Tahap-tahap penegakan diagnosis : Pada dasarnya, penegakan

advertisement
Tahap-tahap penegakan diagnosis :
Pada dasarnya, penegakan diagnosis terbagi menjadi beberapa poin penting yang
nantinya akan mengarahkan kita menuju suatu diagnosis yang tepat. Oleh karena
itu, kita perlu cermat dan teliti dalam melakukan suatu proses penegakan
diagnosis. Berikut adalah langkah-langkah penegakan diagnosis :
1) Tahap perkenalan :
Pada tahap ini, dimulai dengan menyapa pasien, mengajak pasien
berbicara untuk menghilangkan kecanggungan dan mengambil data
biografi dari pasien seperti, nama, usia, jenis kelamin, tanggal lahir,
alamat, dan nomor telepon
2) Tanya jawab terstruktur (anamnesis)
Tahap ini terbagi dalam 5 kelompok :
a. Riwayat keluhan utama: merupakan riwayat kronologis perkembangan
keluhan pasien.

Apa keluhan dari pasien ? misalnya ada rasa sakit atau tidak

Kapan pertama kali keluhan tersebut dirasakan ?

Apakah ada perubahan keluhan sejak saat itu? Misalnya dalam
beberapa hari makin parah, lebih baik atau sama saja. Dengan
penjelasan pasien kita dapat mencatat gejalanya sesuai dengan
kalimat pasien
b. Riwayat Medis :
Pada tahap ini kita memeriksa tentang kondisi kesehatan pasien
sebelumnya untuk menunjang rencana perawatan nantinya. Misalnya
apakah pasien memiliki penyakit sistemik, pernah menjalani operasi
atau tidak,obat-obat yang pernah atau masih dikonsumsi, dan riwayat
alergi
c. Riwayat gigi geligi terdahulu
Pertanyaan yang biasa diajukan diantaranya ;

Seberapa sering anda mengunjungi dokter gigi (berkaitan dengan
motivasi
dan
kemungkinan
kedatangan
pada
kunjungan
berikutnya)

Kapan terakhir anda mengunjungi dokter gigi dan tindakan apa
yang dilakukan oleh dokter gigi tersebut?

Pernahkah anda bermasalah dengan perawatan sebelumnya ?
d. Riwayat keluarga
Bila dicurigai adanya diagnosis yang melibatkan kondisi herediter ,
tambahkan catatan rinci tentang kesehatan, usia, dan riwayat medis
dari orang tua, kakek-nenek,saudara kandung, dan anak-anak.
Beberapa penyakit yang bersifat herediter adalah hemofilia, diabetes
melitus yang tidak bergantung pada insulin, hipertensi, beberapa jenis
epilepsi, penyakit jantung, kelainan psikiatri, kanker payudara dan
keganasan lainnya.
e. Riwayat sosial :
Untuk mendapatkan gambaran tentang gaya hidup pasien yang
kemungkinan berpengaruh besar pada kesehatan umum dan kesehatan
gigi pasien. Misalnya, kebiasaan berolahraga, berat badan dan tinggi
badan ( berkaitan dengan gangguan makan), diet, mengonsumsi
alkohol( berkaitan dengan penyakit periodontal,kanker mulut, sirosis
hati dan risiko pendarahan), kebiasaan merokok( berkaitan dengan
penyakit periodontal , risiko anastesi dan kanker mulut), mengunyah
tembakau dan pinang ( beresiko kanker mulut), kondisi lingkungan
rumah/pasangan
(tidak
terawat/stres),
pekerjaan
(
stres
fisik/psikologis) dan penggunaan obat-obatan bebas seperti narkoba
(risiko infeksi silang)
3) Pemeriksaan klinis
a. Pemeriksaan umum : melihat keadaan umum dari pasien seperti
mengecek tanda-tanda vital yang berkaitan dengan suhu badan,
tekanan darah, denyut nadi, dan pernafasan pasien.
b. Pemeriksaan sistemik : termasuk kardiovaskular , gastrointestinal dan
sentral nervus
c. Pemeriksaan lokal :
 Pemeriksaan ekstra oral : jika ada pembengkakan maka catat lokasi dan
jumlah, ukuran dan benruk, warna, permukaan, dan kulit yang bengkak

Palpasi
Dilakukan untuk mengecek :

-
Hangat/dingin
-
Konsistensi
-
Adanya fluktuasi
-
Margin
Perkusi
Perkusi dilakukan untuk memperhatikan nyeri tekan saat dilakukan
perkusi dan bunyi tumpul saat perkusi. Kedua ciri di ats
menunjukkan
adanya
inflamasi
dan
akumulasi
cairan
di
ligamentum periodontal

Pemeriksaan kepala wajah dan leher
Pemeriksaan visual daerah wajah dan leher dilihat dari depan,
perhatikan apakah ada tonjolan, cacat , bercak dikulit,tahi lalat,
asimetris wajah yang berlebihan (sebagian besar wajah memang
sedikit asimetris).
Untuk memeriksa daerah leher mintalah pasien mengangkat
dagunya ke atas sehingga daerah leher akan terlihat. Dalam posisi
kepala seperti ini, setiap pembengkakan atau keabnormalan yang
lain akan terlihat jelas. Perhatikan saat pasien menelan,
pembengkakan pada kelenjar tiroid akan bergerak saat menelan.
Dengan posisi kepala yang sama, pasien memutar kepala ke kiri
lalu ke kanan untuk memeriksa regio submandibular sisi kiri dan
kanan. Bila pasien tidak terlalu gemuk, pembengkakan kelenjar
sublingual, nodus limfatik, dan kelenjar submandibular akan
terlihat.
Selanjutnya
,
kepala
kembali
dalam
posisi
tegak
untuk
pemeriksaan kelenjar parotis.
Catatan : pembengkakan unilateral pada kelenjar parotis dapat
menunjukkan adanya : sumbatan pada duktus, tumor , abses, dan
infeksi retrograd kelenjar. Pembengkakan bilateral kelenjar parotis
menunjukkan
adanya
:
infeksi
virus
kedipan
mata
dan
pembengkakan
degeneratif.

Pemeriksaan Mata
Perhatikan
kecepatan
(frekuensi
rendah
menunjukkan adanya masalah psikologis atau mungkin penyakit
parkinson), frekuensi tinggi menunjukkan adanya ansietas atau
kekeringan mata. Pergerakan mata yang terbatas menunjukkan
adanya fraktur zygoma

Pemeriksaan Bibir
Pemeriksaan visual. Perhatikan tonus otot (misalny, sudut mulut
yang turun dan ketidakmampuan bibir untuk membentuk huruf”o”
pada
bell’s
palsy,
setiap
perubahan
warna
atau
tekstur,ulserasi,bercak,lesi herpetik,angular cheilitis. Perhatikan
juga kemampuan atau ketidakmampuan bibir untuk berfungsi.

Nodus Limfatik
Nodus limfatik yang normal tidak dapat diraba. Bila suatu nodus
limfatik teraba, berarti kondisi itu abnormal.. kemudian catatlah:
ukurannya (mnggunakan kaliper), lokasinya, teksturnya, fiksasinya
terhadap jaringan sekitarnya dan jumlah nodus yang terlibat. Ciriciri nodus yang terlibat saat palpasi:
-
Infeksi akut : membesar, lunak, sakit , dapat digerakkan ,
berdiri sendiri, terjadi dengan cepat
-
Infeksi kronis :membesar, kokoh, tidak terlalu lunak, dapat
digerakkan
-
Limfoma : seperti karet yang keras, kasar permukaannya, tidak
sakit, multipel
-
Kanker yang mengalami metastatis : keras seperti batu, ada
fiksasi dengan jaringan dibawahnya, tidak sakit.

Pemeriksaan sistem artikulasi(bila diperlukan sesuai riwayat
penyakit) terbagi atas pemeriksaan TMJ dan otot-otot pengunyahan
 Pemeriksaan Intra oral

Luas pergerakan rahang
Ukur pembukaan rahang maksimal yang bebas dari rasa sakit
kemudian ukur pembukaan maksimal yang dapat dilakukan ditepi
insisal
gigi
insisif tengah. Tentukan
apakah keterbatasan
pembukaan rahang disebabkan oleh rasa sakit atau karena ada
obstruksi fisik.

Pemeriksaan mukosa
Istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan lesi pada
mukosa :
-
Erosi :hilangnya sebagian permukaan epitel yang tidak
melibatkan jaringan ikat di bawahnya
-
Ulkus : hilangnya seluruh permukaan epitel disertai terbukanya
jaringan ikat di bawahnya
-
Vesikel ; akumulasi cairan yang terbatas di antara epitel atau di
bawah epitelium dengan diameter kurang dari 5 mm
-
Bula : akumulasi cairan yang terbatas diantara epitel atau
dibawah epitelium dengan diameter lebih dari 5 mm
Catatan :intraoral, vesikel dan bula seringkali ditemukan
sudah dalam keadaan pecah dan terbuka berbentuk ulserasi
-
Papula : tonjolan kecil , berbatas tegas dan lebih tinggi dari
daerah sekitarnya
-
Makula : perubahan warna pada suatu daerah tertentu , sama
tinggi dengan jaringan sekitarnya dan berbatas jelas.
-
Pustula ; daerah menggelembung yang berisi push
-
Fistula : saluran dilapisi epitel yang menghubungkan dua
rongga, misalnya rongga mulut dengan sinus maksillaris

Kelenjar Saliva
Lakukan palpasi bimanual pada kelenjar saliva submandibular dan
duktusnya untuk mendeteksi pembesaran, nyeri tekan ataupun batu
kelenjar liur

Kualitas dan konsistensi saliva
Perhatikan jumlah saliva yang mengalir. Kaca mulut yang melekat
pada mukosa pipidapat merupakan tanda menurunnya produksi
saliva.gelembung udara yang terjadi dalam saliva juga merupakan
tanda menurunnya produksi saliva. Perhatikan kualitas dan
konsistensi saliva (misalnya lengket atau ulet) juga diperiksa
apakah ada purulensi yang diproduksi.

Pemeriksaan periodonsium
-
Perhatikan warna dan tekstur gingiva
Gingiva yang sehat berwarna merah muda, kokoh, tipis
tepinya, dan berbintik-bintik (stippling)
Gingiva yang tidak sehat berwarna merah , lunak,bengkak,
mengkilap, licin dan dapat disertai ulserasi. Gingiva yang tidak
sehat akan berdarah bila terkena tekanan ringan dari sonde atau
kemungkinan dapat terjadi pendarahan spontan. Gunakan probe
untuk mengukur kedalaman poket


Pemeriksaan gigi geligi
-
Ada tidaknya karies
-
Tambalan gigi
-
Sisa akar
-
Jumlah gigi
-
Kehilangan gigi (edentulous)
-
Ukuran dan bentuk
-
Derajat kegoyangan gigi
Pemeriksaan dasar mulut dan ventral lidah
Sebagian besar kanker mulut ditemukan di regio ini . pasien
diminta menyentuhkan ujung lidahnya ke palatum
4) Pemeriksaan penunjang
a. Sialografi : pemeriksaan sialografi menegaskan perubahan kistik yang
terjadi di dalam parenkim kelenjar saliva
b. Biopsi
Indikasi biopsi :

Dilakukan bila ditemukan lesi yang dicurigai mengarah pada
keganasan atau bila diagnosis tidak dapat ditentukan dengan pasti

Semua lesi intraoral yang berwarna putih dan merah yang tidak
dapat diangkat dari jaringan di bawahnya

Jaringan apapun yang dieksisi perlu dikirim untuk pemeriksaan
histologi walaupun diagnosis klinis telihat seolah sudah pasti
Teknik biopsi yang dilakukan adalah biopsi aspirasi:

Dapat digunakan untuk lesi berupa kista dan disertai fluktuasi
(mengandug cairan)

Aspirasi
darah
menunjukkan
adanya
suatu
hematoma,
hemangioma,ataupun pembuluh darah

Aspirasi pus menunjukkan adanya abses atau kista yang terinfeksi

Aspirasi keratin yang terlihat seperti pus tetapi tidak berbau
menunjukkan adanya keratosis odontogenik

Aspirasi
cairan
mengandung
kristal
berwarna
kekuningan
(kolesterin) menunjukkan adanya kista periodontal ataupun
dentigerous

Jika jaringan yang diambil untuk dilakukan pemeriksaan histologi
dan hasilnya menggambarkan atau memperlihatkan adanya lapisan
epitel maka itu mengarah ke mukokel retensi

Jika jaringan yang diambil untuk dilakukan pemeriksaan histologi
dan memperlihatkan glandula yang dikelilingi oleh jaringan
granulasi maka itu merupakan mukokel ekstravasasi
Birnbaum W, Dunne SM. Diagnosis Kelainan Dalam Mulut. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 2009. P.6-36, 238, 240
Download