OPTIMASI ASSAY KIT IRMA TSH

advertisement
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
OPTIMASI ASSAY KIT IRMA TSH
Gina Mondrida1, Sutari1, Triningsih1, Sri Setyowati1, V. Yulianti S1,
Wening Lestari1, Agus Ariyanto1, Puji Widayati1
1
Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) -BATAN
Gedung 11, Kawasan Puspiptek Serpong
[email protected]
ABSTRAK
OPTIMASI ASSAY KIT IRMA TSH. Hormon tiroid merupakan hormon yang sangat penting diperlukan
oleh tubuh untuk pertumbuhan fisik secara normal, perkembangan otak dan mental. Range normal TSH
untuk orang dewasa 0,4 – 4,5 mIU/L, sedangkan untuk bayi 3 – 18 mIU/L. Jika fungsi kelenjar tiroid
terganggu maka sirkulasi hormon tiroid (T3 dan T4) dalam darah akan tidak normal, sehingga menyebabkan
beberapa penyakit tiroid. Oleh karena itu perlu dilakukan penetapan kadar TSH (Thyroid Stimulating
Hormon) di dalam darah guna mengetahui apakah fungsi kelenjar tiroid bekerja secara normal. Penetapan
kadar TSH di dalam darah biasa dilakukan dengan metode IRMA (Immunoradiometricassay). Selama ini kit
IRMA TSH didapat dari impor dengan harga yang cukup mahal. Sehingga perlu dilakukan penyiapan kit
IRMA TSH ini secara lokal di dalam negeri. Penyiapan kit IRMA TSH ini meliputi: pembuatan perunut TSH
(TSH-125I), pembuatan larutan standar TSH, pembuatan tabung berlapis antibodi TSH (coated tube).
Selanjutnya untuk mendapatkan kit IRMA TSH sesuai dengan kriteria kit yang baik maka perlu dilakukan
optimasi terhadap beberapa parameter prosedur assay yang meliputi: optimasi volume perunut, jumlah
cacahan perunut, volume larutan standar, volume larutan assay buffer, suhu inkubasi dan waktu inkubasi.
Dari optimasi assay tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: volume perunut: 50 μl, jumlah cacahan perunut:
± 100.000 cpm, volume larutan standar: 50 μl, volume larutan assay buffer 100 μl, waktu inkubasi: 18 jam
(semalam) pada suhu kamar (25 oC) dengan kecepatan shaker 400 rpm.
Kata kunci: Tiroid, IRMA (Immunoradiometricassay), TSH -125I, Coated tube
ABSTRACT
OPTIMATION OF ASSAY TSH IRMA KIT. Thyroid hormone is an important hormone needed by the
body for normal physical growth, brain and mental development. TSH normal range for adult is from 0.4 to
4.5 mIU/L, whereas for baby from 3 to 18 mIU/L. If the thyroid gland function disrupted then the circulation
of thyroid hormone (T3 and T4) in blood will be abnormal, so it
will cause some thyroid diseases.
Therefore, TSH assay (Thyroid Stimulating Hormon) in the blood needs to be done to know whether the
function of the thyroid gland works normally. Detection of Thyroid Stimulating Hormon (TSH) in blood is
commonly performed by Immunoradiometricassay (IRMA) method. Immunoradiometricassay (IRMA) method
was developed locally by replacing TSH IRMA kit which is imported costly from commercial companies. The
TSH IRMA kit was developed by preparing TSH tracer (TSH-125I), TSH standard solution, and TSH
antibody coated tube. Further steps to ascertain good performance of the kits were carried out including
optimization of tracer volume, tracer counts, standard volume, length and temperature of incubation. The
results showed that optimal conditions for TSH IRMA kits were tracer volume 50 μl, tracer counting 100,000
cpm, standard volume 50 μl, assay buffer volume 100 μl, incubation time 18 hours (overnight) at room
temperature (25 °C) with a shaker speed of 400 rpm.
Key words : Thyroid, IRMA (Immunoradiometricassay), TSH-125I, coated tube
PENDAHULUAN
Hormon tiroid merupakan hormon yang
sangat penting diperlukan oleh tubuh untuk
pertumbuhan normal, perkembangan otak dan
mental. Hormon-hormon yang aktif seperti T3
(triiodotironin) dan T4 (tiroksin) berguna
sebagai katalis untuk reaksi oksidatif dalam sel
jaringan tubuh. Sekresi hormon tiroid ini
dikontrol oleh TSH (Thyroid Stimulating
_______________________
________________________________________________
_____________________
1
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
Hormon) dipengaruhi oleh TRH (thyrotropin
releasing hormon) dari hipothalamus. Range
normal TSH untuk orang dewasa 0,4 – 4,5
mIU/L, sedangkan untuk bayi 3 – 18 mIU/L.
Jika fungsi kelenjar tiroid terganggu maka
sirkulasi hormon tiroid (T 3 dan T4) dalam darah
akan tidak normal, sehingga menyebabkan
beberapa penyakit tiroid seperti gangguan pada
janin, abortus cacat bawaan, retardasi mental,
bisu
tuli,
kelumpuhan
dan
kerdil.
Ketidaknormalan tersebut pada anak sekolah
ditunjukkan dengan prestasi dan IQ anak
kurang, sedangkan pada orang dewasa dapat
terjadi gondok dan segala komplikasinya
sampai terjadi kanker kelenjar tiroid [1,2,3,4].
Oleh karena itu, perlu dilakukan penetapan
kadar TSH (Thyroid Stimulating Hormon) di
dalam darah guna mengetahui apakah fungsi
kelenjar tiroid bekerja secara normal.
Penetapan kadar TSH (Thyroid Stimulating
Hormon) di dalam darah biasa dilakukan
dengan
teknik
IRMA
(Immunoradiometricassay)[5,6]. Selama ini
kit IRMA TSH didapatkan dari impor dengan
harga yang cukup mahal. PTRR telah membuat
kit ini sejak beberapa tahun lalu dengan
metoda partikel magnetik. Metode ini
mempunyai banyak kekurangan, antara lain:
pengerjaannya lebih rumit dan menggunakan
peralatan yang lebih banyak, seperti: rotator,
magnetic, separator dan lain-lain. Oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian pembuatan kit
IRMA TSH dengan metode coated tube untuk
deteksi hormon tiroid, yang lebih sederhana
dan cepat.
Metode IRMA merupakan metode
analisis yang berdasarkan pada reaksi
imunologi (ikatan antigen-antibodi), akan
terjadi reaksi antara antigen (Ag) yang terdapat
pada standar atau cuplikan dengan antibodi
monoklonal bertanda (Ab*) dalam jumlah
berlebih[7,8,10,11].
Prinsip penentuan kadar TSH (Thyroid
Stimulating Hormon) dengan teknik IRMA
adalah reaksi antara antigen (Ag) yang terdapat
pada standar atau cuplikan dengan antibodi
monoklonal bertanda (Ab*) dalam jumlah
berlebih. Ke dalam suatu tabung yang sudah
disalut dengan monoklonal antibodi TSH,
kemudian ditambahkan sampel darah pasien
(antigen tak bertanda) dan perunut TSH
(monoklonal antibodi bertanda) dalam jumlah
berlebih, kemudian diinkubasi. Setelah
diinkubasi dalam waktu tertentu, selanjutnya
dilakukan pemisahan antara antibodi bertanda
(Ab*) bebas dan antibodi bertanda (Ab*)
terikat. Besarnya keradioaktifan Ab* terikat
ditentukan dengan pencacah gamma (). Dalam
hal ini kadar Ag berbanding lurus dengan
jumlah Ab* terikat. Makin banyak Ag (analit)
dalam standar / cuplikan, makin banyak Ab*
terikat (Ab*-Ag) yang terbentuk [9].
Kit IRMA yang baik harus menunjukkan
kinerja assay yang baik dengan % NSB (Non
Specific Binding) yang rendah (< 5 %) dan
ikatan maksimum (%B/T) yang tinggi, kurva
standar yang linear, nilai cuplikan kontrol
terletak pada rentang nilai yang sudah
ditentukan. Jika nilai NSB tinggi, dapat
diperkirakan bahwa antibodi bertanda atau
antibodi telah rusak. Nilai (%B/T) ini tidak
boleh turun secara drastis selama masa pakai
kit tersebut. Jika nilai %B/T rendah, maka
dapat diperkirakan antibodi bertanda (perunut)
atau antibodinya telah rusak[9].
Dalam mengembangkan suatu kit RIA /
IRMA yang baru seperti kit IRMA TSH, agar
diperoleh performen assay yang baik maka
perlu dilakukan optimasi rancangan assay
supaya diperoleh kondisi assay yang optimum
[12]. Beberapa parameter yang perlu
dioptimasi adalah: volume dan jumlah cacahan
perunut (antibodi bertanda /Ab*), volume
standar / sampel (antigen / Ag) serta kodisi
inkubasi (waktu dan suhu).
Berdasarkan hal tersebut maka perlu
dilakukan optimasi assay kit IRMA TSH
dengan tujuan mendapatkan rancangan assay
yang optimal sehingga didapatkan kit IRMA
yang memenuhi kriteria kit yang baik.
TATA KERJA
Bahan dan peralatan
Bahan
yang
digunakan
adalah
Monoklonal antibodi TSH beta for coated
(E86214M dari Biodesign), TSH 98 % pure
(H6TO4), Monoklonal antibodi TSH intact for
labelling (E86712M dari Biodesign), Na125I
dari PRR-BATAN, Kolom PD-10, KloraminT, Natriumbisulfit (Na2S2O5), Bovin Serum
Albumin, Tricloric Acid, Larutan Dapar Fosfat
dari Merck, Tabung star (NUNC, Swedia) dan
bahan kimia lainnya.
Alat yang digunakan adalah pencacah
gamma model 600 Gammatec II (The Nucleus
Inc & Model buatan USA), Gamma
Management
System
(GMS,
Berthold,
_______________________
________________________________________________
_____________________
2
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
Germany), pH meter merek Fisher Accument
model 810, Alat pengaduk model vorteks
merek VWR, timbangan analitik Mettler AE
160, statif, pipet eppendorf beserta tipnya,
peralatan gelas, stop watch dan rak tabung
reaksi.
Pembuatan
Larutan
Perunut
TSH
(TSH -125I)
Ke dalam tabung polistiren ditambahkan
3,5 μl (10 μg) larutan Monoklonal antibodi
TSH intact for labelling (E86712M dari
Biodesign), 10 μl dapar fosfat 0,5 M pH 7,5,
sejumlah larutan Na125I (± 0,4 mCi) dan 10 μl
(10 μg) Cloramin-T dalam larutan (0,5M dapar
fosfat pH 7,5). Campuran diinkubasi selama 2
menit sambil diaduk. Kemudian reaksi
dihentikan dengan penambahan 25 μl (100 μg)
larutan Na2S2O5 dalam larutan (0,5 M dapar
fosfat pH 7,5). Kemudian ditambahkan 10 μl
(10 μg) KI 0,1 %. Hasil penandaan dimurnikan
dengan menggunakan kolom PD-10 yang
sudah dijenuhkan dengan 1 ml BSA 10 %.
Elusi dengan larutan dapar fosfat 0,05 M pH
7,5. Tampung eluat (hasil elusi) setiap fraksi ke
dalam tabung reaksi masing-masing 500 μl (±
30 tabung). Kemudian masing-masing tabung
diukur dengan alat pencacah gamma selama 1
menit. Hasil cacahan dibuat kromatogram
hasil penandaan (pembuatan perunut TSH).
Selanjutnya ditentukan rendemen penandaan
dan kemurnian radiokimia dari perunut TSH
dengan metode kromatografi lapis tipis dengan
fase diam kertas Whatman I dan fase gerak
yaitu etanol : butanol : NH4OH dengan
perbandingan 3:2:1.
Pembuatan Larutan Standar TSH
Tabel 1. Pembuatan larutan standar TSH
N
o
1
Konsentrasi
Standar
(µIU/mL )
0
Volume
larutan
Stok (µl)
0
Volume
horse
serum (µl)
10.000
Volume
total
(µl)
10.000
2
0,5
62,5
9937,5
10.000
3
2,5
313
9687
10.000
4
5
625
9375
10.000
5
10
1250
8750
10.000
6
20
2500
7500
10.000
7
40
5000
5000
10.000
Sebanyak 10 μl Human TSH 98 % pure
(H6TO4) dengan konsentrasi (85000 µIU/mL),
diencerkan menjadi 10,625 mL dengan horse
serum yang sudah dilewatkan kedalam kolom
charcoal / celite sehingga didapatkan larutan
dengan konsentrasi 80 µIU/mL ( disebut
sebagai larutan stok A). Sejumlah larutan stok
A diencerkan menjadi beberapa konsentrasi
standar TSH : 0, 0,5, 2,5, 5, 10, 20 dan 40
μIU/mL dengan menggunakan horse serum
seperti yang terlihat pada tabel 1. Untuk
mengetahui
konsentrasi
dengan
tepat
digunakan spektrofotometer UV/Vis. Larutan
standar ini digunakan untuk membuat kurva
kalibrasi menggunakan prosedur assay
(protokol pengujian kit IRMA TSH)
sebagaimana tersebut di bawah ini.
Pembuatan Coated Tube TSH
Sebanyak 500 μl (3 mg/ml) monoklonal
antibodi TSH beta (E86214M) dilarutkan
dengan 225 ml NaHCO3 0,05M pH 8,5 (Titer
1:450). Kemudian dimasukkan sebanyak 500
μl ke dalam masing-masing tabung star NUNC
dan diinkubasi selama 22 jam pada suhu
kamar. Buang cairan, kemudian tabung
tersebut dibilas dengan NaHCO3 0,05M pH 8,5
+ 0,1 % BSA (Bovin Serum Albumin) + Tween
0,05 % (washing solution). Kemudian
ditambahkan ke dalam masing-masing tabung
1 ml NaHCO3 0,05M pH 8,5 + 3 % BSA
(Blocking solution) dan diinkubasi selama 22
jam pada suhu kamar. Buang cairan, kemudian
tabung tersebut dibilas dengan NaHCO3 0,05M
pH 8,5 + 0,1 % BSA (Bovin Serum Albumin) +
Tween 0,05 % (washing solution). Tabung
dikeringkan pada suhu kamar, setelah itu
disimpan pada suhu 4oC. Tabung bersalut
monoklonal antibodi TSH ini disebut tabung
coated tube (CT) dan siap digunakan untuk
assay.
Optimasi Assay
Prosedur baku Assay kit IRMA TSH
Tabung coated tube (CT) diberi nomor
lalu ditambahkan 50 μl larutan standar TSH
dengan konsentrasi (0, 2,5, 5, 10, 20 dan 40
μIU/mL) ke dalam masing-masing tabung CT
dan 50 μl larutan perunut TSH (TSH-125I)
dengan aktifitas tertentu, serta 300 μl assay
buffer ( PBS 0,05 M pH 7,5 + BSA 0,1 %).
Kemudian tabung tersebut dikocok dengan
vortek hingga homogen dan diinkubasi
semalam
pada suhu kamar dengan shaker
_______________________
________________________________________________
_____________________
3
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
pada 400 rpm. Supernatan dibuang dengan
membalikkan tabung di atas kertas tisu selama
5 menit. Masing-masing tabung diukur dengan
alat pencacah gamma selama 1 menit. Non
Spesific Binding (%NSB) dan Maximum
Binding(%MB) setiap standar kemudian
dan
ditentukan dengan prosedur assay
dihitung dengan persamaan berikut:
Pada pembuatan kit IRMA TSH yang lalu,
belum dilakukan optimasi rancangan assay
terhadap kit ini, sehingga sekarang baru
terlaksana. Pada Gambar 1 memperlihatkan
optimasi terhadap volume perunut TSH,
terlihat bahwa volume perunut 50 μl
memberikan ikatan immunologi tertinggi (B/T)
sebesar 28,92 % dan terus menurun sampai
volume 200 μl. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan bertambahnya volume perunut,
keradioaktifan perunut juga meningkat
sehingga menimbulkan reaksi radiolisis yang
mengakibatkan daya ikatan antara monoklonal
antibodi TSH dengan perunut TSH semakin
berkurang atau turun.
BG : Background
Kemudian prosedur assay tersebut
dilakukan beberapa variasi untuk mendapatkan
kondisi assay yang optimal:
a. Variasi volume larutan perunut yaitu: 25 μl,
50 μl , 100 μl dan 200 μl.
b.Variasi jumlah cacahan perunut yaitu:
25000cpm, 50000 cpm, 100000 cpm
dan 200000 cpm.
c.Variasi volume larutan standar TSH yaitu:
25 μl, 50 μl, 100 μl dan 200 μl.
d.Variasi volume assay buffer yaitu:
0 μl,
100 μl, 200 μl dan 300 μl.
e.Variasi inkubasi yaitu yaitu: 4 oC, suhu
kamar, suhu kamar + shaker, 37 oC.
f. Variasi waktu inkubasi shaker yaitu: 2 jam,
4 jam, 6 jam, 18 jam dan 24 jam.
Optimasi assay kit IRMA TSH meliputi:
penetapan jumlah cacahan radioaktivitas
perunut, volume perunut, volume standar,
volume assay buffer, suhu inkubasi dan waktu
inkubasi shaker yang terbaik, sehingga
diperoleh nilai ikatan maksimum (%B/T) dan
nilai ikatan tidak spesifik (%NSB) yang
optimum dan dapat digunakan sebagai acuan
setiap kali assay.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam mengembangkan suatu kit RIA /
IRMA yang baru seperti kit IRMA TSH, agar
diperoleh performen assay yang baik maka
perlu dilakukan optimasi rancangan assay
supaya diperoleh kondisi assay yang optimum.
Gambar 1. Kurva optimasi volume perunut
TSH.
Adapun pada Gambar 2 menunjukkan
sejauh mana pengaruh jumlah cacahan perunut
TSH terhadap besarnya % ikatan immunologi
(%B/T) dan % ikatan tidak spesifik (%NSB).
Pada Gambar 2 terlihat cacahan ± 100.000 cpm
memberikan ikatan immunologi paling tinggi
sebesar 27,36 % dan NSB sebesar 1,32 %
sedangkan cacahan ± 25.000 cpm dan cacahan
± 50.000 cpm memberikan ikatan immunologi
yang hampir mendekati sebesar 19,09 % dan
19,29 % (lebih rendah dari cacahan ± 100.000
cpm). Hal ini disebabkan karena keradioaktifan
perunut TSH (Ab*) masih kurang, sehingga
reaksi antara antibodi bertanda TSH (Ab*)
dengan Ag tidak optimal, sehingga ikatan
immunologinya lebih rendah. Dengan jumlah
cacahan ± 200.000 cpm memberikan ikatan
immunologi sebesar 20,08 % lebih rendah dari
cacahan ± 100.000 cpm. Hal ini disebabkan
dengan
cacahan
±
200.000
cpm,
keradioaktifan perunut TSH terlalu tinggi
sehingga menimbulkan reaksi radiolisis yang
_______________________
________________________________________________
_____________________
4
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
mengakibatkan daya ikatan antara monoklonal
antibodi TSH dengan perunut TSH semakin
berkurang. Jadi untuk assay selanjutnya jumlah
cacahan perunut TSH yang digunakan ±
100.000 cpm.
Gambar 3. Kurva optimasi volume standar
TSH
Gambar 2. Kurva optimasi jumlah cacahan
perunut TSH
Dari optimasi volume standar TSH seperti
Gambar 3, terlihat bahwa volume larutan
standar yang optimal adalah 50 μl dengan
ikatan immunologi sebesar 23,92 %. Dengan
volume standar 25 μl diperoleh ikatan
immunologi lebih rendah sebesar 20,61 %, hal
ini disebabkan jumlah standar (Ag) masih
kurang cukup, sehingga reaksi antara antibodi
bertanda TSH (Ab*) dengan jumlah standar
(Ag) tidak optimal, sehingga ikatan
immunologinya lebih rendah. Dengan volume
standar 100 μl dan 200 μl memberikan ikatan
immunologi sebesar 21,05 % dan 19,05 %,
lebih rendah dari volume standar 50 μl. Hal ini
disebabkan dengan volume standar 100 μl dan
200 μl terjadi kejenuhan antigen (Ag) yang
berikatan sehingga ikatan immunologinya
menurun. Untuk assay selanjutnya volume
standar yang digunakan 50 μl.
Hasil optimasi volume assay buffer
ditampilkan pada Gambar 4, terlihat bahwa
volume assay buffer yang optimal adalah 100
μl dengan ikatan immunologi sebesar 29,49
%. Tanpa menggunakan assay buffer diperoleh
ikatan immunologi lebih rendah sebesar 28,48
%. Hal ini disebabkan karena volume total
pereaksi masih dibawah volume coated tube
(CT), sehingga masih ada antibodi yang
menempel pada tabung (CT) tidak ikut
bereaksi dengan antigen pada standar dan
antibodi bertanda (Ab*) pada perunut (reaksi
tidak optimal). Dengan menggunakan assay
buffer 200 μl dan 300 μl memberikan ikatan
immunologi sebesar 26,68 % dan 27,93 %,
lebih rendah dari menggunakan assay buffer
100 μl. Hal ini disebabkan karena kelebihan
assay buffer, akan mengganggu reaksi
kesetimbangan antara antigen (Ag) pada
standar dan antibodi bertanda (Ab*) pada
perunut. Jadi untuk assay selanjutnya assay
buffer yang digunakan sebanyak 100 μl saja.
_______________________
________________________________________________
_____________________
5
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
Dengan waktu inkubasi shaker 2 jam, shaker 4
jam dan shaker 6 jam, diperoleh ikatan
immunologi lebih rendah sebesar 11,47 %,
17,07 %, dan 20,13 %. Hal ini disebabkan
karena waktu reaksi yang dibutuhkan untuk
berikatan antara Ag yang terdapat pada standar
dengan Ab* pada perunut belum cukup,
sehingga reaksi (Ag-Ab*) belum optimal
terbentuk. Untuk assay selanjutnya waktu
inkubasi yang digunakan selama 18 jam sambil
dishaker dengan kecepatan 400 rpm.
Gambar 4. Kurva optimasi volume assay
buffer
Untuk melihat pengaruh suhu inkubasi
ketika melakukan assay kit ini maka dilakukan
variasi suhu inkubasi mulai dari 4 oC, suhu
kamar, gabungan suhu kamar dan shaker serta
pada suhu 37 oC. Pada Gambar 5 terlihat
bahwa suhu inkubasi optimal pada suhu kamar
dan shaker diperoleh ikatan immunologi
sebesar 34,64 % dan NSB sebesar 0,68 %.
Gambar 6. Kurva optimasi waktu inkubasi
Dari hasil optimasi assay kit IRMA TSH,
diperoleh kurva standar kit IRMA TSH yang
linear seperti yang terlihat pada Gambar 7.
Gambar 5. Kurva optimasi suhu inkubasi
Pada Gambar 6 ditunjukkan optimasi
waktu inkubasi, terlihat bahwa waktu inkubasi
dengan shaker 18 jam dan shaker 24 jam
memberikan hasil yang lebih baik, dengan
ikatan immunologi yang hampir sama sebesar
29,78 % dan 29,71 %. Adanya phenomena ini
disebabkan pada waktu reaksi shaker 18 jam
sudah tercapainya kesetimbangan reaksi antara
antigen (Ag) dan antibodi bertanda (Ab*).
Gambar 7. Kurva standar kit IRMA TSH
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan,
diperoleh assay kit IRMA TSH yang optimal
dengan menggunakan volume perunut 50 μl
dengan jumlah cacahan perunut sebesar
_______________________
________________________________________________
_____________________
6
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
100.000 cpm, volume larutan standar 50 μl,
volume larutan assay buffer 100 μl dan suhu
inkubasi pada temperatur kamar (25°C) selama
18 jam dengan kecepatan shaker 400 rpm.
Dengan rancangan assay seperti diatas,
diperoleh kurva standar kit IRMA yang linear.
Komponen kit IRMA TSH
yang dibuat
menunjukkan kinerja assay yang baik, dengan
ikatan immunologi (%B/T) sebesar 34,64 %
dan ikatan non spesifik (%NSB) sebesar
0,68 %.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://gaky.promosikesehatan.com, GAKY,
Penyakit Penyebab Retardasi Mental.
Diakses tanggal 20 Oktober 2014.
2. http://pharmacistsreet.blogspot.com/2013/0
1/hormon-tiroid., Hormon Tiroid dan
Antitiroid. Diakses 14 Mei 2014.
3. http://www.medicastore.com.,
Kelenjer
Tiroid. Diakses tanggal 24 Oktober 2014.
4. OPPENHEIRMER, J.H., Role of Plasma
Protein in the Binding, Distribution and
Metabolism of the Thyroid Hormones.
New England Journal or Medicine,. 1968,
May 23:278(21):1153-62.
5. http://www.google.com/2008election/.,
Gejala Hormon Tiroksin. Diakses 20
Oktober 2014.
6. http://www.medicastore.com/med/detail_p
yk.php?id=&iddtl=957&idktg=19&idobat
=&UID=2004, Kelainan Kelenjar Tiroid.
Diakses tanggal 23 Oktober 2014.
7. PRASAD, J.A. et.al., Thyroxine and
Triidothyronine, in ”Method of Hormone
Radioimmunoassay”, 1979, 2nd ed., p357
8. MARDELL,R., A Strategy for Vitro Tests
of Thyroid Function. Amersham, the
Radio-Chemical Centre, 1978, 21.
9. WAYAN REDIATNING, Dasar-Dasar
RIA dan IRMA. Badan Tenaga Atom
Nasional, 1993.
10. Puji Widayati, Agus Ariyanto, Produksi
Kit Immunoradiometricassay (IRMA) CA125 Untuk Deteksi Dini Kanker Ovarium,
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol 7,
Nomor 2, hal 91 – 97, September 2009.
11. http://www.izotop.hu, Turbo TSH
[125 I] IRMA KIT (RK-ICT3).
Diakses tanggal 14 Januari 2015.
12. Agus Ariyanto, V. Yulianti, Puji Widayati,
Gina Mondrida, Optimasi
Beberapa
Parameter Kit RIA Aflatoksin B1,
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah
– Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Nuklir 2011, ISSN 0216 –
3128.
TANYA JAWAB
Pertanyaan
1. Bagaimana prinsip penggunaan kit
IRMA TSH dalam diagnosa penyakit.
2. Apakah memungkinkan seandainya
diaplikasikan untuk kegiatan di jurusan
teknokimia nuklir
Jawaban
1. Prinsip penggunaan kit IRMA TSH
dalam diagnosa suatu penyakit. Prinsip
penentuan
berdasarkan
reaksi
immunologi (ikatan antigen dengan
antibodi) menggunakan radioisotop
125-I sebagai perunut.
2. Memungkinkan
sekali
untuk
diaplikasikan dalam kegiatan di jurusan
teknokimia nuklir, aal ada laboratorium
aktif
untuk
pembuatan
perunut
(penandaan monktonal antibodi /Mab)
dengan 125-I (NaI), serta punya alat
pencacah gamma. Untuk pembuatan
coated tube (CT) TSH, bisa dipesan
antibodi monoktonal TSH pada suplier,
seperti memesan standar TSH dari
bahan kimia lain.
_______________________
________________________________________________
_____________________
7
Download