Diskusi

advertisement
Page |1
Policy Paper PPSN
tentang
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
An abstract
Adaptation program is defined as an action to assist
community and the ecosystem to cope with the impacts of climate
change. It is a strategy to cope with the problem and to take
advantage the impacts of climate change for social benefit.
Through the Nairobi Work Program (NWP), the international
community in the UNFCCC COP 2006 in Nairobi supports and
promotes the understanding and the policy actions of the
adaptation program.
The aims of the adaptation program is to plan sustainable
development taking into account the impacts of the climate change
and anticipate climate change related disasters. It is recommended
that the policy action of the adaptation program is geared towards
social welfare, towards food and energy security as well the
fulfillment of basic needs necessities.
The policy actions proposed are: (1) National Seminar on
“Adaption for Social Welfare” : Actions Plans for the Main
Ecosystem and Sectors, “ (2) Studies on the Identification of Proper
Strategy of Adaptation for Social Welfare: Existing Research
Findings, Research for Main Ecosystem and Sectors Priorities and
the Adaptation program based on the Comparative Studies of
Different Climactic Areas (3). Implementation of the delivery for
Technology Needs Assesment of the Adaption for Social Welfare,
Page |2
Latar Belakang
Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, merupakan salah satu
negara yang paling rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Secara umum,
model perubahan iklim global memprediksi semua wilayah Indonesia akan mengalami
kenaikan temperatur termasuk temperatur permukaan laut yang dapat meningkatkan dan
mengubah pola serta intensitas curah hujan yang akan meningkatkan risiko banjir dan
kekeringan pada musim kemarau. Hal ini memberikan dampak antara lain, kekeringan
berkepanjangan, banjir, bertambahnya frekuensi peristiwa iklim ekstrim yang
mempengaruhi kesehatan dan mata pencaharian masyarakat serta biodiversitas dan
kestabilan ekonomi yang pada akhirnya dapat meningkatkan ancaman terhadap
keberhasilan pencapaian pembangunan sosial ekonomi Indonesia.
Perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global menyebabkan beberapa hal
diantaranya, peningkatan permukaan laut dan berkurangnya daratan, peningkatan suhu
udara, dan peningkatan bencana kekeringan dan banjir. Peningkatan permukaan laut
disebabkan melelehnya es di kutub, karena peningkatan suhu. Peningkatan permukaan air
laut berarti juga pengurangan luas daratan. Peningkatan suhu udara, karena bocornya
ozon sehingga terik matahari menembus bumi. Dengan demikian, perubahan iklim terkait
erat dengan perubahan keadaan cuaca rata-rata atau perubahan distribusi peristiwa cuaca
rata-rata, yang dikelompokkan sebagai perubahan iklim antropogenik atau lebih umumnya
dikenal sebagai pemanasan global/pemanasan global antropogenik. Faktor penyebabnya
antara lain perubahan aktivitas matahari dan aktivitas kehidupan manusia yang
menimbulkan gas rumah kaca.
Realitasnya selama lebih dari 50 tahun terakhir, konsentrasi gas rumah kaca yang
meningkat memiliki pengaruh yang lebih besar daripada perubahan energi matahari.
Sebelum revolusi industri, suhu bumi rata-rata 14 derajat Celcius. Namun sejak tahun
1900 cenderung naik menembus batas diatas, dan ditahun 2000 berada pada 0,4 derajat
Celcius diatas rata-rata antara tahun 1961-1990. Implikasinya, pemanasan global
berpengaruh terhadap sistem iklim bumi, suhu udara global meningkat karena adanya
peningkatan gas rumah kaca di atmosfer, perubahan jumlah energi yang dihasilkan
matahari dan aktivitas manusia.
Pengaruh aktivitas manusia terhadap sistem iklim sangat jelas. Sejak pertengahan
abad ke-20, antara 95% sampai dengan 100% aktivitas manusia telah menjadi penyebab
Page |3
dominan terjadinya pemanasan global. Meningkatnya suhu permukaan bumi
mengakibatkan
perubahan iklim ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan
terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk
menyerap karbon dioksida di atmosfer. Aktivitas manusia seperti pembakaran bahan
bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan
tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya, menyebabkan naiknya konsentrasi
gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer, yang pada gilirannya
menimbulkan efek gas rumah kaca (GRK). Total emisi CO2 di atmosfer bumi sangat
menentukan besaran peningkatan pemanasan permukaan rata-rata global yang akan terus
terjadi, bahkan setelah abad ke-21. Jika kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap
seperti sekarang, akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5 - 4,5 °C
sekitar tahun 2030.
Pada gambar dibawah, tampak bahwa interelasi antara GRK yang terjadi karena
antropogenik dan/atau alami dengan pemanasan global, perubahan iklim serta berdampak
terhadap beberapa sektor antara lain kesehatan, pertanian, hutan, SDA,
laut/pantai/pesisir, dan biodiversity.
Sumber GRK Secara Antropogenik dan Alami
ANTROPOGENIK
(Bahan Bakar Fosil, Deforestasi, Landuse, dll)
ALAMI
CO2  25 Juta Ton /tahun
Non CO2  30 Juta Ton eq.CO2/tahun
GRK (CO2)
Efek rumah kaca
Pemanasan Global
Naiknya suhu
Mencairnya es kutub
(Naik muka air laut, Banjir, Kekeringan,
Gelombang panas, Angin putting beliung, dll)
Dampak Perub Iklim
Kesehatan
Pertanian
Hutan
SD Air
Laut/ Pantai
Biodiversitas
• Kualitas udara
• Penyakit
• Hasil panen
tanaman
• Perubahan komposisi
• Produktivitas dan
kesehatan
• Penyediaan air
• Kualitas air
• Erosi pantai
• Tenggelamnya
pulau2
• Hilangnya
spesies
• Mortalitas
• Kebuutuhan iirigasi
• Penyakit
infeksi
12/16/2014
Summary AR5 2013 - IPCC
• Jarak geografi
(Geographical range)
• Kompetisi
• Perub. ekosistem
7
Page |4
Implikasi lanjutan dari GRK antara lain adalah perubahan dalam siklus hidrologi
global sebagai dampak dari pemanasan permukaan bumi, dan akan terjadi dengan besaran
yang berbeda pada setiap wilayah. Terjadi peningkatan variabilitas curah hujan, baik
antara wilayah basah dan kering, maupun antara musim basah dan musim kering.
Perubahan iklim diprediksi akan terus berlangsung sampai abad mendatang, meskipun
pelepasan emisi CO2 dan gas rumah kaca ke atmosfer dihentikan.
Adanya dampak perubahan iklim itulah yang menjadi latar belakang pentingnya
adaptasi. Lebih dari itu, program adaptasi dari segi ekonomi menjadi penting karena
dampak perubahan iklim dapat menurunkan tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Hal ini berarti kita berupaya meningkatkan ketahanan pangan dan energi masyarakat
terutama secara ekonomi terhadap dampak perubahan iklim. Yang perlu diperhatikan
adalah kehilangan potensial yang terkait dengan dampak perubahan iklim terhadap isu
ekonomi pada waktu yang akan datang.
Upaya yang terus dilakukan antara lain,
bagaimana kerugian ekonomi tersebut dapat ditekan, bagaimana pendapatan masyarakat
dapat dipertahankan atau ditingkatkan, bagaimana cara mengukurnya, investasi apa yang
diperlukan, dan kebijakan ekonomi apa yg diharapkan dapat dilakukan.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang sangat rentan terhadap
dampak perubahan iklim memerlukan upaya adaptasi. Argumentasinya, perubahan iklim
menimbulkan dampak pada seluruh bidang kehidupan, pertanian, kehutanan, kesehatan,
dan infrastruktur dan terutama terhadap ekosistem atau sektor utama laut dan pantai.
Ekosistem dan sektor utama ini sangat terkait dengan kesejahteraan masyarakat. Dengan
demikian, menjadi signifikan dilaksanakannya berbagai program adaptasi untuk ekosistem,
agar mampu memelihara dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dampak Perubahan Iklim
Dari iklim menghasilkan suhu dan curah hujan yang memungkinkan tumbuhan,
binatang, dan manusia dapat hidup. Tanpa suhu dan curah hujan yang tepat, tumbuhtumbuhan dan pohon tidak dapat berkembang, binatang tidak akan memiliki makanan
yang cukup, dan manusia tidak dapat bertahan hidup. Cuaca mencakup suhu, curah hujan,
badai di tempat dan hari tertentu atau selama masa yang sangat singkat, seperti dalam
satu musim. Dampak perubahan iklim diklasifikasikan menjadi dampak untuk pesisir laut,
pertanian, kehutanan, infrastruktur dan kesehatan. Rinciannya sebagai berikut :
Page |5
1. Dampak terhadap Pesisir dan Laut.
Secara alamiah potensi laut dan pantai di Indonesia antara lain, (1) Memiliki
17,480 pulau dan 95.181 km panjang garis pantai. (2) Produktivitas hayati tinggi
dengan keanekaragaman hayati laut tropis terkaya di dunia. (3) Kontribusi ekonomi
sektor kelautan dan perikanan pada GDP sebesar 24,5% dari total GDP nasional, hanya
+ 2,5% berasal dari komoditas perikanan. (4) 55% produksi perikanan berasal dari
wilayah pesisir. (5) Wilayah pesisir Indonesia mengandung sekitar 2.500 spesies
moluska, 2.000 spesies krustase, 6 spesie penyu, 30 spesies mamalia laut, dan lebih
dari 2.000 spesies ikan. Luas terumbu karang mencapai 32.935 km2 (sekitar 16,5% dari
luas terumbu dunia), dan terdiri atas 70 genus dan lebih dari 500 spesies karang.
Namun demikian, kondisi itu, (1) Rentan terhadap perubahan lingkungan dan ancaman
bencana, konflik pemanfaatan ruang, illegal fishing dan merusak produksi perikanan
yang menurun sejak 1990, (2) Overfishing, tangkapan semakin kecil dan fishing ground
semakin jauh.
Berdasarkan hasil survei, perubahan iklim akan berdampak pada kenaikan
permukaan air laut di Pantura antara 6-10 mm per tahun dan meningkatkan
kerentanan di sektor kelautan karena kenaikan permukaan air laut, berupa hilangnya
wilayah daratan dan perubahan garis pantai. Perairan laut Indonesia terdiri dari
berbagai potensi sumber daya laut, diantaranya; transportasi, produksi minyak dan
gas, perikanan, budidaya laut, dan pariwisata. Salah satu interaksi paling sederhana
antara laut dan atmosfer adalah pemanasan permukaan laut yang menghasilkan
gerakan massa udara ke atas yang menghasilkan sirkulasi udara. Dengan demikian,
perubahan iklim akan berdampak pada sumberdaya pesisir dan laut, terutama karena
(1) Kenaikan permukaan laut. (2) Perubahan suhu permukaan laut. (3) Perubahan
keasaman air. (4) Peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian ekstrim seperti badai
tropis dan gelombang tinggi.
Khusus bagi hutan mangrove sebagai salah satu aspek penting dari ekosistem
pesisir dan pantai akan mengalami dampak perubahan permukaan air laut. Jika
dalam keadaan normal laju perubahan muka air laut adalah 12 cm/100 th (Delft
Hydraulics, 1993), maka dalam keadaan perubahan iklim dengan laju perubahan muka
air laut 100 cm/100 th, akan terjadi pergeseran hutan mangrove ke hulu dan
diperkirakan sekitar 57% kawasan hutan mangrove akan punah.
Page |6
Kerentanan lainnya dari daerah pesisir terkait dengan perubahan iklim adalah, (1)
lebih kurang 8,000 desa pesisir dengan populasi sekitar 16 juta jiwa akan mengalami
kenaikan indeks kemiskinan mencapai 32% yang disebabkan oleh kehilangan
pendapatan akibat sulit melaut, (2) keterbatasan sarana prasarana pendukung, tingkat
pendidikan, jauh dari jangkauan layanan administrasi dan sosial terganggu oleh
perubahan iklim sehingga kerentanannya lebih tinggi, (3) perubahan iklim akan
semakin menurunkan kapasitas yang ada dalam menghadapi bencan.
Risiko lanjutannya adalah, (1) penurunan dan kerusakan aset ekonomi dan
infrastruktur, (2) Erosi dan kerusakan perikanan dan situs aqua-budidaya di wilayah
pesisir, (3) kerusakan keanekaragaman hayati pesisir dan laut, (4) kerusakan
terumbu karang dan habitat lainnya, (5) Peningkatan gangguan dan ancaman
terhadap pulau yang rendah, termasuk pulau-pulau kecil terluar, dapat dijadikan
sebagai titik pangkal oleh pihak tertentu untuk menganggu Indonesia.
2.
Dampak terhadap Pertanian.
Pertanian merupakan sektor penting dalam menyediakan bahan pangan dan
menyerap tenaga kerja terbesar. Perubahan iklim memberikan dampak pada kenaikan
suhu dan perubahan curah hujan dan membawa dampak negatif bagi sektor pertanian.
Hasil sektor pertanian menurun dengan adanya perubahan iklim, perubahan pola
tanam, gangguan banjir atau sebaliknya kekeringan menimbulkan kenaikan harga
komoditas pertanian domestik maupun import yang terpengaruh perubahan iklim
pula.
Hampir semua sub-sektor pertanian, terutama hortikultura dan ternak, mempunyai
risiko tinggi terancam dampak perubahan iklim. Di sisi lain, sektor pertanian dituntut
untuk berperan dalam pengembangan bahan bakar nabati (BBN) atau bioenergi
seperti biodiesel, bioetanol, dan biogas. Sumber utama biodiesel adalah kelapa sawit,
kelapa, jarak pagar, dan kemiri. Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim
terhadap sektor pertanian diperlukan arah dan strategi antisipasi dan penyiapan
program aksi adaptasi dengan dukungan teknologi inovatif dan adaptif. Bahkan, sektor
pertanian dalam menghadapi perubahan iklim memposisikan upaya adaptasi sebagai
prioritas utama. Upaya adaptasi dipandang sebagai langkah penyelamatan agar
ketahanan pangan dan sasaran pembangunan tercapai.
Page |7
Upaya adaptasi dilakukan melalui pengembangan pertanian yang berdaya tahan
(resilience) terhadap variabilitas dan perubahan iklim saat ini dan di masa yang akan
datang. Upaya yang sistematis dan terintegrasi dengan strategi yang handal, serta
komitmen dan tanggung jawab bersama dari berbagai pemangku kepentingan dan
para pihak, sangat diperlukan dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim. Untuk
dapat diimplementasikan dengan mudah di lapangan, upaya antisipasi dampak
perubahan iklim memerlukan sosialisasi dan pedoman yang jelas, termasuk strategi
dan program aksi adaptasi. Pedoman ini menguraikan beberapa dampak perubahan
iklim terhadap masing masing sub-sektor serta arah, strategi, dan program aksi
adaptasi sector pertanian. Pada tataran teknis harus pandai (1) menemukan benih
yang anti kekeringan untuk pertanian (finding anti dryness seed for agriculture), (2)
menemukan pertanian yang masih bertahan walaupun airnya kurang, (3) memberikan
sosialisasi kepada masyarakat mengenai adaptasi perubahan iklim pada pertanian.
Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian bersifat multidimensional,
mulai dari sumberdaya, infrastruktur pertanian, dan sistem produksi pertanian, hingga
aspek ketahanan dan kemandirian pangan, serta kesejahteraan petani dan masyarakat
pada umumnya. Pengaruh tersebut dibedakan atas dua indikator, yaitu kerentanan
dan dampak. Secara harfiah, kerentanan (vulnerable) terhadap perubahan iklim
adalah kondisi yang mengurangi kemampuan (manusia, tanaman, dan ternak)
beradaptasi dan/atau menjalankan fungsi fisiologis/biologis, perkembangan/fenologi,
pertumbuhan dan produksi serta reproduksi secara optimal (wajar) akibat cekaman
perubahan iklim.
Dampak perubahan iklim pada pertanian di daerah tropika akibat dari: Iklim
ekstrem antara lain adalah perubahan pola air hujan: banjir, run-off, longsor,
kekeringan, penyakit tanaman. Pada tataran ini diperlukan prediksi iklim dan
pemodelan iklim. Model iklim adalah representasi numerik dari persamaanpersamaan dasar yang menggambarkan perilaku sistem iklim dan interaksi model
cuaca menghitung kondisi atmosfer yang digambarkan oleh variabel-variabel atmosfer
pada suatu saat di suatu wilayah, misalnya sebuah kota. Model cuaca sangat
bergantung dari input kondisi awal, kondisi skala global, dan membutuhkan resolusi
grid yang tinggi untuk menghitung kondisi cuaca secara akurat. Pengembangan sistem
model iklim berdasarkan sintesa Kopel.
Page |8
Pemodelan Iklim, bukan untuk memahami apakah iklim akan berubah, tetapi
menuju arah mana dan apa penyebabnya. Keadaan iklim menentukan kecendrungan
terjadinya erosi yang mencerminkan keadaan pola hujan. Selain pola hujan, jenis dan
pertumbuhan vegetasi serta jenis tanah juga mempengaruhi erosi di daerah tropis.
Hujan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap erosi di Indonesia,
dimana besarnya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan kekuatan
dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan dan
kerusakan erosi. Berbagai upaya untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim
antara lain :
(1) Pembuatan waduk untuk menampung air hujan, sehingga tidak terjadi banjir dan
memanfaatkannya untuk irigasi atau lainnya pada saat kekurangan air
(kekeringan).
(2) Pembuatan embung mulai dari hulu hingga hilir.
(3) Memanfaatkan informasi dan prakiraan iklim untuk memberikan peringatan dini
dan rekomendasi pada masyarakat.
(4) Mempelajari sifat-sifat iklim dan memanfaatkan hasilnya untuk menyesuaikan
pola tanam agar terhindar dari puso.
(5) Meningkatkan sistem pengamatan cuaca sehingga antisipasi penyimpangan iklim
dapat diketahui lebih awal.
(6) Memetakan daerah rawan bencana alam banjir dan kekeringan untuk penyusunan
pola tanam dan memilih jenis tanaman yang sesuai. Memilih tanaman yang sesuai
dengan pola hujan, misal: menggunakan tanaman atau varietas yang tahan
genangan, tahan kering, umur pendek dan persemaian kering; kombinasi
tanaman, sehingga apabila sebagian tanaman mengalami puso, yang lainnya tetap
bertahan dan memberikan hasil.
(7) Melakukan sistem pertanian konservasi seperti terasering, menanam tanaman
penutup tanah, melakukan pergiliran tanaman dan penghijauan DAS (Daerah
Aliran Sungai).
3.
Dampak terhadap Kehutanan.
Hutan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia yang
tinggal di dalam dan di sekitar hutan dan masyarakat secara keseluruhan. Menurut
Bank Dunia lebih dari satu milyar orang sangat tergantung pada hutan sebagai sumber
Page |9
kehidupan mereka. Ratusanjuta manusia juga bergantung pada bahan obat-obatan
tradisional yang berasal dari tumbuhan hutan. Sebagian besar asupan protein yang
dikonsumsi masyarakat pedesaan berasal dari berburu dan memancing dilahan hutan.
Hutan juga sangat penting dipandang dari sudut komersial. Perubahan iklim bisa
memengaruhi hutan dengan mengubah frekuensi, intensitas, masa dan waktu
kebakaran, kekeringan, spesies introduksi, wabah serangga dan patogen, angin topan,
angin ribut, atau tanah longsor.
Indonesia dikaruniai dengan salah satu hutan tropis yang paling luas dan paling kaya
akan keanekaragaman hayatinya. Puluhan juta masyarakat Indonesia mengandalkan
hidup dan mata pencahariannya dari hutan, baik dari mengumpulkan berbagai jenis
hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau bekerja pada sektor
industri pengolahan kayu. Hutan tropis ini merupakan habitat flora dan fauna yang
kelimpahannya tidak tertandingi oleh negara lain dengan ukuran luas yang sama.
Bahkan sampai sekarang hampir setiap ekspedisi ilmiah yang dilakukan di hutan tropis
Indonesia selalu menghasilkan penemuan species baru. Di Indonesia, hutan
menempati 60% dari luas tanah. Berdasarkan hasil analisis FWI dan GFW dalam kurun
waktu 50 tahun, luas tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar 40% dari
total tutupan hutan di seluruh Indonesia. Dan sebagian besar, kerusakan hutan
(deforestasi) di Indonesia akibat dari sistem politik dan ekonomi yang memperlakukan
sumber daya hutan sebagai sumber pendapatan dan dieksploitasi untuk kepentingan
politik serta keuntungan pribadi.
Hutan memiliki banyak fungsi: antara lain : (1) Menyediakan habitat bagi tumbuhan
dan hewan. (2) Mempengaruhi sejumlah dan ketersediaan air limpasan. (3)
Menyediakan lokasi untuk rekreasi. (4) Menyediakan kayu bangunan, pulp kayu, kayu
bakar Pengerusakan hutan menyumbang 20% dari emisi GRK setiap tahun. Namun
demikian, hutan rawa gambut lenyap akibat pembalakan, pengeringan dan di bakar
untuk perluasan kelapa sawit. Lahan gambut ini (kadang-kadang hingga kedalaman 12
meter) menyimpan karbon yang sangat besar. Ketika dikeringakan dan dibakar akan
menjadi sebuah bom karbon, melepaskan hampir dua milliyar ton karbondioksida
berbahaya setiap tahun.
Perubahan iklim berarti bahwa daratan, hutan, sumber daya air, perilaku binatang,
produksi hasil panen, dan hal lainnya di bumi akan berubah. Cara kita menanam
tanaman pangan, jenis tumbuhan yang dapat hidup di berbagai area yang berbeda,
P a g e | 10
pola curah hujan serta cuaca panas dan dingin semuanya akan terus berubah jika kita
tidak menghentikan proses pemanasan global dan perubahan iklim.
Manusia,
tumbuhan, dan binatang tidak akan mampu bertahan di daerah yang terlalu panas
atau di tempat yang kebanjiran akibat naiknya tinggi air laut. Jika ingin bertahan
hidup di bumi ini di masa mendatang, kita harus menghentikan kegiatan yang
menyebabkan perubahan iklim dan belajar melakukan penyesuaian dengan cara-cara
baru dalam melakukan sesuatu.
4.
Dampak terhadap Kesehatan.
Perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan manusia, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Perubahan iklim juga dapat mengubah kualitas air, udara,
makanan, ekologi vector, ekosistem, pertanian, industri, dan perumahan. Semua
aspek tersebut memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan kualitas hidup
manusia. Perubahan iklim telah menciptakan suatu rangkaian kausalitas kompleks
yang berujung pada dampak kesehatan, misalnya saja, kualitas dan suplai makanan.
Telah disebutkan dalam penjelasan sebelumnya, aktivitas antropogenik manusia telah
merubah wajah vegetasi bumi. Kualitas dan kuantitas air tanah dan permukaan kini
juga berada dalam ancaman. Perubahan cuaca, kelembaban, suhu udara, arah dan
kekuatan angin juga mempengaruhi perilaku hama.
Perubahan iklim mengakibatkan munculnya berbagai gangguan kesehatan, seperti
serangan heat stroke, kematian akibat tersambar petir, busung lapar akibat gagal
panen yang disebabkan perubahan pola hujan, dan gangguan kesehatan lainnya
membutuhkan penanganan istimewa, tidak bisa disamakan dengan kejadian penyakit
biasa. Hal tersebut membutuhkan rancangan sistem kesehatan yang disesuaikan
dengan perkiraan dampak perubahan iklim sehingga fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada mampu menampung, menangani, dan mengendalikan kasus-kasus tersebut.
Ketika perubahan iklim datang, maka kesehatan manusia akan berada dalam
ketidakpastian waktu.
Kasus bisa terjadi sewaktu-waktu dengan kuantitas dan kualitas dampak yang juga
tidak dapat dipastikan. Sistem pelayanan kesehatan akan menemui berbagai macam
tantangan yang rumit seperti naiknya biaya pelayanan kesehatan, komunitas yang
mengalami penuaan dini, dan berbagai tantangan lainnya sehingga strategi
pencegahan yang efektif sangat dibutuhkan (Menne, 2008).
P a g e | 11
Banjir mengakibatkan kesehatan manusia terancam berbagai penyakit menular dan
penyakit mental. Leptospirosis, diare, gangguan saluran pernapasan, scabies, dan
penyakit lainnya mengancam warga pasca banjir. Secara teoritis, banjir adalah hasil
dari interaksi dari curah hujan, run-off permukaan, evaporasi, angin, tinggi permukaan
air laut, dan topografi lokal. Bencana banjir dan badai mulai muncul dalam 2 dekade
ini. Bahaya perubahan iklim mempengaruhi kesehatan melalui jalur kontaminasi
mikroba dan transmisi dinamis. Dampak kesehatan yang dapat terjadi dari proses
tersebut diantaranya efek peningkatan temperatur terhadap kesakitan dan kematian,
bencana akibat cuaca ekstrim, peningkatan pencemaran udara, penyakit bawaan air
dan makanan, dan penyakit bawaan vektor dan hewan pengerat.
5.
Dampak terhadap Infrastruktur.
Infrastruktur yang dibahas adalah infra struktur teknis atau fisik berupa jalan raya,
jembatan, jalan rel kereta api, pelabuhan, bandar udara, dan jaringan irigasi, distribusi
energi listrik serta gas. Infrastruktur Indonesia sudah mencapai risiko tinggi, terutama
di bidang transportasi dan di sektor listrik, sumber daya air, dan sanitasi. Berbagai
organisasi internasional mengatakan bahwa, negara berkembang akan mengalami
dampak perubahan iklim terparah secara ekonomi dibandingkan dengan negara maju.
Cuaca dan iklim mempunyai peranan yang besar tehadap infrastruktur. Faktor cuaca,
suhu, arah dan kecepatan angin, awan, dan kabut sangat mempengaruhi kekuatan dan
daya tahan konstruksi infrastruktur.
Konstruksi infrastruktur akan mengalami
keretakan, aus, jebol, runtuh akibat perubahan ekstrim suhu, hantaman banjir, badai ,
puting beliung
Merujuk pada hal diatas konstruksi infrastruktur harus benar benar tahan terhadap
pengaruh perubahan iklim dan untuk itu, kualitas struktur bangunan dan jaringan
infratruktur harus memenuhi standar internasional.
6 . Implementasi Delivery Technology Need Assessment (TNA).
Perubahan iklim mendorong sektor pertanian melakukan mitigasi dan adaptasi.
Pada tataran ini peran teknologi sangat menentukan tingkat keberhasilannya.
Teknologi untuk mitigasi dipilih berdasarkan pada potensi pengurangan emisi gas
rumah kaca. Kriteria spesifik sektor ini didasarkan pada situs dan pengguna teknologi
P a g e | 12
mitigasi tertentu. Terkait proyek Technology Need Assessment (TNA) maka UNFCCC
membantu negara berkembang untuk menentukan prioritas teknologi dalam
melakukan mitigasi emisi gas rumah kaca dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Proyek TNA dilaksanakan oleh United Nations Environment Programme ( UNEP ) dan
UNEP Risoe Centre on behalf of the Global Environment Facility (GEF).
Kriteria untuk memilih teknologi mitigasi pada TNA dari sektor pertanian
didasarkan pada tiga pertimbangan yaitu: (1) Teknologi mitigasi harus berkontribusi
untuk tiga tujuan penting yaitu mewujudkan ketahanan pangan, meningkatkan
pendapatan petani, dan pengembangan agribisnis. Teknologi mitigasi harus ekonomis
dan menguntungkan, secara sosial diterima, dan ramah lingkungan. (2) Teknologi
harus membahas mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
emisi rendah misalnya tanaman varietas, kompos dan meningkatkan penyerapan
karbon. (3) Kontribusi terhadap potensi pasar yang dapat melibatkan analisis modal
dan biaya operasi relatif terhadap alternatif ketersediaan teknologi komersial.
Sedangkan TNA untuk adaptasi meliputi langkah-langkah implementasi delivery TNA
sebagai berikut :
a. Di sektor Pertanian
Teknologi yang diperlukan terbagi atas budidaya, pengadaan air dan menghadapai
bencana mencakup, (1) memperkenalkan varietas tanaman toleransi terhadap
kekeringan dan banjir (genangan), hama dan penyakit, (2) kalender tanam & pola
tanam (3) varietas tanaman yang lebih cepat masak (tua), (4) pemanenan air dan
konservasi air (5) upaya untuk pengadaan air, seperti: (a) sistem pemanenan air
dengan menggunakan bendung saluran dan kolam air mini, dikombinasikan dengan
penggunaan air yang efisien melalui penerapan irigasi (b) modifikasi hujan/cuaca. (c)
efisiensi pengelolaan irigasi air seperti irigasi intermitent untuk sawah (d) daerah
pertanian hilir terutama di daerah pesisir harus dilindungi dari bahaya banjir pesisir,
seperti melalui pengenalan saluran waduk.
b. Di sektor Kehutanan
Teknologi yang diperlukan terdiri dari budidaya, pengelolaan, dan akutansi
SDA
serta pengukuran sebagai berikut: (1) teknologi silvi kultur: teknologi benih, persiapan
lahan, perbaikan penanaman dan perbaikan tanaman untuk meningkatkan
P a g e | 13
produktivitas dan kualitas hutan, serta toleransi terhadap kekeringan dan bencana
seperti banjir.(2) pemeliharaan (pemupukan dan penyiangan, dan jarak tanam). (3)
pemodelan pertumbuhan dan hasil (inventarisasi hutan; pengaturan hasil/jatah
tebangan dan rotasi).
(4) perbaikan genetik, terutama untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas kayu. (5) spesies situs yang cocok untuk memberikan efek
yang baik pada tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan tanaman (6) teknologi
perlindungan hutan (dari hama, penyakit, gulma dan api). (7) teknologi zero burning.
(8) akuntansi karbon: lebih maju dan biaya teknologi yang efektif daripada teknologi
yang tersedia saat ini. (9) pengukuran penyerapan karbon.
c. Di sektor Kelautan
Teknologi yang diperlukan terdiri dari: proteksi dan rehabilitasi, peren canaan
dan manajemen air dan lainnya meliputi: (1) Model kenaikan permukaan laut. (2)
Tembok laut di daerah pesisir dengan vegetasi pantai. (3) Rehabilitasi terumbu karang.
(4) Perencanaan dan pembangunan infrastruktur wilayah pesisir: fasilitas pelabuhan,
bandara, bangunan gedung dan infrastruktur perumahan. (5) Konservasi dan
pengelolaan air sebagai sumber daya dan manajemen air tawar baik pasokan air
tawar/air desalinasi. (6) Perubahan pola sanitasi untuk pulau-pulau kecil dan pantai.
(7) Transportasi laut/ sungai. (8) Penerapan teknologi mungkin membantu tingkat
adaptasi suatu masyarakat, namun demikian belum ada garansi akan meningkatan
kesejahteraan masarakat. Dalam penerapan teknologi, sinkronisasi perlu dilakukan
dengan usaha peningkatan kesejahteraan rakyat
Adaptasi Perubahan Iklim
Adaptasi didefinisikan sebagai bentuk penyesuaian dalam sistem alam atau manusia
sebagai respon terhadap rangsangan iklim aktual atau yang akan terjadi atau efeknya untuk
mengurangi bahayanya atau mengeksploitasi kemungkinan manfaatnya (IPCC 2001, Annex
B). Sedangkan UNFCC mendefinisikan adaptasi sebagai tindakan yang diambil untuk
membantu komunitas dan ekosistem dalam menghadapi perubahan kondisi iklim.
Adaptasi disebut juga sebagai suatu proses dimana strategi peningkatan, pengembangan
dan implementasi untuk menengahi, mengatasi, menyederhanakan, dan mengambil
keuntungan serta konsekuensi peristiwa iklim (UNDP).
P a g e | 14
Beberapa isu terkait dengan adaptasi perubahan iklim antara lain, (1) Karakteristik
adaptasi untuk kesejahteraan rakyat bergantung pada daerah dan budaya, oleh sebab itu
memerlukan identifikasi program adaptasi sesuai daerahnya.
(2) Kondisi daerah di
Indonesia yang memiliki tingkat kekeringan, kerentanan terhadap bencana dan sumber
daya alam yang berbeda, memerlukan program adaptasi untuk kesejahteraan yang
dikembangkan dengan membuat perbandingan keadaan daerah yang berbeda. (3)
Dukungan program internasional untuk adaptasi ditekankan pada program yang spesifik
dan berbeda dengan program yang banyak dikembangkan saat ini yaitu program adaptasi
penanganan perubahan iklim tanpa langsung menekankan kesejahteraan rakyat. Dengan
demikian, menjadi penting untuk melakukan penekanan program adaptasi perubahan
iklim untuk kesejahteraan rakyat sebagai cirikhas program adaptasi perubahan iklim
Indonesia agar dapat mengundang ketertarikan dukungan internasional sekaligus sebagai
program percontohan bagi negara berkembang. Isu program adaptasi diatas menjadi
target utama yang dibahas dalam paper ini.
1. Tujuan dan Klasifikasi Program Adaptasi.
Dalam rangka adaptasi perubahan iklim Bappenas telah menyusun Rencana Aksi
Nasional-Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API). Tujuan utama dari adaptasi perubahan
iklim dalam RAN-API adalah
terselenggaranya sistem pembangunan yang
berkelanjutan dan memiliki ketahanan (resiliensi) tinggi terhadap dampak perubahan
iklim. Tujuan utama tersebut akan dicapai dengan membangun ketahanan ekonomi,
ketahanan tatanan kehidupan, baik secara fisik maupun ekonomi dan sosial, dan
menjaga ketahanan ekosistem serta ketahanan wilayah khusus seperti pulau-pulau
kecil untuk mendukung sistem kehidupan masyarakat yang tahan terhadap dampak
perubahan iklim. RAN-API juga merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam
menyusun Strategi/Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim sebagai arahan
dalam menyiapkan dokumen perencanaan pembangunan yang tahan perubahan iklim.
Adaptasi perubahan iklim di Indonesia pada dasarnya diarahkan untuk (a)
Penyesuaian dalam bentuk strategi, kebijakan, pengelolaan/manajemen, teknologi dan
sikap agar dampak (negatif) perubahan iklim dapat dikurangi seminimal mungkin, dan
bahkan jika memungkinkan dapat memanfaatkan dan memaksimalkan dampak
positifnya. (b) Pengurangan dampak (akibat) yang disebabkan oleh perubahan iklim,
P a g e | 15
baik langsung maupun tidak langsung, baik kontinu maupun diskontinu dan permanen
serta dampak menurut tingkatnya.
Sasaran Strategis RAN-API diarahkan untuk: (a) membangun ketahanan ekonomi,
(b) membangun tatanan kehidupan (sosial) yang tangguh terhadap dampak perubahan
iklim (ketahanan sistem kehidupan), (c) menjaga keberlanjutan layanan jasa lingkungan
ekosistem (ketahanan ekosistem) dan (d) penguatan ketahanan wilayah khusus di
perkotaan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Untuk mendukung penguatan di berbagai
bidang tersebut, dibutuhkan sistem pendukung penguatan ketahanan nasional menuju
sistem pembangunan yang berkelanjutan dan tangguh terhadap perubahan iklim.
Dari segi kepentingan sosio-ekonomi tujuan program adaptasi perlu berorientasi pada
kesejahteraan rakyat, meliputi ketahanan pangan, ketahanan energy, dan pemenuhan
kebutuhan dasar lainnya.
2.
Klasifikasi program adaptasi. Klasifikasi program adaptasi, mencakup hal-hal sebagai
berikut :
(a) Adaptasi reaktif dalam menanggapi konsekuensi dari peristiwa tertentu (b)
Adaptasi antisipatif yang terjadi sebelum dampak perubahan iklim yang diamati. (c)
Adaptasi spontan yang bukan merupakan respon yang disadari terhadap rangsangan
iklim tapi dipicu oleh perubahan dalam sistim ekologi alam dan pasar atau
kesejahteraan perubahan dalam sistem manusia. (Sumber: UKCIP daftar istilah dan
UNFCC: )
Dokumen RAN-API akan memberikan kontribusi bagi peran Indonesia dalam proses
internasional yang selama ini dijalani di bawah United Nations Framework Convention
on Climate Change (UNFCCC). Dokumen ini memberikan gambaran kesiapan Indonesia
dalam melaksanakan upaya adaptasi dan juga akan menjadi sumber informasi
mengenai dukungan yang diperlukan oleh Indonesia dalam melaksanakannya.
Program Adaptasi untuk Kesejahteraan Rakyat
Program adaptasi untuk kesejahteraan rakyat dapat dikatagorikan menjadi (1)
kebijakan ekonomi untuk adaptasi dan (2) program adaptasi menghadapi krisis perubahan
iklim.
P a g e | 16
1. Kebijaksanaan Ekonomi untuk Adaptasi. Kebijaksanaan ekonomi untuk adaptasi
adalah menjawab pertanyaan, (a) Apakah dampak perubahan iklim menyebabkan
penurunan pendapatan daerah dan apakah program adaptasi menjawab adanya
alternatif sumber pendapatan/ekonomi baru.
(b) Apakah ada kehilangan
pendapatan/ekonomi masyarakat dari perubahan iklim dan apakah program
adaptasi memberi pengganti kegiatan ekonomi baru. Untuk menjawab kedua
pertanyaan diatas kasus untuk satu daerah, SDA
dan budaya dapat berbeda
sehingga penanganan adaptasi untuk kesejahteraan masyarakat memerlukan
pendekatan yang spesifik untuk setiap daerah, SDA dan budaya. Pendekatan dan
penanganan yang sama dan merata tidak dapat diterapkan dalam hal program
adaptasi perubahan iklim untuk kesejahteraan masyarakat.
2. Program kebijakan utama adaptasi untuk kesejahteraan rakyat. (a) Untuk
Pertanian: Pengembangan tanaman apa yang kuat menghadapi iklim lebih panas
dan lebih kering, kurang air, dan bencana banjir. (b) Untuk masyarakat pesisir: (1)
Adaptasi terhadap naiknya permukaan dan suhu air laut, berkurangnya daratan dan
lahan lebih kering. (2) Memperbaiki dan menjaga hutan mangrove yang mampu
menjadi pelindung dari ancaman perubahan iklim. (c) Untuk krisis air: strategi
menghadapi kekurangan air dan mendapatkan lebih banyak air seperti irigasi. (d)
Untuk infrastruktur perlu menekankan pengadaan infrastruktur untuk
mempertahankan ketahanan pangan, energi dan kebutuhan dasar.
3. Program Adaptasi Menghadapai Krisis Perubahan Iklim.
Program adaptasi
perubahan iklim untuk kesejahteraan masyarakat perlu mengembangkan adaptasi
antisipatif terhadap tantangan, krisis air, cuaca ekstrem dan bencana.
Semua
krisis perlu dijawab dengan program adaptasi yang dapat mempertahankan atau
meningkatkan pendapatan/ekonomi masyarakat. Alternatif pendapatan/ekonomi
masyarakat menjadi kunci utama program adaptasi.
Program kebijakan aksi
yang diusulkan adalah sebagai berikut: (a) Seminar Nasional tentang “Adaptasi
untuk Kesejahteraan Rakyat: Rencana Aksi untuk Ekosistem dan Sektor Utama,“
dengan diikuti oleh Kementerian Sektor Utama dan pemangku kepentingan. (b)
Kajian identifikasi strategi tepat untuk Adaptasi untuk Kesejahteraan Rakyat: Hasil
P a g e | 17
kajian yang telah dilakukan seperti kasus daerah Setulang Kabupaten Malinau
dimana agroforestry untuk karet dan kerajinan rotan lebih cocok dibandingkan
buah-buahan dan padi yang terpengruh bencana banjir sebagai akibat perubahan
iklim, kajian untuk ekosistim dan sektor utama yang prioritas
dan program
adaptasi berdasarkan kajian komparatif dari daerah yang berbeda keadaan iklim
seperti NTB vs NTT (c) Implementasi delivery hasil Technology Needs Assesment
(TNA) adaptasi untuk kesejahteraan rakyat. Kemana delivery dilakukan dan siapa
yang akan mendapatkan harus menjadi penekanan.
Perlunya Kebijakan Ekonomi dalam Rangka Adaptasi
Untuk kepentingan masyarakat, program adaptasi disiapkan untuk meningkatkan
daya penyesuaian masyarakat guna menghadapi dampak perubahan iklim. Untuk itu, perlu
diperhatikan analisa keuntungan dan “opportunity cost” untuk kebijakan ekonomi
program adaptasi sebagai berikut: (1) keuntungan apa yang akan diperoleh dari kebijakan
ekonomi program adaptasi tersebut untuk masa yang akan datang. (2) pertimbangan
opportunity cost adaptasi program adalah sebuah estimasi anggaran perubahan iklim
untuk upaya adaptasi adalah sebesar ± 21 milyar US$, sedangkan tanpa upaya adaptasi
kerugian bisa mencapai lebih dari 1 trilyun US$. (3) apa target kebijakan ekonomi program
adaptasi dapat tercapai ?
Kerugian langsung dan tidak langsung perubahan iklim terhadap penurunan PDRB
perlu diantisipasi karena dapat menjadi sangat signifikan. Diperkirakan kerugian bisa
mencapai 2,5 % PDRB, yang berarti kerugian di Indonesia mencapai 4 kali lipat kerugian
global (rata-rata). Kerugian penurunan PDRB akan lebih meningkat tiga kali lipat jika
dihitung pula kemungkinan terjadinya bencana akibat perubahan iklim. Potensi kerugian
ini termasuk sangat besar pengaruhnya pada perekonomian. Karenanya, program adaptasi
untuk kesejahteraan rakyat yang ujungnya akan meningkatkan PDRB menjadi sangat
penting.
Respon terhadap pertanyaan diatas sangat memerlukan kebijakan ekonomi
program adaptasi. Diperlukan persiapan untuk kebijakan ekonomi adaptasi perubahan
iklim diantaranya memuat substansi (1) mengenal latar belakang perubahan iklim dan
perlunya adaptasi di negara kita, (2) mengenal teknologi yang diperlukan untuk adaptasi
terutama yang terkait dengan ketahanan pangan dan energi, (3) mengenal tantangan
P a g e | 18
perubahan iklim untuk daerah pesisir dan pulau kecil, (4) mengenal tantangan perubahan
iklim untuk kesehatan, (5) mengenal program adaptasi untuk peningkatan kesejahteraan
rakyat di setiap daerah dan budaya.
Setelah persiapan diatas maka kebijakan ekonomi program adaptasi dapat
diidentifikasi dan hasilnya dapat memenuhi tantangan perubahan iklim terkait dengan
potensi kerugian ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Perlu pula diperhatikan tantangan
untuk beberapa fihak atau SDA sebagai berikut:
1. Untuk masyarakat pesisir. Mengingat masyarakat pesisir sangat rentan terhadap
perubahan iklim maka beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah (a)
adaptasi terhadap naiknya permukaan dan suhu air laut, berkurangnya daratan dan
lahan lebih kering, (b) memperbaiki dan menjaga hutan mangrove yang mampu
menjadi pelindung pesisir dan laut dari ancaman perubahan iklim, (c) tertekannya
keanekaragaman bahari karena iklim yang meningkat antara 0,2-2,50 C sehingga
memberikan tekanan pada terumbu karang dan meningkatkan pemutihan terumbu
karang tersebut. Kerusakan terumbu karang berarti tekanan untuk keanekaragaman
hayati sumberdaya laut.
2. Untuk krisis air. Mengingat perubahan iklim dapat meningkatkan kekurangan
sumberdaya air, maka strategi menghadapi kekurangan air atau mendapatkan
lebih banyak air antara lain membangun irigasi. Untuk krisis air, tindakan adaptasi
yang relevan antara lain, pembangunan tanggul irigasi, pembangunan kanal,
pembuatan sumur resapan, rehabilitasi hutan dan mangrove, tindakan adaptasi
vegetatif yang sekiranya sangat sesuai untuk diterapkan di wilayah DAS. Dengan
tindakan adaptasi vegetatif, lingkungan DAS tidak akan rentan terhadap perubahan
iklim.
Selain itu adaptasi berbasis lingkungan untuk mendukung kesejahteraan rakyat
diperlukan diantaranya sebagai berikut: (a) Memperbaiki dan menjaga hutan mangrove
yang mampu menjadi pelindung dari ancaman perubahan iklim. (b) Program yang
membuat masyarakat terutama di pesisir memiliki daya tahan terhadap dampak
perubahan iklim. (c) Program identifikasi kegiatan apa saja di masyarakat yang sesuai
dengan adaptasi perubahan iklim dan berguna untuk kesejahteraan masyarakat.
P a g e | 19
Adaptasi berbasis system budidaya pertanian tahan panas dan kurang air
diperlukan agar masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan keadaan alam perubahan
iklim sehingga sektorpertanian sebagai sumber pendapatan masyarakat tetap terjaga..
Adaptasi berbasis pengolahan makanan juga diperlukan sehingga berkurangnya makanan
yang rusak tidak dapat dikonsumsi.
Dalam memberikan kebijakan ekonomi perlu diperhatikan tingkat kerentanan
diantaranya kerentanan umum terhadap perubahan iklim dan kerentanan daerah pesisir
sebagai berikut: (1) Perubahan iklim memberikan tingkat kerentanan yang berbeda di
berbagai daerah, untuk saat ini dan di masa datang. (2) Perbedaan ini tidak semata
tergantung pada aspek klimatis, namun juga: (a) kualitas lingkungan, (b) kondisi ekonomi
rumah tangga, (c) pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki masyarakat, (d) program
pembangunan pemerintah dan (e) pendampingan.
Kerentanan daerah pesisir juga perlu diperhatikan karena perubahan iklim akan
berdampak pada masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan mereka yang
kehidupannya berbasis pertanian dan kehutanan di wilayah yang peka perubahan iklim.
Pengaruh perubahan iklim akan terasa untuk 65% masyarakat yang bermukim di wilayah
pesisir akan terpengaruh.
Tantangan utama perubahan iklim adalah mengurangi kerentanan dalam ketahanan
pangan dan energi. Karena perubahan iklim akan merubah curah hujan, penguapan,
limpasan air dan kelembaban lahan yang akan mempengaruhi penurunan produksi dan
PDRB, produktifitas tanah, dan kesuburan tanah dimana akan ada penurunan produksi
tahuanan sampai dengan 4% - 50 % untuk masing sektor utama. Sebagai tambahan
kenaikan permukaan air laut akan menggenangi tambak dan utamanya mempengaruhi
produksi ikan dan udang.
Perubahan iklim juga akan mempengaruhi ketahanan energi karena peningkatan
suhu akan memerlukan energi yang lebih banyak untuk banyak aspek kehidupan kita
seperti pendingin rumah dan transportasi. Pemanasan dari perubahan iklim juga akan
membutuhkan energi yang lebih banyak untuk prosesing makanan. Tanpa prosesing
makanan, akan banyak bahan makanan yang terbuang.
Kebijakan ekonomi Program Adaptasi
P a g e | 20
Kebijakan ekonomi apa untuk program adaptasi? Untuk menjawab pertanyaan
kebijakan ekonomi apa yang perlu diambil, program adaptasi dampak perubahan iklim yang
terkait dengan sektor utama dan ekosistem yang paling terkena dampak perlu
diprioritaskan sebagai berikut: (1) Pertanian: Pengembangan tanaman apa yang kuat
menghadapi iklim lebih panas dan lebih kering, kurang air atau lebih air. (2) Hutan:
Pengurangan luasan hutan karena perubahan iklim yang lebih panas dan bencana yang
diakibatkan perubahan iklim. (3) Sumberdaya Air: Air akan menjadi sumberdaya yang
penting dalam menghadapi perubahan iklim (4) Sumberdaya laut dan mangrove:
Pemanasan dan peningkatan permukaan laut akibat perubahan iklim akan mengganggu
ekosistim laut dan pesisir yang diperlukan untuk kehidupan. (5) Pengembangan
infrastuktur dasar untuk mendukung adaptasi perubahan iklim (6) Delivery Teknologi dan
inovasi untuk mendukung masyarakat menghadapi perubahan iklim. (7) Pemberian insentif
terhadap masyarakat sehingga dapat melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Dalam membuat kebijakan ekonomi ini patut dipertimbangkan hal hal sebagai
berikut: (1) perubahan iklim dan dampaknya, (2) penguatan kelembagaan masyarakat
sehingga masyarakat tangguh dan mampu beradaptasi terhadap perubahan kondisi
lingkungan. (3) sudah saatnya melakukan kampanye pengarusutamaan tindakan adaptasi
terhadap perubahan iklim dalam semua program pembangunan. (4) tidak berbuat nyata
berisiko memanen bencana dengan tingkat kerugian yang sangat tinggi pada masa yang
akan datang. Tindakan adaptasi memang tidak menghilangkan risiko, tapi mengurangi
tingkat risiko yang akan kita terima.
Pilihan kebijakan ekonomi adaptasi yang dapat dilakukan untuk kesejahteraan
rakyat (1) pilihan adaptasi dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan biaya yang
relatif murah. Hal ini memerlukan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran
lingkungan dan tindakan bersama untuk mengelola lingkungan secara bijak, serta
kelembagaan yang kuat. (2) terhadap dampak perubahan iklim yang berkaitan dengan
curah hujan yang tidak tentu dan varibilitas iklim, serta iklim ekstrim, diperlukan peran
pemerintah untuk membantu menyediakan informasi dan menyediakan infrastruktur yang
memadai agar masyarakat dapat melakukan adaptasi dengan tepat.
Program program untuk menjawab kerentanan masyarakat terkait sektor utama
dan ekosistem serta strategi menghadapi krisis adalah substansi kebijakan ekonomi
program adaptasi untuk kesejahteraan rakyat diantaranya: (1) subsidi pengadaan bibit
pertanian dan peternakan yang tahan perubahan cuaca, (2) program pengadaan air seperti
P a g e | 21
irigasi, embung-embung, tanggul dan sumur resapan, (3) program delivery kebutuhan
teknologi dan identifikasi program adaptasi untuk masing-masing daerah dan budaya, (4)
program adaptasi yang tepat dan meningkatkan pendapatan masyarakat yang rentan
perubahan iklim, (5) konservasi hutan dan mangrove sebagai tempat ekosistim yang
dibutuhkan dalam kehidupan terutama menghadapi perubahan iklim.
Program diatas akan berjalan dengan lancar, jika didukung anggaran yang cukup.
Oleh karena itu, diperlukan mekanisme pembiayaan untuk pelaksanaan programprogram kebijakan ekonomi adaptasi perubahan iklim untuk kesejahteraan rakyat.
Mekanisme pembiayaan upaya adaptasi perubahan iklim ini, menjadi salah satu pos dalam
APBN atau APBD, atau setidaknya terintegrasi dalam anggaran masing-masing
Kementerian/lembaga, agar program dan strategi adaptasi perubahan iklim di Indonesia
dapat tercapai.
Meskipun sudah ada mekanisme pembiayaan adaptasi perubahan iklim dari negaranegara maju, Indonesia harus bisa melepaskan ketergantungannya kepada mereka, agar
tercapainya keberlanjutan ekonomi yang ditunjang perlindungan ekologi di Indonesia.
Program kebijakan ekonomi untuk adaptasi perubahan iklim dapat dimasukkan kedalam
program pemerintah antara lain, (1) sebagai program penanganan bencana/lingkungan,
(2) sebagai program pengadaan sumber air, (3) sebagai program ketahanan pangan, (4)
sebagai program ketahanan energy, (5) sebagai program konservasi alam, (5) sebagai
program biodiversity hutan dan laut, (6) sebagai program kesehatan, (7) sebagai
pendidikan/capacity building. Namun demikia, perlu diselaraskan bahwa program tersebut
penanganannya adalah untuk kesehteraan rakyat. Kerentanan penurunan pendapatan
adalah isu terpenting dalam adaptasi perubahan iklim.
Kesimpulan
Tingkat resiko dampak dan bencana iklim berkurang jika masyarakat memiliki
kapasitas adaptasi dan memiliki kebutuhan/pilihan adaptasi. Peranan pemerintah sangat
diperlukan untuk pengembangan kapasitas ini.
Mengingat program adaptasi untuk
kesejahteraan rakyat sangat spesifik untuk daerah dan budaya, identifikasi program detil
diperlukan untuk setiap daerah. Adanya pendetilan lokasi pada tingkat kabupaten dan kota
memunculkan rencana dan aksi yang lebih jelas serta implementatif. Keterlibatan para
pemangku kepentingan akan menghasilkan pada pilihan dan aksi adaptasi lokal yang tepat.
P a g e | 22
Program adaptasi perubahan iklim berhasil jika pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Keberhasilan juga diukur jika program
adaptasi dapat mempertahankan ketahanan pangan, energi dan kebutuhan dasar lainnya.
Adaptasi tidak hanya menjawab tantangan perubahan iklim tetapi juga tantangan
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Sinergi,
koordinasi, dan komunikasi semua pihak menjadi penting dalam
mewujudkan upaya adaptasi yang baik dan terintegrasi antar sektor dan antar wilayah.
Dengan adanya RAN API, proses sinergi, komunikasi dan koordinasi diharapkan dapat
berjalan dengan baik karena adanya arahan dalam proses pengarusutamaan dan
penyusunan rencana pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang. Pemerintah
daerah perlu menindaklanjuti arahan nasional dalam adaptasi perubahan iklim dengan
menyusun strategi adaptasi perubahan iklim daerah.
Strategi tersebut disusun
berdasarkan rekomendasi hasil kajian kerentanan/risiko dan adaptasi perubahan iklim di
daerah dan mengintegrasikannya kedalam penyusunan rencana pembangunan di daerah.
Penutup
Demikian rangkuman “Policy Paper” Diskusi Panel tentang Adaptasi Perubahan Iklim
Untuk Peningkatkan Kesejahteraan Rakyat yang diselenggarakan Pusat Pengkajian
Startegi Nasional bekerjasama dengan Kementerian koordinator Bidang pembangunan
Manusia dan Kebudayaan dibuat, mudah-mudahan bermanfaat.
P a g e | 23
Jakarta,
Desember 2014
Diskusi Panel Adaptasi Perubahan Iklim
Pusat Pengkajian Strategi Nasional bekerjasama dengan
Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Tim Perumus
Laksma TNI (Purn) Dani Purwanegara
PPSN
Lisman Manurung, Ph. D
PPSN
Dr. Rony M. Bishry
BPPT
Drs. Alfian Muthalib, MA
PPSN
Prof. dr. Abdul Salam M. Sofro, Ph. D.
PPSN
Download