Mata Kuliah / Materi Kuliah - Dinanovia

advertisement
Faktor Sosial Komunikasi Petani
Riyanti Isaskar, SP, M.Si
Lab of Agribusiness Analysis and Management,
Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
1. Faktor Sosial – Komunikasi Petani Dalam Berusahatani
Pendahuluan
Langkah-langkah yang diperlukan dalam mendorong peran
serta petani dalam penyediaan modal atau investasi untuk
pengembangan kegiatan usahatani antara lain memberikan
penyuluhan/informasi, insentif dan kondisi yang kondusif agar
petani mampu memanfaatkan sumber permodalan dan sumber
daya lainnya secara optimal.
TUJUAN KEGIATAN BELAJAR :
Setelah mempelajari bagian ini, Saudara diharapkan dapat:
 Mengerti dan Memahami Konsep Faktor Sosial –
Komunikasi Petani dalam Berusahatani
 Mengerti dan Memahami Proses Interaksi Sosial Ataupun
Komunikasi Dalam Berusahatani
7
SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT
(SPEED)
Modernisasi dan restrukturisasi produksi tanaman pangan yang
berwawasan agribisnis dan berorientasi pasar memerlukan
kemampuan manajemen usaha yang profesional. Oleh sebab itu,
kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu didorong
dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi,
pemanfaatan potensi pasar, serta pemupukan modal/investasi.
MODUL
Pengantar Usaha Tani
Brawijaya University
2012
Kondisi Petani
Usahatani di Jawa terutama, telah dicirikan dengan lahan sempit, sehingga
pendapatan yang diperoleh dari usahatani sangat kecil, petani dikawasan agropolitan
di Jatim (Kecamatan Senduro, Pasrujambe, Lumajang, Batu dan Kecamatan Pacet,
Mojokerto), umumnya juga dicirikan pemilikan lahan sawah, tegal atau pekarangan
yang sempit. Untuk menambah penghasilan keluarga, umumnya petani merangkap
bekerja di sektor jasa dan industri. Sebagai konsekuensinya,
setelah musim tanam selesai atau waktu tertentu, petani harus meninggalkan
usahataninya untuk bekerja di luar usahatani. Dengan melihat kondisi seperti diatas,
muncul sederetan pertanyaan mengenai masalah itu: siapakah yang mengurus
usahataninya sehari-hari?
Bagaimana produksi dan kualitas hasilnya jika usaha tidak ditunggui?
Bagaimana penerapan teknologi pada usahataninya? Apakah produknya dapat
bersaing pada era globalisasi saat ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, paling tidak
ada tiga hal yang harus diperbaiki, yaitu:
a. Inovasi Teknologi
Melalui inovasi teknologi, diyakini keuntungan usahatani persatuan luas
akan dapat terdongkrak, komoditas unggulan yang menggiurkan akan dapat
diciptakan. Akan tetapi, teknologi yang diintroduksi ke petani akan lebih disukai
jika teknologi tersebut mudah diaplikasikan, kurang intensif penanganannya,
tidak memerlukan pengamatan tiap hari dan tidak memerlukan kontrol terlalu
ketat. Teknologi semacam ini akan memberikan peluang bagi petani untuk dapat
meninggalkan usahtaninya, menyerahkan penanganannya pada orang lain
dengan hasil yang memuaskan.
Contoh: teknologi yang diterapkan untuk tanaman tebu. Setelah tanam
dan pemupukan, petani bisa meninggalkan usahataninya dan diserahkan orang
lain untuk mengelola. Dengan demikian petani bisa akan kembali lagi pada saat
panen. Jika teknologi yang tersedia justru mengharuskan petani selalu berada di
lahan (menunggui), maka manajemen usaha kelompok secara bertahap harus
dirubah, yaitu dari manajemen konvensional menjadi kooperatif (cooperative
farming) atau menjadi korporasi (corporate farming). Manajemen ini
memungkinkan anggota kelompok tidak mengelola penuh usahataninya. Akan
lebih manfaat lagi jika teknologi yang tersedia dapat memberikan nilai tambah
ekonomi bagi petani.
b. Manajemen usaha yang dilakukan kelompok
Manajemen “bakul sate” yang selama ini dijalani petani harus ditinggalkan,
yaitu manajemen yang mengharuskan petani selalu menungggui dan
mengerjakan usahataninya sendiri mulai dari hulu sampai hilir. Ada alternatif
manajemen usaha yang dapat dilakukan orang lain tanpa mengurangi jumlah
dan mutu hasil. Manajemen usaha yang dimaksud adalah manajemen kooperatif
dan korporasi. Manajemen korporasi merupakan alternatif karena punya
beberapa kelebihan, yaitu:
a. Pengambilan keputusan usaha harian dapat dilakukan secara cepat, sehingga
usahatani tanggap terhadap perubahan pasar dan harga.
b. Pengelolaan lahan, irigasi, dan teknik budidaya lainnya, dikelola oleh tim
manajer dibantu tenaga teknis, teknis lapangan terampil, sehingga
pengelolaan efisien.
c. Mobilisasi sumber daya pertanian (lahan, tenaga kerja dan modal) mudah,
karena sumber daya dikelola oleh tim manajer
d. Pembagian keuntungan yang dihasilkan dari jenis lahan, tenaga dan modal
sebagai saham anggota, berdasarkan perjanjian.
Page 2 of 6
Pengantar Usaha Tani
Brawijaya University
2012
Manajemen seperti ini akan sesuai untuk lingkungan perkotaan
(agropilitan) atau masyarakat urban yang mempunyai peluang kerja di sektor
jasa dan industri.
Kelompok tani yang belum menerapkan manajemen korporsi, secara
perlahan-lahan sebaiknya dapat memperbaiki manajemen usahanya dengan lebih
fokus pada faktor pengambilan keputusan usaha, pengelolaan sumber daya dan
pembagian keuntungan. Manajemen secara bertahap dirubah dari konvensional,
ke kooperatif dan akhirnya korporasi. Saat ini masih banyak kelompok tani yang
anggotanya merangkap kerja dibidang jasa dan industri, tetapi manjemen yang
diterapkan kelompok tani masih konvensional, sehingga hasilnya tidak
masksimal.
c. Metode penyuluhan
Metode penyuluhan juga harus diubah disesuaikan pola manajemen modal
yang diterapkan kelompok. Terdapat tiga metode penyuluhan, yaitu pendektan
personal, pendekatan kelompok dan pendekatan masal. Pada waktu lalu strategi
dititik beratkan [pada pendekatan missal dan kelompok karena pendektan
personal terlalu mahal. Dengan penerapn manajemen koperasi maka metode
pendekatan penyuluhan difokuskan pada pendekatan personal. Tim mnajer yang
hanya terdiri dri beberapa orang merupkan target penyuluhan.kebutuhan materi
pelatihan bgi anggot kelompok diganti dengan kebutuhan materi pelatihan bagi
tim mnajer. Materi pelatihn bagi tim difokuskan pada masalah manajemen ,
seperti pemasaran, analisiskeuangan, pengambilan keputusan, kewirausahaan,
dan lain-lain (Nugroho Pangarso, 2006).
Salah satu kesulitan sosialisasi inovasi teknologi antara lain adanya
keterbatasan sumber daya petani. Dengan kelompok koperasi, maka teknologi
dapat lebih mudah diadopsi. Teknologi yang disosialisasikan bisa mulai dari yang
mudah diapliklasikan sampai canggih, karena yang menerapkan teknologi adalah
tim manajer, bukan anggota kelompok tani.
Teknologi pertanian organik, teknologi kultur jaringan, dan teknologi
persilangan untuk memproduksi benih yang selama ini cukup sulit diajarkan pada
kelompok tani, mungkin akan lebih mudah diajarkan pada kelompok dengan
manajemen korponasi. Kesulitan utama menerapkan manajemen korporasi
bukan pada masalah faktor fisik (lahan, tenaga, modal), tetapi lebih pada faktor
psikologi, yaitu ketidakrelaan petani (anggota kelompok) untuk mengakui
kelebihan teman petani lain sebagai manajer usaha.
Masih banyak kegiatan dalam program revitalisasi yang harus
disempurnakan, antara lain seperti kelembagaan penyuluhan, system
penyuluhan dan penyusunan program penyuluhan, tetapi untuk teknologi,
manajemen usaha dan metode penyuluhan harus mulai dirintis dari sekarang.
Membuat rekayasa dan sinkronisasi ketiga unsur tersebut cukup dilakukan oleh
penyuluh yang dapat memotivasi dan diterima di kelompok binaannya.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MANAJEMEN USAHA TANI
Peningkatan produktifitas komoditi tanaman pangan dilakukan dengan
meningkatkan mutu intensifikasi yang dijalankan secara berkelanjutn dan efisien
guna meningkatkan daya saing, dengan tetap mengacu kepada kelestarian
lingkungan. Peningkatan produktifitas usahatani dilakukan dengan penerapan
teknologi maju dan alsin pertanian
Cara lain untuk meningkatkan usahatani adalah dengan perluasan areal
Page 3 of 6
Pengantar Usaha Tani
Brawijaya University
2012
tanam. Peningkatan Intensitas Pertanaman (PIP) baik dari intensitas pertanaman
(IP) 100 menjadi IP 200 maupun dari IP 200 menjadi IP 300 pada berbagai tipologi
lahan. Penambahan baku lahan (PBL) yang diupayakan melalui pemanfaatan lahanlahan potensial, terutama diluar Jawa.
Untuk meningkatkan produksi baik melalui peningkatan produktifitas maupun
perluasan areal tanam diperlukan penyebarluasan penerapan teknologi. Teknologi
yang diterapkan diarahkan yang bersifat lebih unggul, tepat guna, spesifik lokasi dan
berwawasan lingkungan. Teknologi yang disebarluaskan mencakup mulai dari
teknologi pra produksi, proses produksi, hingga pasca panen dan pengolahan hasil
dengan fokus antara lain: penggunaan varietas unggul bermutu, pemupukan
berimbang, efisiensi pemanfatan air, PHT, serta teknologi pengolahan hasil.
PENINGKATAN NILAI TAMBAH
Upaya pengembangan usaha yang mampu memberikan nilai tambah bagi
petani perlu terus ditingkatkan, sehingga petani dapat memasarkan produknya
bukan hanya dalam bentuk makanan mentah akan tetapi dalam bentuk olahan.
Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya antara lain:
a. Penerapan teknologi panen dan pasca panen yang tepat
b. Penyebarluasan teknologi pengolahan hasil
c. Pemasyarakatan penerapan standart mutu
d. Pemanfaatan peluang kredit
Sedangkan pengembangan sarana dan prasarana pertanian tanaman pangan
diarahkan untuk menjamin aksesbilitas guna mendukung keberhasilan upaya
peningkatan produktifitas, perluasan areal tanam. Termasuk pengolahan dan
pemasaran hasil, melalui paya-upaya antara lain sebagai berikut:

Peningkatan fasilitas penyediaan dan distribusi sarana produksi dilapangan untuk
menciptakan iklim yang kondusif dan berusahatani

Peningkatan efektivitas dan efisiensi koordinasi antar instansi terkait dalam
melakukan pengembangan sarana dan prasarana
Untuk pemasaran komoditi usahatani, dikembangkan dengan sistem
pemasaran yang efisien dan berorientasi pada kebutuhan konsumen melalui upayaupaya pengembangan kelembagaan informasi pemasaran, standarisasi dan mutu
produk, pengamanan harga, kemitraan usaha, serta promosi pemasaran.
PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
Upaya pemberdayaan petani diperlukan pengembangan kelembagaan baik
kelembagaan petani maupun pemerintah sebagai berikut:
 Pengembangan kelompok tani melalui peningkatan kemampuannya tidak
hanya dari aspek budidayanya saja namun juga aspek agribisnis secara
keseluruhan dan kemampuan bekerja sama sehingga dapat berkembang
menjadi kelompok usaha baik dalam bentuk koperasi maupun unit usaha
kecil mandiri dan tumbuh dari bawah.
 Peningkatan kualitas SDM, bantuan alat-alat prosessing, penyediaan kredit,
dan mengembangkan pola kemitran.
 Pengembangan usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) dengan memperkuat dan
melakukan pembinaan terhadap petugas, manajer, operator, dan petani
melalui peningkatan fasilitas perbengkelan, kerjasama dengan swasta,
pelayanan kredit dan pelatihan.
 Penguatan lembaga pemerintah seperti BPSB, BPTPH, balai benih maupun
Brigade proteksi sehingga dapat memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat terutama petani melalui upaya peningkatan profesionalisme
Page 4 of 6
Pengantar Usaha Tani
Brawijaya University
2012
terus operasional dan admisnistrasi, serta peningkatan kerja sama antar
petugas lapangan dan intansi terkait melalui forum konsultasi dan
konsolidasi.
(http://www.go.id/ditsentp/kebijakan/fokus-kebijakan.htm)
Penyuluhan pertanian sangat diperlukan dalam peningkatan usahatani. Akan
tetapi penyuluhan pertanian sebagai ujung tombak pembangunan pertanian akhirakhir ini terlihat lesu, revitalisasi kelembagaan penyuluhan perlu segera diwujudkan
sehigga kinerja penyuluhan dapat bangkit kembali.
Revitalisasi penyuluhan terutama diperlukan dalam hal pemasyarakatan
teknologi dan manajemen produksi, serta fasilitas aksesibilitas petani terhadap
pasar, permodalan, informasi serta sarana dan prasarana. Untuk itu agar penyuluhan
dapat efektif mendukung program pembangunan usahatani diperlukan upaya-upaya
koordinasi dan sinkronisasi, sosialisasi program pembangunan usahtani, serta
mengisi materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan program pembngunan
usahatani.
2. FAKTOR SOSIAL DAN KOMUNIKASI PETANI DALAM
BERUSAHATANI
Di dalam klasifikasi usahatani, ada pembagian kategori berdasarkan pola
usahatani, tipe usahatani, struktur usahatani, bentuk usahatani dan corak usahatani.
Dalam modul ini, akan ditekankan pada corak usahataninya karena sangat erat
hubungannya dengan faktor dan peran sosial yang dihadapi oleh seorang petani.
Corak usahatani diukur berdasarkan kriteria antara lain ; nilai umum (sikap dan
motivasi), tujuan produksi, pengambilan keputusan, tingkat tehnologi serta derajat
komersialisasi dari produksi dan input usahataninya, proporsi penggunaan faktor
produksi dan tingkat keuntungan (yang akan dibahas di bagian lain),
pendayagunaan lembaga, tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam
usahatani serta tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan
tingkat ekonomi.
Salah satu variabel utama dalam sistem usahatani adalah pengambilan
keputusan di dalam rumah tangga petani tentang corak usahatani, bagaimana petani
memilih kombinasi pembudidayaan tanaman dengan ternak, tehnik dan strategi apa
yang harus diterapkan. Dalam pengambilan keputusan di dalam berusahatai, petani
tidak sendiri, petani butuh seseorang baik sesama petani ataupun penyuluh bahkan
referensi kelompok untuk menetapkan pilihan. Petani juga makhluk sosial, sehingga
petani perlu berinteraksi sosial, untuk mendapatkan pengetahuan dan tambahan
ketrampilan. Dengan
interaksi sosial, maka berlangsunglah proses sosialisasi.
Sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui bagaimana kita berfikir,
berperasaan dan berperilaku sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam
masyarakat. Proses interaksi sosial memerlukan komunikasi baik itu lisan maupun
tertulis.
Komunikasi juga merupakan proses, bisa proses komunikasi primer yaitu
secara langsung tanpa bantuan alat, dengan bahasa, gerakan yang diberi arti
khusus, aba-aba, dan sebagainya, bisa proses komunikasi sekunder, berlaku dengan
menggunakan alat agar dapat melipatgandakan jumlah penerima pesan / amanat,
yang berarti pula mengatasi hambatan-hambatan geografis (lewat radio, televisi)
serta hambatan waktu (lewat buku, telepon, radio). Suatu jaringan komunikasi baik
tradisional maupun modern sangatlah penting di tingkat petani berkaitan dengan
aktifitas berusahataninya secara pribadi, kelompok maupun komunikasi sosial
budaya.
Page 5 of 6
Pengantar Usaha Tani
Brawijaya University
2012
Sebelum proses sosialisasi terjadi di masyarakat pertanian, interaksi sosial
akan terlebih dahulu terjadi di keluarga tani tersebut. Dengan berbagai topik,
keluarga, ekonomi, kegiatan usahatani, tetangga, dan lain-lain. Selain keluarga dan
masyarakat tani, petani berinteraksi juga dengan kelembagaan baik itu formal
maupun non formal, dengan tujuan yang berkaitan dengan peningkatan sosial
ekonomi keluarga petani.
Komunikasi di antara petani, keluarga, lembaga tidak selalu berjalan lancar,
Banyak kendala dan hambatan yang akan menghadang, seperti dalam penelitian
yang dilakukan ILEIA sebuah wadah pusat informasi pertanian dengan LEISA (Low
External Input and Suistanable Agriculture), hambatan-hambatan komunikasi antar
kelompok tani antara lain ; jarak yang jauh, kendala fisik (sungai yang lebar, barisan
gunung, jalan yang rusak) dan perbatasan nasional antar masyarakat tani karena
tidak ada transportasi umum, masalah bahasa, masalah politik antar negara, daerah
bahkan antar suku.
Aktifitas interaksi sosial dan tindakan komunikasi itu dilakukan baik secara
verbal, non verbal maupun simbolis. Kebutuhan adanya sebuah sinergi fungsional
dan akselerasi positif dalam melakukan pemenuhan kebutuhan manusia satu dengan
yang lainnya ini melahirkan kebutuhan tentang adanya norma-norma dan nilai-nilai
sosial yang mampu mengatur tindakan manusia dalam memenuhi berbagai
kebutuhannya, sehingga tercipta keseimbangan sosial antara hak dan kewajiban
dalam pemenuhan kebutuhan manusia terutama juga kondisi keseimbangan itu akan
menciptakan tatanan sosial dalam proses kehidupan masyarakat saat ini dan waktu
yang akan datang.
REFERENSI
Fadholi Hernanto. 1991. Ilmu Usahatani, BPFE, Yogjakarta
Hananto, S. 1980. Masalah perhitungan distribusi pendapatan di Indonesia. Prisma. No.
1. LP3S. Jakarta
Hernanto, Fadholi. 1991. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya: Jakarta
Irawijaya. 2006. Prospek Sektor Pertanian Lombok. (Available on-line with updates at
http://www.kompas.com/KabupatenLombokBarat.htm)
Makeham and Malcolm. 1981. Manajemen Usahatani di daerah Tropis
Moenandir, Jody, Prof, Dr, Ir. 2004. Diktat Kuliah Pengantar Ilmu Pertanian: Ilmu
Pertanian Umum. Universitas Brawijaya: Malang.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi III. LP3ES: Jakarta
PROPAGASI
1. Dalam kegiatan berusahatani, petani dan keluarganya melakukan proses sosialisasi
dan interaksi sosial. Dalam kegiatan berusahatani apakah, petani membutuhkan
interaksi sosial dan komunikasi dengan petani lain, penyuluh, keluarga ataupun
lembaga lainnya? Jelaskan.
2. Apa pengaruh interaksi dan proses sosialiasi terhadap perkembangan petani dan
masyarakat desa ?Bisakah petani mengalami proses desosialisasi? Apakah ada
dampak komunikasi sosial budaya terhadap aktifitas berusahatani?
3. Strategi komunikasi apakah yang dilakukan penyuluh atau peneliti agar materi yang
disampaikan tercapai tujuannya.
4. Ringkaslah penelitian (boleh skripsi ataupun jurnal penelitian )yang berhubungan
dengan proses interaksi sosial ataupun komunikasi di tingkat petani.
Page 6 of 6
Download