7.4. Efisiensi pemasaran

advertisement
EKONOMI PERTANIAN
Prof. Dr. Ir. Masyhuri
Ekonomi …… Nasional & Dunia
 Produksi: perkembangan skala usaha, lahan, irigasi (kalau ada),






luas tanam/panen, produktifitas, produksi per propinsi (5 th
terakhir)
Perkembangan harga lokal/nasional/internasional, 5 th
terakhir
Perkembangan konsumsi, 5 th terakhir
Pemasaran
Perkembangan ekspor/impor, 5 th terakhir
Kebijakan pemerintah
Pembahasan dan kesimpulan
Komoditas
Tan pangan
perkebunan
Sayuran dan buah
1. padi:adik
8. Tebu/gula:nawang
18. bunga:nurfiana
2. Jagung bernie
9. tembakau: isti
>19. Sayur & Buah: apel,
mangga, durian, manggis,
jeruk, sayur,dll
3. kedelai:alvitri
10. Kelapa sawit imam
Durian:dhemas
4. Kacang tanah
11. Kelapa puji
Apel rima
5. Ubi kayu nurul
12. Karet christin
Cabe aron
6. Ubi jalar
13. coklat:risma
Bwang merah siska
7. Sagu bintang soma
14. Kopi dwi okta
15. the: 11994
16. Lada dwi ayu
17. Cengkeh popon
I. PENDAHULUAN
1.1. PENGERTIAN
 Menurut
Hadisapoetro (1975), pertanian diartikan sebagai
setiap campur tangan tenaga manusia dalam perkembangan
tanam-tanaman maupun hewan agar diperoleh manfaat yang
lebih baik daripada tanpa campur tangan tenaga manusia.
Secara alami, tanaman dan hewan telah berkembang biak
dengan sendirinya di hutan.
 Manusia tinggal mengambil sesuatu yang dihasilkan tanaman,
misalnya buah-buahan, daun-daunan (sayuran), batang, dan
umbi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai bahan
makan utama (primer).
 Demikian juga perkembangan hewan di hutan, manusia tinggal
mengambilnya dengan cara berburu
sebagai bahan makan sekundair.
 Dalam tahap ini belum dikenal “pertanian”.
untuk
dimanfaatkan
 Kemudian
manusia mulai mencoba menanam
menangkap hewan untuk dipelihara di rumahnya.
tanaman
dan
 Adanya campur tangan manusia ini akan meningkatkan manfaat
kepada manusia. Perkembangan inilah yang kemudian disebut
dengan pertanian.
 Mosher
(1966) memberi definisi pertanian sebagai sejenis
proses produksi yang khas yang didasarkan proses pertumbuhan
tanaman dan hewan yang dilakukan oleh petani dalam suatu
usahatani sebagai suatu perusahaan. Dengan demikian unsur
pertanian terdiri dari proses produksi, petani, usahatani, dan
usahatani sebagai perusahaan.
 Proses Produksi : tumbuhan mengambil zat hara yang ada di
dalam tanah melalui akar-akarnya. Zat ini dibawa ke daun dan
dengan bantuan sinar matahari, zat tersebut diubah menjadi
buah-buahan, biji-bijia dan hasil lain dalam proses yang disebut
photosinthesa. Hasil tumbuhan ini kemudian dimakan oleh hewan
dan manusia.
 Bahan makan dari tanaman ini disebut bahan makan primer,
karena itu tanaman juga disebut pabrik makanan primer. Hewan
dan
ternak
dengan
makan
tumbuh-tumbuhan
dapat
menghasilkan daging, telor, susu dan hasil ternak lain yang
dikonsumsi oleh manusia. Karena itu hewan disebut bahan
makan sekunder.
 Petani: Proses produksi tersebut bisa berlangsung tanpa campur
tangan manusia seperti dapat kita lihat pada tumbuhan liar yang
dengan demikian belum disebut pertanian.
 Dengan turut campur tangannya manusia dalam perkembangan
tumbuhan dan hewan, maka pertumbuhan tersebut menjadi
lebih sesuai dengan kemauan dan kebutuhan manusia, dan
dengan
demikian
disebut
pertanian.
Manusia
yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan tersebut
disebut petani.
 Usahatani: Proses produksi tanaman dan hewan yang dikelola
oleh petani tersebut dapat berlangsung apabila terdapat lahan
yang luas. Lahan tersebut dinamakan usahatani.
 Usahatani sebagai perusahaan : Petani dalam mengelola atau
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan tersebut
menggunakan prinsip perusahaan. Artinya dia mempertimbangkan
berbagai kombinasi input yang diberikan agar bisa menghasilkan
output sesuai dengan tujuan secara efisien dan efektif.
 Dengan demikian Mosher memberi definisi pertanian sebagai
sejenis proses produksi yang khas yang didasarkan proses
pertumbuhan tanaman dan hewan yang dilakukan oleh petani
dalam suatu usahatani sebagai suatu perusahaan. Inilah
pengertian umum dan modern dari pertanian.
 Pengertian pertanian yang lebih modern lagi adalah agribisnis.
 Struktur pertanian, berdasarkan ruang lingkupnya dapat
dibedakan menjadi : pertanian dalam arti luas dan dalam arti
sempit. Berdasarkan cara pengusahaannya dapat dibedakan
menjadi : pertanian rakyat dan pertanian perusahaan besar.
Berdasarkan lokasi dapat dibedakan menjadi : pertanian Jawa dan
luar Jawa.



1)
2)
3)


Pertanian dalam arti sempit meliputi tanaman pangan dan
hortikultura serta perkebunan. Sedang pertanian dalam arti luas
meliputi selain pertanian dalam arti sempit juga termasuk
perikanan, peternakan, dan kehutanan.
Pertanian rakyat adalah usaha pertanian yang dilakukan oleh
keluarga petani.
Ciri pertanian rakyat adalah
tidak jelas pemisahan kegiatan keluarga dengan kegiatan
perusahaan
tenaga keluarga tidak diperhitungkan sebagai biaya
skala usaha relatif kecil.
Pertanian perusahaan besar biasanya dilakukan pengelolaaan secara
lebih profesional, jelas struktur organisasinya,bentuk badan
usahanya formal misalnya PT, CV, Firma, UD, dan Koperasi.
Pertanian di Jawa bisanya lahannya subur, lebih intensif, skalanya
lebih kecil, lebih dominan tanaman pangan dan tanaman semusim.
Sedangkan pertanian di luar Jawa biasanya kurang subur, kurang
intensif, skalanya lebih besar, lebih dominan tanaman perkebunan
dan tanaman keras.
 Agribisnis adalah bisnis (usaha komersial) di bidang pertanian
dalam arti luas (mulai dari pengadaan dan distribusi sarana
produksi pertanian dan alat-alat serta mesin pertanian, usaha tani,
pengolahan hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi maupun
barang jadi, pemasaran hasil-hasil pertanian dan olahannya, serta
kegiatan penunjang seperti perkreditan, asuransi, dan konsultansi)
 Bidang Agribisnis membentuk suatu sistem yang terdiri dari
subsistem-subsistem. Agribisnis bisa terdiri dari :
 2 subsistem : on-farm (usahatani) dan off-farm (luar
usahatani), atau
 3 subsistem : input, usahatani, dan output, atau
 4 subsistem : input, usahatani, pengolahan hasil pertanian,
dan
pemasaran, atau
 5 subsistem : input pertanian, usahatani, pengolahan hasil
pertanian, pemasaran input, hasil pertanian
atau hasil olahannya, serta subsistem penunjang
 Jadi perbedaan antara agribisnis dan pertanian setidaknya ada
dua, yaitu ditinjau dari segi wawasan usaha dan dari bidang yang
tercakup :
 Jika agribisnis wawasan usahanya adalah komersial, maka pertanian
wawasannya ada yang subsisten, hobi, di samping ada yang
komersial, serta campuran antara dua wawasan tersebut
 dari segi bidang, agribisnis lebih luas daripada pertanian, karena
mencakup subsistem pertanian di samping subsistem yang lain.
Gambar: Bagian-bagian Agribisnis
1.
2.
3.
4.
5.
Input pertanian:
a. alsintan/alat mesin pertanian (traktor, sprayer, bajak, garu,
cangkul, sabit, dll),
b. Saprotan/sarana produksi pertanian: bibit, pupuk (organik
dan anorganik), pestisida(insectisida,pestisida, mitisida,
herbisida), zat pengatur tumbuh, dll.
usaha pertanian:
a. tanaman pangan (padi, palawija), hortikultura (sayur dan
buah), bunga,
b. Perkebunan (tebu, kelapa sawit, karet, kopi, coklat, teh, dll);
c. peternakan (sapi, kerbau, kambing, unggas, dll.)
d.kehutanan
(jati, meranti, pinus, sengon, dll),
e. perikanan (ikan tawar,
ikan laut, dll.)
pengolahan (pabrik tepung, pabrik krept/karet, dll.) dan
manufacturing pertanian (pabrik ban, tekstil, roti, catering, dll.)
pemasaran (pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer,
broker, dll.)
penunjang (lembaga keuangan, asuransi, konsultasi, pelatihan,
transportasi, dll.)
 Ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari alokasi
sumberdaya yang terbatas untuk memenuhi keinginan manusia
yang tak terbatas dengan cara yang seefisien mungkin.

Ilmu ekonomi pertanian dapat didefinisikan sebagai bagian
ilmu pertanian yang mempelajari masalah-masalah ekonomi
dalam pertanian (Kaslan Tohir, tanpa tahun), atau bagian dari
ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomina dan
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian baik
mikro maupun makro (Mubyarto, 1977).
 Secara lebih rinci, ekonomi pertanian mempelajari masalah
ekonomi produksi pertanian, masalahan ekonomi konsumsi dan
pemasaran hasil pertanian, manajemen usahatani dan agribisnis,
masalah kebijakan pertanian, masalah pembangunan pertanian,
dll.
1.2 Ciri-ciri pertanian Indonesia
1. Pertanian tropika
• Sebagian besar daerah di Indonesia berada di dekat
katulistiwa
yang berarti merupakan daerah tropika. Dengan demikian
jenis tanaman, hewan, perikanan, dan hutan sangat
dipengaruhi oleh iklim tropis (pertanian tropika). Di samping
itu ada pengaruh lain yang menentukan corak pertanian kita
yaitu bentuk negara berkepulauan dan topografinya yang
bergunung-gunung.
 Letaknya yang di antara Benua Asia dan Australia serta
antara Lautan Hindia dan Pasifik, memberikan pengaruh pada
suhu udara, arah angin yang berakibat adanya perbedaan
iklim di Indonesia, sehingga menimbulkan ciri pertanian
Indonesia merupakan kelengkapan ciri-ciri pertanian yang
lain.
2. Pertanian dataran tinggi dan rendah
 Indonesia merupakan daerah volkano (memiliki
banyak gunung), sehingga memungkinkan mempunyai
daerah yang mempunyai ketinggian dan dataran rendah.
Dataran tinggi mempunyai iklim dingin, sehingga bisa
ditanami tanaman beriklim subtropis.
3. Pertanian iklim basah (Indonesia barat) dan pertanian iklim
kering (Indonesia timur).

Indonesia bagian barat yang (Sumatra, Kalimantan, Jawa,
sebagian
Sulawesi) mempunyai iklim basah : banyak hujan, sedangkan
bagian Indonesia lain terutama Indonesia bagian timur (NTB,
NTT, Maluku) iklimnya kering.
4. Adanya hutan tropika dan padang rumput.

Karena iklimnya basah dan berada di daerah tropika maka
banyak hujan terbentuk hutan tropika, sedangkan di daerah
kering tumbuh padang rumput.
5. Perikanan darat dan laut.
•
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari banyak
pulau, sehingga daerahnya terdiri dari darat dan perairan.
Keadaan ini memungkinkan terdapatnya perikanan darat dan
laut.
6. Pertanian di Jawa dan Luar Jawa.

Daerah Jawa dan luar Jawa mempunyai spesifikasi yang berbeda
 Jawa umumnya : tanah subur, penduduk padat
 luar Jawa umumnya : tanah kurang subur, penduduk jarang
 mempengaruhi corak pertanian: pertanian di jawa umumnya
merupakan tanaman bahan pangan, berskala kecil, sedangkan
pertanian di luar jawa umumnya perupakan perkebunan,
kehutanan, berskala lebih luas.
7. Pertanian rawa, pertanian darat/kering, pertanian beririgasi/basah
• Daratan Indonesia terbagi menjadi :
• tanah rawa yaitu lahan yang tergenang sepanjang masa,
• lahan kering yaitu lahan yang tidak mendapat air irigasi, dan
• pertanian basah yaitu lahan yang beririgasi.
8. Pertanian / tanah sawah beririgasi, tadah hujan, sawah lebak,
sawah pasang surut
• Penggolongan ini adalah penggolongan lahan yang ditanami padi.




Sawah yang beririgasi bersumberkan bendung sungai, dam/waduk,
mata air, dll.
Berdasarkan fasilitas teknisnya dibagi menjadi irigasi teknis,
setengah teknis, dan sederhana.
Lahan/sawah tadah hujan sebenarnya juga mempunyai saluran
irigasi tetapi sumber airnya berasal dari air hujan.
Sawah lebak mendapat air terus menerus sepanjang masa.
Sawah pasang surut mendapat air dari air sungai yang pasang
karena air laut yang sedang pasang, sering juga terdapat saluran
irigasi.
II. PERANAN PERTANIAN
DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
2.1 Luas lahan pertanian
• Sebagian besar lahan di Indonesia digunakan untuk pertanian baik
pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan
kehutanan. Oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara agraris.
2.2 Jumlah penduduk di sektor pertanian
• Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian : 45 % (1996),
menurun menjadi 42% (2009)
 Saat krisis (1999) meningkat menjadi 50 %. Tahun 2002 turun kembali
menjadi 47%.
 Serapan tenaga kerja pertanian : 34 juta (1985) , 42 juta (1992), turun
menjadi 40 juta (1993), dan turun lagi menjadi 37,5 juta (1994).
Namun masa krisis tahun 1998 naik lagi menjadi 64,4 juta orang.
2.3. Pendapatan nasional
• Sumbangan sektor pertanian terhadap pendapatan nasional sekitar
16,9% tahun 1998 (sekitar Rp 167 trilyun).
• Secara absolut peranan tersebut mengalami kenaikan tetapi secara
relatif mengalami penurunan.
• Pada awal Pelita I PDB dari sektor pertanian Rp 24,9 trilyun (37,9 %).
Pada tahun 2009, pertanian memberikan 14% pendapatan nasional.
2.4 Produksi pangan domestik
• Pertanian menghasilkan bahan kebutuhan pokok (pangan, sandang,
dan papan). Sebagai penghasil pangan, pertanian belum ada yang
menggantikan sehingga dalam keadaan darurat atau perang,
peranan pertanian sangat strategis.
2.5 Penghasil devisa
• Komoditi-komoditi perkebunan, kehutanan, perikanan dan sebagian
tanaman pangan dan peternakan merupakan komoditas ekspor
penghasil devisa. Nilai ekspor pertanian tahun 1984 sebesar US$
2,5 miliar meningkat menjadi US$ 7,1 miliar.
2.6 Mempunyai efek multiplier yang besar
2.7 memberi pasokan kepada industri pertanian
2.8 sebagai pasar industri
III. KARAKTERISTIK USAHA
DI BIDANG PERTANIAN
3.1. Adanya jarak waktu antara mulai investasi dengan penerimaan
hasil yang lama, karena proses produksi pertanian memerlukan
waktu lama

Pada tanaman padi misalnya perlu waktu 3-4 bulan baru bisa
menghasilkan. Pada tanaman perkebunan dan buah-buahan
perlu waktu 4-8 tahun. Keadaan ini akan mempengaruhi tingkat
resiko usaha, tingkat pengembalian modal. Resiko usaha bisa
berupa resiko fisik dan pasar. Resiko fisik berarti kemungkinan
kegagalan panen atau pengurangan panen yang disebabkan
bermacam-macam faktor seperti banjir, kekeringan, hama dan
penyakit, dan bencana lainnya. Resiko pasar bisa berupa terjual
produknya dengan harga murah atau tidak ada pembeli..
 Kalau hasilnya lama baru diperoleh akan menurunkan nilai kini
hasil tersebut. Karena waktu mempunyai nilai, semakin lama
nilainya makin kecil. Faktor penyetaraan nilai tahun tertentu
dengan nilai kini disebut faktor diskonto.
3.2. Merupakan pertanian rakyat
Sebagian besar pertanian Indonesia merupakan pertanian
rakyat.
 Ciri-ciri pertanian rakyat : 1] skala usaha kecil, rata-rata
penguasaan lahan pertanian hanya sekitar 0,5 hektar, 2] tidak
ada pembedaan antara usaha dan rumahtangga, misalnya rumah
yang sekaligus merupan gudang, kandang ternak, keuangan
usaha dan rumah tangga tercampur, 3] manajemennya tidak
profesional.

3.3. Bersifat ekstensif

Pertanian membutuhkan lahan yang luas. Keadaan ini
berimplikasi
bahwa lahan di kota pasti kalah bersaing dengan kegunaan
usaha lain.
3.4. Hasil pertanian sukar dikuasai

Proses produksi pertanian banyak ditentukan oleh alam,
sehingga
jumlah dan kualitas hasilnya sering tidak bisa dikuasai. Keadaan
ini mengakibatkan perlunya proses sortasi dalam penanganan
pascapanen.
3.5. Spesialisasi dalam pertanian sukar diterima
 Spesialisasi dapat dibedakan menjadi spesialisasi produksi dan
tenaga kerja.
 Spesialisasi produksi berarti menghasilkan satu macam produk,
karena pertanian beresiko tinggi maka tidak banyak petani yang
melakukannya.
 Spesialisasi tenaga kerja banyak dilakukan di pabrik atau industri,
tetapi tidak berlaku di pertanian. Umumnya tenaga kerja dapat
bekerja pada beberapa pekerjaan. Tetapi ada kebiasaan di
masyarakat tertentu yang pekerjaannya berdasarkan jenis kelamin,
misalnya wanita bekerja di penyiangan, panen, sedang laki-laki
bekerja mencangkul, sopir traktor dan pekerjaan yang relatif berat.
3.6. Harga hasil pertanian selalu berfluktuasi
 fluktuasi jangka panjang= trend




fluktuasi siklus: siklus ekonomi dan produksi
siklus stabil, konvergen dan divergen
fluktuasi musiman
fluktuasi jangka sangat pendek
IV. PRINSIP EKONOMI PRODUKSI
PERTANIAN
4.1 Usahatani

Usahatani adalah suatu tempat atau bagian dari permukaan
bumi tempat pertanian diselenggarakan oleh seorang petani
tertentu sebagai seorang pemilik / penyakap ataupun manager
yang digaji. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau
memelihara ternak (Mosher 1966)

Untuk menghitung perolehan usahatani digunakan konsep
keuntungan dan pendapatan petani.
 Laba = penerimaan – semua biaya yang diperhitungkan (termasuk
tenaga kerja keluarga, penyusutan, dll.)
 Pendapatan petani = penerimaan – biaya kas yang dikeluarkan (tidak
termasuk nilai biaya keluarga, penyusutan, dll.)
4.2. Fungsi produksi pertanian

Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menghubungkan
antara produksi yang dihasilkan dengan faktor produksi.
Y = f(X1, X2,...Xn). Bila faktor produksinya satu Y=f(X) bisa
digambarkan dalam grafik sbb.:
Biaya dan pendapatan UP
No keterangan
Rp
1
Modal investasi
A
2
Penerimaan: penjualan+konsumsi
B
3.
Biaya luar/yg dibayar
C
4
Bunga kredit luar
D =r x C
5
Biaya menghasilkan
E=C+D
6
Pendapatan petani
F=B-E=B-C-D
7
Bunga modal sendiri
G=r x A
8
Pendapatan tenaga kerja kel
Pdptn tkk per hko
H=F-G
H/hko
9
Tng kerja kel
I
10 keuntungan
J=H-I=F-G-I
Contoh perhitungan pendapatan
petani dan keuntungan, Rp/ha
Usahatani kel
perusahaan
6.250.000,-
6.250.000,-
saprodi
500.000,-
500.000,-
sewa tanah sendiri
-
1.000.000,-
pbb/pajak
150.000,-
150.000,-
tng kerja kel
-
750.000,-
lain2
100.000,-
100.000,-
tng kerja luar
1.500.000,-
1.500.000,-
Nilai prod 50 ku
Biaya
bunga sendiri
225.000,-
bunga luar
160.000,-
160.000,-
jumlah biaya
2.410.000,-*
4.385.000,-
Pendapatan ptn
3.840.000,-
keuntungan
1.875.000,-
 MP=marginal product= produksi marjinal
dY/dX=∆Y/∆X= (Y2-Y1)/(X2-X1)
 Secara grafis MP=slope garis singgung fungsi produksi
 AP=average product+=produksi rata-rata= Y/X = (Y2Y1)/(X2-X1)
 Secara grafis, AP adalah slope garis dari O (titik awal) ke titik
pada fungsi produksi
titik
Gambar 1/atas
Gambar2/bawah
A
Titik belok
MP max
B
Slope grs O ke f.prod max
AP max, AP=MP
C
Prod max
MP=0
 Fungsi Produksi Neoklasik
 Suatu fungsi produksi yg menggambarkan hubungan antara input
dan output, mulai dari tanpa input lalu ditambah sampai jumlahnya
banyak, outputnya akan naik dg tingkat kenaikan yg semakin
meningkat, sampai titik tertentu (ttk belok), kemudian naik dg
tingkat kenaikan yg semakin berkurang, produksi mencapai
maksimum dan lalu turun.
 Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang
 Produksi marginal, produksi rata-rata.
 Elastisitas produksi=%∆Y/%∆X=(∆Y/Y)(∆X/X)=(∆Y/∆X)/(Y/X)
=MP/AP
 Membagi fungsi produksi menjadi 3 tahap:
 1. tahap 1, Ep>1, tahap irrasional
 2. tahap 2, 1>Ep>0, atau 0<Ep<1, tahap rasional
 3. tahap 3, Ep<0, tahap irrasional
.
4.3. Efisiensi

Efisiensi produksi berarti maksimisasi perbandingan output
dan input. Efisiensi teknis, output dan input diukur dengan unit
fisik. Ini terjadi pada Average Product (AP) maksimum. Pada saat
itu AP=MP (Marginal Product.) Efisiensi harga/ alokatif berarti
dicapai pada keuntungan maksimum. Ini dicapai pada saat nilai
produksi marginal (MVP) = harga input (v) atau MP = v/p, dimana
p = harga output.
 Jadi ada tingkat penggunaan input yang menghasilkan rasio Y/X
maks, Laba maks dan produksi maks
4.4. Optimasi dan maksimisasi

Jika diketahui fungsi produksi dan harga, maka dapat dicari
tingkat input dan produksi optimal, artinya yang menghasilkan
keuntungan maksimal.
  = p y - v x
  maximum, bila d/dx = 0,
 dan d(d/dx)/dx < 0
 Produksi maksimal
 Y= f(X), Y maks, bila dY/dX=0 dan d2Y/dX2<0
 
 Contoh : fungsi produksi: y= 10X-X2 dan Y= 10X0,5, harga y (p)= Rp
10/unit dan harga X (v)= Rp 6/unit. Berapa produksi maksimal,
input optimal, produksi optimal, dan laba maksimal ?
4.5. Pengaruh Teknologi Baru

Teknologi akan meningkatkan produksi
 Contoh teknologi baru adalah teknomogi mekanis (pemakaian
traktor); teknologi kimia (pupuk, pestisida); teknologi biologi (bibit
hibrida, penggunaan legin, dll.)
Gambar : Pengaruh teknologi terhadap produksi
4.6 Fungsi Permintaan Input
Merupakan fungsi yang menggambarkan hubungan antara
permintaan input dengan faktor yang mempengaruhi
seperti harga produk, harga input dll.
Umumnya semakin tinggi harga output, permintaan input
semakin tinggi
Kurva permintaan input diturunkan dari kurva NPM dibawah
NPR maks.
4.7 Fungsi Biaya
 Biaya = biaya variabel dan biaya tetap
= BV + BT
= f(Q) + BT
 Jangka waktu
 LR= long run = jangka panjang: semua biaya diperlakukan sebagai
biaya variabel
 SR= short run =jangka pendek: sebagian biaya merupakan biaya
variabel, sebagian lainnya merupakan biaya tetap.
 VSR= very short run= jangka sangat pendek: semua biaya
merupakan biaya tetap.
 AC = average cost =biaya rata-rata
 AVC = average variable cost = biaya variabel rata-rata
 MC = marginal cost = biaya marginal
 Dalam gambar:
 AC slope garis dari titik o ke fungsi biaya
 AVC=slope garis dari titik o ke fungsi biaya variabel
 MC= slope garis singgung fungsi biaya
4.8 Fungsi Penawaran Produk
 Kurva MC diatas AVC minimum= kurva supply
 Laba maksimum dicapai pada saat MC = p, persamaan ini
menghasilkan persamaan penawaran, dimana Qs=f(P).
4.9 Fungsi Produksi dengan 2 atau Lebih Input
 Variabel : isoquant, expantion path, isocline, ridgeline,
pseudoscale
line
 Isoquant : garis yang menghubungkan titik-titik kombinasi
penggunaan input X1 dan X2 yang
menghasilkan
jumlah produksi yang sama.
 MRTSx1x2 = besarnya input X2 yang harus dikurangi, bila X1
ditambah i unit agar produksinya masih tetap.
 Isocost : garis yang menghubungkan kombinasi input X1 dan X2
yang bernilai biaya yang sama.
V. FAKTOR PRODUKSI PERTANIAN
5.1. Tanah
 Kontribusi tanah pada produksi dipengaruhi oleh luas dan
kesuburan. Kesuburan dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia tanah.
 Sebagai modal, tanah mempunyai karakteristik:
1. jumlah tidak dapat ditambah
2. Tanah merupakan modal tidak bergerak
3. tidak memerlukan penyusutan
5.2. Tenaga kerja
 Pengaruh tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas serta
pengalaman, berdasar sumbernya dibagi menjadi tenaga keluarga
dan luar keluarga.
5.3. Modal
 Modal adalah barang atau uang yang bersama dengan faktor
produksi lain (tanah dan tenaga kerja) menghasilkan barang baru.
 Macam modal
1. berdasar bisa dilihat tidaknya : tangible dan non tangible,
misalnya human investment
2. dari sumbernya : equity capital dan debt capital
3. dari manfaat: private capital (hanya memberi manfaat
manfaat banyak
kepada investor) ,dan social capital (memberi
orang) misalnya jalan dan irigasi.
5.4. Manajemen
 Manajemen adalah ilmu dan seni untuk mengelola (merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan dan mengendalikan) suatu usaha
guna memperoleh keuntungan.
 Menurut Dun & street, 88% kegagalan bisnis disebabkan oleh
manajemen yang tidak efektif.
5.5. Masalah tanah garapan

Hubungan petani dengan lahannya
Bentuk hubungan antara petani dengan lahan garapan dapat
digolongkan menjadi 3 macam: petani pemilik penggarap, petani
penyewa, dan petani penyakap.
 Pengaruh status petani terhadap kinerja usahatani
 latar belakang petani:
petani pemilik penggarap adalah petani tradisional. Penyakap
juga merupakan petani tradisional yang kurang mampu, sudah
terbiasa menggarap lahan untuk usahatani tetapi mungkin
kurang profesional. Petani penyewa umumnya lebih profesional,
karena sudah memperhitungkan untung rugi.
 jangka waktu / time horizon :
petani pemilik penggarap jangka waktunya tak terbatas, sedang
penyewa terbatas pada kontrak sewa menyewa. Penyakap
waktunya tidak ditentukan tetapi mudah dihentikan
penggarapannya.
 kinerja usahatani : kendala /insentif ekonomi
 Penyewa mengeluarkan uang lebih banyak. Ini bisa
membatasi bisa tidak, tergantung kemampuan dan
tersedianya kredit. Untuk penyakapan tergantung perjanjian
bagi hasil dan pembebanan biaya.
 Menurut UUPBH 1960 hasil dan biaya dibagi dua, tetapi
prakteknya tidak demikian. Dalam praktek ada yang hasilnya
dibagi dua, biayanya seluruhnya ditanggung penyakap.

Perpecahan dan pemencaran tanah garapan
 Perpecahan tanah disebabkan karena : warisan dan penjualan
tanah /penyewaan /penyakapan. Mengecilnya lahan bisa
berpengaruh terhadap efisiensi usahatani dan daya tawar /daya
saing petani serta kesejahteraan.
 Pemencaran lahan disebabkan karena perkawinan /warisan,
pembelian lahan, penyewaan, penyakapan. Pemencaran
berpengaruh pada efisiensi usahatani dan keterbatasan strategi
agribisnis.
 Harga tanah
 Harga tanah dipengaruhi oleh : lokasi, kesuburan, topografi,




kemiringan,kelangkaan lahan, penggunaan lahan dan
kontribusinya terhadap nilai produksi.
Lokasi yang dimaksud adalah jaraknya terhadap pasar, terhadap
jalan raya, terhadap fasilitas irigasi
Kontribusinya terhadap nilai produksi dipengaruhi oleh
kesuburan lahan, kemiringan lahan, tinggi tempat, iklim/cuaca,
jenis komoditas, harga produk, harga input usahatani, teknologi,
dll.
Penggunaan lahan misalnya untuk industri, perumahan,
pertanian dll.
Kelangkaan lahan dipengaruhi oleh demand dan supply.
5.6. Masalah pengangguran dan ketenagaan kerja
 Pengangguran (terbuka): bila seseorang sedang mencari
pekerjaan dan belum mendapatkan pekerjaaan.
 Pengangguran tersamar: kelihatan bekerja tetapi tidak penuh.
Penyebabnya:
1. kelebihan tenaga kerja atau zero marginal productivity.
2. under employment, seseorang yang bekerja dibawah
kapasitasnya, misalnya seorang sarjana yang
menjadi buruh
tani
3. musiman, kerja kalau musim sibuk, tidak bekerja bila tanaman
tidak memerlukan.
5.7. Masalah kredit
 Kredit adalah penyedian uang atau tagihan-tagihan yang dapat
disamakan dengan itu berdasar persetujuan pinjam meminjam
antara bank dengan fihak lain dalam hal mana fihak peminjam
berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.
 Unsur penting dalam perkreditan:




unsur
unsur
unsur
unsur
kepercayaan
waktu
resiko
prestasi
 Jenis kredit:
 Berdasar tujuan penggunaan kredit : kredit produksi dan
konsumsi.
 Berdasar sifat pembiayaan : kredit eksploitasi dan investasi
 Berdasar waktu pengembalian : kredit jangka pendek,
menengah, dan jangka panjang
 Berdasar akibat penggunaan : kredit statis dan dinamis
 Masalah bunga
 Pertanian mempunyai karakteristik tertentu sehingga
perkreditan pertanian memerlukan bunga yang murah, ada
grace periode, waktu panjang, kelonggaran atau asuransi,
bimbingan atau pendampingan, dll.
 Bunga kredit dipengaruhi: biaya administrasi, biaya modal,
inflasi, resiko, dan jangka waktu pengembalian.
 Mengapa petani perlu kredit…. ?
 untuk membiayai usahataninya
 untuk membiayai pemasaran
 pembiayaan konsumsi
 pembiayaan kegiatan social
VI. PERMINTAAN DAN PENAWARAN
HASIL PERTANIAN
6.1. Permintaan hasil pertanian

Permintaan hasil pertanian merupakan hubungan antara
jumlah barang hasil pertanian yang akan dan mau dibeli oleh
konsumen dan harga hasil pertanian tersebut
 Permintaan hasil pertanian dapat dinyatakan sebagai kurva,
persamaan, atau tabel permintaan
 Fungsi permintaan adalah suatu fungsi yang menggambarkan
hubungan antara jumlah barang yang mau dan mampu dibeli
konsumen dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
hasil pertanian tersebut.
 dalam persamaan matematika :
Q = f(P, Ps, Pk, I, T, S)
P= harga, Ps = harga barang substitusi, Pk = harga barang
komplementer, I = pendapatan konsumen, T = selera dan cita rasa
konsumen, S = musiman
 Harga barang mempengaruhi jumlah permintaan, untuk hampir
semua barang (barang inferior, normal dan mewah, selain giffen
goods, hubungan antara harga barang dan jumlah permintaan
digambarkan mengikuti hukum permintaan, yaitu bila harga
barang naik, maka jumlah permintaannya berkurang dan
sebaliknya bila harga menurun, maka permintaan barang tersebut
akan naik
 Pada giffen goods berlaku sebaliknya, yaitu: bila harga barang naik
maka jumlah permintannya akan naik dan bila harga barang turun,
maka jumlah permintaannya akan turun. Contoh : barang/jasa
yang informasinya kurang jelas seperti film di bioskop dan barang
yang rendah nilai sosialnya misalnya gaplek.
 Harga barang substitusi mempengaruhi jumlah permintaan
barang, bila harga barang substitusi naik maka jumlah permintaan
barang akan naik.
 Hal ini disebabkan karena konsumen akan mengganti konsumsinya
pada barang lain yang lebih murah, atau paling tidak mengurangi
konsumsi barang yang harganya naik dan menambah konsumsi
barang yang harganya turun.
 Harga barang komplementer. Bila harga barang komplementer
naik maka jumlah permintaan barang akan mengalami penurunan,
karena konsumsi barang yang kita bicarakan dikonsumsi
konsumen bersama-sama dengan barang komplementer, sehingga
penurunan konsumsi barang komplementer juga berakibat sama
dengan barang tersebut.

Pendapatan konsumen. Untuk barang normal dan mewah,
kenaikan pendapatan konsumen akan meningkatkan jumlah
permintan barang, demikian sebaliknya bila pendapatan konsumen
turun, maka jumlah permintaan konsumen akan turun. tetapi
untuk barang inferior dan giffen goods, bila pendapatan konsumen
naik akan menurunkan jumlah permintaan barang dan sebaliknya
bila pendapatan konsumen turun, maka jumlah permintaan barang
akan naik.

Cita rasa dan selera konsumen . Bila cita rasa dan selera
konsumen naik maka jumlah permintaannya juga akan naik. selera
dan citasara konsumen Indonesia akan beras lebih tinggi daripada
orang barat, maka permintaan beras orang Indonesia lebih tinggi
dibandingkan permintaan orang barat.

demikian sebaliknya citarsa dan selera orang barat terhadap
gandum dan kentang lebih tinggi daripada orang Indonesia,
sehingga jumlah permintaan gandum dan kentang orang barat
lebih tinggi daripada orang Indonesia.
 Musim. Di musim kemarau permintaan es krim lebih tinggi
daripada di musim hujan. Untuk orang barat, di musim dingin,
permintaan bir lebih tinggi dibandingkan di musim panas.

Elastisitas. Untuk mengukur respon permintaan terhadap
reaksi perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
diukur dengan elastisitas permintaan. faktor-faktor yang diukur
responnya biasanya adalah harga (Elastisitas permintaan terhadap
harga), harga barang lain (Elastisitas permintaan harga silang),
pendapatan (elastisitas permintaan terhadap pendapatan).
 Elastisitas permintaan terhadap harga adalah perbandingan antara
prosentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan
prosentase perubahan harga barang.
Edp = (Q/ Q)/(P/P)
 Elastisitas permintaan terhadap harga silang adalah perbandingan
antara prosentase perubahan barang yang diminta dengan
prosentase perubahan harga barang lain.
Edps = (Q/Q)/(Ps/Ps)
 Elastisitas permintaan terhadap pendapatan adalah perbandingan
antara prosentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan
prosentase perubahan pendapatan konsumen.
Edi = (Q/Q)/(I/I)
 Elastisitas tersebut bisa diukur dengan elastisitas titik atau busur
(dua titik).

E >

E =

E <
Elastisitas bisa dikelompokan kedalam 3 kriteria yaitu:
1 berarti elastis
1 elastisitas satu (unitary elasticity)
1 inelastis
6.2. Penawaran hasil pertanian

Penawaran adalah suatu hubungan antara jumlah barang
yang ditawarkan dengan harga barang. Penawaran ini dapat
digambarkan dalam grafik, persamaan dan tabel.
 Fungsi penawaran adalah suatu fungsi yang menggambarkan
hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan (Qs) dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaran barang adalah harga (P), harga input
(Pi), teknologi (T), musim (S) dll.
 Persamaan fungsi penawaran adalah :
Qs = f(P,Pi,T,S)
 Harga barang. Kenaikan harga barang akan meningkatkan
penawaran barang dan sebaliknya bila harga turun akan
menurunkan jumlah penawaran. Pengaruh ini bisa dinyatakan
dengan elastisitas penawaran terhadap harga:
Esp = (Qs/Qs)/(P/P)

Harga input. Bila harga input naik, maka jumlah barang yang
ditawarkan akan turun dan sebaliknya bila harga input turun,
maka jumlah barang yang ditawarkan akan naik. Pengaruh ini bisa
dinyatakan dalam elastisitas penawaran terhadap harga input:
Espi = (Qs/Qs)/(Pi/Pi)
 Teknologi
Bila tersedia teknologi yang semakin maju, akan meningkatkan
jumlah penawaran. Didalam pertanian teknologi bisa berupa
teknologi fisik/mekanis, kimia, biologi, dll.

Musim
Pengaruh musim terhadap penawaran sudah jelas, bila sedang
musim maka akan tersedia banyak barang yang ditawarkan.
6.3. Keseimbangan pasar dan perubahan harga

Keseimbangan pasar terjadi bila jumlah permintaan sama
dengan jumlah penawaran. Dalam keseimbangan terdapat harga dan
jumlah barang keseimbangan. Keseimbangan harga dan jumlah
barang akan berubah bila kurva penawaran dan permintaan berubah.
6.4. Margin pemasaran, permintaan turunan dan penawaran
turunan

Margin pemasaran adalah perbedaan antara harga eceran
dengan harga di tingkat petani. namun demikian margin pemasaran
dapat diukur pada masing-masing tingkat pada saluran pemasaran.
harga di tingkat eceran merupakan pertemuan antara penawaran
turunan dengan permintaan primer. Permintaan primer adalah
permintaan yang dilakukan oleh konsumen akhir, sedangkan
penawaran turunan adalah penawaran yang dilakukan oleh pedagang
eceran yang merupakan wakil produsen untuk berhadapan dengan
konsumen akhir. Harga produsen merupakan pertemuan antara
permintaan turunan dengan penawaran primer. Permintaan turunan
adalah permintaan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul sebagai
wakil dari konsumen akhir. Sedangkan penawaran primer adalah
penawaran yang dilakukan oleh produsen langsung.
VII. PEMASARAN HASIL PERTANIAN
 7.1. Peranan dan Fungsi Pemasaran










Peranan pemasaran adalah membantu menjembatani antara
kepentingan konsumen dg produsen yg berlawanan. Fungsi
pemasaran adalah:
Pertukaran : pembelian
penjualan
Fisik: pengolahan
pengangkutan
penyimpanan
Penunjang: - pendanaan
-penanggungan resiko
-grading dan standarisasi
-informasi pasar
 7.2. Kegunaan Pemasaran

Kegunaan pasar dapat dibedakan menjadi:

kegunaan bentuk

kegunaan tempat

kegunaan waktu

kegunaan kepemilikan

kegunaan informasi
 7.3. Pendekatan mempelajari pemasaran

Pemasaran dapat dipelajari dengan beberapa pendekatan:

pendekatan komoditi

pendekatan kelembagaan

pendekatan input -output

pendekatan sistem
7.4. Efisiensi pemasaran

Efisiensi pemasaran merupakan perbandingan antara output
pemasaran dengan input pemasaran. Output bisa berupa kepuasan
konsumen, sedangkan input merupakan masukan yang digunakan
dalam proses pemasaran. Efisiensi ini bisa berupa fisik maupun
finansial.
Menurut Mubyarto: eff pemsrn terjadi bila:
1. mampu memberikan keuntungan yg adil bagi pelaku pemasaran
2. mampu membawa barang ke konsumen dg harga semurah^2 nya.
 Indikator efisiensi berupa:
1. Margin pemasaran

Makin kecil margin pemasaran makin efisien
2. harga di tingkat konsumen

Makin murah harga yang diterima konsumen akhir, makin
efisien.
3. Tingkat kompetisi

Makin kompetitif struktur pasarnya, makin efisien. Struktur
pasar yang paling efisien adalah struktur pasar persaingan
sempurna.
 4. Banyaknya fasilitas pemasaran

makin banyak fasilitas pemasaran makin efisien
pemasarannya.

7.5. Manajemen Pemasaran

Rencana pemasaran strategis terdiri dari keputusankeputusan:
 1. Keputusan pasar secara menyeluruh. Keputusan ini bisa terdiri
dari :

Identifikasi pasar target dan kebutuhan konsumen

Keadaan lingkungan pasar yang bersaing
 2. Keputusan produk, yaitu keputusan untuk menentukan lini
produk.
 3. Keputusan harga, yaitu berupa cara-cara penentuan harga
barang, antara lain berupa:

penentuan harga cost-plus

penentuan harga mark-up

penentuan harga psichologis

penentuan harga penetrasi

penentuan harga pasar berjenjang
 4. Keputusan tempat, outlet dan distribusi saluran pemasaran
 5. Keputusan promosi
VIII. KEBIJAKAN PERTANIAN
8.1. Pengertian

Kebijakan pertanian sering disebut pula politik pertanian
merupakan salah satu kegiatan pemerintah untuk masyarakat
yang ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup, kesempatan
ekonomi petani dan kehidupan pedesaan.
8.2. Kebijakan harga
1. Harga dasar
Harga dasar merupakan harga minimum yang harus terjadi di
tingkat petani, agar petani mendapatkan harga yang layak
sehingga petani terangsang untuk selalu meningkatkan produksi.
Kebijakan ini diberikan mengingat harga yang terjadi di pedesaan
sangat rendah terutama pada saat panen. karena petani
kebanyakan miskin, sehingga pada waktu panen ada
kecenderungan petani menjual sebagian besar hasil panen untuk
mencukupi kebutuhannya, sehingga jumlah penawaran hasil
panen berlimpah, menyebabkan harga rendah.
2. harga atap

Harga atap adalah harga maksimum yang harus terjadi agar
konsumen dapat mengkonsumsi komoditas tersebut. Keadaan ini
terjadi pada saat paceklik, karena persediaan komoditas tersebut
kurang, sedangkan konsumsi jalan terus. Kebijakan harga atap ini
bertujuan untuk melindungi konsumen.
3. Buffer stock

Ada bermacam-macam tujuan buffer stock yang sesuai
dengan namanya:
 a. Market operation stock, yaitu cadangan beras untuk keperluan
operasi pasar, yaitu untuk menjalankan kebijakan harga dasar dan
atap.
 b. Emergency stock, yaitu cadangan beras untuk keperluan
bantuan kepada masyarakat bila terjadi musibah.
 c. Commitment stock, yaitu cadangan beras untuk penyaluran
golongan anggaran termasuk pegawai negeri, pegawai BUMN,
tentara.
 d. carry over stock, yaitu cadangan yang akan digunakan untuk
kebutuhan masa mendatang (ganti tahun).
4. tarif bea masuk

Tarif bea masuk impor selain mendatangkan pendapatan bagi
pemerintah, sekaligus bisa dimanfaatkan untuk melindungi
produsen dalam negeri. akibat adanya tarif bea masuk, harga
produk tersebut menjadi naik.
5. Pajak ekspor

Pajak ekspor selain juga mendatangkan pendapatan bagi
pemerintah juga berfungsi untuk melindungi industri dalam negeri
yang menggunakan bahan baku produk tersebut. dengan adanya
pajak ekspor, maka harga produk dalam negeri menjadi lebih
murah, sehinga menguntungkan pengguna bahan baku tersebut.
 6. Pembatasan produksi
 7. Pembayaran langsung
8.3. Kebijakan struktural

Kebijakan struktural berupa kebijakan pertanahan, pola dan
tata tanam serta kebijakan tentang infrastruktur. Kebijakan
pertanahan bertujuan untuk menata luas pengusahaan dan
pemilikan lahan. Kebijakan ini bisa berupa agrarian reform yang
meliputi:

1. perubahan sistem pemilikan dan penguasaan tanah

2. perubahan dalam sistem penggunaan tanah

3. perubahan tentang hukum agraria nasional
 Menurut Mosher (1969), struktur pedesaan yang modern terdiri
dari:

1. tersedianya pasar tempat menjual hasil produksi dan
membeli sarana produksi dan peralatan pertanian.

2. jalan-jalan desa yang cukup memadai

3. tempat-tempat percobaan guna melakukan verifikasi lokal

4. Perangkat penyuluhan, tempat petani belajar dan bertanya
tentang teknologi baru

5. fasilitas perkreditan guna menunjang penggunaan
teknologi baru.
8.4. Kebijakan pemasaran

kebijakan pemasaran menitik beratkan pada pengaturan
sistem pemasaran beserta lembaga-lembaganya, sehingga tercipta
sistem pemasaran yang efisien dan efektif agar petani mempunyai
daya saing yang tinggi.
IX. PEMBANGUNAN PERTANIAN

1.
2.
3.
4.
5.
Perubahan dalam pendekatan kebijakan pembangunan
pertanian yang dilakukan oleh Kabinet Persatuan Nasional:
Perubahan penekatan perencanaan dari dominasi perencanaan
terpusat menjadi lebih terdesentralisasi, dalam upaya menjamin
pembangunan partisipasif, optimasi pemanfaatan sumberdaya
yang beragam dan mencapai pembangunan daerah yang lebih
merata.
Perubahan orientasi pembangunan dari pendekatan peningkatan
produksi menjadi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
petani.
Perubahan dari penekanan pada upaya menghasilkan produk
tanaman primer mengarah pada produk-produk olahan yang
dapat menciptakan nilai tambah bagi masyarakat pedesaan,
melalui pengembangan agribisnis di pedesaan.
Perubahan dari pemanfaatan teknologi padat karya untuk
menciptakan kesempatan kerja mengarah pada penerapan
teknologi padat modal ddan mekanisasi pertanian dalam upaya
untuk mencapai efisiensi usaha dan daya saing komoditas.
Perubahan dari dominasi peran pemerintah dalam pelaksanaan
pembangunan menjadi pada semakin besarnya peran
masyarakat dan swasta mulai dari perencanaan sampai pada
implementasinya.
X. KOPERASI PERTANIAN
Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak
sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi
yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama
berdasar atas azas kekeluargaan.

Macam-macam koperasi:
-koperasi produksi
-koperasi pemasaran
-koperasi simpan pinjam
Sejarah koperasi dunia.
 Jejak-jejak organisasi yang menyerupai koperasi pernah ada di
Mesir kuno kira-kira 3000 tahun SM.ada bekas ide koperasi
kebudayaan di Yunani, Romawi dan China. Koperasi pengusaha
tani pertama yang dilaporkan adalah koperasi para peternak sapi
perahan di Swiss, yang membuat keju secara koperatif pada abad
ke 13. orang-orang amerika berpengalaman dalam membentuk
koperasi. Benyamin Franklin membentuk gabungan asuransi
bersama (koperasi) pada tahun 1752. menjelang tahun 1800-an
hampir sebanyak 1000 koperasi usahatani terutama koperasi
peternak perahan di Amerika Serikat.



1.
2.
3.
4.
5.
6.
Banyak orang mengakui bahwa koperasi resmi pertama pada
jaman modern adalah ’perkumpulan para pelopor keadilan
Rochdale’ di Inggris tahun 1844. pada awalnya anggotanya
berjumlah 28 yang berusaha dalam pembelian perbekalan untuk
bisnis mereka. Walaupun perkumpulan tersebut bukan yang
pertama, tetapi prinsip-prinsip dasarnya telah berlaku sebagai
model bagi perkembangan sejumlah besar koperasi modern.
Prinsip-prinsip Rochdale
modal harus disediakan sendiri dan modal tersebut mendapat
suku bunga yang tetap.
koperasi hanya menyediakan bahan makanan yang paling pokok
dan yang dapat diperoleh kepada para anggota.
timbangan dan ukuran penuh harus diberikan.
harga pasar harus dibayar langsung, tidak ada kredit yang
diberikan atau diminta.
laba harus dibagi menurut perbandingan jumlah pembelian yang
dilakukan oleh setiap anggota.
prinsipnya setiap anggota mempunyai 1 suara yang menentukan
dan harus ada persamaan bagi semua jenis kelamin dalam
keanggotaan.
7.
8.
9.

a.
b.
manajemen harus dikelola oleh para pejabat dan komite/panitia
yang dipilih secara berkala.
persentase tertentu dari sisa hasil usaha harus disediakan bagi
pendidikan
perhitungan (laporan) keuangan dan neraca harus sering
disajikan kepada para anggota.
Pada tahun 1922 di Amerika Serikat terdapat Undang-undang
Capper-Volstead yang memberi kepastian hak-hak
pengusahatani untuk mengorganisasi pasar dan hasil secara
kolektif selama memenuhi syarat sebagai berikut:
asosiasi/koperasi menyelenggarakan sekurang-kurangnya
setengan dari bisnisnya dalam hubungan pasra anggotanya; dan
tidak ada anggota asosiasi yang mempunyai lebih dari satu hak
suara, atau asosiasi membatasi deviden tidak lebih dari 8 %.
Komoditas
Tan pangan
perkebunan
Sayuran dan buah
1. padi:
Adik supriyanti 12068
Rima indhirawati 12165
Arinda nur ivani 12132
Nadia ayu pitaloka 12046
Inung pinata r 11977
6 Tebu/gula:
NawangWulandari 12177
Wahyu Noviana Putri 11999
Amal wira nur hanafi 12164
Ricky dwi ardianto 11966
18. bunga:
Nurfiana Rahmawati 11982
Nindi Arista 12096
Vita Moenicasari 12145
Nur Fikri Fajri 12083
Mar’atus Shalikhah 12053
2. Jagung
Bernie 12193
Jayeng 12178
Khoiru 11922
Sulchan 12038
Syafril 12226
7. tembakau:
Isti Kanah 11934
Mira Ratnawati 12119
Nabila Dias F 12080
Punta Indratomo 12088
Rina Purwaningsih 12138
Cabe:
Aron 12172
Nendro Aryo K 12086
Hafit 12040
Muhammad rihan 12034
3. kedelai:
Alvitri wijayanti 12212
Gias desty C 12194
Nur indahsari 12118
Rifky choirus 12235
Reza fikri al fatah 12072
8 Kelapa sawit
Imam Nurhuda 11898
Mahfud 11918
Irfan Islami 12150
Brian Krisna H 11931
Durian:
Dhemas Adi Purwa 12131
Faidzin FItrah Al-Qodar 12179
Ganang Rudyanto 11927
Rivandi Pranandita Putra 12175
Sheptian Nur Caroko 11923
Komoditas
Tan pangan
perkebunan
Sayuran dan buah
4. Ubi Kayu
Nurul Hasanah 11971
Dian Kusumaningtyaz 12215
Paksi Mei Penggalin 11930
Umi Rahayu 11988
Citranurwinda Fitrinurani 12085
9. Kelapa
Puji Astuti 12082
Yudistira B 12015
Ahmad Suparmin 11981
Nur Kusumastuti 11975
16. Apel:
Rima Pratiwi 12176
Dian Alice Widara 12180
Windya Arini 11979
Lathifatul lailia 11938
Nila Reza 12213
5. Sagu
Bintang soma 11995
Endro Dwi S 11969
Hasya Budi K 12189
Mahendra Rudyanto 12205
10. Karet
Christine Agustamia 12221
Monica Lucky 12222
Hikmah Primasari 12078
Atik Rahmawati 11904
Kacang tanah
Sutan syahrir 11144
Wibisono 10878
Muh Rehan 12034
Fanani
11. coklat:
Risma Cahyani 12181
C . Dian K 12049
Devi A 12183
Aida K 11940
Aprilia W U 12157
17. Bwang merah
Siska Permata 11345
Anisa Wulan asri 11395
Gigin 11721
Komoditas
Tan perkebunan
perkebunan
perkebunan
12. Kopi
Dwi oktaviyanti 11950
Yohan farah m 12162
Wiwin widianingsih 11993
Zany kusuma P.12234
Noviany 11963
13. Teh
Eka Rizky W 11994
Sandy randawa 12110
Hildan Putranto 12209
15. Cengkeh:
Popon Hanafiah 12233
Nurkholipah 11945
Betty EkaW 11989
Heni Sulastri 12229
14. Lada
Dwi Ayu setyowati 12057
Dwi PanggahY 12036
Kinanti SO 11899
Fransisca NPP 12047
Download