BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Efisiensi 2.1.1 Pengertian Efisiensi

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Efisiensi
2.1.1 Pengertian Efisiensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efisiensi adalah ketepatan
cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang
waktu, tenaga, dan biaya. Hanafie (2010: 193) berpendapat efisiensi
adalah
upaya
penggunaan
input
yang
sekecil-kecilnya
untuk
mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Simanjuntak dan Muklis
(2012: 17) berpendapat bahwa efisiensi yang direncanakan, dengan cara
produksi dengan biaya murah, tetapi dengan tetap sesuai harapan, baik
mutu dan barang yang diproduksi maupun pelayanannya. Selain itu
efisiesi adalah mencakup alokasi sumber daya, perilaku manusia, dan
sistem kemasyarakatan namun efisiensi tidak harus berarti penghematan
material saja, tetapi diperhitungkan pula aspek yang nonmaterial
(Murniati, 2004: 180).
2.2 Ekspor
2.2.1 Pengertian Ekspor
Purnamawati dan Fatmawati (2013: 12) berpendapat bahwa ekspor
adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean sesuai
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Daerah pabean adalah
9
seluruh wilayah nasional dari suatu negara, dimana dipungut bea masuk
dan bea keluar untuk semua barang yang melewati batas wilayah
tertentu. Selain itu, pengertian ekspor adalah pengeluaran barang dari
daerah pabean Indonesia untuk dikirimkan ke luar negeri mengikuti
ketentuan yang berlaku terutama mengenai peraturan kepabeanan dan
dilakukan oleh seorang eksportir atau yang mendapat izin khusus dari
Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan
(Tandjung, 2011: 269).
Menurut Amir, M. S, (2004: 100) ekspor adalah mengeluarkan
barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke
luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran
dalam valuta asing. Berdasarkan UU RI No. 10 Tahun 1995 tentang
kepabeanan, pengertian ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang
dari wilayah pabean Indonesia sesuai peraturan dan perundangundangan yang berlaku.
2.2.2 Dokumen Ekspor
Dokumen yang dibutuhkan dalam kegiatan ekspor dan impor
sangat bervariasi tergantung pada jenis transaksi, peraturan atau
ketentuan serta tingkat kepercayaan antara pihak eksportir dan importir.
Menurut Purnamawati dan Fatmawati (2013: 101-111) dokumen
dalam ekspor dikelompok diantaranya :
10
1. Financial Document
Financial Document berupa wesel draft yang digunakan
eksportir untuk menarik dana dari advising bank atau pihak yang
ditunjuk setelah memenuhi syarat dan kondisi yang ditentukan.
Wesel adalah sebuah alat pembayaran yng merupsksn perintah
yang tidak bersyarat dalambentuk tertulis, yang ditujukan oleh
seseorang kepada orang lain, ditandatangani oleh orang yang
menariknya (drawer) dan orang yang dialamatkan harus membayar
pada waktu tertentu.
2. Shipping Document
Dokumen pengangkutan dalam perdagangan internasional
meliputi:
a) Bill of Lading
Bill of Lading (B/L) yang artinya dokumen pengangkutan
untuk alat transportasi laut. B/L juga sering disebut Marine Bill of
Lading atau
Ocean Bill of Lading. Fungsi dari B/L sebagai
berikut :
1) Barang sudah diterima oleh pengangkut dari pengirim
(eksportir) untuk dikirim ke suatu tempat tujuan dan
selanjutnya menyerhkan barang tersebut kepada pihak
penerima (importir).
2) Sudah terjadi perjanjian kontrak pengangkutan dan penyerahan
barang antara pihk pengangkut dengan pengiriman.
11
3) Orang yang memegang B/L adalah pemilik barang-barang
yang dinyatakan dalam dokumen tersebut.
b) Air waybill
Barang ekspor yang diangkut dengan alat transportasi udara
menggunakan dokumen air waybill. Dokumen ini hanya
merupakan bukti penerimaan barang dan bukan merupakan bukti
kepemilikan. Dokumen ini biasanya dikeluarkan rangkap 3
masing-masing untuk pengirim, perusahaan penerbangan, dan
penerima.
c) Railway Consigment Note
Pengiriman barang ekspor menggunakan pengangkutan
kereta api dari suatu negara ke negara lain, eksportir memperoleh
tanda terima yang dinamakan consigment note (surat angkutan
kereta api).
3. Commercial Document
Commercial documents meliputi dokumen diantaranya:
a) Commercial Invoice (Faktur Dagang)
Faktur adalah suatu dokumen penting dalam perdagangan,
dengan data-data dalam faktur dapat diketahui berapa jumlah
wesel
yang akan ditarik, jumlah penutup asuransi dan
penyelesaian segala macam bea masuk. Invoice dapat dibedakan
dalam 3 bentuk: Proforma Invoice, Commercial Invoice, dan
Consular Invoice.
12
b) Inspection Certificate (Sertifikat Pemeriksaan)
Dokumen sertifikat pemeriksaan ini disyarakat apabila
pembayaran menggunakan Letter of Credit (L/C), karena
menyatakan bahwa barang-barang yang diekspor adalah barang
yang benar-benar berasal dari negara pengekspor bukn barang reekspor. Sertifikat pemeriksaan dikeluarkan oleh idependent
surveyor yaitu badan resmi yang disahkan oleh pemerintah dan
dikenal oleh dunia perdagangan internasional. Dengan adanya
sertifikat ini, maka barang-barang yang diekspor dijamin mutu
dan jumlah barangnya, ukuran dan berat, pengepakan dan
banyaknya satuan isi masing-masing pengepakan barang.
Surveyor yang dimaksud adalah PT Superintending Company
of Indonesia (Sucofindo) yang menunjuk Societe General de
Surveillance S.A. (SAG) yang terdaftar di Geneva, Swiss untuk
melakukan pemeriksaan di pelabuhan tujuan barang ekspor dan
pelabuhan muat barang impor Indonesia di luar negeri.
c) Insurance Policy (Polis Asuransi)
Dokumen asuransi ini sangat penting karena membuktikan
bahwa
barang-barang
yang
disebut
di
dalamnya
telah
diasuransikan, jika para eksportir dan importir menghadapi resiko
untuk menghindari kerugian.
Dokumen dalam asuransi dibuat berbentuk kontrak asuransi,
yaitu:
13
1) Insurance Policy (Polis Asuransi)
Polis asuransi adalah dokumen yang diterbitkan oleh
perusahaan asuransi yang terkait dengan barang yang
diasuransikan kepadanya. Kondisi asuransi terpacu dalam
kontrak dagang yang telah disepkati antara pihak eksportir dan
pihak importir. Berdasarkan polis asuransi dapat dilakukan
tindakan-tindakan hukum apabila terjadi masalah.
2) Insurance Certificate (Sertifikat Asuransi)
Sertifikat asuransi merupakan surat keterangan yang
menjelaskan bahwa barang-barang tertentu telah dilakukan
penutupan asuransinyaa dlam bentuk open policy. Open policy
artinya sebuah polis asuransi dapat menutup semua pengapalan
(beberapa kali pengapalan).
3) Cover Note
Cover
note
merupakan
sebuah
pemberitahuan
dari
perusahaan asuransi bahwa sebuah asuransi telah ditutup
sementara menunggu polis atau sertifikat asuransi diterbitkan.
4. Official Documents (Government Document)
Official documents atau government document
merupakan
dokumen yang dilkeluarkan oleh instansi pemerintah. Beberapa
official documents diantaranya:
14
a. Surat Keterangan Asal (SKA)
Sertifikat ini merupakan dokumen penyertaan barang ekspor
untuk membuktikan bahwa barang yang dimaksud berasal dari,
dihasilkan dan atau diolah di Indonesia. SKA dikeluarkan atas
permintaan eksportir oleh pejabat Departemen Perdagangan yang
ditunjuk dan dibedakan menurut pengelompkan atau jenis
komoditinya. Certificate of Origin ini umumnya telah standar
yang disebut Surat Keterang Asal yang sering digunakan pada
transaksi ekspor di Indonesia.
b. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
Pemberitahuan
Ekspor
Barang
adlah
dokumen
yang
diterbitkan instansi pemerintah yang ditunjuk di negara eksportir
sehubungan dengan barang yang diekspor. Dokumen ini
diperlukan untuk statistik perdagangan negara pengekspor.
c. Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
Pemberitahuan Impor Barang merupak dokumen yang
diterbitkan oleh instansi pemerintah yang ditunjuk di negara
importir sehubungan dengan barang yang diimpor. Dokumen ini
diperlukan untuk statistik perdagangan negara pengimpor.
5. Dokumen Tambahan
Dokumen yang digunakan dalam transaksi ekspor impor tidak
hanya dengan dokumen pnting saja, namun importir kadang-kadang
mensyaratkan adanya dokumen tambahan yang harus disertakan.
15
Dokumen-dokemen tambahan tersebut adalah:
a. Packing List (Daftar Pengepakan)
Daftar pengepakan meruapakan dokumen tambahan yang
dibuat oleh eksportir. Isi dokumen ini mencakup uraian barangbarang dan cara pengepakannya. Dokumen ini dibutuhkan untuk
kepentingan pemeriksaan oleh pejabat bea cukai. Nama dan
uraian barang yang tercantum dalam packing list harus sama
dengan yang tertulis dalam commercial invoice.
b. Certificate of Quality (Sertifikat Mutu)
Dokumen ini hanya dibuat apabila L/C mensyaratkan, yang
digunakan untuk memeriksa mutu barang-barang yang akan
diekspor.
c. Manufacture’s Quality Certificate (Sertifikat Mutu Pembuatan
Barang)
Dokumen ini berisi uraian tentang mutu barang-barang yang
diekspor, yang meliputi apakah barang yang dikirim baru atau
tidak, memenuhi standa yang ditetapkan atau tidak. Dokumen ini
dibuat oleh eksportir atau supplier apabila L/C mensyaratkan.
d. Certificate of Analysis (Sertifikat Analisa)
Ekspor barang-barang jenis tertentu membutuhkan dokumen
yang menjelaskan proporsi bahan-bahan tertentu yang diharuskan
ada pemeriksaan. Misalnya barang yang mengandung bahan
kimia atau obat-obatan, dokumen ini hanya diperlukan apabila
16
L/C mensyaratkan.
e. Weight Certificate/Weight Note/List (Surat Keterangan/Daftar
Timbangan)
Pemeriksaan
barang-barang
ekspor
yang
meliputi
pemeriksaan ukuran/berat barang secara tepat dilakukan oleh
badan yang disahkan oleh pemerintah, misalnya Sucofindo.
Dokumen ini dapat dibuat oleh eksportir sendiri yang disebut
Weight Note atau Weight List kecuali syarat L/C melarang.
f. Measurement List (Daftar Ukuran)
Ekspor jenis barang tertentu sering membutuhkan dokumen
ini untuk menerangkan ukuran panjang, tebal, garis tengah dan isi
dari barang yang bersangkutan. Uraian tentang ukuran harus sama
dengan syarat yang tercantum dalam L/C. Dokumen ini disiapkan
oleh eksportir dan diperlukan unruk menghitung ongkos angkut.
g. Sanitary, Health and Veterinary Certificates (Sertifikat
Kesehatan/Sanitari)
Ekspor barang yang memungkinkan terdapat hama penyakit
memerlukan Sanitary Certificate. Dokumen ini berisi pernyataan
bahwa bahan baku ekspor, tanam-tanaman atau bagian dari hasil
tanaman telah diperiksa dan bebas dari hama penyakit. Sedangkan
Veterinary Cerificate dan atau Health Certificate diperlukan
untuk menyatakan bahwa barang-barang hasil laut, tulang hewan
dan ternak sudah diperiksa dan bebas dari hama penyakit.
17
2.3 Freight Forwarding
2.3.1 Pengertian Freight Forwarding
Menurut Amir, M. S (2000: 67), freight forwarding adalah
badan usaha jasa yang memberikan jasa-jasa untuk menjamin muatan
ekspor sampai dipelabuhan tujuan secepatnya dalam kondisi sebaik
mungkin dan tanpa menimbulkan banyak masalah bagi eksportir.
Selain itu, freight forwarding adalah badan usaha yang bertujuan
untuk memberikan jasa pelayanan/pengurusan atas seluruh kegiatan
yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan
penerimaan barang dengan menggunakan multimodal transport baik
melalui darat, laut dan/atau udara (Suyono, 2005: 251).
Menurut Badan Hukum Indonesia (BHI) sesuai PP No. 82
Tahun 1999 dan KM 33 Tahun 2001, freight forwarding adalah
perusahaan jasa pengurusan muatan dan umumnya dilakukan dari
pintu ke pintu. Purnamawati dan Fatmawati (2013: 112) berpendapat
bahwa freight forwarder adalah agen atau biro perjalanan untuk
barang yang dapat membantu eksportir dan importir dalam
pengurusan ekspor/impor barang. Freight forwarding di Indonesia
dikenal dengan nama “Jasa Pengurusan Transportasi” sesuai dengan
SK Menteri Perhubungan No. KM 10 Tahun 1988.
2.3.2 Peran Freight Forwarding
Freight forwarding dapat membantu eksportir dalam berbagai
hal, disini peran freight forwarding menurut Amir, M. S (2000: 68-71)
18
sebagai berikut:
1. Membantu eksportir dalam melakukan penyerahan barang tepat
pada waktunya
Jasa freight forwarding dapat membantu eksportir dalam
memesan ruangan di kapal (booking space) dan memperkirakan
waktu pengapalan yang sesuai dengan waktu penyerahan yang
telah disepakati dengan importir Hubungan yang terjalin lama
antara freight forwarding dengan perusahaan pelayaran lebih
mudah. Selain itu, semua dokumen ekspor yang dikerjakan oleh
freight forwarding, yang dianggap oleh pejabat bea cukai sudah
lama menangani dokumen ekspor maka dapat memperlancar
penyelesaian pabean serta penyelesaian muat bongkar barang.
2. Membantu pengawasan atas barang supaya tetap dalam keadaan
utuh dan dalam kondisi baik
Selain
waktu
penyerahan
yang
tepat,
pembeli
juga
menginginkan barang yang dibeli dalam keadaan utuh dan tidak
rusak sehingga dalam keadaan siap jual atau siap pakai. Jasa freight
forwarding disini lebih mengetahui ketentuan-ketentuan karena
sudah lama menyelenggarakan pengepakan barang-barang ekspor.
Selain itu, mempunyai alat yang lengkap untuk pengepakan
barang-barang yang sesuai dengan angkutan peti kemas, pallets dan
lain-lain.
19
3. Membantu menekan biaya serendah-rendahnya
Freight
forwarding
akan
membantu
eksportir
untuk
menghemat biaya, khususnya dalam persyaratan harga barangbarang ekspor atas dasar CIF maka freight forwarding dapat
melakukan penghematan dengan menekan biaya angkutan. Pihak
freight forwarding dapat mencarikan perusahaan pelayaran yang
dapat memberikn ongkos angkut yang murah bagi langganannya.
Untuk
komoditi
taraf
promosi,
freight
forwarding
dapat
merundingkan ongkos angkut dengan perusahaan pelayaran.
Selain itu, freight forwarding juga memberi saran mengenai
tata cara pengepakan barang, serta untuk ekspor partai kecil akan
menawarkan pengangkutan dengan kontainer atas dasar pelayanan
konsulidasi atau lazim disebut dengan LCL (Less than container
load).
Dengan
demikian,
freight
forwarding
tidak
hanya
memberikan jasa dalam menurunkan ongkos angkut namun juga
memudahkan para eksportir partai kecil dalam membayar biaya
ekspor yang beraneka ragam seperti biaya dokumen, pengapalan,
premi asuransi, biaya telex, dan bea masuk barang.
4. Membantu mengamankan barang
Terjadi jika ada kerusakan yang mengakibatkan penolakan
atas barang dan terdapat keterlambatan dalam pelayaran, sehingga
masa berlaku impor maupun L/C (Letter Of Credit) berakhir.
Barang-barang yang sudah terlanjur dikirim tetapi belum diterima
20
atau ditolak pembeli maka agen freight forwarding dapat
membantu untuk mengamankan barang tersebut sampai terdapat
penyelesaian dengan pembeli bersangkutan. Freight forwarding
biasanya mengirimkan ”Letters Of Reservation” kepada perusahaan
pelayaran untuk memperpanjang jangka waktu pengajuan ganti
rugi. Perusahaan freight forwarding yang besar memberikan
pelayanan asuransi dengan membuka “Open Marine Insurance
Policy”, bertujuan untuk apabila eksportir atau pemilik barang
tidak mengetahui keharusan penutupan asuransi.
21
Download