Merangsang Kreativitas Prasekolah http://www.episentrum.com

advertisement
Merangsang Kreativitas Prasekolah
http://www.episentrum.com/artikel/merangsang-kreativitas-prasekolah
Seimbangkan fungsi otak kiri dan kanan serta optimalkan seluruh aspek penunjang.
Sesungguhnya, setiap anak terlahir sebagai sosok yang memiliki kreativitas. Akan
tetapi jangan salah, potensi kreatif tidak terberikan begitu saja, melainkan perlu
pengembangan, hingga membuahkan sesuatu. Nah, dalam hal ini, peran orang tua
begitu dominan, bagaimana anak dapat mengembangkan potensi kreatifnya?
Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl-Psych., anak berumur
3-5 tahun, memerlukan pengasuhan dan bimbingan yang baik agar muatan
kreativitasnya dapat diberdayakan secara optimal. Pada skala umur ini, anak mudah
menyerap segala informasi yang ada di sekitarnya.
Sistem belajar sambil bermain merupakan cara terbaik yang dapat diberikan kepada
anak usia 3-5 tahun. Tentu saja harus disesuaikan dengan perkembangan dan
kemampuan masing-masing anak. Inilah beberapa pokok yang bisa dijadikan
pembelajaran bagi mereka:
* Belajar mengembangkan dan mengasah keterampilan fisik yang diperlukan untuk
melakukan berbagai permainan.
* Belajar menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
* Belajar mengembangkan berbagai keterampilan dasar, termasuk "membaca",
"menulis" dan "menghitung".
MENGAPA BELAJAR SAMBIL BERMAIN
Dengan bermain, anak akan belajar mengenal aturan, disiplin, tanggung jawab, dan
kemandirian serta belajar menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Terlebih, di usia
ini anak-anak sudah bisa mengikuti kegiatan di kelompok bermain dan taman kanakkanak. Dengan belajar sambil bermain, maka secara otomatis daya pikir, imajinasi,
emosi, dan sosialnya akan terstimulasi. Di situ, terbuka kesempatan bagi anak untuk
menciptakan karya-karya nyata dengan kemampuannya sendiri. Ia akan mengalami
banyak
hal
sendiri,
berkomunikasi
aktif
dengan
teman-temannya,
dan
mengekspresikan pengalamannya baik secara lisan maupun gambar/tulisan.
MEMILIH ALAT BELAJAR DAN BERMAIN
Alat-alat
peraga
yang
digunakan
selama
bermain
mesti
bisa
menstimulasi
pengembangan kreativitas anak. Gunakan alat bermain edukatif yang memiliki
fungsi mendidik dan juga menghibur. Dengan begitu anak bisa terstimulasi untuk
menyenangi proses belajar, hingga imajinasinya pun berkembang.
Alat permainan edukatif ini banyak macamnya, seperti puzzle dan lego yang dapat
melatih kemampuan kreatif. Anak juga bisa membuat mainan sendiri, umpamanya
kapal-kapalan dari kertas atau pelepah pisang. Selain itu, sediakan juga alat peraga
lain seperti gambar, poster, papan permainan, alat-alat kesenian dan sebagainya.
Usahakan agar kegiatan yang dilakukan tidak monoton. Oleh karena itu orang tua
dan guru didik perlu menghidupkan cara-cara yang dapat mengembangkan aktivitas
anak.
Tujuannya
agar
tercipta
kegiatan
belajar
yang
menyenangkan
dan
mengasyikkan.
BELAJAR DI ALAM
Kegiatan yang merangsang kreativitas dan kecerdasan emosional anak sebetulnya
akan lebih efektif bila dilakukan di alam terbuka. Lakukanlah permainan atau
aktivitas yang tidak biasa karena di TK, anak biasanya melakukan kegiatan yang
relatif sama, hingga dikhawatirkan membuatnya bosan dan jenuh. Pilih kegiatan
berupa permainan atau pembelajaran yang menyangkut kehidupan sehari-hari.
Di usia prasekolah ini anak hendaknya dibiasakan mengenal lingkungan sekitar.
Kalau biasanya anak hanya melihat pantai di televisi atau buku saja, ajaklah ia
berekreasi ke sana. Tunjukkan bagaimana bentuk pasir dan indahnya ombak yang
bergulung-gulung. Ajak pula dirinya menikmati segarnya udara dan indahnya peman
dangan di pegunungan.
BELAJAR SENDIRI
Di sekolah, anak pastilah belajar bermain secara berkelompok dengan teman-teman
sebaya. Dia akan belajar berinteraksi, bekerja sama, dan mematuhi aturan-aturan
kelompok. Namun, adakalanya anak juga ingin bermain sendirian. Kesendirian
seperti itulah yang akan memunculkan berbagai imajinasinya. Sedangkan ide-ide
kreatif takkan timbul jika selalu main bersama.
Untuk itu, orang tua harusnya mengupayakan agar anak bisa bermain berselangseling antara sendirian dan bersama-sama. Jika memang memungkinkan, ayah-ibu
perlu mengusahakan ruangan atau pojok di rumah untuk anak. Biarkan anak
memiliki privasinya dan bebas melakukan apa yang disukainya. Di tempat tersebut
biarkan anak menyimpan buku, mainan dan mengerjakan sesuatu yang disenangi
untuk merangsang imajinasinya.
* Imajinasi
Imajinasi jangan ditafsirkan sebagai sesuatu yang bersifat lamunan atau khayalan
semata.
Berilah
kesempatan
pada
anak-anak
untuk
mengembangkan
daya
imajinasinya. Dengan demikian dia akan mengeksplorasi potensi kreativitasnya.
Orang tua perlu membimbing anak untuk mengungkapkan hasil imajinasinya itu
melalui cerita, gambar atau tulisan.
* Kreasi
Biarkan anak berkreasi sekehendak hatinya. Orang tua jangan memberikan batasan
atau mengekang daya kreatif anak. Biarlah anak-anak belajar melalui caranya
sendiri. Bagaimanapun, setiap aktivitas yang dilakukan anak merupakan proses
belajar, dan kemampuan kreativitas itu harus dilihat dari prosesnya, bukan hanya
hasil.
SEIMBANGKAN OTAK KIRI DAN KANAN
Utami menyebutkan, belahan otak kiri dan otak kanan haruslah dirangsang secara
seimbang. Sayangnya, sistem pembelajaran untuk anak-anak di sini masih lebih
difokuskan pada pengembangan otak kiri, yang mengasah kemampuan logika,
analisis,
dan
penalaran.
Sementara
belahan
otak
kanan
yang
merangsang
kreativitas, imajinasi, intuisi, dan seni kurang dirangsang.
Di negara-negara Eropa, upaya mengembangkan otak kanan dilakukan dengan
kegiatan
menari, menyanyi, melukis dan sebagainya. Mereka
yakin
dengan
merangsang seni, kreativitas dan imajinasi lebih dulu, maka kemampuan matematis
anak justru bisa berkembang lebih baik. Pandangan ini agaknya berlaku terbalik di
kebanyakan lembaga pendidikan diIndonesia. Anak didik lebih banyak dirangsang
menggunakan belahan otak kiri, sedangkan otak kanan sangat jarang digunakan.
Misalnya, mereka ditekankan untuk secepatnya menerima pelajaran menulis,
membaca, menghitung dan menghapal semata yang justru menyebabkan anak jadi
tidak kreatif. Artinya, kita cenderung melalaikan pengembangan kreativitas dan
imajinasi anak, padahal mestinya rangsangan itu dilakukan secara seimbang, agar
fungsi otak kanan dan otak kiri berjalan optimal.
Belahan otak kiri dan kanan, asal tahu saja, bekerja saling bergantung satu sama
lain. Apabila tidak terbiasa menggunakannya secara seimbang, salah satu dari
belahan otak yang jarang digunakan akan mengalami hambatan-hambatan dalam
menjalankan fungsinya. Hal ini pula yang menimbulkan kemiskinan kreativitas pada
anak-anak.
SELEKTIF PILIH PLAYGROUP/TK
Bukan kelengkapan sarana permainan dan peraga saja yang perlu diperhatikan
orang tua saat memilih "sekolah", tapi juga kualitas guru-gurunya. Mereka harus
paham perkembangan psikologi anak usia prasekolah. Mereka juga harus tahu
bagaimana menstimulasinya dengan kegiatan yang menarik sekaligus memberikan
pengajaran.
Ingat, dunia anak adalah dunia bermain. Melalui bermain, anak memperoleh
pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi dan
perkembangan fisik. Melalui kegiatan bermain, anak dirangsang untuk berkembang
secara umum, baik perkembangan berpikir, emosi maupun sosial.
Pada rentang umur ini pula, orang tua sudah bisa melihat bakat atau minat anak.
Cobalah beri kesempatan kepadanya untuk mencoba berbagai aktivitas, semisal
melukis, menari, menyanyi, atau main piano.
Jika pada anak sudah terlihat minat yang dominan, pupuklah terus. Namun, minat
itu tidak perlu langsung diarahkan/ditunjukkan pada satu bidang tertentu. Biarkan
saja anak memiliki kebebasan. Utami menambahkan, jika orang tua kurang
menstimulasi anak, dikhawatirkan perkembangan mentalnya akan berjalan sangat
lambat.
Download