instruksi presiden republik indonesia

advertisement
www.hukumonline.com
RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ...... TAHUN ....
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN
NEGARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a.
bahwa penyelenggaraan negara oleh lembaga negara pemegang kekuasaan pemerintahan,
pemegang kekuasaan pembentuk undang-undang, dan pemegang kekuasaan kehakiman
yang seimbang dan berkeadilan dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan negara yang dalam
pelaksanaannya menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang
sebagai keuangan negara;
b.
bahwa lembaga negara pemegang kekuasaan pemerintahan, pemegang kekuasaan
pembentuk undang-undang dan pemegang kekuasaan kehakiman sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
organ negara memerlukan kemandirian guna menjamin pelaksanaan fungsi dan tugas
lembaga negara secara optimal, termasuk kemandirian dalam pengelolaan keuangan;
c.
bahwa pengelolaan keuangan negara oleh pemegang kekuasaan pemerintahan, pemegang
kekuasaan pembentuk undang-undang dan pemegang kekuasaan kehakiman merupakan
amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diwujudkan
dalam APBN dan ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;
d.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c
perlu mengubah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dengan
undang-undang.
Mengingat:
1.
Pasal 4, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 23, Pasal 23-C, Pasal 24, Pasal 31 dan . Pasal 34
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
3.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);
4.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).
Dengan Persetujuan Bersama:
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN
2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1.
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
2.
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang
dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
3.
Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan
negara pada pemegang kekuasaan pemerintahan, pada pemegang kekuasaan pembentuk
undang-undang, dan pada pemegang kekuasaan kehakiman sesuai dengan kedudukan dan
kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban.
4.
Pemegang kekuasaan pemerintahan adalah Presiden.
5.
Pemegang kekuasaan pembentuk undang-undang adalah Dewan Perwakilan Rakyat.
6.
Pemegang kekuasaan kehakiman adalah Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
7.
Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.
8.
Dewan Perwakilan Rakyat adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
9.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
10. Mahkamah Agung adalah Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
11. Mahkamah Konstitusi adalah Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
12. Perusahaan Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh
Pemerintah Pusat.
13. Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh
Pemerintah Daerah.
14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana
keuangan tahunan negara sebagai wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
15. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana
keuangan tahunan daerah sebagai wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
16. Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara.
17. Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara.
18. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
19. Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah
20. Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
21.
22.
23.
24.
Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.
Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.
Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahuntahun anggaran berikutnya.
Pasal 2
Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, meliputi:
a.
hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan
pinjaman;
b.
kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara,
memelihara fakir miskin dan anak terlantar, menyelenggarakan program jaminan sosial dan
fasilitas kesehatan, jaminan biaya pendidikan dasar dan memprioritaskan anggaran
pendidikan dua puluh persen dari APBN/APBD dan membayar tagihan pihak ketiga;
c.
penerimaan negara;
d.
pengeluaran negara;
e.
penerimaan daerah;
f.
pengeluaran daerah;
g.
kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah;
h.
kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i.
kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 5A
Penyelenggara kekuasaan pemerintahan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 3, angka 4, dan angka 5, berwenang mengelola keuangan negara untuk
pembelanjaan lembaga negara masing-masing,sesuai APBN.
Penyelenggara kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab untuk:
a.
menyusun rancangan anggaran;
b.
menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
c.
melaksanakan anggaran;
d.
mengelola barang milik/kekayaan negara; dan
e.
menyusun dan menyampaikan laporan keuangan.
Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikuasakan kepada kuasa
pengguna anggaran lembaga Negara.
Ketentuan pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur lebih
lanjut dengan peraturan lembaga negara masing-masing.
BAB II
KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Pasal 10
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1)
(2)
Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut dalam Pasal 6 ayat (2)
huruf c:
a.
dilaksanakan oleh para kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku para
pejabat pengelola APBD;
b.
dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna
anggaran/barang daerah.
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah, para pejabat pengelola keuangan daerah
mempunyai tugas sebagai berikut:
a.
menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;
b.
menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
c.
melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
d.
melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
e.
menyusun laporan keuangan yangmerupakanpertanggungjawaban pelaksanaan
APBD.
BAB IIA
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA PADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
Pasal 10A
Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara
di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat.
Kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikuasakan kepada alat kelengkapan
Dewan Perwakilan Rakyat yang khusus mempunyai tugas di bidang pengelolaan keuangan
di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat.
Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), alat
kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat dibantu oleh Sekretariat Jenderal.
Pasal 10B
Kekuasaan pengelolaan keuangan negara di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat
digunakan dalam rangka pelaksanaan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat.
Pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dalam APBN.
Pengawasan atas pengelolaan keuangan Dewan Perwakilan Rakyat dilakukan oleh alat
kelengkapan yang khusus menangani bidang pengawasan.
Pasal 10C
Dalam rangka pelaksanaan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10B ayat (1), alat
kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 A ayat (2)
mempunyai tugas sebagai berikut:
a.
menyusun kebijakan pengelolaan anggaran Dewan Perwakilan Rakyat;
b.
menyusun anggaran Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan usul rancangan
anggaran yang diajukan oleh alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat dan
Sekretariat Jenderal;
c.
mengajukan anggaran Dewan Perwakilan Rakyat kepada Pimpinan untuk selanjutnya
disampaikan kepada Presiden;
d.
menetapkan dokumen pelaksanaan anggaran; dan
e.
menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan
penggunaan anggaran Dewan Perwakilan Rakyat yang naskahnya disusun oleh
Sekretariat Jenderal.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2)
(3)
(4)
(2)
(3)
Sekretariat Jenderal dalam membantu tugas alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10A ayat (3) mempunyai tugas membantu
mensinkronisasi penyusunan rancangan anggaran Dewan Perwakilan Rakyat.
Pelaksanaan tugas perbantuan sinkronisasi penyusunan rancangan anggaran Dewan
Perwakilan Rakyat sebagaimana pada ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Dewan
Perwakilan Rakyat.
Rancangan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disampaikan dalam
rapat paripurna untuk mendapatkan penetapan.
Pasal 10D
Setiap Alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai pengguna anggaran/pengguna
barang mempunyai tugas menyusun rancangan anggaran dan melaksanakan anggaran.
Dalam pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Sekretariat alat
kelengkapan bertugas:
a.
menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
b.
mengelola barang/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab di lingkungannya;
dan
c.
menyusun laporan keuangan untuk selanjutnya disampaikan kepada alat kelengkapan
Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10A ayat (2).
Pasal 10E
Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10A dan Pasal
10B ayat (3) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat.
BAB IIB
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA PADA MAHKAMAH AGUNG DAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
(2)
(3)
Pasal 10F
Ketua Mahkamah Agung memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara di
lingkungan Mahkamah Agung.
Ketua Mahkamah Konstitusi memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara di
lingkungan Mahkamah Konstitusi.
Kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikuasakan kepada Sekretaris Jenderal
Mahkamah Agung untuk menangani pengelolaan keuangan di lingkungan Mahkamah
Agung.
Kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikuasakan kepada Sekretaris Jenderal
Mahkamah Konstitusi untuk menangani pengelolaan keuangan di lingkungan Mahkamah
Konstitusi.
Pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Mahkamah Agung.
Pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Mahkamah Konstitusi.
Pasal 10G
Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara di lingkungan Mahkamah Agung digunakan
dalam rangka pelaksanaan fungsi Mahkamah Agung.
Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara di lingkungan Mahkamah Konstitusi
digunakan dalam rangka pelaksanaan fungsi Mahkamah Konstitusi.
Pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dalam anggaran
Mahkamah Agung.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(4)
Pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dalam anggaran
Mahkamah Konstitusi.
Pasal 10H
Dalam rangka melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10F ayat (1) dan ayat (2) Ketua Mahkamah Agung/Ketua Mahkamah Konstitusi mempunyai
tugas sebagai berikut:
a.
menetapkan kebijakan pengelolaan keuangan sesuai dengan lingkup kewenangan masingmasing;
b.
menetapkan anggaran di lingkungan masing-masing berdasarkan rancangan anggaran yang
disusun oleh Sekretaris Jenderal masing-masing;
c.
mengajukan anggaran sesuai dengan kewenangan masing-masing kepada Presiden;
d.
menetapkan dokumen pelaksanaan anggaran di lingkungan masing-masing;
e.
melakukan pengawasan pelaksanaan anggaran yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal di
lingkungan masing-masing; dan
f.
menyusun laporan keuangan di lingkungan masing-masing.
BAB III
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBN
1)
2)
3)
4)
5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
Pasal 11
APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan
undang-undang.
APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah.
Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan,
kekuasaan pembentukan undang-undang, kekuasaan kehakiman, dan pelaksanaan
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
Pasal 12
APBN disusun berdasarkan kebutuhan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan,
kekuasaan pembentukan undang-undang dan kekuasaan kehakiman sesuai dengan
kemampuan dalam menghimpun pendapatan Negara.
Penyusunan Rancangan APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada
rencana kerja pemegang kekuasaan pemerintahan, pemegang kekuasaan pembentukan
undang-undang dan pemegang kekuasaan kehakiman dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan negara.
Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk
menutup defisit tersebut dalam undang-undang tentang APBN.
Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, lembaga negara dan lembaga dapat mengajukan
rencana penggunaan surplus anggaran melalui Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 13
Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi
makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya
pertengahan bulan Mei tahun berjalan.
Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka ekonomi makro dan
pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh Pemerintah Pusat dalam pembicaraan
pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, Pemerintah Pusat
bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas kebijakan umum dan prioritas anggaran
untuk dijadikan acuan bagi pemegang kekuasaan pemerintahan, pemegang kekuasaan
pembentukan undang-undang, dan pemegang kekuasaan kehakiman dalam penyusunan
usulan anggaran.
Pasal 14
Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, pimpinan pemegang kekuasaan
pemerintahan, pemegang kekuasaan pembentukan undang-undang, dan pemegang
kekuasaan kehakiman selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana
kerja dan anggaran lembaga masing-masing untuk tahun berikutnya.
Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan
prestasi kerja yang akan dicapai.
Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan
prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.
Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan
APBN.
Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangan
sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahun berikutnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran pada pemegang
kekuasaan pemerintahan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran pada pemegang
kekuasaan pembentukan undang-undang diatur dengan Peraturan Dewan Perwakilan
Rakyat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran pada pemegang
kekuasaan kehakiman diatur dengan Peraturan Mahkamah Agung dan Peraturan
Mahkamah Konstitusi.
BAB IV
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD
BAB V
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN BANK SENTRAL,
PEMERINTAH DAERAH, SERTA PEMERINTAH/LEMBAGA ASING
BAB VI
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH DAN PERUSAHAAN NEGARA,
PERUSAHAAN DAERAH, PERUSAHAAN SWASTA, SERTA BADAN PENGELOLA DANA
MASYARAKAT
BAB VII
PELAKSANAAN APBN DAN APBD
(1)
(2)
Pasal 26
Setelah APBN ditetapkan dengan undang-undang, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut
dengan Peraturan Presiden, Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat, Peraturan Mahkamah
Agung dan Peraturan Mahkamah Konstitusi di lingkungan masing-masing.
Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut
dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
BAB VIII
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN DAN APBD
(1)
(2)
Pasal 32
Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31 disusun dan disajikan sesuai dengan standar
akuntansi nasional.
Standar akuntansi nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh suatu komite
standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih
dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA, SANKSI ADMINISTRATIF, DAN GANTI RUGI
(1)
(2)
(3)
Pasal 35
Setiap pimpinan pemegang kekuasaan pemerintahan, pemegang kekuasaan pembentukan
undang-undang, dan pemegang kekuasaan kehakiman yang berwenang melakukan
pengelolaan keuangan Negara apabila terjadi kerugian negara bertanggung jawab untuk
mengembalikan kerugian tersebut.
Pengembalian kerugian keuangan negara tidak menghapuskan pertanggungjawaban tindak
pidananya.
Ketentuan mengenai penyelesaian kerugian negara diatur di dalam undang-undang
mengenai perbendaharaan negara.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
(1)
(2)
Pasal 36A
Ketentuan pengelolaan keuangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Sebelum terbentuk alat kelengkapan yang bertugas melakukan pengawasan atas
pengelolaan keuangan di Dewan Perwakilan Rakyat, alat kelengkapan yang sudah ada
tetap menjalankan fungsinya sampai terbentuk alat kelengkapan di bidang pengawasan
menurut undang-undang ini.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal II
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal ..................
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal .................
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
Ttd.
HAMID AWALUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ..... NOMOR ...........
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
RANCANGAN
PENJELASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..... TAHUN .....
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN
NEGARA
I.
UMUM
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara tegas
memuat tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan negara sebagaimana
tersebut di atas semata-mata akan dapat dicapai melalui penyelenggaraan pemerintahan
negara yang secara fungsional dilaksanakan pemegang kekuasaan di bidang pemerintahan,
pembentukan undang-undang, kehakiman, dan penyelenggara pemerintahan lainnya.
Kekuasaan pemerintah berada pada Presiden, kekuasaan membentuk undang-undang
berada pada Dewan Perwakilan Rakyat, dan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Kekuasaan tersebut tidak saling membawahi,
dalam menjalankan kekuasaan itu tiap cabang kekuasaan mempunyai kemandirian dan
independensi. Namun demikian pada bagian tugas tertentu kekuasaan mempunyai
hubungan non-struktural. Paradigma seperti itu, mencerminkan bahwa ketiga kekuasaan
berada secara seimbang check and balances.
Pelaksanaan kekuasaan pemerintahan negara, menimbulkan hak dan kewajiban bagi
pemegang kekuasaan dimana hak dan kewajiban itu sendiri dapat dinilai dengan uang yang
disebut sebagai keuangan negara. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara mengatur mengenai semua hak dan kewajiban negara, dan segala
sesuatu baik yang berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara
sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban negara. Keuangan negara meliputi
hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan
pinjaman. Di samping itu negara berkewajiban untuk menyelenggarakan tugas layanan
umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga. Keuangan negara juga
berkaitan dengan penerimaan negara, pengeluaran negara, penerimaan daerah,
pengeluaran daerah; kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh
pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah, kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum, kekayaan pihak
lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, Presiden selaku Kepala Pemerintahan
memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara, yang selanjutnya dikuasakan kepada
Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan
kekayaan negara, kepada menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/barang,
kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah. Implikasi penyerahan
kekuasaan pengelolaan keuangan kepada Presiden menempatkan posisi yang kuat
Presiden melebihi pemegang kekuasaan dan penyelenggara pemerintahan lainnya serta
kurang mencerminkan prinsip check and balances di antara pemegang kekuasaan. Sejalan
dengan paradigma penguatan fungsi kekuasaan pemerintahan, kekuasaan membentuk
undang-undang, - dan kekuasaan kehakiman secara berimbang, kekuasaan pengelolaan
keuangan pada tiga kekuasaan di. atas perlu dilakukan secara otonom dan proporsional
dengan tetap berdasarkan pada asas tertib, taat pada aturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.
Keuangan negara merupakan bagian integral dari Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN), yang disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
tanggap terhadap perubahan atau dinamis yang mencakup rencana pembangunan jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan. Oleh karena 'itu keuangan negara hendaknya
memiliki arah dalam rangka memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan sesuai
dengan sistem perencanaan pembangunan nasional yang akan menjamin terciptanya
integrasi, sinkronisasi, dan sinergi kegiatan dan program sehingga tercapai penggunaan
sumber daya secara efisien, efektif, dan berkelanjutan dengan tetap berdasarkan pada
kerangka berbasis kinerja.
Dalam rangka pelaksanaan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat serta Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi, kewenangan pengelolaan keuangan perlu dilakukan perbaikan
dengan meletakkan posisi pengguna anggaran secara tepat berdasarkan prinsip
penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan. Pengguna dan penanggung jawab
keuangan pada Dewan Perwakilan Rakyat adalah Dewan Perwakilan Rakyat yang
kekuasaannya berada pada Pimpinan dan hanya dapat didelegasikan kepada alat
kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat yang khusus menangani bidang keuangan.
Demikian halnya pada Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi pengguna dan
penanggung jawab keuangan adalah Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi yang
kekuasaannya berada pada Pimpinan Mahkamah Agung dan Pimpinan Mahkamah
Konstitusi.
Kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat serta Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
berkenaan dengan penetapan dan penggunaan anggaran sebagai wujud otonomi
pengelolaan keuangan di lingkungan masing-masing dituangkan dalam APBN, yang
Rancangan Anggarannya disampaikan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat, Pimpinan
Mahkamah Agung, atau Pimpinan Mahkamah Konstitusi kepada Presiden untuk dimasukkan
sebagai bagian dari APBN. Untuk itu penting melakukan perubahan terhadap kekuasaan
pengelolaan keuangan negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun
2003, berdasarkan pendekatan kekuasaan pemerintahan, kekuasaan membentuk undangundang, dan kekuasaan kehakiman.
II.
PASAL DEMI PASAL
Angka 1
Pasal 1
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 2
Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Pelayanan umum yang dimaksud adalah pelayanan kepada setiap warga negara terutama
menyangkut pemenuhan. kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, perumahan dan
jaminan terhadap fakir miskin dan anak terlantar
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam huruf i meliputi kekayaan yang dikelola
oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di
lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.
Angka 4
Pasal 5A
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Angka 5
Pasal 10
Ayat (1)
Pembagian tugas kepada para pejabat pengelola keuangan daerah ditetapkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan prinsip pemisahan kewenangan antara pejabat
pengelola keuangan daerah yang memerintahkan, menguji dan yang
menerima/mengeluarkan uang.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 10A
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat yang dimaksud adalah Badan Urusan Rumah
Tangga (BURT).
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 10B
Ayat (1)
Fungsi DPR yang dimaksud di sini adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 20A ayat (1)
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang meliputi fungsi legislasi,
fungsi anggaran dan pengawasan.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 10C
Cukup jelas.
Pasal 10D
Ayat (1)
Alat kelengkapan yang dimaksud adalah sebagaimana yang ditentukan dalam tata tertib
DPR yang berlaku.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 10E
Cukup jelas.
Pasal 10F
Cukup jelas.
Pasal 10G
Cukup jelas.
Pasal 10H
Cukup jelas.
Angka 6
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Dalam pungutan perpajakan tersebut termasuk pungutan bea masuk dan cukai.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengan susunan kementerian
negara/lembaga pemerintahan pusat.
Rincian belanja negara menurut fungsi antara lain terdiri dari pelayanan umum, pertahanan,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum,
kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.
Rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri dari belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja
lain-lain.
Angka 7
Pasal 12
Ayat (1)
Dalam menyusun APBN dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui
pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Defisit anggaran dimaksud dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto. Jumlah
pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Domestik Bruto.
Ayat (4)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban
antargenerasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang,
pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.
Angka 8
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Angka 9
Pasal 14
Cukup jelas.
Angka 10
Pasal 26
Cukup jelas.
Angka 11
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan tidak memberikan pertimbangan yang diminta, Badan
Pemeriksa Keuangan dianggap menyetujui sepenuhnya standar akuntansi nasional yang
diajukan oleh Pemerintah.
Angka 13
Pasal 35
Cukup jelas.
Angka 14
Pasal 36A
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal II
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR .........
www.hukumonline.com
Download