Komunikasi Politik dan Media Massa

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Komunikasi
Pemasaran
Politik
Media Massa dan Politik
Fakultas
Program Studi
Tatap Muka
Pascasarjana
Magister Ilmu
Komunikasi
06
Kode MK
Disusun Oleh
Kode MK
Dr. Heri Budianto, M.Si
Abstract
Kompetensi
Pokok bahasan Komunikasi
Politik membahas mengenai
Arti dan Pemahaman Tentang
Media Massa dan Politik,
Representasi Poitik di Media
Massa dstnya
Setelah mengikuti mata kuliah ini
mahasiswa diharapkan dapat
memahami dan mampu
menjelaskan mengenai arti dan
pemahaman tentang Media Massa
dan Politik
Pembahasan
Komunikasi Politik dan Media Massa
Komunikasi adalah pengalihan informasi untuk memperoleh tanggapan. dalam
proses komunikasi, terjadi pengkoordinasian makna antara seseorang dan khalayak. Selain
itu, dalam proses komunikasi terjadi proses saling berbagi informasi, gagasan atau sikap.
Melalui komunikasi, diharapkan terjadi penyesuaian pikiran, penciptaan, perangkat simbol
bersama didalam pikiran. Secara garis besar, dalam proses komunikasi ada informasi,
gagasan, perilaku, pengertian, pengalaman internal, dan sebagainya. Individu mengamati
berbagai hal, menginterpretasikannya, menyusun makna, bertindak berdasarkan makna itu.
Ada tiga jenis yang diamati orang: objek fisik yang beraneka ragam, objek sosial, baik orang
lain atau dirinya sendiri, dan objek abstrak seperti gagasan, ajaran, perasaan dan keinginan.
Berdasarkan pemaparan diatas komunikasi adalah proses interaksi sosial yang
digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia
(yang berdasarkan itu mereka bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol.
Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis”, yang berarti ‘membuat kebersamaan’
atau ‘membangun kebersamaaan antara dua orang atau lebih’. Akar kata communis adalah
“communico”, yang artinya ‘berbagi’. Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman
kebersamaan melalui pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam
bahasa inggris, “communicate” yang berarti:
-
Untuk bertukar pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan informasi.
-
Untuk menjadikan paham (tahu).
-
Untuk membuat bersama; dan
-
Untuk mempunyai sebuah hubungan yang simpatik.
Sedangkan dalam kata benda (noun), “communication”, berarti:
-
Pertukaran simbol-simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi.
-
Proses pertukaran di antara individu - individu melalui sistem simbol -simbol
yang sama.
2016
2
-
Seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan; dan
-
Ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi.
Komunikasi Pemasaran Politik
Dr. Heri Budianto, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jadi secara umum, komunikasi dapat didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan
antar manusia.1
Komunikasi juga merupakan proses penyampaian pesan baik verbal maupun non
verbal dari komunikator kepada komunikan untuk mengubah perilaku.
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.
Dan bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat
atau komunitas yang terintegrasi oleh informasi, dimana masing-masing individu dalam
masyarakat itu sendiri saling berbagi informasi (information sharing) untuk mencapai tujuan
bersama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara
penyampai pesan dan orang yang menerima pesan.
Berbicara tentang pengertian komunikasi, tidak ada yang benar atau salah, definis
harus dilihat dari kemanfaatannya yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa
pengertian tentang komunikasi terkadang terlalu sempit, seperti komunikasi adalah
“penyampaian pesan”, ataupun terlalu luas, seperti “komunikasi adalah proses interaksi
antara dua makhluk”, sehingga pelaku tersebut dapat termasuk hewan, tumbuhan, bahkan
jin. Sebagaimana dikemukakan oleh John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth
K. Sereno dan Eward M. Bodaken, setidaknya ada tiga pemahaman mengenai komunikasi,
yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi
sebagai transaksi.
Komunikasi sebagai tindakan satu arah (linier) yaitu proses dimana pesan diibaratkan
mengalir dari sumber dengan melalui beberapa komponen menuju komunikan. Sedangkan
Gerald R. Miller berpendapat “komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang sengaja
dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku penerima.
Komunikasi linier ini selalu dikaitkan dengan komunikasi model Lasswell yaitu dengan
menjawab pertanyaan - pertanyaan “who says what in which channel to whom with what
effect” atau siapa berkata melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa.
Komunikasi juga dipahami sebagai suatu bentuk komunikasi interaksi, yaitu komunikasi
dengan proses sebab - akibat atau aksi - reaksi yang arahnya bergantian. Dalam konteks
ini, komunikasi melibatkan komunikator yang menyampaikan pesan, baik verbal maupun
nonverbal secara aktif, dinamis dan timbal balik.
Dan komunikasi sebagai transaksi, dalam hal ini komunikasi tidak membedakan
pengirim dan penerima pesan dan tidak lagi berorientasi pada sumber, karena komunikasi
ini melibatkan banyak individu dan tampak komunikasi ini bersifat dinamis.2
1
Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu komunikasi, AR-RUZZ Media, 2010, h.55-56
2
H. Syaiful Rohim, M.Si, Teori komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi, Rineka Cipta, 2009, h. 8-9-10.
2016
3
Komunikasi Pemasaran Politik
Dr. Heri Budianto, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Proses komunikasi dibagi menjadi dua tahap yaitu: Proses komunikasi secara primer
adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer
dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang
secara langsung mampu “menerjemahkan“ pikiran dan atau perasaan komunikator kepada
komunikan.
Proses komunikasi yang kedua adalah proses komunikasi secara sekunder. Proses
komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua yang sering
digunakan dalam komunikasi. Penting peranan media, yakni media sekunder, dalam proses
komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio,
dan televisi merupakan media efisien dalam mencapai jumlah komunikan dalam jumlah
yang amat banyak.
Menurut Miriam budiardjo, politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu
sistem politik (Negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu
dalam melaksanakan tujuan-tujuan. Politik adalah kegiatan orang secara kolektif yang
mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Politik, seperti komunikasi
adalah proses, dan seperti komunikasi, politik melibatkan pembicaraan.
Komunikasi politik adalah kegiatan komunikasi yang dianggap memiliki konsekuensi
- konsekuensi (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam
kondisi-kondisi konflik. Komunikasi pada dasarnya memiliki definisi yang sama dengan arti
komunikasi itu sendiri, hanya saja dalam komunikasi politik, jenis pesan yang disampaikan
dalam proses komunikasi tersebut adalah hal-hal yang berkenaan dengan politik.
Ada beragam saluran komunikasi politik, pada dasarnya saluran komunikasi politik
sama dengan saluran komunikasi secara umum. Jadi, saluran komunikasi politik adalah alat
sarana yang memudahkan penyampaian pesan politik. Saluran komunikasi politik tidak
hanya mencakup alat, sarana, dan mekanisme seperti media cetak, radio, pesawat televisi,
selebaran dan lain-lain. Dalam komunikasi politik saluran yang tidak kalah pentingnya
adalah manusia itu sendiri, manusia sebagai otak perumusan pesan politik melalui sarana
yang ada di media massa.
Media massa adalah media yang digunakan dalam proses komunikasi massa.
Contohnya adalah surat kabar, radio dan televisi. Baran dan Davis menyebutkan beberapa
fungsi dari media masa yang antara lain adalah fungsi pengawasan, korelasi, transmisi, dan
hiburan. Fungsi pengawasan artinya media massa mengawasi apa yang terjadi di
2016
4
Komunikasi Pemasaran Politik
Dr. Heri Budianto, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
masyarakat lalu kemudian melaporkannya. Fungsi korelasi artinya media massa mengawasi
apa yang terjadi di media massa menjadi penghubung berbagai macam lapisan masyarakat
(contoh: antara pemerintah dan rakyat). Fungsi transmisi berkaitan dengan menyebarkan
norma dan nilai dalam masyarakat. Sedangkan fungsi hiburan berkaitan dengan
kemampuan media massa untuk menghibur audiensnya.
Kekuatan media massa sebagai saluran untuk mempengaruhi khalayak telah banyak
memberi andil dalam pembentukan opini publik. Bahkan dalam komunikasi politik media
massa menjadi penggerak utama dalam usaha mempengaruhi perilaku individu terhadap
exposure berita yang diterimanya.
Maka digunakan media massa dalam proses politik tentu mempunyai arti yang
sangat penting. Begitu pula dampak atau akibat dari penyebaran pesan terhadap khalayak
luas akan terjadi secara kuat, apalagi dilihat dari dampak penyebaran pesan tidak hanya
sampai pada tahap kognitif dan efektif tetapi juga pada tahap konatif.
Media massa menjadi saluran yang sering digunakan dalam menyampaikan
informasi politik bahkan media massa dilihat sebagai alat yang mampu menjustifikasi
terhadap realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Dengan kekuatan yang dimiliki oleh
media massa tersebut, maka lembaga-lembaga politik, misalnya: partai-partai politik,
organisasi-organisasi pemerintah, kelompok kepentingan, serikat buruh, LSM, dan
organisasi-organisasi massa, selalu memanfaatkan media massa untuk tujuan-tujuan
politiknya.
Hal diatas cukup beralasan, karena peranan media massa cukup potensial dalam
usaha merebut pengaruh (kekuasaan) dalam suatu pemerintahan. Apabila digali lebih dalam
tentang pengaruh media massa dengan kekuasaan, maka media massa seringkali
dipandang sebagai alat kekuasaan yang efektif karena kemampuannya untuk melakukan
salah satu (atau lebih) dari beberapa hal dibawah ini:
1. Menarik dan mengarahkan perhatian
2. Membujuk pendapat dan anggapan
3. Mempengaruhi pilihan sikap
4. Memberikan status dan legitimasi
5. Mendefinisikan dan membentuk persepsi realitas
Representasi Politik di Media Massa
Representasi politik di media massa ingin melihat bagaimana wacana politik
direpresentasikan di dalam
2016
5
Komunikasi Pemasaran Politik
Dr. Heri Budianto, M.Si
media massa.
Representasi dimaknai
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sebagai
bagaimana dunia dikonstruksikan secara sosial dan disajikan kepada kita dan oleh
kita di dalam pemaknaan tertentu (Barker;2004). Hall (1997) menyatakan
representasi merupakan salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan.
Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut
'pengalaman berbagi'. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika
manusia-manusia yang ada disitu membagi pengalaman yang sama, membagi kodekode kebudayaan yang sama, berbicara dalam 'bahasa' yang sama, dan saling
berbagi konsep-konsep yang sama.
Hall membagi representasi menjadi dua pengertian:
(1) Representasi mental yaitu konsep tentang ‘sesuatu’ yag ada di kepala kita
masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini berbentuk sesuatu
yang abstrak.
(2) Representasi bahasa. Representasi bahasa ini yang berperan penting dalam
membentuk makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus
diterjemahkan dalam bahasa yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan
konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan symbol-simbol
tertentu.
Dalam pemahaman konsep diatas, proses pertama memungkinkan kita untuk
memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara
sesuatu dengan sistem
peta konseptual kita.
Dalam proses kedua, kita
mengkonstruksikan seperangkat korespondensi antara peta konseptual dengan
bahasan atau simbol yang berfungsi merepresentasikan konsep-konsep kita tentang
sesuatu. Relasi antara ‘sesuatu’, ‘peta konseptual’, dan ‘bahasa simbol’
jantung dari produksi makna lewat bahasa.
adalah
Proses yang secara bersama-sama
inilah dinamakan representasi.
Representasi
mengacu
pada
penggunaan
bahasa
dan
citra
untuk
membentuk pemahaman tentang dunia disekitar kita. Kita menggunakan kata-kata
untuk memahami, menggambarkan, dan mendefinisikan dunia sebagaimana yang
kita lihat dan kita juga menggunakan citra untuk melakukan hal tersebut. (Sturken, M.
and Cartwright, Lisa; 2001)
Representasi sendiri memiliki dua pengertian, sehingga harus dibedakan
antara keduanya. Pertama, representasi sebagai sebuah proses sosial dari
representing, Kedua, representasi sebagai produk proses sosial representing.
Istilah yang pertama merujuk pada proses, sementara istilah yang kedua produk dari
pembuatan tanda yang mengacu pada sebuah makna. (O’Sullivan, Tim et all dalam
Noviani:2002).
2016
6
Komunikasi Pemasaran Politik
Dr. Heri Budianto, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dari pemahaman diatas, representasi biasanya, dipahami sebagai gambaran
sesuatu yang akurat atau realita yang terdistorsi.
Representasi tidak hanya berarti
“to present”, “to image”, atau “to depict”.
Gambaran politis hadir untuk
merepresentasikan kepada kita. Kedua hal ini berdiri bersama untuk menjelaskan
gagasan mengenai representasi. “Representasi” adalah sebuah cara dimana kita
memaknai apa yang diberikan pada benda yang digambarkannya.
Jadi representasi merupakan suatu konstruksi segala bentuk media terhadap
segala aspek realitas atau kenyataan, seperti masyarakat, objek, peristiwa, hingga
identitas budaya. Representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-konsep
ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang kongkrit.
Dalam konteks penelitian ini representasi yang dimaksud adalah representasi
media mengenai wacana politik di media massa. Dalam pandangan Hall (1997:15)
terdapat tiga pendekatan teori representasi:
(1)
The Reflective Theory, yang mana mengusulkan pendekatan yang mengatur
hubungan yang nyata dari peniruan atau gagasan antara kata (tanda) dan
benda.
(2)
The Intentional Theory (sengaja),merupakan representasi yang diturunkan
dengan sengaja oleh yang menciptakan atau subjek.
(3)
The Constructionist Theory, merupakan pendekatan yang kompleks yang
menghubungkan antara dan kata serta konsep dalam pemikiran kita dan
bahasa.
Ketika membicarakan representasi media, maka representasi dalam
pandangan Konstruksionis-lah yang paling tepat untuk memandangnya. Karena
bahasa yang dikonstruksikan oleh media dalam bentuk wacana dibangun dan terkait
dengan berbagai relasi yang melingkupi media tersebut yang bersifat kompleks.
Hall menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam pendekatan constructionist theory
memandang makna bagi dunia materiil melalui konteks budaya yang spesifik sifatnya
seperti terjadi dalam beberapa bagian melalui sistem bahasa baik itu tulisan,
percakapan atau gambar yang kita gunakan. Oleh karena itu objek materiil hanya
memiliki makna dan hanya bisa “dilihat” oleh kita melalui sistem representasi. Ini
berarti bahwa dunia tidak secara sederhana direfleksikan kepada kita melalui sistem
representasi, namun kitalah yang membangun makna dari objek materiil dengan
menggunakan sistem ini.
Representasi media dibentuk melalui wacana, dalam pandangan Fairclough
(1995: 55)
menyebutkan wacana merupakan sebuah praktik sosial. Dalam
pandangan studi wacana (discourse view)
2016
7
Komunikasi Pemasaran Politik
Dr. Heri Budianto, M.Si
‘bahasa adalah bentuk dari praktek
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sosial’ (language as a form of social practise) . Suatu teks merupakan produk (hasil )
dari pada sebuah proses – sebuah produk dari proses dari produksi teks. Fairclough
lebih menggunakan istilah ‘wacana’ yang mengacu dari proses dari interaksi sosial
yang mana teks hanya menjadi bagian. Wacana dalam pemahaman Fairclough
mempunyai tiga efek, yaitu :
(1)
Wacana memberikan andil dalam mengkonstruksi identitas sosial dan posisi
subjek.
(2)
Wacana membantumengkonstruksi relasi sosial di antara orang-orang.
(3)
Wacana member kontribusi dalam mengkonstruksi sistem pengetahuan dan
kepercayaan.
Menurut Vass dalam Titscher dkk (dalam Ibrahim; 2009: 42) menjelaskan
makna wacana berikut (1) (secara umum): tuturan, percakapan diskusi; (2) penyajian
diskursif sederet pemikiran dengan menggunakan serangkaian
pernyataan; (3)
serangkaian pernyataan atau ujaran, sederet pernyataan; (4) bentuk sebuah
rangkaian pernyataan/ ungkapan; yang dapat berupa (arkeologi): wacana ilmiah,
puitis religious; (5) Perilaku yang diatur kaidah yang mengiringi kearah lahirnya
serangkaian atau system
pernyataan-pernyataan yang saling terkait (=berbagai
bentuk pengetahuan misalnya kedokteran, psikologi, dan sebagainya) sebagaimana
dicermati dalam karya Michel Foucault; (6) bahasa sebagai sesuatu yang
dipraktikkan; bahasa tutur (misalnya, dalam karya Paul Ricoeur); (7) bahasa sebagai
suatu totalitas; seluruh bidang linguistik; (8) mendiskusikan dan mempertanyakan
kriteria validitas dengan tujuan menghasilkan konsensus di antara peserta wacana
(misalnya, dalam karya Jurgen Habermas).
Foucault mengemukakan definisi dari wacana beserta dengan potensi politis
dan kaitannya dengan kekuasaaan. Wacana adalah elemen taktis yang beroperasi
dalam kancah relasi kekuasaan (Foucault, 1990:102).
Antara wacana dan
kekuasaan memiliki hubungan timbal balik, seperti yang dikatakan Foucault “elemen
taktis” ini sangat terkait dengan kajian strategis dan politis. Dari definsi yang
diungkapkan Foucault jelaslah bahwa wacana adalah alat kepentingan dominasi
kekuasaan pegetahuan.
Wacana sangatlah berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh sebagian orang,
di mana keberagaman wacana masih dianggap terikat oleh kelas-kelas tertantu
dalam masyarakat. Kita tidak seharusnya menganggap dunia wacana terpisah-pisah,
mana wacana yag diterima secara social dan mana yang ditolak, ataupun
pengkelasan wacana, seperti wacana dominan dan ada pula wacana yang
termarginalkan. Akan tetapi segala bentuk kompleksitas wacana merupakan elemen2016
8
Komunikasi Pemasaran Politik
Dr. Heri Budianto, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
elemen yag sering dibicarakan dan sering muncul dalam kehidupan, di mana itu
semua bermain secara strategis (Foucault,1990: 100). Foucault menjabarkan bahwa
bahwa keseluruhan wacana memiliki potensi strategis, baik itu wacana dominan
maupun tidak. Bahkan Foucault mengeleminir wacana itu karena setia wacana bisa
bermain secara strategis berdasarkan kepentingan tertentu.
Produksi wacana berkait bagaimana terbentuknya bangunan wacana.
Produksi wacana selalu berkaitan dengan realitas. Realitas tidak bisa didefinisikan
jika tidak mempunyai akses dengan pembentukan struktur diskursif tersebut.
Wacana dicirikan oleh batasan bidang dari objek, definisi dari perspektif yang paling
dipercaya dan dipandang benar. Wacana membentuk dan mengkonstruksi peristiwa
tertentu dan gabungan dari peristiwa tersebut ke dalam narasi yang dapat dikenali
dalam
kebudayaan
tertentu.
Dalam
prosesnya,
kita
mengkategorikan
dan
menafsirkan pengalaman dan peristiwa mengikuti struktur yang tersedia dan dalam
menafsirkan tersebut kita sukar keluar dari struktur diskursif yang terbentuk.
Wacana politik selalu menarik media massa untuk memberitakannya, karena
menyangkut tentang berbagai macam realitas politik. Menurut McNair (1995: 215)menyatakan bahwa dalam era mediasi fungsi media massa dalam komunikasi
politik bisa menjadi penyampai (tranmitters) pesan-pesan politik dari pihak-pihak di
luar dirinya; sekaligus menjadi pengirim (senders) pesan politik yang dibuat oleh
wartawan kepada audiens. Para aktor politik dan media massa dipakai untuk
menyampaikan pesan-pesan politik mereka kepada khalayak; sementara untuk para
wartawan, media massa adalah wadah untuk memproduksi pesan-pesan politik,
karena peristiwa-peristiwa politik politik itu memiliki nilai berita.
Sementara ituNimmo (2006: 185-187)menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa
politik selalu laik berita. Kemudian ia membagi peristiwa politik kedalam empat jenis
yakni peristiwa-peristiwa rutin, peristiwa insidental, peristiwa skandal, dan peristiwa
skandal. Kesemuanya selalu menarik untuk diberitakan.
Mengacu pada pandangan Nimmo,
konteks penelitian ini fokus pada
peristiwa skandal politik Kasus Bank Century. Dalam Kasus Bank Century, media
tidak hanya sekedar merepresentasinya. Dalam hal ini, media massa tidak sekedar
mereproduksi atau menampilkan kembali fakta kehadapan khalayak, tetapi melalui
beragam konsepnya representasi kasus tersebut, menghadirkan maksud tertentu
kepada kita. Dalam konteks media massa pertarungan wacana politik Kasus Bank
Century adalah pada teks, yang mana teks seringkali digunakan oleh kelompokkelompok tertentu untuk memarjinalkan kelompok lainnya di dalam media massa.
Pada titik inilah representasi penting untuk dibicarakan. Wacana secara ideologi
dapat menggusur gagasan orang lain atau kelompok-kelompok tertentu.
2016
9
Komunikasi Pemasaran Politik
Dr. Heri Budianto, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam konteks penelitian ini, terdapat dua kelompok yang bertarung dalam
wacana Kasus Bank Century yaitu kelompok partai koalisi yang mendukung
pemerintah dan mendukung bahwa kebijakan penyelamatan Bank Century adalah
sudah tepat untuk menyelamatkan perekonomian nasional dan partai oposisi yang
menyatakan bahwa langkah penyelamatan kasus Bank Century menyalahi aturan
hukum dan merugikan Negara Rp 6,7 triliun. Ketika media mengkonstruksi realitas
politik dalam bentuk wacana melalui teks berita, lalu media merepresentasikan
gagasan-gagasan kelompok tertentu dan meminggirkan kelompok lainnya.
Menurut Fiske (1996:33-34) saat menampilkan objek, peristiwa, gagasan
atau kelompok atau seseorang paling tidak ada tiga proses yang dihadapi seorang
wartawan: (1) peristiwa yang ditandakan dengan (encode) sebagai realitas; dalam
bahasa tulis seperti dokumen, wawancara, transkrip, dan sebagainya; (2) ketika kita
memandang sesuatu sebagai realitas, maka itu ditandai dengan elemen tulis seperti
kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik dan sebagainya; (3) bagaimana
persitiwa-peristiwa tersebut diorganisir kedalam konvensi-konvensi yang dapat
diterima secara ideologis seperti indivudialism, liberalism, sosialisme, materialism,
kapitalisme, dan sebagainya.
3.
Hegemoni Politik dan Media Massa
Hegemoni dalam pengertian tradisionalnya adalah sistem kekuasaan atau
dominasi politik. Istilah tersebut dalam tradisi Marxisme diperluas kea rah pengertian
hubungan kekuasaan di antara kelas-kelas sosial, khususnya kelas berkuasa (rulling
class).
Konsep hegemoni kemudian dikembangkan oleh pemikir filsafat politik dan
aktivis sosial Italia Antonio Gramsci bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan
kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya menjalankan kekuasaan dan persuasi.
Istilah hegemoni pertama kali diperkenalkan oleh Plekhanov dan pengikut Marxis
Rusia pada tahun 1880an (Perry Anderson dalam Simon: 2004) untuk menunjukan
perlunya kelas pekerja untuk membangun aliansi dengan petani dengan tujuan
meruntuhkan gerakan Tsarisme. Kemudian peristiwa ini dikembangkan oleh Lenin.
Bagi Lenin hegemoni merupakan strategi untuk revolusi, suatu strategi yang harus
dijalankan oleh kelas-kelas pekerja dan anggotanya untuk memperoleh dukungan
dari mayoritas. Gramsci menambahkan dimensi baru pada masalah ini dengan
memperluas pengertiannya sehingga hegemoni juga mencakup peran kapitalis
beserta anggota-anggotanya, baik merebut kekuasaan negara maupun dalam
mempertahankan kekuasaan yang sudah diperolehnya.
2016
10
Komunikasi Pemasaran Politik
Dr. Heri Budianto, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Gramsci bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan
kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara kekerasan dan persuasi.
Dalam catatannya terhadap Machiavelli, The Princes (sang Penguasa), Gramsci
menggunakan Centaur Mitologi Yunani yaitu setengah binatang dan setengah
manusia, sebagai symbol dari ‘perspektif ganda’ suatu tindakan politik, kekuatan dan
consensus, otoritas, dan hegemoni, kekerasan, dan kesopanan. Hegemoni bukanlah
dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan persetujuan
dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis. Hegemoni adalah suatu
organisasi konsensus.
Gramsci berpendapat bahwa kekuatan dominasi kapitalis tidak hanya melalui
dimensi material dari sarana ekonomi dan relasi produksi, tetapi juga kekuatan
(force) dan hegemoni. Menurut Wiliam dalam Berger (1991:49) menegaskan bahwa
hegemoni bekerja melalui dua saluran yakni ideologi dan budaya melalui mana nilainilai itu bekerja. Melalui hegemoni ideologi kelompok dominan dapat disebarkan, nilai
dan kepercayaan dapat ditularkan. Akan tetapi berbeda dengan manipulasi dan
indoktrinisasi, hegemoni justru terlihat wajar, orang menerima sebagai kewajaran
dan sukarela. Ideologi hegemoni itu menyatu dan tersebar dalam praktik kehidupan,
persepsi dan pandangan dunia sebagai sesuatu yang dilakukan dan dihayati secara
sukarela.
Menurut
Gramsci
(1991;57-58)
dominasi
kekuasaan
diperjuangkan,
disamping lewat kekuatan senjata, juga melalui penerimaan publik (public consent),
yaitu diterimanya ide kelas berkuasa oleh masyarakat luas, yang diekspresikan
melalui apa yang disebut sebagai mekanisme opini publik (public opinion) melalui
media massa.
Media massa merupakan sarana yang paling ampuh dalam menyebarkan
ideologi dan budaya melalui hegemoni kelompok-kelompok tertentu terhadap
kelompok-kelompok lain yang menjadi target hegemoni-nya.
Hegemoni bekerja
melalui konsensus ketimbang upaya penindasan satu kelompok terhadap kelompok
lain. Salah satu kekuatan hegemoni adalah bagaimana ia menciptakan cara berfikir
atau wacana tertentu yang dominan, yang sehingga dianggap benar, sementara
wacana lain dianggap salah.
Proses hegemoni media melalui produksi berita, proses itu terjadi melalui
cara yang halus, sehingga apa yang terjadi dan diberitakan oleh media tampak
sebagai suatu kebenaran, memang begitulah adanya, logis, dan bernalar. Menurut
Hall dalam Eriyanto (2001) proses hegemoni dalam media massa terkadang tidak
disadari oleh si wartawan sendiri, misalnya memberikan kesempatan yang lebih
2016
11
Komunikasi Pemasaran Politik
Dr. Heri Budianto, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
banyak kepada suara pengusaha ketimbang pekerja dalam pemberitaan media
massa.
Jadi hegemoni bekerja melalui konsensus ketimbang upaya penindasan satu
kelompok terhadap kelompok lainnya. Salah satu kekuatan hegemoni adalah
bagaimana ia menciptakan cara berfikir atau wacana tertentu yang dominan, yang
dianggap benar sementara wacana lainnya dianggap salah.
Berdasarkan teori hegemoni Gramsci, media massa adalah alat yang
dipergunakan oleh kelompok elite untuk mengabadikan kekuasaan, kesejahteraan
dan status melalui penciptaan popularisasi filosofi, budaya dan moral mereka.
Dengan kata lain media mampu menciptakan, memperkuat, mendukung atau bahkan
meruntuhkan sebuah hegemoni berdasarkan kecenderungan institusi media yang
juga memiliki ideologi sendiri. (Stillo: 1998).
Teori hegemoni Gramsci juga
menekankan bahwa dalam lapangan sosial ada pertarungan untuk memperebutkan
penerimaan publik. Salah satu strategi kunci dalam hegemoni adalah nalar awam
(common sense). Jika ide atau gagasan dari kelompok dominan diterima sebagai
sesuatu common sense, kemudian ideologi itu diterima, maka hegemoni telah terjadi.
2016
12
Komunikasi Pemasaran Politik
Dr. Heri Budianto, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Firmanzah, Marketing Politik, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2007
Syamsudin Haris, Masalah-masalah Demokrasi & Kebangsaan, Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, Jakarta, 2014
M. Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik, PT. Gramedia, Jakarta, 2009
Prof. Dr. Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia, Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde
Baru, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2010
2016
13
Komunikasi Pemasaran Politik
Dr. Heri Budianto, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download