksinasi dengan etil asetat untuk
mendapatkan phlorotannin dengan polimer sedang. Polifenol berpolimer sedang
memiliki panjang gugus kromofor yang dapat memberikan absorbansi pada daerah
panjang gelombang UVA (320-400 nm) dan UVB (280-320 nm). Polifenol rantai
pendek memiliki gugus kromofor sedikit dan serapan pada daerah UV tidak
maksimal, sedangkan jika polimer polifenol terlalu panjang maka akan memberikan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
19
absorbansi pada panjang gelombang visibel (400-800 nm). Polifenol dengan rantai
yang terlalu panjang tidak dapat dikembangkan sebagai bahan aktif pembuatan
produk sunscreen karena tidak dapat memberikan absorbansi pada panjang
gelombang UV.
Analisis kuantitatif untuk menetapkan kadar phlorotannin dalam alga coklat
dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteau. Reagen Folin-Ciocalteau spesifik
terhadap gugus fenol, sehingga dapat bereaksi dengan polifenol alga, mengoksidasi
gugus fenolik-hidroksil, membentuk kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna
biru, dan dapat dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer visibel.
Standar yang digunakan dalam penetapan kadar polifenol alga ini adalah
phloroglucinol yang merupakan monomer phlorotannin alga. Zhang, et al. (2006)
mendapatkan hasil pembacaan panjang gelombang maksimum produk berwarna biru
yang dihasilkan dari metode Folin-Ciocalteau pada sampel alga A. nodosum dan
standar phloroglucinol sama-sama berada pada panjang gelombang 750 nm atau
dengan kata lain terdapat kesamaan karakteristik antara phlorotannin dengan standar
phloroglucinol saat direaksikan dengan reagen Folin-Ciocalteau. Perhitungan kadar
phlorotannin dinyatakan ekuivalen dengan phloroglucinol (mg PE/g fraksi).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian non eksperimental karena tidak ada
intervensi atau perlakuan terhadap parameter yang diamati.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel utama penelitian ini adalah kadar phlorotannin dalam fraksi etil
asetat alga coklat Sargassum polyceratium Montagne.
b. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini meliputi volume cairan
penyari untuk mengisolasi phlorotannin dalam alga coklat Sargassum
polyceratium Montagne, tempat panen alga di Pantai Drini, waktu panen pada
bulan Mei 2007, serta komposisi reagen saat analisis.
c. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah umur alga yang
dipanen (bukan tanaman budidaya), pH, suhu dan kelembaban ruang saat
analisis.
2. Definisi operasional
a. Simplisia alga coklat merupakan alga coklat Sargassum polyceratium
Montagne yang diambil dari Pantai Drini, Gunung Kidul, Yogyakarta dengan
thallus alga pendek dan bergerigi.
20
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
21
b. Ekstrak kental adalah ekstrak metanol hasil sokhletasi serbuk alga coklat
pada suhu antara 100°C hingga 120°C kemudian dipekatkan pelarutnya
dengan vacum rotary evaporator sampai volume yang kecil (volume ekstrak
∼1/10 volume awal).
c. Fraksi etil asetat alga coklat adalah fraksi yang diperoleh dari fraksinasi
ekstrak kental metanol simplisia alga coklat menggunakan etil asetat dan
diuapkan pelarutnya dengan vacum rotary evaporator sampai pekat
kemudian dikeringkan di atas waterbath.
d. Kadar phlorotannin adalah kadar polifenol total dalam fraksi etil asetat alga
coklat yang ditetapkan dengan metode Folin-Ciocalteau dan dihitung
ekuivalen dengan phloroglucinol (mg PE/g fraksi).
C. Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan yang digunakan adalah simplisia alga coklat Sargassum polyceratium
Montagne yang diambil dari pantai Drini, Gunung Kidul, Yogyakarta, kertas filter
Schleicher & Schuell, metanol pro analysis (p.a.), kloroform p.a., etil asetat p.a.,
aseton p.a., natrium bikarbonat p.a., phloroglucinol yang kesemuanya berasal dari
Merck, Germany, pereaksi Folin-Ciocalteau dari Sigma Chem, Co., USA, larutan
gelatin 1%, larutan NaCl 10%, dan akuades.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
22
2. Alat
Alat-alat yang digunakan meliputi autoklaf Sanshenyiliaogixie YX-400Z,
oven Memmert ULM 500, UM 400, dan U 50, oven Termaks seri 88725, blender
Retsch bv, seperangkat alat titrasi Karl Fischer Mettler DL-18, seperangkat
spektrofotometer UV-Vis Perkin Elmer Lambda 20, timbangan elektrik BP 160 dan
Scaltec SBC 22 readability 0, 01 mg, vacum rotary evaporator (Buchi), waterbath
(Abo-Tech), corong Buchner, mikropipet 0, 5 - 10 μL dan 100 – 1000 μL (Acura
825, Socorex), tabung reaksi bertutup (Scott-Germany), sokhlet, labu alas bulat,
heating mantle, corong pisah 500 mL, alat sentrifus, homogenizer (Vortex Genie),
dan alat-alat gelas.
D. Tata Cara Penelitian
1. Pengambilan dan preparasi sampel alga coklat Sargassum polyceratium
Montagne
Sampel alga coklat Sargassum polyceratium Montagne diperoleh dari
hasil panen petani dari Pantai Drini, Gunung Kidul, Yogyakarta dalam bentuk
simplisia kering.
Alga coklat Sargassum polyceratium Montagne dikumpulkan, dicuci dengan
air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel, kemudian dimasukkan
ke dalam autoklaf selama 30 menit pada suhu 100°C. Selanjutnya dikeringkan
dengan oven dengan suhu 80-100°C selama 6 hari sampai dapat dihancurkan dengan
tangan, diserbuk dengan blender, kemudian diayak.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
23
2. Penetapan kadar air serbuk alga
Penetapan kadar air serbuk alga dilakukan dengan menggunakan metode
Karl Fischer. Serbuk alga ditimbang 2,0 gram, kemudian ditambahkan 10 mL
metanol, lalu didiamkan selama 1 hari pada suhu kamar. Selanjutnya dilakukan pretitrasi pada alat, lalu dilakukan uji kebocoran alat, hingga didapat angka drift 10-50
pada alat. Standardisasi dilakukan dengan cara spuit berisi air ditimbang, kemudian 1
tetes air dimasukkan ke dalam alat. Kemudian spuit ditimbang kembali untuk
menentukan berat air yang dimasukkan. Selanjutnya dihitung kesetaraan air.
Sebanyak 1 mL metanol (blanko) dimasukkan dan dititrasi dengan alat. Lalu dihitung
kadar airnya. Sebanyak 1 mL sampel ekstrak metanol serbuk alga dimasukkan,
dititrasi dengan alat, dan dihitung kadar air dalam sampel. Kadar air dalam sampel
dihitung dengan menggunakan rumus:
Kadar air =
x − blanko (10)
× 100 %
berat yang ditimbang
x = angka yang muncul pada alat (%) dikali 10000 mg atau berat yang
dimaksudkan untuk konversi
3. Skrining Fitokimia Alga
a. Preparasi ekstrak untuk skrining fitokimia
Sebanyak 10 g serbuk kering alga ditimbang dan ditempatkan dalam
botol bertutup kemudian ditambahkan 30 mL metanol 80%. Selanjutnya
dipanaskan di atas waterbath selama ± 1 jam. Setelah itu campuran didinginkan
pada suhu ruang dan disaring dengan bantuan corong Buchner yang dilapisi
kertas saring. Untuk membilas botol maka ditambahkan kurang lebih 5 mL
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
24
metanol 80% dan disaring menggunakan corong dan kertas saring (Farnsworth,
Fong, dan Tinwu, 1992).
b. Skrining tanin dan polifenol
Sejumlah volume yang setara dengan 10 g ekstrak metanol 80% yang
telah disiapkan pada langkah preparasi (hasil saringan) dikeringkan dengan cara
diuapkan menggunakan waterbath untuk mendapatkan ekstrak kering. Ekstrak
kering alga tersebut ditambah dengan 25 mL akuades panas dan diaduk kemudian
didiamkan sampai dingin pada temperatur ruangan. Setelah itu ke dalam ekstrak
ditambahkan 3 – 4 tetes larutan NaCl 10%. Suspensi yang terjadi disaring dengan
corong Buchner lalu larutan hasil saringan dibagi menjadi 4 bagian masingmasing sebanyak kurang lebih 3 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Pada tabung 1 ditambahkan 4–5 tetes larutan gelatin 1% dan diamati terjadinya
endapan. Pada tabung 2 ditambahkan 4–5 tetes garam gelatin (campuran larutan
gelatin 1% dan larutan NaCl 10%) dan diamati terjadinya endapan. Pada tabung 3
ditambahkan 3–4 tetes larutan FeCl3 dan diamati terjadinya perubahan warna dan
atau endapan. Tabung 4 digunakan sebagai kontrol dan tidak ditambah reagen
(Farnsworth, et al., 1992).
4. Isolasi phlorotannin dari alga coklat Sargassum polyceratium Montagne
Serbuk alga coklat Sargassum polyceratium Montagne (kadar air kurang dari
10%) ditimbang sebanyak 80,0 g, atau sesuai dengan kapasitas sokhlet, kemudian
dimasukkan ke dalam kertas filter Schleicher & Schuell dan dimasukkan ke labu
sokhlet. Selanjutnya pelarut metanol diberikan sebanyak dua kali sirkulasi.
Sokhletasi dilakukan dengan suhu 120 ± 20°C sampai tetesan pelarut jernih.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
25
Ekstrak metanol yang diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan vacum
rotary evaporator sampai volume yang kecil (~1/10 dari volume mula-mula) yaitu
sekitar 60 mL. Selanjutnya secara berturut-turut ditambahkan metanol hingga 120
mL, ditambahkan 120 mL kloroform , dan 45 mL air dalam corong pisah 500 mL,
lalu digojog dan didiamkan hingga membentuk dua lapisan. Lapisan atas dan lapisan
bawah dipisahkan, selanjutnya lapisan atas diekstraksi dengan etil asetat dua kali
masing-masing 75 mL. Fraksi etil asetat (bagian atas) dikumpulkan, selanjutnya
diuapkan hingga kering dan diperoleh ekstrak yang merupakan fraksi etil asetat alga
coklat (Nagayama, et al., 2002).
5. Optimasi metode kolorimetri dengan Folin-Ciocalteau
a. Pembuatan larutan standar
Standar phloroglucinol ditimbang dengan seksama sebanyak 0,05 g,
kemudian dilarutkan dalam aseton 75% sampai volume 50,0 mL. Seri konsentrasi
larutan intermediet diambil dari larutan induk sebanyak 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0;
dan 6,0 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 mL, dan ditambahkan pelarut
aseton 75% sampai volume 10,0 mL sehingga konsentrasinya menjadi 1,0; 2,0;
3,0; 4,0; 5,0; dan 6,0 ppm.
b. Penentuan Operating Time (OT)
Larutan intermediet 4,0 ppm diambil sebanyak 0,5 mL dan dimasukkan
ke dalam labu ukur 50,0 mL yang mengandung 2,5 mL reagen Folin-Ciocalteau
yang diencerkan dengan akuades (1:1), dan didiamkan selama 2 menit.
Selanjutnya ditambahkan 7,5 mL Na2CO3 1,9 M dan dicampur dengan akuades
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
26
sampai 50,0 mL. Operating time diukur dengan spektrofotometer visibel pada
panjang gelombang teoritis phloroglucinol (750 nm).
c. Penentuan panjang gelombang maksimum (λmaks)
Larutan intermediet phloroglucinol dengan konsentrasi 1,0; 3,0; dan 6,0
ppm diambil sebanyak 0,5 mL dan masing-masing dimasukkan ke dalam labu
ukur 50,0 mL yang mengandung 2,5 mL reagen Folin-Ciocalteau yang telah
diencerkan dengan akuades (1:1). Campuran didiamkan selama 2 menit,
kemudian ditambahkan 7,5 mL Na2CO3 1,9 M dan dicampur dengan akuades
sampai 50,0 mL. Campuran tersebut diinkubasi pada suhu kamar selama OT
(pada 15 menit pertama dan 15 menit kedua campuran tersebut divortex selama
30 detik). Kemudian campuran disentrifus dengan kecepatan 4000 rpm selama 5
menit. Ketiga larutan tersebut discanning pada rentang panjang gelombang 400900 nm dengan spektrofotometer visibel untuk menentukan panjang gelombang
maksimumnya.
d. Pembuatan kurva baku phloroglucinol
Masing-masing larutan intermediet diambil sebanyak 0,5 mL dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 mL yang mengandung 2,5 mL reagen
Folin-Ciocalteau yang diencerkan dengan akuades (1:1), dibiarkan selama 2
menit. Selanjutnya ditambahkan 7,5 mL Na2CO3 1,9 M dan dicampur dengan
akuades sampai 50,0 mL. Campuran tersebut diinkubasi pada suhu kamar selama
OT untuk menyempurnakan reaksi sampai terbentuk warna biru. Pada 15 menit
pertama dan 15 menit kedua campuran tersebut divortex selama 30 detik.
Kemudian campuran disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 4000 rpm.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
27
Absorbansi masing-masing campuran tersebut diukur pada panjang gelombang
maksimum (λmaks) hasil scanning menggunakan spektrofotometer visibel.
Persamaan kurva baku dihitung dengan menggunakan regresi linier konsentrasi
terhadap absorbansi.
6. Estimasi kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum
polyceratium Montagne secara kolorimetri (metode Folin-Ciocalteau)
Fraksi etil asetat alga coklat Sargassum polyceratium Montagne ditimbang
lebih kurang 0,05 g dengan seksama, kemudian dilarutkan dalam aseton 75% sampai
volumenya 50,0 mL. Sebanyak 10,0 mL larutan sampel alga coklat diambil dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 mL yang mengandung 2,5 mL reagen FolinCiocalteau yang diencerkan dengan akuades (1:1), biarkan selama 2 menit. Lalu
ditambahkan 7,5 mL Na2CO3 1,9 M dan dicampur dengan akuades sampai volume
50,0 mL. Campuran tersebut diinkubasi pada temperatur ruang selama operating
time (OT) sambil divortex pada 15 menit pertama dan 15 menit kedua, masingmasing selama 30 detik. Campuran disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan
4000 rpm dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum hasil
scanning dengan menggunakan spektrofotometer visibel. Prosedur ini dilakukan
sebanyak 3 kali replikasi dengan masing-masing replikasi ditetapkan sebanyak 2 kali
dengan cara 2 kali pemipetan (duplo). Kadar phlorotannin diestimasi sebagai kadar
polifenol total dan dihitung ekuivalen dengan phloroglucinol (mg PE/g fraksi).
28
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
E. Analisis Hasil
1. Analisis hasil skrining tanin dan polifenol
Hasil uji kualitatif dianalisis dengan cara membandingkan warna hasil
reaksi pada uji tabung dengan warna zat yang tidak diberi tambahan reagen.
Perubahan warna menjadi hijau kebiruan atau hitam kehijauan setelah
penambahan larutan FeCl3 menunjukkan adanya konstituen fenolik dan
sebaliknya, jika tidak ada reaksi dengan larutan FeCl3 maka tidak ada senyawa
senyawa fenolik. Apabila terbentuk endapan setelah penambahan garam gelatin
maka terdapat senyawa tanin. Apabila tidak ada endapan tetapi terjadi perubahan
warna menjadi kehijauan atau hitam kebiruan maka tidak terdapat senyawa tanin
(Farnsworth et al., 1992).
2. Analisis hasil penetapan kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga
coklat Sargassum polyceratium Montagne dengan metode Folin-Ciocalteau
Hasil uji kuantitatif berupa kadar dihitung dengan memasukkan absorbansi
sampel ke dalam persamaan kurva baku phloroglucinol. Kadar phlorotannin
diestimasi
sebagai
kadar
polifenol total
phloroglucinol (mg PE/g fraksi).
dan
dihitung
ekuivalen
dengan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengambilan dan Preparasi Sampel Alga Coklat Sargassum polyceratium
Montagne
Sampel alga coklat Sargassum polyceratium Montagne diperoleh dari
hasil panen petani dari Pantai Drini, Gunung Kidul, Yogyakarta pada tanggal 21 Mei
2007. Sampel alga tersebut dalam bentuk simplisia kering.
Secara geografis, Pantai Drini berada di wilayah Samudera Indonesia,
pantai selatan Pulau Jawa. Suhu perairan habitat alga yaitu sekitar 27°C. Umur alga
coklat tersebut tidak diketahui secara pasti, karena bukan merupakan hasil budidaya.
Padahal informasi mengenai umur, masa panen, kondisi geografis habitat alga dan
spesies alga cukup penting untuk diperhatikan karena dapat memberikan variasi
kandungan polifenol alga.
Alga coklat Sargassum polyceratium Montagne dikumpulkan, dicuci
dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel seperti debu,
pasir (silikat), atau material laut lain yang terbawa dan menempel pada alga coklat.
Pencucian alga harus dilakukan dengan cermat agar tidak mengganggu sampel yang
akan diteliti. Beberapa senyawa dapat mereduksi kompleks dalam pereaksi FolinCiocalteau sehingga berpengaruh terhadap warna larutan sampel yang dihasilkan.
Sebagai
contoh,
senyawa
silikat
dapat
membentuk
kompleks
molibdat
H6[SiMo12O40].n H2O dengan pereaksi Folin-Ciocalteau dalam suasana asam
(Auterhoff dan Knabe, 1978).
29
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
30
Selain dilakukan pencucian juga dilakukan sortasi basah untuk
menghilangkan epifit yang menempel. Pada saat melakukan sortasi pada thallus alga
terdapat butiran kapur berwarna putih yang merupakan kalsium. Kalsium tersebut
merupakan produk alamiah hasil kalsifikasi dan tidak akan mengganggu analisis
karena kalsium bukan merupakan reduktor sehingga tidak dapat mereduksi kompleks
asam molibdat-fosfat pada reagen Folin-Ciocalteau yang digunakan.
Alga yang telah dipilih kemudian diidentifikasi. Identifikasi spesies alga
dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta. Hasil identifikasi menunjukkan alga coklat yang
dimaksud termasuk ordo Fucales, familia Sargassaceae, genus Sargassum dan
spesies Sargassum polyceratium Montagne (lihat lampiran 1).
Sebelum dikeringkan dengan oven alga coklat dimasukkan dalam autoklaf
selama 30 menit pada suhu 100°C. Tujuan proses tersebut adalah untuk
menginaktivasi enzim polifenol oksidase (PPO). Menurut penelitian Mustapha dan
Ghalem (2007) mengenai efek perlakuan panas terhadap aktivitas PPO, perlakuan
pada 55°C membuat enzim inaktif secara parsial dan dilaporkan PPO menjadi inaktif
dengan direbus dalam air panas pada 100°C selama 1,5 menit.
Enzim PPO mengkatalisis hidroksilasi monofenol menjadi o-difenol, yang
selanjutnya dapat mengkatalisis oksidasi o-difenol menjadi o-kuinon (gambar 6)
(Yagar dan Sagiroglu, 2000). Polimerisasi o-kuinon menghasilkan pigmen berupa
senyawa polifenol. Inaktivasi enzim tersebut dimaksudkan untuk mencegah
polimerisasi rantai polifenol pada alga agar tidak bertambah panjang.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
O
HO
HO
O
O
HO
Enzim PPO
31
Enzim PPO
O
o-quinone
.
Gambar 6. Proses oksidasi fenol oleh enzim polifenol oksidase (PPO) (Sullivan
et al., 2003)
Polifenol alga yang akan ditetapkan kadarnya adalah polifenol yang
memiliki polimer sedang. Polifenol berpolimer sedang memiliki panjang gugus
kromofor yang dapat memberikan absorbansi pada daerah panjang gelombang UVA
(320-400 nm) dan UVB (280-320 nm). Polifenol rantai pendek memiliki gugus
kromofor sedikit dan serapan pada daerah UV tidak maksimal, sedangkan jika
polimer polifenol terlalu panjang maka akan memberikan absorbansi pada panjang
gelombang visibel (400-800 nm). Polifenol dengan rantai yang terlalu panjang tidak
dapat dikembangkan sebagai bahan aktif pembuatan produk sunscreen karena tidak
dapat memberikan absorbansi pada panjang gelombang UV.
Alga coklat Sargassum polyceratium Montagne dikeringkan menggunakan
oven pada suhu 90°C selama beberapa hari sehingga menjadi simplisia alga coklat
kering yang mudah dihancurkan dengan tangan kemudian diserbuk dengan blender.
Setelah diblender serbuk diayak dengan derajat kehalusan serbuk 20/30 untuk
mendapatkan serbuk yang lebih homogen dan ukuran partikel tidak terlalu besar atau
kecil. Partikel serbuk tidak terlalu besar dapat meningkatkan efisiensi ekstraksi
serbuk simplisia karena semakin luas permukaan serbuk yang kontak dengan cairan
penyari. Sementara itu, partikel serbuk yang terlalu kecil dapat menyumbat pori-pori
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
32
kertas filter yang digunakan dalam sokhletasi sehingga menghambat proses ekstraksi.
Serbuk yang sangat halus juga menyebabkan cairan pengekstraksi akan sulit
dipisahkan dari sisa yang tertinggal setelah proses ekstraksi selesai.
Serbuk alga harus cukup kering. Kandungan air alga tidak boleh lebih
dari 10% seperti yang dipersyaratkan untuk simplisia tanaman umumnya (Anonim,
1995b). Apabila kandungan air dalam serbuk alga melebihi batasan tersebut maka
dapat memudahkan pertumbuhan mikroba yang dapat merusak kandungan dalam
alga. Oleh karena itu, dilakukan penetapan kadar air terhadap serbuk kering alga
coklat Sargassum polyceratium Montagne.
Penetapan kadar air serbuk alga coklat Sargassum polyceratium
Montagne dilakukan menggunakan metode Karl Fischer yang relatif spesifik untuk
air. Serbuk alga mengandung berbagai macam senyawa alam dan juga ada
kemungkinan alga mengandung senyawa yang dapat menguap. Oleh karena itu,
kadar air dalam alga tidak ditetapkan dengan metode gravimetri untuk mencegah
pengaruh senyawa volatile dalam penetapan kadar air. Prinsip penetapan kadar air
dengan metode Karl Fischer ini berdasar pada reaksi reduksi iodin oleh sulfur
dioksida dengan adanya air. Reaksi berakhir dengan terjadinya perubahan sulfur
trioksida menjadi piridin sulfur trioksida yang akan bereaksi dengan metanol
membentuk garam metil sulfat, seperti pada gambar 7 (Evans, 2002).
H2O +
I2 +
SO2
2HI
+
SO3
(1)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
SO2 + I2 + H2O + 3
+
2
N
HI
N
+
N
O 2S
O
CH3OH
N
N
O 2S
33
H
O
SO4CH3
Gambar 7. Reaksi redoks pada saat penetapan kadar air dengan metode Karl
Fischer
Kadar air serbuk alga coklat Sargassum polyceratium Montagne dengan
metode Karl Fischer adalah sebagai berikut :
Replikasi I
: 3,52%
Replikasi II
: 3,07%
Replikasi III
: 4,04%
Hasil penetapan kadar air serbuk alga coklat Sargassum polyceratium
Montagne masih memenuhi persyaratan karena kadar airnya berada di bawah 10%
yaitu sebesar 3,54 ± 0,48%.
B. Skrining Fitokimia Alga
Uji kualitatif dilakukan untuk mengetahui keberadaan kandungan polifenol
dalam alga coklat Sargassum polyceratium Montagne. Polifenol merupakan salah
satu metabolit sekunder yang dihasilkan oleh alga. Polifenol alga terdiri atas berbagai
macam senyawa fenolik seperti flavonoid dan tanin dengan phloroglucinol sebagai
monomer. Skrining polifenol dilakukan dengan menggunakan pereaksi FeCl3.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
34
Phloroglucinol akan bereaksi dengan FeCl3 membentuk kompleks berwarna hijau,
biru, atau ungu (gambar 8).
HO
H
O
O
OH
OH
3
HO
+
FeCl3
Fe3+
HO
O
+ 3HCl
OH
O
OH
OH
phloroglucinol
kompleks berwarna biru-ungu
Gambar 8. Reaksi antara phloroglucinol dengan FeCl3
Perubahan warna menjadi hijau kebiruan atau hitam kehijauan menunjukkan
adanya konstituen fenolik. Sebaliknya jika tidak ada reaksi dengan larutan FeCl3
maka tidak ada polifenol. Hasil uji kualitatif alga coklat Sargassum polyceratium
Montagne menunjukkan hasil positif adanya kandungan senyawa fenolik,
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi coklat tua kehijauan. Warna
coklat yang terbentuk disebabkan karena kandungan pigmen fucoxanthin dalam alga
coklat.
Selain skrining polifenol, juga dilakukan skrining tanin karena secara kimia
ada kemiripan antara tanin dan phlorotannin. Uji kualitatif tanin menggunakan
garam gelatin yang merupakan campuran larutan gelatin 1% dan larutan NaCl 10%.
Penambahan NaCl 10% dimaksudkan untuk menghilangkan protein sehingga
mencegah terjadinya reaksi positif palsu. Kandungan protein dalam sampel juga
dapat menyebabkan terbentuknya endapan maka campuran disaring dan filtrat yang
diperoleh ditambah gelatin.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
35
Hasil uji kualitatif dengan gelatin ini menunjukkan hasil positif mengandung
tanin, dilihat dari terbentuknya sedikit endapan putih di dasar tabung. Terbentuknya
endapan disebabkan karena kemampuan tanin menyamak kulit. Selain itu, endapan
menunjukkan adanya tanin yang tidak larut dengan gelatin dalam HCl atau NaCl.
Tanin memiliki afinitas yang kuat terhadap gelatin sehingga mengalami presipitasi
(Thomas dan Frieden, 1923).
C. Isolasi Phlorotannin dari Alga Coklat Sargassum polyceratium Montagne
Serbuk alga coklat Sargassum polyceratium Montagne ditimbang sebanyak
80,07 g
dan dimasukkan ke dalam kertas filter Schleicher & Schuell untuk
selanjutnya diekstraksi dengan cara sokhletasi dengan pelarut metanol. Prinsip
ekstraksi dengan metode sokhletasi yaitu pemisahan senyawa berdasarkan polaritas.
Phlorotannin merupakan senyawa yang relatif polar sehingga dapat larut dalam
pelarut yang relatif polar seperti metanol. Metanol memiliki gugus hidroksil sehingga
mampu membentuk ikatan hidrogen intramolekular dengan gugus hidroksil pada
senyawa fenolik sehingga polifenol dapat larut dalam metanol. Proses ekstraksi
dengan metode sokhletasi dilakukan hingga pelarut pengekstraksi jernih untuk
memastikan semua senyawa yang relatif polar ditarik ke dalam ekstrak metanol.
Metode sokhletasi dipilih untuk mengekstraksi serbuk alga coklat Sargassum
polyceratium Montagne karena prosesnya cepat dan jumlah hasil ekstrak lebih
banyak dibandingkan metode maserasi. Selain itu, pemilihan metode ini juga
didasarkan atas pertimbangan bahwa polifenol alga tahan terhadap pemanasan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
36
hingga 170°C. Sokhletasi dilakukan pada suhu antara 100°C hingga 120°C selama 30
jam 55 menit.
Ekstrak hasil sokhletasi diuapkan pelarutnya dengan menggunakan vaccum
rotary evaporator hingga volume kecil (~1/10 dari volume mula-mula) hingga
diperoleh ekstrak kental. Ekstrak tersebut difraksinasi menggunakan pelarut yang
tidak saling campur, yaitu metanol-air dan kloroform. Berdasarkan berat jenisnya
maka metanol-air akan berada pada lapisan atas sedangkan kloroform berada pada
lapisan bawah. Seperti telah disebutkan di atas, phlorotannin merupakan senyawa
yang relatif polar sehingga akan lebih tertarik ke dalam fraksi metanol-air. Metanol
memiliki gugus hidroksil sehingga memungkinkan terbentuknya ikatan hidrogen
intramolekuler dengan gugus hidroksil pada senyawa fenolik dan meningkatkan
kelarutan polifenol dalam metanol. Sementara itu, senyawa-senyawa non polar
seperti lipid dan senyawa polifenol rantai panjang akan tertarik ke dalam fraksi
kloroform dan dibuang.
Phlorotannin dalam fraksi metanol-air kemudian diekstraksi dengan etil
asetat. Phlorotannin dengan polimer intermediet akan lebih tertarik ke dalam fraksi
etil asetat dan akan ditetapkan kadarnya. Ekstraksi dengan etil asetat dilakukan
sebanyak dua kali agar semua fraksi phlorotannin dapat ditarik dengan lebih
sempurna karena proses ekstraksi berulang lebih efektif dibanding sekali ekstraksi.
Fraksi etil asetat yang diperoleh dikumpulkan dan kemudian diuapkan
pelarutnya di atas waterbath. Fraksi disimpan dalam oven dengan suhu 50°C agar
tidak menjadi lembab dan rusak karena terpapar udara bebas yang mengandung uap
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
37
air. Fraksi tersebut akan menjadi analit untuk ditetapkan kadar polifenol totalnya
menggunakan metode Folin-Ciocalteau.
.
D. Optimasi Metode Folin-Ciocalteau
1. Pembuatan Larutan Standar
Standar yang digunakan dalam penelitian ini adalah phloroglucinol. Alasan
pemilihan phloroglucinol sebagai standar karena phloroglucinol merupakan
monomer phlorotannin alga. Selain itu, Zhang, et al. (2006) mendapatkan hasil
pembacaan panjang gelombang maksimum produk berwarna biru yang dihasilkan
dari metode Folin-Ciocalteau pada sampel alga A. nodosum dan standar
phloroglucinol sama-sama berada pada panjang gelombang 750 nm atau dengan kata
lain
terdapat
kesamaan
karakteristik
antara
phlorotannin
dengan
standar
phloroglucinol saat direaksikan dengan reagen Folin-Ciocalteau.
Standar phloroglucinol yang telah dilarutkan dalam aseton 75% kemudian
direaksikan dengan reagen Folin-Ciocalteau, dibiarkan selama 2 menit, lalu
ditambahkan Na2CO3 1,9 M untuk memberikan suasana basa sehingga fenol lebih
mudah bereaksi. Setelah penambahan basa larutan menjadi berwarna biru. Agar
homogen maka campuran divortex. Sebelum dibaca absorbansinya campuran
disentrifus dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit untuk mengendapkan
senyawa-senyawa yang tidak diketahui yang tidak larut dalam aseton maupun air.
Supernatan hasil sentrifugasi berwarna biru sedangkan endapan berwarna putih.
Supernatan tersebut kemudian dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer
visibel.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
38
2. Penentuan Operating Time (OT)
Penentuan operating time (OT) perlu dilakukan dalam analisis dengan
metode kolorimetri karena warna hasil reaksi tidak selalu stabil. Waktu reaksi dan
pembentukan warna kompleks molybdenum-blue merupakan salah satu variasi dalam
metode Folin-Ciocalteau. Oleh karena itu perlu ditentukan rentang waktu setelah
sampel direaksikan dengan reagen sehingga hasil yang diperoleh dapat memberikan
absorbansi yang stabil pada saat dibaca dengan spektrofotometer.
Operating time diukur dengan menggunakan spektrofotometer visibel pada
panjang gelombang teoritis phloroglucinol, yaitu 750 nm. Hasil pengukuran
operating time seperti pada gambar 9.
0,600
absorbansi
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
Waktu (menit)
Gambar 9. Spektra operating time phloroglucinol konsentrasi 4,0 ppm
Dari hasil spektra pada gambar 9 maka dapat disimpulkan bahwa hasil
reaksi memberikan nilai absorbansi yang stabil pada menit ke-50 hingga menit
ke-90, dihitung sejak sampel direaksikan dengan reagen. Pada rentang waktu tersebut
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
39
senyawa polifenol yang terkandung dalam alga telah bereaksi sempurna dengan
reagen Folin-Ciocalteau.
Pada saat reaksi terjadi, reagen Folin-Ciocalteau mendapatkan proton (H+)
dari
phloroglucinol
dan
air
(tereduksi)
membentuk
kompleks
oktahedral
molybdenum blue. Sementara itu, phloroglucinol akan mendapatkan tambahan
oksigen dari air dan reagen (teroksidasi) sehingga membentuk kuinon (gambar 10).
Kompleks oktahedral yang terbentuk merupakan kompleks MoO3-fosfat dengan
fosfor (P) sebagai pusatnya. Molibdat pada kompleks tersebut dapat disubstitusi oleh
tungsten.
Reaksi reduksi reagen Folin-Ciocalteau :
H3PO4(MoO3)12 + 2e
+ 2H
H5(PMo12O40)
(2)
H3PO4(MoO3)12 + 4e
+ 4H
H7(PMo12O40)
(3)
O
OH
oksidator
+ H2O
HO
OH
+
4H+
+
4e
OH
HO
O
Gambar 10. Reaksi oksidasi phloroglucinol
Reaksi sempurna berarti semua phloroglucinol dalam fraksi etil asetat alga
coklat telah bereaksi dengan reagen dan menghasilkan molybdenum blue (gambar
11).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
O
OH
+
HO
40
OH
H3PO4(MoO3)12
+
H2O
+
HO
H7(PMo12O40)
OH
O
Gambar 11. Reaksi phloroglucinol dengan reagen Folin-Ciocalteau
3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λmaks)
Panjang gelombang maksimum (λmaks) merupakan panjang gelombang
suatu senyawa memberikan absorbansi maksimum. Panjang gelombang maksimum
ditentukan dan digunakan untuk membaca absorbansi sampel. Mulja dan Suharman
(1995) menyatakan pembacaan absorbansi pada panjang gelombang maksimum akan
memberikan sensitivitas dan presisi analisis yang maksimal.
Zhang, et al. (2006) telah melakukan penelitian mengenai estimasi
kandungan polifenol total pada sampel rumput laut dan ekstraknya berdasarkan
reaksi Folin-Ciocalteau. Pada penelitian tersebut diperoleh panjang gelombang
maksimum standar phloroglucinol adalah 750 nm. Untuk melihat puncak spektrum
yang lebih jelas di sekitar panjang gelombang 750 nm maka scanning dilakukan pada
rentang 400-900 nm.
Scanning panjang gelombang dilakukan menggunakan
tiga konsentrasi
baku phloroglucinol yang berbeda yaitu 1,0; 3,0; dan 6,0 ppm yang direaksikan
dengan reagen Folin-Ciocalteau. Pemilihan ketiga konsentrasi tersebut didasarkan
atas pertimbangan bahwa ketiganya dianggap mewakili konsentrasi rendah,
menengah, dan tinggi. Hasil yang diperoleh menunjukkan tiga puncak absorbansi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
41
maksimum pada panjang gelombang yang berbeda, yaitu 758,7 nm; 750,1 nm; dan
743,4 nm (gambar 12).
0,800 0,700
0,600 0,500
absor bance uni t ( au)
C
0,400
0,300
B
0,200
0,100
A
λ (wavelength)
Gambar 12. Spektra scanning panjang gelombang maksimum phloroglucinol
pada tiga konsentrasi (A = 1,0 ppm; B = 3,0 ppm; C = 6,0 ppm) setelah
direaksikan dengan reagen Folin-Ciocalteau
Dari hasil scanning panjang gelombang maksimum, ditemukan bahwa
semakin besar konsentrasi standar phloroglucinol yang direaksikan dengan reagen
Folin-Ciocalteau maka panjang gelombang maksimum cenderung bergeser ke
panjang gelombang yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh reduksi reagen FolinCiocalteau yang tidak terkontrol. Auterhoff dan Knabe (1978) menyebutkan dua
bentuk reduksi reagen Folin-Ciocalteau, seperti tertulis pada persamaan (2) dan (3).
Reaksi reduksi tersebut ditentukan oleh keasaman (pH). Keterbatasan penelitian ini
adalah tidak terkontrolnya keasaman larutan pada saat dianalisis. Dengan demikian
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
42
reaksi reduksi reagen dapat terjadi dalam dua bentuk, sehingga berpengaruh pada
hasil reaksi redoks yang menyebabkan terjadinya pergeseran panjang gelombang.
Oleh karena diperoleh tiga panjang gelombang yang berbeda, maka
absorbansi standar phloroglucinol dibaca pada ketiga panjang gelombang tersebut.
Hasil pembacaan absorbansi menunjukkan perbedaan yang tidak berbeda jauh. Oleh
karena itu, untuk pembacaan absorbansi seri baku dan sampel dipilih panjang
gelombang 750,1 nm karena merupakan panjang gelombang yang mendekati panjang
gelombang maksimum teoritis phloroglucinol yaitu 750 nm (Zhang, et al., 2006).
4. Pembuatan Kurva Baku Phloroglucinol
Kurva baku phloroglucinol dibuat sebanyak tiga replikasi agar hasil yang
diperoleh dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Absorbansi larutan kurva
baku dibaca pada panjang gelombang 750,1 nm. Dengan demikian diperoleh tiga
persamaan kurva baku yang berbeda (tabel I).
Tabel I. Data replikasi seri baku phloroglucinol
Seri
Baku
1
2
3
4
5
6
Replikasi I
Kadar
absorbansi
(mg/100mL)
0,1024
0,2048
0,3071
0,4095
0,5119
0,6143
A
B
r
0,138
0,269
0,405
0,516
0,648
0,768
0,0175
1,2274
0,9997
y = 1,2274 x + 0,0175
Replikasi II
Kadar
absorbansi
(mg/100mL)
0,1046
0,2091
0,3137
0,4182
0,5228
0,6274
A
B
r
0,132
0,257
0,407
0,514
0,643
0,712
0,0277
1,1381
0,9956
y = 1,1381 x + 0,0277
Replikasi III
Kadar
absorbansi
(mg/100mL)
0,1016
0,2032
0,3048
0,4064
0,5080
0,6096
A
B
r
0,121
0,238
0,379
0,542
0,602
0,720
0,0087
1,1952
0,9941
y = 1,1952 x + 0,0087
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel I dapat dilihat hubungan yang
linier antara konsentrasi phloroglucinol dan absorbansi yang dihasilkan, yaitu dengan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
43
melihat koefisien korelasi (r) masing-masing replikasi. Koefisien korelasi (r)
replikasi I (0,9997), replikasi II (0,9956), dan replikasi III (0,9941). Dari ketiga
replikasi tersebut dipilih satu persamaan kurva baku yang memiliki parameter
linearitas yang paling baik, yaitu persamaan kurva baku replikasi I. Persamaan kurva
baku replikasi I dipilih untuk menghitung kadar sampel karena memiliki nilai r
paling mendekati 1. Nilai r yang mendekati 1 menunjukkan adanya korelasi antara
peningkatan konsentrasi dengan kenaikan nilai respon absorbansi. Persamaan kurva
baku yang digunakan adalah y = 1,2274 x + 0,0175 (gambar 13).
Kurva Baku
0.9
0.8
0.7
Absorbansi
0.6
0.5
0.4
y = 1.2274 x + 0.0175
0.3
0.2
0.1
0
0.0000
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
0.6000
Konsentrasi (ppm )
Gambar 13. Kurva baku phloroglucinol
0.7000
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
44
E. Estimasi Kadar Phlorotannin dalam Fraksi Etil Asetat Alga Coklat
Sargassum polyceratium Montagne dengan metode Folin-Ciocalteau
Estimasi kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum
polyceratium Montagne dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteau. Metode ini
merupakan metode yang paling umum untuk menetapkan kadar polifenol. Untuk
mengestimasi kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum
polyceratium Montagne terlebih dahulu dilakukan penimbangan seksama terhadap
fraksi sebanyak 0,05 g. Penimbangan dilakukan sebanyak tiga replikasi. Fraksi yang
sudah ditimbang kemudian dilarutkan dalam aseton 75% secara bertahap. Untuk
membantu kelarutan fraksi diperlukan pemanasan 50°C
dan pengadukan dalam
waktu yang cukup lama karena fraksi sukar larut sempurna.
Pelarut yang digunakan untuk melarutkan fraksi adalah aseton 75%, bukan
metanol. Pemilihan ini didasarkan atas pertimbangan bahwa campuran aseton dan air
yang relatif polar ini juga efektif untuk menarik senyawa polifenol (Padda, 2006).
Selain itu, gugus hidroksil (OH) dalam metanol dapat memberikan intervensi
absorbansi karena dapat mereduksi kompleks asam dalam reagen Folin-Ciocalteau
sehingga blanko juga dapat berwarna kebiruan. Hal ini tentu akan meningkatkan
resiko kesalahan pembacaan absorbansi analit.
Fraksi etil asetat alga coklat Sargassum polyceratium Montagne yang telah
larut sempurna dalam aseton 75% berwarna coklat jernih. Larutan ini kemudian
direaksikan dengan reagen Folin-Ciocalteau seperti pada standar phloroglucinol.
Absorbansi sampel dibaca pada panjang gelombang 750,1 nm dan panjang
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
45
gelombang hasil scanning dengan spektrofotometer. Hasil pembacaan absorbansi
sampel disajikan pada tabel II.
Tabel II. Hasil pembacaan absorbansi fraksi etil asetat alga coklat Sargassum
polyceratium Montagne
Panjang Gelombang 750,1 nm
Absorbansi
Replikasi I
1
0,281
2
0,292
Replikasi II
1
0,277
2
0,270
Replikasi III
1
0,278
2
0,300
Perhitungan kadar sampel dilakukan menggunakan data absorbansi sampel
yang dibaca pada panjang gelombang 750,1 nm sesuai dengan persamaan kurva baku
yang dipilih. Dengan menggunakan persamaan kurva baku y = 1,2274 x + 0,0175
maka diperoleh hasil perhitungan kadar fraksi dengan tiga kali replikasi dan masingmasing replikasi dianalisis duplo untuk mengurangi nilai kesalahan sistematik,
seperti pada tabel III.
Tabel III. Hasil penetapan kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga
coklat Sargassum polyceratium Montagne
Replikasi (duplo)
Kadar
Rata-rata kadar
(mg PE/g fraksi)
(mg PE/g fraksi)
10,8618
I.1
10,6414
I.2
11,0825
10,5052
II.1
10,6488
II.2
10,3617
11,0688
III.1
10,6185
III.2
11,5192
Kadar phlorotannin diestimasi sebagai kadar polifenol total dan dihitung
ekuivalen dengan standar phloroglucinol. Hal tersebut disebabkan karena metode
Folin-Ciocalteau ini tidak spesifik mengukur jenis polimer polifenol tertentu namun
sangat sensitif terhadap seluruh senyawa yang memiliki gugus fenolik (Waterman
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
46
dan Mole, 1994), termasuk phlorotannin. Kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat
alga coklat Sargassum polyceratium Montagne yang diukur dengan metode FolinCiocalteau ini sebesar 10,81 ± 0,28 mg PE/g fraksi.
Metode kolorimetri dengan reagen Folin Ciocalteau memiliki kelebihan
antara lain sensitivitas dalam mengukur senyawa dengan gugus fenolik sampai
tingkat part per million (ppm), reprodusibilitas tinggi, linearitas baik, serta
menghasilkan reaksi warna yang cukup stabil dalam rentang waktu yang relatif
panjang. Sementara itu, kelemahan metode ini adalah memerlukan kondisi optimum
mencakup kadar reagen yang tinggi serta alkalinitas sedang (pH 9-10) untuk
produksi reaksi yang cepat dan retensi waktu yang panjang untuk memaksimalkan
warna. Selain itu, metode ini tidak spesifik mengukur jenis polimer polifenol tertentu
namun sangat sensitif terhadap seluruh senyawa yang memiliki gugus fenolik.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Phlorotannin dapat diisolasi dari alga coklat Sargassum polyceratium Montagne.
2. Kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum polyceratium
Montagne yang ditetapkan menggunakan metode Folin-Ciocalteau adalah 10,81
± 0,28 mg PE/g fraksi.
B. Saran
1. Perlu dilakukan analisis struktur kimia phlorotannin yang terkandung dalam
fraksi etil asetat alga coklat Sargassum polyceratium Montagne.
2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai optimasi metode Folin-Ciocalteau terkait
pengaruh pH pada saat reaksi.
3. Perlu dilakukan validasi metode Folin-Ciocalteau untuk menetapkan kadar
phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum polyceratium
Montagne.
47
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Ahn, M.J., Yoon, K.D., Min, S.Y., Lee, J.K., Kim, J.H., Kim, T.G., et al., 2004,
Inhibition of HIV-1 Reverse Transcriptase and Protease by Phlorotannin
From The Brown Alga Ecklonia cava, Biol. Pharm. Bull, 27(4), 544-547
Anonim , 1978, Marine Natural Products : Chemical and Biological Perspectives,
Volume I, diedit oleh Paul J. Scheuer, 118-119, Academic Press, New York
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 25-26, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Anonim, 1995a, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1157, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1995b, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, xiv, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Anonim,
2008,
Sargassum
polyceratium,
Taxonomy,
http://zipcodezoo.com/Chromista/S/Sargassum_polyceratium.asp, diakses
tanggal 12 Februari 2008
Athukorala, Y., Kim, K.N., and Jeon,Y.J., 2006, Antiproliferative and antioxidant
properties of an enzymatic hydrolysate from brown alga, Ecklonia cava,
Food Chem.Toxicol., 44(7), 1065-1074
Auterhoff, H. and Knabe, J., 1978, Lehrbuch der Pharmazeutischen Chemie, 103,
Wissenschaftliche Verlagsgesellschaft Mbh., Stuttgart
Blunt, J.W., Copp, B.R., Munro, M.H.G., Northcotec, P.T. and Prinsep, M.R., 2005,
Marine natural products, Nat. Prod. Rep., 22, 15
Box, J.D., 1983, Investigation of the Folin-Ciocalteu phenol reagent for the
determination of polyphenolic substances in natural waters, Water Res, 17,
511–525
Burtin, P., 2003, Nutrional Value of Algas , Electron. J. Environ. Agric. Food
Chem., France, 2 (4) , 498-500
Butz, H.W. and Nobel, H.J., 1961, Instrumental Methods for The Analysis of Food
Additives,
109-123,
Interscience
Publisher,
New
York
48
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
49
Cairns, D., 2005, Essentials of Pharmaceutical Chemistry, Second Edition, 151-159,
Pharmaceutical Press, London
Christian, G. D., 2004, Analytical Chemistry, Sixth Edition, 65, 66, 483, 484, John
Wiley & Sons, Inc., United States of America
Dahuri, R., 2003, The Role of Marine Biotechnology in The Development of Marine
Biomedical Product, Proceedings of International Symposium on
Biomedicine, 18-19 September, 2003, 1-5, IPB, Bogor
Day, R. A. dan Underwood, A. L., 1986, Analisis Kuantitatif, Edisi V, 389-392,
diterjemahkan oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Penerbit Erlangga,
Jakarta
Evans, W.C., 2002, Trease and Evans: Pharmacognosy, 15th Ed., 98, W.B.
Saunders, London
Farnsworth, N.R., Fong, H.S., Tin-Wu, M., 1990, Phytochemical Screening, 30-31,
62, Department of Pharmacognosy and Pharmacology, College of
Pharmacy, University of Illinois of The Medical Center, Illinois
Glombitza, K. W. and Keusgen , M., 1995, Fuhalols and deshydroxyfuhalols from
the brown alga Sargassum spinuligerum, Phytochemistry, 38, 987-990
Harborne, J.B., 1987, Phytochemical Methods, Edisi II, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB, Bandung
Houghton, P.J., 1998, Laboratory Handbook for The Fractionation of Natural
Extract, 7-8, 54, 57, Thomson Science, London
Jansoon, N., 2005, The Determination of Total Phenolic Compounds in Green Tea,
209.85.165.104/search?q=cache:Nj311vjKCdcJ:chemw.sc.mahidol.ac.th/sc
ess/scch108/2005_06_SCCH108Lab02.pdf+Folin-Ciocalteau+
method
+colori metric&hl=en&ct=clnk&cd=9&gl=id, diakses tanggal 24 Oktober
2007
Kadi, A., 2007, Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum di Perairan
Indonesia, www.oseanografi.lipi.go.id/volxxxno.42.pdf, diakses tanggal 20
Februari 2007
Kang, K.A., Lee, K.H., Chae, S., Zhang, R., Jung, M.S., Ham, Y.M., et al., 2005,
Cytoprotective Effect of Phloroglucinol on Oxidative Stress Induced Cell
Damaged via Catalase Activation, J.Cell Biochem., 97(3), 609-620
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
50
Kang, K.A., Zhang, R., Lee, K.H., Chae, S., Kim, B.J., Kwak, Y.S., et al., 2006,
Protective Effect of Triphlorethol-A from Ecklonia cava Against Ionizing
Radiation in Vitro, J.Radial.Res., 47(1), 61-68
Khopkar, S.M., 1990, Basic Concepts of Analytical Chemistry, alih bahasa oleh
Saptoraharjo, A., 193, 204, Universitas Indonesia Press, Jakarta
Krumholz, L.R. And Bryant, M.P., 1988, Characterization of the PyrogallolPhloroglucinol Isomerase of Eubacterium oxidoreducens, Journal of
Bacteriology, Illinois, 170(6), 2478
Mulja, M. dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 26-28, Airlangga University
Press, Surabaya
Mustapha, K. and Ghalem, S., 2007, Effect of Heat Treatment on Polyphenol
Oxidase and Peroxidase Activities in Algerian Stored Dates, AJB, 6(6),
790-794
Nagayama, K.,Iwamura, Y., Shibata, I., Hirayama, I., and Nakamura, T., 2002,
Bactericidal Activity of Phlorotannins from The Brown Alga Ecklonia
kurome, JAC, 50, 889-893
Padda, M.S., 2006, Phenolic Composition And Antioxidant Activity of
Sweetpotatoes [Ipomoea batatas (L.) Lam], Disertasi, Punjab Agricultural
University ,15
Pavia, H., Toth, G.B., Lindgren, A., and Aberg, P., 2003, Intraspesific Variation in
The Phlorotannin Content of
Brown Alga Ascophyllum nodosum,
Phycologia, 42(4), 378-383
Roleda, M.Y., Wiencke, C., and Luder, U.H., 2006, Impact of Ultraviolet Radiation
on Cell Structure, UV-absorbing Compounds, Photosynthesis, DNA
Damage, and Germination in Zoospore of Arctic Saccorhiza dermatodea,
J.Exp.Marine.Biol.Ecol., 57(14), 3847-3856
Roth, H.J., and Blaschke, G., 1994, Pharmaceutical Analysis, diterjemahkan oleh
Sarjoko Kisman dan Slamet Ibrahim, 359-361, 373, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Silverstein, R.M., Bassler, G.C., and Morrill, T.C., 1986, Spectrometric
Identification of Organic Compounds, edisi kelima, alih bahasa oleh
Hartomo, A.J., dan Purba, A.V., 307-308, Erlangga, Jakarta
Singleton, V.L. and Rossi, J.A., 1965, Colorimetry of Total Phenolics with
Phosphomolybdic-Phosphotungstic Acid Reagent, Am. J. Enol. Vitic, 16,
147
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
51
Skoog, D.A., 1985, Principles of Instrumental Analysis, 3rd Edition, 22, 164-165,
329-351, Saunders College Publishing, Philadelphia
Sulistiyowati, H., 1992, Komposisi dan Distribusi Alga di Pantai Pasir Putih,
Kabupaten Situbondo (Laporan Penelitian), FKIP-UNEJ, Jember
Sullivan, M., Thoma, S., Samac, D. and Hatfield, R., 2003, Cloning of Red Clover
and Alfafa Polyphenol Oxydase Genes and Expression of Active Enzymes
in Transgenic Alfafa, Molecular Breeding of Forage and Turf, 190
Svobodova, A., Psotova, J., and Walterova, D., 2003, Natural phenolics in
prevention of UV-Induced Skin Damage (A Review), Biomed. Papers,
147(2), 137-145
Swanson, A.K., and Druehl, L.D., 2002, Induction, Exudation and The UV
Protective Role of Kelp Phlorotannins, Aquatic Bot., 73, 241-253
Thomas, A.W. and Frieden, A., 1923, The Gelatin-Tannin Reaction, 839, Industrial
& Engineering Chemistry, Columbia University, New York
Vogel, A.I., 1978, A Text Book of Quantitative Inorganic Analysis, Fourth edition,
728, The English Languange Book Society, Richard Clay Ltd., Bungay
Waterman, P.G. and Mole, S., 1994, Analysis of Phenolic Plant Metabolites :
Extraction and Chemical Quantification, Blackwell Scientific Pub., 66-69
Wu, S. and Pan, C., 2004, Preparation of Algal-oligosaccharide Mixtures by
Bacterial Agarases and Their Antioxidative Properties, Fisheries Science,
70, 1164-1173
Yagar, H. and Sagiroglu, A., 2000, Partially Purification and Characterization of
Polyphenol Oxidase of Quince, Turk J.Chem., 26(2002), 97-103
Yuan, Y.V., and Walsh, N.A., 2006, Antioxidant and Antiproliferative Activities of
Extract from a Variety of Edible Seaweeds, J.Fd.Chem.Toxicol., 44, 11441150
Zhang, Q., Zhang, J., Shen, J., Silva, A., Dennis, D.A., and Barrow, C.J., 2006, A
Simple 96-well Microplate Method for Estimation of Total Polyphenol
Content in Seaweeds, Journal of Applied Phycology, 445-450
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Hasil determinasi alga dari Laboratorium Taksonomi
Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
52
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
53
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 2.
Foto autoklaf Sanshenyiliaogixie YX-400Z
Lampiran 3.
Foto titrator Karl Fischer Mettler DL-18
54
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 4.
55
Hasil perhitungan kadar air serbuk alga coklat Sargassum
polyceratium Montagne dengan metode Karl Fischer
Replikasi
Bobot yang
Angka di alat
Kadar air
Rata-rata
ditimbang
(%)
(%)
kadar air
(mg)
I
2000,5
0,1054
3,5241
II
2000,6
0,0963
3,0691
3,5437 ±
III
2001,0
0,1157
4,0380
0,4848
Drift = 19
Blangko :
Berat air + spuit
= 8,6898 g
Berat spuit + sisa air
= 8,6694 g
Berat air yang dimasukkan
= 0,0204 g
Konsentrasi
= 25,253 mg/5 mL titran
Angka di alat = 0,0349 %
Kadar air
=
0,0349
x 10000 x 1 mg
100
= 3,49 mg
Keterangan : 10000 merupakan angka untuk konversi perhitungan blangko dan
sampel agar diperoleh angka yang mempermudah perhitungan.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Replikasi I
Penimbangan = 2000,5 mg
Kadar air
=
0,1054
x 10000 x 1 mg = 10,54 mg
100
Persentase kadar air
=
(10,54 − 3,49) x10
x 100 % = 3,5241 %
2000,5
Replikasi II
Penimbangan = 2000,6 mg
Kadar air
=
0,0963
x 10000 x 1 mg = 9,63 mg
100
Persentase kadar air
=
(9,63 − 3,49) x10
x 100 % = 3,0691 %
2000,6
Replikasi III
Penimbangan = 2001,0 mg
0,1157
x 10000 x 1 mg = 11,57 mg
100
Kadar air
=
Persentase kadar air =
(11,57 − 3,49) x10
x 100 % = 4,0380 %
2001,0
56
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 5.
Hasil
skrining
fitokimia
alga
coklat
Sargassum
polyceratium Montagne
Ekstrak alga + gelatin 1% Æ positif jika memberikan endapan
Ekstrak alga + gelatin 1% + NaCl 10% Æ positif jika memberikan endapan
Ekstrak alga + FeCl3 Æ positif jika berwarna kebiruan atau hitam kehijauan
Ekstrak +
Ekstrak +
gelatin 1%
gelatin 1% +
perlakuan
NaCl 10%
(kontrol)
Ekstrak + FeCl3
Ekstrak tanpa
Coklat muda
Coklat muda
Coklat tua,
Coklat muda
jernih dengan
jernih dengan
kehijauan
jernih
sedikit endapan
sedikit endapan
(+)
(+)
(+)
57
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 6.
Foto uji kualitatif
1
2
3
4
Keterangan :
1. Ekstrak alga Sargassum polyceratium Montagne + gelatin 1%
2. Ekstrak alga Sargassum polyceratium Montagne + gelatin 1% + NaCl 10%
3. Ekstrak alga Sargassum polyceratium Montagne + FeCl3
4. Ekstrak alga Sargassum polyceratium Montagne tanpa perlakuan (kontrol)
58
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 7.
Foto fraksinasi ekstrak alga coklat Sargassum polyceratium
Montagne
Keterangan : Fraksi metanol-air (lapisan atas) dan kloroform (lapisan bawah)
Keterangan : Fraksi etil asetat (lapisan atas) dan metanol-air (lapisan bawah)
59
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Foto Vaccum Rotary Evaporator
Foto spektrofotometer UV-Vis Perkin Elmer Lambda 20
60
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 10.
Data penimbangan seri baku phloroglucinol
Replikasi I:
Berat kertas + zat
= 0,45148 g
Berat kertas + sisa
= 0,40029 g
Berat zat
= 0,05119 g
Replikasi II:
Berat kertas + zat
= 0,44832 g
Berat kertas + sisa
= 0,39604 g
Berat zat
= 0,05228 g
Replikasi III:
Berat kertas + zat
= 0,44613 g
Berat kertas + sisa
= 0,39533 g
Berat zat
= 0,05080 g
61
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 11.
Contoh perhitungan seri konsentrasi baku phloroglucinol
Replikasi I
Konsentrasi stok baku
= 0,05119 g/50 mL = 51,19 mg/50 mL
= 1,0238 mg/mL
Konsentrasi 1 = 1,0 mL x 1,0238 mg/mL x
1 0,5
x
x 102 mg/100mL
10 50
= 0,10238 mg/100mL = 1,0238 ppm
Konsentrasi 2 = 2,0 mL x 1,0238 mg/mL x
1 0,5
x
x 102 mg/100mL
10 50
= 0,20476 mg/100mL = 2,0476 ppm
Konsentrasi 3 = 3,0 mL x 1,0238 mg/mL x
1 0,5
x
x 102 mg/100mL
10 50
= 0,30714 mg/100mL = 3,0714 ppm
Konsentrasi 4 = 4,0 mL x 1,0238 mg/mL x
1 0,5
x
x 102 mg/100mL
10 50
= 0,40952 mg/100mL = 4,0952 ppm
Konsentrasi 5 = 5,0 mL x 1,0238 mg/mL x
1 0,5
x
x 102 mg/100mL
10 50
= 0,51190 mg/100mL = 5,1190 ppm
Konsentrasi 6 = 6,0 mL x 1,0238 mg/mL x
1 0,5
x
x 102 mg/100mL
10 50
= 0,61428 mg/100mL = 6,1428 ppm
62
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 12.
Hasil scanning λmaks konsentrasi phloroglucinol 1,0 ppm
setelah direaksikan dengan Folin-Ciocalteau
Lampiran 13.
Hasil scanning λmaks konsentrasi phloroglucinol 3,0 ppm
setelah direaksikan dengan Folin-Ciocalteau
63
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 14.
Hasil scanning λmaks konsentrasi phloroglucinol 6,0 ppm
setelah direaksikan dengan Folin-Ciocalteau
Lampiran 15.
Hasil pembacaan absorbansi seri baku phloroglucinol
replikasi I
Konsentrasi
(ppm)
1.0238
2.0476
3.0714
4.0952
5.1190
6.1428
A
B
r
λ (nm)
765,8
0.139
0.267
0.401
0.512
0.641
0.755
0.02120
0.12036
0.99966
746,5
0.137
0.269
0.403
0.518
0.649
0.767
0.01667
0.12293
0.99974
729,1
0.135
0.266
0.401
0.516
0.650
0.774
0.01080
0.12452
0.99983
750,1
0.138
0.269
0.405
0.516
0.648
0.768
0.01753
0.12274
0.99969
64
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 16.
Hasil pembacaan absorbansi seri baku phloroglucinol
replikasi II
Konsentrasi
(ppm)
1.0456
2.0912
3.1368
4.1824
5.2280
6.2736
A
B
r
Lampiran 17.
λ (nm)
755,5
0.132
0.261
0.401
0.517
0.639
0.722
0.02533
0.11477
0.99741
750,1
0.132
0.257
0.407
0.514
0.643
0.712
0.02767
0.11381
0.99561
739,6
0.130
0.257
0.402
0.518
0.647
0.717
0.02307
0.11534
0.99608
725,7
0.131
0.257
0.404
0.519
0.649
0.714
0.02507
0.11493
0.99538
Hasil pembacaan absorbansi seri baku phloroglucinol
replikasi III
λ (nm)
Konsentrasi
(ppm)
1.0160
2.0320
3.0480
4.0640
5.0800
6.0960
A
B
r
750,1
0.121
0.238
0.379
0.542
0.602
0.720
0.00867
0.11952
0.99413
747,5
0.121
0.256
0.379
0.561
0.620
0.721
0.01560
0.12019
0.99181
745,1
0.123
0.239
0.381
0.544
0.603
0.725
0.00933
0.11994
0.99425
726,4
0.121
0.240
0.378
0.549
0.610
0.727
0.00640
0.12123
0.99399
65
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 18.
Data penimbangan sampel
Berat kaca arloji + fraksi
Berat kaca arloji + sisa
Berat fraksi
Lampiran 19.
Replikasi I
15,44613 g
15,39569 g
0,05044 g
Replikasi II
15,45166 g
15,40203 g
0,04963 g
Replikasi III
15,45148 g
15,40152 g
0,04996 g
Data absorbansi fraksi etil asetat alga coklat Sargassum
polyceratium Montagne
Replikasi
(duplo)
I.1
I.2
II.1
II.2
III.1
III.2
759,6 nm
0,281
0,290
0,275
0,267
0,275
0,299
Absorbansi pada λ
750,1 nm
745,9 nm
0,281
0,279
0,292
0,291
0,277
0,278
0,270
0,270
0,278
0,279
0,300
0,301
730,9 nm
0,278
0,290
0,278
0,270
0,278
0,300
66
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 20.
67
Contoh perhitungan kadar sampel
Keterangan : absorbansi sampel dibaca pada panjang gelombang 750,1 nm dan
dihitung menggunakan persamaan kurva baku replikasi I yaitu y = 1,2274 x + 0,0175
Replikasi I duplo 1
y
= 0,281
y
= 1,2274 x + 0,0175
0,281 = 1,2274 x + 0,0175
x
=
0,281 − 0,0175
1,2274
= 0,2147 mg/100 mL
= 2,147 x 10-3 mg/mL
Kadar =
2,147 x10 −3 mg / mL 50
x
x 50 mL
0,05044 g
10
= 10,6414 mg/g fraksi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Angela Woro Dwi Priharina, penulis skripsi berjudul
“Penetapan Kadar Phlorotannin dalam Fraksi Etil
Asetat Alga Coklat Sargassum polyceratium Montagne
dengan Metode Folin-Ciocalteau”, lahir di Klaten pada
tanggal 21 Januari 1987. Penulis adalah putri kedua
pasangan Bapak Matheus Poniman dan Ibu Fransisca
Christina Sri Suharni. Penulis menyelesaikan pendidikan di
TK Pertiwi Granting, Jogonalan, Klaten pada tahun 1992,
SD Negeri Granting 1, Jogonalan, Klaten pada tahun 1998, SLTP Pangudi Luhur 1
Klaten pada tahun 2001, dan SMA Negeri 1 Klaten pada tahun 2004. Penulis
melanjutkan studi di Program S1 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta pada tahun 2004 hingga 2008. Selama menjadi mahasiswi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Penulis pernah menjadi asisten
Praktikum Kimia Dasar pada semester gasal 2007-2008 dan asisten Praktikum
Farmakologi Dasar pada semester genap 2007-2008. Selain itu, Penulis juga pernah
menjadi asisten fasilitator Pelatihan dan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa
(PPKM) pada bulan Januari 2006 dan 2007. Penulis juga aktif dalam Unit Kegiatan
Fakultas (UKF) Paduan Suara Fakultas Farmasi Veronika dan Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Kerohanian.
68
Download