Arsitektur Nusantara yang Tanggap Iklim: Paradigma dalam

advertisement
Arsitektur Nusantara yang Tanggap Iklim:
Paradigma dalam Penentuan Potensi
Keberlanjutannya
Jurnal Sumber:
Nur Endah Nuffida
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS,
Jurusan Arsitektur
[email protected]
disampaikan dalam Seminar Nasional
111213 SAN-2
Jurusan Arsitektur FTUB Malang
NAMA : M.ICHWANUDIN
NBI : 1441401922
KELAS : B
Masalah Penelitian
1. Iklim sebagai Elemen
Pembentuk
Arsitektur
Penelitian yang
dilakukan oleh
Said dan Aufa (2012) memberikan
definisi variabel iklim sebagai elemen pembentuk arsitektur vernakular,
yaitu arsitektur yang bersifat asli lokal. Dalam hal ini perwujudannya
berkaitan sangat erat dengan seluruh kondisi setempat dimana ia
tumbuh. Arsitektur vernakular bisa dilihat sebagai naungan pengendali
kenyamanan termal.
Rumah Bubungan Tinggi di Kalimantan bahwa bangunan vernakular
mempertimbangkan faktor iklim untuk mencapai kenyamanan termal.
Tanggapan tersebut disesuaikan dengan konteks iklim lokal yaitu pada
hal-hal berupa bentuk, material, dan konstruksi; serta elemen-elemen
pengendali iklim.
2.Arsitektur sebagai Ungkapan Teknologi untuk
Menanggapi Iklim
Adaptasi terhadap iklim mempengaruhi penentuan bentuk pada arsitektur
(Rapoport, 1969 dalam Said dan Aufa, 2012). Rapoport menguraikan
bahwa aspek mendasar dalam mengatasi permasalahan iklim ada pada
kemampuan masyarakat melakukan pemilihan tapak, material yang
sesuai dengan iklim lokal, menggunakan sumber daya minimum untuk
mendapatkan kenyamanan maksimum, dan adaptasi model tradisional
terhadap kondisi iklim.
Herniwati (2008), melakukan penelitian dengan studi kasus pada arsitektur
rumah panggung Suku Kaili (Saoraja) yang ternyata sangat adaptif terhadap
iklim tropis lembab. Teknologi masyarakat Kaili memberikan pilihan
kenyamanan penghuni dengan pengaliran udara secara bebas, temperatur
yang ideal untuk beraktivitas, dan material lokal yang menjamin ketersediaan
dan keberlanjutannya.
Penelitian yang dilakukan Said dan Aufa (2012) dan penelitian yang
dilakukan oleh Suwantara, Damayanti dan Suprijanto (2012) memberikan
gambaran pengaruh iklim terhadap bentuk arsitektur hunian melalui
beberapa metode.
1, Melalui analisis terhadap tipe-tipe iklim dan relevansi tipe-tipe
tersebut dengan persyaratan bangunan, bentuk, dan material.
2, Analisa kondisi dan posisi berbagai tipe hunian dalam rentang skala
iklim. Dan ketiga, alternatif desain arsitektur hunian dalam batasan
beberapa kombinasi variabel iklim.
3.Bentuk Arsitektur dan Tanggapan
terhadap
Iklim
Variabel-variabel
iklim seperti temperatur, kelembaban,
angin, curah
hujan, serta radiasi dan pencahayaan menjadi pertimbangan utama
dalam tanggapan bangunan terhadap iklim (Suwantara, Damayanti dan
Suprijanto, 2012). Tanggapan tersebut bisa dikelompokkan ke dalam
faktor-faktor bentuk, material, dan elemen pengendalinya (Said dan Aufa,
2012). Daerah tropis lembab, dicirikan oleh curah hujan yang tinggi,
kelembaban tinggi, temperatur sedang dengan rentang harian dan
musiman yang kecil, dan intensitas radiasi yang tinggi. Menurut
Alexander (1977) dalam Mentayani dan Ikaputra (2012), bentuk yang
bagus itu bukan hanya indah, tetapi juga bisa cocok dengan keadaan
sekitarnya, bukan hanya memikirkan bangunan itu saja, tetapi harus
memikirkan konteksnya.
Metode Penyelesaian
Bersumber pada data dalam
literatur
Tahap penarikan kesimpulan
berdasarkan hasil analisis
1.Tahap
perumusa
n data
3.Tahap
Sintesis
2.
Tahap
analisis
Analisis data, secara kualitatif dan grafis, merumuskan konsep tanggapan
terhadap iklim dari segi bentuk, material, dan elemen-elemen pengendali
termal dan kemudian dilakukan pengkajian terhadap penerapan konsepkonsep tersebut dalam literatur
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif-kualitatif, dengan melakukan kajian
terhadap literatur untuk membentuk sebuah landasan konseptual. Literatur
yang digunakan untuk kajian arsitektur nusantara yang tanggap iklim adalah :
Tanggapan terhadap Iklim sebagai Perwujudan Nilai Vernakular pada
Rumah Bubungan .Penelitian Said dan Aufa (2012)
Karakteristik Termal pada Uma Lengge di Desa Mbawa Nusa Tenggara
Barat.Penelitian oleh Suwantara, Damayanti dan Suprijanto (2012)
Menggali Makna Arsitektur Vernakular: Ranah, Unsur dan AspekAspek Vernakularitas. Penelitian Mentayani dan Ikaputra (2012)
Kesimpulan
Karakteristik
dasar
arsitektur
tanggap
iklim
yang
ditemukan pada beberapa contoh arsitektur tradisional
Indonesia dalam beberapa literatur adalah naungan dan
pengendali kenyamanan termal. Variabel iklim yang
menjadi pertimbangan adalah temperatur, kelembaban
udara, kecepatan angin, radiasi sinar matahari, dan curah
hujan. Tanggapan tersebut pada arsitektur diwujudkan
melalui bentuk, pemilihan material, dan rancangan elemenelemen pengendali iklim. Dapat disimpulkan bahwa temuan
dari kajian teoritis dalam paparan ini adalah nilai adaptif
dan
fleksibel
terhadap
‘tempat’
sebagai
dasar
berarsitektur di wilayah tropis lembab seperti Indonesia.
Download