KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN ROTAN

advertisement
1
KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN ROTAN (Calamus sp)
DI KAWASAN CAGAR ALAM PULAU RAJA
KABUPATEN GORONTALO UTARA
Mulsayin B.Umar1, Novri Y. Kandowangko2, Abubakar Sidik Katili2
1)
Mahasiswa Jurusan Biologi, 2)Dosen Jurusan Biologi, 2)
Program Studi pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
Email: [email protected]
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan rotan
berdasarkan ketinggian tempat di kawasan cagar alam Pulau Raja Kabupaten Gorontalo
Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Pengambilan data dengan
menggunakan teknik jelajah. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis secara deskriftif
kuantitatif, dengan menggunakan rumus Indeks Keanekaragaman (Diversitas)
persamaan Shannon-Wiener. Hasil penelitian menunjukan di Kawasan Cagar Alam
Pulau Raja ditemukan 3 spesies tumbuhan rotan yaitu jenis Calamus javenis, Calamus
zolingeri, Calamus inops. Nilai indeks keanekaragaman tumbuhan rotan berdasarkan
ketinggian tempat diperoleh hasil sebagai berikut : H’= 1,092 pada ketinggian 50 - 100
mdpl, H’=1,056 pada ketinggian 100-150 mdpl, H’= 1,089 pada ketinggian 150-200
mdpl dan H’=1,502 pada ketinggian 200 mdpl. Indeks Keanekaragaman jenis tumbuhan
rotan di kawasan Cagar Alam Pulau Raja Kabupaten Gorontalo Utara dikategorikan
dalam tingkat keanekaragaman sedang.
Kata Kunci: Keanekaragaman, Tumbuhan rotan, Cagar Alam Pulau Raja
Abstract: The research aimed to find out kinds of rattan in Cagar Alam park of Pulau
Raja Gorontalo Utara. the method used is survey method with data retrieval technique
based cruising altitude in the area of the island king. The data were collected through
direct observation. It, then were analyzed through descriptive quantitatif and used
diversity index formula, similar with Shannon-Wiener. The Rattan research in Cagar
Alam park of Pulau Raja Gorontalo Utara, found that there were 3 kinds of rattan,
Calamus javenis, Calamus zolingeri, Calamus inops. Diversity indexs value in each
station indicated: 50 st highness equaled to 1,092, 100nd highness equaled to 1,056,
150nd highness equaled to 1,089, 200nd highness equaled to 1,502. Diversity index of
rattan in Cagar Alam park of Pulau Raja, Gorontalo Utara, is categorized in the level of
low diversity.
Keywords: Diversity, Rattan, Cagar Alam park of Pulau Raja
2
merupakan
PENDAHULUAN
negara
penghasil
rotan
Pulau raja merupakan satu diantara terbesar di dunia.
beberapa pulau yang berada di Propinsi
Hasil penelitian Titi dan Jasni
Gorontalo yang terletak di Kabupaten (2010).
di
kawasan
Gorontalo Utara. Kawasan Cagar Alam Gunung
Batu
Kapar,
Hutan
Lindung
Desa
Bintana,
Pulau Raja merupakan salah satu kawasan Kecamatan Atinggola, Gorontalo Utara
konservasi yang ditetapkan berdasarkan Jumlah spesies rotan yang ditemukan di
SK. GB. Nomor 29 Stbl. No. 626 Tanggal kawasan ini sebanyak 11 spesies rotan
17 Oktober 1939. Secara geografis letak yang tergolong dalam dua marga, yaitu
wilayah pulau raja berada pada 0° 58′ 43″
Calamus
sembilan
spesies
dan
- 01° 01′05″ LU dan 122° 37′ 54″ - 122° Daemonorops dua spesies. Terdapat lima
40″46 ″ BT. Kawasan pulau raja memiliki spesies yang sifat tumbuhnya berumpun
luas wilayah keseluruhan ± 158 ha, dengan antara lain : Rotan sambuto (C. insignis
ketinggian ± 260 m dari permukaan laut ( Griff ), Rotan jermasin (C. lejocaulis
BKSDA 2010).
Becc. ), Rotan buku tinggi (C. ornatus
Pulau raja telah menjadi kawasan var.celebicus), Rotan batang (C. zollingeri
hutan lindung
dan merupakan daerah Becc. ), Rotan batang merah (D. robusta
konservasi, pulau raja sangat kaya akan Warburg ex Heyne) sedangkan empat
potensi
flora
dan
fauna
yang spesies lainnya bersifat soliter berbatang
beranekaragam, salah satu flora yang
tunggal antara lain : Rotan Tohiti (C. inops
terdapat di kawasan pulau raja yaitu
Becc ), Rotan noko (C. koordersianus
tumbuhan rotan. Rotan merupakan salah Becc.), Rotan segisi (C. orthostachys
satu varietas palmae yang tumbuh alami Warburg ex Heyne), Rotan umbul (C.
diiklim tropis. Ada sekitar 600 spesies symphysipus Martius).
rotan di dunia (10 % diantaranya sudah
diperdagangkan),
dan
setengah
Tumbuhan rotan pada umumnya
dari tumbuh secara alami, menyebar mulai dari
populasi itu bisa ditemukan di Indonesia.
daerah pantai hingga pegunungan, pada
Sebagaimana yang diungkapkan Lapis et elevasi 0-2900 mdpl. Secara ekologis
al.,
2004.
bahwa
Indonesia
adalah rotan tumbuh dengan subur diberbagai
tempat, baik dataran rendah maupun agak
3
tinggi, terutama di daerah yang lembab selama lebih 3 bulan, yaitu Agustus –
(Kalima, 2008).
November 2014.
Tumbuhan rotan dikawasan Cagar
Pada penelitian ini yang menjadi
Alam Pulau Raja memiliki banyak potensi obyek penelitian adalah tumbuhan rotan
yang dapat dimanfaatkan terutama dari (Calamus
sp)
berdasarkan ketinggian
segi ekologi, karena dapat dijadikan tempat di Kawasan Cagar Alam Pulau
sebagai salah satu bioindikator untuk Raja Kabupaten Gorontalo Utara.
menjaga kestabilan lingkungan dan habitat
Jenis penelitian yang digunakan
bagi makhluk hidup lainnya. Oleh karena adalah penelitian survey
itu pengetahuan tentang tumbuhan rotan
Teknik
Pengumpulan
sangatlah penting untuk diketahui oleh mengunakan
metode
masyarakat. Namun selama ini belum ada jelajah
dilakukan
ini
jelajah.
data
Metode
dengan
cara
studi/penelitian tentang keanekaragaman menjelajahi setiap lokasi suatu wilayah
jenis tumbuhan rotan (Calamus sp) yang yang
terdapat
tumbuhan
rotan,
terdapat dikawasan pulau raja. Data berdasarkan ketinggian tempat Adapun
keanekaragaman tumbuhan rotan penting
yang
menjadi
batas
kawasan
untuk
sebagai data base yang dapat dijadikan pengambilan data adalah Kawasan Cagar
dasar untuk berbagai kebijakan tentang Alam Pulau Raja Kabupaten Gorontalo
pengolahan hutan, juga dapat digunakan Utara.
sebagai data dasar untuk penelitian yang
Alat dan bahan
lebih lanjut.
GPS ( Global Positioning System )
Tujuan dalam penelitian ini yakni,
untuk menentukan titik koordinat lokasi
untuk mengetahui keanekaragaman jenis dalam pengambilan sampel, Higrometer,
tumbuhan rotan (Calamus sp) berdasarkan untuk mengukur kelembaban udara dan
ketinggian tempat di Kawasan Cagar alam suhu,
Pulau Raja Kabupaten Gorontalo Utara.
METODE PENELITIAN
Penelitian
Kawasan
Kabupaten
Cagar
ini
dilaksanakan
Alam
Gorontalo
Pulau
Utara.
Lux
meter,
untuk
intensitas
cahaya,
mengukur
pH tanah,
mengukur
Soiltester,
untuk
Buku panduan
di lapangan (kunci identifikasi rotan), Alat
Raja tulis menulis, Kamera untuk dokumentasi,
Waktu Parang, Label spesimen.
4
Adapun
data
yang
diperoleh
HASIL PENELITIAN DAN
selanjutnya dianalisis secara Deskriptif
PEMBAHASAN
Kuantitatif yaitu dengan menggunakan Hasil Penelitian
Indeks
Keanekaragaman
(H’).
Hasil
Penelitian yang dilakukan oleh
perhitungan secara kuantitatif kemudian peneliti yaitu tentang Keanekaragaman
dianalisis
secara
deskriftif
dalam jenis Tumbuhan Rotan (Calamus Sp) di
pembahasan dan dikaitkan dengan faktor kawasan
lingkungan.
Indeks
dengan
Cagar
Kabupaten
Keanekargaman
menggunakan
Keanekaragan
dari
rumus
Alam
Gorontalo
Pulau
Utara.
Raja
Hasil
dihitung penelitian diuraikan berdasarkan spesies
Indeks yang
ditemukan pada
Shannon-Wiener ketinggian.
(Fachrul, 2006):
Pada
masing-masing
penelitian
ini
teridentifikasi 3 spesies rotan Calamus sp
๐‡’ =– ฦฉ ๐ง๐ข/๐ ๐ฅ๐จ๐  ๐ง๐ข/๐ ๐š๐ญ๐š๐ฎ – ฦฉ ๐๐ข ๐ฅ๐จ๐  ๐๐ข
yaitu
Calamus
scipionum
(rotan
Keterangan :
Semambu), spesies Calamus zolingeri
H’= Indeks Keanekaragaman
(rotan Batang), dan spesies Calamus inops
Pi =
ni
(rotan Tohiti). Sebaran jumlah spesies
N
ni = jumlah individu spesies
berdasarkan ketinggian dapat dilihat pada
N = jumlah total individu seluruh jenis
gambar 1.
Berdasarkan
Indeks
Berdasarkan gambar 1, rata-rata
Keanekaragaman Jenis menurut Shannon - jumlah spesies yang terbagi menjadi
Winner
didefinisikan
tingkat beberapa lokasi berdasarkan ketinggian.
keanekaragaman jenis sebagai berikut.
Dimana, pada masing-masing ketinggian
a. Nilai H < 3 menunjukkan bahwa terdapat hasil yang berbeda-beda Seperti
keanekaragaman jenis melimpah atau jumlah spesies Calamus scipionum,
tinggi.
spesies Calamus Zolingeri, dan spesies
b. Nilai H’ 1 ≤ H’≤ 3 menunjukkan bahwa
Calamus inops rata-rata lebih tinggi di
keanekaragaman jenis sedang.
ketinggian 101-150 mdpl yaitu 67 individu
c. Nilai H’ < 1 menunjukkan bahwa
sedangkan terendah pada ketinggian 50-
keanekaragaman jenis sedikit atau
100 mdpl yaitu 56 individu. Selanjutnya,
rendah.
pada ketinggian 200 mdpl yaitu 59
individu dan ketinggian 150 mdpl yaitu 63
5
individu. Akan tetapi, secara keseluruhan dan ketinggian 50 m dpl dengan nilai
spesies
meningkat
ketinggian
jumlahnya
101-150
mdpl
dari 1,092, kemudian ketinggian 150 m dpl
sampai dengan nilai 1089 dan ketinggian 200
ketinggian 151-200 mdpl.
mdpl.
Pada Gambar 2 diperoleh bahwa
indeks keanekaragaman sedang ada pada
ketinggian 100 m dpl dengan nilai 1,502,
Jumlah Spesies Pada Ketinggian
33
19
25
23
21
18
16
27
20
19
13
11
50-101 mdpl
101-150 mdpl
Rotan Calamus scipionum ( Rotan Semambu)
151-200 mdpl
200 mdpl
Rotan Calamus zolligeri( Rotan Batang)
Rotan Calamus inops( Rotan tohiti)
Gambar 4.1. Jumlah Spesies berdasarkan ketinggian
Indeks Keanekaragaman
1.506
1.600
1.400
1.092
1.056
1.089
1.200
1.000
800
600
400
200
0
50 -100mdpl
101-150mdpl
151-200 mdpl
200 mdpl
Gambar 2. Grafik Indeks Keanekaragaman Tumbuhan rotan (Calamus sp) di Kawasan
Cagar Alam Pulau Raja Kabupaten Gorontalo Utara.
6
dpl dengan nilai 1,056
ini termasuk
ketinggian
151-200
mdpl
sebesar
indeks keanekaragaman terendah.
(1,089) dan ketinggian 50-100 mdpl
Pembahasan
sebesar
Hasil
analisa
(1,056).
Nilai
indeks
indeks
keanekaragaman
setiap
pada ketinggian 50-100 mdpl, hal in
ketinggian penelitian rata-rata berkisar
diakibatkan karena keadaan dan kondisi
antara 1,056-1,502 (Gambar 4.5). Hal
lingkungan yang ada di kawasan pulau
ini berarti nilai indeks keanekaragaman
raja pada ketinggian ini berbeda dengan
jenis tumbuhan rotan pada masing-
habitat
masing
sebenarnya, sehingga di
ketinggian
kriteria 1 < H’ < 3 atau keanekaragaman
tersebut
ditemukan
jenis tumbuhan rotan termasuk dalam
jumlahnya jauh lebih sedikit dan variasi
kategori sedang, karena spesies yang
individu tiap spesies relatif kecil dari
ditemukan cenderung sama pada semua
pada spesies yang ditemukan pada
ketinggian, namun pada masing-masing
ketinggian
spesies berbeda pada tiap ketinggian
mengakibatkan
dengan kata lain penyebaran tumbuhan
keanekaragaman suatu ekosistem akan
rotan tidak merata, ada jenis tertentu
menjadi
yang ditemukan dalam jumlah yang
mdpl merupakan ketinggian yang paling
sangat melimpah namun ada spesies
banyak di temukan spesies tumbuhan
tertentu yang hanya ditemukan sedikit.
rotan, ini dikarenakan ketinggian 100-
Hal ini juga didukung dengan Hasil
151 mdpl merupakan wilayah yang
penelitian yang menunjukkan bahwa
sedikit jauh dari permukaan laut dan
nilai
(H’)
merupakan kondisi lingkungan rotan
pada
yang
keanekaragaman
(H’)
di
ketinggian termasuk
Indeks
cenderung
dalam
keanekaragaman
tinggi
ditemukan
cenderung
lingkungan
spesies
rotan
yang
50-100
kecil.
rendah
mdpl
nilai
yang
dan
indeks
Ketinggian 100-151
sebenarnya
jika
dilihat
dari
ketinggian 200 mdpl dengan nilai
parameter lingkungan. Pada umumnya
Indeks
sebesar
tumbuhan rotan dapat tumbuh pada
(1,502), sedangkan nilai terendah pada
daerah berawa, tanah kering, hingga
ketinggian 50-100 mdpl yaitu sebesar
tanah pegunungan dengan ketinggian
(1,092),
2900 meter di atas permukaan laut.
keanekaragaman
berbanding
terbalik
pada
7
Curah hujan tumbuhan rotan antara
mengendalikan arus energi dan kuat
2000 mm - 4000 mm pertahun dengan
sekali
suhu udara berkisar 240C – 330C
Apabila jumlah spesies dan variasi
(Januminro, 2000)
jumlah individu tiap spesies relatif kecil
Hal
ini
dapat
dilihat
mempengaruhi
berarti
terjadi
lingkungan.
ketidakseimbangan
berdasarkan ketinggian tempat, dimana
ekosistem yang disebabkan gangguan
pada
masing ketinggian
atau tekanan dari lingkungan, hal ini
terdapat 3 spesies tumbuhan rotan yaitu
menjelaskan hanya jenis spesies tertentu
Calamus scipionum, Calamus zolingeri,
saja yang dapat bertahan hidup. Tidak
Calamus inops dengan jumlah induvidu
meratanya jumlah individu untuk setiap
yang berbeda-beda. Ketinggian 101-150
spesies
mdpl merupakan ketinggian yang paling
adaptasi masing-masing spesies, seperti
banyak ditemukan spesies tumbuhan
tersedianya
rotan karena spesies tersebut jauh dari
lingkungan.
masing
-
permukaaan air laut mampu beradaptasi
dengan
baik
pada
semua
kondisi
lingkungan yang berubah atau dalam
keadaan
ekstrim.
Ini
bahwa spesies tersebut
kisaran adaptasi
yang
menunjukkan
mempunyai
cukup
luas
terhadap faktor lingkungan dan mampu
berkembangbiak, berbanding terbalik
pada ketinggian 50-100mdpl merupakan
ketinggian terrendah hal ini disebabkan
karena tumbuhan rotan dekat dengan
permukaan air laut sehingga lingkungan
sudah tidak stabil dan tidak mengalami
tekanan lingkungan yang menggangu
kelangsungan hidupnya.
dominan
sebagian
besar
makanan
dengan
dan
pola
kondisi
Selain itu fakta yang ditemukan
di lapangan bahwa keanekaragaman
rotan di lokasi keanekaragaman spesies
rotan
ini
diduga
disebabkan
oleh
bentang alam tempat tumbuhan itu
hidup. Bentang alam merupakan bentuk
struktur bumi. Menurut Fatchan (2013),
bentang alam memiliki arti berbagai
macam bentuk bumi yang tercakup
dalam relief muka bumi. Misalnya
gunung, lembah, perbukitan, dataran
rendah,
dataran
tinggi
dan
lain
sebagainya. Dilihat dari bentang alam
lokasi atau wilayah kawasan pulau raja
letaknya
Menurut Odum (1993), jenis
yang
berhubungan
merupakan
pulau
yang
memiliki luasan wilayah yang kecil,
8
sehingga
memungkinkan
indeks
Mogea (2006) yaitu pertumbuhan rotan
keanekaragaman spesies rotan di daerah
ditentukan oleh keadaan tanah dan
tersebut rendah. Menurut Gunawan
iklim.
(2013), pulau yang
luas memiliki
Hal lain juga dikemukakan oleh
jumlah spesies yang lebih banyak dari
Soegianto
pada
Ini
spesies yang rendah menunjukan bahwa
disebabkan karena pulau yang luas
suatu komunitas memiliki kompleksitas
memiliki tipe habitat dan komunitas
sedikit spesies karena interaksi spesies
yang lebih banyak menyediakan isolasi
yang
geografis dan jumlah populasi yang
sedikit. Sebaliknya suatu komunitas
lebih banyak untuk setiap spesies
dikatakan
sehingga memperbesar keanekaragaman
tinggi jika komunitas disusun banyak
spesies dan memperkecil kemungkinaan
spesies.
kepunahan dari spesies yang baru
pernyataan Desmukh (1992) bahwa
terbentuk atau dari spesies yang baru
indeks keanekaragaman jenis ditentukan
datang (Primack et al, 1998 dalam
oleh kelimpahan jenis dan kemerataan
Gunawan, 2013)
jenisnya
pulau
yang
kecil.
Hal
Selain faktor bentang alam yang
mempengaruhi
Keanekaragaman
(1994),
terjadi
dalam
memilki
Hal
keanekaragaman
ini
dalam
komunitas
itu
keanekaragaman
sejalan
dengan
suatu
kawasan
ekosistem.
Soemarwoto
(1983)
Tumbuhan Rotan Di Kawasan Cagar
Resosoedarmo
Alam
mengemukakan bahwa sistem ekologi
Pulau Raja, ada pula faktor -
dkk.
dan
faktor lingkungan yang lain yaitu faktor
(ekosistem)
biotik dan abiotik. Faktor biotik yang
antara organisme yang satu dengan
terdiri dari jenis tanaman yang hidup
lainnya dan dengan semua komponen
disekitar tumbuhan rotan, sedangkan
lingkungannya sangat kompleks (rumit),
faktor
suhu,
dan bersifat timbal balik. Hal ini berarti
kelembaban udara, intensitas cahaya
bahwa hubungan yang terjadi secara
dan pH tanah terhadap pertumbuhan
otomatis pada sistem alam atau sistem
rotan. Kedua faktor ini memiliki peran
ekologi. Menurut
yang sangat penting bagi tumbuhan
ekosistem yaitu suatu unit ekologi yang
rotan seperti yang diungkapkan oleh
didalamnya terdapat struktur dan fungsi.
abiotik
yang
berupa
merupakan
(1986)
hubungan
Indriyanto (2006)
9
Struktur yang dimaksud dalam definisi
optimal untuk fotosintesis bervariasi
ekosistem tersebut adalah berhubungan
dengan spesies dan ekotipe tetapi
dengan
spesies
biasanya antara 18 dan 25°C untuk
yang
daerah sedang, dan kisaran ekstrim
akan
antara -5 sampai 40°C (Stocker dalam
keanekaragaman
(diversity).
Pada
ekosistem
strukturnya
kompleks,
maka
memiliki keanekaragaman spesies yang
tinggi. Adapun kata
fungsi yang
Daniel, dkk., 1979).
Kelembaban
udara
dimaksud dalam definisi ekosistem
masing-masing
tersebut dengan siklus materi dan arus
ditemukannya tumbuhan rotan berkisar
energi melalui komponen - komponen
antara 81 – 87 %. Menurut Goldsworthy
ekosistem.
& Fisher (1984) bahwa kawasan dekat
Faktor
lain
ketinggian
pada
tempat
yang
khatulistiwa terdapat variasi musiman
mempengaruhi keberadaan tumbuhan
yang kecil dalam tekanan uap dan
rotan di kawasan Cagar Alam Pulau
kelembaban udara rata - rata 80%.
Raja Kabupaten Gorontalo Utara adalah
Faktor lingkungan lainnya yang diukur
faktor lingkungan di lokasi penelitian.
oleh peneliti yaitu intensitas cahaya
Faktor lingkungan tersebut antara lain
yang berkisar antara 62,5 - 71 Cd.
suhu,
intensitas
Hubungan antara tumbuhan dengan
cahaya, pH tanah. Suhu yang diukur
intensitas cahaya juga dijelaskan oleh
pada masing-masing ketinggian berkisar
Rasnovi (2006) bahwa intensitas cahaya
antara
yang masuk secara berlebihan akan
kelembaban udara,
28°C-30°C.
Semakin
bertambahnya ketinggian maka semakin
mengakibatkan
terhambatnya
menurun suhu tersebut. Hal ini seiring
perkecambahan
dengan pernyataan Goldsworthy &
mortalitas spesies-spesies yang tidak
Fisher (1984) menyatakan bahwa di
tahan cahaya dan sebaliknya akan
dataran rendah khatulistiwa, suhu rata-
memicu pertumbuhan spesies tumbuhan
rata biasanya berada pada kisaran 25°C
pionir yang toleran terhadap cahaya.
sampai 30°C. Kisaran suhu di setiap
Selain itu, pH tanah yang diukur oleh
habitat rotan tersebut merupakan suhu
peneliti berkisar antara 6,0-6,6 C.
optimum bagi rotan sehingga dapat
Hanafiah (2007) menyatakan bahwa
mendukung fotosintesis. Kisaran suhu
tanaman tertentu menyukai kisaran pH
dan
meningkatnya
10
ideal tertentu pula. Pada kondisi pH 6,0-
200 mdpl dan H’=1,502 pada ketinggian
7,0 hampir semua jenis unsur hara yang
200 mdpl.
diperlukan
tanaman
berada
dalam
SARAN
keadaan tersedia (available) (Buckman
Perlu
& Brady 1960 diacu dalam Adalina
2007 diacu dalam Prosiding Gelar
Teknologi
2007).
menyatakan
Lakitan
bahwa
(2007)
umumnya
diperlukan pH optimum (antara pH 6
sampai pH 8) agar suatu enzim dapat
berfungsi maksimum, selain itu aktifitas
lanjutan
dilakukan
yang
penelitian
mengkaji
tentang
hubungan ekologis antara tumbuhan
inang
dan
tingkatan
tumbuhan
rotan,
dan
budidaya rotan yang di
manfaatkan oleh masyarakat sebagai
bahan mebel.
enzim akan menurun pada pH yang
DAFTAR PUSTAKA
lebih tinggi atau lebih rendah (ekstrim).
Arini, D.I.D dan Kinho, J. 2009.
Keragaman Jenis Tumbuhan
Paku (Pteridophyta) di Cagar
Alam
Gunung
Ambang
Sulawesi Utara (Jurnal). Info
BPK Manado Volume 2 No 1,
Juni 2012. Di akses 1 Maret
2013.
Basuki. Arfan, 2011. Profil pola
pemanfaatan dan pelestarian
keanekaragaman
hayati.
Propinsi
Sulawesi
Utara.
Bidang KSDA dan pengadilan
kerusakan lingkungan manado.
Di akses 1 Maret 2013
KESIMPULAN
Berdasarkan ketinggian tempat
di kawasan Cagar Alam Pulau Raja
Kabupaten
Gorontalo
dikategorikan
dalam
keanekaragaman
sedang,
Utara
tingkat
Hasil
pembahasan di atas dapat disimpulkan
di Kawasan Cagar Alam Pulau Raja
ditemukan 3 spesies tumbuhan rotan
yaitu jenis Calamus javenis, Calamus
zolingeri, Calamus inops. Nilai indeks
keanekaragaman
berdasarkan
tumbuhan
ketinggian
rotan
tempat
diperoleh hasil sebagai berikut : H’=
1,092 pada ketinggian 50 - 100 mdpl,
H’=1,056 pada ketinggian 100-150
mdpl, H’= 1,089 pada ketinggian 150-
Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode
Sampling Bioekologi. Jakarta.
Bumi Aksara
Fathoni,
A.
2011.
Metodologi
Penelitian
dan
Teknik
Penyusunan Skripsi. Jakarta:
Rineka Cipta
Hariyadi, Bambang. 2000. Sebaran dan
keanekaragaman
jenis
tumbuhan paku di bukit sari,
11
Jambi (Tesis). Bandung ITB.
Di akses 2 Oktober 2012.
Hoshizaki, B. J., and R. C. Moran.
2001. Fern Growerโ€Ÿs Manual.
Timber Press. Portland. 604 p.
Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi Untuk
Pengolahan Kawasan Hutan
Lindung Pulau Marsegu.
Kabupaten Seram Bagian
Barat. Provinsi Maluku. Tesis.
Program
Pascasarjana
Universitas Gajah Manada;
Yogyakarta.
(Online)
(http://www.freewebs.com/irw
anto/tesis_1.pdf. Diakses 07
Juni 2013)
Riberu, Paskalis. 2002 . Pembelajaran
Ekologi. Jurnal Pendidikan
PenaburNo.01/Th.1/Maret 2002 (Onlin
e). (http://www.bpkpenabur.or.
id/files/Hal.131%20Pembelaja
ran%20Ekologi.pdf, Diakses 9
Maret 2013 )
Supeni, Tri. 1994. Biologi. Jakarta :
Erlangga
Sastrapraja, S. dan J.J. Afriastini. 1979.
Kerabat Paku-pakuan. Bogor.
Herbarium Bogoriense LIPI.
Tjitrosoepomo, G. 2011. Taksonomi
Tumbuhan
(Schizophyta,
Thallophyta
Bryophyta.Pteridophyta).
Yogyakarta:
Gadjahmada
University Press.
Download