ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN

advertisement
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
PEMBUATAN BANDENG ISI
Pada BANISI di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat
Oleh:
MOCHAMAD EVAN SETYA MAULANA
A14104128
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
MOCHAMAD EVAN SETYA MAULANA. Analisis Studi Kelayakan Usaha
Pembuatan Bandeng Isi pada BANISI di Kec. Soreang, Kab. Bandung, Jawa
Barat. Di bawah bimbingan Harianto.
Sektor UKM dapat dikatakan memiliki keunggulan dan peranan penting
dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Menurut data Kementerian Negara
Koperasi dan UKM pada tahun 2007 sektor UKM mampu menyumbang sekitar
53 persen dari PDB Nasional atau sebesar Rp 1.778,75 triliun. Dilihat dari sisi
penyerapan tenaga kerja sektor UKM mampu menyerap tenaga kerja hingga 85,4
juta jiwa. Departemen Perindustrian (2006) mencatat, jumlah unit usaha UKM
pada tahun 2005 hanya tumbuh 3,48 persen atau sebesar 3.283.490 unit dan pada
tahun 2006 tumbuh 4,6 persen menjadi 3.434.531 unit. Sedangkan dalam hal
penyerapan tenaga kerja, pada tahun 2004 UKM menyerap lapangan kerja
8.118.590 orang. Lalu berturut-turut meningkat pada 2005 (tumbuh 4,27 persen)
dan 2006 (tumbuh 4,6 persen) menjadi 8.465.010 orang serta 8.854.400 orang
Salah satu usaha yang berkembang saat ini yaitu usaha di bidang pangan.
Pangan merupakan kebutuhan pokok individu yang harus dipenuhi selain sandang
dan papan. Kecenderungan jumlah penduduk yang semakin meningkat diduga
akan berdampak positif terhadap peningkatan kebutuhan pangan di Indonesia.
Menurut BPS (2005) telah terjadi peningkatan konsumsi rata-rata makanan
perkapita khususnya pada komoditi makanan jadi. Adanya peningkatan jumlah
konsumsi dan perubahan pola gaya hidup instan masyarakat perkotaan saat ini
diduga juga ikut memicu timbulnya banyak jenis usaha terutama di bidang
makanan.
BANISI sebagai salah satu produsen baru dalam industri makanan jadi di
Kabupaten Bandung atau tepatnya di Kecamatan Soreang hadir dengan produknya
yaitu bandeng isi untuk menjawab kelemahan ikan bandeng yang seringkali
mengurangi kenikmatan konsumen dalam mengkonsumsi ikan bandeng serta
untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan pangan. Produk yang ditawarkan
BANISI saat ini dapat dikatakan sebagai inovasi sebab produk ini belum pernah
ada sebelumnya dipasaran. Karena itu diperlukan analisis studi kelayakan
mengenai BANISI untuk melihat kelayakan dan kelangsungan usaha dalam
menghadapi ketidakpastian resiko dan dapat bersaing di industri makanan jadi.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan non finansial usaha
BANISI, (2) Menganalisis kelayakan finansial usaha BANISI, (3) Menganalisis
sensitivitas usaha BANISI.
Analisis data kuantitatif menggunakan komputer program Microsoft Excel
dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data
yang ada serta mempermudah dalam melakukan analisis data. Sedangkan untuk
data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif merupakan hasil
analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek bahan baku, aspek manajemen,
aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan non finansial yaitu analisis aspek pasar,
bahan baku, teknis, manajemen, hukum, dan sosial ekonomi dan lingkungan,
usaha pembuatan bandeng isi yang dijalankan oleh BANISI layak untuk
dilaksanakan, karena tidak ada faktor yang menghambat kegiatan produksi
BANISI dari tiap-tiap aspek.
Hasil aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga pola usaha.
Pertama pola usaha I dengan nilai NPV Rp Rp 13.646.116; Net B/C Rasio 1,2994;
IRR 15 persen dan Payback Period 7 tahun 7 bulan. Skenario kedua yaitu pola
usaha II dengan nilai NPV Rp 213.884.273; Net B/C Rasio 5,4296; IRR 91 persen
dan Payback Period dua tahun satu bulan. Sedangkan yang terakhir yaitu pola
usaha III dengan nilai NPV Rp -527.334.772. Karena pola usaha III memperoleh
NPV yang bernilai negatif maka untuk kriteria kelayakan lainnya dianggap tidak
layak.
Hasil analisis finansial menunjukkan pengusahaan pembuatan bandeng isi
yang dilakukan pada tiga pola tidak semuanya dapat mendatangkan keuntungan.
Hanya dua dari tiga pola yang telah dirancang layak untuk diusahakan yaitu pola
usaha I dan II, sedangkan pola usaha III tidak layak untuk dijalankan jika dilihat
dari aspek finansialnya. Dari kedua pola usaha yang layak pola usaha II
merupakan pola usaha yang paling layak untuk dijalankan. Hal ini dilihat dari
hasil analisis finansial yang menunjukkan bahwa NPV pola usaha II>NPV pola
usaha I, begitu pula dengan nilai Net B/C dan IRR nya. Sama halnya dengan
payback periode, pola usaha II lebih cepat dalam hal pengembalian biaya
investasi dibandingkan dengan pola usaha I.
Jika dilihat dari hasil analisis switching value, pola usaha I yaitu usaha
pembuatan bandeng isi yang saat ini dijalankan adalah jenis usaha yang paling
sensitif terhadap perubahan baik penurunan harga jual, kenaikan harga bandeng,
maupun penurunan tingkat penjualan. Penurunan harga dan penurunan produksi
adalah hal yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan usaha pembuatan
bandeng isi pada pola I dan II dibandingkan faktor kenaikan harga bandeng.
Untuk pola usaha III kenaikan harga jual merupakan faktor yang paling
berpengaruh agar usaha pembuatan bandeng isi ini layak untuk dijalankan
dibandingkan dengan penurunan harga bandeng dan kenaikan tingkat penjualan.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
PEMBUATAN BANDENG ISI
Pada BANISI di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat
Oleh :
MOCHAMAD EVAN SETYA MAULANA
A14104128
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Nama
: Mochamad Evan Setya Maulana
NRP
: A14104128
Judul
: Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Bandeng Isi pada
BANISI di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat)
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Harianto M S.
NIP. 131.430.801
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus: _____________
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ANALISIS STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN BANDENG ISI
PADA BANISI KEC. SOREANG, KAB. BANDUNG, JAWA BARAT
ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM
PERNAH
DIAJUKAN
SEBAGAI
KARYA
TULIS
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juni 2008
Mochamad Evan Setya Maulana
A14104128
RIWAYAT PENULIS
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 November 1986 sebagai anak
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Muhidin dan Ibu Julaecha.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 04 Pagi Jakarta Barat pada tahun 1998.
Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTPN 271 Jakarta Barat dan lulus
pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan SMU pada tahun 2004 di
SMUN 78 Jakarta. Pada tahun 2004 juga penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Pertanian, Program Studi Manajemen Agribisnis melalui jalur
SPMB.
Selama kuliah penulis aktif pada kegiatan organisasi di lingkungan
kampus seperti menjadi anggota Departemen Bisnis dan Kewirausahaan MISETA
(Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian) periode
2007. Selain itu penulis juga aktif dalam kegiatan di luar organisasi kampus
seperti MANTAB Organizer dan Arial Eleven.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat
menyelesaikan
penelitian
dalam
rangka
penulisan
skripsi
untuk
mendapatkan gelar sarjana.
Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak terutama orang tua dan
dosen pembimbing skripsi Bapak Dr. Ir. Harianto, MS yang telah membimbing
dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Studi Kelayakan Usaha Pembuatan Bandeng Isi pada BANISI
di Kec. Soreang, Kab. Bandung, Jawa Barat”.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat begi semua pihak termasuk
penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga
mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan penulis di
masa mendatang.
Bogor, Juni 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
berkat, rahmat dan anugerah-Nya serta jalan dan kemudahan yang Engkau
tunjukkan kepada penulis.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang
telah membantu memeberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan doa. Dalam
kesempatan kali ini tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayah dan Ibu, atas segala kasih sayang, doa dan dukungan baik moral maupun
material.
2. Sofiah Nuraini, Abang Muslim Arfian dan Fahrel atas dukungan dan semangat
yang diberikan kepada penulis.
3. Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan
waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
5. Tintin. S, SP. selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan Program
Studi Manajemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah diberikan.
6. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan
pengarahan yang diberikan selama kuliah.
7. Bapak Totok Hariyono dan keluarga, terima kasih atas segala kebaikan yang
diterima penulis selama penelitian, kesempatan untuk melakukan penelitian,
dan pengalaman-pengalaman yang berharga.
8. Dadan, Nunik, Yatna dan Paul yang telah memberikan tumpangan tempat
tinggal sementara selama di Bandung. Bapak Herdi dan Ibu Euis, terima kasih
atas segala kebaikan yang diterima penulis selama penelitian.
9. Baiquni Ardhi, teman seperjuangan di Bandung. Nunu, Mamieq, Yoga, Lidya,
Ariani, S.T. atas masukannya selama berdiskusi dengan penulis.
10. Teman-teman satu bimbingan, Nanien, Adisty, Yustika, Opick, dan Ryan.
11. Seluruh AGBers 41, Grinda Crew (Gerry, Yudhi, Duta, Aliy, Banggoy), Ten
Exist (Tere, Uci, Strow, Pretty, Rani, Fanny, Widy, Enung, Intan, Agnes).
12. Teman-teman KKP Desa Bangbayang, Krishta, Eno, Syubhan, Putri dan Sirri
13. Teman-teman
MISETA
2007
khususnya
Departemen
Bisnis
dan
Kewirausahaan, Harry, Wening, Wiwi, Mayang, SS dan Santi.
14. Kakak kelas AGB 39, dan AGB 40 serta teman-teman AGB 42.
15. Semua pihak yang turut membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 10
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Bandeng ............................................................................ 12
2.1.1 Fisiologi Bandeng.......................................................................... 12
2.1.2 Budidaya Bandeng......................................................................... 14
2.2 Lembaga dan Saluran Tataniaga Ikan Bandeng....................................... 16
2.3 Produk OlahanBandeng .......................................................................... 17
2.4 Industri Kecil dan Rumah Tangga .......................................................... 19
2.5 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 20
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Studi Kelayakan Proyek ......................................................................... 23
3.2 Teori Biaya dan Manfaat ........................................................................ 25
3.3 Analisis Kelayakan Investasi .................................................................. 27
3.4 Analisis Finansial ................................................................................... 28
3.4.1 Net Present Value (NPV) ............................................................... 28
3.4.2 Net Benefit Cost Ratio (NetB/C Rasio) .......................................... 29
3.4.3 Internal Rate return (IRR) .............................................................. 29
3.4.4 Payback Period (PBP).................................................................... 30
3.5 Analisis Sensitivitas ............................................................................... 30
3.6 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................... 31
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 33
4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 33
4.3 Metode Analisis Data ............................................................................. 33
4.4 Analisis Kelayakan Investasi .................................................................. 34
4.4.1 Analisis Kelayakan Bahan Baku .................................................... 34
4.4.2 Net Present Value (NPV) ............................................................... 35
4.4.3 Net Benefit Cost Ratio (NetB/C Rasio) .......................................... 36
4.4.4 Internal Rate return (IRR) .............................................................. 36
4.4.5 Payback Period (PBP).................................................................... 37
4.5 Analisis Sensitivitas ............................................................................... 38
4.6 Asumsi Dasar yang Digunakan ............................................................... 38
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Visi, Misi dan Tujuan ............................................................................. 41
5.2 Profil Perusahaan ................................................................................... 41
5.3 Jenis dan Perkembangan Usaha .............................................................. 43
5.4 Struktur Organisasi................................................................................. 43
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Aspek–Aspek Non Finansial
6.1.1 Aspek Pasar .................................................................................. 46
a. Permintaan ................................................................................ 46
b. Penawaran ................................................................................ 47
c. Strategi Pemasaran .................................................................... 47
d. Hasil Analisis Aspek Pasar ....................................................... 48
6.1.2 Aspek Teknis ................................................................................ 48
a. Lokasi Usaha ............................................................................ 49
b. Skala Usaha .............................................................................. 52
c. Layout ....................................................................................... 53
d. Proses Produksi ........................................................................ 53
e. Hasil Analisis Aspek Teknis ..................................................... 58
6.1.3 Aspek Bahan Baku ....................................................................... 58
a. Penentuan Jumlah Order ........................................................... 58
b. Penentuan Jumlah Bahan Baku Sebagai Persediaan .................. 59
c.Penentuan Cara dan Waktu Pembelian Bahan Baku ................... 59
d. Hasil Analisis Aspek Bahan Baku ............................................. 60
6.1.4 Aspek Manajemen ........................................................................ 60
6.1.5 Aspek Hukum ............................................................................... 61
a. Bentuk Badan Usaha ................................................................. 61
b. Izin Usaha................................................................................. 62
6.1.6 Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ........................................ 63
6.2 Analisis Kelayakan Finansial
6.2.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario I
(Tanpa Penambahan Alat) ............................................................. 64
a. Hasil Analisis Inflow ................................................................ 64
b. Hasil Analisis Outflow .............................................................. 66
c. Analisis Kelayakan Finansial .................................................... 68
d. Analisis Switching Value........................................................... 69
6.2.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario II (Penambahan Bahan Baku
dan Alat Produksi) ........................................................................ 70
a. Hasil Analisis Inflow ................................................................ 70
b. Hasil Analisis Outflow .............................................................. 71
c. Analisis Kelayakan Finansial .................................................... 74
d. Analisis Switching Value........................................................... 75
6.2.3 Analisis Kelayakan Finansial Skenario III (Bahan Baku Langsung
dari Produsen) .............................................................................. 76
a. Hasil Analisis Inflow ................................................................ 76
b. Hasil Analisis Outflow .............................................................. 77
c. Analisis Kelayakan Finansial .................................................... 80
d. Analisis Switching Value........................................................... 80
6.2.4 Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Ketiga Pola Usaha ......... 81
6.2.5 Perbandingan Switching Value Ketiga Pola Usaha ........................ 82
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan ............................................................................................ 84
7.2 Saran ...................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 86
LAMPIRAN ..................................................................................................... 88
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi per Tahun .................................................. 1
2.
Pertumbuhan Tingkat Pengangguran Indonesia (dalam juta orang) .............. 2
3.
Persentase Perkembangan Konsumsi Rata-Rata Makanan per Kapita per
Bulan Tahun 2002, 2005, dan 2007 ............................................................. 4
4.
Kategori Skala Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja yang Digunakaan 6
5.
Komposisi Zat Gizi Beberapa Jenis Ikan Tawar dan Laut (per 100 gram) .... 7
6.
Jumlah Industri Makanan dan Minuman di Jawa Barat ................................ 8
7.
Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Bandeng Isi (Pola Usaha I) .............. 65
8.
Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek pada Pola Usaha I ................................. 65
9.
Biaya Investasi pada Pola Usaha I ............................................................. 66
10.
Biaya Reinvestasi pada Pola Usaha I ......................................................... 67
11.
Biaya Operasional per Tahun pada Pola Usaha I........................................ 67
12.
BiayaTetap pada Pola Usaha I ................................................................... 68
13.
Hasil Analisis Finansial Pola Usaha I ........................................................ 68
14.
Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha I ............................................. 69
15.
Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Bandeng Isi (Pola Usaha II)............. 71
16.
Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek pada Pola Usaha II ................................ 71
17.
Biaya Investasi pada Pola Usaha II ............................................................ 72
18.
Biaya Reinvestasi pada Pola Usaha II ........................................................ 73
19.
Biaya Operasional per Tahun pada Pola Usaha II ...................................... 73
20.
BiayaTetap pada Pola Usaha II.................................................................. 74
21.
Hasil Analisis Finansial Pola Usaha II ....................................................... 74
22.
Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha II ............................................ 75
23.
Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Bandeng Isi (Pola Usaha III) ........... 77
24.
Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek pada Pola Usaha III............................... 77
25.
Biaya Investasi pada Pola Usaha III........................................................... 78
26.
Biaya Reinvestasi pada Pola Usaha III ....................................................... 79
27.
Biaya Operasional per Tahun pada Pola Usaha III ..................................... 79
28.
BiayaTetap pada Pola Usaha III ................................................................ 80
xv
29.
Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha III........................................... 81
30.
Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Ketiga Pola Usaha ..................... 82
31.
Perbandingan Hasil Switching Value pada Pola Usaha I dan II .................. 82
32.
Hasil Switching Value Pola Usaha III ........................................................ 83
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Kerangka Pemikiran Operasional .............................................................. 32
2.
Struktur Organisasi Perusahaan BANISI ................................................... 44
3.
Skema Aliran Pemasaran Bandeng Isi BANISI ......................................... 48
4.
Skema Proses Produksi Bandeng Isi .......................................................... 57
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Layout BANISI ......................................................................................... 88
2.
Cashflow Pembuatan Bandeng Isi Skenario I ............................................ 89
3.
Cashflow Pembuatan Bandeng Isi Skenario II ........................................... 90
4.
Cashflow Pembuatan Bandeng Isi Skenario III .......................................... 91
5.
Laporan Laba Rugi Pengusahaan Bandeng Isi Skenario I .......................... 92
6.
Laporan Laba Rugi Pengusahaan Bandeng Isi Skenario II ......................... 93
7.
Laporan Laba Rugi Pengusahaan Bandeng Isi Skenario III........................ 94
8.
Analisis Switching Value Pengusahaan Pembuatan Bandeng Isi Skenario I
Terjadi Penurunan Harga Jual Sebesar 1,00% ............................................ 95
9.
Analisis Switching Value Pengusahaan Pembuatan Bandeng Isi Skenario I
Terjadi Penurunan Penjualan Sebesar 1,00% ............................................. 96
10.
Analisis Switching Value Pengusahaan Pembuatan Bandeng Isi Skenario I
Terjadi Kenaikan Harga Bandeng Sebesar 2,61% ...................................... 97
11.
Analisis Switching Value Pengusahaan Pembuatan Bandeng Isi Skenario II
Terjadi Penurunan Harga Jual Sebesar 7,88% ............................................ 98
12.
Analisis Switching Value Pengusahaan Pembuatan Bandeng Isi Skenario II
Terjadi Penurunan Penjualan Sebesar 7,88% ............................................. 99
13.
Analisis Switching Value Pengusahaan Pembuatan Bandeng Isi Skenario II
Terjadi Kenaikan Harga Bandeng Sebesar 20,49% .................................. 100
14.
Analisis Switching Value Pengusahaan Pembuatan Bandeng Isi Skenario III
Terjadi Kenaikan Harga Jual Sebesar 38,88% ......................................... 101
15.
Analisis Switching Value Pengusahaan Pembuatan Bandeng Isi Skenario III
Terjadi Kenaikan Penjualan Sebesar 75,62% ........................................... 102
16.
Analisis Switching Value Pengusahaan Pembuatan Bandeng Isi Skenario III
Terjadi Penurunan Harga Bandeng Sebesar 172,99% .............................. 103
17.
Pola Produksi Bandeng Isi....................................................................... 104
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dampak krisis moneter yang telah melanda Indonesia pada tahun 1998 telah
membuat perekonomian Indonesia terpuruk. Perekonomian Indonesia mengalami
penurunan yang sangat drastis pada tahun tersebut. Banyak perusahaan besar yang
akhirnya gulung tikar karena tidak mampu melawan tekanan krisis ekonomi yang
terjadi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya penurunan tingkat
pertumbuhan perekonomian Indonesia pada periode 1996 sampai dengan 1998.
Tingkat pertumbuhan ekonomi per tahun dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1996 - 2006 (%)
Tahun
Pertumbuhan (%)
1996
7.82
1998
0.79
2000
4.92
2001
3.44
2002
3.66
2003
3.99
2004
4.49
2005
5.03
2006
6.30
Sumber : BPS, 2007
Dari Tabel 1, terlihat telah terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi dari
tahun 1996 ke tahun 1998 sebesar 7,03 persen. Angka ini merupakan angka
penurunan pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam kurun waktu 1996 sampai
dengan tahun 2006. Krisis ekonomi ini tidak hanya berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi juga pada jumlah tingkat pengangguran di
Indonesia. Banyak perusahaan yang akhirnya mengambil jalan memecat banyak
tenaga kerja dengan tujuan untuk memangkas biaya operasional perusahaan,
2
akibatnya angka pengangguran di Indonesia semakin bertambah karena semakin
banyaknya tenaga kerja yang di PHK. Jumlah tingkat pengangguran di Indonesia
disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Pengangguran Indonesia (dalam juta orang)
Tahun
Jumlah Pengangguran
1997
4.28
1998
5.06
1999
6.03
2000
5.86
2001
8.00
2002
9.13
2003
10.30
2004
10.83
2005
11.19
2006
10.93
2007
10.55
Sumber : BPS, 2007.
Dalam Tabel 2 terlihat dari tahun 1997 sampai tahun 2005 terus terjadi
peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia. Penurunan angka pengangguran
di Indonesia terjadi di tahun 1999 ke 2000 sebesar 170.000 orang, kemudian tahun
2001 kembali terjadi peningkatan pengangguran terus menerus sampai tahun
2005 dan angka ini turun kembali hingga tahun 2007.
Tetapi meskipun demikian masih ada usaha yang tetap dapat bertahan di
bawah tekanan krisis ekonomi yang melanda Indonesia, usaha tersebut tak lain
adalah usaha kecil/menengah atau biasa dikenal dengan UKM. Di saat
perusahaan-perusahaan besar banyak yang mengalami keterpurukan UKM justru
mampu mempertahankan usahanya untuk tetap terus berjalan. UKM
dapat
dikatakan memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Menurut data Kementerian Negara Koperasi dan UKM pada tahun 2007 sektor
UKM mampu menyumbang sekitar 53 persen dari PDB Nasional atau sebesar
3
Rp 1.778,75 triliun. Dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja sektor UKM mampu
menyerap tenaga kerja hingga 85,4 juta jiwa. Melihat data tersebut tidak
diragukan lagi bahwa peran UKM terbukti memang sangat strategis dalam
mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Menurut data Kementerian Negara
Koperasi dan UKM (2002), di Indonesia terdapat sekitar 39 juta usaha mikro dan
900 ribu usaha kecil. Usaha menengah hanya sekitar 57 ribu, serta sekitar 2 ribu
perusahaan besar. 1
Meningkatnya pelaku UKM memiliki dampak positif pada jangka pendek
karena mampu mengurangi angka pengangguran. Tetapi pada jangka panjang
sektor UKM harus memperhatikan daya saing dengan perusahaan-perusahaan
besar agar keduanya dapat berjalan secara seimbang. Departemen Perindustrian
(2006) mencatat, jumlah unit usaha UKM pada tahun 2005 hanya tumbuh 3,48
persen atau sebesar 3.283.490 unit dan pada tahun 2006 tumbuh 4,6 persen
menjadi 3.434.531 unit. Sedangkan dalam hal penyerapan tenaga kerja, pada
tahun 2004 UKM menyerap lapangan kerja 8.118.590 orang. Lalu berturut-turut
meningkat pada 2005 (tumbuh 4,27 persen) dan 2006 (tumbuh 4,6 persen)
menjadi 8.465.010 orang serta 8.854.400 orang.2
Pangan merupakan kebutuhan pokok individu yang harus dipenuhi selain
sandang dan papan. Jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 200
juta jiwa menempatkan negara Indonesia di peringkat keempat jumlah penduduk
1
Ahmad
Zaki
Zulkarnain.
Menuju
Era
Bisnis
Olah
Pikir.
http://www.teknopreneur.com/news.php?id=16. Diakses pada tanggal 22 Februari 2008.
2
CRY.
Gara-gara
UU
Ketenagakerjaan,
UKM
Tumbuh
Pesat.
http://hukumonline.com/detail.asp?id=15963&cl=Berita. Diakses pada tanggal 22 Februari
2008.
4
terbesar di dunia.3 Kecenderungan jumlah penduduk yang semakin meningkat
diduga akan berdampak positif terhadap peningkatan kebutuhan pangan di
Indonesia. Menurut BPS (2007) telah terjadi peningkatan konsumsi rata-rata
makanan per kapita khususnya pada komoditi ikan dan makanan jadi. Peningkatan
konsumsi rata-rata makanan perkapita dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persentase Perkembangan Konsumsi Rata-Rata Makanan Per
Kapita Per Bulan Tahun 2002, 2005, dan 2007
Komoditas
Sereal
Umbi-umbian
Ikan
Daging
Susu dan Telur
Sayur-sayuran
Kacang-kacangan
Buah-buahan
Minyak dan lemak
Makanan Jadi
Minuman
Bumbu
Jenis makanan lain
Jumlah
Sumber : BPS, 2007.
Konsumsi Rata-Rata Makanan Per
Kapita Per Bulan (Rp)
2002
25.722
1.329
10.675
5.903
6.760
9.750
4.161
5.868
4.642
20.182
5.589
3.202
2.826
106.608
2005
24.483
1.664
13.374
6.984
8.946
11.607
4.887
6.203
5.540
31.847
6.384
3.819
3.843
129.582
2007
35.847
1.991
13.822
6.898
10.497
13.690
5.207
9.055
5.959
37.030
7.799
3.900
4.736
158.458
Adanya peningkatan jumlah konsumsi dan perubahan pola gaya hidup
instan masyarakat perkotaan saat ini juga ikut memicu timbulnya banyak jenis
usaha terutama di bidang makanan. Menurut Wibowo (1999) pengelompokkan
usaha berdasarkan jenisnya dibagi menjadi tiga. Pertama jenis usaha perdagangan/
industri, dimana usaha jenis ini bergerak dalam kegiatan memindahkan barang
3
Lestari. Tikus Mati di Lumbung Padi. http://itemanis.wordpress.com/2008/02/09/tikus-mati-dilumbung-padi/. Diakses pada tanggal 28 Februari 2008.
5
dari produsen ke konsumen atau dari tempat yang memiliki kelebihan persediaan
ke tempat yang membutuhkan. Jenis usaha yang kedua yaitu usaha
produksi/industri, usaha ini bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu
bahan/barang menjadi bahan/barang lain yang berbeda bentuk dan sifatnya dan
mempunyai nilai tambah. Terakhir adalah jenis usaha jasa komersial yang
bergerak dalam kegiatan pelayanan atau menjual jasa sebagai kegiatan utamanya.
Berdasarkan skala usaha saat ini belum ada standar pasti mengenai kriteria
penggolongan usaha. Berbagai kriteria pernah digunakan untuk menggolongkan
usaha menurut skala usahanya. Kriteria yang pernah digunakan antara lain jumlah
modal yang ditanamkan, jumlah gaji tenaga kerja, jumlah tenaga kerja yang
digunakan dan banyak lagi. Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995,
kriteria usaha dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah untuk
usaha kecil:
a.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha), atau
b.
Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 miliar/tahun.
Sedangkan untuk usaha menengah wajib adalah usaha yang memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a.
Untuk sektor industri, memiliki total aset paling banyak Rp 5 miliar, dan
b.
Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 600
juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp 3 miliar.
Badan Pusat Statistik (2004) menggolongkan perusahaan/usaha industri
pengolahan di Indonesia kedalam empat kategori berdasarkan jumlah pekerja
6
yang dimiliki oleh suatu perusahaan/usaha tanpa memperhatikan besarnya modal
yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan (Tabel 4).
Tabel 4. Kategori Skala Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja yang
Digunakan
Skala Industri
Industri Kerajinan Rumah Tangga
Industri Kecil
Industri Sedang
Industri Besar
Jumlah Tenaga Kerja yang
Digunakan
1 – 4 Orang Tenaga Kerja
5 – 19 Orang Tenaga Kerja
20 – 99 Orang Tenaga Kerja
> 100 Orang Tenaga Kerja
Sumber: BPS, 2004.
BANISI merupakan salah satu pelaku usaha dibidang makanan jadi di
Kabupaten Bandung yang menggunakan bahan baku berupa ikan bandeng. Usaha
yang didirikan pada bulan Desember 2007 ini pada mulanya hanya sebagai bentuk
ketidakpuasan pemilik terhadap produk olahan bandeng yang ada selama ini.
Tetapi melihat adanya peluang pasar untuk produk ini pemilik akhirnya
memutuskan untuk mengusahakannya secara komersil. Selain untuk menjawab
peluang yang ada seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan
konsumsi pangan produk ini juga diciptakan untuk mengatasi kelemahan bandeng
yang selama ini dialami oleh konsumen.
Bandeng merupakan salah satu komoditas perikanan yang biasa dikonsumsi
oleh masyarakat. Ikan bandeng memiliki kelebihan diantaranya kandungan protein
yang cukup tinggi, rasanya yang gurih dan netral, harga yang relatif terjangkau
dan tidak mudah hancur ketika dimasak. Ikan bandeng memiliki tingkat atau
kadar protein yang cukup tinggi yaitu sekitar 20 gram (per 100 gram). Nilai ini
sebanding dengan jumlah protein yang terkandung dalam ikan kakap (Tabel 5).
7
Selain itu harga ikan bandeng relatif dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat dibandingkan ikan kakap.
Tabel 5. Komposisi Zat Gizi Beberapa Jenis Ikan Tawar dan Laut (per 100
gram)
Jenis Ikan
Teri
Peda
Kembung
Kakap
Bandeng
Lele
Ikan Mas
Protein
33.3 g
28.0 g
22.0 g
20.0 g
20.0 g
18.2 g
16.0 g
Sumber: Nio, Oey Kam (1995)
Lemak
2.9 g
4.0 g
1.0 g
0.7 g
4.8 g
2.2 g
2.0 g
Kalsium
1209 mg
174 mg
20 mg
20 mg
20 mg
34 mg
20 mg
Fosfor
1225 mg
316 mg
200 mg
200 mg
150 mg
116 mg
150 mg
Besi
3.0 mg
3.1 mg
1.0 mg
1.0 mg
2.0 mg
0.2 mg
2.0 mg
Produk yang dihasilkan oleh BANISI berupa makanan olahan siap saji
berbentuk bandeng isi ini dapat dikatakan sebagai inovasi sebab produk bandeng
isi belum pernah ada sebelumnya dipasaran. Produk yang diciptakan oleh BANISI
dapat dikonsumsi tanpa harus diolah kembali karena produk ini sudah melalui
proses pemanggangan dengan menggunakan oven. Selain itu bandeng isi telah
melalui proses pencabutan tulang sehingga konsumen dapat menikmati ikan
bandeng tanpa harus terganggu duri bandeng yang dapat mengurangi kenikmatan
ikan bandeng. Produk yang disediakan BANISI terdiri dari tiga varian, bandeng
isi daging ayam, daging sapi dan udang yang saat ini baru tersebar di daerah
Bandung. Karena baru berjalan selama empat bulan sehingga usaha ini tergolong
usaha baru, diperlukan adanya studi kelayakan mengenai BANISI untuk melihat
kelayakan dan kelangsungan usahanya.
8
1.2 Perumusan Masalah
Di saat perusahaan besar banyak yang mengalami keterpurukan pada masa
krisis moneter lalu UKM justru mampu mempertahankan usahanya untuk tetap
terus berjalan. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia peran UKM tidak dapat
dianggap remeh. Tahun 2007 sektor UKM mampu menyumbang sekitar 53 persen
dari PDB Nasional atau sebesar Rp 1.778,75 triliun. Dilihat dari sisi penyerapan
tenaga kerja sektor UKM mampu menyerap tenaga kerja hingga 85,4 juta jiwa.
Meningkatnya pelaku UKM memiliki dampak positif pada jangka pendek karena
mampu mengurangi angka pengangguran. Tetapi pada jangka panjang sektor
UKM harus memperhatikan daya saing dengan perusahaan-perusahaan besar agar
keduanya dapat berjalan secara seimbang (Kementrian Negara Koperasi dan
UKM, 2007).
Perkembangan konsumsi pangan di Indonesia memicu munculnya banyak
jenis usaha khususnya dibidang pangan. Jawa Barat merupakan salah satu daerah
yang mengalami fenomena ini. Pada tahun 2004 di Jawa Barat tercatat ada 790
unit sektor usaha makanan dan minuman atau meningkat sebesar 1,2 persen dari
tahun 2003. Jumlah ini meningkat kembali pada tahun 2005 menjadi 835
perusahaan yang bergerak dalam industri makanan atau mengalami peningkatan
sebesar 5,7 persen. Jumlah industri makanan dan minuman di Jawa Barat dapat
dilihat pada Tabel 6.4
4
BPS.
Jumlah
Industri
Menurut
Golongan
di
Jawa
Barat.
http://jabar.bps.go.id/update2007/industri/jumlah industri.html. Diakses pada tanggal 23 April
2008.
9
Tabel 6. Jumlah Industri Makanan dan Minuman di Jawa Barat
Tahun
Jumlah Perusahaan
Perubahan (%)
2003
781
2004
790
2005
835
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2007.
1.2
5.7
Kabupaten Bandung yang terletak di Jawa Barat telah dikenal sebagai
daerah yang memiliki banyak potensi wisata, baik wisata rekreasi maupun wisata
kuliner. Potensi ini memberikan keuntungan bagi pelaku usaha untuk membuka
ataupun mengembangkan usahanya.
BANISI sebagai salah satu produsen baru dalam industri makanan jadi di
Kabupaten Bandung atau tepatnya di Kecamatan Soreang hadir dengan produknya
yaitu bandeng isi untuk mengatasi kelemahan ikan bandeng yang seringkali
mengurangi kenikmatan konsumen dalam mengkonsumsi ikan bandeng serta
untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan pangan. Produk yang ditawarkan
BANISI saat ini dapat dikatakan sebagai inovasi sebab produk ini belum pernah
ada sebelumnya di pasaran. Selain itu pemilik berencana untuk mengembangkan
perusahaan ini ke depannya dengan melihat peluang usaha yang ada untuk produk
bandeng isi antara lain dengan peningkatan produksi dan perolehan bahan baku
langsung dari produsen.
Untuk mewujudkan rencana tersebut akan diperlukan beberapa tambahan
investasi baru yang nilainya tidak sedikit. Rencana pengembangan usaha yang
akan dilaksanakan oleh BANISI terdiri dari tiga skenario, yaitu skenario I adalah
usaha yang saat ini sedang dijalankan, skenario II adalah ekspansi usaha dengan
penambahan bahan baku dan alat produksi, serta skenario III yaitu usaha dengan
perolehan bahan baku langsung dari produsen. Skenario ini merupakan rencana
10
pemilik untuk BANISI ke depannya, namun hal ini belum dapat terealisasi karena
kurangnya modal untuk menambah investasi baru. Studi kelayakan usaha
digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu usaha baru atau apabila terdapat
investasi baru pada usaha tersebut. Karena BANISI tergolong usaha baru dan
skenario yang ditetapkan memiliki investasi baru didalamnya sehingga diperlukan
analisis studi kelayakan mengenai BANISI untuk melihat kelayakan dan
kelangsungan usaha dalam menghadapi ketidakpastian resiko dan dunia
persaingan agar eksistensinya di industri makanan jadi tetap terjaga.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian sebagai berikut :
1.
Bagaimana kelayakan usaha BANISI dilihat dari aspek teknis, aspek bahan
baku, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, aspek hukum dan aspek
pasar?
2.
Bagaimana kelayakan finansial usaha BANISI untuk berbagai skenario
pengembangan?
3.
Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha BANISI, apabila terjadi perubahan
pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Menganalisis kelayakan usaha BANISI dilihat dari aspek teknis, aspek
bahan baku, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, dan aspek pasar.
2.
Menganalisis kelayakan finansial usaha BANISI untuk berbagai skenario
pengembangan.
11
3.
Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha BANISI, apabila terjadi
perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:
1.
Sebagai bahan masukan informasi bagi perusahaan untuk meningkatkan
daya saing guna mempertahankan posisi perusahaan pada tempat yang
kompetitif dalam industri makanan jadi.
2.
Sebagai bahan referensi atau informasi untuk penelitian selanjutnya
mengenai Studi Kelayakan Usaha.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Karakteristik Bandeng
Karakteristik bandeng yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya
sebagai gambaran sepintas mengenai ikan bandeng. Karakteristik ini
mencakup fisiologi dan budidaya bandeng.
2.1.1 Fisiologi Bandeng
Berdasarkan Ghufran (1997), ikan Bandeng yang berasal dari filum
Chordata yang merupakan famili Chanidae, memiliki nama genus Chanos
dan nama spesies Chanos chanos adalah salah satu jenis ikan laut, walaupun
hidup di tambak dan bahkan dibudidayakan di air tawar. Ikan Bandeng
terkenal sebagai ikan petualang, karena ikan ini dapat berenang mulai dari
perairan laut yang memiliki salinitas lebih besar atau sama dengan 35 permil
yang merupakan habitat asli ikan Bandeng, kemudian dapat masuk ke muaramuara sungai yang memiliki salinitas 5-20 permil, bahkan sampai ke tempattempat yang airnya tawar. Hal ini menyebabkan ikan Bandeng digolongkan
ke dalam euryhalin, yaitu organisme yang mampu mentolerir perubahan
salinitas yang sangat besar.
Ikan Bandeng memiliki ciri fisik seperti badan memanjang, padat,
kepala tanpa sisik, mulut kecil terletak di ujung kepala dengan rahang tanpa
gigi , dan lubang hidung terletak didepan mata. Kulit Bandeng berwarna putih
bersih dikarenakan sisiknya yang kecil-kecil dan dagingnya yang putih,
sehingga sering disebut sebagai Milkfish. Ikan Bandeng juga memiliki warna
lain, yaitu di bagian punggung nampak warna biru kehitaman seperti warna
13
air laut. Warna ikan ini sepertinya sangat dipengaruhi oleh keadaan air.
Apabila berada di air yang keruh, maka warna ikan sedikit berubah nampak
lebih hitam pada bagian punggungnya. Sebaliknya pada air yang jernih warna
ikan akan menjadi putih bersih atau keperakan (Hadie dan Supriatna, 1986).
Walaupun seringkali menempuh perjalanan jauh, ikan Bandeng akan
tetap kembali ke pantai apabila akan berkembang biak. Benih ikan Bandeng
atau nener yang masih bersifat planktonik (terbawa oleh gerakan air, berupa
arus, angin atau gelombang) akan mencapai daerah pantai dengan ukuran
panjang sekitar 11-13 mm dan berat 0.01 gram dalam usia 203 minggu
(Ghufran, 1997).
Selain bersifat euryhalin, ikan Bandeng juga tahan terhadap temperatur
yang tinggi terutama pada tambak pemeliharaan. Temperatur tertinggi yang
dapat ditolerir oleh ikan Bandeng adalah 400C, namun ikan Bandeng ternyata
sangat sensitif terhadap temperatur yang rendah, bahkan dapat mematikan
ikan Bandeng. Ikan Bandeng akan mengalami stress pada temperatur 120C,
dan bila terlalu lama pada temperatur tersebut Bandeng akan mati (Hadie dan
Supriatna, 1986).
Penyebaran ikan Bandeng sangat luas dari daerah Samudera Hindia
sampai ke Pantai Barat Amerika. Di Indonesia penyebarannya meliputi
daerah-daerah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan
Pulau Bali (Hadie dan Supriatna, 1986). Ikan Bandeng memakan banyak
tumbuh-tumbuhan berupa plankton (tumbuhan dan hewan yang melayanglayang dalam air). Ikan Bandeng mengambil makanan dari lapisan atas dasar
laut berupa jenis tumbuhan mikroskopis dalam jumlah banyak. Ikan Bandeng
14
memakan makanan yang berukuran kecil tersebut dengan cara menghisap
dengan mulutnya. Cara makan tersebut dibantu dengan berfungsinya inang
alat penyaring yang dapat menahan partikel-partikel kecil dari air (Hadie dan
Supriatna, 1986).
2.1.2 Budidaya Bandeng
Budidaya ikan Bandeng adalah usaha yang dimulai dengan
pemeliharaan nener
yang
bertujuan untuk menghasilkan ikan ukuran
konsumsi (Hadie dan Supriatna, 1986). Teknologi pembudidayaan ikan
Bandeng dapat dibagi menjadi 4, yaitu ekstensif (kepadatan 2000-3000
ekor/ha), tradisional plus (kepadatan 4000-6000 ekor/ha), semi-intensif
(kepadatan 8000-12000 ekor/ha) dan intensif (kepadatan > 20000 ekor/ha).
Kedalaman air pada masing-masing teknologi secara berurutan adalah
50 cm, 80 cm, 100 cm, dan 120 cm. Pada budidaya ekstensif, seluruh suplai
makanan mengandalkan pakan alami, sedangkan pada tradisional plus suplai
makanan berupa pakan alami ditambah pelet atau dedak halus. Untuk semiintensif dan intensif sebagian besar menggunakan pakan buatan (Deptan
dalam Alboneh, 2007).
Benih ikan Bandeng atau nener memiliki ciri tubuh yang terang dan
tembus pandang. Apabila diletakkan di dalam baskom, bagian nener yang
nampak jelas adalah matanya yang hitam. Nener yang sehat akan bergerak
aktif, dan berenang bergerombol serta mudah terkejut. Dalam kurun waktu 2
bulan, nener akan nampak seperti ikan dengan ukuran panjang berkisar antara
5-8 cm dan disebut gelondongan, ikan sebesar inilah yang cocok untuk
dibudidayakan.
15
Nener dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu :
1.
Nener alam
Perairan Indonesia memiliki potensi besar sebagai tempat pemijahan
ikan Bandeng. Dengan pantai dan hutan bakau yang luas merupakan daerah
yang potensial sebagai tempat mencari makan dan berlindung bagi benih ikan
Bandeng (Ghufran, 1997).
Menurut Ahmad et al. (1998), pada umumnya mutu nener alam sangat
bervariasi tergantung pada lokasi, musim dan cara penangkapan. Mutu nener
biasanya diuji dari kecepatan bergerak akibat rangsangan fisik misalnya
berupa tepukan pada dinding tangki. Produksi nener di Indonesia melalui
penangkapan di alam masih sering dilakukan. Penangkapan ini biasa
dilakukan oleh penduduk di sekitar pantai dengan menggunakan alat tangkap
sederhana seperti, seser, babar, soplat, pukat, jaring sorong, dan trawl nener.
Penangkapan nener alam secara terus menerus sebaiknya tidak dilakukan
karena dapat mengakibatkan populasi ikan Bandeng di alam berkurang atau
bahkan bisa punah (Ghufran, 1997).
2.
Nener hatchery
Selain dari alam, nener juga dapat diproduksi di hatchery (balai
pembenihan). Nener hatchery memilki kelebihan karena kemurnian nener
hatchery dapat dijamin 100% (percampuran dengan spesies lain tidak
mungkin terjadi kecuali disengaja) dan umurnya dapat diketahui, sehingga
penentuan umur ikan Bandeng yang dijual dapat diketahui dengan tepat.
Nener hatchery dapat diproduksi di dua jenis hatchery, yaitu hatchery
lengkap dan hatchery skala rumah tangga (HSRT). Kualitas dari kedua
16
hatchery tersebut tidak berbeda dengan kualitas nener alam (Ahmad et al.
1999).
Warna nener hatchery dapat diatur sesuai keinginan konsumen. Nener
yang
banyak terserang mata perak sebaiknya tidak dipilih. Mata perak
terlihat jelas jika nener ditempatkan pada ruang gelap dan diaerasi, sehingga
tampak gerakan bercak keperakan.
2.2 Lembaga dan Saluran Tataniaga Ikan Bandeng
Lembaga tataniaga adalah badan-badan yang menyelengarakan kegiatan
atau fungsi tataniaga dengan mana barang-barang bergerak dari pihak
produsen sampai pihak konsumen. Lembaga yang termasuk di dalamnya
antara lain produsen, pedagang perantara dan lemabag pemberi jasa
(Hanafiah, 1983).
Hasil perikanan dapat dikelompokkan ke dalam bahan mentah dan
barang konsumsi.Sebagai bahan mentah hasil perikanan akan dibeli oleh
pabrik atau usaha pengolahan untuk diolah menjadi barang jadi. Sedangkan
sebagai barang konsumsi hasil perikanan akan dibeli oleh konsumen akhir
untuk keperluan konsumsi.
Panjang pendeknya suatu saluran tataniaga yang dilalui oleh hasil
perikanan tergantung pada beberapa faktor, antara lain (Hanafiah, 1983) :
a.
Jarak antara produsen dan konsumen. Makin jauh jarak antara produsen
dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh
produk.
17
b.
Cepat tidaknya produk rusak. Produk yang cepat atau mudah rusak
harus segera diterima konsumen, dan dengan demikian menghendaki
saluran yang pendek dan cepat.
c.
Skala produksi. Bila produksi berlangsung dalam ukuran kecil
kehadiran pedagang perantara sangat diharapkan dengan demikian
saluran yang akan dilalui produk akan semakin panjang.
d.
Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat
cenderung memperpendek saluran tataniaga.
Saluran dan lembaga tataniaga untuk ikan bandeng tidak jauh berbeda
dengan yang dialami produk perikanan pada umumnya. Lembaga yang
umumnya dijadikan sebagai tempat menyalurkan produksi ikan bandeng ,
yaitu pasar umum, tempat pelelangan ikan (TPI), pasar swalayan, pasar
khusus dan pasar ekspor. Sedangkan untuk saluran tataniaga biasanya
disesuaikan dengan kebutuhan konsumen agar setiap hasil panen yang
dihasilkan tidak sampai mengalami pembususkan, karena hasil perairan
sangat cepat mengalami penurunan kualitas (Ghufran, 1997).
2.3 Produk Olahan Bandeng
Ikan bandeng disukai sebagai makanan karena rasanya gurih, rasa
daging netral (tidak asin seperti ikan laut) dan tidak mudah hancur jika
dimasak. Kelemahan bandeng ada dua: dagingnya 'berduri' dan kadangkadang berbau 'lumpur'/'tanah'.
Permintaan ikan bandeng dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan baik untuk pasar ekspor, konsumsi dalam negeri, bahan baku
18
industri pengolahan maupun untuk umpan bagi usaha perikanan tangkap tuna
cakalang. Tujuan pasar ekspor ikan bandeng adalah Amerika Serikat, Eropa,
Timur Tengah, Hongkong dan Filipina. Disamping pasar ekspor, peluang
pasar ikan bandeng dalam negeri juga cukup besar.
Seiring dengan semakin meningkatnya diversifikasi pangan ikan
bandeng kini tidak hanya dapat dikonsumsi dalam bentuk ikan segar tetapi
juga dalam bentuk olahan seperti otak-otak bandeng, bandeng pepes, bandeng
pindang, bandeng asap, dan bandeng duri lunak. Panganan hasil olahan ikan
bandeng ini kebanyakan lahir dari kebutuhan konsumen, sebagai contoh
bandeng duri lunak.
Duri bandeng sebenarnya adalah tulang dari bandeng. Duri ini
mengganggu kenikmatan dalam memakan dagingnya. Tetapi gangguan ini
sekarang dapat diatasi dengan penggunaan panci bertekanan tinggi (presto
atau autoklaf) dalam waktu tertentu, sehingga duri bandeng menjadi lunak
dan dapat dihancurkan jika dikunyah sehingga konsumen dapat menikmati
bandeng tanpa harus mengurangi kenikmatannya karena terganggu oleh duri
bandeng.
Hasil olahan bandeng yang terbaru saat ini yaitu bandeng isi dimana
ikan bandeng dicabut durinya kemudian diisi dengan bahan-bahan lain seperti
daging sapi dan sebagainya. Sebenarnya teknik pembuatan bandeng isi ini
sudah lama dikenal tetapi belum ada yang mengusahakan roduk bandeng isi
secara komersil. BANISI dapat dikatakan sebagai pelopor dalam hal ini.
BANISI telah mengusahakan secara komersil makanan olahan ikan bandeng
19
dalam bentuk bandeng isi. Saat ini BANISI menciptakan bandeng isi dalam
tiga varian, isi daging sapi, daging ayam dan udang.
2.4.1 Industri Kecil dan Rumah Tangga
Pengertian industri kecil di Indonesia sampai saat ini belum dapat
ditentukan dengan pasti. Pasalnya banyak kriteria yang digunakan dalam
menggolongkan skala industri seperti jumlah penjualan tahunan, jumlah gaji
pekerja, jumlah pekerja, besarnya tenaga listrik yang digunakan dan besarnya
modal yang ditanamkan (Wibowo, 1999). Mengacu pada Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan
modal yang dimilikinya adalah:
c.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha), atau
d.
Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 miliar/tahun.
Menurut Wibowo (1999) suatu perusahaan dikatakan kecil apabila
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Usaha perdagangan/jasa yang memiliki modal tidak lebih dari Rp 40
juta (empat puluh juta rupiah),
b.
Usaha produksi/industri atau jasa kontruksi yang mempunyai modal
tidak lebih dari Rp 100 juta (seratus juta rupiah),
c.
Usaha dimiliki secara bebas, dan terkadang tidak berbadan hukum,
d.
Wilayah pasarnya bersifat lokal dan tidak terlalujauh dari pusat
usahanya,
e.
Usaha dimiliki dan dikelola oleh satu orang, dan
20
f.
Modal dikumpulkan dari tabungan milik pribadi.
Sedangkan
Badan
Pusat
Statistik
(BPS)
menggolongkan
perusahaan/usaha industri pengolahan di Indonesia kedalam empat kategori
berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan/usaha tanpa
memperhatikan besarnya modal yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang
digunakan. Empat kategori tersebut adalah :5
1.
Industri kerajinan rumah tangga, yaitu perusahaan/usaha industri
pengolahan yang mempunyai pekerja 1-4 orang.
2.
Industri kecil, yaitu perusahaan/usaha industri pengolahan yang
mempunyai pekerja 5-19 orang.
3.
Industri sedang, yaitu perusahaan/usaha industri pengolahan yang
mempunyai pekerja 20-99 orang.
4.
Industri besar, yaitu perusahaan/usaha industri pengolahan yang
mempunyai pekerja 100 orang atau lebih.
2.5
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai analisis kelayakan investasi suatu usaha telah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya tetapi dengan jenis produk yang berbeda.
Penelitian yang terkait dengan analisis kelayakan investasi telah dilakukan
oleh Pramuji (2007) dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri
Ubi Jalar (Studi Kasus pada Agroindustri Unit Pengolahan Tepung Ubi Jalar
di Desa Giri Mulya, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa
5
Departemen
Perdagangan
.
Statistik
Industri
Kecil
dan
Rumah
Tangga.
http://www.depdag.go.id/addon/statistik_industri_kecil/index.php?isi=2. Diakses pada tanggal 19
Februari 2008.
21
Barat). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ternyata usaha unit
pengolahan tepung ubi jalar tidak layak untuk dijalankan berdasarkan aspek
kelayakan usaha. Untuk hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa
penurunan harga bahan baku sebesar 10% dan 40% menghasilkan NPV, IRR,
Net B/C rasio dan Payback Period yang memenuhi kriteria kelayakan
investasi dilihat dari aspek finansial. Sedangkan untuk hasil switching value
menunjukkan penurunan bahan baku sebesar 5,61% dan kenaikan harga jual
sebesar 3,08% pada penggunaan modal dari Pemda Kabupaten Bogor dan
pinjaman bank serta penurunan bahan baku sebesar 10,34% dan kenaikan
harga jual sebesar 5,36% pada penggunaan modal yang berasal dari Pemda
Kabupaten Bogor masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi.
Rosmawanty (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Kelayakan Investasi Pengusahaan Penggillingan Padi (Kasus Beberapa
Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat)
mengemukakan bahwa pengusahaan penggilingan padi dilihat dari aspek
teknis, manajemen, Sosial dan aspek pasar layak untuk dilaksanakan. Dalam
penelitian ini hasil analisis finansial dibagi ke dalam tiga skenario, yaitu
pertama penggilingan skala kecil dengan nilai NPV Rp 175.228.679; Net B/C
Rasio 2,4; IRR 33,59% dan Payback Period lima tahun enam bulan. Skenario
kedua yaitu penggilingan skala sedang dengan nilai NPV Rp 805.401.116;
Net B/C Rasio 2,1; IRR 31,18% dan Payback Period enam tahun satu bulan.
Sedangkan yang terakhir yaitu skala besar dengan nilai NPV Rp
9.825.060.859; Net B/C Rasio 3,1; IRR 43,35% dan Payback Period tiga
tahun empat bulan. Dari analisis finansial terlihat ketiga jenis penggilingan
22
layak untuk diusahakan dengan tingkat suku bunga yang berlaku sebesar
8,75%, tetapi yang paling menguntungkan adalah penggilingan dengan skala
usaha besar karena penerimaan yang didapat lebih besar. Hasil analisis
switching value menunjukkan penggilingan skala sedang merupakan yang
paling sensitif terhadap peningkatan biaya pembelian gabah dan penurunan
volume produksi.
Widiyanthi (2007) meneliti mengenai studi kelayakan dengan judul
Analisis Kelayakan Investasi Penambahan Mesin Vacuum Frying Untuk
Usaha Kecil Pengolahan Kacang (Studi Kasus di PD Barokah Cikijing,
Majalengka, Jawa Barat). Hasil penelitian menunjukkan secara finansial
penambahan mesin vacuum frying layak untuk diusahakan, hal ini terbukti
dari nilai NPV yang dihasilkan sebesar 1.405.678.570; Net B/C 1,98; IRR
32,22% dan Payback Period tiga tahun sepuluh bulan pada tingkat diskonto
12%. Dari hasil analisis switching value pada perusahaan didapat untuk jenis
kacang yang diproduksi secara manual sensitif terhadap perubahan harga jual
dan kenaikan harga bahan baku, akan tetapi usaha masih layak untuk
diusahakan. Untuk hasil analisis switching value aspek finansial kelayakan
investasi penambahan mesin vacuum frying menunjukkan usaha sensitif
terhadap perubahan harga jual tetapi tidak untuk kenaikan harga bahan baku
dan penurunan volume produksi.
Perbedaan ketiga penelitian sebelumnya dengan penelitian kali ini
adalah adanya perbedaan komoditi yang diteliti. Selain perbedaan komoditi
lokasi tempat dilakukannya penelitian kali ini berbeda dengan ketiga
penelitian sebelumnya.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Studi Kelayakan Proyek
Proyek adalah keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber
untuk mendapatkan manfaat (benefit), atau suatu aktivitas dimana dikeluarkan
uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan
datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu
unit (Kadariah, 2001). Menurut Gittinger (1986) mengatakan bahwa proyek
yang bergerak dalam bidang pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang
mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang modal yang dapat
menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu.
Sedangkan menurut Gray (1992) proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat
direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan
mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Sumber-sumber
yang dimaksud dapat berupa barang-barang modal, tanah, bahan setengah jadi,
bahan mentah, tenaga kerja dan waktu.
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu
proyek dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu
proyek dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria manfaat investasi
sebagai berikut :
1.
Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (biasa disebut
juga sebagai manfaat finansial).
2.
Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut
juga manfaat ekonomi nasional).
24
3.
Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek..
Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang
harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu :
1.
Aspek Pasar
Untuk mencapai hasil pemasaran yang diinginkan suatu perusahaan
harus menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran
pemasaran. Adapun yang dimaksud dengan bauran pemasaran menurut
Kottler (2002) yaitu seperangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan terus menerus untuk mencapai tujuan pemasarannya di pasar
sasaran. Analisis aspek pasar mencakup permintaan, penawaran, harga,
program pemasaran yang akan digunakan, serta perkiraan penjualan.
2.
Aspek Teknis
Aspek teknis mencakup masalah penyediaan sumber-sumber dan
pemasaran hasil-hasil produksi, seperti lokasi proyek, besaran skala
operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan
mesin dan equipment, layout, proses produksi, serta ketepatan
penggunaan teknologi.
3.
Aspek Manajemen
Analisis aspek manajemen difokuskan pada kondisi internal perusahaan.
Aspek-aspek yang diperhatikan pada studi kelayakan terdiri dari
manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal
penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan
manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur
25
organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja
yang digunakan.
4.
Aspek Hukum
Terdiri dari bentuk usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang
dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat
dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha.
5.
Aspek Sosial Lingkungan
Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya
terhadap devisa negara, peluang kerja, dan pengembangan wilayah
dimana proyek dilaksanakan.
6.
Aspek Finansial
Pengaruh finansial terhadap proyek.
Tujuan dilakukan analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat
keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2)
menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari
pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, 3) mengadakan
penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat
memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan 4)
menentukan prioritas investasi (Gray, et al, 1992).
3.2
Teori Biaya dan Manfaat
Dalam menganalisa suatu proyek tujuan analisa harus disertai dengan
definisi biaya dan manfaat. Biaya diartikan sebagai salah satu yang
mengurangi suatu tujuan, sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang
26
membantu terlaksananya suatu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga
didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan
pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya dapat dibedakan sebagai
berikut :
1.
Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya
bersifat jangka panjang, seperti tanah , bangunan, pabrik, dan mesin.
2.
Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja.
3.
Biaya lainnya, seperti pajak, bunga, dan pinjaman.
Manfaat dapat diartikan sebagai suatu yang dapat menimbulkan
kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi :
1.
Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan
dirasakan sebagai akibat dari investasi seperti peningkatan pendapatan
dan kesempatan kerja.
2.
Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh
dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama
proyek, seperti rekreasi.
Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan
suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian
investasi adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai
manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat dalam situasi tanpa proyek.
Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul
dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger, 1986).
27
3.3
Analisis Kelayakan Investasi
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh
dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur manfaat suatu
proyek dapat digunakan dua cara. Yang pertama dengan menggunakan
perhitungan berdiskonto, yaitu suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat
yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai
biaya pada masa sekarang dan yang kedua menggunakan perhitungan tidak
berdiskonto. Perbedaan dua cara ini terletak pada konsep Time Value of
Money yang digunakan pada model perhitungan berdiskonto. Model
perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum dibandingkan
perhitungan berdiskonto yaitu ukuran tersebut belum mempertimbangkan
secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger,
1986).
Konsep Time Value of Money menyatakan bahwa nilai sekarang
(present value) adalah ebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang
akan datang (future value) yang disebabkan dua hal, yaitu: 1) time preference
(sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi
dibandingkan jumlah yang sama yang tersedia di masa yang akan datang), 2)
Produktifitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat ini memiliki
peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang melalui
kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi
masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al., 2001).
Kedua unsur tersebut berhubungan secara timbal balik di dalam pasar
modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu tingkat suku bunga,
28
sehingga dengan tingkat suku bunga
dapat dimungkinkan untuk
membandingkan arus biaya dan manfaat yang penyebarannya dalam waktu
yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku bunga ditentukan melalui
proses “discounting” (Kadariah et al.,2001).
3.4
Analisis Finansial
Analisis
finansial
adalah
analisis
yang
digunakan
untuk
membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu
proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Suwarsono,
2000). Analisis Finansial terdiri dari:
3.4.1 Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari
arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Menurut Keown (2004), Net Present
Value diartikan sebagai nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak
dikurangi dengan pengeluaran awal. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan
tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:
a.
NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat
pengembalian sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi
normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung maupun rugi.
b.
NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
c.
NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan
sebaiknya tidak dilaksanakan.
29
3.4.2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka
perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present
value dari net benefit yang negatif. Kriteria Investasi berdasarkan Net B/C
Rasio adalah:
a.
Net B/C = 1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak untung ataupun rugi
b.
Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek tersebut menguntungkan
c.
Net B/C < 1, maka NPV < 0, proyek tersebut merugikan
3.4.3 Internal Rate Return (IRR)
Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present
value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang
diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan
Net Present value (NPV) sama dengan nol.
Menurut Gittinger (1986) IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan
intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan
dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga yang
dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi
dianggap layak apabila memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku dan suatu investasi dianggap tidak layak apabila memiliki nilai
IRR yang lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku.
3.4.4 Payback Periode (PBP)
Payback Period atau tingkat pengembalian investasi merupakan suatu
metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur
30
periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal kembali,
maka akan semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang
kembali dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan
Suwarsono, 1999).
3.5
Analisis Sensitivitas
Analisis senstivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan
proyek yang telah dilakukan, tujuannya yaitu untuk melihat pengaruh yang
akan terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk
menarik perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu
menghadapi ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah
diramalkan (Gittinger, 1986).
Pada proyek di bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang
mengakibatkan proyek sensitif terhadap perubahan, yaitu:
a.
Perubahan harga jual
b.
Keterlambatan pelaksanaan proyek
c.
Kenaikan biaya
d.
Perubahan volume produksi
3.6
Kerangka Pemikiran Operasional
Pangan merupakan kebutuhan pokok setiap individu yang harus
dipenuhi. Jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat diduga akan
turut memicu peningkatan di sisi konsumsi masyarakat khususnya konsumsi
31
protein. Peningkatan konsumsi ini menimbulkan daya tarik sekaligus peluang
bagi pengusaha untuk turut berinvestasi dalam industri pangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan suatu proyek dari
usaha makanan olahan dari ikan bandeng berupa bandeng isi. Analisis
kelayakan dilakukan dengan menganalisis aspek-aspek yang menjadi kriteria
kelayakan suatu investasi, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek bahan baku
aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek finansial. Analisis Finansial
mancakup kajian mengenai NPV, IRR, Net B/C Rasio, Payback Period, dan
sensitivitas usaha bandeng isi tersebut. Melalui penelitian ini diharapkan dapat
memberikan rekomendasi mengenai pelaksanaan usaha kepada pengusaha
makanan olahan berupa bandeng isi. Adapun kerangka operasional penelitian
ini secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 1.
32
Meningkatnya kebutuhan
protein yang disebabkan oleh
semakin bertambahnya
jumlah penduduk
Produk perikanan sebagai
alternatif sumber protein
Bandeng merupakan salah satu
komoditas perikanan yang berprotein
cukup tinggi
Ekspansi Usaha BANISI (Skenario I,
Skenario II, dan Skenario III)
Analisis Non Finansial (Aspek Teknis, Pasar,
Bahan Baku, Hukum, Sosial Ekonomi, dan
Manajemen)
Analisis Finansial
- NPV
- Net B/C
- IRR
- PBP
Analisis Sensitivitas
Tidak Layak
Perlu dilakukan perhitungan
ulang untuk mengetahui
besaran ekspansi yang layak
Layak
Baik untuk dilakukan
ekspansi karena dapat
memberikan keuntungan
bagi yang berinvestasi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
IV. METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di BANISI yang terletak di daerah
Bandung, Jawa Barat. Pemilihan Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive) mengingat BANISI adalah salah satu pelaku usaha baru dalam
industri makanan olahan ikan bandeng. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Maret-Mei 2008.
4.2
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data hasil wawancara, pemberian kuesioner
maupun observasi langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh
dari hasil laporan perusahaan, artikel, studi serta data lembaga yang terkait
penelitian ini.
4.3
Metode Analisis Data
Data dan informasi kuantitatif yang telah diperoleh diolah dengan
menggunakan program Microsoft Excel yang kemudian disajikan dalam
bentuk tabulasi yang bertujuan untuk mengklasifikasikan serta memudahkan
dalam menganalisis data. Data yang bersifat kuantitatif antara lain data biaya
baik biaya investasi, maupun biaya operasional serta data penerimaan sebagai
hasil dari penjualan produk BANISI. Untuk data yang bersifat kualitatif
seperti analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek bahan baku, aspek
34
manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan
selanjutnya akan disajikan dalam bentuk analisis deskriptif.
4.4
Analisis Kelayakan Investasi
Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila telah memenuhi kriteria
kelayakan investasi. Untuk mengetahui kelayakan BANISI akan dilihat
melalui kriteria kelayakan investasi. Adapun kriteria kelayakan investasi yang
akan digunakan dalam penelitian ini antara lain analisis kelayakan bahan baku,
Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit and Cost
Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PBP).
4.4.1 Analisis Kelayakan Bahan Baku
Analisis mengenai sumber bahan baku merupakan aspek yang tidak
terlepas dari aspek teknis suatu usaha. Analisis ini penting untuk dikaji secara
mendalam terkait dengan penggunaan bahan baku dalam pengolahan suatu
produk.
Menurut Wibisono (1997) faktor – faktor yang mempengaruhi
persediaan bahan baku, yaitu :
1. Perencanaan volume produksi
2. Sifat musiman
3. Perilaku pemasok
4. Fluktuasi harga bahan baku
5. Keterbatasan dana dan tempat penyimpanan
6. Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan di gudang
7. Resiko kerusakan dan penurunan kualitas bahan baku.
35
Menurut Umar (2003) hal-hal pokok yang perlu dikaji dalam aspek ini
antara lain :
1. Penentuan jumlah order
2. Penentuan jumlah bahan baku sebagai persediaan
3. Menentukan bagaimana dan kapan bahan baku akan dibeli
4.4.2 Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) suatu proyek adalah selisih antara nilai
sekarang (present value) dari manfaat terhadap arus biaya. NPV juga dapat
diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi.
Dalam menghitung NPV dibutuhkan informasi mengenai tingkat suku bunga
yang relevan. Rumus perhitungan NPV menurut Husnan (2000) adalah
sebagai berikut:
n
NPV =
t =0
Bt − Ct
(1 + i )t
Keterangan:
Bt = manfaat yang diperoleh setiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan setiap tahun
n = jumlah tahun
i = tingkat bunga (diskonto)
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:
a. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat
pengembalian sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi
normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung maupun rugi.
36
b. NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
c. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan
sebaiknya tidak dilaksanakan.
4.4.3 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio)
Net Benefit dan Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka
perbandingan antar jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah
nilai sekarang yang bernilai negatif. Adapun rumus perhitungan Net B/C yaitu
(Husnan, 2000):
n
Net B/C =
t =0
n
t =0
Bt − C t
(1 − i )t
Bt − C t
(1 − i )t
Dimana
(Bt − Ct > 0)
( B t − Ct < 0 )
Keterangan:
Bt = manfaat yang diperoleh setiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan setiap tahun
n = jumlah tahun
i = tingkat bunga (diskonto)
Kriteria investasi berdasarkan Net B/C rasio adalah:
a. Net B/C = 1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak untung ataupun rugi
b. Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek tersebut menguntungkan
c. Net B/C < 1, maka NPV < 0, artinya proyek tersebut merugikan
37
4.4.4 Internal Rate Return (IRR)
IRR yaitu tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan
yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR
mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek
untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila
memiliki nilai IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku,
demikian juga sebaliknya investasi akan dianggap tidak layak apabila nilai
IRR lebih kecil daripada tingkat suku bunga yang berlaku. Rumus IRR
menurut Husnan (2000) yaitu:
IRR = i +
(
NPV
i' − i
'
NPV − NPV
)
Keterangan:
i = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i’ = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV = NPV yang bernilai positif
NPV’ = NPV yang bernilai negatif
4.4.5 Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period)
Payback Period digunakan untuk melihat jangka waktu pengembalian
suatu investasi yang dikeluarkan melalui pendapatan bersih tambahan yang
diperoleh dari usaha BANISI. Semakin kecil Payback Period menunjukkan
semakin cepat jangka waktu pengembalian suatu investasi dan semakin kecil
resiko yang dihadapi oleh investor. Rumus untuk menghitung Payback Period
yaitu (Husnan, 2000):
Payback Period =
I
Ab
38
Keterangan:
I = Besarnya investasi yang dibutuhkan
Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya
4.5
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu
keadaan yang berubah dari hasil suatu analisis. Tujuan analisis sensitivitas
adalah untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau
aktivitas ekonomi, apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau
adanya perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis ini perlu
dilakukan karena dalam berinvestasi perhitungan didasarkan pada proyekproyek yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di
waktu yang akan datang (Gittinger, 1986).
Menurut Gittinger (1986) suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah
nilai pengganti (switching value). Pada analisis sensitivitas secara langsung
memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan
terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan kemudian
dapat menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek.
Dalam penelitian ini, analisis kepekaan digunakan apabila terjadi
perubahan pada kenaikan harga input atau bahan baku, penurunan volume
produksi dan penurunan harga jual output.
39
4.6
Asumsi Dasar yang Digunakan
Asumsi dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Modal usaha sepenuhnya menggunakan modal sendiri.
2. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga
deposito Bank Indonesia pada bulan April 2008 sebesar 8% karena
pemilik tidak melakukan pinjaman kepada bank komersial.
3. Umur proyek adalah 10 tahun, didasarkan pada umur investasi
terlama yaitu kolam limbah.
4. Inflow dan Outflow merupakan proyeksi berdasarkan pada
penelitian dan informasi yang didapatkan pada tahun 2008.
5. Jenis ikan yang digunakan hanya ikan bandeng.
6. Bobot ikan bandeng yang digunakan kurang lebih 300 gr atau
dalam 1 kg terdapat 3 ekor ikan bandeng.
7. Tidak ada produk afkir/cacat
8. Harga yang digunakan adalah harga konstan yaitu harga jual
BANISI ke agen sebesar Rp 13.000.
9. Total produksi adalah jumlah produk BANISI yang dihasilkan
selama satu tahun. Nilai total penjualan adalah hasil kali antara
total produksi dengan harga jual.
10. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha ini terdiri dari biaya investasi
dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-1
dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang
telah habis umur ekonomisnya.
11. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
40
12. Nilai tanah dan bangunan dihitung menggunakan sistem sewa
karena tempat produksi letaknya bergabung dengan kediaman
pemilik dan tidak seluruh ruangan di kediaman pemilik digunakan
sebagai lokasi produksi.
13. Dilakukan tiga skenario yaitu skenario I adalah usaha dengan
perolehan bahan baku yang telah dilaksanakan saat ini dan tanpa
penambahan alat, skenario II adalah ekspansi usaha dengan
penambahan bahan baku dan alat produksi sebesar dua kali lipat
dari kapasitas normal, serta skenario III yaitu usaha dengan
perolehan bahan baku langsung dari produsen ikan bandeng.
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Visi, Misi dan Tujuan
Visi BANISI adalah menjadi salah satu perusahaan pengolahan ikan
bandeng terbaik yang menekankan pada inovasi produk olahan yang berkualitas,
serta mampu memasyarakatkan konsumsi ikan bandeng di masyarakat.
Misi BANISI adalah memberikan produk olahan ikan bandeng yang
berkualitas kepada konsumen dan memasarkan secara optimal produk olahan ikan
bandeng dalam rangka membangun citra perusahaan.
Tujuan BANISI adalah mengembangkan usaha dengan mengadopsi sistem
yang digunakan pada usaha waralaba dengan terus melakukan inovasi tiada henti,
meningkatkan kepuasan konsumen, serta membuka lapangan pekerjaan untuk
pengangguran.
5.2 Profil Perusahaan
BANISI merupakan salah satu usaha agroindustri di bidang pengolahan
makanan yang menggunakan ikan bandeng sebagai bahan baku utamanya.
BANISI merupakan singkatan dari produk yang dihasilkan dari perusahaan ini,
yaitu bandeng isi. Walaupun perusahaan ini didirikan pada bulan Desember 2007,
tetapi sebenarnya usaha ini telah ada dari bulan Agustus 2006 hanya saja pemilik
belum memberikan merek pada produk ini. Usaha ini walaupun belum turun
temurun tetapi tergolong usaha keluarga karena pada awalnya usaha ini hanya
dijalankan oleh anggota keluarga sebelum akhirnya merekrut karyawan dari
masyarakat lingkungan sekitar. Perusahaan yang berlokasi di Jl. Bougenvile No.
42
17 Komplek Soreang Indah, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat ini merupakan usaha sampingan dari pemilik yang memiliki pekerjaan di
bidang properti sebagai mata pencaharian utamanya. Meskipun belum berbentuk
badan hukum, BANISI sudah memperoleh izin resmi usaha dari Dinas Kesehatan
setempat berdasarkan P. IRT No. 802320401509 serta izin dari LP. POM No.
01031026620907 dan juga sertifikasi halal dari MUI. BANISI yang bergerak
dalam usaha pengolahan makanan jadi berbahan baku ikan bandeng ini masih
beroperasi dalam skala kecil. Hal ini disebabkan modal yang digunakan berasal
dari modal sendiri dalam pembangunan usahanya sehingga untuk dapat
menjalankan usahanya dalam skala besar pemilik harus melakukan secara
bertahap.
Perusahaan yang didirikan di areal perumahan ini memiliki keuntungan
dalam hal pemenuhan kebutuhan tenaga kerja. Areal perumahan tempat
perusahaan berdiri memungkinkan perusahaan untuk merekrut tenaga kerja
tambahan yang terkadang diperlukan ketika perusahaan menghadapi permintaan
yang lebih besar dari kapasitas produksi normal.
Dalam produksinya Bapak Totok masih belum mempercayakan masalah
pembuatan bumbu kepada pekerjanya. Alasan pemilik untuk tidak melimpahkan
tanggung jawab dalam pembuatan bumbu yaitu untuk menjaga kekonsistenan rasa
dari produk bandeng isi. Selain itu beliau juga tetap melakukan kontrol terhadap
para pekerja agar mutu produk tetap terjaga.
43
5.3 Jenis dan Perkembangan Usaha
Produk yang dihasilkan oleh BANISI adalah bandeng isi dengan tiga pilihan
rasa yaitu rasa daging sapi, daging ayam, dan udang. Untuk kegiatan produksi
sampai saat ini, BANISI telah memiliki alat berupa satu buah vacuum, satu buah
oven, dan satu buah kalakat atau panci khusus dengan kapasitas produksi 75
bandeng per satu kali siklus produksi, tetapi untuk bahan baku ikan bandeng
BANISI masih belum membudidayakan sendiri dikarenakan jumlah modal yang
tidak memadai. Karena tergolong perusahaan baru, maka belum terjadi
perkembangan signifikan yang terjadi di perusahaan ini. Pemilik perusahaan
mempunyai rencana ke depan untuk melakukan ekspansi dengan meningkatkan
produktivitas. Hal ini dilakukan dengan menambah jumlah alat produksi serta
penggunaan bahan baku.
5.4 Struktur Organisasi
Pada dasarnya BANISI belum memiliki struktur organisasi secara tertulis.
Namun berdasarkan hasil wawancara maka dapat disimpulkan bahwa struktur
organisasi BANISI terdiri atas pemilik perusahaan, bagian keuangan, bagian
produksi, quality control dan litbang, dan bagian pemasaran. Pemilik perusahaan
memiliki peran yang dominan dalam setiap aktivitas perusahaan. Struktur
perusahaan BANISI dapat dilihat pada Gambar 2.
44
Pemilik
Perusahaan
Penanggung Jawab
Keuangan
Penanggung
Jawab Produksi
Quality control
dan Litbang
Penanggung
Jawab Pemasaran
Gambar 2. Struktur Organisasi Perusahaan BANISI
Sumber: BANISI, 2008
a.
Pemilik Perusahaan
Perusahaan ini dipimpin oleh Bapak Totok Hariyono yang memiliki
wewenang untuk melakukan seluruh kegiatan perusahaan terutama untuk
merencanakan strategi, mengambil keputusan, mengawasi jalannya aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan pemasok maupun
agen, quality control dan litbang, pemasaran, serta melakukan evaluasi kegiatan di
perusahaan.
b.
Penanggung Jawab Keuangan
Penanggung jawab keuangan dipegang oleh Ibu Sulistyowati yang
bertanggung jawab terhadap transaksi keuangan perusahaan serta pembukuan.
c.
Penanggung Jawab Produksi
Bertanggung jawab terhadap jalannya produksi dari mulai persiapan bahan
baku, perekrutan dan pelatihan tenaga kerja sampai pengemasan produk jadi untuk
kemudian siap dipasarkan.
45
d.
Penanggung Jawab Pemasaran
Bertanggung jawab dalam merumuskan strategi pemasaran yang akan
digunakan, mengawasi implementasi dari strategi pemasaran, menjalin hubungan
kerjasama baik dengan agen maupun konsumen akhir.
e.
Quality Control dan Litbang
Bertanggung jawab terhadap kualitas atribut produk yang dihasilkan,
mencakup kekonsistenan rasa, ukuran dan keamanan untuk dikonsumsi, serta
melakukan inovasi produk yang berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan
konsumen.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Aspek-aspek Non Finansial
Analisis aspek-aspek non finansial yang akan dibahas dalam penelitian ini
antar lain, aspek pasar, aspek teknis, aspek bahan baku, aspek manajemen, aspek
hukum, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
6.1.1 Aspek Pasar
Aspek pasar digunakan untuk mengkaji mengenai potensi pasar produk
bandeng isi baik dari sisi permintaan, penawaran maupun harga yang berlaku,
juga strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran
pemasaran yaitu harga, tempat, promosi, dan distribusi.
a)
Permintaan
Potensi pasar untuk produk bandeng isi cukup tinggi. Tingginya potensi
pasar bandeng isi ini terbukti dari tingginya jumlah permintaan untuk bandeng isi
baik di Bandung maupun di luar Bandung. Permintaan bandeng isi ini biasanya
datang dari agen maupun rumah tangga. Namun, penawaran produk bandeng isi
masih sangat terbatas karena masih sedikit orang yang menggeluti usaha
pembuatan bandeng isi. Hal ini membuat harga bandeng isi cukup tinggi yaitu Rp.
13.000 per ekor. Harga tersebut berlaku di tingkat agen, sedangkan harga pada
tingkat end user dapat mencapai kisaran Rp. 16.000-17.000 per ekor.
Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran produk bandeng isi
memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Dengan demikian, pasar
dapat menyerap seluruh jumlah bandeng isi yang diproduksi oleh perusahaan.
Kebutuhan bandeng isi untuk memenuhi pasar Bandung saja mencapai 1200 ekor
47
per bulan, sedangkan untuk di luar Bandung perusahaan baru berencana untuk
melakukan ekspansi ke Banjarmasin. Rencana ekspansi ke luar Bandung ini
sebelumnya tidak direncanakan oleh pemilik sampai suatu saat datang pesanan
dari konsumen di Banjarmasin, sehingga pemilik memiliki ide untuk memperluas
pemasarannya sampai ke Banjarmasin. Sampai saat ini agen merupakan penyerap
utama dari produk ini.
b)
Penawaran
Tingginya suatu potensi pasar tidak hanya dilihat dari tingkat permintaan
tetapi juga dari tingkat penawaran. Produk bandeng isi dapat dikatakan masih
sangat rendah dari sisi penawaran karena saat ini hanya BANISI yang
menawarkan produk bandeng isi secara komersil. Dengan kondisi yang demikian
perusahaan memperoleh keuntungan tersendiri dalam menjalankan usahanya.
Dengan tidak adanya pesaing secara langsung, BANISI mampu memperoleh
posisi tawar yang tinggi di mata konsumen. Tetapi penawaran yang ada untuk
produk bandeng isi saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar. Hal ini
terbukti dari produk bandeng isi yang selalu habis terjual, bahkan terkadang ada
pembeli yang tidak mendapatkan produk bandeng isi karena telah habis terjual.
Melihat potensi penawaran tersebut produk ini menjanjikan untuk diusahakan.
c)
Strategi Pemasaran
Untuk sarana promosi, BANISI belum memiliki alat atau media khusus
untuk memasarkan bandeng isi yang diproduksinya. Sejauh ini, BANISI menjual
hasil produksinya kepada agen-agen yang telah dikenal dan masyarakat di
lingkungan sekitar tempat produksi. Distribusi dari perusahaan ke agen dilakukan
sendiri oleh perusahaan. Bandeng isi yang telah diproduksi terlebih dahulu
48
dikemas dalam kemasan vacuum yang kedap udara agar tetap awet, kemudian
dikirim ke pengumpul yaitu agen atau outlet-outlet makanan yang tersebar di
sekitar Bandung. Dari agen atau outlet-outlet tersebut, barulah bandeng isi
kemudian didistribusikan kepada konsumen akhir. Di setiap outlet sendiri telah
memasang media promosi berupa banner yang bertujuan untuk meningkatkan
awareness konsumen akan produk bandeng isi tersebut. Berikut adalah skema
aliran pemasaran bandeng isi yang dilakukan oleh BANISI.
BANISI
Agen atau outlet-outlet
penjual makanan khas
Konsumen Akhir
(rumah tangga)
Gambar 3. Skema Aliran Pemasaran Bandeng Isi BANISI
Sumber: BANISI, 2008
d)
Hasil Analisis Aspek Pasar
Berdasarkan analisis potensi pasar bandeng isi di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengusahaan bandeng isi ini layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan
besarnya potensi pasar untuk produk bandeng isi dilihat dari sisi permintaan,
penawaran, dan harga. Jumlah permintaan yang tidak diimbangi oleh jumlah
penawaran menciptakan peluang besar pada pengusahaan bandeng isi. Di samping
itu, harga jual yang tinggi juga cukup menjanjikan bahwa usaha pembuatan
bandeng isi dapat mendatangkan keuntungan.
49
6.1.2 Aspek Teknis
Analisis dalam aspek teknis mencakup lokasi usaha proyek, besarnya skala
usaha proyek, jenis pemilihan mesin, proses produksi, dan ketepatan teknologi
yang digunakan. Berikut adalah hasil analisis pada tiap kriteria aspek teknis.
a)
Lokasi Usaha
Lokasi usaha BANISI terletak di Jl. Bougenvile No. 17 Komplek Soreang
Indah, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Beberapa
pertimbangan dalam pemilihan lokasi produksi adalah:
1.
Letak pasar yang dituju
BANISI sampai saat ini lebih banyak menjual hasil produksinya kepada
agen yang tersebar di sekitar Bandung dibandingkan langsung ke konsumen
akhir. Hal ini karena BANISI belum memiliki outlet tersendiri untuk
menjual langsung kepada konsumen akhir, sehingga sangat sulit bagi
konsumen akhir yang berada jauh dari tempat produksi untuk membeli
produk bandeng isi. Harga yang diberikan BANISI dibedakan antara agen
dan konsumen akhir. Untuk agen satu ekor bandeng isi dijual dengan harga
Rp 13.000, sedangkan untuk konsumen harga bandeng isi dijual dengan
harga Rp 16.000-17.000 per ekor. Dalam menjual bandeng isi BANISI
memberi batasan jumlah minimum kepada agen dalam melakukan
pembelian yaitu sebanyak lima dus atau setara dengan lima belas ekor
bandeng isi. Dari agen inilah baru kemudian produk banisi sampai ke tangan
konsumen. Sedangkan untuk konsumen akhir tidak ada batasan jumlah
minimum dalam membeli bandeng isi.
50
2.
Tenaga listrik dan air
Untuk tenaga listrik daerah produksi bandeng isi telah dijangkau oleh aliran
listrik sehingga untuk penggunaan listrik, tidak ada masalah dalam hal ini.
Sementara itu, air sangat berlimpah di daerah lokasi proyek dikarenakan
daerah Kabupaten Bandung yang masih terbilang asri karena letak
geografisnya yang tinggi sehingga pasokan air bersih masih terbilang
melimpah di daerah tersebut. Saat ini BANISI menggunakan air yang
berasal dari sumber air tanah untuk keperluan usahanya. Hal ini sangat
membantu
perusahaan
dalam
masalah
ketersediaan
air.
Dengan
menggunakan air tanah, BANISI hanya mengeluarkan biaya listrik dari
sumur pompa tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk penggunaan air yang
semestinya harus dikeluarkan jika perusahaan menggunakan fasilitas dari
PAM. Selain bersih air yang digunakan pun tidak mengandung bahan kimia
atau logam sehingga perusahaan tidak perlu melakukan proses penyaringan
air untuk menghilangkan kandungan bahan kimia dan logam.
3.
Suplai tenaga kerja
Perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan tenaga
kerja. Suplai tenaga kerja dapat diperoleh dari warga sekitar lokasi proyek.
Tenaga kerja dibutuhkan dalam proses pencabutan duri, pemanggangan, dan
pengemasan. Sementara untuk kegiatan membuat bahan isian dan bumbu
masih ditangani oleh anggota keluarga pemilik perusahaan dengan alasan
untuk menjaga kekonsistenan rasa.
51
4.
Fasilitas transportasi
Lokasi proyek yang terletak di kompleks perumahan telah memiliki fasilitas
jalan aspal dengan kondisi baik. Untuk alat transportasi yang digunakan
dalam membantu proses produksi baik untuk pendistribusian produk
maupun akses untuk menuju sumber bahan baku pemilik menggunakan
sepeda motor milik sendiri. Tidak ada kesulitan untuk menuju lokasi proyek
karena fasilitas jalan yang telah memadai sehingga dapat diakses dengan
menggunakan kendaraan beroda dua maupun beroda empat.
5.
Hukum dan peraturan yang berlaku
Sejauh ini, tidak ada hambatan hukum dan peraturan lokal yang melarang
kegiatan usaha ini. Perusahaan juga telah mendapat izin resmi usaha dari
Dinas Kesehatan setempat berdasarkan P. IRT No. 802320401509. Selain
dari Dinas Kesehatan setempat, usaha ini juga telah mendapat izin dari LP.
POM No. 01031026620907 dan juga sertifikasi halal dari MUI. Kondisi
sosial budaya masyarakat setempat pun tidak ada yang menentang kegiatan
usaha ini.
6.
Iklim dan keadaan tanah
Kondisi iklim dan keadaan tanah Kabupaten Bandung dapat dikatakan
cukup baik, walaupun kedua hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap
proses produksi bandeng isi.
7.
Sikap masyarakat
Sikap masyarakat sangat terbuka dan mendukung adanya usaha pembuatan
bandeng isi ini. Karena dengan adanya usaha pembuatan bandeng isi ini
mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat lingkungan sekitar.
52
Masyarakat sekitar juga mulai tertarik untuk ikut menjadi agen penjual
bandeng isi, tetapi diantara mereka masih belum ada yang ikut membuka
usaha pembuatan bandeng isi ini yang mungkin dikarenakan kurangnya
modal dan terbatasnya pengetahuan untuk membuat bandeng isi.
8.
Rencana untuk perluasan usaha
BANISI berencana untuk melakukan ekspansi usaha dengan menambah
jumlah peralatan produksinya dalam rangka memenuhi jumlah permintaan
yang terkadang belum terpenuhi. Untuk merealisasikan harapan tersebut,
kendala yang menghambat adalah modal karena alat yang digunakan untuk
produksi terbilang cukup mahal.
b)
Skala Usaha
Saat ini BANISI masih beroperasi dalam skala kecil. Produksinya baru dapat
dipasarkan ke beberapa agen di sekitar Bandung. Jumlah produksi yang dilakukan
saat ini juga dianggap belum mencapai skala ekonomis karena terkadang ada
permintaan yang belum terpenuhi. Untuk mencapai skala ekonomis, menurut
pemilik BANISI setidaknya harus memproduksi dua kali lebih banyak dari
kapasitas produksi saat ini agar seluruh permintaan akan produk bandeng isi dapat
terpenuhi . Dengan demikian, tidak ada lagi pembeli yang tidak mendapatkan
bandeng isi ini karena kapasitas produksinya yang masih terbatas. Karena
permintaan bandeng isi terbilang cukup tinggi, maka peluang untuk meraih
keuntungan besar dapat diperoleh dengan memperluas skala usaha. Kapasitas
perusahaan juga masih belum tergarap secara optimal. Hal ini dapat dijadikan
modal dalam rencana perluasan skala usaha. Dapat dikatakan bahwa BANISI
53
masih sangat berpotensi untuk meningkatkan skala usahanya untuk mencapai
skala ekonomis.
c)
Layout
Layout adalah keseluruhan proses penentuan “bentuk” dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Layout perusahaan disesuaikan
dengan sifat proses produksi yang direncanakan untuk proyek yang dilaksanakan
oleh perusahaan (Husnan dan Muhammad, 2000). BANISI memiliki luas
bangunan sebesar 110 m2. Lokasi produksi terletak menyatu dengan kediaman
pemilik dalam satu bangunan. Ruangan untuk memproduksi bandeng isi selain
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses produksi juga berfungsi sebagai
dapur pribadi. Struktur ruangan untuk proses produksi ditata sesuai dengan alur
proses produksi. Ruangan ini ini terbagi menjadi dua, satu ruangan berfungsi
sebagai tempat mengolah bandeng sedangkan ruang kedua berfungsi sebagai
tempat melakukan pengemasan produk akhir yang siap untuk dipasarkan. Untuk
lebih lengkapnya, layout BANISI dapat dilihat pada Lampiran 1.
Untuk kegiatan yang sifatnya administratif biasanya digunakan ruangan
bagian depan dari kediaman pemilik yang dalam keadaan normal berfungsi
sebagai ruang tamu. Kegiatan ini dapat berupa penerimaan tamu yang akan
membeli produk bandeng isi dan semua kegiatan administratif lainnya
d)
Proses Produksi
Proses produksi bandeng isi di BANISI melalui beberapa tahap mulai dari
persiapan bahan baku sampai proses pengemasan. Berikut adalah tahapan proses
produksi bandeng isi:
54
a. Persiapan Bahan Baku Utama
Ikan bandeng yang telah disiapkan dicuci terlebih dahulu untuk
menghilangkan bau lumpur yang biasanya ada pada ikan bandeng.
Pencucian mencakup pengambilan insang dan isi perut bandeng,
karena biasanya lumpur banyak terdapat di dalam insang yang
tersaring ketika ikan bandeng bernafas. Setelah melalui proses
pencucian
ikan
bandeng
kemudian
dihilangkan
sisiknya
menggunakan tulang sapi. Penggunaan tulang sapi dimaksudkan agar
saat proses membersihkan sisik kulit bandeng tidak menjadi rusak.
Setelah itu bandeng yang telah dihilangkan sisiknya dicuci kembali
dengan menggunakan air bersih. Dalam tahapan ini juga dilakukan
penyortiran untuk menjaga mutu produk yang dihasilkan.
b. Persiapan Bahan Baku Tambahan (Isian)
Bahan baku yang digunakan untuk isian mencakup daging sapi,
daging ayam dan udang, telur, susu, kelapa, serta bumbu-bumbu
seperti bawang putih, bawang merah, kemiri, kunir, gula dan garam.
Semua bahan kemudian dicuci bersih untuk menjaga agar tetap
higienis.
c. Pengambilan Daging Ikan Bandeng (Pemisahan Duri dan Kulit)
Bandeng yang telah dicuci bersih dan disortir kemudian dipisahkan
antara daging, duri dan kulitnya. Duri yang telah dipisahkan
kemudian dibuang agar ketika konsumen mengkonsumsi bandeng isi
ini tidak lagi terganggu dengan duri bandeng yang terkenal halus.
Dalam pengerjaan proses ini sangat dibutuhkan kehati-hatian karena
55
apabila kulit bandeng rusak maka kulit ini tidak dapat digunakan
untuk proses selanjutnya.
d. Penggilingan Daging Bandeng
Daging bandeng yang telah dipisahkan dari kulit dan durinya lalu
dicuci dan digiling kemudian ditiriskan untuk mengurangi kadar air
dan nantinya dicampurkan dengan bahan isian.
e. Pembuatan Bahan Isian
Daging sapi, ayam dan udang yang digunakan untuk isian digiling
sesuai jenisnya baru kemudian dicampur dengan bumbu-bumbu dan
bahan-bahan lain sehingga membentuk adonan.
f. Pengisian Bahan Isian ke Dalam Bandeng
Bahan-bahan isian yang telah berbentuk adonan kemudian dicampur
dengan daging bandeng yang telah digiling setelah itu dimasukkan
ke dalam kulit bandeng untuk selanjutnya menjalani proses
pemanggangan.
g. Pemanggangan
Bandeng isi yang telah siap kemudian dipanggang menggunakan
oven dengan temperatur 140 derajat celcius selama kurang lebih 6
jam atau sampai bandeng berwarna kuning keemasan yang
menandakan bahwa bandeng isi telah matang dan siap untuk
dikemas.
h. Pengemasan
Proses terakhir yaitu proses pengemasan. Bandeng yang telah
melalui proses pemanggangan kemudian dikemas dalam kemasan
56
plastik kedap udara dengan menggunakan alat vacuum agar tahan
lama. Kemudian bandeng dimasukkan ke dalam kemasan karton
untuk kemudian siap dipasarkan
Untuk skema proses produksi bandeng isi dapat dilihat pada Gambar 4.
Bumbu
Pencucian
Awal
Bahan Isian (Daging
Sapi, Ayam, dan Udang)
Pembuangan
Sisik
Digiling
Pencucian
Kedua
Pencampuran
Pemisahan Daging, Duri,
dan Kulit Bandeng
Adonan
Sapi
Udang
Daging Bandeng
Ayam
Kulit Bandeng
Digiling
Ditiriskan (Untuk
Mengurangi Kadar Air
Pencampuran
Pengisian
Pemanggangan
(oven)
Pengemasan
(vacuum)
Gambar 4. Skema Proses Produksi Bandeng Isi
57
e)
Hasil Analisis Aspek Teknis
Dari hasil analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan bahwa
pengusahaan pembuatan bandeng isi yang dilakukan oleh BANISI adalah layak
untuk dijalankan. Tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya kegiatan
usaha pembuatan bandeng isi ini. Usaha ini pun telah dilegalkan oleh pemerintah
daerah setempat melalui surat izin usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah
setempat.
6.1.3 Aspek Bahan Baku
Aspek bahan baku merupakan salah satu aspek yang perlu diteliti pada suatu
usaha terutama untuk jenis usaha yang menggunakan bahan baku produk
pertanian. Hal ini dikarenakan sifat produk pertanian yang memiliki karakteristik
khusus yaitu perishable (mudah rusak), bersifat musiman, bulky, dan voluminous.
Menurut Umar (2003) hal-hal pokok yang perlu dikaji dalam aspek ini
antara lain :
4.
Penentuan jumlah order
5.
Penentuan jumlah bahan baku sebagai persediaan
6.
Menentukan bagaimana dan kapan bahan baku akan dibeli
Dalam penelitian ini akan diteliti mengenai ketiga hal diatas terkait dengan
pengelolaan aspek bahan baku yang diterapkan di perusahaan.
a)
Penentuan Jumlah Order
Bahan baku utama yang digunakan oleh BANISI adalah ikan bandeng. Ikan
bandeng yang digunakan oleh BANISI berasal dari daerah Losari dengan
pertimbangan ikan bandeng yang berasal dari daerah tersebut memiliki kualitas
lebih baik dibandingkan dari daerah lain. Salah satu indikator ikan bandeng yang
58
berkualitas baik adalah ketika diolah daging ikan bandeng tidak berbau tanah,
pertimbangan inilah yang digunakan oleh pemilik dalam memilih bahan baku.
Dalam menentukan jumlah bahan baku yang akan dibeli biasanya
disesuaikan dengan kapasitas produksi perusahaan. Untuk bahan baku utama dan
bahan baku isian jumlah pembelian disesuaikan dengan kebutuhan untuk satu kali
siklus produksi. Tetapi untuk bumbu-bumbu perusahaan biasanya membeli
kebutuhan untuk satu rangkaian produksi yaitu sebanyak empat kali proses
produksi dalam seminggu.
b)
Penentuan Jumlah Bahan Baku Sebagai Persediaan
Untuk bahan baku utama dan bahan isian yang digunakan oleh perusahaan
selalu habis terpakai, tidak ada sisa bahan baku dalam satu siklus produksi. Jadi
perusahaan tidak melakukan penyimpanan bahan baku sebagai persediaan. Tetapi
untuk bumbu – bumbu yang digunakan perusahaan membeli dalam jumlah banyak
untuk memenuhi satu rangkaian siklus produksi yaitu sebanyak empat kali
produksi dalam seminggu.
c)
Penentuan Cara dan Waktu Pembelian Bahan Baku
Pembelian bahan baku dilakukan oleh perusahaan saat akan melakukan
produksi agar bahan baku tetap dalam keadaan segar ketika diolah. Jika dilihat
secara geografis lokasi perusahaan terbilang jauh dari lokasi produsen ikan
bandeng. Tetapi, BANISI telah mengatasi hal ini dengan mengadakan kerjasama
dengan pedagang di pasar yang berlokasi tidak jauh dari lokasi produksi untuk
menyediakan ikan bandeng yang berasal dari daerah Losari. Bahan baku lainnya
seperti daging ayam, daging sapi dan udang sebagai bahan isian dibeli di lokasi
yang sama dengan lokasi pembelian ikan bandeng. Walaupun bahan baku yang
59
dibutuhkan terbilang musiman tetapi perusahaan telah mengatasi kendala ini
dengan membuat perjanjian menggunakan sistem deposit kepada pedagang untuk
mengatasi kelangkaan bahan baku. Jadi secara keseluruhan, perusahaan tidak
menghadapi masalah yang cukup berarti mengenai ketersediaan bahan baku.
d)
Hasil Analisis Aspek Bahan Baku
Dilihat dari analisis aspek bahan baku BANISI sampai saat ini belum pernah
menemui kendala dalam pemenuhan bahan baku. Dapat dikatakan dari aspek
bahan baku usaha ini layak untuk dilaksanakan karena tidak ada hambatan bagi
perusahaan baik dalam pemenuhan bahan baku maupun dalam penggunaannya.
Walaupun bahan baku yang digunakan bersifat musiman tetapi perusahaan telah
menemukan cara untuk mengatasi masalah tersebut. Selain itu bahan baku yang
ada dapat dimanfaatkan secara optimal oleh perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari
tidak adanya persediaan bahan baku di perusahaan, artinya bahan baku yang ada
selalu habis digunakan untuk proses produksi.
6.1.4 Aspek Manajemen
Sejak didirikan pada Agustus 2006, BANISI belum mempunyai struktur
organisasi formal seperti perusahaan pada umumnya. Alasannya adalah
perusahaan ini masih tergolong baru dan merupakan usaha keluarga. Jadi, karena
sifatnya yang kekeluargaan membuat perusahaan ini bergerak secara non formal
tanpa struktur yang jelas. Meskipun tanpa struktur organisasi lengkap, BANISI
memiliki pembagian tugas yang jelas. Pemilik perusahaan bertindak menangani
masalah quality control. Sementara itu, pegawainya bertugas untuk memisahkan
daging bandeng dengan kulit dan duri, memanggang, serta mengemas bandeng isi
yang telah siap. Jumlah tenaga kerja yang digunakan sebanyak 5 orang. Kelima
60
orang yang bekerja tersebut merupakan warga daerah setempat.
Kebutuhan
tenaga kerja yang paling banyak adalah pada saat menangani pesanan khusus
seperti acara pernikahan, khitanan, dan lain-lain. Untuk menangani pesanan
khusus ini perusahaan terkadang merekrut tenaga kerja sementara agar permintaan
akan produk bandeng isi tetap dapat terpenuhi.
Perusahaan ini cukup layak untuk dijalankan jika dilihat dari aspek
manajemen. Walaupun perusahaan ini belum memiliki struktur organisasi formal,
tetapi telah mempunyai pembagian tugas yang jelas antara pemilik dan pengelola
kegiatan usaha. Hal ini disebabkan karena perusahaan ini masih baru dan skala
usahanya kecil serta merupakan usaha keluarga. Jadi, cukup wajar apabila
perusahaan ini belum mempersiapkan struktur formal untuk sebuah organisasi
atau perusahaan.
6.1.5 Aspek Hukum
Pada aspek hukum, hal yang perlu dianalisis adalah bentuk badan hukum
usaha yang dijalankan serta izin usaha yang diperoleh perusahaan.
a)
Bentuk Badan Usaha
Bentuk badan usaha yang digunakan oleh BANISI saat ini dapat
dikategorikan sebagai badan usaha perseorangan. Karena sesuai dengan ciri-ciri
perusahaan perseorangan yaitu modal usaha yang digunakan berasal dari 1 orang
yaitu pemilik perusahaan, seluruh modal yang digunakan untuk menjalankan
kegiatan pembuatan bandeng isi ini juga berasal dari pemilik perusahaan.
Keuntungan dari bentuk usaha ini adalah pemilik perusahaan dapat menikmati
seluruh keuntungan yang diperoleh perusahaan. Sedangkan kelemahannya adalah
segala bentuk kerugian atau beban perusahaan harus ditanggung sendiri oleh
61
pemilik perusahaan. Berbeda dengan perusahaan yang telah berbentuk CV atau
Firma. Pada CV atau Firma, jumlah pemilik modal biasanya berjumlah lebih dari
1 orang. Jadi, pengumpulan modal usaha dilakukan oleh beberapa orang untuk
menjalankan usaha yang telah disepakati bersama. Perbedaan yang paling
menonjol antara CV dan Firma adalah tanggung jawab antar pemilik modal. Jika
pada CV terdapat sekutu aktif yaitu orang yang memberikan modalnya serta
terlibat dalam pelaksanaan kegiatan usaha dan sekutu pasif yaitu orang yang
hanya memberikan modal tanpa ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan usaha.
Sedangkan pada Firma, tidak terdapat sekutu aktif dan sekutu pasif, semua
pemilik modal ikut terlibat dalam pelaksanaan kegiatan usaha.
b)
Izin Usaha
Dalam menjalankan kegiatan usaha pembuatan bandeng isi ini, tidak ada
hambatan dalam perolehan izin usaha. BANISI telah memperoleh izin usaha dari
Dinas Kesehatan setempat yaitu berdasarkan P. IRT No. 802320401509. Selain
dari Dinas Kesehatan setempat usaha ini juga telah mendapat izin dari LP. POM
No. 01031026620907 dan juga sertifikasi halal dari MUI, sehingga konsumen
tidak perlu merasa khawatir untuk mengkonsumsi produk bandeng isi karena
produk ini aman dan halal untuk dikonsumsi.
6.1.6 Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Keberadaan BANISI tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi
lingkungan daerah sekitar proyek. Berbeda dengan kegiatan usaha perindustrian
pada umumnya yang menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan,
kegiatan usaha pembuatan bandeng isi yang dilakukan oleh BANISI ini tidak
menghasilkan limbah yang dapat berdampak buruk bagi keseimbangan
62
lingkungan. Limbah yang dihasilkan oleh perusahaan ini tergolong sebagai limbah
organik. Limbah yang berupa duri, insang dan isi perut ikan ini biasanya dibuang
dalam kolam yang telah disediakan pemilik sebagai pakan ikan. Selain itu
BANISI juga memberikan peluang kerja tambahan bagi masyarakat sekitar.
Contohnya adalah pada saat ada pesanan khusus, dimana perusahaan
membutuhkan tenaga kerja lebih untuk memenuhi pesanan.
Jika dilihat dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan
pembuatan bandeng isi ini layak untuk dijalankan. Selain tidak menimbulkan
limbah yang dapat merusak lingkungan, kegiatan usaha ini juga dapat menambah
kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar.
6.2
Analisis Kelayakan Finansial
Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui
kelayakan pengusahaan pembuatan bandeng isi. Analisis kelayakan finansial yang
dilakukan pada ketiga skenario bertujuan untuk melihat apakah dengan
penambahan alat perusahaan atau perubahan cara perolehan bahan baku BANISI
tetap layak atau tidak layak untuk dijalankan. Untuk mengetahui hasil kelayakan
pengusahaan pembuatan bandeng isi akan dilihat dari kriteria-kriteria kelayakan
finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode.
6.2.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario I (Tanpa Penambahan Alat)
Skenario I merupakan skenario yang saat ini dijalankan oleh BANISI
dimana alat dan bahan yang digunakan merupakan jumlah yang dipergunakan
pada saat ini.
63
a)
Analisis Hasil Inflow
Pada usaha pembuatan bandeng isi dengan alat yang ada sekarang ini, arus
penerimaan diperoleh dari hasil penjualan produk bandeng isi. Selain itu,
penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi berupa kolam, motor dan
alat-alat yang saat ini digunakan untuk proses pembuatan bandeng isi. Jumlah alat
yang digunakan untuk memproduksi bandeng isi saat ini yaitu satu buah oven,
satu buah kalakat (semacam panci), satu buah mesin vacuum, satu set kompor gas,
dua buah tabung gas, frezeer, mesin giling, wadah stainless steel untuk
menampung bandeng isi yang telah matang, blender, gunting bedah, serta satu
buah timbangan. Dalam sekali siklus produksi dapat dihasilkan bandeng isi
sebanyak 75 buah. Dalam seminggu dilakukan proses produksi sebanyak empat
kali sehingga total produksi dalam seminggu yaitu 300 ekor bandeng isi dan
dalam sebulan dapat dihasilkan 1200 bandeng isi. Total penjualan bandeng isi
pada tiap tahun disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Bandeng Isi (Skenario I)
Tahun Ke
Jumlah Produksi
Harga Satuan
Nilai (Rp)
(ekor)
(Rp/ekor)
1
14 400
13 000
187 200 000
2
14 400
13 000
187 200 000
3
14 400
13 000
187 200 000
4
14 400
13 000
187 200 000
5
14 400
13 000
187 200 000
6
14 400
13 000
187 200 000
7
14 400
13 000
187 200 000
8
14 400
13 000
187 200 000
9
14 400
13 000
187 200 000
10
14 400
13 000
187 200 000
Total
1 872 000 000
Selain dari penjualan produk bandeng isi, penerimaan perusahaan juga
diperoleh dari nilai sisa (salvage value) biaya investasi yang terdapat hingga akhir
64
umur proyek sehingga dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Biaya-biaya
investasi pada usaha pembuatan bandeng isi ini yang masih memiliki nilai hingga
akhir umur proyek antara lain oven, kalakat, wadah stainless steel, dan mesin
giling. Nilai sisa pada proyek dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Skenario I
Uraian
Nilai (Rp)
Umur
Penyusutan
No
Ekonomis
Per Tahun
(tahun)
1. Oven
6 000 000
3
2 000 000
2. Kalakat
150 000
3
50 000
3. Loyang
1 500 000
3
500 000
4. Mesin Giling
300 000
3
100 000
Total
Sisa (Rp)
4 000 000
100 000
1 000 000
200 000
5 300 000
Nilai sisa yang tercantum didapat dengan menggunakan metode garis lurus.
Karena pada tahun terakhir proyek penyusutan yang dikenakan hanya satu tahun
sehingga alat-alat tersebut masih memiliki nilai sisa seperti yang tercantum dalam
tabel.
b)
Analisis Hasil Outflow
Arus pengeluaran pada skenario I terdiri dari pengeluaran untuk biaya
investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Biaya investasi adalah biaya-biaya
yang dikeluarkan pada tahun pertama proyek. Rincian Biaya investasi pada
skenario I ini terdapat pada Tabel 9.
65
Tabel 9. Biaya Investasi Pada Skenario I
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Uraian
Kolam
Limbah
Freezer
Mesin
Vacuum
Oven
Kompor
Tabung Gas
Mesin Giling
Timbangan
Kalakat
Loyang
Motor
Blender
Peralatan
Dapur
Gunting
Bedah
Jumlah Panjang
(buah)
(m)/
Luas
(m2)
1 buah
100 m2
Harga
Satuan
(Rp)
200 000
Nilai (Rp)
Umur
Ekonomis
(tahun)
20 000 000
10
1 buah
1 buah
2 000 000
17 000 000
2 000 000
17 000 000
5
10
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 set
1 buah
1 buah
1 set
6 000 000
350 000
300 000
300 000
80 000
150 000
1 500 000
10 000 000
170 000
228 000
6 000 000
350 000
600 000
300 000
80 000
150 000
1 500 000
10 000 000
170 000
228 000
3
5
1
3
2
3
3
10
1
1
2 buah
125 000
250 000
1
Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan apabila ada komponen pada biaya investasi yang dikeluarkan telah
habis umur ekonomisnya. Tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi,
hanya beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur proyek.
Biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri dari:
66
Tabel 10. Biaya Reinvestasi Pada Skenario I
No
Uraian
Umur
Jumlah
Ekonomis (buah)/Pan
(tahun)
jang (m)
1. Freezer
5
1
2. Oven
3
1
3. Kompor
5
1
4. Tabung Gas
1
2
5. Mesin Giling
3
1
6. Timbangan
2
1
7. Kalakat
3
1
8. Loyang
3
1
9. Blender
1
1
10. Peralatan
1
1
Dapur
11. Gunting Bedah
1
2
Harga
Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
2 000 000
6 000 000
350 000
300 000
300 000
80 000
150 000
1 500 000
170 000
228 000
2 000 000
6 000 000
350 000
600 000
300 000
80 000
150 000
1 500 000
170 000
228 000
125 000
250 000
Biaya operasional adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
produksi bandeng isi. Biaya operasional pada skenario I dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 11. Biaya Operasional Per Tahun Pada Skenario I
Uraian
Jumlah
Harga Satuan
No
(Rp)
1. Ikan Bandeng
4 800 kg
15 000
2. Daging Sapi
240 kg
45 000
3. Daging Ayam
240 kg
24 000
4. Udang
384 kg
30 000
5. Bumbu
6. Gas
7. Transportasi
8. Minyak Goreng
288 L
16 000
9. Kemasan
4 800 buah
1000
Nilai (Rp)
72 000 000
10 800 000
5 760 000
11 520 000
8 956 800
1 320 000
1 920 000
4 608 000
4 800 000
Selain biaya investasi dan biaya operasional, perusahaan juga mengeluarkan
biaya tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri atas:
67
Tabel 12. Biaya Tetap Pada Skenario I
No
Uraian
1. Gaji Pegawai
2. Perawatan Kendaraan
3. Listrik, air, telepon
4. Sewa Tempat
c)
Jumlah
5 orang
Nilai (Rp)
45 000 000
150 000
2 520 000
4 800 000
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR,
dan payback periode. Pada skenario I, diperoleh hasil analisis finansial sebagai
berikut.
Tabel 13. Hasil Analisis Finansial Skenario I
Kriteria
Net Present Value (rupiah)
Net Benefit and Cost Ratio
Internal Rate Return (persen)
Payback Periode (tahun)
Hasil
13 646 116
1,2994
15
7,60
Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha pembuatan
bandeng isi ini memperoleh NPV>0 yaitu sebesar Rp 13.646.116 yang artinya
bahwa usaha pembuatan bandeng isi ini layak untuk dijalankan. NPV sama
dengan Rp 13.646.116 menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha
pembuatan bandeng isi selama umur proyek terhadap tingkat diskon (discount
rate) yang berlaku. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, pada skenario I
ini diperoleh nilai Net B/C >1 yaitu sebesar 1,2994 yang menyatakan bahwa
usaha pembuatan bandeng isi ini layak dijalankan. Nilai Net B/C sama dengan
1,2994 artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan
Rp 1,2994 satuan manfaat bersih. IRR yang diperoleh dari analisis finansial
skenario I adalah 15 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor
(rate) yang berlaku yaitu 8 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat
68
pengembalian internal proyek sebesar 15 persen dan karena IRR>8 persen, maka
usaha ini layak dan menguntungkan. Skenario pembuatan bandeng isi ini
memiliki periode pengembalian biaya investasi selama 7 tahun 7 bulan 6 hari.
d)
Analisis Switching Value
Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti
(switching value) sampai memperoleh nilai NPV yang masih memenuhi nilai
kelayakan usaha. Hasil switching value pada skenario I adalah sebagai berikut.
Tabel 14. Hasil Analisis Switching Value Skenario I
Net
Perubahan
Persentase
NPV
(persen) (rupiah) B/C
Penurunan Penjualan
Kenaikan
Harga
Bandeng
Penurunan Harga Jual
1,00
2,61
79 942
27 765
1
1
8
8
Payback
Periode
(tahun)
9,97
9,99
1,00
79 942
1
8
9,97
IRR
(persen)
Dari hasil analisis switching value diatas dapat dilihat bahwa batas maksimal
perubahan terhadap penurunan penjualan, kenaikan harga bandeng, dan
penurunan harga jual masing-masing adalah 1,00 persen, 2,61 persen, dan 1,00
persen. Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka usaha
pembuatan bandeng isi ini menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan.
Besarnya penurunan penjualan dan harga jual sebesar 1,00 persen menunjukkan
bahwa usaha pembuatan bandeng isi ini masih layak apabila penurunan yang
terjadi terhadap produksi dan harga jual tidak lebih besar dari 1,00 persen.
Sementara itu, besarnya kenaikan harga bandeng yang masih dapat mendatangkan
keuntungan bagi usaha pembuatan bandeng isi adalah 2,61 persen. Ini berarti
bahwa kenaikan harga bandeng memiliki pengaruh yang lebih kecil terhadap
kelangsungan usaha dibandingkan faktor penurunan produksi dan harga jual.
69
Berdasarkan hasil analisis switching value terhadap skenario I dapat
disimpulkan bahwa tingkat penjualan dan harga jual merupakan hal yang sangat
sensitif terhadap kelayakan usaha dibandingkan dengan pengaruh harga bandeng.
Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase perubahan yang dapat mengubah
tingkat kelayakan usaha pembuatan bandeng isi.
6.2.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario II (Penambahan Bahan Baku
dan Alat Produksi)
Pada skenario II akan dilihat kelayakan finansial dari rencana ekspansi usaha
yang akan dilakukan BANISI yaitu dengan menambah jumlah bahan baku dan
alat produksi.
a)
Analisis Hasil Inflow
Arus penerimaan pada skenario II diperoleh dari penjualan bandeng isi tetapi
pada skenario ini jumlah yang diterima menjadi dua kali lipatnya karena terjadi
penambahan bahan baku dan alat produksi sebanyak dua kali lipat. Alat yang
digunakan pada skenario ini ditambah sebanyak dua kali lipat agar waktu yang
dibutuhkan untuk memproduksi bandeng isi tetap sama seperti ketika perusahaan
berproduksi secara normal. Selain itu, penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa
biaya investasi proyek berupa alat yang saat ini digunakan untuk proses
pembuatan bandeng isi. Pada skenario ini
yang dilakukan adalah apabila
perusahaan dalam kondisi akan melakukan ekspansi produknya dengan cara
meningkatkan bahan baku dan alat produksinya. Berikut adalah tabel penjualan
bandeng isi mulai tahun ke-1 hingga tahun ke-10.
70
Tabel 15. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Bandeng Isi (Skenario II)
Tahun
Jumlah Produksi
Harga Satuan
Nilai (Rp)
Ke
(ekor)
(Rp/ekor)
1
28 800
13 000
374 400 000
2
28 800
13 000
374 400 000
3
28 800
13 000
374 400 000
4
28 800
13 000
374 400 000
5
28 800
13 000
374 400 000
6
28 800
13 000
374 400 000
7
28 800
13 000
374 400 000
8
28 800
13 000
374 400 000
9
28 800
13 000
374 400 000
10
28 800
13 000
374 400 000
Total
3 744 000 000
Penerimaan pada skenario pembuatan bandeng isi ini juga diperoleh dari
nilai sisa (salvage value) biaya investasi yang tidak habis pakai hingga akhir umur
proyek. Nilai sisa tersebut didapat dari oven, kalakat, wadah stainless steel, dan
mesin giling. Diasumsikan nilai jual alat-alat tersebut sama dengan nilai belinya.
Nilai sisa pada skenario II disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Skenario II
Uraian
Nilai (Rp)
Umur
Penyusutan
No
Ekonomis Per Tahun
(tahun)
1. Oven
12 000 000
3
4 000 000
2. Kalakat
300 000
3
100 000
3. Loyang
3 000 000
3
1 000 000
4. Mesin Giling
600 000
3
200 000
Total
Sisa (Rp)
8 000 000
200 000
2 000 000
400 000
10 600 000
Nilai sisa yang tercantum didapat dengan menggunakan metode garis lurus.
Karena pada tahun terakhir proyek penyusutan yang dikenakan hanya satu tahun
sehingga alat-alat tersebut masih memiliki nilai sisa seperti yangtercantum dalam
tabel.
71
b)
Analisis Hasil Outflow
Arus pengeluaran pada skenario II terdiri dari pengeluaran untuk biaya
investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Biaya investasi adalah biaya-biaya
yang dikeluarkan pada tahun pertama proyek. Berikut adalah tabel biaya investasi
skenario II.
Tabel 17. Biaya Investasi Pada Skenario II
Harga
No
Uraian
Jumlah Panjang
(buah)
(m)/
Satuan
(Rp)
Luas
2
(m )
1.
Kolam
1 buah
100 m2
200 000
Limbah
2.
Freezer
2 buah
2 000 000
3.
Mesin
2 buah
17 000 000
Vacuum
4.
Oven
2 buah
6 000 000
5.
Kompor
2 buah
350 000
6.
Tabung Gas
4 buah
300 000
7.
Mesin Giling 2 buah
300 000
8.
Timbangan
1 buah
80 000
9.
Kalakat
2 buah
150 000
10. Loyang
2 set
1 500 000
11. Motor
2 buah
10 000 000
12. Blender
2 buah
170 000
13. Peralatan
2 set
228 000
Dapur
14. Gunting
4 buah
125 000
Bedah
Nilai (Rp)
20 000 000
Umur
Ekonomis
(tahun)
10
4 000 000
34 000 000
5
10
12 000 000
700 000
1 200 000
600 000
80 000
300 000
3 000 000
20 000 000
340 000
456 000
3
5
1
3
2
3
3
10
1
1
500 000
1
Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan apabila biaya investasi yang dikeluarkan telah habis umur
ekonomisnya. Tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi, hanya
beberapa biaya saja yang memiliki umur tidak selama umur proyek. Biaya
reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri dari:
72
Tabel 18. Biaya Reinvestasi Pada Skenario II
No
Uraian
Umur
Jumlah
Ekonomis (buah)/Panjang
(tahun)
(m)
1. Freezer
5
1
2. Oven
3
1
3. Kompor
5
1
4. Tabung Gas
1
2
5. Mesin
3
1
Giling
6. Timbangan
2
1
7. Kalakat
3
1
8. Loyang
3
1
9. Blender
1
1
10. Peralatan
1
1
Dapur
11. Gunting
1
2
Bedah
Harga
Satuan
(Rp)
2 000 000
6 000 000
350 000
300 000
300 000
Nilai (Rp)
2 000 000
6 000 000
350 000
600 000
300 000
80 000
150 000
1 500 000
170 000
228 000
80 000
150 000
1 500 000
170 000
228 000
125 000
250 000
Biaya operasional adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
produksi bandeng isi. Biaya operasional pada skenario II dapat dilihat pada Tabel
19.
Tabel 19. Biaya Operasional Per Tahun Pada Skenario II
Uraian
Jumlah
Harga Satuan
No
(Rp)
1. Ikan Bandeng
9 600 kg
15 000
2. Daging Sapi
480 kg
45 000
3. Daging Ayam
480 kg
24 000
4. Udang
768 kg
30 000
5. Bumbu
6. Gas
7. Transportasi
8. Minyak Goreng
576 L
16 000
9. Kemasan
9 600 buah
1 000
Nilai (Rp)
144 000 000
21 600 000
11 520 000
23 040 000
17 913 600
2 640 000
3 840 000
9 216 000
9 600 000
Selain biaya investasi dan biaya operasional, perusahaan juga mengeluarkan
biaya tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri atas:
73
Tabel 20. Biaya Tetap Pada Skenario II
No
Uraian
Jumlah
1. Gaji Pegawai
8 orang
2. Perawatan Kendaraan
3. Listrik, air, telepon
4. Sewa Tempat
c)
Nilai (Rp)
72 000 000
300 000
5 040 000
4 800 000
Analisis Kelayakan Finansial
Kelayakan finansial ekspansi usaha pembuatan bandeng isi dapat dilihat dari
beberapa kriteria yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil cashflow
pada skenario ini menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel 21. Hasil Analisis Finansial Skenario II
Kriteria
Net Present Value (rupiah)
Net Benefit and Cost Ratio
Internal Rate Return (persen)
Payback Periode (tahun)
Hasil
213 884 273
5,4296
91
2,13
Pada skenario II diperoleh nilai NPV>0 yaitu sebesar Rp 213.884.273
sehingga ekspansi usaha pembuatan bandeng isi ini dikatakan layak. Nilai pada
NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari ekspansi usaha pembuatan
bandeng isi pada discount rate yang berlaku. Sedangkan hasil Net B/C diperoleh
5,4296 dimana Net B/C>0 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C
sama dengan 5,4296 artinya setiap Rp 1 biaya yang telah dikeluarkan selama
umur proyek menghasilkan Rp 5,4296 manfaat bersih. IRR yang diperoleh pada
usaha pembuatan bandeng isi adalah 91 persen dan lebih besar dari discount rate
yang berlaku yaitu 8 persen. Ini berarti usaha layak untuk dilaksanakan dengan
tingkat pengembalian internal sebesar 91 persen. Sedangkan periode yang
diperlukan untuk mengembalikan semua biaya investasi adalah 2 tahun 1 bulan 16
hari.
74
d)
Analisis Switching Value
Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti
(switching value) sampai memperoleh nilai NPV yang masih memenuhi nilai
kelayakan usaha. Hasil switching value pada skenario II adalah sebagai berikut.
Tabel 22. Hasil Analisis Switching Value Skenario II
NPV
Net
Perubahan
Persentase
(persen) (rupiah)
B/C
Penurunan Penjualan
Kenaikan
Harga
Bandeng
Penurunan Harga Jual
7,88
20,49
81 368
60 497
1
1
8
8
Payback
Periode
(tahun)
9,98
9,98
7,88
81 368
1
8
9,98
IRR
(persen)
Hasil switching value pada skenario II menunjukkan bahwa perubahan
terhadap penurunan penjualan, kenaikan harga bandeng, dan penurunan harga jual
yang masih membuat usaha ini layak adalah 7,88 persen, 20,49 persen, dan 7,88
persen. Perubahan terhadap tingkat penjualan dan harga jual dapat dikatakan
berpengaruh lebih besar dibandingkan pengaruh kenaikan harga bandeng terhadap
kelayakan usaha. Berdasarkan hasil analisis switching value, ekspansi usaha masih
layak apabila besarnya penurunan penjualan dan harga jual tidak melebihi 7,88
persen. Jika penurunan yang terjadi lebih besar dari 7,88 persen, maka usaha
pembuatan bandeng isi ini menjadi tidak layak.
Sementara ekspansi usaha ini masih layak untuk dilakukan apabila kenaikan
yang terjadi pada harga bandeng tidak melebihi 20,49 persen. Hal ini dapat dilihat
dari besarnya perubahan kenaikan harga bandeng yang mencapai 20,49 persen.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa usaha pembuatan bandeng isi ini sangat
sensitif terhadap perubahan penjualan dan perubahan harga jual karena dapat
mengubah tingkat kelayakan usahanya. Sedangkan untuk perubahan harga
75
bandeng sebagai bahan baku utama pengaruhnya tidak sebesar pengaruh
perubahan penjualan dan harga jual.
6.2.3 Analisis Kelayakan Finansial Skenario III (Bahan Baku Langsung Dari
Produsen)
Pada Skenario III akan dilihat kelayakan financial dari rencana pemilik
untuk memperoleh bahan baku langsung dari produsen ikan bandeng untuk
mendapatkan harga bahan baku yang lebih murah.
a)
Analisis Hasil Inflow
Pada skenario III yaitu usaha pembuatan bandeng isi dengan perolehan
bahan baku langsung dari produsen bandeng, arus pemasukan diperoleh dari
penjualan bandeng isi yang diproduksi. Dalam hal ini perusahaan melakukan
sendiri pembelian bahan baku langsung kepada petambak ikan bandeng di daerah
Losari yang dikarenakan terjadi kelangkaan ikan bandeng di Bandung. Jumlah
bahan baku yang digunakan menggunakan kapasitas normal seperti pada skenario
pertama, hanya saja ada perbedaan pada alat produksi yang digunakan. Pada
skenario ini kendaraan yang digunakan berupa satu buah mobil pick up yang
didapat dengan sistem sewa. Selain itu ada penambahan alat berupa satu buah
tong sebagai wadah untuk membawa ikan bandeng dari Losari ke Bandung.
Berikut adalah tabel penjualan bandeng isi mulai tahun ke-1 hingga tahun
ke-10.
76
Tabel 23. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Bandeng Isi (Skenario III)
Tahun
Jumlah Produksi
Harga Satuan
Nilai (Rp)
Ke
(ekor)
(Rp/ekor)
1
14 400
13 000
187 200 000
2
14 400
13 000
187 200 000
3
14 400
13 000
187 200 000
4
14 400
13 000
187 200 000
5
14 400
13 000
187 200 000
6
14 400
13 000
187 200 000
7
14 400
13 000
187 200 000
8
14 400
13 000
187 200 000
9
14 400
13 000
187 200 000
10
14 400
13 000
187 200 000
Total
1 872 000 000
Sumber penerimaan lain adalah nilai sisa dari biaya investasi yang tidak
habis pakai pada akhir umur proyek. Nilai sisa tersebut didapat dari oven, kalakat,
wadah stainless steel, dan mesin giling. Diasumsikan nilai jual alat-alat tersebut
sama dengan nilai belinya. Nilai sisa pada skenario III disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Skenario III
Uraian
Nilai (Rp)
Umur
Penyusutan
No
Ekonomis
Per Tahun
(tahun)
1. Oven
6 000 000
3
2 000 000
2. Kalakat
150 000
3
50 000
3. Loyang
1 500 000
3
500 000
4. Mesin Giling
300 000
3
100 000
Total
Sisa (Rp)
4 000 000
100 000
1 000 000
200 000
5 300 000
Nilai sisa yang tercantum didapat dengan menggunakan metode garis lurus.
Karena pada tahun terakhir proyek penyusutan yang dikenakan hanya satu tahun
sehingga alat-alat tersebut masih memiliki nilai sisa seperti yangtercantum dalam
tabel.
77
b)
Analisis Hasil Outflow
Arus pengeluaran pada skenario III terdiri atas biaya investasi, biaya
operasional, dan biaya tetap. Biaya investasi pada skenario ini terdapat pada Tabel
25.
Tabel 25. Biaya Investasi Pada Skenario III
Harga
No
Uraian
Jumlah Panjang
(buah)
(m)/
Satuan
(Rp)
Luas
(m2)
1.
Kolam
1 buah
100 m2
200 000
Limbah
2.
Freezer
1 buah
2 000 000
3.
Mesin
1 buah
17 000 000
Vacuum
4.
Oven
1 buah
6 000 000
5.
Kompor
1 buah
350 000
6.
Tabung Gas 2 buah
300 000
7.
Mesin
1 buah
300 000
Giling
8.
Timbangan
1 buah
80 000
9.
Kalakat
1 buah
150 000
10. Loyang
1 set
1 500 000
11. Motor
1 buah
10 000 000
12. Blender
1 buah
170 000
13. Peralatan
1 set
228 000
Dapur
14. Gunting
2 buah
125 000
Bedah
15. Tong
1 buah
100 000
Nilai (Rp)
20 000 000
Umur
Ekonomis
(tahun)
10
2 000 000
17 000 000
5
10
6 000 000
350 000
600 000
300 000
3
5
1
3
80 000
150 000
1 500 000
10 000 000
170 000
228 000
2
3
3
10
1
1
250 000
1
100 000
1
Pada biaya investasi diatas, terdapat beberapa biaya yang memiliki umur
ekonomis lebih cepat daripada umur proyek. Komponen biaya tersebut harus
mengalami reinvestasi untuk menjaga kelangsungan produksi. Biaya reinvestasi
pada skenario ini terdiri atas:
78
Tabel 26. Biaya Reinvestasi Pada Skenario III
No
Uraian
Umur
Jumlah
Ekonomis (buah)/Pan
(tahun)
jang (m)
1. Freezer
5
1
2. Oven
3
1
3. Kompor
5
1
4. Tabung Gas
1
2
5. Mesin Giling
3
1
6. Timbangan
2
1
7. Kalakat
3
1
8. Loyang
3
1
9. Blender
1
1
10. Peralatan
1
1
Dapur
11. Gunting Bedah
1
2
12. Tong
1
1
Harga
Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
2 000 000
6 000 000
350 000
300 000
300 000
80 000
150 000
1 500 000
170 000
228 000
2 000 000
6 000 000
350 000
600 000
300 000
80 000
150 000
1 500 000
170 000
228 000
125 000
100 000
250 000
100 000
Komponen biaya lain yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya
operasional. Biaya-biaya ini dikeluarkan selama proses produksi dilaksanakan.
Biaya operasional pada skenario ini terdapat pada tabel berikut.
Tabel 27. Biaya Operasional Per Tahun Pada Skenario III
Uraian
Jumlah
Harga Satuan
No
(Rp)
1. Ikan Bandeng
4 800 kg
9 000
2. Daging Sapi
240 kg
45 000
3. Daging Ayam
240 kg
24 000
4. Udang
384 kg
30 000
5. Bumbu
6. Gas
7. Transportasi
8. Minyak Goreng
288 L
16 000
9. Kemasan
4 800 buah
1 000
10. Sewa Mobil
Nilai (Rp)
43 200 000
10 800 000
5 760 000
11 520 000
8 956 800
1 320 000
76 800 000
4 608 000
4 800 000
28 800 000
Selain biaya investasi dan biaya operasional, ada juga biaya tetap yang
dikeluarkan perusahaan. Biaya tetap ini terdiri dari:
79
Tabel 28. Biaya Tetap Pada Skenario III
No
Uraian
Jumlah
1. Gaji Pegawai
5 orang
2. Perawatan Kendaraan
3. Listrik, air, telepon
4. Sewa Tempat
c)
Nilai (Rp)
45 000 000
1 200 000
2 520 000
4 800 000
Analisis Kelayakan Finansial
Kelayakan finansial usaha pembuatan bandeng isi pada skenario III dapat
dilihat dari beberapa kriteria yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode.
Dari nilai kriteria tersebut barulah dapat dilihat apakah skenario III akan layak
untuk dijalankan.
Pada skenario III diperoleh nilai NPV<0 yaitu sebesar -527.334.772
sehingga usaha pembuatan bandeng isi pada skenario ini dikatakan tidak layak.
Nilai negatif pada NPV menunjukkan tidak adanya manfaat bersih yang diterima
dari usaha pembuatan bandeng isi pada discount rate yang berlaku. Karena NPV
bernilai negatif maka secara finansial usaha pembuatan bandeng isi ini tidak layak
dari kategori analisis finansial lainnya.
d)
Analisis Switching Value
Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti
(switching value) sampai memperoleh nilai NPV yang masih memenuhi kriteria
kelayakan usaha. Karena usaha pada skenario ini tidak layak dari segi finansial
maka perlakuan yang diberikan dalam perhitungan switching value sedikit
berbeda dengan yang digunakan pada skenario sebelumnya. Perubahan yang
digunakan pada skenario ini yaitu kenaikan harga, kenaikan penjualan dan
penurunan harga bandeng. Hasil switching value pada skenario III adalah sebagai
berikut.
80
Tabel 29. Hasil Analisis Switching Value Skenario III
Perubahan
Persentase
NPV
Net
(persen)
(rupiah)
B/C
Kenaikan Penjualan
Penurunan
Harga
Bandeng
Kenaikan Harga Jual
75,62
172,99
43 424
16 103
38,88
118 080
IRR
Payback
(persen) Periode
(tahun)
1
8
9,98
1
8
9,98
1
8
9,96
Dari tabel di atas dapat dilihat batas minimum perubahan kenaikan
penjualan, penurunan harga bandeng, dan kenaikan harga jual adalah 75,62
persen, 172,99 persen, dan 38,88 persen. Apabila perubahan terhadap kenaikan
penjualan, dan kenaikan harga jual yang terjadi kurang dari 77,28 persen dan
39,73 persen, maka usaha pembuatan bandeng isi ini menjadi tidak layak. Artinya
bahwa usaha ini sensitif terhadap kenaikan harga jual dibandingkan dengan
kenaikan penjualan. Sedangkan untuk penurunan harga bandeng karena memiliki
nilai diatas seratus persen karena itu dianggap tidak berpengaruh terhadap
kelayakan usaha.
6.2.4 Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Ketiga Skenario
Dari ketiga skenario pembuatan bandeng isi yang layak untuk dijalankan
yaitu skenario I dan skenario II. Sedangkan untuk pengusahaan pada skenario III
usaha pembuatan bandeng isi ini tidak layak untuk dijalankan Tetapi untuk
melihat jenis pengusahaan mana yang paling menguntungkan untuk dijalankan,
dapat dilihat dari perbandingan hasil kelayakan finansial ketiga skenario pada
tabel 30 berikut.
81
Tabel 30. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Ketiga Skenario
Kriteria
Skenario I
Skenario
Skenario III
II
13 646 116 213 884 273 -527 334 772
Net Present Value (rupiah)
5,4296
1,2994
Net Benefit and Cost Ratio
91
15
Internal Rate Return (persen)
7,60
2,12
Payback Periode (tahun)
Tabel di atas menunjukkan bahwa skenario II (ekspansi usaha dengan
meningkatkan alat produksi dan bahan baku sebanyak dua kali lipat) merupakan
skenario yang memberikan keuntungan paling besar dibandingkan dengan
skenario I dan skenario III. Berdasarkan hasil analisis finansial, nilai NPV
skenario II lebih besar dari skenario I dan III. Demikian juga dengan nilai Net B/C
dan IRR, skenario II menghasilkan Net B/C dan IRR yang lebih besar daripada
kedua skenario yang lain. Sedangkan masa pengembalian biaya investasi
(payback periode) skenario II relatif lebih cepat dibanding skenario I dan III.
6.2.5 Perbandingan Hasil Switching Value Ketiga Skenario
Untuk melihat perbandingan tingkat sensitivitas usaha pembuatan bandeng
isi pada ketiga skenario dapat dilihat dari hasil analisis switching value. Berikut
adalah tabel perbandingan hasil switching value untuk pembuatan bandeng isi
skenario I dan II.
Tabel 31. Perbandingan Hasil Switching Value Pada Skenario I dan II
(persen)
Perubahan
Skenario I
Skenario II
Penurunan Penjualan
1,00
7,88
Kenaikan Harga Bandeng
2,61
20,49
Penurunan Harga Jual
1,00
7,88
82
Sedangkan untuk pembuatan bandeng isi skenario III disajikan pada tabel
berikut. Penyajian tabel dibedakan dikarenakan perlakuan untuk skenario III
berbeda dengan perlakuan yang diberikan pada skenario I dan II.
Tabel 32. Hasil Switching Value Skenario III (persen)
Perubahan
Skenario III
Kenaikan Penjualan
Penurunan Harga Bandeng
Kenaikan Harga Jual
75,62
172,99
38,88
Dari hasil analisis switching value antara skenario I dan skenario II di atas
dapat diketahui bahwa skenario I merupakan skenario yang paling sensitif
terhadap perubahan. Batas maksimal perubahan terhadap harga jual dan tingkat
penjualan yang masih memberikan keuntungan pada skenario I hanya sebesar 1,00
persen. Sedangkan untuk skenario II sebesar 7,88 persen. Demikian pula dengan
perubahan kenaikan harga bandeng. Meskipun pengaruhnya kecil, tetap saja
skenario I merupakan usaha dengan batas maksimal perubahan yang terkecil jika
dibandingkan dengan skenario II.
Berdasarkan switching value, dapat disimpulkan bahwa perubahan harga
jual dan tingkat penjualan adalah perubahan yang paling sensitif terhadap
kelayakan ketiga skenario. Jadi berdasarkan analisis di atas skenario yang paling
menguntungkan untuk diusahakan dan memiliki tingkat sensitivitas yang kecil
terhadap perubahan adalah skenario II yaitu ekspansi usaha dengan cara
meningkatkan produksi melalui penambahan alat produksi dan bahan baku yang
digunakan sebanyak dua kali lipatnya agar kapasitas optimum produksi bandeng
isi dapat terpenuhi.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
:
1. Hasil analisis kelayakan non finansial yaitu analisis aspek pasar, bahan baku,
teknis, manajemen, hukum, dan sosial ekonomi dan lingkungan, usaha
pembuatan bandeng isi yang dijalankan oleh BANISI layak untuk
dilaksanakan.
2. Pengusahaan pembuatan bandeng isi yang dilakukan pada tiga skenario tidak
semuanya dapat mendatangkan keuntungan. Hanya dua dari tiga skenario
yang telah dirancang layak untuk diusahakan yaitu skenario I dan II,
sedangkan skenario III tidak layak untuk dijalankan jika dilihat dari aspek
finansialnya. Dari kedua skenario yang layak skenario II merupakan skenario
yang paling layak untuk dijalankan. Hal ini dilihat dari hasil analisis finansial
yang menunjukkan bahwa NPV skenario II>NPV skenario I, begitu pula
dengan nilai Net B/C dan IRR nya. Sama halnya dengan payback periode,
skenario II lebih cepat dalam hal pengembalian biaya investasi dibandingkan
dengan skenario I.
3. Jika dilihat dari hasil analisis switching value, skenario I yaitu usaha
pembuatan bandeng isi yang saat ini dijalankan adalah jenis usaha yang paling
sensitif terhadap perubahan baik penurunan harga jual, kenaikan harga
bandeng, maupun penurunan tingkat penjualan. Penurunan harga dan
penurunan
produksi
adalah
hal
yang
paling
berpengaruh
terhadap
84
kelangsungan usaha pembuatan bandeng isi pada skenarioI dan II
dibandingkan faktor kenaikan harga bandeng. Untuk skenario III kenaikan
harga jual merupakan faktor yang paling berpengaruh agar usaha pembuatan
bandeng isi ini layak untuk dijalankan dibandingkan dengan penurunan harga
bandeng dan kenaikan tingkat penjualan.
7.2 Saran
Adapun saran yang dapat direkomendasikan dalam penelitian ini antara lain :
1. Perusahaan sebaiknya melakukan ekspansi usaha yaitu dengan meningkatkan
kapasitas produksi dengan peningkatan alat produksi dan bahan baku
(skenarioII) untuk mencapai kapasitas produksi optimum perusahaan. Selain
karena ekspansi tersebut lebih menguntungkan juga lebih dapat bertahan
apabila terjadi perubahan seperti penurunan harga jual, kenaikan harga
bandeng, dan penurunan penjualan.
2. Pemilik sebaiknya menetapkan harga yang lebih tinggi untuk produk ini
karena walaupun usaha yang dijalankan saat ini dapat dikatakan layak tetapi
manfaat yang diperoleh masih sangat kecil sehingga dalam pengembalian
seluruh biaya investasi membutuhkan waktu yang sangat lama.
3. Bagi masyarakat yang tertarik pada bisnis pembuatan bandeng isi ini
walaupun layak untuk diusahakan tetapi harus memperhitungkan dengan
matang terutama untuk penetapan harga jual bandeng isi agar manfaat yang
diterima sebanding dengan biaya yang dikeluarkan dan waktu yang
dibutuhkan dalam pengembalian investasi tidak terlalu lama.
85
DAFTAR PUSTAKA
Alboneh, F. H. 2007. Analisis Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan
Bandeng di Desa Bipolo Kecamatan Sulamu Kabupaten Kupang
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Skripsi. Sarjana Fakultas Perikanan
dan Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Clive, G. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Ghufran, M. 1997. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng di Tambak Sistem
Polikultur. Semarang : Dahara Prize.
Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta : UIPress.
Hadie, W dan Jatna S. 1986. Teknik Budidaya Bandeng. Jakarta : Bhratara
Karya Aksara.
Hanafiah, A. M dan Saefudin A. M. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta :
UI Press.
Husnan, S dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : Unit
Penerbit dan Pencetak AMP YPKN.
Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Keown, A. J. 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Jilid
Satu. Edisi Kesembilan. Jakarta : PT INDEKS.
Kottler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Jakarta :
Prenhallindo.
Partomo, T. S. Dan Soejoedono, A. R. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah
dan Koperasi. Bogor : Ghalia Indonesia.
Pramuji, I. 2007. Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri Ubi Jalar (Studi
Kasus pada Agroindustri Unit Pengolahan Tepung Ubi Jalar di Desa
Giri Mulya, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Skripsi.
Sarjana Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rosmawanty. 2007. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Penggilingan
Padi (Kasus Beberapa Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten
Karawang). Skripsi. Sarjana Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Wibisono, C. H. 1997. Manajemen Modal Kerja. Yogyakarta : Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Wibowo. 1999. Petunjuk Mendirikan Usaha Kecil. Jakarta : PT. Penebar
Swadaya
86
Widiyanthi, F. 2007. Analisis Kelayakan Investasi Penambahan Mesin
Vacuum Frying Untuk Usaha Kecil Pengolahan Kacang (Studi
Kasus di PD. Barokah, Cikijing, Majalengka, Jawa Barat). Skripsi.
Sarjana Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yanuarti, A. S. 2007. Analisis Perilaku Konsumen Produk Dodol Picnic dan
Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran pada PT. Herlinah Cipta
Pratama. Skripsi. Sarjana Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
87
Lampiran
88
Lampiran 1. Layout BANISI.
Ruang Produksi
Ruang Pengemasan
Ruang Administrasi
89
Lampiran 2. Cashflow Pembuatan Bandeng Isi Skenario I.
Tahun
Uraian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Inflow
1. Penjualan
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
192,500,000
2. Nilai Sisa
Total Inflow
5,300,000
Outflow
1. Biaya Investasi
Motor
10,000,000
Kolam limbah
20,000,000
Mesin Vacuum
17,000,000
Oven
6,000,000
6,000,000
6,000,000
6,000,000
Kalakat
150,000
150,000
150,000
150,000
Kompor
350,000
Tabung Gas
Freezer
Timbangan
Loyang
600,000
350,000
600,000
600,000
600,000
600,000
2,000,000
80,000
80,000
1,500,000
Gunting Bedah
250,000
Mesin giling
300,000
600,000
600,000
600,000
600,000
600,000
2,000,000
80,000
80,000
1,500,000
250,000
250,000
250,000
80,000
1,500,000
250,000
250,000
300,000
250,000
1,500,000
250,000
250,000
300,000
250,000
300,000
Blender
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
Peralatan Dapur
228,000
228,000
228,000
228,000
228,000
228,000
228,000
228,000
228,000
228,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
8,956,800
8,956,800
8,956,800
8,956,800
8,956,800
8,956,800
8,956,800
8,956,800
8,956,800
8,956,800
10,800,000
10,800,000
10,800,000
10,800,000
10,800,000
10,800,000
10,800,000
10,800,000
10,800,000
10,800,000
2. Biaya Operasional
Bandeng
Bumbu
Daging Sapi
Daging Ayam
5,760,000
5,760,000
5,760,000
5,760,000
5,760,000
5,760,000
5,760,000
5,760,000
5,760,000
5,760,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
Minyak Goreng
4,608,000
4,608,000
4,608,000
4,608,000
4,608,000
4,608,000
4,608,000
4,608,000
4,608,000
4,608,000
Gas
1,320,000
1,320,000
1,320,000
1,320,000
1,320,000
1,320,000
1,320,000
1,320,000
1,320,000
1,320,000
Kemasan
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
Transportasi
1,920,000
1,920,000
1,920,000
1,920,000
1,920,000
1,920,000
1,920,000
1,920,000
1,920,000
1,920,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
Udang
3. Biaya Tetap
Sewa Tempat
Perawatan
Kendaraan
90
Gaji Pegawai
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
Total Outflow
232,782,800
175,402,800
175,482,800
183,352,800
175,482,800
177,752,800
183,432,800
175,402,800
175,482,800
183,352,800
Net Benefit
(45,582,800)
11,797,200
11,717,200
3,847,200
11,717,200
9,447,200
3,767,200
11,797,200
11,717,200
9,147,200
1.0000
0.9259
0.8573
0.7938
0.7350
0.6806
0.6302
0.5835
0.5403
0.5002
PV DF 8%
(45,582,800)
10,923,333
10,045,610
3,054,031
8,612,492
6,429,606
2,373,975
6,883,553
6,330,439
4,575,877
PV Negatif
(45,582,800)
Listrik, Air, Telepon
DF 8%
PV Positif
59,228,916
NPV
13,646,116
Net B/C
IRR
Payback Period
1.2994
15%
7.6019
45,000,000
91
Lampiran 3. Cashflow Pembuatan Bandeng Isi Skenario II.
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Inflow
1. Penjualan
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
374,400,000
385,000,000
2. Nilai Sisa
Total Inflow
10,600,000
Outflow
1. Biaya Investasi
Motor
20,000,000
Kolam limbah
20,000,000
Mesin Vacuum
34,000,000
Oven
12,000,000
12,000,000
12,000,000
12,000,000
Kalakat
300,000
300,000
300,000
300,000
Kompor
700,000
Tabung Gas
1,200,000
Freezer
4,000,000
Timbangan
Loyang
700,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
4,000,000
80,000
80,000
3,000,000
80,000
80,000
3,000,000
500,000
500,000
500,000
80,000
3,000,000
500,000
500,000
500,000
Mesin giling
600,000
Blender
340,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
Peralatan Dapur
456,000
456,000
456,000
456,000
456,000
456,000
456,000
456,000
456,000
456,000
600,000
500,000
3,000,000
Gunting Bedah
500,000
500,000
600,000
500,000
600,000
2. Biaya Operasional
Bandeng
144,000,000
144,000,000
144,000,000
144,000,000
144,000,000
144,000,000
144,000,000
144,000,000
144,000,000
144,000,000
Bumbu
17,913,600
17,913,600
17,913,600
17,913,600
17,913,600
17,913,600
17,913,600
17,913,600
17,913,600
17,913,600
Daging Sapi
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
Daging Ayam
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
Udang
23,040,000
23,040,000
23,040,000
23,040,000
23,040,000
23,040,000
23,040,000
23,040,000
23,040,000
23,040,000
Minyak Goreng
9,216,000
9,216,000
9,216,000
9,216,000
9,216,000
9,216,000
9,216,000
9,216,000
9,216,000
9,216,000
Kemasan
9,600,000
9,600,000
9,600,000
9,600,000
9,600,000
9,600,000
9,600,000
9,600,000
9,600,000
9,600,000
Gas
2,640,000
2,640,000
2,640,000
2,640,000
2,640,000
2,640,000
2,640,000
2,640,000
2,640,000
2,640,000
Transportasi
3,840,000
3,840,000
3,840,000
3,840,000
3,840,000
3,840,000
3,840,000
3,840,000
3,840,000
3,840,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
300,000
3. Biaya Tetap
Sewa Tempat
Perawatan
Kendaraan
92
Gaji Pegawai
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
72,000,000
5,040,000
5,040,000
5,040,000
5,040,000
5,040,000
5,040,000
5,040,000
5,040,000
5,040,000
5,040,000
Total Outflow
422,685,600
327,835,600
327,915,600
343,735,600
327,915,600
332,535,600
343,815,600
327,835,600
327,915,600
343,735,600
Net Benefit
(48,285,600)
46,564,400
46,484,400
30,664,400
46,484,400
41,864,400
30,584,400
46,564,400
46,484,400
41,264,400
1.0000
0.9259
0.8573
0.7938
0.7350
0.6806
0.6302
0.5835
0.5403
0.5002
PV DF 8%
(48,285,600)
43,115,185
39,852,881
24,342,389
34,167,422
28,492,207
19,273,360
27,169,880
25,114,075
20,642,473
PV Negatif
(48,285,600)
Listrik, Air, Telepon
DF 8%
PV Positif
262,169,873
NPV
213,884,273
Net B/C
IRR
Payback Period
5.4296
91%
2.1297
72,000,000
93
Lampiran 4. Cashflow Pembuatan Bandeng Isi Skenario III.
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Inflow
1. Penjualan
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
187,200,000
192,500,000
2. Nilai Sisa
Total Inflow
5,300,000
Outflow
1. Biaya Investasi
Kolam limbah
20,000,000
Mesin Vacuum
17,000,000
Oven
6,000,000
6,000,000
6,000,000
6,000,000
Kalakat
150,000
150,000
150,000
150,000
Kompor
350,000
Tabung Gas
600,000
Freezer
Timbangan
Loyang
350,000
600,000
600,000
600,000
600,000
2,000,000
600,000
600,000
600,000
600,000
600,000
2,000,000
80,000
80,000
1,500,000
80,000
80,000
1,500,000
250,000
250,000
250,000
80,000
1,500,000
250,000
250,000
250,000
Mesin giling
300,000
Blender
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
170,000
Peralatan Dapur
228,000
228,000
228,000
228,000
228,000
228,000
228,000
228,000
228,000
228,000
Tong
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
43,200,000
43,200,000
43,200,000
43,200,000
43,200,000
43,200,000
43,200,000
43,200,000
43,200,000
43,200,000
8,956,800
8,956,800
8,956,800
8,956,800
8,956,800
8,956,800
8,956,800
8,956,800
8,956,800
8,956,800
Daging Sapi
10,800,000
10,800,000
10,800,000
10,800,000
10,800,000
10,800,000
10,800,000
10,800,000
10,800,000
Daging Ayam
5,760,000
5,760,000
5,760,000
5,760,000
5,760,000
5,760,000
5,760,000
5,760,000
5,760,000
5,760,000
300,000
250,000
1,500,000
Gunting Bedah
250,000
250,000
300,000
250,000
300,000
2. Biaya Operasional
Bandeng
Bumbu
Udang
10,800,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
11,520,000
Minyak Goreng
4,608,000
4,608,000
4,608,000
4,608,000
4,608,000
4,608,000
4,608,000
4,608,000
4,608,000
4,608,000
Kemasan
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
Gas
1,320,000
1,320,000
1,320,000
1,320,000
1,320,000
1,320,000
1,320,000
1,320,000
1,320,000
1,320,000
Sewa Mobil
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
Transportasi
76,800,000
76,800,000
76,800,000
76,800,000
76,800,000
76,800,000
76,800,000
76,800,000
76,800,000
76,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
4,800,000
3. Biaya Tetap
Sewa Tempat
94
Perawatan Kendaraan
Gaji Pegawai
Listrik, Air, Telepon
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
45,000,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
2,520,000
298,812,800
251,432,800
251,512,800
259,382,800
251,512,800
253,782,800
259,462,800
251,432,800
251,512,800
259,382,800
(111,612,800)
(64,232,800)
(64,312,800)
(72,182,800)
(64,312,800)
(66,582,800)
(72,262,800)
(64,232,800)
(64,312,800)
(66,882,800)
1.0000
0.9259
0.8573
0.7938
0.7350
0.6806
0.6302
0.5835
0.5403
0.5002
PV DF 8%
(111,612,800)
(59,474,815)
(55,137,860)
(57,301,034)
(47,271,828)
(45,315,135)
(45,537,822)
(37,479,222)
(34,746,205)
(33,458,052)
PV Negatif
(527,334,772)
Total Outflow
Net Benefit
DF 8%
PV Positif
NPV
(527,334,772)
Net B/C
-
IRR
-
Payback Period
-
95
Lampiran 5. Laporan Laba Rugi Pengusahaan Bandeng Isi Skenario I.
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan
Penjualan
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
Nilai Sisa
Total Penerimaan
187.200.000
5.300.000
187.200.000
187.200.000
187200000
187200000
187200000
187200000
187200000
187200000
187200000
192500000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
Pengeluaran
1. Biaya Operasional
Bandeng
Bumbu
Daging Sapi
Daging Ayam
Udang
72.000.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
Minyak Goreng
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
Kemasan
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
Gas
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
Transportasi
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
121.684.800
121.684.800
121.684.800
121.684.800
121.684.800
121.684.800
121.684.800
121.684.800
121.684.800
121.684.800
65.515.200
65.515.200
65.515.200
65.515.200
65.515.200
65.515.200
65.515.200
65.515.200
65.515.200
70.815.200
Penyusutan
8.808.000
8.808.000
8.808.000
8.808.000
8.808.000
8.808.000
8.808.000
8.808.000
8.808.000
8.808.000
Sewa Tempat
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
Total Biaya Variabel
Laba Kotor
2. Biaya Tetap
Perawatan Kendaraan
Gaji Pegawai
Listrik, Air, Telepon
Total Biaya Tetap
EBIT
150.000
150.000
45.000.000
45.000.000
150.000
45.000.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
61.278.000
61.278.000
61.278.000
61.278.000
61.278.000
61.278.000
61.278.000
61.278.000
61.278.000
61.278.000
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
9.537.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
9.537.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
4.237.200
9.537.200
Biaya Bunga
EBT
Pajak Penghasilan
Laba Bersih Setelah Pajak
96
Lampiran 6. Laporan Laba Rugi Pengusahaan Bandeng Isi Skenario II.
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan
Penjualan
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
Nilai Sisa
Total Penerimaan
374.400.000
10.600.000
374400000
374.400.000
374400000
374400000
374400000
374400000
374400000
374400000
374400000
385000000
Pengeluaran
1. Biaya Operasional
Bandeng
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
Bumbu
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
144.000.000
17.913.600
Daging Sapi
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
Daging Ayam
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
Udang
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
Minyak Goreng
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
Kemasan
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
Gas
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
Transportasi
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
Total Biaya Variabel
243.369.600
243.369.600
243.369.600
243.369.600
243.369.600
243.369.600
243.369.600
243.369.600
243.369.600
243.369.600
Laba Kotor
131.030.400
131.030.400
131.030.400
131.030.400
131.030.400
131.030.400
131.030.400
131.030.400
131.030.400
141.630.400
2. Biaya Tetap
Penyusutan
Sewa Tempat
Perawatan Kendaraan
Gaji Pegawai
Listrik, Air, Telepon
15.576.000
15.576.000
15.576.000
15.576.000
15.576.000
15.576.000
15.576.000
15.576.000
15.576.000
15.576.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
Total Biaya Tetap
97.716.000
97.716.000
97.716.000
97.716.000
97.716.000
97.716.000
97.716.000
97.716.000
97.716.000
97.716.000
EBIT
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
43.914.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
43.914.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
33.314.400
43.914.400
Biaya Bunga
EBT
Pajak Penghasilan
Laba Bersih Setelah Pajak
97
Lampiran 7. Laporan Laba Rugi Pengusahaan Bandeng Isi Skenario III
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan
Penjualan
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
Nilai Sisa
Total Penerimaan
187.200.000
5.300.000
187200000
187.200.000
187200000
187200000
187200000
187200000
187200000
187200000
187200000
192500000
Pengeluaran
1. Biaya Operasional
Bandeng
Bumbu
Daging Sapi
Daging Ayam
Udang
43.200.000
43.200.000
43.200.000
43.200.000
43.200.000
43.200.000
43.200.000
43.200.000
43.200.000
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
43.200.000
8.956.800
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
Minyak Goreng
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
Kemasan
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
Gas
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
Sewa Mobil
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
Transportasi
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
Total Biaya Variabel
Laba Kotor
196.564.800
(9.364.800)
196.564.800
(9.364.800)
196.564.800
(9.364.800)
196.564.800
196.564.800
196.564.800
196.564.800
(9.364.800)
(9.364.800)
(9.364.800)
(9.364.800)
196.564.800
(9.364.800)
196.564.800
196.564.800
(9.364.800)
(4.064.800)
2. Biaya Tetap
Penyusutan
7.908.000
7.908.000
7.908.000
7.908.000
7.908.000
7.908.000
7.908.000
7.908.000
7.908.000
7.908.000
Sewa Tempat
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
Perawatan Kendaraan
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Gaji Pegawai
Listrik, Air, Telepon
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
Total Biaya Tetap
61.428.000
61.428.000
61.428.000
61.428.000
61.428.000
61.428.000
61.428.000
61.428.000
61.428.000
61.428.000
EBIT
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(65.492.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(65.492.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(70.792.800)
(65.492.800)
Biaya Bunga
EBT
Pajak Penghasilan
Laba Bersih Setelah Pajak
98
Lampiran 8. Analisis Switching Value Pola Usaha I (Penurunan Harga Jual Sebesar 1,00%)
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Inflow
1. Penjualan
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
190.628.000
2. Nilai Sisa
Total Inflow
5.300.000
Outflow
1. Biaya Investasi
Motor
10.000.000
Kolam limbah
20.000.000
Mesin Vacuum
17.000.000
Oven
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
Kalakat
150.000
150.000
150.000
150.000
Kompor
350.000
Tabung Gas
Freezer
Timbangan
Loyang
600.000
350.000
600.000
600.000
600.000
600.000
2.000.000
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
2.000.000
80.000
80.000
1.500.000
80.000
80.000
1.500.000
250.000
250.000
250.000
80.000
1.500.000
250.000
250.000
250.000
Mesin giling
300.000
Blender
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
Peralatan Dapur
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
300.000
250.000
1.500.000
Gunting Bedah
250.000
250.000
300.000
250.000
300.000
2. Biaya Operasional
Bandeng
Bumbu
Daging Sapi
Daging Ayam
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
Minyak Goreng
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
Kemasan
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
Gas
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
Transportasi
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
Udang
3. Biaya Tetap
Sewa Tempat
Perawatan Kendaraan
99
Gaji Pegawai
Listrik, Air, Telepon
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
Total Outflow
232.782.800
175.402.800
175.482.800
183.352.800
175.482.800
177.752.800
183.432.800
175.402.800
175.482.800
183.352.800
Net Benefit
(47.454.800)
9.925.200
9.845.200
1.975.200
9.845.200
7.575.200
1.895.200
9.925.200
9.845.200
7.275.200
DF 8%
1,0000
PV DF 8%
(47.454.800)
PV Negatif
(47.454.800)
PV Positif
47.534.742
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
79.942
1,0017
8%
9,9780
0,9259
9.190.000
0,8573
8.440.672
0,7938
1.567.977
0,7350
7.236.516
0,6806
5.155.554
0,6302
1.194.297
0,5835
5.791.259
0,5403
5.319.055
0,5002
3.639.411
100
Lampiran 9. Analisis Switching Value Pola Usaha I (Penurunan Volume Penjualan Sebesar 1,00%)
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Inflow
1. Penjualan
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
185.328.000
190.628.000
2. Nilai Sisa
Total Inflow
5.300.000
Outflow
1. Biaya Investasi
Motor
10.000.000
Kolam limbah
20.000.000
Mesin Vacuum
17.000.000
Oven
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
Kalakat
150.000
150.000
150.000
150.000
Kompor
350.000
Tabung Gas
Freezer
Timbangan
Loyang
600.000
350.000
600.000
600.000
600.000
600.000
2.000.000
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
2.000.000
80.000
80.000
1.500.000
80.000
80.000
1.500.000
250.000
250.000
250.000
80.000
1.500.000
250.000
250.000
250.000
Mesin giling
300.000
Blender
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
Peralatan Dapur
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
300.000
250.000
1.500.000
Gunting Bedah
250.000
250.000
300.000
250.000
300.000
2. Biaya Operasional
Bandeng
Bumbu
Daging Sapi
Daging Ayam
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
Minyak Goreng
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
Kemasan
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
Gas
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
Transportasi
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
Udang
3. Biaya Tetap
Sewa Tempat
Perawatan Kendaraan
101
Gaji Pegawai
Listrik, Air, Telepon
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
Total Outflow
232.782.800
175.402.800
175.482.800
183.352.800
175.482.800
177.752.800
183.432.800
175.402.800
175.482.800
183.352.800
Net Benefit
(47.454.800)
9.925.200
9.845.200
1.975.200
9.845.200
7.575.200
1.895.200
9.925.200
9.845.200
7.275.200
DF 8%
1,0000
PV DF 8%
(47.454.800)
PV Negatif
(47.454.800)
PV Positif
47.534.742
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
79.942
1,0017
8%
9,9780
0,9259
9.190.000
0,8573
8.440.672
0,7938
1.567.977
0,7350
7.236.516
0,6806
5.155.554
0,6302
1.194.297
0,5835
5.791.259
0,5403
5.319.055
0,5002
3.639.411
102
Lampiran 10. Analisis Switching Value Pola Usaha I (Kenaikan Harga Bandeng Sebesar 2,61%)
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Inflow
1. Penjualan
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
192.500.000
2. Nilai Sisa
Total Inflow
5.300.000
Outflow
1. Biaya Investasi
Motor
10.000.000
Kolam limbah
20.000.000
Mesin Vacuum
17.000.000
Oven
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
Kalakat
150.000
150.000
150.000
150.000
Kompor
350.000
Tabung Gas
Freezer
Timbangan
Loyang
600.000
350.000
600.000
600.000
600.000
600.000
2.000.000
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
2.000.000
80.000
80.000
1.500.000
80.000
80.000
1.500.000
250.000
250.000
250.000
80.000
1.500.000
250.000
250.000
250.000
Mesin giling
300.000
Blender
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
Peralatan Dapur
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
73.879.200
73.879.200
73.879.200
73.879.200
73.879.200
73.879.200
73.879.200
73.879.200
73.879.200
73.879.200
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
300.000
250.000
1.500.000
Gunting Bedah
250.000
250.000
300.000
250.000
300.000
2. Biaya Operasional
Bandeng
Bumbu
Daging Sapi
Daging Ayam
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
Minyak Goreng
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
Kemasan
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
Gas
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
Transportasi
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
1.920.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
Udang
3. Biaya Tetap
Sewa Tempat
Perawatan Kendaraan
103
Gaji Pegawai
Listrik, Air, Telepon
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
Total Outflow
234.662.000
177.282.000
177.362.000
185.232.000
177.362.000
179.632.000
185.312.000
177.282.000
177.362.000
185.232.000
Net Benefit
(47.462.000)
9.918.000
9.838.000
1.968.000
9.838.000
7.568.000
1.888.000
9.918.000
9.838.000
7.268.000
DF 8%
1,0000
PV DF 8%
(47.462.000)
PV Negatif
(42.311.346)
PV Positif
42.339.111
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
27.765
1,0007
8%
9,9924
0,9259
9.183.333
0,8573
8.434.499
0,7938
1.562.262
0,7350
7.231.224
0,6806
5.150.654
0,6302
1.189.760
0,5835
5.787.058
0,5403
5.315.165
0,5002
3.635.809
104
Lampiran 11. Analisis Switching Value Pola Usaha II (Penurunan Harga Jual Sebesar 7,88%)
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Inflow
1. Penjualan
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
355.497.280
2. Nilai Sisa
Total Inflow
10.600.000
Outflow
1. Biaya Investasi
Motor
20.000.000
Kolam limbah
20.000.000
Mesin Vacuum
34.000.000
Oven
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
Kalakat
300.000
300.000
300.000
300.000
Kompor
700.000
Tabung Gas
1.200.000
Freezer
4.000.000
Timbangan
Loyang
700.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
4.000.000
80.000
80.000
3.000.000
80.000
80.000
3.000.000
500.000
500.000
500.000
80.000
3.000.000
Gunting Bedah
500.000
500.000
500.000
Mesin giling
600.000
Blender
340.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
Peralatan Dapur
456.000
456.000
456.000
456.000
456.000
3.000.000
500.000
500.000
500.000
170.000
170.000
170.000
170.000
456.000
456.000
456.000
456.000
456.000
600.000
500.000
600.000
600.000
2. Biaya Operasional
Bandeng
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
Bumbu
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
Daging Sapi
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
Daging Ayam
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
Udang
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
Minyak Goreng
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
Kemasan
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
Gas
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
Transportasi
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
3. Biaya Tetap
Sewa Tempat
Perawatan Kendaraan
105
Gaji Pegawai
Listrik, Air, Telepon
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
Total Outflow
422.685.600
327.835.600
327.915.600
343.735.600
327.915.600
332.535.600
343.815.600
327.835.600
327.915.600
343.735.600
Net Benefit
(77.788.320)
17.061.680
16.981.680
1.161.680
16.981.680
12.361.680
1.081.680
17.061.680
16.981.680
11.761.680
DF 8%
1,0000
PV DF 8%
(77.788.320)
PV Negatif
(77.788.320)
PV Positif
77.869.688
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
0,9259
15.797.852
81.368
1,0010
8%
9,9862
0,8573
14.559.053
0,7938
922.179
0,7350
12.482.042
0,6806
8.413.152
0,6302
681.642
0,5835
9.955.326
0,5403
9.174.673
0,5002
5.883.768
106
Lampiran 12. Analisis Switching Value Pola Usaha II (Penurunan Volume Penjualan Sebesar 7,88%)
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Inflow
1. Penjualan
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
344.897.280
355.497.280
2. Nilai Sisa
Total Inflow
10.600.000
Outflow
1. Biaya Investasi
Motor
20.000.000
Kolam limbah
20.000.000
Mesin Vacuum
34.000.000
Oven
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
Kalakat
300.000
300.000
300.000
300.000
Kompor
700.000
Tabung Gas
1.200.000
Freezer
4.000.000
Timbangan
Loyang
700.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
4.000.000
80.000
80.000
3.000.000
80.000
80.000
3.000.000
500.000
500.000
500.000
80.000
3.000.000
500.000
500.000
500.000
Mesin giling
600.000
Blender
340.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
Peralatan Dapur
456.000
456.000
456.000
456.000
456.000
456.000
456.000
456.000
456.000
456.000
144.000.000
600.000
500.000
3.000.000
Gunting Bedah
500.000
500.000
600.000
500.000
600.000
2. Biaya Operasional
Bandeng
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
Bumbu
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
Daging Sapi
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
Daging Ayam
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
Udang
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
Minyak Goreng
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
Kemasan
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
Gas
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
Transportasi
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
3. Biaya Tetap
Sewa Tempat
Perawatan Kendaraan
107
Gaji Pegawai
Listrik, Air, Telepon
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
Total Outflow
422.685.600
327.835.600
327.915.600
343.735.600
327.915.600
332.535.600
343.815.600
327.835.600
327.915.600
343.735.600
Net Benefit
(77.788.320)
17.061.680
16.981.680
1.161.680
16.981.680
12.361.680
1.081.680
17.061.680
16.981.680
11.761.680
DF 8%
1,0000
PV DF 8%
(77.788.320)
PV Negatif
(77.788.320)
PV Positif
77.869.688
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
81.368
1,0010
8%
9,9862
0,9259
15.797.852
0,8573
14.559.053
0,7938
922.179
0,7350
12.482.042
0,6806
8.413.152
0,6302
681.642
0,5835
9.955.326
0,5403
9.174.673
0,5002
5.883.768
108
Lampiran 13. Analisis Switching Value Pola Usaha II (Kenaikan Harga Bandeng Sebesar 20,49%)
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Inflow
1. Penjualan
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
385.000.000
2. Nilai Sisa
Total Inflow
10.600.000
Outflow
1. Biaya Investasi
Motor
20.000.000
Kolam limbah
20.000.000
Mesin Vacuum
34.000.000
Oven
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
Kalakat
300.000
300.000
300.000
300.000
Kompor
700.000
Tabung Gas
1.200.000
Freezer
4.000.000
Timbangan
Loyang
700.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
4.000.000
80.000
80.000
3.000.000
80.000
80.000
3.000.000
500.000
500.000
500.000
80.000
3.000.000
500.000
500.000
500.000
Mesin giling
600.000
Blender
340.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
Peralatan Dapur
456.000
456.000
456.000
456.000
456.000
456.000
456.000
456.000
456.000
456.000
173.505.600
600.000
500.000
3.000.000
Gunting Bedah
500.000
500.000
600.000
500.000
600.000
2. Biaya Operasional
Bandeng
173.505.600
173.505.600
173.505.600
173.505.600
173.505.600
173.505.600
173.505.600
173.505.600
173.505.600
Bumbu
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
17.913.600
Daging Sapi
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
Daging Ayam
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
Udang
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
23.040.000
Minyak Goreng
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
9.216.000
Kemasan
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
Gas
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
Transportasi
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
3.840.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
3. Biaya Tetap
Sewa Tempat
Perawatan Kendaraan
109
Gaji Pegawai
Listrik, Air, Telepon
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
72.000.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
5.040.000
Total Outflow
452.191.200
357.341.200
357.421.200
373.241.200
357.421.200
362.041.200
373.321.200
357.341.200
357.421.200
373.241.200
Net Benefit
(77.791.200)
17.058.800
16.978.800
1.158.800
16.978.800
12.358.800
1.078.800
17.058.800
16.978.800
11.758.800
DF 8%
1,0000
PV DF 8%
(77.791.200)
PV Negatif
(77.791.200)
PV Positif
77.851.697
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
60.497
1,0008
8%
9,9897
0,9259
15.795.185
0,8573
14.556.584
0,7938
919.893
0,7350
12.479.925
0,6806
8.411.192
0,6302
679.827
0,5835
9.953.646
0,5403
9.173.117
0,5002
5.882.328
110
Lampiran 14. Analisis Switching Value Pola Usaha III (Kenaikan Harga Jual Sebesar 38,88%)
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Inflow
1. Penjualan
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
259.983.360
265.283.360
2. Nilai Sisa
Total Inflow
5.300.000
Outflow
1. Biaya Investasi
Kolam limbah
20.000.000
Mesin Vacuum
17.000.000
Oven
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
Kalakat
150.000
150.000
150.000
150.000
Kompor
350.000
Tabung Gas
600.000
Freezer
Timbangan
Loyang
350.000
600.000
600.000
600.000
600.000
2.000.000
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
2.000.000
80.000
80.000
1.500.000
80.000
80.000
1.500.000
250.000
250.000
250.000
80.000
1.500.000
250.000
250.000
250.000
Mesin giling
300.000
Blender
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
Peralatan Dapur
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
Tong
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
43.200.000
43.200.000
43.200.000
43.200.000
43.200.000
43.200.000
43.200.000
43.200.000
43.200.000
43.200.000
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
300.000
250.000
1.500.000
Gunting Bedah
250.000
250.000
300.000
250.000
300.000
170.000
2. Biaya Operasional
Bandeng
Bumbu
Daging Sapi
Daging Ayam
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
Minyak Goreng
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
Kemasan
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
Gas
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
Sewa Mobil
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
Transportasi
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
Udang
3. Biaya Tetap
Sewa Tempat
111
Perawatan Kendaraan
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
Total Outflow
298.812.800
251.432.800
251.512.800
259.382.800
251.512.800
253.782.800
259.462.800
251.432.800
251.512.800
259.382.800
Net Benefit
(38.829.440)
8.550.560
8.470.560
600.560
8.470.560
6.200.560
520.560
8.550.560
8.470.560
5.900.560
Gaji Pegawai
Listrik, Air, Telepon
DF 8%
1,0000
PV DF 8%
(38.829.440)
PV Negatif
(34.609.443)
PV Positif
38.947.520
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
118.080
1,1253
8%
9,9600
0,9259
7.917.185
0,8573
7.262.140
0,7938
476.744
0,7350
6.226.114
0,6806
4.219.997
0,6302
328.041
0,5835
4.989.170
0,5403
4.576.380
0,5002
2.951.749
112
Lampiran 15. Analisis Switching Value Pola Usaha III (Kenaikan Volume Penjualan Sebesar 75,62%)
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Inflow
1. Penjualan
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
328.760.640
334.060.640
2. Nilai Sisa
Total Inflow
5.300.000
Outflow
1. Biaya Investasi
Kolam limbah
20.000.000
Mesin Vacuum
17.000.000
Oven
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
Kalakat
150.000
150.000
150.000
150.000
Kompor
350.000
Tabung Gas
600.000
Freezer
Timbangan
Loyang
350.000
600.000
600.000
600.000
600.000
2.000.000
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
2.000.000
80.000
80.000
1.500.000
80.000
80.000
1.500.000
250.000
250.000
250.000
80.000
1.500.000
250.000
250.000
250.000
Mesin giling
300.000
Blender
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
Peralatan Dapur
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
Tong
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
Bandeng
75.867.840
75.867.840
75.867.840
75.867.840
75.867.840
75.867.840
75.867.840
75.867.840
75.867.840
75.867.840
Bumbu
15.729.932
15.729.932
15.729.932
15.729.932
15.729.932
15.729.932
15.729.932
15.729.932
15.729.932
15.729.932
Daging Sapi
18.966.960
18.966.960
18.966.960
18.966.960
18.966.960
18.966.960
18.966.960
18.966.960
18.966.960
18.966.960
Daging Ayam
10.115.712
10.115.712
10.115.712
10.115.712
10.115.712
10.115.712
10.115.712
10.115.712
10.115.712
10.115.712
Udang
20.231.424
20.231.424
20.231.424
20.231.424
20.231.424
20.231.424
20.231.424
20.231.424
20.231.424
20.231.424
Minyak Goreng
8.092.570
8.092.570
8.092.570
8.092.570
8.092.570
8.092.570
8.092.570
8.092.570
8.092.570
8.092.570
Kemasan
8.429.760
8.429.760
8.429.760
8.429.760
8.429.760
8.429.760
8.429.760
8.429.760
8.429.760
8.429.760
Gas
2.318.184
2.318.184
2.318.184
2.318.184
2.318.184
2.318.184
2.318.184
2.318.184
2.318.184
2.318.184
Sewa Mobil
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
Transportasi
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
300.000
250.000
1.500.000
Gunting Bedah
250.000
250.000
300.000
250.000
300.000
170.000
2. Biaya Operasional
3. Biaya Tetap
Sewa Tempat
113
Perawatan Kendaraan
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
Total Outflow
367.600.382
320.220.382
320.300.382
328.170.382
320.300.382
322.570.382
328.250.382
320.220.382
320.300.382
328.170.382
Net Benefit
(38.839.742)
8.540.258
8.460.258
590.258
8.460.258
6.190.258
510.258
8.540.258
8.460.258
5.890.258
Gaji Pegawai
Listrik, Air, Telepon
DF 8%
1,0000
PV DF 8%
(38.839.742)
PV Negatif
(34.626.756)
PV Positif
34.670.181
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
43.424
1,0013
8%
9,9853
0,9259
7.907.647
0,8573
7.253.308
0,7938
468.566
0,7350
6.218.542
0,6806
4.212.986
0,6302
321.549
0,5835
4.983.159
0,5403
4.570.814
0,5002
2.946.596
114
Lampiran 16. Analisis Switching Value Pola Usaha III (Penurunan Harga Bandeng Sebesar 172,99%)
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Inflow
1. Penjualan
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
187.200.000
2. Nilai Sisa
Total Inflow
-
Outflow
1. Biaya Investasi
Kolam limbah
20.000.000
Mesin Vacuum
17.000.000
Oven
17.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
Kalakat
150.000
150.000
150.000
150.000
Kompor
350.000
Tabung Gas
600.000
Freezer
Timbangan
Loyang
350.000
600.000
600.000
600.000
600.000
2.000.000
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
2.000.000
80.000
80.000
1.500.000
80.000
80.000
1.500.000
250.000
250.000
250.000
80.000
1.500.000
250.000
250.000
250.000
Mesin giling
300.000
Blender
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
170.000
Peralatan Dapur
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
228.000
Tong
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
(31.531.680)
(31.531.680)
(31.531.680)
(31.531.680)
(31.531.680)
(31.531.680)
(31.531.680)
(31.531.680)
(31.531.680)
(31.531.680)
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
8.956.800
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
300.000
250.000
1.500.000
Gunting Bedah
250.000
250.000
300.000
250.000
300.000
170.000
2. Biaya Operasional
Bandeng
Bumbu
Daging Sapi
Daging Ayam
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
5.760.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
Minyak Goreng
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
4.608.000
Kemasan
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
Gas
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
Sewa Mobil
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
28.800.000
Transportasi
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
76.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
Udang
3. Biaya Tetap
Sewa Tempat
115
Perawatan Kendaraan
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
Total Outflow
224.081.120
176.701.120
176.781.120
184.651.120
176.781.120
196.051.120
184.731.120
176.701.120
176.781.120
184.651.120
Net Benefit
(36.881.120)
10.498.880
10.418.880
2.548.880
10.418.880
2.468.880
10.498.880
10.418.880
2.548.880
Gaji Pegawai
Listrik, Air, Telepon
DF 8%
1,0000
PV DF 8%
(36.881.120)
PV Negatif
(42.905.044)
PV Positif
42.921.147
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
16.103
1,0004
8%
9,9874
0,9259
9.721.185
0,8573
8.932.510
0,7938
2.023.383
0,7350
7.658.188
(8.851.120)
0,6806
(6.023.924)
0,6302
1.555.813
0,5835
6.125.996
0,5403
5.628.997
0,5002
1.275.075
116
Lampiran 17. Pola Produksi Pembuatan Bandeng Isi.
Kegiatan
Persiapan Bahan Baku
Pengisian Bahan Isian ke Dalam
Bandeng
Pengolahan Dengan Kalakat
Pendinginan
Pemanggangan
Pendinginan
Pengemasan
22.00
23.00
00.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00
07.00
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
Download