Teori Pertukaran Sosial - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Sosiologi
Komunikasi
Teori-Teori Sosiologi
Komunikasi
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Periklanan
Tatap Muka
02
Kode MK
Disusun Oleh
85005
Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si.
Abstract
Kompetensi
Fenomena komunikasi dapat dipahami
maknanya merujuk pada orientasi
paradigma sebagai pedoman
merumuskan makna di balik tindakan
simbolik pelaku komunikasi. Melalui
Teori Fungsional Struktural, Teori
Pertukaran Sosial, dan Teori Interaksi
Simbolik dapat dipergunakan sebagai
referensi memaknai perilaku
komunikas
Mahasiswa diarahkan untuk memahami
teori-teori Sosiologi Komunikasi ditinjau
dalam tiga pilihan orientasi teori.
1
Teori-Teori Sosiologi Komunikasi Ditinjau
Dalam Beberapa Bagian
Pendahuluan
Sosiologi Komunikasi studi yang secara khusus mengkaji perilaku komunikasi massa, yakni
komunikasi yang dilakukan khalayak dalam jumlah besar melalui beragam saluran
komunikasi.
Media dan masyarakat merupakan unit analisa dalam komunikasi massa, di mana konteks
ini menjelaskan posisi komunikator dan komunikan sebagai pihak yang bersama-sama
berperan mengontrol informasi. Sumber-sumber seperti penyiar televisi membuat keputusan
menyangkut informasi yang akan dikirim adapun penonton televisi selaku penerima pesan
memilki kendali terhadap informasi yang telah disampaikan media. Selainnya itu,
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) turut mempengaruhi proses
komunikasi dalam soal mengakses dan menerima informasi. Ketika kita menonton berita
pada salah satu stasiun televisi yang menginformasikan pengunduran diri Wakil Gubernur
Basuki Tjahaya Purnama dari partai pendukungnya, Gerindra – pemirsa televisi di tanah air
mulai dari Sabang hingga Merauke dapat menyimak langsung pengunduran diri “Ahok”.
Satelit juga menyediakan kemungkinan bagi manager perusahaan untuk berkoordinasi
dengan rekan bisnisnya di belahan dunia lain melalui teleconference video. Selain itu,
melalui internet memungkinkan kita berbagi informasi dan bertukar opini dengan
menggunakan pesan elektronik dalam jaringan mailing list.
Melalui contoh di atas, kita dapat mendefinisikan jika komunikasi massa diarahkan pada
audien yang relatif besar, anonim, serta heterogen. Selainnya itu, pesan-pesan yang
disebarkan bersifat umum dan terjadwal. Kedudukan komunikator umumnya beroperasi
dalam organisasi kompleks yang memerlukan biaya besar. Melalui Sosiologi Komunikasi
kita dapat merumuskan hubungan media massa dengan institusi sosial yang ada di dalam
masyarakat, hubungan ini mencakup proses produksi isi media dan interaksi sosial yang
terjalin antara media massa dengan khalayak. Keterlibatan Sosiologi melalui teori-teorinya
membantu kita memahami praktek penggunaan media massa oleh masyarakat serta proses
produksi dan reproduksi informasi. Untuk keperluan tersebut ditawarkan tiga Teori Sosiologi
dalam kaitannya memahami realitas demikian.
2012
2
Nama Mata Kuliah dari Modul
Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pendekatan (paradigma atau model universal) merupakan tradisi intelektual yang
menawarkan cara pandang umum mengenai manusia – adapun teori adalah penjelasan
spesifik menyangkut perilaku manusia. Setiap pendekatan memiliki logika berpikir yang
berbeda
oleh
sebab
tiga
pertanyaan
filosofis
yang
berkaitan
dengan
aktifitas
pengkajiannnya, yaitu asumsi ontology (pertanyaan tentang sifat realita), asumsi
epistemology (pertanyaan bagaimana kita mengetahui sesuatu), dan asumsi axiology
(pertanyaan mengenai apa yang patut diketahui). Pendekatan yang ditawarkan untuk
memahami fenomena komunikasi massa adalah Paradigma Fakta Sosial melalui Teori
Fungsional Struktural, Paradigma Definisi Perilaku Sosial melalui Teori Pertukaran Sosial,
dan Paradigma Definisi Sosial melalui Teori Interaksi Simbolik. Ditetapkannya pilihan
pendekatan pada tiga paradigma ini berpijak pada asumsi :
Pertama, Paradigma Fakta Sosial melalui teorinya berupa Struktural Fungsional dapat
digunakan untuk memahami realitas menyangkut hubungan komunikasi massa dengan
masyarakat.
Kedua, Paradigma Perilaku Sosial melalui Teori Pertukaran Sosial menjelaskan adanya
manfaat yang saling menguntungkan dalam hubungannya antara pengelola media dengan
audiennya.
Ketiga, Paradigma Definisi Sosial melalui Teori Interaksi Simbolik dapat digunakan untuk
menerangkan bahwa media massa melalui informasinya terhadap fenomena tertentu dapat
mempengaruhi pola berpikir, bersikap, bertindak masyarakat.
2012
3
Nama Mata Kuliah dari Modul
Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Teori Fungsional Struktural
Istilah lain dari pendekatan ini dapat kita sebut juga sebagai Fungsionalisme Struktural.
Tradisi teoritis ini dipopulerkan Talcott Parsons dan Robert Merton dan cukup ramai
diperbincangkan sepanjang dua dekade pasca Perang Dunia Kedua.
Fungsionalisme Struktural adalah perpaduan dua istilah, struktural dan fungsional yang
dalam praktik pengkajiannya tidak selalu mengkaitkan pemakaian istilah secara bersamaan.
Kita dapat mempelajari struktur masyarakat tanpa melibatkan fungsi terhadap struktur lain –
dan kita dapat mengkaji fungsi berbagai proses sosial yang mungkin saja tidak memiliki
struktur. Namun yang perlu kita mengerti, ciri utama dari Perspektif Struktural Fungsional
bahwa pendekatan ini memperhatikan aspek struktur dan fungsi, ini artinya kita perlu
memperhatikan seksama berfungsinya masyarakat oleh keberadaan institusi sosial berskala
luas, saling berinteraksi, dan mempengaruhi individu (Ritzer & Goodman, 2007:118).
Stratifikasi sosial. Perbedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat merujuk
pada status dan peran yang dimiliki adalah realitas yang tidak bisa ditawar lagi dalam
kenyataan hidup suatu masyarakat. Stratifikasi sosial adalah fenomena universal dan
menjadi prasyarat dalam berfungsinya suatu sistem sosial. Konsep stratifikasi dalam
konteks struktural fungsional memaknai posisi individu ketika menempati posisi tententu
bukan memfokuskan perhatian pada mekanisme yang digunakan individu menaiki jenjang
posisi ideal. Di sinilah definisi fungsional muncul, bahwa masyarakat memiliki kesadaran
menciptakan sistem stratifikasi sebagai medium memposisikan bakat atau keterampilan
sejurus dengan kemampuannya, dan masyarakat menyediakan hadiah (reward) sebagai
imbalannya. Stratifikasi analog alat yang diciptakan masyarakat untuk menjamin
keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Imbalan memadai dari achieved status ini
ditandai dengan diperolehnya kekuasaan (power), kekayaan (privilege), dan posisi terhormat
(prestige). Sehingga akan ada individu-individu yang menempati status dan peran tertentu
bergantung harapan masyarakatnya. Melalui proses sosialisasi formal pada institusi
pendidikan, umumnya stratifikasi sosial melanggengkan posisi istimewa seseorang yang
memang sedari awal telah memiliki kekuasaan, kekayaan dan prestis. Namun pemikiran
Teori Stratifikasi ini tampak linier, teori ini tidak dapat menjawab kenyataan berstratifikasi
masyarakat ketika diperhadapkan pada realitas manakala terdapat satu kampung di mana
warganya terdefinsikan sebagai orang kaya semua, dan status pengemis atau masyarakat
lapisan bawah (low brow) menjadi demikian diperlukan sebagai agen fungsional yang
menerima distribusi kekayaan dari masyarakat menengah atas (upper middle-brow) atau
atas (high-brow). Atau contoh lainnya, seorang guru lebih diperlukan oleh masyarakat
2012
4
Nama Mata Kuliah dari Modul
Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ketimbang keberadaan seorang artis sinetron. Hingga tidak selalu posisi yang terjamin
imbalan material dan imaterial menjadi target pemosisian individu, bergantung pada
kebutuhan dari sistem sosial maka keberadaan status dan peran majemuk sifatnya. Jaminan
berupa kekuasaan, kekayaan, dan prestis pada gilirannya menjadi sarana evolusi bagi
masyarakat untuk bersama-sama berjuang menempati posisi yang diidealisasikan.
Skema AGIL. Dalam kaitannya motivasi memperoleh kepuasaan melakukan pekerjaan ideal
maupun aktivitas yang diperlukan oleh sistem sosial, kita perlu memahami “sistem tindakan”
sebagai perangkat konsep untuk memahami struktur dan fungsi. Merujuk Teori Struktural
Fungsional, Parsons mengajukan empat fungsi penting untuk semua sistem tindakan, yang
dapat kita definisikan sebagai Skema AGIL.
Kita pahami bersama terlebih dahulu pengertian “fungsi”. Fungsi merupakan kumpulan
kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem
(Rocher, 1975, dalam Ritzer & Goodman, 2007:121). Empat fungsi ini mencakup (A)
Adaptation – (G) Goal Attainment – (I) Integration – dan (L) Latensi. Ke-empat fungsi ini
dibutuhkan oleh sistem dalam kaitannya beroperasinya struktur sosial suatu masyarakat.
Mari kita simak penjelasan Skema AGIL berikut ini :
(1).
Adaptation (Adaptasi), suatu sistem dapat menyesuaikan dengan setiap keadaan
utama menyesuaikan dengan kebutuhan lingkungan.
“Adaptasi” diinterpretasi sebagai organisme perilaku sebagai sistem tindakan yang
melaksanakan fungsi adaptasi atau fungsi penyesuaian diri dengan mengubah
lingkungan ekternal.
Fungsi adaptasi diimperatifkan ke dalam sub sistem ekonomi sebagai bagian yang
memenuhi keperluan tenaga kerja, produksi, dan alokasi. Melalui pranata ekonomi
memungkinkan masyarakat memenuhi kebutuhan menanggapi lingkungan eksternal.
(2).
Goal Attainment (Pencapaian Tujuan), suatu sistem dapat mendefinisikan tujuan
utama.
“Pencapaian Tujuan” diinterpretasi sebagai sistem keperibadian, pelaksana fungsi
pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem melalui mobilisasi sumber daya
untuk pencapaian tujuan.
Fungsi pencapaian tujuan dilaksanakan melalui sub sistem politik. Sistem
pemerintah berperan sebagai operator sekaligus regulator dalam memobilisasi
warganegara mencapai tujuan negara.
(3).
Integration (Integrasi), suatu sistem dapat mengatur hubungan antar komponen.
“Integrasi” diinterpretasi sebagai sistem sosial, yang berfungsi menanggulangi atau
mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya.
2012
5
Nama Mata Kuliah dari Modul
Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Fungsi integrasi atau sistem sosial mencakup seluruh fungsi masyarakat, yaitu suatu
kolektif yang relatif memenuhi kebutuhan secara mandiri.
(4).
Latency (Pemeliharaan Pola), suatu sistem memiliki kemampuan memelihara dan
memperbaiki diri, berupa motivasi individu dan keberadaan kebudayaan sebagai
medium bekerjanya motivasi.
“Pemeliharaan Pola” diinterpretasi sebagai sistem kultural yang melaksanakan fungsi
pemeliharaan pola dengan menyediakan aturan normatif yang memotivasi individu
untuk melaksanakan tindakan.
Fungsi laten diberlangsungkan melalui sistem fiduciari. Sistem ini kita kenali sebagai
pranata yang membekali individu dengan pengetahuan menyangkut nilai-nilai dan
norma-norma masyarakat. Melalui institusi keluarga dan sekolah, pranata ini
menyediakan sarana sosialiasi dan internalisasi sistem simbol yang terpola yang
menjadi orientasi bertindak bagi masyarakat.
L
LATENCY
I
Sistem Sosial
(Sistem Kemasyarakatan)
Sistem Kultural
(Sistem Fiduciari)
A
ADAPTATION
Organisme Perilaku
(Sistem Ekonomi)
INTEGRATION
G
GOAL ATTAINMENT
Sistem Keperibadian
(Sistem Pemerintahan)
Gambar 1: Skema AGIL (struktur sistem tindakan umum dengan
subsistem fungsionalnya)
Fungsionalisme Struktural Parsonian ini memusatkan perhatian pada fungsi dari satu
struktur sosial atau fungsi dari satu institusi sosial saja. Determinisme kebudayaan menjadi
kelemahan teori ini, manakala Parson lebih menekankan pada fungsi sentral latency
sebagai kekuatan utama yang mengikat seluruh tatatan sistem tindakan individu. Perlu
dipahami bahwa asumsi fungsional struktural berpijak pada keterpaduan atau kesetaraan
pada semua tingkat analisanya menyangkut ke-empat aspek sistem. Tindakan agen atau
aktor senantiasa mempertimbangkan keberadaan dari empat fungsi struktur tindakan.
Sebagai deskripsinya; ketika sistem keperibadian (personalitas) bertindak, perilakunya
senantiasa dikontrol atau mempertimbangkan sistem kulturalnya – personalitas turut pula
mempertimbangkan kebutuhan integritas dari komunitasnya – dan keperluan integrasi
menjadi prasyarat bagi sistem politik untuk memenuhi harapan maupun tuntutan
masyarakat. Pada kenyataannya tindakan personal seseorang tidak berlaku pasif, aktor
senantiasa menginterpretasi dinamika sistem lantas mengantisipasi sistem dengan
2012
6
Nama Mata Kuliah dari Modul
Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengadakan modifikasi pada perilakunya hingga mendorong munculnya motivasi yang
dianggap perlu.
Fakta-Fakta Sosial. Individu adalah aktor yang aktif menterjemahkan lingkungan internal
dan ekternalnya dan mewujudkannya ke dalam praktik sosial yang diperbaharui terusmenerus mengikuti informasi terbaru yang pada gilirannya melalui kontinuitas perilaku
tersebut turut merubah tatanan struktur fungsi dari sistem sosial. Berpedoman pada “fakta
sosial” manusia dapat mempolakan perilakunya merujuk pada aturan baku yang
diidealisasikan masyarakatnya. Emile Durkheim menyebut gejala fakta sosial sebagai
kekuatan (forces) dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu (Durkheim
dalam The Rules of Sociological Methode, dalam Ritzer & Goodman, 2007:21). Fakta sosial
material berisikan aturan dalam pranata birokrasi dan hukum – dan fakta sosial imaterial
bersumber pada kebudayaan dan institusi sosial. Menyambung pada Skema AGIL – Parson,
tindakan individu bukanlah suatu perilaku yang dilakukan berlandas pada alasan peribadi
melainkan berpijak pada kebutuhan individu untuk bersikap merujuk pada aturan ke-empat
fungsi tindakan. Menjadi terang bagi kita jika rasionalisasi tindakan personal bersumber
pada rasionalisasi struktur sistem sosialnya atau dalam istilah Durkheim, berpedoman pada
fakta sosial. Sebagai ilustrasi yang cukup baik, Bunuh diri (suicide) yang dilakukan
seseorang disebabkan oleh adanya fakta sosial yang memaksa pelaku untuk mengakhiri
kehidupannya di dunia. Rasionaliasi bunuh diri bukan berpijak pada pilihan personal
melainkan masyarakatlah yang menentukan pelaku untuk mengakhiri hidup.
Teori Pertukaran Sosial
Migo bukan pacar yang baik bagi Meena. Masa berpacaran mereka telah berlangsung
sejak memasuki sekolah menengah atas hingga kini mereka menjelang wisuda. Anin
sebagai sahabat Meena menilai Migo sebagai pacar yang tidak bisa diandalkan dan
kerap membuat Meena menangis ketika Migo kembali masuk tahanan karena
tertangkap berjualan narkoba. Meena dapat dengan mudah menemukan pacar baru,
seandainya ia mau.
Teori Pertukaran Sosial atau SET (Social Exchange Theory), mendasarkan konsepnya pada
terjalinnya hubungan antar individu dalam konteks ekonomi dan menggunakan istilah
pengorbanan dan penghargaan yang kelak didapat ketika individu tersebut melanjutkan
hubungan. Pengorbanan atau costs didefinisikan sebagai elemen dari suatu hubungan yang
memiliki nilai negatip bagi seseorang. Implementasinya dapat berupa perasaan negatip
seperti rasa sedih, tertekan, sebagaimana diperlihatkan Meena. Penghargaan atau rewards
adalah elemen dalam suatu hubungan yang bersifat positip. Teori SET mendeskripsikan
2012
7
Nama Mata Kuliah dari Modul
Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
realitas hubungan antar manusia menempatkan elemen pengorbanan dan penghargaan
sebagai sesuatu yang perlu dipertimbangkan (Monge & Contarctor dalam West & Turner,
2008:216). Teori ini merumuskan temuan penelitiannya dengan menyimpulkan konsep nilai
(worth) dari suatu hubungan akan mempengaruhi hasil akhir (outcome), yaitu interaksi dapat
terus berlangsung sebagai hasil positip atau nilai negatipnya jika hubungan berakhir.
Dalam Interpersonal Communication: The Social Exchange Approach, Michael Roloff (dalam
West & Turner, 2008:217), menurunkan teori menyangkut “dorongan yang menuntun
terjalinnya interaksi interpersonal oleh adanya kepentingan peribadi dari kedua belah pihak”.
Kepentingan peribadi ini tidak dapat dipadankan dengan nilai negatif melainkan nilai positip
yang dapat meningkatkan kualitas hubungan.
Struktur Pertukaran. Pertukaran dapat berlangsung melalalui pertukaran langsung,
pertukaran tergeneralisasi, dan pertukaran produktif. Mengacu pada sifat pertukaran yang
pertama yaitu direct exchange (pertukaran langsung), timbal balik berlangsung pada pelaku
yang saling berinteraksi. Melalui contoh kasus Migo dan Meena, pertukaran langsung
didefinisikan ke dalam situasi manakala Migo memerlukan bantuan Meena dan Meena
langsung membalas memberikan bantuan. Hal yang sama akan dilakukan Migo suatu hari
nanti, untuk ‘mengembalikan’ bantuan yang pernah diterima dari Meena.
Generalized exchange (pertukaran tergeneralisir), jenis pertukaran ini mencakup keadaan
timbal balik yang tidak langsung. Dicontohkan, ketika kita diberikan kesempatan untuk
duduk di dalam busway yang penuh sesak, maka orang yang merelakan bangkunya untuk
kita tempati kelak akan mendapatkan kesempatan yang sama dari orang yang berbeda.
Productive exchange (pertukaran produktif), dalam jenis pertukaran ini kedua pihak
bersama-sama melakukan pengorbanan untuk suatu kegiatan yang pada akhir kegiatan
keduanya akan mendapatkan penghargaan secara bersamaan.
Perilaku Sosial. Teori Pertukaran Sosial berakar pada behaviorisme dalam kajian Psikologi
yang kemudian dikembangkan Sosiologi. Teori ini identik dengan George Homans yang
membangun preposisi untuk menerangkan fenomena individu di dalam masyarakat.
Preposisi yang dikembangkan merujuk pada riset psikologi yang kemudian digunakan
Sosiologi untuk mengkaji hubungan antara pengaruh perilaku seorang individu terhadap
lingkungan dan dampak lingkungan terhadap perilaku individu (Bushell & Burgess, 1969;
Baldwin & Baldwin, 1986, dalam Rotzer & Goodman, 2008:356). Perilaku seseorang dapat
ditelusuri dalam konteks sejarah masa lalu orang tersebut.
Simak ilustrasi berikut ini; perilaku seseorang dilatari oleh lingkungan sosial atau fisik
sebagai wahana berlangsungnya proses penajaman perilaku positip, negatip, atau netral. Di
2012
8
Nama Mata Kuliah dari Modul
Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
masa depan, ketika diperlukan maka akan dimunculkan reaksi berupa perilaku yang sejenis,
apabila perilaku menimbulkan reaksi menyenangkan besar kemungkinan perilaku senada
akan diulang – ketika reaksi dari perilaku memunculkan keadaan menyakitkan kecil peluang
bagi perilaku tersebut dimunculkan di masa depan.
George Homans membangun proposisi fundamental dalam Teori Pertukaran Sosial, yaitu:
Pertama, proposisi sukses. Ketika tindakan yang dilakukan seseorang mendapatkan
tanggapan positip dari orang lain, maka tindakan yang sama akan dilakukan kembali di
kemudian hari.
Kedua, proposisi stimulus. Dorongan tertentu atau
menyebabkan suatu tindakan akan memperoleh hadiah.
sekumpulan
dorongan
telah
Ketiga, proposisi nilai. Proposisi ketiga ini merupakan penggabungan dari kedua proposisi
sebelumnya yang dapat kita definisikan sebagai proposisi rasional.
Keempat, proposisi deprivasi-satiasi. Ketika seseorang bertindak positip dan mendatangkan
ganjaran maka akan ganjaran yang diterima pada perilaku positip sebelumnya semakin
kehilangan maknanya.
Kelima, proposisi persetujuan-perlawanan. Ketika perilaku seseorang idealnya memperoleh
tanggapan positip namun justru terjadi sebaliknya, maka individu tersebut akan bertindak
negatip (reaktif, melawan, marah). Namun hal ini keadaan terakhir ini dianggap bernilai bagi
pelaku.
Teori Interaksi Simbolik
Mellisa kini tinggal di asrama yang difasilitasi universitas tempatnya ia menempuh
pendidikan tinggi. Rekan sekamarnya adalah Aryati yang berasal dari Klaten dan
Hermina, gadis asal Lampung. Satu bulan sudah mereka bertiga melalui masa awal
studi di perguruan tinggi. Mellisa sedikit khawatir jika ia tidak bisa akrab dengan teman
sekamarnya, namun dugaan ini dapat ditepis jika Mellisa bisa menjalin keakraban
dengan Hermina. Kesamaan etnis asal Sumatera yang menjadikan alasan Mellisa
selaku putra daerah Bangka Belitung untuk merasa dekat dengan Hermina dibanding
kepada Aryati.
“Simbol” sebagai label arbitrer atau representasi dari fenomena menjadi konsep yang
membentuk Teori Interaksi Simbolik, di mana suatu interaksi sosial di mungkinkan terjadi
manakala pihak-pihak yang saling berkomunikasi menggunakan simbol yang disepakati
2012
9
Nama Mata Kuliah dari Modul
Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bersama. Dalam kasus di atas, Mellisa dapat berkomunikasi efektif dengan Hermina oleh
sebab dimilikinya simbol yang sama, yaitu kesamaan suku bangsa.
Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interaction Theory atau SI) merupakan kerangka berpikir
yang dikembangkan George Herbet Mead melalui “Mind, Self, Society; From The Stand
Point of The Social Behaviorist”, ia merumuskan diperlukannya simbol sebagai mekanisme
yang dapat dipergunakan di dalam aktifitas berkomunikasi. Teori ini melengkapi teori-teori
sosial sebelumnya dalam mengkaji interaksi antar manusia. Melalui hipotesanya teori ini
menjembatani konsep interaksi antar individu dan kekuatan sosial yang melatari terjalinnya
interaksi sosial. Asumsinya, suatu hubungan antar manusia dapat dimaknai manakala
hubungan itu berlangsung melalui interaksi sosial yang menjadi prasarana manusia
mengembangkan dunia sosialnya.
Meminjam uraian LaRossa dan Reitzes (dalam West & Turner, 2007:98), pemikiran Mead
memuat tiga asumsi :
Pertama, pentingnya makna bagi individu.
Kedua, pentingnya konsep diri.
Ketiga, hubungan antara individu dengan masyarakat.
Penjelasan pertama. Makna – Individu adalah pencipta makna, dan melalui kegiatan
komunikasi berbagai simbol ditebarkan dan akan memuat makna simbolik ketika peserta
komunikasi saling menginterpretasi. Kesamaan makna memungkinkan berlangsungnya
kegiatan komunikasi.
Penjelasan kedua. Manusia bertindak terhadap manusia lain mengacu pada makna yang
diberikan orang lain kepada mereka – pernyataan ini menitik beratkan pada adanya makna
di balik perilaku yang perlu diinterpretasi untuk dapat dipahami artinya.
Penjelasan ketiga. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia – makna dapat memuat
arti sama manakala terdapat individu-individu memiliki interpretasi seragam menyangkut
simbol yang dipertukarkan dalam aktifitas komunikasi.
Konsep diri. Self concept dibentuk melalui proses sosialisasi. Konsep diri atau proses
mental sangat penting bagi manusia dalam kaitannya sebagai pedoman yang dapat
dipergunakan dalam berinteraksi dengan manusia lain. “konsep diri” didefinisikan sebagai
seperangkat persepsi yang relatif stabil yang diyakini oleh seseorang mengenai dirinya
sendiri. Melalui perangkat konsep diri, seseorang pada aktifitas sosialnya akan memiliki
keterampilan untuk mengambil peranan (role taking).
2012
10
Nama Mata Kuliah dari Modul
Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Definisi Sosial. Teori Interaksi Simbolik atau interaksionisme simbolik berakar pada
orientasi paradigma definisi sosial. Dasar pemikirannya adalah, dalam kenyataan interaksi
antar sesama manusia memerlukan konsep definisi sosial sebagai alat yang dapat
dipergunakan individu untuk mendefinisikan situasi subyektif maupun objektif lingkungan
sosial dan fisiknya. Interaksi sosial tanpa melibatkan definisi sosial akan menyulitkan
manusia, oleh sebab manusia memerlukan aktifitas menafsirkan realitas dunia sebagai
bahan membentuk realitas kehidupan.
Interelasi Pendekatan Sosiologis Terhadap Studi Komunikasi
Teori Fungsional Struktural – Paradigma Fakta Sosial
keberadaan media massa melalui sistem media cetak, elektronik, tradisional, maupun
teknologi baru menciptakan karakter fungsional bagi masyarakat. Merujuk pada Hedebro
(dalam Sutaryo, 2005:16), media massa memiliki kekuatan untuk memproduksi dan
mereproduksi pesan yang diperlukan dalam kehidupan organis struktur sosial. Dalam
Konsep AGIL – Parson, terang diuraikan jika perilaku personal individu semata dihadirkan
dengan berpijak pada komponen pembentuk struktur sistem. Di mana komunikasi berfungsi
sebagai fungsi informatif, regulatif, persuasif, dan integratif yang menjadi wahana bagi
manusia mendefinisikan status dan peran merujuk pada kebutuhan sistem sosialnya.
Teori Pertukaran Sosial – Paradigma Perilaku Sosial
Konsep dasar pertukaran sosial adalah azas saling manfaat jika diinteraksikan dengan
konteks komunikasi massa maka teori ini dapat menterjemahkan realitas menyangkut
hubungan antara media massa dengan khalayak berlangsung dalam rujukan nilai positip
maupun nilai negatip.
Teori Interaksi Simbolik – Paradigma Definisi Sosial
Media massa selaku agen produksi budaya, memiliki kemampuan dalam menginternalisasi
pesan-pesan merujuk pada satu kepentingan. Merujuk pada fungsinya yang demikian,
proses transformasi pengetahuan yang direfleksikan melalui sistem simbol melalui isi pesan
media menjadi sarana dalam pembentukkan konsep diri bagi masyarakat selaku pihak yang
mengkonsumsi media.
2012
11
Nama Mata Kuliah dari Modul
Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Ritzer, Goerge, dan Douglas J. Goodman
2007
Teori Sosiologi Modern, Edisi Keenam, Jakarta: Penerbit Prenada Media Group.
Sutaryo
2005
Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta: Penerbit Arti Bumi Intaran.
West, Richard, dan Lynn H. Turner.
2008
2012
Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit
Salemba Humanika.
12
Nama Mata Kuliah dari Modul
Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download