1 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Nama

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya
Nama & tahun
Judul
Teori
Metodologi
Penelitian
penelitian
penelitian
penelitian
Amy B. Jordan C. Reducing
Teori
Kualitatif – Pengawasan
Hersey, Judith A. Children’s
kultivasi
Wawancara
orang tua
Mendalam
terhadap
McDivitt
dan Television
–
Hasil penelitian
Carrie D. Heitzler Viewing Time
bagaimana
(2006)
: A Qualitative
anak
Study
of
menggunakan
and
waktu mereka
Their Children
didepan layar
(American
Parents
Academy of
Pediatrics)
televisi
mempengaruhi
jumlah
penggunaan
televisi oleh
anak-anak.
Dr. Senay Bulul A
Peduk,
study
on Social
2012 characteristics
learning
Kualitatif
Anak-anak
sering
(Assistent
of parents’s tv
menonton acara
Professor
viewing
yang
Preschool
children’s
seharusnya. Itu
Education
opinion on the
terjadi
Department
cartoons they
terkadang
Education
watched
programnya
and
Faculty,Fatih
berada
University Turkey)
program
kartun.
yang
9
tidak
karena
antara
Opini
didapat
10
adalah
bahwa
program
yang
disaksikan anak
sangat
berpengaruh
pada
anak.
Yang biasanya
ditunjukan
dengan
keingintahuan
anak
terhadap
sesuatu
yang
pertontonkan.
Eva Aryanty, 2010 Peranan orang Social
Kualitatif,
Televisi
(Mahasiswa
deskriptif
berpengaruh
PLS tua
STIKP Siliwangi)
dalam learning
menangani
pada
dampak
perkembangan
negative
otak
tayangan
tv
menurun
atau hilangnya
terhadap anak
minat
usia dini
membaca,
memberikan
perubahan
perilaku
mental
dan
anak,
meningkatkan
kriminalitas,
membuat
ketagihan
sehingga anakanak
belajar.
malas
11
Galang
Yudistira, Peranan orang Teori
2007
(Prodi tua
Pendidikan
Pancasila
social Kualitatif,
untuk learning
wawancara
menonton
dan acara
Kewarganegaraan,
Orang
tua
berpendapat
bahwa acara tv
televisi
yang
yang
baik
untuk
anak
Universitas Negeri bermanfaat
diantaranya
Malang)
Laptop
bagi
moral
anak
Si
Unyil dan Si
Bolang. Karena
mengandung
informasi
dan
pengetahuan
yang
baik
untuk
anak-
anak.
Dan
diperlukan
ketegasan dan
perhatian lebih
oleh orang tua
kepada
tayangan yang
anak saksikan.
Reny
Triwardani Kajian
Jurusan
Kajian praktik
kritis Teori media Kualitatif
Anak-anak
anak perspektif
tidak
Budaya dan Media menonton film kritis
sepenuhnya
Universitas Gadjah kartun
menjadi
di
Mada, Yogyakarta televisi dalam
penonton pasif
Obed
saat
Wicandra
Bima aktifitas
Jurusan keseharian di
menyaksikan
Desain Komunikasi
televisi. Namun
Visual,
anak-anak juga
Fakultas
Seni dan Desain
berada
Universitas Kristen
masa
dalam
12
Petra
Surabaya,
pembelajaran
2006
diri dari agenagen sosialisasi
salah
satunya
televisi.
Dimana anakanak
masih
membutuhkan
pendamping
saat menonton
televisi.
Annora Mentari
Persepsi orang
Pendekatan
dan Agus Santoso
tua tentang
fenomenologi
Mahasiswa
kekerasan
menjadi
Program Studi
verbal pada
perilaku
Ilmu Keperawatan,
anak
kekerasan.
Kualitatif
Tindakan
verbal dapat
Fakultas
Kekerasan
Kedokteran,
verbal adalah
Universitas
kekerasan
Diponegoro dan
terhadap
Staf Pengajar
perasaan
Departemen Dasar
menggunakan
Keperawatan
kata-kata
Keperawatan
dengan kata-
Dasar Program
kata yang kasar
Studi Ilmu
tanpa
Keperawatan,
menyentuh
Fakultas
fisiknya. Kata-
Kedokteran,
kata yang
Universitas
memfitnah,
Diponegoro , 2012
kata-kata yang
mengancam,
menakutkan,
13
menghina, atau
membesarbesarkan
kesalahan
orang lain
Rekno Sulandjari
Selektivitas
Konsep
acara televisi
Persepsi
Kualitatif
Penyeleksian
acara tayangan
oleh orang tua
TV dilakukan
terhadap
dengan
persepsi acara
melarang tegas
acara yang
anak
sesuai bagi
menontonnya
anak
(represif) atau
secara persuasif
dengan cara
pendampingan
sehingga
dengan
demikian anak
tahu dengan
jelas;
tingkahlaku apa
yang tidak
dapat diterima
oleh orang tua
dan perbuatan
apa yang dapat
diterima
sebagai
penggantinya.
Batasan
sebaiknya
14
bersifat total,
menyeluruh
sehingga jelas
bagi anak.
Indra Gunawan
Persepsi orang
Konsep
Kualitatif
Terdapat
Department of
tua siswa
persepsi
Communication
tentang
pendapat
Science 2008
tayangan iklan
tentang iklan
kartu Three di
kartu Three.
televisi
Namun
perbedaan
sebagian besar
berpendapat
bahwa iklan
memberikan
dorongan
konsumtif bagi
publik.
Ade Noer
Rahmawati,
jurusan Marketing
Communication
Persepsi orang
tua tentang
program
“Shaun The
Sheep”.
Konsep
Kualitatif -
Orang tua
pembentukan
deskriptif
memiliki
persepsi.
kekhawatiran
jika anaknya
Bina Nusantara
yang dalam
University, 2014
usia
perkembangan
bicara
menyaksikan
program ini
tanpa adanya
pengawasan
dari orang
dewasa.
Table 2.1 Penelitian Sebelumnya
15
2.2 Landasan Konseptual
2.2.1Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan komunikasi yang terjadi pada ruang lingkup
yang luas. Masih dalam konteks komunikasi yang merupakan proses penyampaian
pesan. Namun pada komunikasi massa pesan tersebut diarahkan kepada khalayak
laus melalui media massa. Definisi komunikasi menurut Bittner yakni pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Menurut Gerbner
(1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang
dalam masyarakat industry (Rakhmat, 2003, p.188). Dari pengertian diatas dapat
tergambar bahwa komunikasi massa menghasilkan suatu produk yaitu pesan.
Sedangkan menurut Wright bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari
corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut:
diarahkan pada khalayak yang relative besar, heterogen dan anonym, pesan
disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak
serentak, bersifat sekilas, komunikatr cenderung berada atau bergerak dalam
organisasi yan kompleks yang melibatkan biaya besar. (Rakhmat, 2003,p.189).
Untuk lebih memperjelas arti komunikasi massa berikut menurut Severin & Tankard
Jr. 1992, p.3 dalam bukunya communication theories komunikasi massa adalah
sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan
dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat
dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder atau
mencata ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi
tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi,
mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah atau menampilkan teras
berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian
bahwa ia meliputu prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya
komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai
hal menjadi lebih baik (Ardianto, 2007, p.5).
Dari berbagai definisi maka dapat tergambar bahwa komunikasi massa
merupakan komunikasi melalui media massa diantaranya televisi, radio, siaran, surat
kabar, majalah dan film. Dimana pesan yang ada di berikan kepada masyarakat luas
dan memungkinkan secara serentak dan bersifat satu arah. Komunikasi massa
16
memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, sebagaimana dijelaskan
Gamble dan Gamble (2001) bahwa sejak lahir hingga meninggal, semua bentuk
komunikasi memainkan peranan dan menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan
manusia. Apapun pekerjaan, kegiatan, waktu luang manusia (Ardianto, 2007, p.13).
Adapun fungsi komunikasi massa dalam masyarakat menurut Dominick (2001)
yaitu:
1. Surveillance (Pengawasan)
Dibagi kedalam bentuk utama yakni pengawasan peringatan dan pengawasan
instrumental. Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika komunikasi massa
menginformasikan sesuatu yang bersifat peringatan bagi masyarakat.
Misalnya peringatan tentang angina topan, banjir ataupun gunung meletus.
Sedangkan pengawasan instrumental lebih kepada penginformasian tentang
suatu hal yang dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya informasi tentang film apa yang sedang diputar, bagaimana harga
saham di bursa efek atau informasi produk-produk baru.
2. Interpretation (Penafsiran)
Media massa memberikan penafsiran pada data, fakta juga kejadian-kejadian
penting yang terjadi. Tujuan penafsiran adalah mengajak para khalayak untuk
memperluas wawasan dan membahasnya labih lanjut dalam komunikasi
antarpersona atau komunikasi kelompok.
3. Lingkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga
membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang
sesuatu.
4. Transmission of values (Penyebaran nilai-nilai)
Atau disebut sebagai sosialisasi yang mengacu kepada cara, di mana individu
mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media memperlihatkan kepada kita
bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan atau bisa disebut
sebagai model peran yang kita amati dan harapkan untuk menirunya. Dan
media massa yang paling berperan dalam fungsi ini adalah televisi.
5. Entertainment (Hiburan)
Media massa memberikan banyak hiburan bagi khalayaknya.
Fungsi komunikasi massa menurut Effendy (1993) yaitu :
17
1. Fungsi Informasi
2. Fungsi pendidikan
3. Fungsi memengaruhi
Selanjutnya menurut DeVito (1996) fungsi komunikasi massa secara khusus adalah :
1. Fungsi meyakinkan
Menurutnya persuasi bisa datang dalam bentuk :
-
Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai
seseorang
-
Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang
-
Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu
-
Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu.
2. Fungsi Menganugerahkan Status
Fungsi ini memfokuskan kekuatan media massa pada orang-orang
tertentu, masyarakat menganugrakhkan kepada orang-orang tersebut
suatu status public.
3. Fungsi Membius
Berarti bahwa apabia media menyajikan informasi tentang sesuatu,
penerima percaya bahwa tindakan tertentu harus diambil. Maka seolah
pemirsa atau penerima terbius dalam keadaan pasif, seakan-akan berada
dalam pengaruh narkotik (DeVito, 1996).
4. Fungsi Menciptakan Rasa Kebersatuan
Komunikasi massa dapat membuat kita merasa menjadi anggota suatu
kelompok tertentu.
5. Fungsi Privatisasi
Privatisasi merupakan kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari
kelompok sosial dan mengucilkan diri dalam dunianya sendiri.
Untuk itu menurut DeVito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia
(1996), ada tiga masalah pokok yang harus diperhatikan dalam memahami fungsifungsi media massa. Pertama, setiap kali kita menghidupkan pesawat televisi, radio
siaran maupun membaca surat kabar, kita melakukannya karena alasan tertentu yang
unik, kedua, komunikasi menjalankan fungsi yang berbeda bagi setiap pemirsa
secara individual. Ketiga, fungsi yang dijalankan komunikasi massa bagi sembarang
18
orang yang berbeda dari waktu ke waktu yang lain. Jadi fungsi dari komunikasi
massa yang dirasakan oleh khalayak dapat berbeda-beda sesuai dari individunya
sendiri. Tidak semua acara yang bersifat menghibur untuk seseorang dapat
menghibur orang lain. Maka itu angle atau dari segi mana individu melihat
komunikasi tersebut sangatlah penting, karena hal tersebut mempengaruhi
bagaimana dampak yang dirasakan khalayak. Karena jelas tergambar bahwa dampak
yang ada untuk setiap individu sangatlah bersifat subjektif. Karena itu tergantung
kepada inividu yang mengolah pesan yang ada pada komunikasi massa.
2.2.2 Efek Komunikasi Massa
Pendekatan efek media massa menurut Steven M. Chaffee (Ardianto, 2007,
p.50):
1. Efek kehadiran media massa
a. efek ekonomi
Ditandai dengan kehadiran media massa ditengah kehidupan manusia
dapat menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi dan
konsumsi jasa media massa. Seperti adanya perusahaan percetakan
untuk surat kabar.
b. efek sosial
Berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial
sebagai akibat dari keadiran media massa.
c. penjadwalan kegiatan sehari-hari
Media massa dapat masuk kedalam bagian dari kegiatan manusia
sehari-hari. Seperti membaca Koran sebelum berangkat ke kantor.
d. efek hilangnya perasaan tidak nyaman
media massa juga dapat berperan sebagai penghilang rasa tidak
nyaman seperti kesepian, marah dan kecewa.
e. efek menumbuhkan perasaan tertentu
tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa
tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media
massa tersebut.
19
2. Efek Pesan
a. Efek kognitif
media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi
yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.
Menurut Mc Luhan media massa adalah perpanjangan alat indra kita.
Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda,
orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah
kita kunjungi secara langsung. Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu
untuk ditampilkan dan mengesampingkan tokoh lainnya.
b. Efek afektif
media massa
membuat
khalayak merasakan perasaan
yang
disampaikannya.
c. Efek behavioral
Merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalm bentuk
perilaku, tindakan atau kegiatan. Khalayak akan menirukan apa yang
ditayangkan oleh media massa kedalam kehidupan sehari-hari
mereka.
Efek dan dampak media pada beberapa tinjauan menurut Severin dan Tankard :
1. Peranan persepsi dan isu bahasa dalam media messa, diperinci dalam:
a. Peranan persepsi dan motivasi sikap dalam komunikasi
b. Masalah-masalah yang berkaitan dengan encoding
c. Analisis propaganda, pengukuran tingkat keterbacaan (pada media cetak)
2. Pendekatan psikologi sosial atas dampak media massa:
a. Konsistensi kognitif dan komunikasi massa
b. Teori persuasive
c. Kelompok dan komunikasi
d. Media massa dan komunikasi antarpribadi
3. Efek media massa dan daya guna yang ditimbulkannya
a. Agenda setting
b. Hipotesis jurang pengetahuan
c. Efek komunikasi massa
d. Manfaat media massa
20
2.2.3 Media Massa
Media massa merupakan sarana yang digunakan dalam proses komunikasi
massa. Merupakan penjembatan antara pesan yang dikirim dengan khalayak yang
dituju. Menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah “sarana penyampai
pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas misalnya radio, televisi,
dan surat kabar”.Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang digunakan
untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan
pengertian media massa sendiri alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari
sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat
kabar, film, radio dan televisi.
Karakteristik:
Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki karakteristik tertentu.
Karakteristik Media massa menurut Cangara (2006) antara lain:
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak
orang, yakni mulai dari pengumpulan,pengelolaan sampai pada penyajian
informasi.
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan
terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi atau
umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak,
karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana
informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang
sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar,
dan semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana
saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa
Menurut Djafar H. Assegaf (1991), media massa memiliki lima ciri:
1. Komunikasi yang terjadi dalam media massa bersifat searah di mana
komunikan tidak dapat memberikan tanggapan secara langsung kepada
21
komunikatornya yang biasa disebut dengan tanggapan yang tertunda (delay
feedback).
2. Media massa menyajikan rangkaian atau aneka pilihan materi yang luas,
bervariasi. Ini menunjukka bahwa pesan yang ada dalam media massa berisi
rangkaian dan aneka pilihan materi yang luas bagi khalayak atau para
komunikannya.
3. Media massa dapat menjangkau sejumlah besar khalayak. Komunikan dalam
media massa berjumlah besar dan menyebar di mana-mana, serta tidak
pernah bertemu dan berhubungan secara personal.
4. Media massa menyajikan materi yang dapat mencapai tingkat intelek ratarata. Pesan yang disajikan dengan bahasa yang umum sehingga dapat
dipahami oleh seluruh lapisan intelektual baik komunikan dari kalangan
bawah sampai kalangan atas.
5. Media massa diselenggrakan oleh lembaga masyarakat atau organisasi yang
terstruktur. Penyelenggara atau pengelola media massa adalah lembaga
masyarakat/organisasi yang teratur dan peka terhadap permasalahan
kemasyarakatan.
McLuhan membagi dua tipe media yaitu:
1. Hot media: merupakan media yang mempunyai pengaruh besar kepada
khalayak, stimulus yang diberikan biasanya tunggal. Misalnya informasi
hanya memberi stimulus untuk mata atau telinga. Khalayak biasanya harus
menaruh konsentrasi dan membuat theatre of mind untuk mempresepsikan
informasi tersebut. Misalnya radio dan buku.
2. Cool media: media yang memberikan stimulus yang banyak. Khalayak tidak
perlu terlalu berkonsentrasi karena telah disuguhkan sesuatu yang utuh.
Misalnya televisi dan film kartun.
2.2.4
Televisi
Televisi merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang paling
berpengaruh pada kehidupan manusia. Penemuan televisi telah melalui berbagai
eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan akhir abad 19 dengan dasar penelitian
yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan
Marconi pada tahun 1890. Kegiatan penyiaran di Indonesia sendiri dimulai pada
22
tanggal
24
agustus
1962
oleh
TVRI
(Ardianto,
2007,
p.136).
Pada
perkembangannya stasiun tv di Indonesia telah banyak mengalami perkembangan.
Selain tv nasional TVRI, stasiun tv swasta lainnya terbentu yaitu RCTI, SCTV,
ANTV, INDOSIAR, TRANS TV, TRANS 7, METRO TV, NET TV, TV ONE, BChannel, Jak TV, Global TV, O Channel. Fungsi televisi sendiri hampir sama dengan
media massa lainnya yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk.
Karakteristik Televisi (Ardianto, 2007, p.137) :
1. Audiovisual
Memiliki unsur audio agar dapat didengarkan juga visual agar dapat dilihat.
2. Berpikir dalam gambar
Pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak harus dapat terwakilkan
dengan pemilihan gambar dan kesinambungan gambar yang ada. Sehingga
pesan dapat tersampaikan dengan baik kepada khalayak.
3. Pengoperasian lebih kompleks
Pengoperasian pada televisi lebih rumit dari pada radio, lebih membutuhkan
orang yang banyak.
4. Efisiensi Biaya
Salah satu keuntungan televisi adalah kemampuannya menjangkau
khalayak sasaran yang sangat luas. Jangkauan massa ini menimbulkan
efisiensi biaya dalam menjangkau setiap khalayak.
5. Dampak yang Kuat
Keunggulan lainnya adalah kemampuannya menimbulkan dampak yang
kuat terhadap konsumen dengan tekanan sekaligus pada dua panca
indera, yaitu penglihatan dan pendengaran. Televisi juga mampu
mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, drama, dan
humor.
6. Pengaruh yang Kuat
Televisi juga mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi
persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan masyarakat menghabiskan
waktunya di depan televisi sebagai sumber berita, hiburan, dan sarana
pendidikan.
23
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
1. Pemirsa
Acara yang ditayangkan harus sesuai dengan kebutuhan dan minat pemirsa.
Isi pesan yang akan disampaikan pun harus sesuai dengan pemirsa yang telah
ditargetkan.
2. Waktu
Setelah komunikator mengetahui minat dan kebiasaan tiap kategor pemirsa,
langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan minta
dan kebiasaan pemirsa.
3. Durasi
Durasi merupakan jumlah waktu yang ditentukan untuk setiap acaranya.
Durasi akan sesuai dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah. Acara
tidak akan sampai kepada target jika acara memiliki durasi yang terlalu cepat
atau terlalu lama.
2.2.5
Jenis Program
Jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu
program informasi (berita) dan program hiburan. Menurut Vane-Gross (1994)
menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik dari suatu
program (Naratama, 2013).
Jenis program :
1. Program informasi
Program yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak dan
memberikan pemenuhan kepuasaan atas keingintahuan masyarakat terhadap
suatu peristiwa. Program informasi dibagi menjadi :
a. Hardnews : berita penting yang harus disegerakan dan disampaikan
langsung agar dapat diketahui oleh masyarakat. Dalam hardnews
bentuk berita dibagi tiga yaitu:
-
Straight news : berita singkat yang disajikan dalam waktu singat dan
hanya mencangkup hal-hal penting yaitu 5W+1H.
-
Feature : berita yang berisikan informasi ringan untuk khalayaknya.
Adakalanya feature termasuk dalam berita ringan atau softnews,
namun berita feature juga terkadang masuk dalam hardnews, dimana
dikenal dengan istilah news feature, yang merupakan pengangkatan
24
sisi lain dari suatu berita penting misalnya dari segi human
interestnya.
-
Infotainment : berita yang menyajikan tentang informasi mengenai
kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat.
b. Softnews : informasi penting dan menarik yang disampaikan secara
mendalam namun penyiarannya tidak harus disegerakan kepada
khalayak. Bentuk-bentuknya yaitu:
-
Current Affair : program yang menyajikan informasi terkait engan
suatu berita penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara
lengkap dan mendalam. Tidak terlalu terpacu dengan waktu seperti
hardnews.
-
Magazine : program yang menampilkan informasi ringan namun
mendalam dan didalamnya terdapat berbagai macam informasi dari
berbagai aspek.
-
Documenter : program informasi yang bertujuan untuk pendidikan
dan pembelajaran namun disajikan dengan menarik.
-
Talk show : program yang menampilkan satu atau beberapa orang
untuk membahas suatu topic tertentu yang dipandu oleh pembawa
acara.
2. Program Hiburan
Merupakan segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur khalayak
dalam bentuk musik, lagu, cerita, animasi dan permainan. Bentuk-bentuknya
yaitu:
a. Drama : program yang menyajikan cerita tentang suatu kehidupan
yang dijalani oleh seorang karakter dan karakter tersebut diperankan
oleh pemain (artis). Yang biasanya sangat memainkan emosi dan
konflik. Dalam drama ini juga terdapat bentuk lain yaitu sinetron, film
dan kartun atau animasi.
b. Permainan : program yang menampilkan seorang atau kelompok
orang yang saling bersaing biasanya untuk memperebutkan hadiah.
Terdapat tiga jenis yaitu quiz show, ketangkasan dan reality show.
c. Musik : program yang berisikan informasi dalam ruang lingkup music
bisa dalam bentuk video klip atau konser.
25
d. Pertunjukan : program yang menampilkan kemampuan seseorang atau
beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar studio,
di luar ruangan atau di dalam ruangan. Contohnya program sulap dan
lawak.
2.2.6
Format Acara
Format acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep
acara televisi yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan
terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan dan target pemirsa
acara tersebut (Naratama, 2013, p. 68). Maka dari itu hendaknya tayangan televisi
digarap berdasarkan format yang telah disepati oleh barbagai pihak dan
dipertimbangkan oleh berbagai pihak agar suatu program tidak kehilangan haluan
dan maknanya. Adapun format acara menurut Naratama sebagai berikut:
1. Fiksi (Drama) : format acara televisi yang diproduksi an dicipta melalui
proses imajianasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa
dan dikreasi ulang. Misalnya drama percintaan, tragedy, horror, komedi,
legenda, animasi dan aksi.
2. Nonfiksi (nondrama) : format acara televisi yang diproduksi dan dicipta
melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan seharihari tanpa harus menginterpretasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia
khayalan. Misalnya music, magazine show, talk show, variety show,
repackaging, game show dan kuis.
3. Berita dan olahraga : format acara televisi yang diproduksi berdasarkan
informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada
kehidupan masyarakat sehari-hari. Dibutuhkan tingkat factual dan aktualitas
yang tinggi, misalnya berita ekonomi dan laporan olahraga.
2.2.7
Animasi
Animasi berasal dari bahasa latin animare yang berarti untuk memberikan
hidup untuk menghidupkan. Namun secara besar berarti kreasi pergerakan ilusi di
dalam garis-garis dan bentuk-bentuk. Atau bisa jga dikatakan sebagai film yang
dibuat tangan, frame by frame, yang menyediakan ilusi pergerakan yang tidak
26
langsung direkam dalam sense photografi yang konvensional. Menurut Norman
McLaren animasi bukan seni menggambar yang bergerak, tapi lebih kepada seni
pergerakan yang tergambar. Apa yang terjadi antara setiap frame lebih penting dari
apa yang terjadi di setiap framenya. Sedangkan menurut Holloway animasi adalah
untuk memberikan kehidupan dan jiwa pada desain yang dibuat, bukan melalui
pengkopian tapi melalui tranformasi kenyataan (Wells, 2004, p.10).
Pendapat lain mengenai animasi dikemukakan oleh John Halas dia
menjelaskan jika tugas film live action adalah untuk menghadirkan realita fisik,
maka film animas fokus pada kenyataan metapsikal, bukan tentang bagaimana
sesautu terlihat tapi apa yang mereka maksudkan. Mark Roget mencetuskan teori
“persistence of vision” yang menjelaskan kenapa manusia dapat memahami
pergerakan yang dilihatnya menggunakan mata pada sebuah gambar dan
menyambungkannya pada gambar selanjutnya, yang menimbulkan keberlanjutan.
Pendekatan dalam animasi :
1. animasi orthodox
2. animasi experimental
Secara umum animasi dibagi menjadi dua bentuk yakni :
1. Animasi 2D
2. Animasi 3D
Animasi 3D merupakan macam animasi yang dibuat menggunakan CGI
(Computer Generated Imaginary). Membuat sebuah objek dan lingkungannya
dengan software di komputer.
2.2.8 Konsep Pendidikan Bicara Anak
Berbicara merupakan kemampuan manusia yang harus sudah dilatih dari
kecil. Terdapat beberapa fase pada anak yang harus dilewati sampai seorang anak
benar-benar dapat bicara. Difase itulah anak-anak harus mendapat stimulasi yang
membantunya bicara. Namun bagaimana jika pada fase pemerolehan tersebut anak
tidak mendapat dukungan stimulus yang baik? Maka akan muncul masalah yang
disebut dengan speech delay atau keterlambatan berbicara. Penekatan ilmu
pengetahuan kognitif telah menjelasna tentang pengaruh struktur otak yang sangat
menentukan pendidikan anak mulai dari lahir sampai dewasa, dimana struktur otak
yang berkembang dari usia dini akan mempengaruhi perkembangan anak pada masa
27
depannya. Lenneberg menjelaskan bahwa ada keterkaitan antara perkembangan
biologi dengan kemampuan berbahasa, karena pada saat anak sudah dapat
mengangkat lehernya, sekitar 12 minggu, seorang anak sudah dapat tersenyum jika
digendong, serta sudah mampu mengeluarkan bunyi dekutan (cooing)
(Yamin,
2013, p.104). Slobin mengemukakan bahwa “setiap pendekatan modern terhadap
perolehan bahasa akan mengahdapi kenyataan dibangun sejak semula oleh setiap
anak,memanfaatkan aneka kapasitas bawaan sejak lahir yang beraneka ragam dalam
interaksinya dengan pengalaman-pengalaman dunia fisik dan sosial. Menurut Cairn,
1986 pemerolehan bahasa dititik beratkan pada salah satu aspek proses pemerolehan.
Beberapa
diantaranya
sangat
menaruh
perhatian
pada
ciri-ciri
structural
pengembangan sistem linguistik, yang lain pada hubungan ucapan-ucapan dini
dengan perkembangan kognitif anak, sedangkan yang lainnya menaruh perhatian
besar pada penggunaan sosial bahasa pertama, bahasa dini (Yamin, 2013, p.105).
Perkembangan bahasa terlihat pada anak-anak usia 1 – 3 tahun, sebagaimana
yang dikemukakan Erikson, pada usia itu masuk dalam tahap Autonomy vs Shame
and Doubt. Pada tahap ini anak-anak belajar menggunakan anggota tubuhnya sendiri
tanpa menginginkan bantuan dari orang dewasa untuk melingkupi toilet training,
makan, berjalan, bereksplorasi, dan berbicara, tetapi anak pada masa ini melakukan
hal – hal tersebut tanpa tujuan dan belum teroganisir (Yamin & Sabri, 2013, p.11).
Tahap-tahap perkembangan bahasa menurut Vygosky :
1. Tahap eksternal
Tahap berfikir dengan sumber berfikir anak berasal dari luar dirinya.
2. Tahap egosentris
Suatu tahap ketika pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan.
3. Tahap internal
Tahap ketika anak dapat menghayati proses berfikir.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak dari aspek lingkungan
(Yamin, 2013, p.109) :
a. Anak-anak berada di dalam lingkungan yang posituf dan bebas dari tekanan.
Lingkungan yang kaya bahasa akan menstimulasi perkembangan bahasa
anak. Stimulasi akan optimal jika anak tidak dalam kondisi tertekan.
28
b. Menunjukan sikap dan minat yang tulus pada anak.
Anak usia dini emosinya masih kuat, karena itu orang dewasa harus memberi
perhatian yang besar kepada anak.
c. Menyampaikan pesan verbal diikuti dengan pesan nonverbal
d. Dengan bercakap-cakap dengan anak-anak, orang dewasa harus menunjukan
ekspresi, intonasi dan gerakan yang sesuai dengan ucapannya.
e. Melibatkan anak dalam komunikasi.
Menurut IDEA (Individuals with Disabilities Education Act) tahun 1997,
gangguan berbicara dan berbahasa pada anak mengacu pada gangguan komunikasi
seperti gagap, gangguan artikulasi, gangguan bahasa atau gangguan suara yang
berdampak pada hasil pembelajaran seorang anak (Yamin, 2013, p.162).
Penyebab terjadinya gangguan bicara dan berbahasa pada anak dapat dilihat dari
berbagai faktor yaitu:
1. Secara biologis, dimana masalah itu berkaitan dengan susunan saraf pusat
atau struktur dan fungsi dari sistem lain di dalam tubuh. Misalkan langitlangit mulut yang tidak sempurna, lidah yang tebal dan pendek.
2. Secara lingkungan, dapat dilihat dari segi lingkungan fisik ataupun sosial.
lingkungan fisik misalnya dimana anak mengalami infeksi telinga yang
berulang. Dan dari segi lingkungan sosial adalah dimana anak mendapatkan
stimulus yang akan meragsang perkembangan mereka. Stimulus tersebut
didapatkan dari komunikasi atau pembelajaran dengan orang dewasa dan dari
lingkungan yang sering memberikan stimulus misalnya acara televisi, atau
permainan yang sering dimainkan.
Gangguan bicara dan komunikasi :
-
Kelemahan membedakan stimulus auditif
-
Perkembangan bahasa yang lamban
-
Seringkali kehilangan pendengaran
-
Seringkali berbicara tidak teratur
2.2.9 Persepsi
Dalam komunikasi proses persepsi datang setalah individu mendapatkan
pesan yang diberikan, karena pada dasarnya persepsi merupakan proses penafsiran
29
atau penginterpretasian suatu pesan. Maka tidak salah jika dikatakan persepsi
merupakan inti dari proses komunikasi. Karena bagaimana keberlanjutan pesan akan
ditindak lanjuti diawali dengan bagaimana persepsi yang muncul. Persepsi muncul
dari stimulus atau pesan yang disebut data sensoris pada alat indra manusia. Menurut
John R. Wenburg dan William W. Wilmot persepsi dapat didefinisikan sebagai cara
organisme memberi makna. Menurut Philip Goodacre dan Jennifer Follers persepsi
adalah proses mental yang digunakan untuk mengenali rangsangan. Sedangkan
menurut Joseph A. DeVito persepsi adalah proses yang menjadikan kita sadar akan
banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita (Mulyana, 2008, p.180). Menurut
Berelaon dan Steiner (1964) persepsi merupakan proses kompleks di mana orang
memilih, mengoraganisasikan, dan menginterpretasikan respons terhadap suatu
rangsangan ke dalam situasi masyarakat dunia yang penuh arti dan logis. Dan
menurut Bennett Hoffman dan Parkash(1989) persepsi merupakan aktivitas aktif
yang melibatkan pembelajaran, pembaruan, cara pandang, dan pengaruh timbal balik
dalam pengamatan (Severin, 2011, p.84).
Proses persepsi melibatkan alat indera kita. Semua alat indera memiliki peran
masing-masing yang nantinya menjadi bagian dari pembentukan persepsi. Dari
pengindraan (sensasi) melalui alat indra (indra pelihat, indra peraba, indra pencium,
indra pengecap, dan indra pendengar), masuk keproses atensi lalu interpretasi.
Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat pengindraan,
pendengaran, pengecap, penglihatan, sentuhan, dan penciuman. Reseptor indrawi
yang menjadi medianya adalah mata, telinga, hidung, kulit dan lidah. Alat indra lah
yang akan menghubungkan manusia dengan alam sekitar dan rangsangan-rangsangan
yang diterimanya. Lalu rangsangan itu dikirimkan ke otak, yang nantinya akan
dipelajari maknanya. Kenenth K. Serenodan Edward M. Bodaken juga Judy C.
Pearson dan Paul E. Nelson menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari tiga aktivitas
yaitu seleksi, organisasi, dan interpretasi. Yang dimaksud seleksi sebenarnya
mencakup sensasi dan atensi, sedangkan organisasi melekat pada interpretasi, yang
dapat didefinisikan sebagai “meletakan suatu rangsangan bersama rangsangan
lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna.” (Mulyana, 2008,
p.181).
Untuk membentuk persepsi harus ada objek yang bisa dipersepsi, ini bisa
termasuk benda fisik, manusia atau individu lain dan diri sendiri. Manusia cenderung
akan lebih memberi perhatian kepada rangsangan yang menarik perhatiannya atau
30
memiliki daya tarik. Dan cenderung akan memperhatikan rangsangan yang berkaitan
dengan kebutuhan atau kepentingannya. Latar belakang pengalaman, budaya dan
suasana psikologis yang berbeda juga membuat persepsi kita berbeda.
Persepsi manusia terbagi menjadi dua (Mulyana, 2008, p.184) yaitu:
1. Persepsi terhadap lingkungan fisik
Cakupan dari persepsi ini adalah lambing -lambang fisik, sifat-sifat luar dan
juga objek yang tidak bereaksi.
2. Persepsi sosial
Merupakan proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian
yang kita alami dalam lingkungan kita. Lebih cenderung dipengaruhi oleh sisi
emosional manusia.
Faktor psikologis yang mempengaruhi persepsi:
a. Asumsi dan persepsi
Persepsi akan dipengaruhi oleh asumsi yang telah terbentuk terlebih
dahulu bagi seorang individu. Biasanya asumsi telah terbentuk dari
pengalaman masa lalu.
b. Harapan-harapan budaya dan persepsi
Latar belakang budaya yang ada juga akan mempengaruhi persepsi. Nilainilai dalam budaya akan mempengaruhi cara pandang kita. Bahkan di
dalam perbedaan budaya juga terdapat perbedaan cara berkomunikasi
yang juga akan mempengaruhi persepsi.
c. Motivasi dan persepsi
Motivasi yang melatarbelakangi seseorang juga akan mempengaruhi
persepsi yang terbentuk.
Berikut adalah prinsip dari persepsi sosial yaitu:
a. Persepsi berdasarkan pengalaman
Pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai
realitas sosial yang telah dipelajari. Persepsi manusia terhadap seseorang,
objek atau kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan
pengalaman dan pembelajaran masa lalu mereka yang berkaitan dengan
orang, objek atau kejadian serupa.
31
b. Persepsi bersifat selektif
Tidak semua rangsangan dapat kita tafsirkan. Maka dalam proses
atensilah individu akan memilih rangsangan mana yang akan diteruskan
ke proses interpretasi. Biasanya rangsangan yang sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan yang diproses lebih lanjut.
Berikut adalah faktor-faktornya :
1. Faktor internal yang mempengaruhi atensi
Terdiri dari faktor biologis (lapar, haus, kenyang dll), faktor fisiologis
(tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat, sakit dll), dan faktor sosial
budaya seperti gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, peranan, status sosial, pengalaman masa lalu, kebiasaan
bahkan
faktor-faktor
psikologis
seperti
motivasi,
keinginan,
pengharapan, kemarahan dll.
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi
Mencangkup atribut-atribut objek yang dipersepsi seperti gerakan,
intensitas, kontras, kebaruan dan perulangan objek.
c. Persepsi bersifat dugaan
Persepsi merupakan loncatan langsung kepada kesimpulan. Karena pada
dasarnya rangsangan yang diterima indra kita pada pertama kalinya tidak
memiliki data yang lengkap.
d. Persepsi bersifat evaluatif
Persepsi merupakan proses kognitif dalam diri yang mencerminan sikap,
kepercayaan, nilai dan pengharapan untuk memaknai objek persepsi.
e. Persepsi bersifat kontekstual
Setiap konteks akan membentuk persepsi yang berbeda-beda.
Proses persepsi yang digunakan dalam komunikasi massa:
1. Selective exsposure
Kecenderungan seseorang untuk mengekspos diri mereka sendiri atau
memperlihatkan keberadaan mereka sendiri dalam komunikasi yang mereka
anggap sesuai dengan sikap-sikap mereka dan untuk menghindari komunikasi
yang tidak sesuai.
32
2. Selective attention
Kecenderungan seseorang untuk memerhatikan bagian-bagian dari sebuah
pesan yang sama dengan sikap, kepercayaan, atau tingkah lakuyang dipegang
dengan kuat dan untuk menghindari bagian-bagian dari sebuah pesan yang
bertentangan.
3. Selective retention
Kecenderungan seseorang untuk mengingat kembali suatu informasi yang
dipengaruhi oleh keinginan, kebutuhan, sikap dan faktor-faktor psikologis
lain.
Persepsi manusia :
1. Persepsi menerangkan bagaimana individu memberikan perhatian kepda
dunia
2. Persepsi sebagai suatu proses aktif
3. Sebagai proses yang terjadi secara tumpang-tindih dan berkelanjutan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi :
a. Fisiologis, kemampuan sensoris : visual dan audio, fisik dan umur.
b. Kebudayaan : kepercayaan, nilai-nilai, pemahaman dan asumsi.
c. Standpoint theory : komunitas sosial, ras, etnisitas, gender, kelas ekonomi,
agama, spiritualitas,umur dan orientasi seksual.
d. Posisi kekuasaan dalam hierarki sosial.
e. Peranan sosial : peranan sosial dalam berkomunikasi, harapan terhadap
pemenuhan peran, pilihan karir.
f. Kemampuan kognitif
g. Kompleksitas kognitif
h. Persepsi yang bersifat pada orang
Manusia pada dasarnya terus menerus menghasilkan persepsi-persepsi dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya manusia akan membentuk persepsi pada informasi
atau stimulus yang menarik perhatiannya. Maka terdapat jenis informasi yang
biasanya menarik perhatian manusia yaitu :
1. Tampil dengan stimulus fisik yang kuat
2. Dapat menimbulkan emosi
33
3. Mengagetkan, karena kehadiran informasi tersebut tidak diharapkan individu
4. Memperkuat pola pikir, gaya berpikir dan bertindak
5. Sesuai dengan pengetahuan individu sebelumnya sehingga membuat individu
meletakan pesan tersebut dalam konteks tertentu.
6. Berkaitan dengan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
7. Tentang sesuatu yang harus dilakukan
Terdapat tiga elemen utama dalam persepsi manusia, yaitu:
1. Konsep diri, persepsi individu terhadap “sesuatu” sangat tergantung dari
bagaimana dia memandang dirinya sendiri
2. Memori, apa yang dipersepsikan individu berkaitan erat dengan kemampuan
atau daya ingat
3. Kemampuan individu untuk mengabaikan sesuatu yang tidak disukai, apa
yang dipersepsikan itu sangat kontras dengan kesukaannya
Tahap-tahap dalam proses persepsi (Liliweri, 2011, p.158):
1. Tahap Stimulasi
Tahap dimana individu menerima stimulus atau rangsangan dari luar, diawali
oleh alat indra yang akan menangkap makna dari stimulus tersebut
2. Tahap Organisasi
Tahap dimana stimulus tadi diorganisasikan berdasarkan tatanan tertentu
biasanya dengan schemata (tatanan stimulus yang kemungkinan ada) dan
script (refleks perilaku yang ditunjukan setelah menerima stimulus tersebut).
3. Tahap Interpretasi dan Evaluasi
Pada tahap ini individu akan membuat interpretasi dan evaluasi terhadap
stimulus berdasarkan pengalaman masa lalu atau pengetahuan tentang apa
yang diterima oleh individu.
4. Tahap Memori
Semua stimulus yang telah diolah dan diorganisasikan tersebut direkam
dalam ingatan atau memori individu.
5. Tahap Recall
Persepsi yang disimpan dalam bentuk rekaman memori itu dapat dikeluarkan
kembali sesuai dengan waktu dan keadaan tertentu
34
Hal-hal yang mempengaruhi proses persepsi antarpersonal individu:
1. Teori implicit personality mengemukakan bahwa persepsi antarpersonal
terbentuk karena beberapa karakterisitik tertentu dari individu yang bersatu
dengan beberapa karakteristik tertentu dari orang lain.
2. Persepsi juga terbentuk dari self-fulfiling prophecy yaitu individu
menemukan atau menghadapi sesuatu yang dia tidak duga sebelumnya yang
mempengaruhi orang lain
3. Persepsi juga dapat dipengaruhi oleh primacy-recency yakni kecenderungan
individu untuk memberikan perhatian penting terhadap apa yang dilihatnya
pertama kali.
4. Stereotip
5. Penilaian atribusi, proses di mana seseorang mencoba memahami perilaku
orang lain.
Jenis-jenis persepsi:
a. Persepsi diri
Merupakan persepsi yang didasarkan pada self esteem atau apa yang disukai.
Persepsi diri dibentuk dari penerimaan individu terhadap dirinya sendiri,
penerimaan individu dalam kelompok, pengalaman masa lalu dan suatu
informasi yang dirasa dapat memberikan keuntungan atau manfaat.
b. Persepsi lingkungan
Persepsi yang terbentuk dari konteks lingkungan dimana informasi atau
stimulus
didapatkan.
Lingkungan
akan
sangat
berpengaruh
pada
pembentukan makna dan persepsi pada suatu informasi yang ada.
c. Persepsi yang dipelajari
Persepsi ini lahir dalam bentuk ide, pikiran, gagasan dan keyakinan yang
dipelajari dari orang lain. Biasanya dipengaruhi oleh kebudayaan atau
kebiasaan individu lain yang berada dalam lingkungan tersebut.
d. Persepsi fisik
Persepsi yang berbasis pada sesuatu yang dapat diukur misalnya jarak antar
individu.
35
e. Persepsi budaya
Persepsi yang muncul dari latar belakang kebudayaan yang ada di sekitar
individu. Karena setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda maka
kemungkinan perbedaan persepsi akan semakin banyak.
2.2.10 Literasi Media
McCannon mengartikan literasi media sebagai kemampuan secara efektif dan
secara efisien memahami dan mengguanakan media massa (Strassburger & Wilson
2002). James W Potter (2005) mendefinisikan literasi media sebagai satu perangkat
perspektif dimana kita secara aktif memberdayakan diri kita sendiri dalam
menafsirkan pesan-pesan yang kita terima dan bagaimana kita mengantisipasinya.
Literasi media secara harafiah menurut kamus Oxford media berarti jalur utama
kebanyakan orang mendapatkan informasi dan hiburan, baik melalui radia, televisi
dan surat kabar.
Sedangkan literasi berarti kemampuan membaca dan menulis. Literasi media
menurut Konferensi Kepimimpinan Nasional Literasi Media yang berlangsung di
Amerika pada tahun 1992 adalah kemampuan untuk mengakses, menganilisis,
mengevaluasi dan mengkomunikasikan pesan. Menurut Santi Indra Astuti literasi
media menggunakan pendekatan inocculationist berupaya memproteksi anak-anak
dari apa yang dipersepsi sebagai efek buruk media massa (Hidayat & et all, 2011.Sp,
36). Terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan arti dari literasi media, di antaranya
Paul Messaris yang menyatakan bahwa literasi media merupakan pengetahuan
mengenai bagaimana media berfungsi dalam masyarakat. Alan Rubin (1998)
mengartikannya sebagai pengolahan kognitif dan informasi dan evaluasi kritis pesan.
Pemahaman sumber dan teknologi dari komunikasi, kode yang digunakan pesan
yang diproduksi dan pemilihan, penafsiran, serta dampak dari pesan tersebut.
Sedangkan Baran dan Dennis (2010) memandang literasi media sebagai suatu
rangkaian gerakan melek media, yaitu gerakan melek media dirancang untuk
meningkatkan control individu terhadap media yang mereka gunakan untuk
mengirim dan menerima pesan (Tamburaka, 2013, p.8). Audiens harus lebih sadar
bahwa televisi bukan hanya memberikan hiburan dan informasi semata, melainkan
juga terdapat konten yang tidak kita butuhkan dan bahkan ada yang akan
memberikan dampak yang buruk bagi penontonnya.
36
Elemen literasi media menurut Art Silyerblatt yang disempurnakan oleh Stanley
J. Baran adalah sebagai berikut:
1. Sebuah keterampian berpikir kritis yang memungkinkan anggota khalayak
untuk mengembangkan penialaian independen tentang konten media.
2. Pemahaman tentang proses komunikasi massa.
3. Sebuah kesadaran akan dampak media pada individu dan masyarakat.
4. Strategi untuk menganalisis dan mendiskusikan pesapesan media.
5. Memahami isi media sebagai teks yang memberikan wawasan kita tentang
budaya dan hidup.
6. Kemampuan untuk menikmati, memahami, dan menghargai isi media.
7. Pembangunan dari keterampilan produksi yang efektif dan bertanggung
jawab.
8. Pemahaman tentang kewajiban etika dan moral praktis media.
Berdasarkan hasil konferensi tingkat tinggi mengenai penanggulangan dampak
negatif media massa, yaitu 21 Century Literacy Summit di Jerman pada Maret 2002,
menyatakan bahwa literasi media mencangkup :
1. Literasi teknologi, kemampuan memanfaatkan media baru seperti internet
agar bisa mengakses dan mengkomunikasikan informasi secara efektif.
2. Literasi
informasi,
kemampuan
mengumpulkan,
mengorganisasikan,
menyaring, mengevaluasi, dan membentuk opini berdasarkan hal-hal tadi,
3. Kreativitas media, kemampuan yang terus meningkat pada individu
dimanapun berada untuk membuat dan mendistribusikan isi kepada khalayak
berapapun ukuran khalayak
4. Tanggung jawab dan kompetensi sosial, kompetensi untuk memperhitungkan
konsekuensi-konsekuensi publikasi secara online dan bertanggung jawab atas
publikasi tersebut khususnya pada anak-anak.
Sementara menurut Centre For Media Literacy (2003) upaya untuk membuat
khalayak menjadi kritis terhadap konten media mencakup :
a. Kemampuan mengkritik media
b. Kemampuan memproduksi media
c. Kemampuan mengajarkan tentang media
d. Kemampuan untuk mengeksplorasi sistem pembuatan media
37
e. Kemampuan mengeksplorasi berbagai posisi
f. Kemampuan berfikir kritis atas isi media
Menurut Potter (1998) cakupan kegiatan literasi media mencakup:
1. Melek media adalah sebuah rangkaian, bukan pengelompokan
2. Melek media perlu dikembangkan
3. Melek media merupakan multidimensional, yaitu :
a. Kognitif : merujuk pada proses mental dan pemikiran
b. Emosi : dimensi perasaan
c. Estetika : kemampuan menikmati, memahami dan mengharagi konten
media secara artistic.
4. Moral, kemampuan untuk menangkap makna yang mendasari pesan
5. Tujuan dari melek media adalah untuk memberikan kita lebih banyak control
atas penafsiran
Menurut Baran (2011) pengetahuan tentang konsumsi media membutuhkan beberapa
keahlian, diantaranya:
1. Kemampuan dan keinginan keras untuk mengerti sebuah isi, memperhatikan,
dan menyaring gangguan
2. Pemahaman dan penghargaan terhadap kekuatan pesan media
3. Kemampuan untuk membedakan reaksi alasan emosional ketika menanggapi
isi dan bertindak secara benar
4. Membangun harapan tinggi isi media
5. Ilmu pengetahuan tentang konvensi sebuah genre dan kemampuan untuk
mengenali kapan mereka sedang dicampur
6. Kemampuan untuk berpikir kritis tentang pesan di media, se-kredibel apapun
sumber mereka
7. Suatu pengetahuan tentang bahasa internal dari berbagai media dan
kemampuan untuk memahami efeknya, tidak peduli berapa rumitnya
Goerge Gerbner mengemukakan bahwa dibandingkan dengan media lain televisi
telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mendominasi lingkungan simbolik kita, dengan cara menggantikan
pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia
38
lainnya (Hidayat & et all, 2011, p.51). Dalam P3 telah disusun klasifikasi penonton
yakni A untuk anak-anak, R untuk remaja, D untuk dewasa dan SU untuk semua
umur. Literasi media merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh audiens. Itu
diperuntukan agar dapat mengurangi dampak negatif dari televisi.
Diketahui bahwa di Indonesia sendiri kurang adanya perhatian khusus tentang
literasi media. Dan kekurangan pengertian dari literasi media ini paling sering
dirasakan oleh anak-anak. Anak-anak merupakan pengguna televisi yang cukup
aktif, diketahui menurut YPMA (Yayasan Pengembangan Media Anak) pada 2006
jumlah anak-anak menonton televisi adalah 35 – 45 jam atau 1.560 – 1.820 jam
pertahunnya. Dengan angka yang besar inilah maka literasi media juga harus
diberikan kepada anak-anak dan orang tua yang membimbing. Gerbner menjelaskan
bahwa menonton acara televisi akan membentuk dan mendistorsi konsepsi realitas
sosial pemirsa. Artinya audiens akan menganggap bahwa konten yang ada di dalam
televisi merupakan hal normatif. Dan pengulangan yang terus menerus akan
menyebabkan peniruan dan pengadopsian konten yang ditayangkan televisi.
Kategori – kategori tayangan anak-anak(Hidayat & et all, 2011, p.244) :
1. Kategori “aman” yaitu tayangan yang tidak hanya menghibur tapi juga
memberikan manfaat lebih seperti pendidikan, motivasi, mengembangkan
sikap percaya diri anak dan penanaman nilai – nilai positif dalam kehidupan.
Sebagai contoh tayangannya adalah Samba dan Sahabat, Jalan Sesama, Ipin
Upin dan Barney and Friends.
2. Kategori “hati – hati” yaitu tayangan yang pada umunya baik dan memiliki
nilai positif namun masih memuat adegan kekerasan, seks dan cerita yang
agak rumit sehingga dipandang memerlukan kehadiran orang tua. Contoh
tayangan ini adalah “Shaun The Sheep”, Yugioh dan Astro Boy.
3. Kategori “berbahaya” yaitu tayangan yang mengandung muatan negatif
seperti kekerasan, mistis, seks dan perilaku negatif lainnya dengan frekuensi
penyiaran yang cukup tinggi dan cenderung menjadi daya tarik utama.
Contohnya Bleach, One Piece dan Bernard Bear.
39
Upaya mengantisipasi dampak buruk televisi (Hidayat & et all, 2011, p. 150) :
1. Tidak menempatkan televisi di dalam kamar anak
2. Rekomendasi dari American Academy of Pediatric (AAP), anak berusia
kurang dari dua tahun, sebaiknya tidak boleh menonton televisi dan anak usia
satu hingga tiga tahun waktu menonton dibatasi. Dan anak di bawah 10 tahun
dihindarkan dari tayangan yang agrefitasnya tinggi dan mengacu pada
kekerasan.
3. Anak diberi batasan waktu menonton televisi sehari sebanyak-banyaknya
selama dua jam.
4. Orang tua harus mendampingi anak dalam menonton televisi. Bersama-sama
dengan anak memutuskan tayanga atau program anak yang mana saja yang
akan disaksikan bersama.
5. Bagi orang tua yang keduanya bekerja, anak harus didampingi oleh
pengasuhnya. Dan orang tua harus memberi pengarahan terlebih dahulu
kepada pengasuhnya.
6. Orang tua bersama anak dapat melakukan kegiatan positif di luar rumah yang
dapat membantu perkembangan anak.
2.2.11 Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial merupakan teori yang mempelajari dampak media
massa yang dicetuskan oleh Albert Bandura pada tahun 1977-1994. Bandura
menyatakan bahwa terjadi banyak pembelajaran melalui pengamatan pada perilaku
orang lain. Teori ini terutama berharga dalam menganalisis kemungkinan dampak
kekerasan yang ditayangkan televisi, tetapi teori ini juga merupakan teori
pembelajaran umum yang dapat diaplikasikan pada bidang – bidang dampak media
massa yang lain (Severin, 2011, p.331). Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa
banyak pembelajaran manusia terjadi dengan menyaksikan orang lain yang
menampilkan perilaku beraneka ragam. Jenis pembelajaran ini juga dapat terjadi
melalui media massa, seseorang dapat mengamati orang lain yang terlibat dalam
perilaku tertentu di televisi dan dapat mempraktikan perilaku itu dalam
kehidupannya.
Bandura menyatakan sebuah variable penting yang memengaruhi apakah
terjadi pembelajaran sosial atau tidak adalah persepsi atas kemampuan diri, atau
penilaian orang-orang mengenai kemampuannya untuk menggunakan control atas
40
tingkat kinerja mereka dan kejadian-kejadian yang mempengaruhi kehidupannya
(Severin, 2011, p.323). Teori pembelajarn sosial ini juga dapat menjelaskan tentang
gagasan atau pandangan seseorang, ini dapat dilihat dari Harrison dan Cantor 1997
yang menerapkan teori ini untuk mengkaji peran televisi dalam memengaruhi
gagasan anggota audiens (Severin, 2011, p.331).
Menurut Bandura teori ini menekankan tiga hal yaitu (Liliweri, 2011, p.890) :
1. Observational Learning, menurut teori ini setiap orang mempunyai
kemampuan untuk meniru perilaku yang dia lihat karena dia “belajar
mengamati”.
2. Self-evaluation, hasil pengamatan atas perilaku yang dipelajari itu tidak
selalu menentukan perilaku, oleh karena itu kita dapat memantau dan
mengevaluasi perilaku kita dengan melihat bagaimana kita berhadapan
dengan situasi dalam kehidupan yang berkaitan dengan standar perilaku yang
kita tiru tersebut.
3. Control and shaping, menurut teori ini kita dapat berbuat sesuatu karena kita
membutuhkan suatu control terhadap proses internal maupun terhadap
lingkungan kita.
Hubungan media massa dengan teori ini memiliki tiga hal penting, yaitu
(Liliweri, 2011, p. 890) :
1. Attention (memperhatikan). Waktu audiens melihat di televisi dia akan
bilang, saya tidak pernah melihat sebelumnya. Dengan begitu muncul
ketertarikan tentang hal yang dilihatnya.
2. Retention (mengingat kembali). Audiens mengingat kembali apa yang pernah
dilihat.
3. Motivation (motivasi). Audiens akan berkata, apa sebab kita tidak berbuat
apa yang kita lihat (peniruan).
Tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial dipelajari oleh manusia dari
lingkungannya. Sekurang-kurangnya ada lima cara manusia memilih cara belajar
secara sosial, yaitu (Liliweri, 2011, p.890) :
1. Trial and error experiences (pengalaman dalam menguji dan mencobanya)
2. Perception of the object (mempersepsikan suatu objek)
3. Mengobservasi respons orang lain terhadap objek
41
4. Modeling, cara untuk memperhatikan seseorang bagaimana dia berperilaku
5. Exhortation, peringatan terhadap suatu tindakan atau tingkah laku tertentu
42
2.3 Kerangka Pemikiran
Tahap 1
Stimulasi
Tahap 2
Tahap 2
Organisasi
organization
Shaun The
Sheep
Tahap
Tahap 3
3
Interpretation
Interpretasi &
& evaluation
evaluasi
Tahap 4
Tahap
4
Memori
Memory
Tahap 5
Recall
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Persepsi
Persepsi
orang
tua
orang tua
Download