bab iv gambaran umum perusahaan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi
perusahaan. Untuk melihat sehat tidaknya suatu perusahaan tidak hanya dapat dinilai
dari keadaan fisiknya saja, misalnya dilihat dari gedung, pembangunan atau ekspansi.
Faktor terpenting untuk dapat melihat perkembangan suatu perusahaan terletak dalam
unsur keuangannya, karena dari unsur tersebut juga dapat mengevaluasi apakah
kebijakan yang ditempuh suatu perusahaan sudah tepat atau belum, mengingat sudah
begitu
kompleksnya
permasalahan
yang dapat
menyebabkan
kebangkrutan
dikarenakan banyaknya perusahaan yang akhirnya gulung tikar karena faktor
keuangan yang tidak sehat.
Dengan
keadaan
sekarang
ini,
dimana
persaingan
ketat
dibidang
perekonomian sudah mulai masuk ke negara Indonesia, maka jika seorang manajer
perusahaan tidak memperhatikan faktor kesehatan keuangan dalam perusahaannya,
mungkin saja akan terjadi kebangkrutan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.
Analisis keuangan pada dasarnya ingin melihat prospek dan risiko perusahaan.
Prospek bisa dilihat dari tingkat keuntungan (profitabilitas) dan risiko bisa dilihat dari
kemungkinan
perusahaan
mengalami
kebangkrutan. (Hanafi, 2005:21).
kesulitan
keuangan
atau
mengalami
2
Untuk menghindari kebangkrutan tersebut maka seorang manajer perusahaan
sangat penting untuk selalu berusaha agar perusahaannya dapat terus berjalan atau
dengan kata lain manajer tersebut dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaannya
yang ditempuh dengan cara selalu memperhatikan dan mengadakan evaluasi terhadap
perkembangan perusahaannya dari waktu ke waktu. Seorang manajer harus dapat
memahami kondisi keuangan perusahaannya, karena pada dasarnya kondisi keuangan
tersebut akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaannya secara keseluruhan.
Salah satu alat yang dipakai untuk mengetahui kondisi keuangan, dalam hal ini
tingkat kesehatan suatu perusahaan adalah berwujud laporan keuangan yang disusun
pada setiap akhir periode yang berisi pertanggungjawaban dalam bidang keuangan
atas berjalannya suatu usaha. Laporan finansial merupakan hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data finansial atau aktivitas
suatu perusahaan dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan data atau
aktivitas tersebut. (Munawir, 2007 : 2).
Data finansial yang dimaksud adalah data yang tercermin dalam suatu laporan
finansial, yang memberikan gambaran tentang keuangan suatu perusahaan, yang
terdiri dari Neraca, Laporan Rugi Laba serta laporan-laporan keuangan lainnya.
Dengan mengadakan analisa terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau akan
diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisa terhadap laporan
rugi labanya akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha
perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2007 : 1).
3
Untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan dapat digunakan alat
analisis yang disebut analisis rasio keuangan. Untuk melakukan analisis rasio
keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspekaspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka
yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi-laba saja, atau pada neraca dan
laporan rugi-laba. Setiap analisis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang
dianggap mencerminkan aspek tertentu (Husnan, 2004 : 69).
Rasio keuangan merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relative
maupun absolute yang menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan
angka yang lainnya dalam laporan keuangan (Alwi, 1994:107). Analisis laporan
keuangan akan memberikan hasil yang terbaik jika digunakan dalam suatu kombinasi
untuk menunjukan suatu perubahan kondisi keuangan atau kinerja operasional selama
periode tertentu, lebih lanjut dapat memberikan gambaran suatu trend dan pola
perubahan, yang pada akhirnya bisa memberikan indikasi adanya risiko dan peluang
bisnis (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:557).
Analisis rasio dapat memberikan penilaian terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Dalam hal ini perusahaan yang dimaksud adalah PT Ultrajaya Milk
Industry, Tbk guna menentukan rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan profitabilitas
yang digunakan oleh perusahaan tersebut sebagai dasar dalam penilaian kinerja.
Mabruroh (2004) melakukan penelitian tentang manfaat dan pengaruh rasio
keuangan dalam analisis kinerja keuangan perbankan pada perusahaan go public yang
tercatat di BEJ pada tahun 2000. Alat analisis yang digunakan yaitu rasio likuiditas,
rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas, hasilnya menyimpulkan bahwa
4
rasio-rasio keuangan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan secara parsial
dan berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja keuangan perbankan.
Indah Kurniawati (2001) meneliti tentang perbandingan rasio-rasio keuangan
pada perusahaan besar dan perusahaan kecil di Malaysia, Singapura dan Taiwan,
menyimpulkan bahwa perusahaan besar di Malaysia memiliki tingkat likuiditas yang
lebih rendah dari perusahaan kecil, lebih profitabel dari perusahaan kecil, dan tingkat
solvabilitasnya lebih baik dari perusahaan kecil. Singapura menunjukkan perusahaan
besar memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil dan tingkat
solvabilitasnya kurang bagus dari perusahaan kecil. Di Taiwan menunjukkan bahwa
perusahaan besar memiliki tingkat likuiditas dan solvabilitas yang lebih kecil dari
pada perusahaan kecil.
Dalam hubungan dengan uraian tersebut diatas, akan dapat disajikan data
profil keuangan perusahaan (total aktiva, laba bersih dan penjualan) untuk 5 tahun
terakhir yang dapat disajikan pada tabel 1.1 yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.1
Total Aktiva, Laba Bersih dan Penjualan
PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk
Tahun 2006 – 2010
Total Aktiva
Penjualan
(Rp)
(Rp)
2006
1.249.080.371.258
835.229.966.049
2007
1.362.829.538.011
1.126.799.918.436
2008
1.718.997.392.078
1.362.606.580.492
2009
1.732.701.994.634
1.613.927.991.404
2010
2.006.595.762.260
1.404.945.733.980
Sumber : PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk
Tahun
Laba Bersih Setelah
Pajak (Rp)
14.731.717.216
30.316.644.576
303.711.501.204
61.152.852.190
95.713.080.440
5
Dari tabel diatas dapat dilihat dari tahun 2006 sampai 2010 total aktiva
mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 total aktiva sebesar Rp.1.249.080.370.258,
tahun 2007 total aktiva meningkat sebesar Rp.1.362.829.538.011, tahun 2008 total
aktiva meningkat sebesar Rp.1.718.997.392.078, tahun 2009 total aktiva meningkat
sebesar Rp.1.732.701.994.634 dam tahun 2010 total aktiva meningkat sebesar
2.006.595.762.260.
Untuk penjualan dapat dilihat pada tahun 2006 sampai dengan 2010
cenderung meningkat. Pada tahun 2006 penjualan sebesar Rp.835.229.966.049, tahun
2007 penjualan mengalami peningkatan sebesar Rp.1.126.799.918.436, tahun 2008
penjualan meningkat sebesar Rp.1.362.606.580.492, tahun 2009 penjualan meningkat
sebesar 1.613.927.991.404, dan tahun 2010 penjualan mengalami penurunan sebesar
Rp.1.404.945.733.980.
Sedangkan untuk laba bersih setelah pajak dilihat pada tahun 2006 sampai
2010 mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 laba bersih setelah pajak sebesar
Rp.14.731.717.216 dan pada tahun 2007 mengalami
peningkatan sebesar
Rp.30.316.644.576, tahun 2008 laba bersih setelah pajak meningkat sebesar
Rp.303.711.501.204, tahun 2009 laba bersih setelah pajak meningkat sebesar
Rp.61.152.812.190, dan pada tahun 2010 laba bersih setelah pajak mengalami
peningkatan sebesar Rp.95.713.080.440.
Dengan memperhatikan penelitian Mabruroh (2004) dan Indah Kurniawati
(2001), penulis tertarik melakukan penelitian tentang kinerja keuangan perusahaan
dan untuk melakukan suatu penelitian dengan mengambil judul “Analisis Kinerja
Keuangan Perusahaan Pada PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk”.
6
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah
pengukuran kinerja keuangan pada PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk dapat
menggambarkan kesehatan organisasi perusahaan PT. Ultrajaya Milk Industry,
Tbk?.”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja
keuangan PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk ditinjau dari likuiditas, aktivitas, leverage,
dan profitabilitas.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah referensi dibidang karya
ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.
b. Penelitian ini mungkin merupakan latihan dan pembelajaran dalam menerapkan
teori yang diperoleh sehingga menambah pengetahuan, pengalaman dan
dokumentasi ilmiah.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan data dan informasi serta gambaran mengenai analisis kinerja
keuangan perusahaan ditinjau dari likuiditas, aktivitas, leverage, dan
profitabilitas pada PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk tahun 2006 – 2010.
7
b. Dapat dipergunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan langsung dengan penelitian ini.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I
:
PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II :
TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan teori-teori yang mendasari pembahasan secara detail dan
dipergunakan sebagai dasar untuk menganalisis data-data yang
diperoleh dari perusahaan yaitu tentang pengertian laporan keuangan,
arti penting laporan keuangan, tingkat kesehatan perusahaan,
pengertian kinerja keuangan, analisis rasio keuangan, jenis-jenis rasio
keuangan, pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan,
tinjauan penelitian sebelumnya, dan kerangka pikir.
BAB III :
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan disajikan tentang berbagai metode penelitian
meliputi jenis penelitian, obyek penelitian, data dan sumber data,
metode pengumpulan data dan metode analisis data.
BAB IV :
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam bab ini akan disajikan sejarah berdiri perusahaan dan bidang
usaha perusahaan.
8
BAB V :
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan analisis rasio keuangan, rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas.
BAB VI :
PENUTUP
Dalam bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian dan
saran-saran sebagai pertimbangan bagi manajemen perusahaan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan
2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat
pesat terutama didukung oleh perkembangan teknologi informasi. Produk-produk
keuangan bermunculan sebagai respon volatilitas harga dan nilai tukar yang sangat
tinggi. Tingginya volatilitas tersebut mengakibatkan risiko yang dihadapi oleh
perusahaan juga semakin besar. Sementara itu perkembangan teknologi informasi
telah membawa perubahan yang sangat fundamental dibidang manajemen keuangan.
Menurut Sutrisno (2008:3) manajemen keuangan dapat diartikan sebagai
semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan
dana dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan
dana tersebut secara efisiensi.
Selanjutnya pengertian manajemen keuangan sebagaimana dikemukakan oleh
Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 3) bahwa manajemen keuangan menyangkut kegiatan
perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Astuti (2004 : 9)
mengemukakan pengertian manajemen keuangan adalah untuk memaksimumkan
nilai perusahaan dan kekayaan pemegang sahamnya, dengan mengakui bahwa hasil
keputusan keuangan perseroan tergantung pada reaksi investor terhadap keputusan
tersebut.
10
2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan
Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus
dilakukan oleh suatu perusahaan, utamanya seorang manajer atau direktur keuangan.
Keputusan keuangan ini diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk
memperoleh laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai
perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga saham, sehingga
kemakmuran pada pemegang saham dengan sendirinya makin bertambah.
Menurut Martono dan Harjito (2008:3) ada tiga fungsi utama dalam
manajemen keuangan yaitu :
1. Keputusan Investasi (Investment Decision)
Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan
dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang
paling penting di antara ketiga bidang keputusan tersebut di atas. Hal ini karena
keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap besarnya
rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan
datang.
2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Apabila keputusan investasi berkenaan dengan unsur-unsur neraca yang berada di
sisi aktiva, maka keputusan pendanaan akan mempelajari sumber-sumber dan
yang berada di sisi pasiva. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal.
Pertama keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk
membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai
11
investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan
modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang
terbaik atau seriang disebut struktur modal yang optimum.
3. Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision)
Kita sering mendengar suatu ungkapan yang berbunyi “lebih mudah membangun
dari pada memelihara”. Ungkapan ini hampir berlaku bagi semua orang yang
memiliki suatu aset (aktiva). Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang
tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien.
2.2 Pengertian Laporan Keuangan
Untuk membahas manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan
keuangan. Oleh karena itu diperlukan pembahasan singkat mengenai laporan
keuangan. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi
keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan
pertimbangan di dalam mengambil keputusan.
Berikut ini beberapa pendapat mengenai definisi laporan keuangan
sebagaimana dikemukakan oleh Munawir (2007:2) pengertian laporan keuangan
adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihakpihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Menurut Sutrisno (2008:9) mengemukakan bahwa : “Laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni
Neraca dan laporan Laba Rugi “.
12
Kasmir (2008:7) berpendapat bahwa : "Laporan keuangan adalah laporan
yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu
periode tertentu."
Ditinjau dari segi intern perusahaan, laporan keuangan dapat digunakan untuk
berbagai tujuan. Data laporan keuangan terutama akan memberikan informasi bagi
manajemen sebagai bahan analisa dan bahan interprestasi untuk mengadakan evaluasi
terhadap aktivitas perusahaan. Laporan keuangan akan menunjukkan sampai seberapa
jauh efisiensi pelaksanaan kegiatan serta perkembangan perusahaan yang telah
dicapai oleh manajemen.
Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan
posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan
perusahan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari
hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang
dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan posisi keuangan
perusahaan pada suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
13
dilaksanakan secara konsisten serta dibuat dan disajikan dalam bentuk neraca dan
laporan laba rugi.
Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan
kemajuan perusahaan secara periodik. Manajemen perlu mengetahui bagaimana
perkembangan keadaan investasi dalam perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai
selama jangka waktu yang diamati. Pada umumnya laporan keuangan itu sendiri dari
neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahan modal, dimana neraca
menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal
tertentu, sedangkan pada laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh
perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu.
Dari beberapa pendapat ahli ekonomi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi yang menjelaskan atau
melaporkan kegiatan perusahaan sekaligus untuk mengevaluasi keberhasilan strategi
perusahaan dalam pencapaian tujuan yang ingin dicapai.
2.3 Pengertian Kinerja Keuangan
Pada prinsipnya kinerja dapat dilihat dari siapa yang melakukan penelitian itu
sendiri. Bagi manajemen, melihat kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian
tertentu bagi pencapaian tujuan secara keseluruhan. Sedangkan bagi pihak luar
manajemen kinerja merupakan alat untuk mengukur suatu prestasi yang dicapai oleh
organisasi dalam suatu periode tertentu yang merupakan pencerminan tingkat hasil
pelaksanaan aktivitas kegiatannya, namun demikian penilaian kinerja suatu organisasi
14
baik yang dilakukan pihak manajemen perusahaan diperlukan sebagai dasar
penetapan kebijaksanaan dimasa yang akan datang.
Kinerja keuangan mengindikasikan apakah strategi perusahaan, implementasi
strategi, dan segala inisiatif perusahaan memperbaiki laba perusahaan. Dengan
menelusuri serangkaian aktivitas penciptaan nilai tambah melalui serangkaian indikator sebab akibat yang penting bagi organisasi, dari aktivita riil sampai aktivitas
keuangan, dari aktivitas operasional sampai aktivitas strategis, dari aktivitas jangka
pendek sampai aktivitas jangka panjang, dari aktivitas lokal sampai aktivitas global,
atau dari aktivitas bisnis sampai aktivitas korporasi. Para pengambil keputusan akan
mendapatkan
gambaran
komprehensif
mengenai
kinerja
beragam
aktivitas
perusahaan, namun tetap dalam satu rangkaian strategi yang saling terkait satu sama
lain.
Pengertian kinerja keuangan menurut Muchlis (2000:44) bahwa :
Kinerja keuangan adalah prestasi keuangan yang tergambar dalam
laporan keuangan perusahaan yaitu neraca rugi-laba dan kinerja
keuangan menggambarkan usaha perusahaan (operation income).
Profitability suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan
keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan
kekayaan asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan adalah prestasi yang
dapat dicapai oleh perusahaan dibidang keuangan dalam suatu periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Disisi lain kinerja keuangan
menggambarkan kekuatan struktur keuangan suatu perusahaan dan sejauh mana asset
yang tersedia, perusahaan sanggup meraih keuntungan. Hal ini berkaitan erat dengan
15
kemampuan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilki perusahaan
secara efektif dan efisien.
Martono dan Harjito (2008:52) berpendapat bahwa kinerja keuangan suatu
perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholders) seperti investor,
kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah, dan pihak manajemen
sendiri.
Harmono (2009:23) mengemukakan bahwa : ” Kinerja keuangan umumnya
diukur berdasarkan penghasilan bersih (laba) atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain
seperti imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings
per share) ”.
Wahyudin (2008:48) bahwa : “Kinerja keuangan merupakan sesuatu yang
dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar
yang ditetapkan.”
Guna mengetahui tingkat kinerja suatu perusahaan dilakukan serangkaian
tindakan evaluasi yang pada intinya adalah penilaian atas hasil usaha yang dilakukan
selama periode waktu tertentu. Hasil usaha tersebut dapat berupa barang atau jasa
yang dapat menjadi atribut dari keberhasilan kerja organisasi.
Merujuk pada konsep tersebut, maka penilaian kinerja mengandung tugastugas untuk mengukur berbagai aktivitas tingkat organisasi sehingga menghasilkan
informasi umpan balik untuk melakukan perbaikan organisasi. Perbaikan organisasi
mengandung makna perbaikan manajemen organisasi yang meliputi : (a) perbaikan
perencanaan, (b) perbaikan proses, dan (c) perbaikan evaluasi. Hasil evaluasi
16
selanjutnya merupakan informasi untuk perbaikan ”perencanaan proses evaluasi”
selanjutnya. Proses ”perencanaan proses evaluasi” harus dilakukan secara terusmenerus (continuous process improvement) agar faktor strategik (keunggulan
bersaing) dapat tercapai.
Berdasarkan definisi diatas, maka kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang
dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar
yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur
dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang
disepakati.
2.4 Penilaian Kinerja Keuangan
Penilaian kinerja keuangan dibagi kedalam dua tahapan proses, yaitu (a) tahap
dasar variabel kunci ditentukan oleh tujuan organisasi, dan (b) tahap melekatkan
penilaian pada setiap variabel kunci. Tahap variabel kunci ditentukan oleh tujuan
yang mempertimbagkan karakteristik variabel, penilaian dengan level-level
organisasi dan keterkaitan variabel, penilaian dengan level-level organisasi dan
berkaitan variabel-variabel pada level serupa. Sedangkan melekatkan penilaian pada
setiap variabel kunci ditentukan oleh karakteristik penilaian kinerja.
Penilaian tingkat kinerja BUMN kesehatan BUMN, sampai saat ini dilakukan
dengan mengacu pada KEPMEN No. Kep-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002
tentang penilaian tingkat kesehatan BUMN. Tujuannya adalah untuk mengadakan
penilaian terhadap BUMN dengan suatu jangka waktu.
17
Gitosudarmo dan Basri (2002 : 275) berpendapat bahwa penilaian kinerja
keuangan adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu dilaporkan
dalam laporan keuangan yang terdiri dari laba rugi dan neraca.
Definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang
terdiri dari neraca dan laporan rugi laba, menunjukkan bahwa laporan rugi laba
menggambarkan suatu aktivitas dalam satu tahun sedangkan untuk neraca
menggambarkan keadaan pada saat akhir tahun tersebut atas perubahan kejadian dari
tahun sebelumnya.
Penilaian kinerja keuangan pada suatu perusahaan sangatlah penting, karena
di sana dapat dilihat sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Menurut Keputusan
Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep100/MBU/2002, tentang penilaian tingkat kerja Badan Usaha Milik Negara,
sebagaimana terdapat pada Bab II pada pasal 5 Raharjo (2001:222) yaitu :
1. Penilaian kinerja keuangan mencakup penilaian indikator kinerja keuangan
sebagai berikut :
a. debt equity ratio
b. cash ratio
c. net working capital to total assets
d. inventory turn over
e. collction period
f. sales to total
g. return on equity
18
h. return on assets
i. net profit margin
2. Hasil penilaian kinerja diklasifikasikan sebagai berikut :
a. sangat sehat bila jumlah nilai yang dicapai lebih dari 41,2
b. sehat bila jumlah nilai yang dicapai dari 26,0 s/d 41,2
c. kurang sehat bila jumlah nilai yang dicapai lebih dari 12,4 s/d 26,0
d. tidak sehat bila jumlah nilai yang dicapai 12,4 ke bawah.
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-100/MBU/2002,
tentang Metode Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara, sebagai
berikut :
1. Aspek Keuangan
a. Return On Equity (ROE), dengan rumus :
Laba setelah Pajak
ROE =
x 100 %
Modal sendiri
b. Return On Investment (ROI), dengan rumus :
EBIT + Penyusutan
ROI =
x 100 %
Capital Employed
c. Rasio Kas ( Cash Ratio), dengan rumus :
Kas + Bank + Surat Berharga Jangka Pendek
Cash Rasio =
x 100 %
Current Liabilitas
19
d. Rasio Lancar (Current Ratio), dengan rumus :
Current Asset
Current Ratio =
x 100 %
Current Liabilitas
e. Perputaran Total Asset Turn Over (TATO)
Total Pendapatan
TATO =
x 100 %
Capital Imployed
f. Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Asset
Total Modal Sendiri
TMS terhadap TA =
x 100%
Total Asset
2.5 Tingkat Kesehatan Perusahaan
Tingkat kesehatan perusahaan diperlukan untuk melihat apakah suatu
keuangan dalam suatu perusahaan itu dalam keadaan sehat atau tidak. Hal ini dapat
dilakukan dengan membandingkan antara dua elemen yang ada atau disebut dengan
rasio. Dengan rasio itu kita dapat mengetahui tingkat likuiditas, aktivitas, leverage,
dan profitabilitas suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Peningkatan kinerja
harus selalu dikaitkan dengan penerapan prinsip efisiensi. Artinya, dalam upaya
menampilkan kinerja yang memuaskan suatu sistem bekerja sedemikian rupa
sehingga hasilnya menggunakan sebagai sarana, daya dan dana yang dialokasikan
untuk menyelenggarakannya .
20
Penilaian tingkat kinerja keuangan berdasarkan pada Keputusan Menteri
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 juni
2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Tingkat kinerja keuangan perusahaan digolongkan ke dalam 3 (tiga) kategori, sesuai
dengan BAB II pasal 3, yaitu :
1. Kategori sehat, yang terdiri dari :
a. AAA apabila total skor (TS) lebih besar dari 95
b. AA apabila 80 < TS < = 95
c. A apabila 65 < TS < = 80
2. Kategori kurang sehat, yang terdiri dari :
a. BBB apabila 50 < TS < = 65
b. BB apabila 40 < TS < = 50
c. B apabila 30 < TS < = 40
3. Kategori tidak sehat, yang terdiri dari :
a. CCC apabila 20 < TS < = 30
b. CC apabila 10 < TS < = 20
c. C apabila = 10
2.6 Pengertian Rasio dan Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan
keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterprestasikan kondisi
keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Dengan menggunakan laporan yang
21
diperbandingkan termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam
jumlah rupiah, prosentase serta trendnya, penganalisa menyadari bahwa beberapa
rasio secara individu akan membantu dalam menganalisa dan menginterpretasikan
posisi keuangan suatu perusahaan.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical
relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan
mengunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi
gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan
dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard.
Menurut Harahap (2007:297) mengemukakan bahwa : ”Rasio keuangan
adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan
dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan
(berarti).”
Dari hasil definisi di atas, maka bila rasio diterjemahkan secara tepat, rasio
juga dapat, menunjukkan area-area yang memerlukan penelitian dan penanganan
yang lebih mendalam. Analisis rasio dapat menyingkap hubungan dan sekaligus
menjadi dasar perbandingan yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan yang
tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri.
Namun demikian, fungsi rasio seringkali disalah artikan dan akibatnya manfaatnya
terlalu dibesar-besarkan.
22
Abdullah (2004:37) bahwa : ”Analisis rasio keuangan merupakan teknik
analisis keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca
maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.”
Rasio keuangan dapat disajikan dalam dua cara. Yang pertama untuk
membuat perbandingan keadaan pada saat yang berbeda. Dan kedua untuk membuat
perbandingan keadaan keuangan dengan perusahaan lain. Analisis rasio merupakan
alat analisis yang berguna apabila dibandingkan dengan rasio standar. Terdapat dua
macam rasio standar yang lazim digunakan. Yang pertama adalah rasio yang sama
dari laporan keuangan tahun-tahun yang lampau. Yang kedua adalah rasio dari
perusahaan lain yang mempunyai karakteristik yang sama dengan perusahaan yang
dianalisis. Rasio standar kedua ini lazim disebut rata-rata rasio industri.
Menurut Muslich (2003:47) berpendapat bahwa rasio keuangan dapat
dikelompokkan ke dalam empat kategori yaitu :
”1. Rasio likuiditas
2. Rasio efisiensi
3. Rasio leverage
4. Rasio profitabilitas.”
Berdasarkan keempat rasio di atas, maka akan diuraikan satu persatu sebagai
berikut :
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera
dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai, serta
23
tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh. Kas merupakan suatu
aktiva yang likuid. Aktiva lain mungkin relatif likuid atau tidak likuid tergantung
seberapa capat aktiva ini dapat dikonversikan ke kas adalah surat berharga.
Untuk menentukan tingkat likuiditas perusahaan dipergunakan rasio likuiditas,
yaitu : a) Rasio lancar, b) Rasio kas, c) Rasio likuiditas absolut. Rumus dari ketiga
rasio tersebut adalah :
Aktiva Lancar
a) Rasio Lancar =
Pasiva Lancar
Aktiva Likuid + Piutang
b) Rasio Kas
=
Pasiva Lancar
Aktiva Likuid
c) Rasio Aktiva likuid
=
Pasiva Lancar
Masing-masing rasio likuiditas ini mencerminkan perspektif waktu yang berbeda
dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Current rasio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, dengan asumsi bahwa semua aktiva
lancar dikonversikan ke dalam kas. Quick rasio digunakan untuk mengukur hal
yang sama dalam perspektif waktu yang lebih singkat. Sedangkan absolute
liquidity rasio mengukur kemampuan perusahaan dalam waktu yang paling
singkat karena hanya aktiva likuid saja yang diperhitungkan.
24
2. Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan
mempergunakan aktivanya. Rasio ini semuanya mempergunakan perbandingan
antara tingkat penjualan dengan investasi dalam beberapa aktiva. Asumsi yang
diambil adalah terdapat hubungan antara penjualan dengan berbagai aktiva
tersebut.
Dalam perhitungan dan analisis efisiensi persediaan terdapat beberapa masalah
yang perlu diketahui. Pertama, penjualan dilakukan menurut harga pasar,
sedangkan investasi dalam persediaan dicatat menurut harga pokoknya. Kedua,
penjualan terjadi sepanjang periode (tahun dan sebagainya), sedangkan persediaan
rata-rata antara awal dan akhir periode dalam analisis efisiensi persediaan akan
lebih baik.
Rasio efisiensi yang digunakan, umumnya meliputi :
Penjualan
a) Ratio penjualan terhadap aktiva =
Aktiva Likuid
Penjualan
b) Ratio penjualan terhadap piutang =
Piutang
Penjualan
c) Ratio penjualan terhadap persediaan =
Persediaan Barang
Penjualan
d) Ratio penjualan terhadap aktiva lancar =
Aktiva Lancar
25
Penjualan
e) Ratio penjualan terhadap aktiva tetap =
Aktiva Tetap
Penjualan
f) Ratio penjualan terhadap total aktiva =
Total Aktiva
3. Rasio Leverage
Rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan utang untuk membiayai
sebagian daripada aktiva perusahaan. Pembiayaan dengan utang mempunyai
pengaruh bagi perusahaan karena utang mempunyai beban yang bersifat tetap.
Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas utang dapat menyebabkan
kesulitan keuangan yang berakhir dengan kebangkrutan perusahaan. Tetap
penggunaan utang juga memberikan subsidi pajak atas bunga yang dapat
menguntungkan
pemegang
saham.
Karenanya
penggunaan
utang
harus
diseimbangkan antara keuntungan dan kerugiannya.
Rasio leverage yang lazim digunakan adalah :
Utang Jangka Pendek + Utang Jangka Panjang
a) Ratio utang terhadap modal =
Modal
Laba Bersih Operasional
b) Ratio laba bersih terhadap bunga =
Bunga
Total Aktiva
c) Ratio total aktiva tetap terhadap modal =
Modal
26
Aktiva Tetap
d) Ratio aktiva tetap terhadap modal =
Modal
Aktiva Lancar
e) Ratio aktiva lancar terhadap modal =
Modal
Persediaan Barang
f) Ratio persediaan terhadap modal =
Modal
Piutang
g) Ratio piutang terhadap modal =
Modal
Aktiva Likuid
h) Ratio aktiva likuid terhadap modal =
Modal
Dari kedelapan rasio diatas, dua rasio pertama mengukur kemampuan perusahaan
membayar bunga dan penggunaan utang. Sedangkan rasio selebihnya melihat
penggunaan leverage dari kewajiban yang tidak mempunyai beban bunga. Hal ini
dapat dilihat dari, misalnya perbedaan antara Total Assets dengan Net Worth yang
tinggi menunjukkan penggunaan leverage yang besar atau modal sendiri yang
kecil. Rasio Total Assets to Net Worth ini juga menunjukkan seberapa besar risiko
yang ditanggung oleh kreditur.
4. Rasio Profitabilitas
Pengukuran tingkat profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat
Return On Investment (ROI) yang diharapkan dengan tingkat return yang diminta
27
oleh investor dalam pasar modal. Jika hasil yang diharapkan lebih besar dari pada
hasil yang diminta, maka investasi tersebut dikatakan sebagai menguntungkan.
Pengukuran tingkat profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat
Return on Investment (ROI) yang diharapkan dengan tingkat return yang diminta
oleh investor dalam pasar modal. Jika hasil yang diharapkan lebih besar dari pada
hasil yang diminta, maka investasi tersebut dikatakan sebagai menguntungkan.
Rasio profitabilitas tergantung dari informasi akuntansi yang diambil dari laporan
keuangan. Karenanya profitabilitas dalam konteks analisis rasio, mengukur
pendapatan menurut laporan rugi laba dengan nilai buku investasi. Rasio
profitabilitas ini, kemudian dapat dibandingkan rasio yang sama perusahaan pada
tahun lalu atau rasio rata-rata industri. Rasio profitablitas yang lazim digunakan
meliputi :
Laba Bersih
a) Rasio margin laba
=
Penjualan
Laba Bersih
b) Ratio laba atas total harta =
Total Aktiva
Laba Bersih
c) Rasio laba atas ekuitas
=
Modal
2.7 Penelitian Terdahulu
Mabruroh (2004) melakukan penelitian tentang manfaat dan pengaruh rasio
keuangan dalam analisis kinerja keuangan perbankan pada perusahaan go public yang
28
tercatat di BEJ pada tahun 2000. Alat analisis yang digunakan yaitu rasio likuiditas,
rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas, hasilnya menyimpulkan bahwa
rasio-rasio keuangan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan secara parsial
dan berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja keuangan perbankan.
Indah Kurniawati (2001) meneliti tentang perbandingan rasio-rasio keuangan
pada perusahaan besar dan perusahaan kecil di Malaysia, Singapura dan Taiwan,
menyimpulkan bahwa perusahaan besar di Malaysia memiliki tingkat likuiditas yang
lebih rendah dari perusahaan kecil, lebih profitabel dari perusahaan kecil, dan tingkat
solvabilitasnya lebih baik dari perusahaan kecil. Singapura menunjukkan perusahaan
besar memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil dan tingkat
solvabilitasnya kurang bagus dari perusahaan kecil. Di Taiwan menunjukkan bahwa
perusahaan besar memiliki tingkat likuiditas dan solvabilitas yang lebih kecil dari
pada perusahaan kecil.
Ernawati (2003) meneliti tentang pengukuran kinerja perusahaan ditinjau dari
analisis rasio keuangan. Dari hasil analisis yang telah dilakukan mengenai penilaian
kinerja perusahaan pada PT. Alis Jaya Ciptatama tahun 1998-2002 ditinjau dari
analisis rasio keuangan dapat ditarik kesimpulan bahwa secara keseluruhan kinerja
PT. Alis Jaya Citatama dinilai kurang baik. Hal ini disebabkan adanya rasio aktivitas
dan profitabilitas yang kurang maksimal meskipun rasio likuiditas dan leverage
dalam keadaan lebih baik.
Retno Tri Setyowati (2008) meneliti tentang analisis rasio keuangan untuk
menilai kinerja perusahaan consumer goods. Analisis yang digunakan yaitu rasio
29
likuiditas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa analisis rasio keuangan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan selama tahun 2003-2005 menunjukkan tingkat kinerja perusahaan yang
sehat sekali. Ringkasan penelitian terdahulu sebagaimana yang diuraikan di atas dapat
di lihat pada Tabel berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No.
1.
2.
Nama
(Tahun)
Mabruroh
(2004)
Judul
Manfaat dan
pengaruh rasio
keuangan dalam
analisis kinerja
keuangan perbankan
pada perusahaan go
public.
Indah
Perbandingan rasioKurniawati rasio keuangan pada
(2001)
perusahaan besar dan
perusahaan kecil di
Malaysia, Singapura
dan Taiwan.
Variabel
Penelitian/
Metode
Analisis
Hasil Temuan
Rasio
likuiditas, rasio
leverage, rasio
aktivitas dan
rasio
profitabilitas.
Menunjukkan pengaruh
terhadap kinerja keuangan
secara parsial dan
berpengaruh secara bersamasama terhadap kinerja
keuangan perbankan.
Rasio likuiditas Perusahaan besar di Malaysia
dan
memiliki tingkat likuiditas
solvabilitas.
yang lebih rendah dari
perusahaan kecil dan tingkat
solvabilitasnya lebih baik
dari perusahaan kecil.
Singapura menunjukkan
perusahaan besar memiliki
tingkat likuiditas yang lebih
rendah dari perusahaan kecil
dan tingkat solvabilitasnya
kurang bagus dari perusahaan
kecil. Di Taiwan
menunjukkan perusahaan
besar memiliki tingkat
likuiditas dan solvabilitas
yang lebih kecil dari pada
perusahaan kecil.
30
3.
Ernawati
(2003)
Pengukuran kinerja
perusahaan ditinjau
dari analisis rasio
keuangan.
Rasio aktivitas
dan
profitabilitas
4.
Retno Tri
Setyowati
(2008)
Analisis rasio
keuangan untuk
menilai kinerja
perusahaan consumer
goods.
Rasio
likuiditas, rasio
aktivitas dan
rasio
profitabilitas.
Dinilai kurang baik
disebabkan adanya rasio
aktivitas dan profitabilitas
yang kurang maksimal
meskipun rasio likuiditas dan
leverage dalam keadaan lebih
baik.
Analisis rasio keuangan yang
telah dilakukan menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan
selama tahun 2003 - 2005
menunjukkan tingkat kinerja
perusahaan yang sehat sekali.
2.8 Kerangka Pikir
Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang berfungsi untuk mencatat
semua aktivitas perusahaan. Laporan keuangan terdiri atas neraca dan laporan laba
rugi. Laporan keuangan yang telah ada akan dianalisis untuk mengetahui kinerja
keuangan suatu perusahaan. Analisis yang dilakukan dapat berupa analisis rasio
keuangan. Analisis rasio keuangan terdiri atas beberapa rasio, misalnya perputaran
aktiva dan rasio profitabilitas seperti yang telah dibahas sebelumnya oleh penulis.
Hasil dari rasio ini akan memperlihatkan kinerja perusahaan apakah perusahaan
mampu menghasilkan laba yang maksimal tiap tahun, dan apakah aktiva yang
dimiliki perusahaan mampu memberikan kontribusi maksimal untuk menghasilkan
tingkat pendapatan yang direncanakan. Selanjutnya perusahaan akan mengambil
langkah-langkah
yang sesuai
kelangsungan perusahaan.
untuk
keperluan perusahaan nantinya
untuk
31
Adapun kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan dalam skema sebagai
berikut :
PT Ultrajaya Milk
Industry, Tbk
Rasio Keuangan
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Likuiditas
Aktivitas
Leverage
Profitabilitas
Kinerja Keuangan
Perusahaan
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
2.9 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang
diajukan adalah diduga bahwa pengukuran kinerja PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk
telah menghasilkan kinerja yang sehat berdasarkan kinerja likuiditas, aktivitas,
leverage, dan profitabilitas.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Daearah dan Waktu Penelitian
Dalam melakukan penelitian sesuai dengan kebutuhan, maka peneliti memilih
tempat penelitian pada PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk. Sedangkan waktu yang
digunakan selama melakukan penelitian hingga rampungnya penyusunan skripsi ini
diperkirakan kurang lebih tiga bulan lamanya mulai dari bulan Pebruari sampai
dengan bulan April Tahun 2012.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dengan cara
penelitian kepustakaan (library research), yaitu metode atau teknik penelitian yang
dimaksudkan untuk menelaah buku-buku/literature dan tulisan-tulisan ilmiah yang
mempunyai hubungan dengan pembahasan skripsi ini. Dan dalam memperoleh data
perusahaan penulis mendatangi PIPM (Pusat Informasi Pasar Modal) yang terletak di
Jl. A. P. Pettarani.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Untuk menunjang kelengkapan pembahasan, maka jenis data yang digunakan
dalam penulisan ini adalah data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka-angka
yang dapat dihitung, yang diperoleh dari buku laporan perkembangan penjualan
perusahaan yang akan diteliti yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas
dalam penyusunan skripsi ini.
33
Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari :
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan dan dengan
wawancara langsung dengan pihak perusahaan yang akan diteliti.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen perusahaan dan informasi
tertulis mengenai keadaan perusahaan yang berkaitan dengan pembahasan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara :
1. Observasi, yaitu dengan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti dengan
mencatat keterangan atau hal-hal yang berguna bagi penyusunan data untuk
dianalisis.
2. Dokumentasi, yaitu dengan membuat salinan atau mengadakan arsip-arsip dan
catatan-catatan perusahaan yang ada mengenai neraca, laporan rugi laba, jumlah
produksi, jumlah karyawan, pelayanan yang diberikan, gambaran umum
perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan.
3.5 Metode Analisis Data
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan
metode deskriptif dengan menggunakan analisis rasio keuangan sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Adapun rumus
yang digunakan adalah :
34
a. Net Working Capital
Net Working Capital yaitu untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar di
atas utang lancar.
Net Working capital = Aktiva lancar – Utang lancar
b. Current Ratio
Current Ratio yaitu untuk menghitung berapa kemampuan perusahaan dalam
membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia.
Current Ratio =
Aktiva lancar
Utang lancar
c. Acid Test Ratio (Quick Ratio)
Acid Test Ratio (Quick Ratio) yaitu untuk menghitung kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban-kewajiban atau utang lancar dengan aktiva yang
lebih likuid.
Acid Test Ratio (Quick Ratio) =
Aktiva lancar−Persediaan
Utang lancar
2. Rasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
efesiensi perusahaan sehubung dengan pengelolaan asset perusahaan untuk
memperoleh penjualan. Adapun rumus yang digunakan adalah :
a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Perputaran Piutang (Receivable Turnover) yaitu menunjukkan seberapa cepat
penagihan piutang. Semakin besar angka yang dihasilkan maka akan semakin
baik pengelolaan piutang, dalam hal ini penagihan piutang dilakukan dengan
cepat.
35
Receivable Turnover =
Penjualan
Piutang rata−rata
b. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) yaitu menunjukkan seberapa cepat
perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini
semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan dengan cepat.
Inventory Turnover =
Harga Pokok Penjualan
Rata−rata Persediaan
= ... kali
c. Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover)
Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover) yaitu mengukur perputaran dari
semua asset yang dimiliki perusahaan dan menunjukkan efektivitas penggunaan
seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau
menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh
setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan.
Total Asset Turnover =
Penjualan Bersih
Total Aktiva
= ... kali
3. Rasio Laverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Adapun rumus yang
digunakan adalah :
a. Ratio total utang (Debt Ratio)
Ratio Total Utang (Debt Ratio) yaitu pengukuran jumlah aktiva perusahaan
yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur.
36
Total Utang
Debt Ratio = Total Aktiva
b. Ratio utang jangka panjang dengan modal sendiri (The Debt-Equity Ratio)
Ratio utang jangka panjang dengan modal sendiri (The Debt-Equity Ratio) yaitu
menghitung perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.
The Debt-Equity Ratio =
Utang Jangka Panjang
Modal Sendiri
c. Ratio utang jangka panjang dengan modal jangka panjang (The Debt To Total
Capitalization)
Ratio utang jangka panjang dengan modal jangka panjang (The Debt To Total
Capitalization) yaitu untuk mengukur berapa bagian utang jangka panjang yang
terdapat di dalam modal jangka panjang perusahaan.
Utang jangka panjang
= Utang jangka panjang + modal
4. Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik hubungan dengan penjualan
asset maupun laba rugi modal sendiri. Adapun rumus yang digunakan :
a. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin yaitu mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan
volume penjualan.
Gross Profit Margin =
Laba kotor
Penjualan
x 100%
37
b. Net Profit Margin
Net Profit Margin yaitu mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan
dengan volume penjualan.
Net Profit Margin =
Laba bersih sesudah pajak
Penjualan
x 100%
c. Return On Investment (ROI)
Return On Investment (ROI) yaitu mengukur tingkat penghasilan bersih yang
diperoleh dari total aktiva perusahaan.
ROI =
Laba bersih sesudah pajak
Total aktiva
x 100%
3.6 Definisi Operasional Variabel
Secara garis besar definisi operasional variabel digambarkan pada kolom
berikut ini :
38
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel
Rasio Likuiditas
a. Net Working
Capital
b. Current Ratio
c. Acid Test Ratio
(Quick Ratio)
Rasio Aktivitas
a. Perputaran
Piutang
(Receivable
Turnover)
b. Perputaran
Persediaan
(Inventory
Turnover)
c. Perputaran Total
Aktiva (Total
Asset Turnover)
Konsep Variabel
Untuk menghitung
berapa kelebihan
aktiva lancar di atas
utang lancar.
Menghitung berapa
kemampuan
perusahaan dalam
membayar utang lancar
dengan aktiva lancar
yang tersedia.
Menghitung
kemampuan
perusahaan dalam
membayar kewajibankewajiban atau utang
lancar dengan aktiva
yang lebih likuid.
Menunjukkan seberapa
cepat penagihan
piutang.
Indikator
= Aktiva lancar – Utang lancar
Rasio
Aktiva lancar − Persediaan
Utang lancar
Rasio
Penjualan
Piutang rata − rata
Rasio
=
Menunjukkan seberapa
Harga pokok penjualan
=
= ⋯ kali
cepat perputaran
Rata − rata persediaan
persediaan dalam
siklus produksi normal.
Mengukur perputaran
dari semua asset yang
Penjualan bersih
=
= ⋯ kali
dimiliki perusahaan.
Total aktiva
Rasio Leverage
a. Ratio Total Utang Pengukuran jumlah
(Debt Ratio)
aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh utang
atau modal yang
berasal dari kreditur.
b. The Debt-Equity Menghitung
Ratio
perbandingan antara
Rasio
Aktiva lancar
Utang lancar
=
=
Skala
=
Total utang
Total aktiva
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
39
c. The Debt To
Total
Capitalization
Rasio Profitabilitas
a. Gross Profit
Margin
utang jangka panjang
dengan modal sendiri.
Mengukur berapa
bagian utang jangka
panjang yang terdapat
di dalam modal jangka
panjang perusahaan.
=
Utang jangka panjang
Modal sendiri
Rasio
=
Utang jangka panjang
Utang jangka panjang + modal
Laba kotor
Mengukur tingkat laba
Rasio
=
x 100%
kotor dibandingkan
Penjualan
dengan volume
penjualan.
b. Net Profit Margin Mengukur laba bersih
Rasio
sesudah pajak
Laba bersih sesudah pajak
=
x 100%
dibandingkan dengan
Penjualan
volume penjualan.
c. Return On
Mengukur tingkat
Rasio
Investment (ROI) penghasilan bersih
Laba bersih sesudah pajak
=
x 100%
yang diperoleh dari
Total aktiva
total aktiva perusahaan.
40
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejarah Singkat Berdiri PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk
PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk adalah sebuah perusahaan yang berawal dari
sebuah perusahaan keluarga yang bergerak di bidang industri susu, minuman, dan
makanan dalam kemasan aseptic yang tahan lama dengan merek-merek terkenal
seperti Ultra Milk untuk produk susu, Buavita untuk jus buah segar dan The Kotak
untuk minuman the segar. Perusahaan ini didirikan berdasarkan akta No. 8 tanggal 2
November 1971 junco Akta Perubahan No. 71 tanggal 29 Desember 1971 yang
dibuat dihadapan Komar Andasasmita SH, Notaris di Bandung. Susu yang diproduksinya dikenal dengan nama UHT (Ultra High Temperatur) yang merupakan
sistem pembuatan susu melalui sistem sterilisasi (sterilid milk) sehingga dapat tahan
lama.
Di Indonesia, PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk merupakan pionir di bidang
industri minuman yang diproses dengan teknologi UHT. Kini lebih dari 20 tahun
sejak melakukan produk komersilnya ditahun 1975, perusahaan telah menghasilkan
lebih dari 40 macam produk.
Perseroan bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman. Dibidang
minuman Perseroan memproduksi minuman aseptik yang diproses dengan teknologi
UHT (Ultra High Temperature) dan dikemas dalam kemasan karton Tetrapack
41
seperti minuman susu, sari buah, teh, minuman tradisional dan minuman untuk
kesehatan. Perseroan juga memproduksi teh celup (tea bags) dan konsentrat buahbuahan tropis (tropical fruit juice concentrate). Dibidang makanan perseroan
memproduksi rupa-rupa mentega (butter), susu bubuk (powder milk), dan susu kental
manis (sweet condensed milk), sedangkan produk keju (cheese) yang sejak tahun
1985 diproduksi berdasarkan lisensi dari Kraft Inc., USA, sejak bulan April 1994
diproduksi oleh anak perusahaan Perseroan.
Dalam melakukan kegiatan usahanya perseroan melakukan kerja sama dengan
beberapa perusahaan yang memiliki reputasi internasional seperti Nestle untuk
memproduksi Milo ready to drink. Selain itu Perseroan menjalin kerjasama dengan
Karft Inc., USA, dengan mendirikan perusahaan patungan PT. Kraft Ultra Jaya
Indonesia, perusahaan yang bergerak dalam bidang industri keju.
Proses pembuatan minuman dengan sistem UHT ini mempunyai keunikan,
yakni bahan-bahan yang diproses itu tidak memakai bahan pengawet sedikitpun
untuk dapat membuat tahan lama, dapat disimpan tanpa menjadi rusak. Semua itu
disebabkan oleh proses sterilisasi dengan pemanasan uap air selama 3 – 4 detik
temperatur 140 derajat celcius dengan kertas pak pengemasnya yang telah
disucihamakan terlebih dahulu dengan memakai hydrogen peroksida. Mesin-mesin
untuk produksi untuk didapatkan dari Swedia begitu juga halnya dengan kertas pak
yang merupakan hak patent dari Tetra Pak Internasional yang berpusat di Swedia.
Kantor pusat dan pabrik pengolahan PT Ultrajaya Milk Industry didirikan
diatas tanah seluas lebih dari 12 hektar yang terletak dijalan Raya Cimareme No. 131,
42
Padalarang, Kabupaten Bandung. Lokasi ini sangat strategis karena terletak di daerah
lintasan hasil peternakan dan pertanian sehingga memudahkan untuk memperoleh
pasokan bahan baku maupun untuk pengiriman hasil produksinya. Kemudian
berdasarkan pertimbangan untuk memperlancar pemasarannya maka sejak tanggal 1
Juni 1978 bagian pemasaran dipindahkan ke Jakarta, di Jalan Raya Bekasi km. 26,
Jakarta Timur.
Susu murni yang diperlukan Perseroan yang diperoleh dari para peternak sapi
yang tergabung dalam Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) dan Koperasi
Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU), sedangkan buah-buahan segar seperti jambu,
mangga, nenas, sirsak, dan lain-lain, diperoleh dari petani buah yang tergabung dalam
koperasi Unit Desa yang berada di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Buah-buahan lain seperti jeruk (orange), leci (Leychee), dan anggur (grape)
masih diperoleh secara impor dalam bentuk konsentrat (concentrate). Demikian pula
bahan pengemas aseptic masih diimpor dari Tetra Pak Pacific, Singapore.
Pada saat ini memiliki  1100 orang karyawan yang ditempatkan dibagian
produksi, dibagian distribusi dan pemasaran dan sisanya dibagian administrasi dan
umum. Mereka senantiasa mendapatkan pendidikan dan pelatihan baik didalam
maupun di luar negri, sehingga menjadi tenaga-tenaga yang terampil dan terlatih.
43
4.2 Struktur Organisasi
Agar kegiatan perusahaan dapat berjalan lancar dan tujuan perusahaan dapat
tercapai, maka diperlukan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang
jelas.
Struktur organisasi perusahaan ini memperlihatkan bentuk struktur organisasi
garis, dimana setiap bawahan mempunyai atasan tertentu untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya. Adapun bagan struktur organisasi PT Ultrajaya Milk
Industry, Tbk sebagai berikut :
Skema 4.1
Struktur Organisasi Perusahaan
PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk
Dewan Komisaris
Presiden Direktur
R&D
Direktur Operasional
M. Pemasaran
M. Pabrikasi
Sumber : PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk
Direktur Adm & Keu
M. Administrasi
M. Keuangan
44
Adapun uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian adalah
sebagai berikut :
1. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertugas mengawasi jalannya perusahaan dan berhak untuk
meminta pertanggungjawaban dari Presiden direktur dan memberi petunjuk serta
menyetujui ataupun menolak apa yang menjadi rencana Presiden Direktur.
2. Presiden Direktur
Presiden Direktur adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan yang
menetapkan kebijaksanaan umum, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas para
Direktur dan merupakan penanggung jawab perusahaan secara keseluruhan .
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
a. Menentukan pokok-pokok kebijaksanaan perusahaan.
b. Memimpin serta mengorganisir bawahannya dan mengawasi seluruh kegiatan
perusahaan.
c. Bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dan Rapat umum Pemegang
Saham.
d. Menetapkan tujuan yang dicapai oleh perusahaan dan membuat rencana kerja.
3. Research and Development (R&D)
Tugas dan tanggung jawabnya adalah :
a. Bertanggung jawab langsung dibawah direksi
b. Menentukan kualitas bahan baku serta melakukan penyempurnaan kualitas
dan komposisi produk yang telah dihasilkan.
45
c. Bekerjasama dengan semua bagian untuk mengembangkan dan meluncurkan
produk baru Direktur Operasional.
4. Direktur Operasional
Tugas dan tanggung jawab Direktur Operasional adalah mengkoordinir
keseluruhan kegiatan pabrik dan pemasaran dan menetapkan sasaran yang akan
dituju terutama yang menyangkut sasaran pemasaran dan pabrikasi.
Direktur Operasional dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh :
1) M. Pemasaran, bertugas memberikan informasi-informasi yang bertujuan
mensukseskan market perusahaan kepada pimpinan perusahaan/wakil
pimpinan, memberikan input pada pimpinan perusahaan untuk dapat
menetapkan jasa biaya pengiriman sesuai dengan input yang telah diberikan
masing-masing bagian.
2) M. Pabrikasi
a. Membuat laporan persediaan barang dalam gudang.
b. Memeriksa laporan barang masuk dan keluar yang dibuat oleh staff
gudang sesuai dokumen pendukungnya.
5. Direktur Administrasi dan Keuangan
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
a. Melakukan pencatatan secara administratif dan seluruh kegiatan usaha
perusahaan dan mengambil kesimpulan tentang keuntungan dan kerugian.
b. Mengatur dan bertanggung jawab atas penyusunan rencana kegiatan serta
dana yang dibutuhkan bagi kegiatan departemen lain.
46
c. Melakukan pengawasan dan pencatatan dari penggunaan dana serta harta
perusahaan.
Direktur Administrasi dan Keuangan dalam menjalankan tugasnya :
1) Administrasi, bertugas untuk membuat kartu langganan untuk mengetahui
data-data langganan, bonafiditas langganan, dan analisis hutang langganan.
2) Keuangan, bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan terhadap
persoalan-persoalan
yang
menyangkut
keuangan
perusahaan
dan
melaksanakan prinsip administrasi pada umumnya, melakukan pekerjaan
pembukuan perusahaan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal, 2004, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, edisi keempat, Penerbit
Universitas Muhammadiyah, Malang
Astuti Dewi, 2004, Manajemen Keuangan Perusahaan, cetakan pertama, Penerbit :
Ghalia Indonesia, Jakarta
Gitosudarmo, Indriyo, dan Basri 2002, Manajemen Keuangan, edisi keempat, cetakan
pertama, penerbit : BPFE, Yogyakarta
Hanafi, M. Mamduh, 2005, Manajemen Keuangan, Edisi 2004/2005, Cetakan Pertama,
Penerbit : BPFE, Yogyakarta
http://idx.co.id
Harmono, 2009, Manajemen Keuangan, Berbasis Balanced Scorecard, Pendekatan
Tori, Kasus dan Riset Bisnis, cetakn pertama, penerbit : Bumi Aksara, Jakarta
Husnan Suad dan Enny Pudjiastuti, 2004, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, edisi
pertama, cetakan pertama, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : UPP
AMP YKPN, Yogyakarta
Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit :
Rajawali Pers, Jakarta
Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi,
edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : BPFE, Yogyakarta
Mabruroh, 2004, Manfaat dan Pengaruh Rasio Keuangan dalam Analisis Kinerja
Keuangan Perbankan. Benefit. Vol. 8, Mo. 1 : 37 – 51
Martono dan Agus Harjito, 2001, Manejemen Keuangan, edisi pertama, cetakan
pertama, Penerbit : Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta
Munawir, 2007, Analisa Laporan Keuangan, edisi pertama, cetakan keempatbelas,
BPFE, Yogyakarta
Muslich Mohamad, 2003, Manajemen Keuangan Modern, Analisis, Perencanaan, dan
Kebijaksanaan, cetakan ketiga, Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta
48
Raharjo, Budi, 2001, Laporan Keuangan Perusahaan, cetakan pertama, Penerbit :
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Retno, Tri Setyowati, 2008. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja.
Sugiyono, 2009, Statistika untuk Penelitian, penerbit : CV. Alfabeta, Bandung
Sutrisno, 2008, Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi, edisi pertama,
cetakan ketiga, Penerbit : Ekonesia, Yogyakarta.
Syafri Harahap Sofyan, 2007, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, edisi pertama,
cetakan ketiga, Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Zarkasyi, Moh, Wahyudin, 2008, Good Corporate Governance, Pada Badan Usaha
Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya, cetakan kesatu,
Penerbit : Alfabeta, Bandung
Download